Menjelajah Semesta Iman
Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka
yang berharga; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama berpegang
pada keduanya, kalian tak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya
tidak akan terpisah hingga menjumpaiku di telaga Kautsar, di Hari Kiamat
kelak”.
(H.R. Sahih Muslim : jilid 7, hal 122. Sunan
Ad-Darimi, jilid 2, hal 432. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 14, 17, 26 dan
jilid 4, hal 371 serta jilid 5, hal 182 dan 189. Mustadrak Al-Hakim,
jilid 3, hal 109, 147 dan 533, juga di dalam kitab-kitab induk hadis
yang lain)
Majid Fakhri
Bagian Ke-1
Kewajiban...Keraguan...Siapa Tuhan itu?
Si anak sedang menyaksikan televisi tatkala
bapaknya datang. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang penting yang ingin bapak
katakan kepadanya. Keluarga itu baru saja selesai menyantap makan malam
mereka bersama dan sang bapak meminta si anak untuk masuk ke dalam
sebuah ruangan yang terdekat untuk membicarakan apa yang diinginkan oleh
sang bapak. Si Anak sangat penasaran gerangan apa yang ingin
dibincangkan oleh bapak. (insial D=Dad panggilan akrab si bapak dan
S=Son adalah ungkapan yang terkadang digunakan si bapak ketika memanggil
putranya).
D Apakah engkau tahu mengapa aku ingin menjumpaimu malam ini, anakku?
S Tidak Dad. Tapi saya kira ada sesuatu yang penting.
D Aku telah lama memikirkan dan merencanakan pertemuan ini.
S Sejak kapan, Dad?
B Semenjak engkau menginjak usia baligh, kurang lebih setahun yang lalu. Aku telah mempersiapkan sebuah program khusus untukmu.
S Program apakah itu? Dan apa hubungannya dengan masa balighku?
D Usia baligh atau pubertas merupakan masa transisi
antara masa belia dan masa dewasa, canda dan keseriusan, kebebasan yang
tak terbatas dan tanggung jawab, sebagaimana engkau tahu sendiri. Dalam
program ini, aku akan menggelar serangkaian diskusi denganmu tentang
agama, keyakinan, iman, manusia, masyarakat, semesta dan banyak hal yang
harus engkau ketahui makna yang sebenarnya dari masalah tersebut dan
membangun sebuah opini, gagasan dan sikap yang sesuai dengan kondisi
kedewasaan dan maturitasmu.
S Trims Dad, karena telah menaruh kepercayaan kepadaku.
D Anakku, yang pertama-tama menaruh kepercayaan ini
adalah Tuhan. Dan bila engkau tidak memiliki kapasitas dan kemampuan,
Dia tidak akan menaruh kepercayaan kepadamu dengan membebankan tugas dan
kewajiban. Merupakan sebuah kehormatan bahwa manusia sendiri, dari
seluruh makhluk di bumi persada ini, dipercayakan dengan berbagai tugas
dan kewajiban.
S Benar Dad, apa yang Daddy katakan membuatku
merasa bangga, dan bertambah cintaku kepada Tuhan lantaran Dia
menugasiku dengan tanggung jawab. Saya berharap dapat menjadi seorang
hamba Tuhan, mencintai dan patuh kepada-Nya.
D Baguslah. Seorang hamba yang benar mencintai
Tuhan dan tunduk patuh kepada-Nya. Cinta dan ketundukan merupakan dua
hal yang tak terpisahkan. Seorang pujangga berkata, “Seorang pecinta
tunduk patuh kepada yang dicintai.”
S Menurut hematku, mereka yang membangkan titah
Tuhan melakukan hal ini lantaran mereka tidak memendam cinta kepada
Tuhan dalam hatinya.
D Tepat sekali, bahkan bagi mereka yang lemah
imanya tidak merasakan cinta kepada Tuhan sehingga ketika mereka
melakukan kewajiban dan tugas agama, mereka melakukan hal tersebut
dengan enggan, dan ketika mereka mengerjakan shalat, mereka
mengerjakannya dengan malas.
S Kemarin, aku membaca ayat in dalam al-Qur’an: “JIka engkau mencinta Allah, ikutilah aku; Allah akan mencintamu.”
D Apa yang engkau pahami dari ayat ini?
S Saya memahaminya bahwa terdapat sebuah cinta yang berbalas (mutual love) antara Tuhan dan Mukmin.
D Dan bahwa cinta bermakna ketaatan dan memikul beban derita semata-mata demi yang dicinta.
S Aku senang doa dan munajat yang dibacakan Ibu
kemarin, doa yang bersumber dari kitab as-Shahifah as-Sajjadiyah dan aku
sedang mencoba untuk menghapalnya.
D Munajat yang mana, son?
S Munajat yang berkata, “….Aku memohon cintamu dan
cinta orang yang mencintaiMu; cinta yang membuat seluruh bakti membawaku
dekat kepadaMu, lebih aku cintai melebihi yang lain, dan membuat
cintaku kepadaMu sebagai penuntun ke firdausMu, dan kegemaranku padaMu
sebagai penghalang untuk tidak melanggar titahMu.”
D Munajat ini juga menitikberartkan dan menyoroti pada hubungan cinta dan ketaatan.
S Tapi Dad, bagaimana kita menemukan cinta Tuhan dalam hati kita?
D Mudah saja: dengan mengenal-Nya. Jika engkau benar-benar mengenal-Nya, engkau akan menggapai cinta utama.
S Jadi, langkah pertama adalah mengenal Tuhan.
D "Yang pertama dalam beragama adalah makrifat
(pengenalan).” Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Nahjul Balagah.
Mengenal Tuhan merupakan perkara pertama dalam beragama, makrifat dan
pengenalan ini disyaratkan dengan cinta kepada-Nya. Hal ini adalah
persamaan Matematika, nak.
S Bagaimana?
D Dalam Matematika, ada sesuatu yang disebut sebagai substitusi ketika berurusan dengan persamaan.
S Iya, engkau mengingatkanku tentang hal itu.
Ketika kita terapkan, kita berkata, Pengetahuan = Agama. Agama = Cinta;
dan dengan substitusi kita menemukan bahwa agama adalah cinta, bukankah
demikian, Dad?
D Dan demikianlah apa yang disabdakan oleh Imam Shadiq As.
S Apa yang ia sabdakan?!
D Beliau bersabda, “Adakah agama itu selain cinta!” Nak, cinta merupakan sesuatu yang terindah di dunia ini.
S Allahu Akbar, Anda berbicara denganku dalam bahasa anak muda, bahasa……,
D Seorang remaja (ABG)?
S Baiklah, Dad, aku malu untuk berkata itu.
D Iya, Aku berbicara denganmu menggunakan bahasa
ABG, sebagaimana Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk berbicara
dengan manusia sesuai dengan cara berpikir mereka. Tuhan mengutus setiap
nabi untuk berbicara kepada manusia dengan bahasa mereka sendiri. Lalu
mengapa aku tidak berbicara denganmu sebagai seorang ABG?
S Tepat Dad, hanya dengan bahasanya seseorang akan
dapat mengerti. Kalau tidak, ia tidak ingin berurusan dengan sesuatu.
Salah seorang guru kami telah memberikan sebuah buku agama sebagai
hadiah. Aku berjuang keras ketika aku hendak membacanya, dan setelah
beberapa saat aku menyerah lantaran bahasanya terdengar seperti bahasa
moyang kita yang hidup berabad lampau; oleh karena itu, ia tidak ada
sangkut-pautnya dengan kehidupan kita hari ini.
D Hal ini merupakan alasan mengapa sebagian anak
muda lari dari agama karena mereka mendapatkan adanya representasi
bahasa agama yang mereka mengerti. Masa sekarang adalah masa computer
dan internet, dan tidak mungkin menyuguhkan Islam melalui kitab-kitab
klasik yang telah ditulis beberapa waktu yang lalu.
S Alangkah indahnya Anda berbicara, Pak! Aku rasa
aku mencintaimu lebih dari sebelumnya dan mencinta Tuhan dan bersyukur
kepada-Nya karena telah menganugerahkan kepadaku seorang ayah yang
luarbiasa.
D Dan aku kini lebih mencintai Tuhan karena telah menganugerahkan putra sepertimu.
S Alhamduillah!
D Puji Tuhan!
S Kita telah keluar dari tema utama kita, Dad.
D Sebaliknya, kita telah sampai kepada inti
permasalahan… Cintaku kepadamu dan cintaku kepada Tuhan menuntunku untuk
berbicara kepada ihwal agama, kehidupan, Tuhan, umat manusia, dunia dan
hari kiamat….Aku ingin engkau mempunyai pandangan komprehensif dari
seluruh pemikiran yang berkenaan dengan agama setelah engkau mencapai
usia baligh.
S Tapi Dad, Anda telah berdiskusi denganku hampir
seluruh isu-isu agama kita, telah menjelaskan pelbagai problem
ideologis, telah menerangkan prinsip-prinsip dan komponen agama dan
telah menunjukkan kepada kami jalan petunjuk. Apakah Anda melihat ada
kekurangan dalam imanku, atau cela dalam perilakuku?
D Hal ini tidak ada hubunganya dengan kekurangan
dalam iman atau cela, nak. Hal ini merupakan sesuatu yang lain, sangat
berbeda dan amat berbahaya. Oleh karena itu, aku ingin engkau
bersiap-siap dan mengetahui beberapa isu tanpa harus terkejut.
S OK, Pak! Apakah hal penting dan berbahaya sehingga harus kuketahui setelah mencapai usia baligh?
D Aku ingin katakan kepadamu bahwa apa yang engkau telah pelajari dari belajar ihwal agama adalah keliru.
S I Beg Your Pardon?! Dad! Apa yang Anda katakan?!
D Sebagaimana yang telah aku katakan, seluruh yang engkau dengar dariku ihwal agama adalah salah (sama sekali).
S Dad! Apa yang Anda katakan?! Apa yang Anda
maksudkan? Aspek agama yang mana yang salah? Aspek ideologi? Akhlak?
Tolong Dad, katakanlah yang benar kepadaku.
D Aku maksud dasar-dasar agama, ideologi: iman
kepada Tuhan, ma’ad (hari kiamat), Nabi dan para rasul dan apa yang
telah engkau pelajari adalah salah dan keliru.
S Astaga. Dad, ada apa denganmu? Maaf Dad karena
agak lancang. Bagaimana iman kepada Tuhan, hari kiamat dan para nabi
adalah sesuatu yang salah? Aku tidak dapat mempercayai dari apa yang aku
dengar.
D Aku akan menjawab pertanyaan ini besok.
S Dad! Tolong berterus teranglah dengan apa yang
Anda inginkan, karena Anda telah membuatku was-was. Bagaimana Anda dapat
meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini? Lalu bagaimana aku
menunaikan salat, sementara aku dalam keadaan was-was dan ragu-ragu.
D Siapa yang menyuruhmu salat?
S Bukankah Anda yang menyuruhku untuk salat dan mengerjakannya dengan sabar?
D Kalau begitu salatmu tidak diterima sama sekali.
S Tidak diterima? Apa maksudnya? Kalau begitu, haruskah aku meninggalkan salat?
D It is up to you, apakah engkau ingin mengerjakan salat atau tidak.
S Aneh. Aku bisa jadi gila. Bagaimana bapakku
menyuruhku untuk meninggalkan salat? Bagaimana? Bapakku yang
mengajarkanku salat, kini menyuruhku untuk meninggalkannya!
D Aku tidak memintamu utuk meninggalkan salat. Aku
berkata bahwa engkau bisa meninggalkannya atau melanjutkannya,
sebagaimana yang engkau sukai.
S Ajib. Tidakkah Anda berkata bahwa salat merupakan
tiang agama dan hal pertama yang akan ditanyakan kepadaku kelak di hari
kiamat? Dan Allah berfirman: “Dirikanlah salat secara tetap untuk
bersyukur kepadaku.”
D Aku berkata bahwa apa yang telah engkau dengar dariku selama ini sebelum usia balighmu adalah salah.
S Dad, haram hukumnya berkata demikian!
D Apa artinya haram itu??
S Haram artinya bahwa Tuhan tidak mengizinkan hal tersebut.
D Tuhan? Siapa Tuhan itu?
S Ya Allah..ini kegilaan!
D Jangan lekas marah. Aku bertanya kepadamu sebuah pertanyaan; berikan jawaban atau katakan “Aku tidak tahu.”
S Tapi Anda bertanya “Siapa Tuhan itu?”
D Ada yang salah dengan pertanyaan itu?
S Dad, please! What is going on? Apakah engkau
benar-benar dirimu, bapakku, apakah Anda tahu apa yang Anda katakan?
Saya tidak dapat mempercayai hal ini.
D Iya, Aku bapakmu yang mengatakan hal ini. Jika aku tidak melakukan hal ini, maka aku bukan bapakmu.
S Oh..My God! Apa yang telah terjadi?
D Kita akan lanjutkan diskusi ini besok. Sekarang pergilah tidur. Selamat malam!
Bagian Ke-2
Goncangan dan Pengaduan
Sang bapak meninggalkan putranya dalam keadaan
goncang dan beranjak ke kamar tidur dimana sang ibu sedang menanti dalam
keadaan risau ihwal hasil pertemuan tersebut. Ia bertanya kepada
istrinya dengan senyum tersimpul di wajahnya. Nampaknya kau telah
mendengarkan pembicaraan kami, iyakan? Si ibu menjawab: “Iya, namun
dapatkah ia menghandel kegoncangan ini?” “Aku pikir demikian,” jawabnya,
“sebagaimana apa yang telah dilakukan oleh saudaranya sebelumnya,” ia
melanjutkan. Si ibu mendesah sembari berdoa: “Tuhanku, bimbinglah,
tuntunlah ia untuk mentaatiMu dan jadikan ia berkhidmat kepadaMu.” Lalu
ia berkata kepada suaminya, “Aku ingat saudaranya ketika ia mencapai
usia baligh. Aku sangat risau hari itu ketika engkau berkata bahwa
engkau sedang bermain api yang boleh jadi berujung pada tersesatnya
anakmu. Namun engkau memberikan jaminan kepadaku dan menjelaskan
keharusan proses tersebut. Dan kini kita dapat melihat output dan
hasilnya. Ia adalah salah seorang figur terkemuka di Eropa yang mengajak
dan membimbing manusia kepada Tuhan. Kejahilan tidak pernah mendekati
atau menodai putra kita dan tidak dapat menyesatkannya dari jalan yang
benar. Si bapak tercenung sejenak dan kemudian berkata: Jika kita
tinggalkan ia dengan gaya tradisional beribadah, salat yang tak
berkualitas dan ideologi warisan dari rumah dan komunitas, ia boleh jadi
tersesat ketika menghadapi beragam ideologi, trend sosial atau tradisi
ketika ia tinggal jauh dari kita. “Anakku sayang! Bagaimana engkau akan
melalui malammu?” keluh sang ibu dan melirik ke arah kamar putranya. Si
bapak memandang penuh arti dan berkata, “Bagaimana Ibrahim melalui
malamnya tatkala ia dengan penuh pemikiran mendongak ke atas langit dan
menatap ke bumi hingga ia beriman. Hal ini hanyalah ketetapan hati
ketika ia mengalihkan pandangannya kepada Pencipta tujuh petala langit
dan bumi sebagai seoarang Muslim dan muwahhid (insan yang bertauhid).
Setelah sang bapak menutup pintu kamar putranya, sang belia berdiri
tegap dalam keadaan goncang, dan tiba-tiba ia merasa pusing lalu
melemparkan dirinya ke atas pembaringan. Kondisi kalut dan pikiran
terbentur, secara dawam terlintas dalam benaknya, namun ia tidak dapat
mengerti apa yang sedang terjadi dan bagaimana menghadapinya. Ia merasa
seakan-akan kepalanya ingin meledak, namun ia ingat apa yang senantiasa
ibunya lakukan tatkala kesusahan; sang ibu duduk di atas sajadah
menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya dan berbisik lirih,
“Tuhanku, Aku tidak memiliki siapa pun selainMu tempat mengadu dan
meminta pertolongan dan tuntunan, tempatkanlah aku pada jalan yang
benar. Terburu-buru, ia berdiri dan pergi ke sink untuk mengambil wudhu
dan bersiap-siap untuk mendirikan salat. Dalam kondisi pikiran kalut,
takut dan risau, ia berdoa sembari mengingat ucapan bapaknya: “Apa yang
engkau pelajari tentang agama sebelum masa pubertasmu adalah keliru.” Ia
berpikir dalam salatnya dan hampir saja menyelesaikan salatnya, namun
ia tetap melanjutkan usahanya fokus pada apa yang telah dikatakan
bapaknya kepadanya. Bapaknya mengajarkan kepadanya untuk berkonsentrasi
dalam salatnya dan menaruh perhatian pada makna dari ayat-ayat yang
dilantunkan. Ucapan bapaknya memotong pikirannya:“Siapa Tuhan itu?” Ia
goncang, namun mencoba untuk mengendalikan dirinya hingga ia sampai pada
qunut. Kemudian ia mengangkat kedua tangannya dan menyampaikan
kata-kata berikut ini dengan kuat dan penuh makna: “ “Tuhan..pemimpin
orang yang kebingunan, penuntun yang tersesat, Mahakasih,Engkau lebih
dekat kepadaku daripada urat nadiku sendiri; selamatkanlah aku dari
kebingungan dan tuntunlah aku ke jalan yang benar.” Sejenak ia berhenti.
Pikirannya beradu dan hatinya berdegup kencang. Setelah beberapa saat,
ia merasa lebih baik ketika mengingat ayat yang senantiasa ia baca di
masjid dan tiba-tiba merasa konfiden:Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.”
(Qs. al-Baqarah [2]:186)
Bagian Ke-3
Fitrah yang Terjaga
D Apa kabarmu, nak?
S Anda tahu Dad, dengan jelas. Aku tidak seperti yang sebelumnya.
D Kenapa? Apakah engkau sakit?
S Aku berharap aku menderita sakit!
D Jangan berkata demikian, son! Apa yang telah terjadi?
S Anda bertanya "Apa yang telah terjadi?" Adalah aku yang seharusnya bertanya kepadamu pertanyaan ini semalam.
D Segalanya berjalan baik.
S Apa maksud Anda berjalan baik? Anda melemparkanku
ke samudera keraguan; ombak besar mendamparkanku jauh dari pantai.
Tidak dengan berenang juga tidak dengan menaiki bahtera yang dapat
menyelamatkanku.
D Puji Tuhan, Alhamdulillah. Inilah yang sebenarnya aku inginkan.
S Dad, mengapa Anda lakukan hal itu? Please tell me.
D I’ll tell you, namun pertama-tama katakan
kepadaku sampai dimana engkau akhirnya setelah dilemparkan dengan
gelombang dimana Tidak dengan berenang juga tidak dengan menaiki bahtera
yang dapat menyelamatkanmu.
S Aku merasa lemah dan kalah. Tidak ada jalan dan
seseorang yang dapat membantu. Aku mulai mencari sebuah kekuatan mutlak
untuk dapat menolongku dari amukan gelombang laut ini dan membantuku
sampai ke pantai dengan selamat. Tiba-tiba aku merasa kekuatan ini
mendekat kepadaku, sehingga aku berteriak lantang: "Duhai Tuhanku Yang
Mahabesar", dan kemudian kembali merasa tenang dan keyakinan
menenggelamkanku dan membuat segala keraguan enyah dariku. Kemudian aku
tinggalkan samudera keraguan yang ganas menuju pantai iman yang tenang.
D Well-done son. Puji Tuhan. Inilah yang sebenarnya
aku inginkan darimu. Aku ingin engkau menemukan Tuhan melalui caramu
sendiri dan menderita di jalan ini, sehingga engkau kini tahu nilai yang
yang telah engkau temukan. Aku ingin engkau menjalani perjalanan dari
keraguan menuju iman dalam rangka meyakini Tuhan yang telah engkau
temukan, bukan yang engkau dengar dari bapakmu. Terdapat perbedaan yang
besar antara hal ini dan itu.
S Anda benar, Dad. Hatiku penuh dengan keyakinan
setelah pengalaman yang menyakitkan itu. Dan kini aku merasa adanya
perbedaan antara imanku yang dulu dan imanku yang sekarang yang aku
dapatkan dengan pengalaman yang membangunkan itu.
D Pengalaman ini disebut sebagai penalaran yang
dilakukan dengan teliti dan sungguh-sungguh dalam mengenal keberadan
Tuhan. Ia tidak bersandar pada penalaran rasional juga tidak bertengger
di atas analisa intelektual dan inferensi teologis. Pengalaman ini
merupakan penalaran yang pure natural, sederhana dan pengelaman genuine
yang menuntun secara natural kepada Tuhan setelah menyeka seluruh
gundukan kesalahpahaman dalam menyingkap tirai kebenaran.
S Lebih jelas lagi, Dad!
D Perhatikan son, tabiat manusia secara instingtif
percaya kepada Tuhan dan tidak memerlukan penalaran akal. Apakah engkau
pernah melihat betapa seorang dahaga bergerak mencari air? Jika engkau
menghentikannya untuk tidak mengangkat gelas untuk meminum air dan
bertanya apakah ia yakin apa yang ia minumnya adalah air, apa yang ia
akan jawab?
S So, mengapa kebanyakan orang tidak percaya kepada Tuhan jika fitrah mereka merupakan penuntun?
D Son, sebuah mata melihat namun jika engkau
menaruh sebuah pentup mata yang tebal di atasnya, ia tidak akan melihat.
Sebuah telinga dapat mendengar, namun ia tidak dapat mendengar jika
telinga itu ditutup. Tabiat manusia bekerja yang sama namun ia harus
dilepas dan dibebaskan. Nafsu tidak boleh mengendalikannya dan godaan
setan tidak boleh menutupinya.
S Yes, Dad. Silahkan lanjutkan pembicaraan yang
menarik ini. Penalaran yang sungguh-sungguh ihwal keberadaan Tuhan
mengatakan bahwa jika manusia hidup pada sebuah komunitas yang
menyimpang yang diwarisi dari moyangnya, fitrah anggota komunitas
tersebut tidak akan bersikap fair. Berikut ini adalah ayat-ayat Qur'an
yang menyinggung masalah ini: Juga baca tentang warisan kesesatan dan
penyimpangan:“Sesungguhnya kami mendapati nenek
moyang kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang
mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.”
(Qs. Az-Zukhruf [43]:22)
D Jika manusia melanjutkan hidup dengan hawa nafsu
dan sikap berlebihan, fitrahnya akan tumpul dan majal, sebagaimana
firman Tuhan:“Tetapi sesudah mereka, datanglah
keturunan (tidak saleh) yang menyia-nyiakan salat dan menuruti hawa
nafsu mereka, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
(Qs. Maryam [19]:59) Qur'an mengekspresikan penyesalan bagi mereka yang
tidak beriman yang serakah, mengambil warisan orang secara tidak sah,
dan mencintai kekayaan. Ayat yang lain menyebutkan bahwa fitrah dapat
menjadi rusak jika cinta kekayaan dan keturunan mengalahkannya:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.”
(Qs. At-Takatsur [102]:1-3)
Jika engkau baca sejarah, engkau akan temukan bahwa
kehendak untuk hidup menyisakan dampak pada alur perjalanan sejarah.
Oleh karena itu mengapa suku Quraisy takut kekuatan politik dan
financial mereka akan kolaps setelah kemunculan Islam. Kasus yang lain
tatkala beberapa sahabat Nabi dating kepada Ali bin Abi Thalib untuk
mengucapkan selamat atas diangkatnya ia sebagai khalifah. Ia mematikan
lilin yang menyala untuk menunjukkan bahwa ia tidak akan menghabiskan
harta baitul mal, kendati lilin tidaklah seberapa harganya, untuk
mendapatkan dukungan mereka. Segera mereka bergabung dengan kubu musuh,
dan mereka berperang melawan khalifah yang sah pada perang Jamal. Juga,
sebagaimana engkau tahu, dorongan seksual yang telah merasuk dalam jiwa
Ibnu Muljam untuk membunuh Ali sehingga ia dapat menikahhi wanita yang
bernama Qotam. Umar bin Sa'ad membunuh Imam al-Husain untuk menjadi
penguasa di provinsi Rei. Dinasti Abbasiyah merampas kekuasaan kendati
mereka telah mengetahui bahwa mereka tidak memiliki hak untuk memegang
kekuasaan. Harun al-Rasyid, seorang penguasa dinasti Abbasiya, suatu
waktu pernah berkata kepada putranya: "Jika engkau berlomba denganku
untuk meraih kekuasaan, Aku akan perintahkan orang-orang untuk memenggal
kepalamu."
S So, nafsulah yang membunuh fitrah manusia.
D Tidak, ia tidak membunuh fitrah manusia, namun ia merusaknya. Fitrah tidak pernah mati.
S So, Bagaimana ktia dapat mengaktifkan kembali kekuatannya?
D Dengan memberikannya kejutan.
S Itu yang sebenarnya yang telah Anda lakukan kepadaku, iyakan?
D Yes, son.
S Well-done Dad!
D Baiklah, son. Engkau telah sukses melewati ujian
ini. Ibumu merisaukanmu tapi aku tidak. Aku memiliki keyakinan terhadap
fitrahmu.
S Apakah Mom tahu tentang hal ini?
D Iya, Aku memberitahukan hal ini kepadanya, biar rencana ini tidak berantakan, aku bermaksud menolongnya dengan informasi ini.
S Oh! Gitu yaa, Anda melibatkannya supaya tidak
membuat berantakan rencana…Anda bermaksud melakukan hal itu untuk
menolong Anda. Anda pikir kalimat ini memiliki makna yang sama?
D Son, engkau tahu bahwa ia adalah seoarang ibu dan
ia penuh dengan kebaikan dan kasih kepada putranya. Oleh karena itu,
tidak mudah baginya melihatmu dalam situasi seperti itu tanpa membongkar
rahasia yang ada.
S Well Dad, mari kita kembali ke subjek utama, yang
aku maksudkan ihwal nalar yang siaga terhadap keberadaan Tuhan atau
fitrah. Aku ada pertanyaan untukmu.
D Silahkan.
S Siapa yang mengajarkan Anda untuk melakukan
perencanaan seperti itu untuk membangunkan fitrahku yang statis dan
membolehkan aku untuk menjalani pengalaman yang membangkitkan?
D Siapa yang mengajariku? Apakah engkau tidak tahu bahwa pengetahuan dan menyampaikan pengetahuan merupakan sebuah anugerah?
S Benar.
D “Dan engkau tidak memiliki sesuatu apapun kebaikan melaikan dari Allah.”
S Puji Tuhan!
D Tidakkah hal ini benar bahwa mengetahui datang setelah seseorang tidak tahu apa pun sebelumnya?
S Yup.
D “Mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu."
S So, Tuhanlah yang menunjukkan kepada Anda
bagaimana membangiktkan fitrah yang statis melalui terapi goncangan.
Namun bagaimana Tuhan menunjukkan jalan itu kepada Anda?
D“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”
(Qs. al-Isra [17]:9)
S Gitu yaa. Kini aku mengerti. Ada sebuah ayat. Aku
kira ayat ini berasal dari surah Makkiyah, mengisahkan sebuah
pengalaman ihwal berlayar di atas laut ketika cuaca baik. Kemudian
bahtera mencapai ombak tinggi dimana gemuruh taufan menghajar dan
gelombang ombak berkejaran menguasai badan bahtera. Para penumpang
ketakutan dan mencari seseorang yang dapat menyelamatkan mereka dari
kematian yang tak terhindar. Dengan segala derita dan kelu kesah, mereka
berpaling kepada Tuhan dan Tuhan menyelamatkan mereka….Segala puji bagi
Tuhan…pengalaman ini merupakan pengalaman yang sama yang aku jalani
kemarin, tapi bukan laut beneran melainkan laut keraguan.
D Aku tidak bermaksud untuk melemparkanmu ke laut beneran. Aku tidak diajari untuk melakukan hal itu sebelumnya.
S Apakah masuk akal, Anda diperintahkan untuk melakukan hal tersebut?
D Why not?
S Bagaimana mungkin seorang ayah yang waras melemparkan anaknya ke laut?
D Bagaimana jika engkau melihat seorang ibu diperintahkan untuk membuang anaknya ke laut.
S Aku tak percaya hal itu.
D Engkau lupa akan ayat Qur'an…
S Oyaa.. benar…“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia.”
(Qs, al-Qashash [28]:7)
D“Dan apabila kamu khawatir
terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul.”
(Qs.Qashash [28]:7-8)”
S Ujian tersebut merupakan ujian berat bagi ibu yang tabah ini!
D Tuhanmu menguji setiap orang dengan ujian sesuai
dengan kemampuan dan ketabahannya. Umat manusia harus menjalani ujian
dan menderita di bumi. Surah Mulk menjelaskan bahwa ujian merupakan
salah satu alasan di balik penciptaan manusia. O son! Jangan engkau
mengira bahwa kesengsaraan hanya bermakna masalah, musibah dan
semacamnya. Hal itu bermakna cobaan dan ujian. Tuhan menguji dan
mengetes manusia dalam beragam situasi“Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk mencoba siapa yang paling baik perbuatannya.”
(Qs. Al-Mulk [67]:2)
Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
(Qs. Al-A’raf 6:257)“Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya.”
(Qs. Al-Anbiya[21]:35)
”Adapun manusia, apabila Tuhan
mengujinya lalu Dia memuliakannya dan menberi kesenangan kepadanya,
maka dia (lupa daratan seraya) berkata (dengan angkuh), “Tuhan-ku telah
memuliakanku.” Adapun bila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya,
maka dia berkata (dengan putus asa), “Tuhan-ku menghinakanku.”
(Qs. Al-Fajr [89]: 15-16)
S Jadi Tuhan menguji seluruh hamba-Nya. Dia
menganugerahkan mereka sesuatu untuk melihat apa yang mereka akan
lakukan. Di sisi lain, Tuhan terkadang menahan hamba-Bya dari sesuatu
untuk melihat jawaban mereka. Dan ujian serta derita yang paling berat
adalah ujian kepada para nabi, dan berikutnya adalah orang-orang yang
beriman.
D Yes son. Lantaran mereka memiliki ketabahan yang
kokoh untuk memikul berbagai kesulitan. Namun prinsi yang harus engkau
camkan dalam benakmu adalah bahwa mustahil bagi Tuhan memikulkan
kesulitan kepada manusia yang mana manusia tidak mampu mengembannya.
Tuhan adalah adil dan kasih serta tidak membebankan seseorang dengan
sesuatu di luar kemampuannya.
S But Dad, kita lihat sebagian orang menderita dari
sebuah musibah yang mengharu biru dan mereka berkata tidak mampu
mengembannya.
D Hal ini impossible, son. Tuhan tidak membebankan
sesuatu kepada seseorang melebihi kemampuan dan kekuatannya. Orang-orang
tersebut mampu mengatasi kesulitan mereka dengan kekuatan dan ketabahan
yang tidak diketahui oleh mereka. Ingat pengalamanmu kemarin, dapatkah
engkau membayangkan bagaimana engkau telah memikulnya sebuah keraguan
yang menggoncangkan seluruh tatanan keyakinan beragamamu?
S You’re right Dad. Aku tidak dapat membayangkan
bagaimana aku memikul beban tersebut. Aku pikir bahwa aku akan menjadi
seorang kafir atau menjadi seorang gila.
D Kini engkau tidaklah kafir dan tidak juga gila.
Engkau mampu mengemban cobaan tersebut, namun engkau tidak yakin
terhadap kemampuanmu. Tuhan menjadikannya jelas bagimu dan bagi mereka
yang berpikir bahwa mereka tidak mampu mengemban kesulitan tertentu.
S Sembari membaca Qur'an, terkadang saya melewati
kisah Ibrahim dan bagaimana Tuhan memerintahkan kepadanya untuk
mengorbankan anaknya. Ia bangun dan mengatakan ihwal mimpi itu kepada
putranya, Ismail yang dengan segera menyetujui dan berkata: “Duhai
ayahku! Lakukanlah yang dititahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan
menemuiku dalam kesabaran." Pada saat itu, aku tergoncang rendah di
hadapan penyerahan diri ini kepada Tuhan, segala puji bagi-Nya,
khususnya ketika Ibrahim memegang pisau di hadapan anaknya. Dad! Tatkala
aku memvisualisasikan adegan ini, aku merasa ngeri. Sang anak rebah di
atas tanah, sang bapak memegang sebuah pisau tajam di tangan kanannya
mengarah ke leher putranya dan kepala putranya berada di sebelah
kirinya. Ismail tunduk menyerah kepada ayahnya yang mengayunkan pisau di
atas leher orang yang dicintainya, namun pisau tersebut tidak
menciderai putranya. Sang ayah berpikir bahwa barangkali hal ini
dikarenakan nafsu kebapakannya, lalu ia menekan lebih dalam pisua
tersebut untuk menyembelih putranya, namun O God! Pisau itu tidak
menciderai dan melukainya. You know Dad, ragaku bergetar manakala
membincangkan hal ini.
D Me too. Aku yakin bahwa hal ini merupakan sebuah
cinta kudus yang sejati. Tidakkah engkau melihat suaraku bergetar dan
air mataku luruh jatuh tatkala aku mendengarkanmu? Dua cinta agung
beradu, namun cinta yang lebih besar (cinta dan ketaatan kepada Tuhan)
menumbangkan yang lebih kecil (cinta ayah kepada putranya dan cinta
putranya kepada kehidupan)!
S Alangkah besarnya kesabaran Ibrahim dan Ismail dalam ujian ini! Tuhan berfirman:“Dan
sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami
menguji hal ihwalmu.”
(Qs. Muhammad [47]:31)
D Anakku, para nabi merasakan penderitaan lebih
dari ini. Tuhan menguji mereka dengan istri-istri yang menyakiti mereka,
anak-anak yang membangkang mereka dan suku yang meninggalkan mereka
namun mereka tetap sabar dan kokoh. Dengan demikian Tuhan mengganjari
mereka. Engkau tahu bahwa Tuhan mengganjari mereka yang berjuang
bersungguh-sunguh.
S Aku berharap aku dapat hidup pada masa ketika
para nabi hidup dan beriman kepada mereka, membantu dan berjuang untuk
mereka di jalan Allah. Namun, saying harapan dan asa ini tidak akan
kunjung terwujud.
D Why not son?
S Bagaimana mungkin sementara kita sangat berjarak abad dengan mereka?
D My son. Tuhan Yang Mahatinggi, berfirman:“Dan
barang siapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknyaJadi
jalannya jelas dan terang, yaitu dengan mentaati Allah dan [para]
Nabi-Nya.”
(Qs. An-Nisaa [4]:69)
D Engkau dapat memenuhi harapannya di jalannya, jadi jangan engkau kecewa. Satu hal lagi; tidakkah engkau mencintai mereka?
S Yes, I do Dad.
D Jadi engkau akan menjumpai mereka di hari kiamat. Di sana, orang-orang akan berkumpul dengan orang-orang yang dicintainya.
S Anda tidak bermaksud cinta palsu kan?
D Of course not. Cinta sejati adalah yang dapat menuntun kita untuk mengikuti jalan para nabi.
S Well Dad, kini Anda kembali kepada tema cinta!
D Adakah agama selain cinta? OK son… kini saatnya
engkau pergi tidur lebih cepat sehingga engkau dapat bangun salat Subuh.
Selamat malam.
S OK Dad, selamat malam.[]
Bagian Ke-4
Antara Sangsi dan Yakin
S Saya minta maaf Dad, jika kadang-kadang keterusteranganku dipandang kurang sopan.
D Tidak sama sekali. Saya betul-betul memintamu
untuk berterus terang, khususnya dalam diskusi ini. Jangan pernah merasa
malu atau tidak enak sehingga kita dapat mendiskusikan subjek-subjek
ideologis secara bebas demi mencapai pandangan-pandangan solid yang
memiliki kekebalan dan imunitas melawan penyimpangan.
Pandangan-pandangan yang diperuntukkan hanya untuk sekedar memuaskan
yang lain tidak akan survive melawan keraguan dan hawa nafsu.
S Thanks a lot Dad. Saya betul-betul merasa
comfortable dengan kehangatan ini, dalam suasana yang bersahabat kendati
atmosfer ini bukan hal yang baru bagiku. Anda selalu memperlakukanku
seperti seorang teman sebagai tambahan sebagai ayahku.
D
Merajut tali persahabatan yang erat dengan seorang anak muda merupakan
sebuah kebutuhan. Menjadi seorang ayah yang sukar didekati atau tidak
mudah untuk diajak gaul, berpotensi mengembangkan benih-benih perpisahan
dan jarak. Jarak ini boleh jadi menuntun kaum muda untuk mencari
hubungan alternative untuk mengisi kesenjangan ini. Dalam beberapa
situasi seorang kawan yang jahat dengan maksud buruk dapat melintasi
jalan sang anak dan memboyongnya keluar dari rumah. Kemudian kawannya
itu akan mengikuti jalan alternatif yang membentuk karakter anak; sang
ayah terkadang memperhatikan masalah ini ketika segalanya sudah
terlambat.
S Semoga Tuhan memberkatimu Dad, karena memperlakukanku dengan semangat persahabatan.
D Jadi kini, dalam suasana persahabatan ini, saya
memintamu untuk berterus terang seterus terang mungkin dan mendiskusikan
seluruh masalah-masalah keagamaan yang engkau ragu tentangnya, bahkan
isykalan atau pengingkaran. Bebaslah. Anakku, engkau tahu, menjaga
keraguan dan kesangsian yang tidak terpecahkan dalam benakmu bersama
rasa malu dan takut karena dipandang picik pandangan akan memiliki
pengaruh buruk bagimu. Di masa mendatang, engkau boleh jadi menghadapi
seseorang yang akan menjawab keraguanmu itu dengan jawaban yang keliru
yang boleh jadi hasilnya mendorongmu jauh dari agama. Kemudian engkau
barangkali tidak menemukan orang yang tepat untuk berkonsultasi dan
memecahkan masalah yang engkau hadapi. Lalu, semoga Tuhan menjauhkannya,
engkau akan berada dalam wilayah kekuasaan setan yang akan
menyimpangkanmu dari jalan menuju Tuhan.
S
Puji Tuhan. Nampaknya Anda mengetahui apa yang ada dalam benakku. Saya
telah lama mengidap beberapa keraguan ihwal aspek-aspek yang beragam
dalam agama dan saya ingin mendiskusikannya denganmu, tapi saya tidak
mampu. Saya tidak ingin menyembunyikannya lalu saya mencoba untuk
mendiskusikannya dengan beberapa orang untuk menemukan jawabannya dan
akhirnya saya mendapatkan seorang alim yang menjadi wakli dari sebuah
institusi agama. Usia orang itu kurang lebih delapan puluh tahunan.
Tatkala aku mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya, ia menunjuk ke arah
kupingnya. Saya mengulangi pertanyaanku dengan suara yang lebih keras
dan saya tidak mampu menangkap jawabannya; kelihatannya ia tinggal di
era lain yang berbicara tentang hal-hal pra sejarah yang saya tidak
mengerti. Kemudian, saya sadari bahwa ia hanya mampu menjawab iya atau
tidak, halal dan haram. Pertanyaanku memerlukan lebih dari sebuah
jawaban yang singkat, iya atau tidak, saya tidak diberikan perhatian
yang seharusnya. Ketika saya melihat di sekeliling, saya tidak menjumpai
orang seusiaku untuk aku ajak berdiskusi. Saya tidak dapat memahami apa
yang terjadi di sekelilingku, kecuali sebuah diskusi beberapa orang
peniaga yang berkompromi dalam hal masalah iuran yang harus dipungut
seolah-olah Nabi Muhammad diutus untuk menjadi pemungut iuran, bukan
untuk menjadi pembimbing manusia! Kemudian saya mendengar bahwa uang ini
diniatkan untuk digunakan dalam urusan keagamaan. Tatkala aku mendekat
untuk bertanya, mereka tidak menjawab.
D Wait a minute, son. Engkau tidak dapat berkata
seperti ini. Pilihlah jalanmu dengan lembut dan ikuti mereka yang
berpaling kepada Tuhan tanpa penyesalan. Jangan benci orang-orang
seperti itu; mereka banyak membantu diwilayah mereka; mereka banyak
melalukan bakti untuk masyarakatnya. Jadi tidak fair membandingkan gaya
kuno dengan gaya sekarang.
S Tapi Dad, dapatkah Anda percaya bahwa Nabi Saw
hanya sekeder menjawab pertanyaan? Yang hubungannya dan tanggun jawabnya
dibatasi hanya kepada para peniaga? Apakah beliau mengabaikan kaum
muda?
D No! Never! Beliau menjawab seluruh pertanyaan
tentang ideologi, akhlak dan ahkam. Ia menasihatkan dan mendakwahkan
tanpa memandang rendah kepadanya atau melihat ada cacat dan celanya.
Pokoknya, seluruh nabi menaruh perhatian kepada para pemuda yang
membangun front terdepan dari kaum beriman dalam memikul tugas samawi.
Apakah engkau tidak membaca: “(Pada mulanya) tidak ada yang beriman
kepada Musa, melainkan segolongan orang yang berasal dari keturunan
kaumnya dalam keadaan takut bahwa Fira‘un dan pemuka-pemuka kaumnya akan
menyiksa mereka. Sesungguhnya Fira‘un itu berbuat sewenang-wenang di
muka bumi.Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.”
(Qs. Yunus 20:72) Keturunan ini adalah orang-orang muda yang sangat
antusias dan berkorban dengan tulus ikhlas. Demikianlah yang dilakukan
oleh Ashabul Kahf (Seven Sleepers of Ephesus) dan sebagaimana engkau
tahu bahwa mereka bukanlah orang-orang muda, akan tetapi mereka adalah
orang-orang muda"Kami ceritakan kisah mereka
kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada
mereka petunjuk.”
(Qs. Al-Kahf [18]:13)
S Kita perlu seorang alim yang berjumpa dengan
masyarakat dan bergabung dengan mereka, mengerjakan shalat dengan mereka
dan menyampaikan ceramah kepada mereka. Seorang alim yang menjawab
pertanyaan secara langsung dan memecahkan permasalahan masyarakat,
mengikuti perkembangan dunia mereka, kejadian-kejadian yang berlaku dan
mengerti pengaruh mereka terhadap masyarakat. Kita membutuhkan seorang
alim yang membuat keputusan yang proporsional dan tidak merasa puas
dengan menerbitkan buku-buku yang sukar untuk dipahami yang memerlukan
penafsiran dimana seorang terpelajar atau mahasiswa tidak dapat
memahaminya. Kita memerlukan seseorang yang menulis untuk orang
kebanyakan. Agama berurusan dengan seluruh lapisan masyarakat dan
diturunkan sebagai petunjuk untuk seluruh manusia. Tuhan mengutus
seorang nabi, yang menjadi rahmat untuk semesta, untuk berbicara dengan
masyarakat sesuai dengan tingkat pemamahan mereka sehingga mereka dapat
menangkap apa yang ia katakan. Ia bertanggung jawab untuk menunjukkan
dakwah yang mahir dan jelas. Bukan sekedar ceramah namun Nabi Saw
meyakinkan dirinya bahwa orang-orang memahami apa yang ia sabdakan dan
terkadang ia bertanya: "Apakah sudah kusampaikan apa yang seharusnya
kusampaikan?"
D Benar, Son. Sebagaimana disebutkan dalam
al-Qur'an: Kami tidak mengutus seorang nabi kecuali ia mampu
berkomunikasi dengan masyarakatnya sesuai dengan bahasa mereka.
S Akankah kita saksikan ketika seluruh rintangan
yang menghalangi antara kaum ulama dan rakyat, khususnya kaum muda,
dapat disingkirkan dan menjadi mungkin untuk berkomunikasi dengan mereka
melalui internet dan menanyakan isu-isu agama melalui media virtual
ini?
D Mereka telah melakukan hal tersebut, namun kami
pikir bukan itu masalahnya. Tatkala hal ini terjadi, engkau dapat
mengajukan setiap pertanyaan dan mengekspresikan seluruh keraguanmu
tanpa secuil masalahpun. Nabi Saw dan keturunannya yang suci mengajarkan
kepada kita bahwa tidak ada rasa malu dalam membicangkan urusan agama,
sebagaiman kata mereka, "Bertanyalah, lantaran pertanyaan merupakan
kunci ilmu pengetahuan." Agama kita merupakan agama logis dan rasional,
oleh karena itu mengapa ktia harus takut pertanyaan-pertanyaan kaum
muda? Apakah kita tidak mempunyai jawaban-jawaban rasional? Bertanyalah
apa yang engkau tanyakan, Nak. Bertanyalah segala hal; jangan engkau
simpan keraguan tentang agama dalam benakmu.
S Well, pertanyaan pertama adalah mengapa engkau katakan beberapa waktu yang lalu bahwa salatku tidak diterima?
D Lantaran ucapanmu: Engkau salat karena engkau
diperintahkan untuk salat. Oleh karena itu seluruh salatmu tertunaikan
hanya untuk mentaatiku; dengan demikian, salat itu kurang perhatian yang
seharusnya dan tidak sah. Jika engkau menunaikan salat semata-mata
untuk Tuhan bukan untukku, maka salat itu merupakan salat yang benar dan
sahih.
S Tapi saya mengerjakan salat sebagai bentuk ketaatanku kepada Tuhan dan kepada Anda.
D Apakah saya adalah sekutu bagi Tuhan?
S Tidak. Mari saya jelasakan masalah ini: Merupakan
sebuah keharusan bahwa seorang muslim harus mentaati perintah Tuhan
saja, bukan yang lain: Pertama, ia memerintahkan orang lain untuk
menuruti perintah Tuhan. Kedua, perintah Nabi Saw tidak bertentangan
dengan perintah Tuhan. Dengan memperhatikan ayat, "Taatilah Allah, dan
taatilah Rasul," engkau berkesimpulan bahwa mentaati Rasulullah adalah
sama dengan mentaati perintah Tuhan. Jadi jika kita mematuhi perinta dan
tidah Rasulullah, maka sesungguhnya kita mentaati Allah. Allah
berfirman: “Ia yang mentaati Rasulullah, sesungguhnya mentaati Allah."
S Ketika aku diperintah untuk mengerjakan salat,
ketaatanku kepadamu merupakan hasil dari aturan yang pertama. Yaitu
mentaati Seseorang, yang memerintahkan untuk mentaati Tuhan.
D Kalau demikian adanya, ketaatan itu merupakan ketaatan kepada Tuhan, bukan kepadaku.
S Dad, Maukah Anda memberikan gagasan jelas ihwal
mentaati orang lain. Kapan hal tersebut dipandang diterima (maqbul) dan
kapan dipandang sebagai syirik?
D Kriterianya, sangatlah mudah. Engkau bisa
mendapatkannya sendiri. Manusia tahu akan dirinya sendiri. Terapkanlah
hal ini pada dirimu. Kapan saja engkau menghadapi sesuatu, bertanyalah
kepada dirimu apakah hal itu diizinkan oleh Tuhan atau tidak. Bila hal
itu melawan perintah Tuhan, maka hal itu dipandang sebagai dosa dan
pembangkangan.
S Cukup jelas.
D Dan jika engkau melakukan sesuatu sejalan dengan
keridaan Tuhan, tanyakanlah kepada dirimu: Jika hal itu bakalan membuat
Tuhan benci, akankah engkau melakukan hal tersebut? Jika demikian, maka
hal itu merupakan sesuatu yang dilarang (haram).
S Jadi saya harus senantiasa sadar akan keberadaan
Tuhan dalam benakku, dan bekerja keras untuk membuatnya rida. Saya harus
mengingat hal ini sebagai sebuah kriteria untuk seluruh perbuatannku.
D Dan berpikir tentang segala sesuatu berjalan sesuai persetujuan Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
S Wonderful, menakjubkan .
D Oleh karena itu, jika salatmu dikerjakan untuk
menyenangkan ayahmu dan jika saya memintamu untuk berhenti mengerjakan
salat, dan engkau akan memenuhi hal itu, maka salat macam ini tidak
hanya tidak diterima, tapi juga termasuk perbuatan syirik..
S Perbuatan syirik?!
D Iya, lantaran engkau mencari keridaanku bukan keridaan Allah. Niatmu adalah untuk mentaatiku bukan memenuhi titah Tuhan.
S Kalau begitu, saya harus berpikir hati-hati dan seksama dalam perbuatanku untuk tidak terjebak ke dalam liang kemusyrikans.
D That’s right son, syirik menembus jiwa manusia secara diam-diam dan merusaknya sebagaimana cuka merusak madu.
S Saya membaca bahwa syirik merembes ke dalam jiwa
manusia lebih pelan dari seekor semut hitam di atas batu hitam di malam
yang gelap gulita.
D Iya, demikianlah perbuatan syirik. Di samping
itu, syirik dapat menembus selagi kita menunaikan tugas kita tanpa
disadari. Apakah engkau pernah mendengar hadis, yang berkata: “Barang
siapa yang menyandarkan telinganya kepada seorang pembicara, ia akan
mentaatinya; jika si pembicara bercerita tentang Tuhan, mereka akan
mentaati Tuhan, dan jika ia berbicara ihwal Setan, ia akan memenuhi
perintah Setan?"
S
O God! Betapa banyak pengikut Setan di luar sana?
D Mereka bahkan tidak tahu jumlahnya.
S Bagaimana seseorang dapat mensucikan dirinya dari perbuatan syirik tersembunyi?
D Ia harus membebaskan hatinya dari cinta kepada
harta dan hasrat hidup, dan meninggalkan seluruh harta bendawi kemudian
tinggal bersenang-senang hingga hari Kiamat. Seseorang harus mengabaikan
segalanya kecuali keridhaan Tuhan. Hal ini berarti bahwa ia harus
melonggarkan jalinan eratnya dengan keturunannya, istri, kerabat, harta
dan rumah dan merajut hubungan erat dan mesra dengan Dia yang
menganugerahkan kepada kita keturunan, istri, kerabat, harta dan rumah.
Dialah yang memberi dan mengambil dan kemudian memberi lagi. Demikian
jika umat manusia berpaling dari semesta kepada sumbernya, mengarahkan
hasratnya dan cinta kepada Sang Pencipta sebagai ganti makhluk dan tidak
memikirkan kehidupan dan harta, kemudian manusia dapat menjadi seorang
Ilahi, yang secara jujur berkata kepada Tuhan: “Segala puji bagi-Mu
lantaran telah mensucikan hatiku dari noda kemusyrikan."
S Apakah yang lebih utama dari kedudukan semacam
itu dan siapakah yang lebih beruntung dari seseorang yang telah
menggapai kedudukan ini!
D Apakah engkau belum mendengar apa yang disabdakan
oleh Imam 'Ali: "Tuhanku! Mereka yang kehilanganMu, tidak menemukan
apapun, dan mereka yang menemukanMu tidak kehilangan apapun.”
S
Tell me more, Dad.
D Seseorang yang berbakti kepada Tuhan menjelaskan
ihwal meninggalkan kesenangan hidup dan berpaling kepada Tuhan dana
berkata: "Dimanakah para raja-diraja dan keturunannya menikmati
kesenangan ini? Seseorang yang lain berkata: "Kami berada dalam
kesenangan, sekiranya para raja mendengarnya, mereka akan memerangi kita
dengan menghunus pedangnya untuk merebut kesenangan ini."
S Saya, sesungguhnya, merasakan kenikmatan berdoa
kepada Tuhan, khususnya di sepanjang shalat malam, tatkala orang-orang
tidur dan tidak terdengar suara kecuali getaran suara hamba yang
bercengkerama dengan Tuhan, memandang ke langit dengan bintang-gemintang
yang berkilauan. Nampak seakan-akan bintang gemintang itu memuja Tuhan
dan sang hamba berkata: “Mahasuci, Mahatinggi…" atau seakan-akan mereka
sekedar menjadi para saksi dalam sidang kesadaran. Mereka bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah, tiada pencipta selain Tuhan, tiada yang
memberikan rezki kecuali Tuhan. Umat manusia bergabung dengan para
makhluk ini untuk menginspirasi ayat suci berikut ini: "Apa saja yang
berada di langit dan di bumi bersujud di hadapan Allah." Jadi seseorang
merasakan integrasi dengan segenap makhluk dalam kenikmatannya, sujud
yang panjang dan tatkala ia mengangkat kepalanya dan memandang di
sekeliling, ia melihat mereka yang telah tenggelam dalam tidur lelapnya,
menyesali mereka yang telah kehilangan kesempatan ini! Betapa malangnya
mereka.
D Menyeru Tuhan di keheningan dan kebeningan malam
hari merupakan sebuah latihan dan pelajaran dalam mengenal-Nya. Ia
merupakan secawan cinta bagi Tuhan dan kenikmatan yang menggembirakan
seseorang yang mendapatkannya. Selamat kepadamu Nak, atas kedekatanmu
kepada Tuhan.
S But Dad, bagaimana aku dapat mendekat kepada
Tuhan selama aku masih memiliki pertanyaan yang engkau motivasi untuk
aku tanyakan kepadamu?
D O son! Minatmu dalam menyampaikan dan mengejar
keraguan-keraguan serta pertanyaan-pertanyaamu itu membuktikan akan
keseriusanmu dalam agamamu dan keyakinanmu.
S Dad, Anda yang memotivasiku dan membuatku merasa santai. Saya akan memulai dengan sebuah pertanyaan sederhana?
D
Silahkan, go ahead.
S Anda berkata bahwa fitrah yang terjaga atau
argumen fitrah merupakan pemandu utama yang menuntun kita untuk
membuktikan keberadaan Tuhan.
D
Iya betul, aku berkata demikian.
S Apakah argumen ini merupakan satu-satunya argumen dan burhan yang ada dalam membuktikan keberadaan Tuhan?
D Tidak, namun argument ini merupakan argumen yang
mudah untuk dicapai, tersedia dan argumen siap pakai tatkala diperlukan.
Tapi argumen tersebut bukanlah satu-satunya argumen yang tersedia.
Argumen tersebut persis seperti ASI bagi seorang
bayi; ia berpaling kepadanya bilamana ia merasa lapar. Jumlah argumen
yang membuktikan keberadaan Tuhan sepadan dengan jumlah desah nafas
makhluk-Nya, dan jumlah bebatuan dan pasir-pasir.
S Permisalan fitrah kepada ASI ibu bagi seorang
bayi merupakan permisalan yang menarik. Saya ingat adikku pada hari
pertamanya taktkala ia menangis dan mencari ASI ibu dan ia tidak merasa
tenang hingga Ibu menyusuinya; nampaknya ia telah mengetahui hal ini; ia
kemudian merasa tenang dan puas dengan apa yang diberikan kepadanya.
Saya bertanya kepada diriku ketika itu: Siapa yang mengajarkan makhluk
lemah yang baru saja lahir ke dunia ini tentang darimana mendapatkan
makanan?
D Ia diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya melalui
insting. Insting menghubungkan seorang manusia dengan kebutuhan
naturalnya, dan hal ini tidak memerlukan pengetahuan sebagiamana yang
engkau saksikan pada bayi yang baru lahir. Hal yang sama diterapkan pada
keberadaan Tuhan. Manusia secara instingtif merasa butuh kepada Tuhan
dan mencarinya adalah ibarat bayi yang mencari ASI ibunya. Tatkala ia
mendapatkannya, ia akan merasa tenang dan nyaman. Tidak ada argumen
rasional dalam masalah fitrah akan keberadaan Tuhan sebagaimana engkau
tidak akan temukan alasan mengapa seorang bayi mencari ASI ibunya.
Hanyalah perasaan instingtif kebutuhan terhadap Tuhan yang dimiliki oleh
setiap orang dalam kelemahannya tatkala ia melepaskan seluruh
ketergantungan material dan berpaling sepenuhnya kepada Tuhan tanpa ia
mampu memberikan kepada pembenaran teoritis atau analisa ideologis
terhadap perbuatannya.
S Lalu mengapa semua orang tidak beriman kepada
Tuhan? Bukankah benar bahwa sifat tersebut terdapat pada seluruh
manusia? Benarkan bahwa tabiat dan sifat tersebut tidak pernah mati?
D Tetapi terkadang ia bersikap tidak fair.
S Iya. Terkadang ia bersikap tidak fair. Namun ia
ada, lalu mengapa banyak orang tidak beriman kepada Tuhan, padahal hal
ini merupakan realitas kasat mata dan kita melihatnya dalam banyak ayat:“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.”
(Qs. Yusuf 21:202)
D Pertanyaan yang baik. Saya sangat senang kau
bertanya pertanyaan semacam ini untuk mengerangka imanmu di atas dasar
yang kukuh dan tanpa keraguan pada sebuah lingkungan yang sehat jauh
dari taklid kepada orang tua dan ideologi yang mengancam. Sekarang
dengarkan jawabannya: Ayat menegaskan:“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.”
(Qs. Yusuf [12]:103) Ayat ini dan ayat-ayat yang serupa dengannya
berbicara secara umum tentang konsep keimanan dan beberapa bagian
lainnya yang mencakup bahasan yang cukup luas seperti beriman kepada
Tuhan, para nabi, hari Kiamat dan komitmen terhadap ketaatan kepada
Allah. Mukmin sejati yang memiliki kepercayaan semacam ini jumlahnya
kurang dan dalam kondisi minoritas. Namun, beriman kepada keberadaan
Tuhan merupakan keyakinan yang bersifat umum yang terdapat di setiap
daerah dan waktu. Engka tahu bahwa beriman kepada Tuhan merupakan
keistimewaan bagi umat manusia sepanjang perjalanan sejarah. Dalam
perspektif ilmiah, tatkala sesuatu bertautan dengan kemanusiaan di
sepanjang masa dan tempat maka hal tersebut dipandang sebagai bagian
integral kehidupan manusia dan bukan sekedar sebuah fenomena. Jika ia
sebuah fenomena, ia akan hilang pada setiap waktu dan kemudian muncul
kembali pada waktu dan tempat yang berbeda. Sebagaimana yang engkau
lihat, beriman kepada Tuhan terdapat pada masa lalu dan masa kini serta
akan senantiasa berlanjut di masa mendatang. Dengan demikian, beriman
kepada Tuhan bertautan dengan naluri manusia dan tidak dapat dipandang
sebagai kasus abnormal dalam pentas sejarah. Hal ini bermakna bahwa
beriman kepada Tuhan adalah seperti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah), sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
(Qs. Ar-Rum [30]:30)
S Lalu mengapa yang minoritas ini tidak beriman kepada Tuhan?
D Lantaran fitrah mereka telah tercemar. Tidakkah
engkau melihat bagaimana selera bayi berubah tatkala ia menderita sakit;
ia akan berpaling dari ASI ibunya? Naluri natural dapat rusak dengan
cara sepert ini dan kemudian meninggalkan ibadah kepada Tuhan. Laksana
bayi yang kembali menyedot ASI ibunya tatkala keadaannya telah pulih.
Hal ini adalah naluri. Ia akan kembali kepada Tuhan setelah sembuh.
S Dan penyembuhan ini dapat menjadi sebuah kejutan
atau bahaya yang tak dapat terhindarkan dimana seseorang tidak dapat
menghadapinya.
D Well-done! Penyembuhan ini membantu bahka
orang-orang yang sangat jauh dari Tuhan. Bayangkan seseorang yang tidak
hanya menyembah berhala, tetapi juga mengklaim sebagai tuhan. Fir’aun
pernah berkata: “Akulah tuhanmu yang mahabesar.” Tabiat orang semacam
ini, ketika berhadapan dengan sang maut, bangun dan kemudian menyatakan
imannya tatkala ia berkata:“hingga bila Fira‘un itu
telah hampir tenggelam, ia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra’il, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) .”
(Qs. Yunus [10]:90) Jadi engkau melihat orang yang mengklaim dirinya
sebagai Tuhan kembali kepada fitrahnya tatkala menghadapi kondisi
genting, oleh karena itu sangat natural bagi mereka yang kurang tercemar
dengan kekafiran dan kemusyrikan untuk melakukan hal yang sama.
S Terima kasih atas pelajaran ini Dad, namun saya masih memiliki pertanyaan lainnya.
D Go ahead (Silahkan).
S Anda katakan: Iman bertautan dengan fitrah
manusia dan buktinya adalah bahwa setiap orang pada setiap tempat dan
waktu beriman kepada Tuhan.
D Yes.
S Namun kita melihat kekafiran tersebar di sepanjang sejarah. Bagaimana Anda menjelaskan masalah ini?
D Hal ini dapat ditelusuri melalui tindakan saudaramu yang masih bayi ketika ia lapar.
S Apa? Saudaraku yang masih bayi! Bagaimana? Saya
dapat memahami tauhid melalui saudaraku yang masih bayi itu. Tapi,
bagaimana kekafiran dapat dilacak?
D Apakah engkau pernah melihatnya mengisap jarinya sebagai ganti meminum ASI ibunya?
S Oh..iya..iya.. Ia mencari sumber makanan, dan
jika ia salah atau tidak dapat menemukannya; ia mengisap jarinya sebagai
alternatif.
D Demikian juga kemusyrikan, fitrah secara salah
mendapatkan alternatif yang salah. Kesalahan ini terjadi lantaran
beberapa alasan eksternal, seperti absennya ibu si bayi yang menuntunnya
mengisap jarinya. Sebagaimana engkau tahu, setelah beberapa lama si
bayi menolak jari tatkala rasa lapar m menderanya dan mengisap jari
tidak akan memberikannya ASI. Demikian juga, seorang penyembah berhala
boleh jadi meninggalkan sesembahannya tatkala ia menghadapi kondisi
kritis dan genting yang memaksa fitrahnya untuk muncul kembali ketika
berhala-berhala tersebut tidak mampu memuaskan tuntutan batinnya untuk
kembali bersatu dengan tuhan sebenarnya, yaitu Tuhan.
S Thanks God and thank you Dad (Terima kasih Tuhan
dan terima kasih Dad). Biarkan saya menyimpulkan dari apa yang saya
pahami dari perbincangan kita. Fitrah yang menalar merupakan perasaan
natural yang dimiliki oleh setiap orang sebagai panduan menuju kepada
Tuhan. Jenis pembuktian ini merupakan pembuktian spiritual, ketertarikan
naluri dan bukan pembuktian rasional dan intelektual. Dia adalah
kekuatan pamungkas (ultimate) dan ghaib yang menjadi sandaran akhir
manusia tatkala ia tak berdaya. Ketertarikan fitri kepada Tuhan
berkurang sebagai akibat perbuatan dosa dan penyimpangan yang dilakukan
berulang-ulang. Tapi ia kembali bekerja tatkala manusia menghadapi multi
krisis yang menderanya. Dengan demikian, fitrah yang menuntun manusia
dan membawanya kembali kepada Tuhan.
D Kesimpulan yang engkau ambil merupakan kesimpulan
yang luar biasa. Apakah engkau memiliki pertanyaan lain, atau ingin
saya tambahkan?
S Please go ahead (Silahkan).
D Dulu terdapat sebuah ideologi yang muncul pada
abad kedua puluh. Ideologi ini muncul dan bertahan selama delapan puluh
tahun, tapi kemudian tumbang lantaran kegagalannya memenuhi panggilan
fitrah manusia. Fenomena ini, khususnya selama kegagalannya, sangat
berkaitan dengan subjek perbincangan kita.
S Apaan tuh, Dad?
D Ideologi itu adalah ideologi Leninisme dan
Marxisme atau Komunisme yang muncul pada awal abad kedua puluh dan
mengatur setengah dari wilayah Dunia Timur. Kira-kira sepertiga penduduk
dunia takluk kepada kekuasaan itu. Kekuasaan itu berkuasa kurang lebih
45 tahun lamanya dan didukung oleh kekuatan politik, ekonomi dan militer
raksasa. Ancaman dan siksaan secara intensif digunakan untuk
menyebarkan atheisme. Tapi apa yang menjadi hasilnya? Hasilnya adalah
benturan keras dan kegagalan jelas seluruh usaha raksasa tersebut yang
berlangsung sepanjang waktu itu dan melibatkan dua generasi yang
didominasi dan dibesarkan dalam atmosfer komunisme. Atheisme tidak dapat
hidup lama, dan masyarakat tidak menerima ideology menyimpang komunis
ini. Kendati dengan segala usaha dan upaya, masyarakat tetap menjalin
hubungan mereka dengan Tuhan. Kini, orang-orang atheis adalah minoritas
dan orang-orang beriman adalah mayoritas di seluruh penjuru dunia. Hal
ini membuktikan bahwa iman inheren dalam diri manusia dan ia tidak
didapatkan melalui asuhan dan masyarakat.
S Jika keyakinan dan iman diperoleh melalui jalan
nurture dan masyarakat, ia akan sirna sebagai hasil dari pendidikan
ideologi baru yang dipraktikkan oleh puak-puak komunis selama 45 tahun
pada abad silam dan tidak menyisakan setiap aspek agama tanpa
terjungkal. Ajaran komunis menyuntikkan pemikiran atheistik di
sekolah-sekolah, jalan-jalan, radio, televise, stadion, kamp-kamp
militer dan dimana saja ada lisan untuk bercuap-cuap, telinga untuk
mendengar dan mata untuk melihat. Meski dengan seluruh propaganda ini,
iman kepada Tuhan tetap tak tergoyahkan dan atheism yang terpuruk.“Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Hak, sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah adalah batil”
(Qs. Al-Hajj [22]:64)
D “Tuhan Yang Mahakuasa adalah hak.” Baik sekali, son.
S“Dia-lah Allah Yang tiada
tuhan selain Dia, Raja Diraja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang
Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Mengawasi, Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan.”
(Qs. Al-Hasyr [59]:23)
D Syukur kepada Tuhan karena telah membimbing kita
ke jalan ini, dimana kita tidak menemukan yang lain kecuali rahmat-Nya.
OK nak, sekarang pergilah tidur. Selamat malam! []
Bagian Ke-5
Tuhan atau Tabiat
D Apakah engkau telah memikirkan obrolan kita kemarin tentang tabiat?
S Certainly Dad, Saya memikirkannya dalam-dalam.
Obrolan itu telah menyisakan kesan yang luar biasa dalam hati dan
benakku. Saya telah meninjau ulang seluruh konsep-konsepku. Di lubuk
jiwaku yang terdalam saya mencari bukti atau argumen batin yang Anda
namai itu.
Saya sangat menderita pada tingkat permulaan ketika
saya menguji sejumlah pemikiran-pemikiran besar yang saya pelajari dari
kehidupanku. Dan kemudian saya harus mengeyahkan segala yang saya
warisi dari masa lalu dan terima dari orang-orang. Lalu saya beranjak
semakin dalam seolah-lah saya ingin menemukan sebuah cincin kecil yang
berharga yang telah jatuh di sebuah sumur yang dalam sehingga
seakan-akan saya ingin mengosongkan air sumur itu untuk menemukan cincin
tersebut yang tergelatak di dasar sumur.
D Well done…(baik sekali)
S Akhirnya tatkala saya mencapai dasar sumur
setelah menghilangkan segala sesuatu yang saya warisi atau peroleh dalam
hidupku, saya berjumpa dengan jiwaku yang telanjang dari segala
kebiasaan sosial dan ajaran budaya. Saya menjumpai sebuah kecendrungan
asli dan orisinil, bahkan kecenderungan yang sangat kuat. Namun
kecendrungan orisinil bertaut dengan sebuah kekuatan yang sangat
ultimate, yang mampu melakukan apa saja dan mengetahui segala sesuatu.
Saya juga merasa bahwa Kekuataan ini juga sangat dekat kepadaku, dapat
mendengar pekikan batinku, denyut pikiranku dan bahkan irama hatiku.
Saya juga merasa bahwa Kekuatan ini mencintaiku dan saya juga
mencintai-Nya. Saya mengenal kekuataan ini. Inilah kekuatan yang
menyelamatkanku dari gelombang tinggi dimana saya nyaris karam ketika
Anda mulai berbicara denganku. Saya telah menemukannya, Dad. Saya telah
menemukannya.
D Apa yang telah engkau capai sepanjang perjalanan
ini menyelam hingga kedalaman fitrahmu adalah iman yang kokoh dan
tak-terguncang yang secara kuat mencengkram dan bersemayam di kedalaman
jiwa setiap manusia.
S Lalu bagaimana bisa sebagian orang mengingkari keberadaan-Nya?
D Mereka melakukan hal ini melalui penipuan dan pemalsuan, yang disinggung dalam al-Qur’an sebagai:“Dan
mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka),
padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan itu.”
(Qs. An-Naml [27]:14)
S Celakalah orang-orang tersebut! Alangkah kasihannya. Duhai malangnya!
D Jangan merasa bersedih atas orang-orang ini.
S Pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan memerlukan
banyak pemalsuan dan kelancangan. Ia juga memerlukan keberanian untuk
berpaling dari panggilan baik panggilan jiwa dan akal serta jauh dari
tabiat dan kesadaran manusia.
D Tiada seorang pun yang dapat menafikan keberadaan
Tuhan, putraku. Namun mereka memberikan nama-nama lain bagi Tuhan, atau
mencirikannya dengan berbagai sifat dan perbuatan.
S Bagaimana bisa seperti itu, Dad? Bagaimana Anda
dapat berkata demikian? Kitab-kitab resmi banyak membicarakan tabiat
(nature). Iya, nature – sebagaimana yang mereka sebut – mendominasi
seluruh semesta dan menata aturannya dengan bijak dan sempurna.
D Mereka memberikan nama lain untuk Tuhan. Mereka
menyebut-Nya “Tabiat” baik secara tidak sadar atau keras kepala. Oleh
karena itu, ketika engkau bertanya kepada mereka tentang tabiat, mereka
akan berkata “Ia merupakan kekuatan yang mendominasi semesta, memiliki
kemampuan ultimat, pengetahuan dan kebijaksanaan mutlak.” Sebagaimana
yang engkau lihat, seluruh karakteristik ini tidak dapat dijumpai selain
Pencipta semesta. Perbedaan antara kita dan mereka hanya terdapat pada
terminologi. Mereka menyebut sang Pencipta “Tabiat,” sementara kita
memanggilnya “Tuhan.”
S Terdapat perbedaan lain, Dad.
D Perbedaan apa itu?
S Kita menyembah dan beribadah kepada Tuhan, tapi mereka tidak menyembah tabiat.
D Saya kira mereka menyembah tabiat, son.
S Bagaimana mereka menyembahnya?
D Memuja sesuatu dan berserah diri di hadapan
kebesarannya merupakan inti ibadah. Mereka memuliakan tabiat dan
merendah di hadapannya, oleh karena itu, mereka beribadah kepadanya.
Setan telah memperindah perbuatannya dan memalingkan mreka dari jalan
yang sebenarnya.
S Apa yang membuat mereka berpaling dari Tuhan, yang menciptakan mereka?
D Jika mereka mengakui keberadaan-Nya, mereka
mewajibkan diri mereka untuk mentaatinya. Tapi mereka tidak melakukan
hal ini. Mereka hanya mengikuti hawa-nafsu mereka. Oleh karena itu,
mereka menyembah hawa nafsunya, sementara kita menyembah Tuhan.
S Sudihkah Anda menjelaskan hal ini secara rinci Dad? Anda baru saja berkata bahwa makna ibadah adalah memuja objek ibadah.
D Dan makna lainnya adalah mentaati orang yang
disembah. Jadi, jika kita mentaatinya, kita beribadah kepadanya. Dan
jika kita mentaati hawa nafsu kita, kita beribadah kepadanya. Tidakkah
engkau membaca al-Qur’an:“Apakah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”
(Qs. Al-Furqan [25]:43) Jadi orang yang menuruti hawa nafsunya membuat
hawa nafsu ini sebagai tuhannya. Hal ini bermakna bahwa ia beribadah
kepada hawa nafsunya. Setiap orang atau segala sesuatu yang ditaati
(selain Tuhan) adalah tuhan dalam pandangan ini.
S Kemudian terdapat banyak redaksi “ibadah”, dan redaksi “Tuhan,” bukankah demikian?
D Iya, memang demikian. Kita akan membahas permasalah ini secara detail nanti.
S Kini, mari kita kembali ke isu utama tentang
argumen fitrah yang menuntun setiap manusia kepada Tuhan. Saya telah
mencari ayat-ayat al-Qur’an yang berkisah tentang argumen fitrah secara
khususnya ayat yang bertautan dengan perjalanan laut.
D Apakah engkau telah menemukan argumen ini dalam ayat tentang perjalanan di laut?
S Yes, Dad. Saya telah menemukan ayat ini (sembari
membuka al-Qur’an) pada surah Yunus. Pada ayat 11, Tuhan berfirman:
“Dia-lah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan dan
(berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan
tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba
datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru
menimpa mereka, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya),
maka mereka berdoa kepada Allah dengan dengan tulus hati (sembari
berkata), “Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”
D Dalam kamus al-Qur’an engkau akan temukan seluruh
ayat yang berbicara tentang perjalanan dengan laut pada halaman yang
sama. Kebanyakan dari ayat-ayat tersebut berbicara tentang tauhid.
S Saya akan kembali ke subjek index al-Qur’an pada waktu yang lain, sekarang saya memiliki beberapa pertanyaan.
D Silahkan. Tanyakan segala sesuatu yang engkau sukai, lantaran kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya.
S Saya memiliki dua pertanyaan; Pertama: Apakah
al-Qur’an menyuguhkan bukti selain bukti (argumen) fitrah untuk
membuktikan keberadaan Tuhan? Kedua: Bagaimana al-Qur’an beradu-argumen
dengan orang-orang musyrik? Dan pertanyaan ketiga..eh..eh saya lupa,
saya kira dua pertanyaan cukup bagiku sekarang ini.
D Tidak, son. Jangan biarkan pertanyaan apa pun ihwal agama tersembunyi dalam benakmu tanpa mencari jawabannya. Bertanyalah.
S But, Dad, ada banyak pertanyaan, beberapa saya
dengan dari kawan-kawanku dan sebagian dari para guru di sekolah,
khususnya mereka yang tidak beriman kepada Tuhan. Saya juga baca
beberapa hal di sana-sini dalam buku dan majalah yang berbeda, atau
mendengarnya di media, dan banyak lagi yang membangkitkan kecurigaan
tentang aspek yang beragam dari agama, dan terus-terang, dapat
mengguncang iman.
D Atas alasan itulah mengapa saya memintamu untuk
bertanya dan kemukakan pertanyaan-pertanyaan secara terang-terangan
tanpa ada keraguan, rasa malu atau kuatir.
S Tapi, Dad, saya dengar bahwa kebiasaan banyak
bertanya tidak dianjurkan, dan Tuhan telah melarang kebiasaan ini dalam
al-Qur’an. Tidakkah Anda telah membaca ayat ini:“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkanmu.”
(Qs. Al-Maidah [5]:101) Terlebih, ada sebuah kisah Baqarah (sapi) dan
Bani Israel dan bagaimana mereka diuji dan mendapatkan kemalangan karena
banyak mengajukan pertanyaan.
D Dengarkan sebentar, son. Hal ini merupakan subjek
yang sama sekali berbeda. Bertanya dilarang jika ia bakalan merugikan;
bertanya yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan keyakinan beragama,
tetap bertanya sesuatu yang remeh yang tidak membantu setiap orang.
Sebuah contoh dari kisah sapi di atas dalam surah al-Baqarah. Tuhan
meminta Bani Israel untuk mengorbankan seekor sapi. Cukup bagi mereka
menuruti titah dan mengorbankan sapi yang tersedia. Jika mereka
melakukan apa yang dititahkan, itu untuk kebaikan mereka sendiri. Namun
mereka mulai bertanya tentang ciri-ciri, warna dan perangai sapi.
Tatkala Tuhan melihat keraguan, pembangkangan dan penundaan yang mereka
lakukan dalam menunaikan perintah, yang mengabarkan penyimpangan dan
hasrat mereka untuk menunda dan menolak, Tuhan menyempitkan skop
pemilihan sebagai hukuman atas penolakan dan penundaan dalam memenuhi
titah Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dilarang. Namun, yang
berkenaan dengan agama dan khususnya aspek ideologisnya yang bersumber
dari keinginan seseorang untuk mengetahui, mengerti dan memahami,
alih-alih mengikuti dan bertaklid secara buta kepada, merupakan tugas
mulia yang dapat dilakukan oleh manusia. Jadi, bertanyalah segala
sesuatu yang engkau inginkan, anakku, jangan ragu-ragu. Tiada yang harus
ditakutkan dalam agama kita apakah ia disampaikan oleh kaum muda atau
orang tua.
S OK Dad! Sudihkah Anda menjawab dua pertanyaanku yang terdahulu atau saya ajukan yang ketiga?
D Gimana baiknya menurutmu, saya tidak ingin
memberikan tekanan atau batasan dalam pikiranmu bahkan pada jenis
pertanyaan yang engkau ajukan atau rentetan-rentetannya. Ketahuilah
bahwa mempengaruhi pikiranmu adalah sesuatu yang tidak baik dan tertolak
oleh tabiat manusia. Hal ini melambangkan sebuah senjata yang lemah
terhadap arus intelektual yang berbeda dan mungkin tidak lagi ditemukan
di abad keduapuluh satu sekarang ini dimana mengakses seluruh jenis
informasi memungkinkan bahkan untuk seorang bocah kecil yang hidup di
belahan dunia lain. Seseorang dapat, dengan sekali mengklik, memperoleh
segala jenis informasi. Bagaimana seorang yang picik pikirannya
menerapkan pengawasan yang ketat pada kaum muda? Bertanyalah dan jangan
takut.
S Pertama-tama, jawablah kedua pertanyaanku yang pertama, please.
D OK! Pertanyaanmu adalah: Apakah al-Qur’an
menyuguhkan argumen lain selain argumen fitrah untuk membuktikan
keberadaan Tuhan? Jawabannya juga menuntun kepada argumen-argumen lain.
Argumen yang terpenting adalah:
1. Argumen keteraturan
2. Argumen teleologi (bahwa segala sesuatu memiliki tujuan)
Jawaban untuk pertanyaan kedua adalah ihwal gaya al-Qur’an membantah kaum kafir tentang Tuhan:
Kebanyakan kaum kafir tidak secara tegas dan
tersurat menafikan keberadaan Tuhan. Mereka mengingkari agama-agama
samawi. Pembahasan ihwal keberadaan Tuhan sangat jarang. Misalnya,
Fir’aun dan Namrud merupakan orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai
tuhan. Ada beberapa pembahasan yang menarik antara mereka dan nabi-nabi
dalam masalah ini. Terlepas dari hal tersebut, kebanyakan pembahasan
dengan para nabi adalah tentang kenabian dan legitimasinya; ada
perdebatan tentang apa yang dibawa oleh nabi berupa hukum dan
perintah-perintah yang harus dituruti dan ditaati oleh manusia untuk
mendapatkan anugrah Surga dan terselamatkan dari bencana Neraka pada
hari Kiamat. Sikap kaum musyrikin adalah mengingkari kenabian untuk
membebaskan diri mereka dari tanggung jawab dan menafikan hari Kiamat
untuk menyembunyikan tabiat mereka yang takut terhadap hukuman Tuhan.
S
Dad, saya ingin mendengarkan dialog yang terjadi antara Fir’aun dan Musa tentang tauhid.
D Fir’aun berkata kepada umatnya “Bukankah aku
Tuhanmu.” Namun Musa dan saudaranya menghadapi Fir’aun dengan penuh
keyakinan dan menjungkalkannya tatkala mereka menyebut diri mereka
sebagai “hamba Tuhan.” Mereka diperintahkan untuk menyampaikan pesan
khusus dari Tuhan: Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fira‘un) dan
katakanlah, “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhan-mu, maka
lepaskanlah Bani Isra’il bersama kami dan janganlah kamu menyiksa
mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti
(atas kerasulan kami) dari Tuhan-mu. Semoga keselamatan dan
kesejahteraan terlimpahkan atas orang yang mengikuti petunjuk.
Fir’aun dikejutkan dengan diruntuhkannya klaimnya
bahwa ia adalah tuhan yang besar. Lalu ia berusaha merubah jalur
pembicaraan dengan bertanya kepada mereka:“Fira‘un
berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” ” Musa menjawab: “Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada makhluk-Nya segala
sesuatu (yang mereka butuhkan), kemudian memberi petunjuk kepada
mereka.”
(Qs. Thaha [20]:49-50) Dengan cara seperti ini Musa membeberkan
keyakinannya dalam bentuk yang lengkap dan berdimensi universal.
Kemudian Fir’aun kembali mencoba mengganti tema pembicaraan lalu ia
bertanya ihwal generasi-generasi sebelumnya:Fira‘un berkata, “Lalu bagaimanakah nasib umat-umat terdahulu (yang tidak beriman kepada semua itu)?”
(Qs. Thaha [20]:51) Pertanyaan semacam ini berupaya menggiring
pembicaraan kepada sebuah teka-teki yang tak-berujung lantaran
topik-topik sebelum ini asing bagi mereka dan tiada seorang pun yang
pernah mendengarnya. Juga, menjawab pertanyaan semacam ini tiada gunanya
bagi perdebatan yang hangat. Jadi Musa menjawabnya dengan santun dan
bijak serta membawanya kembali kepada tema pokok pembicaraan. Musa
menjawab,“Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhanku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.”
(Qs. Thaha [20]:52) Kemudian Musa melanjutkan ucapannya tentang Tuhan sebagai berikut:“(Tuhan)
yang telah menjadikan bumi bagimu sebagai tempat kehidupan yang tenang
dan telah menjadikan jalan-jalan bagimu di bumi itu, dan menurunkan air
hujan dari langit.” Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”
(Qs. Thaha [20]:53) Tatkala Fir’aun, terlihat seperti seperti orang yang
ketakutan akan kehidupan dunianya, tidak menemukan jalan untuk lari
dari situasi yang memalukan tersebut, ia berpaling kepada orang-orang
yang ada di tempat itu, melontarkan tudingan murah dengan menyebut Musa
sebagai: pendusta dan tukang sihir:”Fira‘un berkata kepada orang-orang di sekelilingnya, “Apakah kamu tidak mendengar (ucapan orang ini)?”
(Qs. Asy-Syuara [26]:25) Ia juga menambahkan:“Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.”
(Qs. Asy-Syuara [26]:27) Dalam menangkis tudingan ini, Musa menjawabnya dengan santun dan dalam sebuah ungkapan kenabian:“Musa berkata, “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu mempergunakan akal.”
(Qs. Asy-Syuara [26]:28) Dan kemudia ia mengalamatkan ucapannya kepada para pendengar yang hadir di situ:“Musa berkata (pula), “Tuhan-mu dan Tuhan nenek-nenek moyangmu yang dahulu.”
(Qs. Asy-Syuara [26]:26) Hal ini bermakna bahwa jika kalian meyakini
bahwa Fir’aun itu tuhan kalian lalu siapa Tuhanmu sebelum Fir’aun lahir?
Siapakah tuhan nenek moyang kalian?
S Alangkah menariknya pembicaraan ini! Pembicaraan
yang merupakan kombinasi dari kesederhanaan dan kedalaman, kekuataan
dalam menyimpulkan dan kepadatan dalam gaya.
D Inilah bahasa para nabi dan mereka yang mengikuti
jalannya. Sementara para pengikut Fir’aun memilih bahasa tudingan,
melecehkan, berdusta dan juga mereka memobilisasi orang-orang untuk
membenci para nabi dan orang-orang bertakwa. Engkau dapat jumpai debat
yang sama yang terjadi antara Namrud dan Ibrahim As.
S Dad! Please tell me lebih banyak tentang dialog antara Namrud dan bapak para nabi (Ibrahim).
D Ibrahim menyebutkan kekuasaan Tuhan atas segala manusia dan kendali-Nya atas hidup dan mati mereka: sebagai berikut:“Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dzat yang dapat menghidupkan dan mematikan.”
(Qs. Al-Baqarah [2]:258) Dialah yang memiliki segala yang berkenaan
dengan manusia semenjak awal hingga akhir. Tiada tuhan-palsu pendusta
yang dapat selamat dalam berhadapan dengan bukti rasional yang kuat ini
dengan berpretensi palsu dan mengada-ngada. Ia hanya dapat mampu
mengecoh orang-orang awam dengan mengklaim bahwa ia mampu menghidupkan
dan mematikan. Untuk membuktikan hal tersebut Namrud memerintahkan dua
tawanannya untuk dihukum mati; ia memberikan ampunan kepada salah
satunya dan membebaskannya; lalu ia berkata: aku menghidupkan karena
saya menyelamatkannya dari kematian. Lalu ia membunuh tawanan yang
lainnya dan berkata: Aku mematikan yang satu ini dengan demikian aku
mampu menghidupkan dan mematikan. Tatkala Ibrahim mendapatkan dirinya di
hadapan tantangan besar yang menggunakan kepalsuan dan falsifikasi
untuk menerapkan kendali atas pemikiran orang-orang, ia menggunakan cara
lain yang menyingkap penyelewengan Namrud di hadapan bangsa: Ibrahim
berkata,“Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka terbitkanlah matahari itu dari barat.” Lalu, orang yang
kafir itu terdiam (seribu bahasa); dan Allah tidak memberikan petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.”
(Qs. Al-Baqarah [2]:258) Lalu proses perdebatan ini menyingkap fakta
yang menuntun orang untuk meyakini Tuhan yang sebenarnya dan menunjukkan
kebohongan Namrud.
S Semoga salam Tuhan senantiasa tercurah kepada
Bapak para Nabi. Saya memiliki perasaan khusus kepada Nabi besar ini,
yang menghancurkan berhala-berhala, menggantung kapak di leher berhala
yang paling besar, dan berkata:“Sebenarnya patung
yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada
berhala-berhala itu jika mereka dapat berbicara.”
(Qs. Al-Anbiya [21]:63) Saya sangat senang atas gayanya yang memberikan
pencerahan kepada masyarakat tentang iman yang sebenarnya.
D Tapi ketahuilah bahwa bimbingan dan pencerahan
untuk orang-orang ihwal iman yang benar merupakan sebuah proses yang
berbahaya bagi mereka yang mempraktikkannya. Engkau telah lihat
bagaimana hal ini menggiring mereka untuk melemparkan Ibrahim ke dalam
api namun Tuhan menyelamatkannya.
S Juga membuat Fir’aun dan bala tentaranya mengejar
Musa dan para pengikutnya. Namun kematian menjemput Fir’aun dan bala
tentaranya yang menenggelamkan mereka di laut.
D Yes son. Para nabi dan pengikutnya memikul segala
penderitaan semata-mata demi Allah, dan Allah sebagai balasannya
menghinakan musuh-musuh mereka. Pada akhirnya, kesudahan yang baik bagi
orang-orang yang beriman.
S Dan nama Ibrahim tetap mulia bagiku.
D Apakah engkau sangat suka nama “Ibrahim?”
S Iya. Tentu saja Dad!
D Jadi, apakah engkau suka dipanggil “Abu Ibrahim?”
S Ah… well, sebenarnya saya sedang memikirkan hal ini, tapi…
D Tapi apa? Dianjurkan untuk memanggil seseorang dengan “Abu” Jadi semenjak kini engkau adalah Abu Ibrahim.
S Thank you Dad, but…
D But what? Maksudmu tentang Ummu Ibrahim?!
S No, No… Saya tidak bermaksud demikian.
D Saya bermaksud demikian Son… Engkau akan temukan sendiri Ummu Ibrahim pada waktunya nanti.
S Semoga Tuhan memberkatimu Dad, tapi saya tidak bermaksud demikian. Saya masih sangat terlalu muda.
D Engkau tidak terlalu muda; Kita akan
membincangkan permasalahan ini pada waktu yang laijn. Secara umum
al-Qur’an menyeru perkawinan dan juga Sunnah Nabi Saw menganjurkan
pernikahan dini. Tapi hal ini sama sekali tidak bermakna pernikahan
tergesa-gesa. Hal ini sesungguhnya bermakna tidak menunda pernikahan
tanpa ada alasan yang tepat. Menikah adalah memenuhi setengah dari
kewajiban-kewajiban agama. Dan jika seseorang menunda pernikahannya
karena kerisauan akan kesulitan keuangan, hal ini bermakna bahwa ia
telah salah memahami kehendak Tuhan. Tuhan, segala puji bagi-Nya,
berfirman:“Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. An-Nur [24]:32)
S Saya memiliki pertanyaan lain.
D Ihwal istri dan anak?!
S Bukan! Tentang Sosok yang tidak memiliki istri dan anak.
D Mari kita lanjutkan perbincangan ini pada lain waktu.[]
Bagian Ke-6
Keteraturan di Seantero Semesta
D Hari ini, saya ingin berbicara tentang argumen
atau bukti lain yang menegaskan keberadaan Tuhan. Argumen yang saya
maksud ini adalah argumen keteraturan karena kita cukup banyak membahas
penalaran batin.
S Saya sangat menyukai tema pembahasan ini, karena
nampaknya saya hidup dengan konsep tauhid setiap menit dalam hidupku.
Tatkala saya bangun atau beranjak tidur, saya senantiasa berpikir
tentang Tuhan dan saya rasa telah memasuki sebuah tahapan baru dalam
mengenal Tuhan. Saya sangat menikmati dapat berdekatan dengan Tuhan dan
bahkan merasa sangat rendah ketika saya renungkan dalam-dalam. Saya juga
merasakan hubungan akrab dengan-Nya tatkala membaca ayat-ayat-Nya. Saya
merasakan perhatian dan perlindungan-Nya dalam proses hijrahku dari
keyakinan tradisional ke keyakinan yang sebenarnya. Kini saya menghargai
diriku sebagai seorang makhluk yang bertuhan yang bertaut dengan sumber
keberadaan dan penciptaan. Saya melihat dunia sangat kecil dan tiada
berarti dibandingkan dengan kebesaran dan keagungan Penciptanya. Saya
hanya ingin mempercepat daur hidupku dan mencapai masa dimana saya
berdiri di hadapan Tuhan. Doa-doaku menjadi bermakna; ruku’ku menjadi
bertujuan dan sujudku di hadapan Tuhan menjadi sangat penting. Dad!
Beritahukan kepadaku ihwal argumen keteraturan sehingga saya lebih
menambah pengetahuanku tentang Tuhan.
D Baiklah, son. Pertama-tama, ceritakan bagaimana engkau belajar ilmu Fisika, Kimia, Botani dan Zoologi?
S Well, ada pelajaran teoritis di kelas dan
pelajaran praktis di laboratorium dimana kita mengamati
penerapan-penerapan atau melakukan eksperimen berdasarkan dari apa yang
kami pelajari di kelas.
D Jalannya sama dengan argumen keteraturan. Kita akan mempelajari keduanya, pelajaran teori dan pelajaran praktis.
S Dimana kita akan melaksanakan pelajaran praktis? Yang saya maksud di laboratorium mana?
D Nanti engkau akan mengetahui laboratoriumnya
dimana. Sekarang, mari kita mulai pelajaran teoritis ktia tentang tauhid
dan judulnya adalah “Argumen Keteraturan.” Berikan kepadaku salah satu
buku tentang tauhid yang engkau pelajari di sekolah.
S Buku tentang tauhid? Tapi Dad! Kami tidak memiliki buku semacam itu di sekolah.
D Ajib. Kau tidak belajar tentang tauhid di sekolah?
S Oh.. saya tahu sekarang. Yang Anda maksud adalah buku pelajaran agama?
D Bukan, bukan itu yang saya maksud lantaran
kebanyakan buku-buku pelajaran agama tidak mengajarkan tauhid
sebagaimana seharusnya. Buku-buku tentang tauhid yang saya maksud adalah
buku-buku: Fisika, Kimia, Botani, Zoologi, Geograpi dan sebagainya.
S Apa yang ingin Anda katakan Dad? Bagaimana buku Fisika dan buku-buku sains lainnya dapat disebut sebagai buku-buku tauhid?
D Saya akan katakan kepadamu mengapa buku-buku
sains merupakan buku-buku tauhid. Tapi pertama-tama apa ilmu Fisika itu?
Atau apa yang dimaksud dengan ilmu Fisika?
S Well, ia merupakan sebuah sains yang mempelajari
tentang hokum-hukum yang mengendalikan materi baik secara kualitas atau
pun kuantitas.
D
Excellent, bagaimana dengan Kimia?
S lmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari ihwal
struktur dan komposisi zat-zat demikian juga transformasi dan
interaksinya menjadi sebuah persenyawaan baru. Juga bertalian dengan
pembusukan dimana persenyawaan kimiawi terbagi menjadi elemen-elemen
atau persenyawaan-persenyawaan kecil.
D Bagaimana seluruh pertalian ini terjadi? Apakah
interaksi ini terjadi secara acak atau mengikut hukum-hukum yang
mengatur proses interaksi ini?
S Well, tentu saja interaksi ini mengikut kepada aturan dan hukum.
D Nah, bagaimana dengan Botani dan Zoologi?
S Saya pikir saya telah memahami maksud Anda, Dad.
Keduanya mengkaji tentang aturan-aturan yang mengelolah kehidupan flora
dan kehidupan fauna.
D Apakah hal ini dapat diterapkan pada disiplin ilmu lainnya?
S Iya, tentu saja. Keduanya mengikut kepada aturan dan hukum.
D Oleh karena itu, seluruh semesta diatur oleh aturan dan hukum, dan sains berupaya untuk menemukan hukum-hukum ini.
S Iya. Demikian adanya.
D Kini katakan kepadaku apakah hukum gravitasi
berfungsi secara periodikal atau berlangsung tetap dan dapat diterapkan
kapan dan dimana saja?
S Hukum gravitasi selalu berguna setiap saat; ia
merupakan sebuah hukum. Jika ia bekerja sewaktu-waktu dan tidak dapat
digunakan pada waktu lain, ia tidak dapat disebut sebagai sebuah hukum.
D Bagaimana dengan hukum-hukum lainnya dari ilmu Fisika, Kimia dan disiplin ilmu lainnya?
S Sama saja, hukum-hukumnya bersifat tetap; tidak pernah berubah.
D Bagaimana dengan Psikologi, Anatomi, Biologi, Astronomi dan ilmu Agrikultur?
S Semuanya sama. Seluruh semesta dikendalikan oleh aturan-aturan.
D Katakan kepadaku apakah bagian-bagian tertentu
dari semesta ini dapat lari dari aturan ini atau bagian-bagian tersebut
terpaksa mengikuti aturan-aturan tersebut secara akurat?
S Seluruhnya terpaksa mengikuti aturan tersebut secara akurat.
D Jadi seluruh subyek yang engkau pelajari di
sekolah menuntun kita kepada kenyataan berikut ini: Semesta ini diatur
oleh aturan-aturan spesifik yang mengelolah hubungan-hubungan dan
interaksinya. Dan dalam hal ini tiada kontradiksi yang terjadi di antara
aturan-aturan tersebut.
S
Benar.
D Kini kita ajukan dua pertanyaan: Pertama: Apakah
ada aturan tanpa pembuat aturan, kode tanpa kodifier, sebuah organisasi
tanpa seorang organizer, sebuah perencanaan tanpa perencana, dan sebuah
keputusan tanpa seorang decision maker? Kedua: Apa karakteristik sosok
yang meletakkan aturan-aturan tersebut untuk seluruh semesta ini?
S Anda luar biasa Dad! Hal tersebut merupakan
pemahaman ringkas dan benar dari seluruh jenis ilmu pengetahuan. Seluruh
ilmu dan sains menuntun manusia kepada Tuhan. Benar-benar luar biasa.
Kami sedang belajar bagaimana mengenal Tuhan dalam seluruh subyek tanpa
benar-benar menyadarinya. Alangkah kurang perhatiannya kami! Seolah-olah
kami tidur pulas tanpa sadar! Anda telah membuka mataku.
D Atas alasan itulah Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
yang benar-benar takut kepada Allah, di antara para hamba-Nya, adalah
orang-orang berilmu.”
S Jadi seluruh disiplin ilmu yang kami pelajari dipandang sebagai pasal dan bagian dari pembahasan tauhid…
D Dan seluruh hal ini menuntun kepada Tuhan jika
kesemua masalah tersebut disampaikan secara proporsional dan jika
istilah-istilah yang menyesatkan digantikan dengan istilah yang benar.
Namun sayang sekali, para pengarang buku yang digunakan di
sekolah-sekolah kebanyakan mengikuti ideologi Barat yang membicarakan
tentang aturan tabiat padahal sebenarnya “aturan Ilahi.”
S You’re right Dad. Meski pada kenyataannya bahwa
seluruh pengarang buku-buku yang kami pelajari meyakini Tuhan dan hari
Kiamat, saya tidak melihat walau satu kata yang menunjukkan kata “Tuhan
dalam buku-buku tersebut.
D Demikianlah pendidikan dan kebijakan Barat, yang
memisahkan kehidupan dari agama. Hal tersebut dimaksudkan untuk
membekukan agama pada peti es buku-buku tua dan membatasi program ajaran
agama di mesjid-mesjid saja. Dan juga bermaksud untuk membatasi shalat
hanya pada tempat shalat saja dan agama yang dikenal hanya diperkenalkan
pada acara-acara pernikahan, perceraian dan kematian saja. Mati kita
kembali kepada dua pertanyaan penting: Yang pertama: Apakah ada aturan
tanpa pembuat aturan, kode tanpa kodifier, sebuah organisasi tanpa
seorang organizer,? Dan pertanyaan kedua sedikit lebih dimodifikasi:
Apakah dunia yang teratur ini, yang berdasar kepada aturan-aturan yang
tak terbatas, membuktikan bahwa Pencipta semesta ini memiliki
pengetahuan dan kekuasaan mutlak? Atau dia adalah sosok yang lemah dan
jahil? Kita juga dapat bertanya apakah Pengatur semesta ini merupakan
makhluk yang hidup di semesta ini atau tidak. Dengan kata lain, apakah
Pencipta ruang dan waktu berada di luar altar ruang dan waktu atau dia
hidup pada dunia fisik tempat yang kita huni dan hidup.
S Nampaknya saya telah mulai memahami apa yang
dimaksud dengan tauhid dan apakah keyakinan kepada Tuhan itu…luar biasa!
Gagasan ini merupakan gagasan yang sangat rasional dan sederhana.
Gagasan yang menuai kedamaian pada pikiran dan jiwa. Tuhan Mahabesar!
Mahasuci Tuhan! Thanks God karena telah membimbingku untuk mengetahui
yang lebih baik. You’re right Dad! Semesta ini diatur oleh aturan dan
hukum yang merefleksikan sebuah system yang maha akurat dan tepat dan
bermakna bahwa semesta ini dikendalikan oleh Sosok yang menciptakan
sistem tersebut. Tuhan menciptakan system tersebut dengan segala
komponen dan telah mengendalikan fungsi dan kegunaannya. Dia adalah
Mahakuasa, Mahamengetahui dan Mahabesar; tiada tuhan selain Allah.
Segala puji bagi Tuhan semesta alam!
D Seluruh kaum yang congkak tunduk kepada-Nya, para
raja takluk di hadapan-Nya, dan mereka seluruhnya tunduk kepada-Nya dan
mengikut kepada aturan-aturan-Nya.
S Apa nilainya bagi raja-raja yang mengatur bagian
sebagian kecil dari planet yang kuculuk ini? Pengaturan raja-raja
tersebut adalah ibarat setitik nuktah dibandingkan dengan dunia yang
tak-terbatas? Apa nilai raja-raja tersebut dibandingkan dengan Raja
segala raja?
D“Penuh berkah nan abadi Allah
yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Lihatlah sekali lagi, apakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang?”
(Qs. Al-Mulk [67]-1-4)
S Segala puji bagi Tuhan… dan syukur kepada Tuhan
semesta alam…Syukur kepadaMu karena telah membimbingku untuk mengetahui
yang lebih baik. Syukur kepada Tuhan. Dad! Saya sangat merasa
bahagia…kebahagiaan yang sangat luar biasa. Saya rasakan dalam jiwaku
penuh dengan cinta kepada Tuhan. Saya berharap dapat terbang ke Kerajaan
yang tertinggi.
D“Barang siapa yang Allah
menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.”
(Qs. Shaf 5:214)
S Syukur kepada-Mu Ya Tuhan telah membimbing kami,
dan Syukur kepada Tuhan atas segala yang dianugerahkan kepada kita. Dad!
Tolong lanjutkan obrolan ihwal argumen keteraturan yang menuntun untuk
mengenal Tuhan.
D Saya telah memberikan kepadamu kunci dan kini
giliranmu untuk menggunakannya. Seluruh bagian dari semesta dan seluruh
aspek kehidupan diatur dengan tepat dan akurat. Tiada ruang atau waktu
yang tidak mengikuti aturan-aturan ini dan setiap system atau proses
tersebut mengingatkan kita kepada Tuhan, Keagungan-Nya, Pengetahuan-Nya
yang mutlak, dan Kekuasaannya yang tak-terbatas.
Inilah kuncinya. Jadi dimana pun engkau arahkan
pandanganmu, engkau akan temukan tanda sempurna dari keberadaan Tuhan.
Jika engkau memandang kepada dirimu atau ke langit-langit, engkau akan
jumpai ayat-ayat Tuhan yang menyebar di seluruh penjuru tabiat.“Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap penjuru dunia dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhan-mu tidak
cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”
(Qs. Fushshilat [41]:53)
S Dad! You’re right. Anda telah membekaliku dengan
sebuah konsep yang sangat berarti. Saya akan terus memikirkan konsep
iman yang baru ini. Konsep keteraturan dalam segala hal dan bukti-bukti
yang berhubungan yang menegaskan keharusan sosok Pencipta yang
Bijaksana.
D Well, dengan jalan ini kita akhiri pelajaran teoritis kita di bawah judul “argumen keteraturan.”
S Sorry Dad! Tapi pelajaran teoritisku baru saja
mulai dan kelihatannya tidak akan berakhir. Saya akan tetap belajar
pelajaran-pelajaran tauhid dalam segala hal. Saya akan menata
pandanganku yang menuntunku kepada ketaraturan semesta, sepanjang
hayatku. Jadi pelajaran ini baru saja mulai dan tidak akan berakhir.
D Well-done son! God bless you dan semoga Tuhan
memandumu untuk menjadi orang-orang shiddiqien (orang-orang benar).
Anakku..sekarang pergilah tidur.
S What, Dad? Tidur! Anda telah membukakan
pintu-pintu langit bagiku, bagaimana aku dapat tidur? Saya akan tetap
bersama Sang Kinasih; Saya akan bercengkerama dengan-Nya semalam suntuk
hingga fajar supaya saya tidak kehilangan shalat Subuh. Saya akan tetap
bersama-Nya sepanjang malam, Sosok yang sangat peduli kepadaku,
sementara aku acuh kepada-Nya.[]
Bagian Ke-7
Semesta ini Acak atau Teratur?
Si pemuda tidak tidur malam itu. Sebaliknya, ia
menghabiskan malam itu dengan mengerjakan shalat dan sujud. Ia
menengadahkan tangannya memanggil Tuhan, dan melupakan bahwa lengannya
telah capek. Ia membaca bagian-bagian yang lain dari doa-doa yang ia
hafal, mengulang-ngulang beberapa kalimat, mendongakkan kepalanya dan
melihat ke angkasa raya yang dihiasi gemilau pendaran cahaya purnama,
sedemikian sehingga tiada bintang yang terlihat. Seolah-olah bintang
gemintang membiarkan purnama yang lebih besar dan lebih kuat mengambil
alih tempatnya. Pada saat itu, anak muda itu mengingat sebuah ayat dari
al-Qur’an: “Segala yang ada di langit dan di bumi bersujud di hadapan
Allah.” Bintang-gemintang dan planet-planet bersujud di hadapan Tuhan.
“Mereka seluruhnya beribadah,” katanya. “Mereka melakukan apa yang
tengah kulakukan, atau sebaliknya saya yang melakukan sesuatu yang
tengah mereka lakukan.” Lalu ia menatap bulan yang tunduk dan
bintang-gemintang dalam gugusannya. Ia membayangkan langit sebagai
masjid agung dimana bulan bertindak sebagai seorang imam bagi
bintang-gemintang dalam kebesarannya beribadah kepada Allah Swt.
Ia berandai-andai sekiranya berada di salah satu
tempat bintang-gemintang itu, bahkan tempat kecil sekali pun, untuk
turut serta dalam ibadah kudus dan mengesankan tersebut di balik kilauan
rembulan. Ia berandai-andai sekiranya seluruh makhluk dapat turut serta
dalam ibadah universal tersebut. Tiba-tiba ia teringat sebuah ayat
al-Qur’an, pada surah al-Hajj, ia menghafal ayat tersebut dan mulai
membacakannya: “Apakah kamu tidak melihat bahwa kepada Allah bersujud
siapa yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung,
pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar dari
manusia. Tetapi banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atas
mereka (lantaran enggan untuk sujud). Dan barang siapa yang dihinakan
oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memuliakannya.Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
(Qs. Al-Hajj [22]:18) Ia merasa bahwa seremoni ibadah yang ia saksikan
adalah lebih besar dari yang ia bayangkan! Ada pegunungan, pepohonan dan
binatang-binatang yang turut serta dalam ibadah ini. Ada juga banyak
orang dan ia bergabung dengan mereka pada malam itu. Ia mengulang-ulang
bacaan berikut ini sambil bersujud: Segala puji bagi Allah! Segala puji
bagi Dia yang layak mendapatkan pujian yang tidak dimiliki oleh seorang
pun!
Segala puji bagi Yang Mahakuasa dan Mahapemurah!
Sujud anak muda tersebut berlangsung lama hingga ia
hanyut bersama pikirannya. Ia menggambarkan pemimpin kelompok ini dalam
benaknya, rembulan yang benderang, dan galaksi-galaksi, meteor-meteor
di belakangnya. Ia melebarkan visinya hingga mencapai berjuta-juta pohon
yang berbaris untuk beribadah dan bukit-bukit serta pegunungan, yang
nampaknya nyaris meletus di hadapan keagungan Tuhan. Ia beranjak lebih
jauh bersama imaginasinya dan melintasi pegunungan menuju hewan-hewan,
ikan-ikan dan burung-burung dengan corak, warna dan aneka ragamnya.
Mereka seluruhnya tenggelam dalam ibadah dan pujiaan kepada-Nya.
Kemudian ia menggambarkan potret Ka’bah dikitari oleh jutaan orang-orang
yang ibadah yang mengisi seluruh tempat guna melengkapi ibadah
universal ini. Lalu segala sesuatu dan setiap orang di semesta ini
bersujud di hadapan Tuhan, Sang Pencipta tujuh petala langit dan bumi.
Menatap sisi lain dari gambaran tersebut, di sebuah sudut kecil,
terdapat sekelompok kecil orang bertebaran bersujud di hadapan sebuah
patung. Kelompok yang menyimpang ini nampak seperti nuktah hitam dalam
gambar yang menawan tersebut.
Anak muda tersebut terlambat bangun. Ia tidak
banyak tidur, bahkan ia merasa tidak lagi ingin tidur. Ia merasa bahagia
karena tidak ketinggalan shalat Subuh karena ia beranjak ke pembaringan
setelah menunaikan shalat. Ia telah merasakan kepuasan spiritual
lantaran malam sebelumnya dan keikutsertaannya dalam ibadah semesta
dengan seluruh makhluk yang beribadah kepada Tuhan. Ia membandingkan
perasaanya dengan mereka yang menderita kehampaan. Juga membandingkan
perasaannya dengan perasaan sebelum ia menemukan Tuhan dengan jalannya
sendiri setelah menerima pelajaran dari ayahnya.
Ia bangun dari pembaringannya untuk mencari
buku-bukunya yang ia tinggal berserakan, kini telah tertata rapi dan
apik di atas mejanya. Dan pakaian-pakaian yang ia letakkan di mana-mana,
kini tersusun rapi di tempatnya. “Siapa yang melakukan hal ini?”
Tanyanya.
Ibunya (Mom) menyapanya dan berkata bahwa
sarapannya sudah siap. Ia membalasa sapaan (salam) ibunya dan berkata:
“Siapa yang telah merapikan kamarku, menata seluruh buku dan pakaianku
di tempatnya?” “Tidak seorang pun” jawab ibunya.
S Tidak seorang pun? Bagaimana hal ini dapat terjadi?
M Tidak seorang pun. Apakah kau meninggalkan pintu jendela tetap terbuka sebelum kau pergi tidur?
S Oh..iya..iya!
M Barangkali anginlah yang menggerakkan buku-buku dan pakaianmu dan merapikannya.
S Mom! Anda bercanda! Apa yang Anda katakan?
M Hal ini boleh saja terjadi. Engkau tahu bahwa angin yang kuat dapat melakukan hal itu.
S Ah..mustahil, Mom! Pasti Anda yang telah melakukan hal itu.
M No! Never! Mom tidak masuk ke kamarmu semenjak kemarin. Well, Ayolah Son segera santap sarapanmu.
Ia meninggalkan kamarnya sembari berpikir tentang
apa yang telah terjadi. Sewaktu ia memasuki ruang keluarga, ia
dikejutkan oleh sesuatu yang sangat aneh. Kertas-kertas berhamburan di
ruangan itu, menutupi segala sesuatu termasuk karpet dan furniture!
Ketika ia melihat lebih dekat, ia dapatkan lembaran-lembaran buku alamat
berserakan di mana-mana. “O God! Apa yang telah terjadi?” Sebelum ia
bertanya kepada ibunya, yang sedang di dapur, akan kekacauan ini,
telepon berdering. Ternyata ayahyan yang menelpon katanya:
D Son! Ada masalah penting dan kau harus menjumpai pemilik percetakan, Abu Ahmed. Ia ada perlu denganmu.
S OK Dad! Tapi ada sesuatu yang perlu Anda ketahui.
D Saya tidak ada waktu sekarang. Telepon Abu Abu Ahmad sebelum engkau pergi untuk memastikan apakah ia di rumah.
S Nomor telponnya berapa?
D Cari di buku telepon.
S Namun buku telepon sobek dan seluruh lembarannnya
berserakan di mana-mana. Apakah Anda tahu siapa yang melakukan itu? Dan
mengapa?
D Saya tidak punya waktu sekarang. Kau pikirkan masalah ini dan pecahkan sendiri. Sampai nanti, son.
Si anak muda melihat ke kiri dan ke kanan dan
berpikir sejenak dan bergegas ke dapur mulai bertanya kepada ibunya atas
apa yang sedang terjadi.
S Siapa yang telah merobek buku telepon dan siapa
yang menserakkannya? Mengapa hal ini terjadi? Anda ada dimana ketika
itu? Dan bagaimana saya dapat menemukan nomor telepon Abu Ahmad
sekarang?
Sang ibu melihat kepadanya dengan tenang dan simpatik lalu berkata dengan lembut:
M Son! Calm down. Tidak perlu resah begitu. Ayahmu
marah, dan tidak dapat menjumpai sesuatu yang lain untuk meredam
kemarahannya kecuali buku telepon yang berada dalam jangkauannya. Ia
merobek lembaran buku telepon itu lalu membuka jendela sebelum ia pergi.
S
Lalu mengapa Daddy membuka jendela?
M Ia membuka jendela; supaya angin boleh jadi
merapikan kembali lembaran buku telepon itu. Ia juga meninggalkan
sebotol lem supaya angin dapat menumpahkan lem tersebut dan melem
lembaran-lembaran buku telepon tersebut sehingga tersusun kembali.
S Oh! Iya, Kini saya mengerti! Hal ini merupakan
laboratorium dimana saya harus menjalani pelajaran praktik “Argumen
Keteraturan.”
M Tidakkah kau berpikir bahwa pengalaman ini bernilai kehilangan kopian dari buku telepon ini?
S Hal itu betul-betul senilai. Gambaran ini
sekali-kali tidak akan terhapus dari benakku. Saya akan mengambil foto
dari pengalaman ini untuk melengkapi koleksiku dengan foto-foto yang
lain. Tolong tunggu, saya akan mengambil kamera sebelum mengumpulkan
lembaran-lembaran ini. Saya ingin mengambil foto dari laboratorium
Argumen Keteraturan ini.
Ia mengambil foto (untuk Argumen Keteraturan),
membawa kamera dan pergi ke kediaman Abu Ahmad tanpa menelponnya
terlebih dahulu. Ia sampai di bangunan dengan tergesa-gesa dan langsung
masuk ke kantor Abu Ahmad. Abu Ahmad yang ia jumpai bukanlah Abu Ahmad
yang selama ini ia kenal; ia mendapatkan Abu Ahmad sibuk membaca
beberapa lembaran dengan ratusan jika tidak ribuan lembaran yang
berserakan di sana sini di kantornya. Ia betul-betul tenggelam dalam
membaca lembaran tersebut seolah-olah mencari sesuatu yang sangan
spesifik. Ketika ia melihat anak muda itu, ia dengan ceria menyambutnya
dan menyampaikan salam kepadanya lalu berkata:
A Kau tiba tepat waktu. Saya teringat akan bakatmu
dalam sastra dan pengetahuanmu dalam dunia puisi yang membuatmu sebagai
orang yang terdekat di area ini yang mampu membuatku memenangkan hadiah.
S
Hadiah yang mana Anda maksud?
A Hadiah Asosiasi Pengarang Bahasa Indonesia bagi puisi yang terbaik dalam merayakan 50 tahun pendirian asosiasi tersebut.
S
Apakah Anda seorang penyair..?
A
Bukan…
S Lalu bagaimana Anda bermaksud untuk memenangkan
hadiah ketika Anda harus bertanding dengan para penyair kawakan
nusantara di bidang ini?
A My son! Sangat sederhana. Saya akan menggunakan metode praktis.
S Apalagi metode praktis ini yang membawa Anda memenangkan hadiah Asosiasi Pengarang Nusantara?
A Well! Masuklah, saya akan tunjukkan kepadamu.
Ia membuka pintu belakang dan berjalan menuju ke
ruang utama. Anak muda itu mendapatkan suasana berbeda dari suasana
sebelumnya. Dulu ia melihat tempat itu dalam keadaan tertata rapi,
dimana ruangan utama dikelilingi oleh rak-rak yang penuh buku dengan
abjad yang teratur diletakkan dengan cara menawan. Para pegawai berdiri
di hadapan rak-rak buku itu untuk mengambil surat-surat dan meletakkanya
dalam frame-frame yang ditaruh di hadapan surat-surat itu sesuai dengan
teks dari masing-masing frame itu. Ketika mereka telah menyelesaikan
satu halaman, mereka beralih halaman berikutnya. Segalanya terjadi di
sekeliling ruangan itu, sementara di tengahnya hampir kosong. Namun hari
ini terdapat sebuah kontainer besar di tengan ruangan itu. Seluruh isi
rak-rak itu dipindahkan dan diletakkan di dalam kontainer tersebut, yang
kini telah penuh dengan surat-surat. Para pegawai mengoncang kontainer
itu dengan kuat ke kiri dan ke kanan dan kadang-kadang memutarnya untuk
mencampur-aduk surat-surat itu. Demikian seterusnya, seorang pegawai
datang untuk mengambil sekumpulan surat dan meletakkannya secara acak
dan meneruskannya ke sebuah mesin cetak. Kemudian Abu Ahmad akan
mengambil lembaran yang telah dicetak itu untuk dibaca secara seksama.
Ia kemudian menambahkan lembaran itu pada kertas-kertas yang lainnya
yang disaksikan oleh si pemuda ketika pertama kali masuk ke tempat itu.
Si pemuda tidak mengerti apa yang sedang terjadi di
sekelilingnya. Ia berpaling kepada Abu Ahmad dan mencoba berkata
sesuatu namun lisannya kelu dan tidak tahu harus berkata apa. Kemudian
Abu Ahmad berkata:
A Apakah engkau pernah belajar bagaimana membuat sebuah puis dengan cara praktis?
Si pemuda menggelengkan kepalanya tanpa sepatah
kata yang menandakan bahwa ia tidak pernah belajar hal demikian dan Abu
Ahmad melanjutkan:
A Caranya berdasar pada kemungkinan dan proses
kebetulan (by chance). Kita mencampur-aduk surat-surat itu dengan acak
untuk mendapatkan sebuah contoh puisi secara kebetulan. Dan tentu saja
kita tidak akan mampu mendapatkan puisi untuk pertama kalinya, kedua
kalinya dan bahkan keseratus kalinya namun dengan proses berulang-ulang,
ada kemungkinan membuat sebuah puisi yang menarik dan luar biasa untuk
memenangkan hadiah pertama dan menumbangkan para penyair kawakan setelah
bertanding dengan puisi artifisial kita yang disusun dengan cara
demikian.
Si pemuda merasa pusing dan gerah dari apa yang
didengarnya dari orang yang waras, yang berbicara ngawur. Ia berharap
dapat berkata kepada Abu Ahmad: ”Gila kali…” namun si pemuda
mengendalikan kegerahannya dan bertanya:
S Apakah para pekerja ini sudah gila?
A Tidak, saya meminta mereka untuk melakukan hal
ini setelah konsultasi dengan ayahmu. Sebjatinya ayahmu yang memintaku
untuk melakukan hal ini. Ia juga berkata bahwa ia siap untuk membayar
gaji para pekerja ini. Kia juga telah sepakat bahwa engkau harus datang
dan membantu kami untuk membaca gundukan kertas yang engkau lihat di
kantor tadi untuk menemukan puis yang memenangkan hadiah pertama.
Senyum simpul tersungging di bibir Abu Ahmad
demikian juga para pekerjanya, yang menghentikan setelah mereka
menyelesaikan apa yang telah disepakati bersama. Wajah pemuda itu
bercahaya dengan sebuah senyum simpul setelah diberikan surprise
sedemikian. Ia memeluk Abu Ahmad, menciumnya dan berkata:
S Betapa besarnya budimu dan budi ayahku yang merencanakan eksperimen ini untuk membuktikan argumen keteraturan bagiku?
Lalu ia berpaling ke arah para pekerja dan berkata:
S Biarkan saya ambil foto selagi kalian sibuk
mencampur-aduk kertas-kertas tersebut. Saya akan membuat sebuah album
dari foto-foto itu dan menamainya sebagai “The Illustrated Monotheistic
Book.”
Sebelum meninggalkan tempat itu, ia mampir di
kantor Abu Ahmad dan mengambil foto dari gundukan lembaran itu, yang
dicetak dengan meletakkan kertas-kertas itu secara acak. Ia tidak
bergeming sama sekali untuk membaca bahkan selembar pun dari
lembaran-lembaran itu karena ia sepenuhnya yakin bahwa puisi yang ritmis
tidak akan pernah tercipta secara acak bahkan bila para pekerja itu
melanjutkan mencampur aduk lembaran-lembaran tersebut seumur hidupnya.
Ia bergegas menuju ke jalan tanpa tahu mau kemana.
Benak dan pikiranyna terusik oleh pengalaman terakhir yang
disaksikannya. Ia memikirkan bagaimana ayahnya menjelaskan kepadanya
secara praktis bahwa setiap keteraturan (by design) tidak dapat
diperoleh tanpa seorang pengatur dan bahwa sebuah tugas yang sempurna
harus memiliki seorang perencana. Hal ini bermakna sebuah keteraturan
tidak akan pernah ada tanpa seorang pengatur dan..
“Stop!”
Ia memalingkan wajahnya dan melihat seorang petugas
polisi berteriak kepadanya lantaran berjalan tidak mengindahkan
rambu-rambu lalu-lintas.
Petugas polisi itu bertanya kepadanya: “Engkau
berasal dari desa mana?” Tidakkah engkau akrab dengan rambu-rambu
lalu-lintas, apakah engkau tidak ingin mematuhi aturan?”
Ia menjawab seraya kalimat “aturan” meletup di kepalanya:
S
Tidak…Saya dari kota ini.
P “Gitu yaa! Jadi engkau adalah seorang pemuda
pelanggar hukum. Pergi sana ke petugas yang duduk di mobil itu” kata
polisi tersebut.
Ia mengalihkan wajahnya ke arah yang ditunjuk oleh
polisi itu dan melihat petugas yang lain mengenakan seragam yang sama.
Ia perhatikan sebuah lencana pada seragam petugas itu yang membedakannya
dengan petugas lainnya. Ia juga melirik gugusan bintang di pundak
petugas itu yang menunjukkan pangkat kepolisiannya.
Ketika ia sampai pada petugas itu, ia menjelaskan
bahwa ia harus mematuhi dan menghormati peraturan lalu-lintas yang telah
dibuat oleh para ahli regional dan internasional dalam rangka menjaga
keselamatan para pejalan kaki dan pengendara. Petugas itu juga
menyebutkan bahwa apabila seseorang melalaikan hukum akan dikenakan
hukuman tertentu jika ia masih di bawah 18 tahun.
Anak muda itu berterima kasih kepada petugas itu karena kebaikannya dan sebelum ia pergi, ia bertanya sambil tersenyum:
S Mengapa Anda tidak biarkan saja mobil-mobil
berseliweran tanpa aturan; barangkali mobil-mobil itu akan tertib secara
kebetulan tanpa adanya hukum atau para ahli?
Petugas itu tertawa dan tidak memberikan jawaban;
ia tidak tahu apa yang tersembunyi di balik pertanyaan anak muda itu.
Namun anak muda itu berbalik ke arah petugas itu dan bertanya:
S Sudihkah Anda mengizinkan saya mengambil foto dari keteraturan lalu-lintas Anda?
P “Foto keteraturan lalu-lintas?! Apaan tuh?” seru polisi itu.
S “Anda dan petugas lainnya berdiri dekat lampu
merah dekat lintasan pejalan kaki (zebra cross) dimana kendaraan dan
pejalan kaki dapat terlihat.”
Petugas itu tidak membantah dan mengabulkan
permintaan anak muda itu. Dengan demikian bertambahlan halaman baru bagi
buku “Buku Bergambar Tauhid” yang ia susun.
Sekembalinya ke rumah, ia melihat sebuah papan
iklan di sebuah bangunan; yang tertulis “Organisasi Kesehatan Dunia. Ia
mengulang redaksi ini dalam benaknya, organisasi…Organisasi Kesehatan
Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, Organisasi PBB…Organisasi
Internasional….Organisasi Regional…Organisasi Manajemen…Organisasi
Hakim… … Organisasi… organisasi (baca: keteraturan).
Organisasi tersebar di seluruh aspek kehidupan
manusia, dan setiap organisasi diatur oleh seorang organizer, baik dalam
skala kelompok atau pun individu. Tiada seorang pun yang percaya bahwa
organizer (pengatur) dari organisasi-organisasi ini tidak memiliki
pengetahuan dan keahlian di bidangnya. Lalu bagaimana beberapa orang
dungu dapat berkata bahwa organisasi universal ini tercipta secara
kebetulan, aksidental dan begitu saja tanpa adanya sosok Pencipta yang
Bijaksana, Berpengetahuan, Berkuasa.
Ia kembali ke rumah setelah berjalan-jalan di kota
melihat tanda-tanda keteraturan di setiap tempat di kota. Itulah
pelajaran praktik baginya di dalam “laboratorium tauhid,” yang hadir di
setiap tempat. Ia kini mengerti apa yang dimaksud oleh ayahnya ketika ia
berkata bahwa ia telah menemukan di mana laboratorium ini. Oleh karena
itu dimana saja ia alihkan pandangannya, sebuah tanda “laboratorium
tauhid” dapat dijumpai jika ia dapat menemukan maknanya.
Ia tiba di rumah dalam keadaan lapar dan
mendapatkan makanan telah siap disantap. Makanan yang tersaji di meja
makan adalah makanan kesukaannya. Saudari perempuannya berkata dengan
senyum mungil: “Aku memasak makanan kesukaanmu ini karena Mom berkata
kau suka dan karena Mom lelah dan tidak dapat memasaknya sendiri. So aku
sajikan makanan ini untukmu.”
Ia berpikir sejenak apa yang telah dikatakan oleh
saudari perempuanyna yang bahkan masak telur saja tidak bisa. Setelah
beberapa lama, ia tertawa penuh arti ketika ia melihat ibunya berdiri,
menantikan reaksi darinya. Lalu berkata: S Luar biasa! Menakjubkan!
Saudariku! Engkau pun telah ikut serta memberikan pelajaran praktis
kepadaku tentang “Argumen Keteraturan.” Lalu ia melihat ke ibunya dan
berkata:
S God bless you Mom! Saya tahu bahwa saudariku
tidak dapat masak bahkan sebutir telur pun. Namun saya tidak pernah
berpikir sebelumnya hubungan makanan yang saya santap dan mengenal Tuhan
melalui “Argumen Keteraturan” yang telah ditunjukkan oleh Dady kepadaku
secara teoritis dan praktis. Anyway, Saya berterima kasih kepada kalian
atas adegan yang menakjubkan ini.
Ibunya menjawab: “Cicipin dulu makanannya; coba yang satu ini dulu. ”
Ketika ia menyantap makanan itu, ia dapatkan
makanan itu terasa hambar namun ia malu untuk menolaknya. Lalu ia
mengunyah makanan itu dan bertanya kepada ibunya:
S Mom! Mom lupayah menaruh garam di makanan ini?
M “No son” jawabnya.“ Mom telah memberikan garam. Coba santap bagian pinggir piring itu.
Ia mengambil makanan dari bagian yang ditunjukkan
oleh ibunya, namun segera setelah ia mengunyah makannan itu, ia tidak
mampu mengendalikan dirinya, segera ia memuntahkan makanan itu dari
mulutnya.
M “Ada apa?” Tanya ibunya. “Katanya lapar?”
S
Mom asin banget. Asin banget untuk dimakan.
M
Sekarang makan dari bagian tengah piring itu.
Ia kemudian mengambil makanan dari bagian tengah
piring dan menyuapkan ke mulutnya dengan hati-hati. Makanan itu sangat
enak. Ia mengangkat kepalanya dan berkata:
S
Mom! Apa maksudnya pelajaran ini?
M
Hal itu berarti bahwa kuantitas juga memiliki peran dalam keteraturan
(organisasi), engkau tidak dapat menggunakan garam secara serampangan,
namun tetap diperlukan kuantitas sesuai proporsinya. Al-Qur’an
menyatakan: “Segala sesuatu dalam pandangan-Nya, berada pada proporsinya
masing-masing.” Jadi apabila kuantitas berkurang atau berlebihan, ia
akan merusak makanan atau komposisinya. Bukankah demikian, son?
S Well-done! Thank you Mom; thank you my little
sister, and thanks Dad!… Juga thank you God telah menjadikan aku sebagai
bagian dari organisasi keluarga ini yang membimbingku ke jalan yang
benar.[]
Bagian Ke-8
Ayat-ayat Tuhan Sehamparan Bumi
Pada malam harinya, si pemuda itu menunjukkan
hasratnya yang menggebu-gebu mengikuti pelajaran teori yang diberikan
kepadanya. Ia telah menjalani praktikum di laboratorium dan kini telah
mengetahui bahwa eksperimen-eksperimen yang telah direncanakan ayahnya
tidak akan berbekas sekiranya ia hanya mempelajarinya secara teoritis.
Tanda-tanda buku dan pakaian yang berserakan di kamarnya lalu buku
telepon yang berserakan yang menantikan angin untuk menatanya kembali
seperti sediakala dan adegan Abu Ahmad yang asyik mencari sebuah puisi
besar yang digubahnya secara acak; dan adegan para pekerja yang berusaha
keras untuk mencampur aduk surat-surat dan mengambilnya seukuran
genggaman tangan untuk mereka cetak dengan harapan mereka dapat
menggubah sebuah puisi yang menarik; juga adegan saudari mudanya yang
bangga karena telah memasakakkan makanan lezat baginya dan adegan
mencicipi makanan hambar, sangat asin dan yang terasa pas kadar
garamnya, yang menandakan bahwa lisannya juga turut berpartisipasi dalam
menemukan “Argumen Keteraturan.”
Seluruh adegan ini seperti gambaran taktik dan
prosedur yang biasanya mengalami pengalaman sedemikian dalam benaknya
tanpa menggunakan kamera. Bagaimanapun, si pemuda berpikir untuk
menerbitkan enskilopedi yang detail tentang tauhid untuk membantu kaum
muda yang dijambangi keraguan. Iya, ia akan menulis sebuah buku dan
menyerahkannya kepada Abu Ahmad untuk menerbitkannya. Tapi tidak seperti
caranya menggubah sebuah puisi!
Lalu, metode pengajarannya tentu sangat penting
dalam mengajarkan iman. Apa yang dapat ia capai hanya dalam sehari boleh
jadi tidak dicapainya selama bertahun-tahun melalui pelajaran agama
yang diterima di sekolah. Pelajaran-pelajaran agama di sekolah tidak
memadai untuk membantu murid mempraktikkan pelajaran tersebut dalam
tataran praktis.
Ia bertanya-tanya mengapa ada kesenjangan menganga
dalam metode pembelajaran di sekolah. Fisika diajarkan melalui metode
pembelajaran yang paling modern, sementara dalam pembelajaran agama
tidak demikian. Mengapa pelajaran-pelajaran agama tidak didasarkan
kepada teknik-teknik modern? Apakah ada unsur kesengajaan di balik semua
ini? Apakah kader-kader kementerian pendidikan nasional tidak mampu
melakukan sebagaimana yang dilakukan ayahnya dalam mengajarkan ide-ide
keagamaan baik dalam skala teoritis maupun tataran praktis, disertai
dengan pengalaman-pengalaman yang menarik yang menghormati pikiran
pelajar dan memotivasi lebih banyak minat dan lebih ilmiah?
Mengapa buku-buku agama diabaikan, sementara buku-buku katakanlah seperti Kimia sangat mendapat perhatian?
Juga mengapa agama hanya diajarkan di
sekolah-sekolah tidak di universitas? Bukankah hal itu bermakna bahwa
mahasiswa tidak memerlukan pendidikan agama atau pengetahuan agama
mereka telah memadai dan tidak perlu lagi belajar atau membahasnya?
Jika demikian adanya, lalu mengapa kita melihat
alur perbedaan ideologis di pelbagai universitas yang menyeret minat
para mahasiswa dari agama dan menyesatkan mereka dari segala arah?
Boleh jadi para mahasiswa telah belajar agama
sebelum mereka memasuki tingkat universitas dan kini telah melupakannya
dan tidak lagi merasa perlu untuk terlibat dalam diskusi-diskusi
keagamaan.
Kenyataannya bahwa sistem pendidikan yang jauh dari
agama telah mengguncang kaum muda. Ia ingat istilah “Tuhan” telah
hilang dari seluruh buku-buku pelajaran. Ia juga mengingat bahwa hukum
negara menindak siapa saja yang melanggar hukum pemerintah, namun tidak
menindak mereka yang melanggar hukum-hukum Tuhan.
Ia pikir bahwa seluruh warga dipaksa untuk mentaati
presiden, namun tidak dipaksa untuk menuruti titah Tuhan. Oleh karena
itu siapa saja yang menghina presiden akan dipenjarakan namun tidak
demikian bila seseorang menghina Tuhan. Ia merasa kuatir dengan
kenyataan bahwa ia hidup di tengah masyarakat yang telah berpaling dari
Tuhan dan tidak mematuhi hukum-hukum-Nya semetnara mereka tunduk patuh
kepada presiden. Masyarakat ini alih-alih menyembah Tuhan, malah
menyembah presiden. Ia teringat sebuah kisah yang pernah diceriterakan
ayahnya: Suatu hari beberapa orang Nasrani memanggil Nabi selagi beliau
membaca ayat berikut ini: “Mereka menjadikan para pendeta dan rahib
sebagai tuhan-tuhan mereka sebagai ganti dari Allah.” Orang-orang
Nasrani itu protes bahwa mereka tidak menjadi para pendeta dan rahib
sebagai ganti dari Allah. Nabi Saw menjawab: “Para pendeta telah
menghalalkan kaum Kristian untuk mengerjakan sesuatu yang telah
diharamkan dan melarang apa yang telah dihalalkan dan umat Kristian
mengikut mereka.” Dengan demikian, mereka menyembah para pendeta bukan
menyembah Tuhan.”
Anak muda itu menyimpulkan bahwa masyarakat yang
alih-alih menyembah Tuhan menyembah pemimpin, membuat ia berteriak:
Tiada tuhan selain Allah dan kita tidak menyembah siapa pun selain-Nya.
Kita beriman kepadanya, meski kaum musyrikin tidak menyenangi. Tiba-tiba
ia berhenti untuk berpikir dan bertanya kepada dirinya: “Tidakkah benar
orang-orang itu berkata: Tiada tuhan selain Allah? Lalu bagaimana
mereka bisa tidak takut mengatakan hal tersebut? Dan mengapa pemimpin
tidak memberikan tanggung jawab kepada mereka untuk berkata tiada tuhan
selain Allah?” Mereka tidak mengetahui betapa pentingnya kalimat ini
karena mereka tidak mengetahui maknanya. Jika manusia mengetahui makna
kalimat ini bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, tidak ada yang
member hukum selain Allah, tiada kekuatan dan kekuasaan kecuali untuk
Allah, tiada yang patut ditakuti selain Allah, tiada hukum selain hukum
Allah, mereka akan takut akan bahayanya, baik pengatur dan aturannya.
Dan Anda akan jumpai bahwa ucapan “tiada tuhan selain Allah” merupakan
sebuah kejahatan yang patut dihukumi penjara seumur hidup karena
membahayakan keamanan nasional dan merongrong pemerintahan.
Orang-orang Arab sepenuhnya mengerti bahwa makna
“tiada tuhan selain Allah” tatkala Nabi Saw mendeklarasikannya secara
terbuka dan beliau mendapatkan penganiayaan dari musuh-musuh Islam yang
menolak untuk menerimanya. Jika mereka tidak mengerti maknanya, mereka
akan membiarkannya dan pengikutnya untuk mengekspresikan apa saja yang
mereka suka. Namun mereka benar-benar memahami bahaya di balik kalimat
sederhana ini.
Pada malam harinya, keluarga berkumpul di meja
makan meninjau kembali kejadian dan pengalaman hari itu. Sang ayah
merasa bahagia dan sambil terseyum berkata: “Kita semua telah ikut serta
dalam memberikan pelajaran tauhid kepadamu…aku, ibumu…” Lalu putrinya
memotong dan berkata “Dan juga aku Dad! Aku!!”
“Dan tentu saja engkau putriku” sahut sang ayah,
“tiada yang tersisa kecuali kuculuk kecilku, yang masih belum dapat
berkata dan hanya mampu menangis dan meminum susu.” Sang putra menjawab:
S Bahkan kuculuk ini memberiku pelajaran tahuid yang berharga.
D How, son?
S Saya melihatnya selagi ibu menyusuinya. Saya
membuka buku mengenal Tuhan dan mulai membacanya halaman demi halaman.
Makhluk yang lemah ini merasa lapar dan menujukkannya dengan menangis;
tangisnya menggerakan perasaan ibu. Jika ibu tidak dibekali dengan
perasaan seperti ini, mereka akan membiarkan bayi-bayinya. Dengan
perasaan sang ibu kemudian memeluk sang bayi dan mendekatkan kepala sang
bayi untuk ia beri ASI dan mulailah si bayi meminum ASI; ia tidak tahu
apa pun namun ia tahu dimana mendapatkan makanan. Dada ibu menumpahkan
ASI dan tangis sang bayi berhenti karena mendapatkan makanan. Ia terus
menyusu hingga merasa kenyang. Jika ia berhenti sebelum kenyang, ia akan
merana. Dan jika tidak berhenti setelah kekenyangan, ia akan muntah.
Hal ini telah dibuat untuk memenuhi keseimbangan; Sang bayi menyusu
seperlunya untuk perkembangannya dan menjaganya dari kelaparan.
Sebagaimana Anda tahu, susu ibu sangat banyak dengan segala nutrisi yang
diperlukan si bayi. Tiada seorang pun yang mampu menciptakan yang
serupa dengan segala karakteristiknya seperti elemen-elemen nutrisi,
rasa, temperatur, dan tidak lupa sisi emosional saat member ASI; manusia
tidak akan mampu membuat hal ini. Dad! Saudara kuculukku ini memberiku
sebuah pelajaran tauhid dengan baik.
D Pelajaran tauhid dapat dijumpai dimana-mana.
Al-Qur’an menyebut setiap pelajaran dengan sebuah tanda atau ayat. Jadi
ayat-ayat Tuhan sangat banyak dan tak-terhitung. Jumlahnya sebanyak
bebatuan dan butiran pasir sehamparan bumi. Namun setiap tanda
memerlukan kesadaran dan seruan batin,“Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang
yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya.”
(Qs. Al-Qaf [50]:37) ayat-ayat Tuhan dan gelombang seruan batin ini
mirip sinyal dan transmisi radio. Suasana di sekeliling kita penuh
dengan sinyal dari ratusan stasiun siaran, baik televisi atau pun radio.
Namun diperlukan sebuah media yang mampu menangkap apa yang
ditransmisikan oleh stasiun-stasiun tersebut. Semakin modern peralatan
yang kita miliki maka semaksin banyak saluran yang dapat kita dengar dan
lihat. Demikian juga dengan fitrah manusia; Jika ia murni, bebas dari
dosa dan tidak terpengaruh oleh tradisi-tradisi masyarakat, ia akan
menerima dan menangkap pelbagai pelajaran dimana-mana. Pernah engkau
mendengar sabda Imam Ali” Aku tidak melihat sesuatu kecuali melihat
Allah, sebelum, pertengahan dan sesudahnya?
S God is great!… Dad! Saya telah mendekati sepertiga dari apa yang dicapai oleh Ali bin Abi Thalib.
D Bagaimana?
S Saya menemukan Tuhan saat mengikuti
pelajaran-pelajaran praktis dan teoritis darimu, Dad. Semenjak itu, saya
senantiasa merasakan kehadiran Tuhan pada setiap apa saja yang aku
lihat, namun saya tidak mampu merasakan-Nya sebelum dan sesudahnya. Dan
menurutku apa yang kini aku capai sepertiga dari apa yang harus kita
capai.
D Take it easy, son! Seluruh orang yang menyusuri
jalan ini akan mencapai sebuah tujuan. Manusia mampu mencapai hal yang
paling besar dengan usaha yang kecil.
S Hal yang paling besar itu adalah Tuhan.
D Dan usaha yang kecil itu adalah niat. Yang Dady
maksud adalah niat yang tulus. Jadi jika engkau memiliki niat yang tulus
untuk mencapai Tuhan, segala puji bagi-Nya, Dia akan menolongmu dalam
perjalananmu. Tidakkah engkau pernah membaca ayat berikut ini:“Dan mereka yang berjuang di jalan Kami, sesungguhnya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami”
(Qs. Al-Ankabut [29]:29) Jika seorang hamba Allah bergerak ke arah-Nya
sejengkal, Tuhan akan mendekatinya sehasta. Demikian juga, jika seorang
hamba mendekatinya dengan berjalan, Tuhan akan menghampirinya dengan
berlari.
S Hal ini merupakan kebaikan Ilahi yang paling
mungkin yang dapat dilakukan Tuhan kepada seorang hamba yang ingin
serapat dan selekat mungkin kepada Tuhan. Dad! Saya sangat berhasrat
mengikuti pelajaran-pelajaran tauhid. Sudikah Anda memberikan pelajaran
lain kepadaku hari ini?
D Tidak. Belum saatnya. Sebaiknya engkau memahami
benar apa yang telah engkau pelajari dan boleh jadi engkau masih
memiliki pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Kemudian setelah
menguasai tema pokoknya, kita akan melanjutkan proses pembelajaran ini
pada pelajaran selanjutnya.
S Saya ada sebuah pertanyaan.
D Silahkan.
S Sudihkah Anda katakana kepadaku apakah metode yang Dady telah gunakan dalam mengajariku merupakan metode Dady sendiri atau…?
D“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam kitab ini.”
(Qs. al-An’am 5:27)
S Kalau begitu metode yang Anda gunakan bersumber dari al-Qur’an?
D Iya. Al-Qur’an banyak mengilustrasikan contoh
untuk menyeru manusia kepada Tuhan secara praktis. Misalnya, kisah
Ibrahim, ketika Ibrahim beradu argumen dengan kaumnya untuk berhenti
menyembah berhala, yang tidak dapat mendengar juga tidak dapat berpikir,
ia tidak mampu mendorong kaumnya untuk tidak menyembah berhala. Lalu ia
merubah taktiknya dengan mengajarkan kepada mereka sebuah pelajaran
praktik. Ia memikul kapaknya dan menghantam berhala-berhala itu lalu
menghancurkan mereka seluruhnya. Namun, ia menyisakan berhala yang
paling besar dan menggantungkan kapaknya di bagian leher berhala
tersebut. “Tatkala orang-orang data
ng untuk menyembah berhala mereka, berhala-berhala
tersebut telah hancur.. Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, “Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Mereka berkata,
“(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang
banyak, agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya, “Apakah kamu yang
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim.” Ibrahim
menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala-berhala itu jika mereka dapat berbicara.”
(Qs. Al-Anbiya [21]:59-63)
S Bagaimana hasil dari pelajaran praktik tersebut?
D Mereka berpikir dan berkata:“Maka
mereka kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata, “Sesungguhnya
kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).”
(Qs. Al-Anbiya [21]:59-63) Seluruh argumen-argumen teoritis sebelumnya
tidak memberikan solusi yang dapat diterima, namun dengan pelajaran
praktis ini membuat mereka berpaling kepada seruan batin mereka dan
mengakui secara jujur bahwa mereka telah berbuat salah.
S Jadi.. Anda telah belajar metode praktis Nabi Ibrahim?
D Iya. Abu Ibrahim! []
Bagian Ke-9
Menolak Aksiden..Menerima Keteraturan..
Upaya Sang ayah dalam membimbing anaknya mengenal
agama, Tuhan dan kehidupan ini secara perlahan menunjukkan hasilnya.
Kini anak yang beranjak remaja itu dengan semangat 45 berusaha sedapat
mungkin dimana saja dan kapan saja mengulang-ngulang apa yang ia
pelajarinya dari ayahnya. Setelah melalui beberapa bimbingan berharga,
sang anak menyiapkan beberapa pertanyaan untuk ia ajukan kepada ayahnya
malam itu. Beberapa pertanyaan itu dikumpulkan dari beberapa buku yang
telah baca sebelumnya dan selebihnya merupakan hasil dari obrolan dan
diskusinya dengan teman-teman dan gurunya di sekolah. Ayahnya datang
terlambat, sembari menunggu, ia mulai menulis pertanyaan-pertanyaannya
di atas selembar kertas sehingga ia tidak lupa nantinya. Ayahnya
kemudian datang sambil membawa sebuah tas yang terbuat dari kain, namun
si anak tidak bisa menggambarkan gerangan apa isi tas tersebut.
Tatkala waktu untuk mengajukan pertanyaan tiba, sang anak mengajukan pertanyaan berikut ini:
S Dad, Saya merasa heran: Bagaimana orang-orang
dapat mengingkari keberadaan Sang Pencipta sementara seluruh semesta
berisikan bukti atas keberadaan-Nya?
D Saya ingin engkau lebih teliti dalam menyuguhkan
pertanyaanmu. Apakah pertanyaanmu itu berkaitan dengan pengingkaran
kepada Sang Pencipta atau tentang ketidakberimanan mereka kepada-Nya,
segala puji bagi-Nya?
S Apa bedanya?
D Perbedaan antara pengingkaran terhadap keberadaan
Tuhan dan tidak beriman kepada Tuhan adalah bahwa orang yang menginkari
memiliki alasan ihwal ketiadaan Tuhan. Namun mereka yang tidak beriman
tidak memiliki bukti akan keberadaan Tuhan.
S Kelompok mana yang lebih banyak? Kelompok yang mengingkari Tuhan atau mereka yang tidak meyakini keberadaan-Nya?
D Kelompok yang mengingkari keberadaan Tuhan.
Pengingkaran menuntut sebuah alasan dan bagaimana mereka mendapatkan
alasan? Tentu saja terdapat orang-orang yang mengingkari keberadaan-Nya
namun ketika engkau berdiskusi dengan mereka, engkau akan menjumpai
bahwa mereka tidak mengingkari kenyataan mereka hanya tidak beriman.
S Namun terdapat banyak orang yang mengingkari
keberadaan Tuhan karena mereka belum mendapatkan keyakinan tentang
bukti-bukti keberadaan-Nya.
D Mereka ini tidak disebut sebagai pengingkar.
Seorang pengingkar merupakan orang yang memiliki alasan yang solid dan
meyakinkan atas ketiadaan Tuhan. Dan engkau lihat hal ini berbeda dengan
orang yang tidak beriman kepada-Nya. Jadi, son, membedakan kedua
kelompok ini merupakan hal yang sangat penting.
S Bagaimana dengan kelompok yang tidak beriman kepada Tuhan?
D Mereka ini adalah orang yang memiliki kredo dan
trend. Mengapa engkau memperhatikan tas ini Son? Apa yang sedang engkau
pikirkan?
S Saya sedang mendengarkan penjelasan Anda, Dad. Saya melihat tas itu karena tidak tahu atas alasan apa Anda membawanya kemari?
D Engkau akan lihat bahwa tas ini memiliki pertalian yang erat dengan keyakinan seseorang yang tidak beriman kepada Tuhan.
S I’m listening to you, Dad!
D Terdapat perbedaan tipe orang yang tidak beriman
kepada Tuhan; mereka biasanya disebut sebagai materialis karena mereka
hanya meyakini terhadap hal-hal yang bersifat material dan mengingkari
segala yang non-material. Dua ide yang paling penting yang mereka yakini
adalah: Pertama, semesta tidak memerlukan seorang Pencipta karena
materi-materi telah ada. Dan inilah dari apa yang kami sebut sebagai
keabadian materi-materi. Kedua, Semesta teratur dan kenyataan ini tidak
dapat diingkari hanya saja bahwa keteraturan tidak memiliki pengatur dan
telah tercipta secara aksidental sepanjang tahun. Hal ini disebut
sebagai penciptaan secara aksiden, teori kemungkinan jika engkau
bertanya kepada orang-orang pengingkar: Siapa yang menciptakan semesta?
Mereka akan menjawab: Tiada seorang pun yang menciptakan semesta;
semesta ini abadi. Juga, sekiranya engkau bertanya: “Bagaimana Anda
menafsirkan keteraturan di seluruh aspek semesta? Mereka akan menjawab:
Keteraturan yang ada secara kebetulan dan aksidental.
Sang ayah memperhatikan anaknya yang tetap melirik
ke arah tas kapan saja ia ada waktu. Ia kemudian tersenyum dan si anak
mengerti rahasia di balik senyum ayahnya. Lalu si anak tersenyum dan
berkata:
S Bagaimana isi tas ini dapat menjawab seorang
materialis? Apakah jawabannya adalah keabadian semesta atau penciptaan
aksidental (kebetulan)?
D Yang kedua…. Jawabannya adalah pada gagasan yang
mengatakan bahwa keteraturan diciptakan oleh sebuah aksiden atau
kebetulan. Ambillah tas ini dan lihat apa isinya..
Sang ayah mengosongkan tas tersebut; dari tas itu
terdapat sepuluh potong logam yang memiliki sisi yang sama, memiliki
nomor dari satu hingga sepuluh. Ia melanjutkan:
D Dahulu kala, terdapat beberapa orang yang biasa
menggunakan ungkapan “kebetulan” untuk membenarkan kebodohannya. Hal ini
persis seperti sebuah goa yang mereka hadapi untuk mengingkari
keberadaan Tuhan lantaran “kebetulan” tidak memiliki aturan dan tidak
mengikuti sebuah pola tertentu… kebetulan bermakna bahwa tiada hukum dan
aturan yang berlaku baginya. Namun dewasa ini segalanya berbeda..
matematika modern bekerja mengobservasi perkara ini dan menemukan
hukum-hukum yang mengatur bertentangan dengan mereka yang berpikir bahwa
tiada aturan yang mengatur operasi ini.
S Suatu waktu, guru matematika kami bercerita tentang hukum kemungkinan namun ia tidak menjelaskannya kepada kami.
D Apa yang engkau bicarakan itu disebut sebagai
teori kemungkinan. Teori ini telah mengalami perkembangan dan kini
dipandang sebagai salah satu teori penting yang digunakan dalam berbagai
bidang dimana hukum-hukum matematika kuno tidak dapat digunakan.
S Maukah Anda menjelaskannya kepadaku?
D Tentu saja! Coba lihat pada sepuluh potongan logam yang bernomor itu..letakkan dalam tas dan kocok dengan baik.
S OK!… Well… Apakah kocokanku sudah cukup?
D Kocok lagi. Tahan tas itu dari kedua sisi dan gerakkan dengan baik.
S Well… Saya telah mengocok potongan-potongan ini dengan baik.
D Kini, tanpa engkau lihat, coba berikan kepadaku potongan nomor satu. Dapatkah engkau lakukan hal itu?
S Saya akan coba.. OK! Nomor satu; ayo dong keluar… Oh! Tidak.. yang keluar nomor tujuh.
D Taruh kembali di dalam tas, aduk lagi
potongan-potongan logam itu di dalam tas sekali lagi dan kemudian coba
ambil potongan lainnya. Boleh jadi nomor satu yang akan keluar.
S Percobaan kedua… Pertama saya campur
potongan-potongan logam itu dan kemudian ambil satu potongan…yang keluar
adalah nomor empat.
D Coba lagi untuk ketiga kalinya!
S Well!… Yang keluar adalah nomor dua. Saya sudah hampir mendapatkan nomor satu.. Boleh saya ulang sekali lagi.
D Iya. Silahkan lakukan percobaan sekali lagi.
S Yang keluar kali ini adalah nomor sepuluh. Payah juga. Berapa lama saya harus ulang hingga nomor satu dapat keluar?
D Perhatikan, son! Teori kemungkinan berkata:
Kemungkinan keluarnya nomor satu adalah satu per sepuluh yang berarti
bahwa engkau harus mengulang proses pengacakan ini sebanyak sepuluh kali
hingga engkau mendapatkan nomor satu.
S Ok!
D Namun jika engkau ingin mendapatkan dua potong,
katakanlah nomor satu dan dua secara berurutan, kemungkinannya akan
menjadi 10 X 10 yang berarti bahwa engkau harus mengulang usahamu secara
acak sebanyak seratus kali untuk mendapatkan kedua nomor tersebut
secara berurutan. Jika engkau ingin mendapatkan tiga nomor secara
berurutan, maka engkau harus melakukan 1000 kali percobaan. Dengan
demikian, kemungkinan mendapatkan ketiga potong logam tersebut adalah
satu seperseribu.
S Bagaimana jika saya ingin mengeluarkan kesepuluh potongan logam tersebut secara berurutan?
D Dalam hal ini engkau harus melakukan 1010 operasi. Yaitu 10 milyar percobaan.
S Kemungkinan ini nampaknya mustahil.
D Iya benar demikian.
S Well, kini bagaimana kita dapat menyimpulkan
bahwa apa yang dikatakan oleh puak materialis tentang semesta ini
tercipta secara kebetulan adalah tidak benar dan invalid?
D Kita menunjukkan invaliditas apa yang mereka
yakini dengan metode berikut ini: Jumlah dari hal-hal yang teratur dan
partikel-partikel di alam semesta ini tidak dapat dihitung. Seluruh
aspek di alam semesta ini dikendalikan oleh sebuah hukum atau sebuah
sistem aturan. Setiap keteraturan termasuk sejumlah unit yang jauh
melebihi sepuluh potong logam yang engkau lihat dalam tas ini.
Kemungkinan dari benda yang tak-berbilang ini secara acak diatur
kemudian dapat menciptakan sebuah keteraturan adalah hampir nihil (zero)
dalam ilmu Matematika. Oleh karena itu, ada terdapat perencanaan,
pengetahuan, kehendak, kekuasaan berhimpun untuk membangun keteraturan
semesta. Seluruh benda yang terdapat di alam semesta ini mengikut kepada
sebuah system dan peristiwa kebetulan tidak memainkan peran apa pun
dalam sistem yang tertata dan terorganisir secara canggih dan apik ini.
S Well-done Dad! Keterangan yang Anda berikan sangat ilmiah dan meyakinkan.
F Saya akan memberikan kepada sebuah contoh praktis tentang masalah ini.
S Silahkan, Dad.
D Contoh ini berdasarkan kepada elemen-elemen
protein yang merupakan unsur pokok dari setiap substansi yang hidup.
Saya telah sarikan bagian ini dari sebuah buku yang bernama:
“Manifestasi Tuhan pada Sains Modern.” Buku ini merupakan buku yang
sangat berharga dan saya nasihatkan kepadamu untuk membaca buku
tersebut, tapi saya tidak yakin engkau bisa mendapatkannya di
perpustakaan atau tidak. Saya meminjamnya dari salah seorang teman dan
mengkopi beberapa bagian yang saya perlukan. Ambil beberapa lembar dan
bacalah.
S Tolong berikan kepadaku! Protein merupakan salah
satu komponen penting dari seluruh sel-sel yang hidup. Protein terdiri
dari lima elemen: Karbon, Hydrogen, Nitrogen, Oksigen and Sulfur. Jumlah
atom dari masing-masing setiap protein adalah 40.000. Jika kita katakan
bahwa 92 elemen kimia di dunia ini didistribusikan secara acak, maka
kemungkinan percampuran kelima elemen ini untuk membentuk satu komponen
protein dapat dihitung dengan mengetahui kuantitas yang harus dicampur
untuk membuat komponen ini dan mengetahui masa yang digunakan dalam
proses ini.
Seorang matematikawan Swiss, Charles Yujengay,
telah menghitung kemungkinan waktu yang digunakan untuk proses yang
disebutkan di atas. Ia menemukan bahwa kemungkinan untuk mendapatkan
peluang bagi bentuk acak dari protein itu adalah 1/10160 yang berarti
bahwa proses pembentukan tersebut harus diulang lebih dari 10160 kali
untuk mengakhiri pembentukan satu komponen protein. Angka ini tidak
dapat diucapkan dengan kata-kata yang sederhana. Kenyataan yang menarik
lainnya adalah bahwa bilangan substansi yang diperlukan untuk
pembentukan satu komponen protein secara kebetulan ini jauh melebihi
seluruh substansi yang kini tersedia di dunia ini sebanyak jutaan kali.
Durasi waktu yang diperlukan dalam pembentukan acak dari satu elemen
protein di muka bumi adalah jutaan tahun lamanya. Matematikawan Swiss
mengestimasi periode tersebut sebanyak 10243 tahun. Protein-protein
terbentuk dari rangkaian panjang amino acid-amino acid. Lalu bagaimana
unsur-unsur pokok ini dapat bertemu? Jika unsur-unsur ini terbentuk
dengan sebuah cara lain, mereka tidak memiliki kelayakan untuk hidup dan
terkadang berubah menjadi toksin-toksin (racun). Ilmuan Inggris, J. B.
Leathes telah menghitung angka reaksi-reaksi yang diperlukan dalam satu
protein dan ia mendapatkan angka 1048. Dengan demikian, proses ini
mustahil terlaksana secara rasional karena seluruh reaksi terjadi secara
acak bertujuan hanya untuk membentuk satu komponen protein saja.
Menariknya, protein-protein merupakan komponen-komponen kimia yang tak
bernyawa. Mereka tidak dapat hidup kecuali mereka mendapatkan rahasia
aneh yang hingga saat ini belum kita ketahui esensi dan tabiatnya.Hanya
Tuhanlah yang mampu mengetahui kenyataan bahwa komponen protein mampu
hidup menjadi komponen dasar dari kehidupan. Lalu Dia membangunnya,
memvisualkannya, dan menjadikannya sebagai rahasia kehidupan.
S Dad! Alangkah besarnya bukti ilmiah ini!“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”
(Qs. Fathir [35]:28)”
Seluruh yang engkau baca adalah tentang formasi
sebuah komponen protein! Dapatkah engkau menebak jumlah komponen protein
yang terdapat di alam semesta ini? Bagaiman dengan elemen-elemen
non-protein? Berapa banyak system-sistem yang tak terbatas di dunia ini?
Memikirkan hal tersebut membuat penciptaan dunia secara kebetulan
adalah sejenis kegilaan atau sejenis kekerasan kepala yang disengaja
berdasarkan penyakit kejiwaanyang tak dapat terobati.[]
Bagian Ke-10
Lebih Rasional dengan Puak Materialis
Obrolan antara ayah dan anak itu semakin jauh
mengajak kita memasuki pemahaman yang rasional tentang Sang Pencipta dan
penciptaan. Kendati sang anak baru memasuki usia remaja, namun dengan
kemasan simpel dan mudah, sang ayah mampu menyuguhkan masalah penting
dan “berat” ketuhanan. Sedemikian sehingga sang anak dengan mudah dapat
memahami apa yang disampaikan ayahnya. Gaya dan pendekatan yang
dilakukan oleh sang ayah, membuktikan lalu menggugurkan. Sepanjang ini,
di antara mereka telah terjalin dialog yang membuktikan tentang
kemestian keberadaan Pencipta dan setelah itu, kita diajak lebih jeluk,
mengugurkan pandangan dunia materialisme. Dengan cara rasional dan
ilmiah, sang ayah menerangkan bagaimana rapuhnya pandangan dan klaim
puak materialisme.
S Dad! Saya masih terkesima oleh penalaran ilmiah
dalam menolak anggapan dan konsep bahwa dunia ini tercipta secara
kebetulan. Keyakinan akan keberadaan Tuhan merupakan sesuatu yang
terbuka untuk didiskusikan, segala puji bagi-Nya. Kini saya sudah cukup
familiar dengan kesalahan dan kerancuan puak-puak materialis. Dad!
Sudikah Anda menjelaskan tentang teori lain puak materialis dan gagasan
mereka tentan keberadaan abadi materi yang mengklaim bahwa tiada
pencipta bagi alam semesta ini?
D Of course, son! Mereka mengklaim bahwa alam
semesta ini telah ada semenjak dulu sehingga tidak ada lagi pertanyaan
ihwal siapa penciptanya karena, sebagamana yang mereka kira, tiada waktu
yang tiada sepanjang sejarah. Artinya alam semesta ini bersifat abadi.
Anggapan ini tiada lain kecuali sebuah asumsi lantaran mereka tidak
memiliki bukti yang menegaskan bahwa alam semesta ini telah ada semenjak
dulu!
S Benar Dad! Apa yang menjadi argumen mereka?
D Saya katakan kepadamu; mereka tidak memiliki
dalil dan argumen; sebaliknya, dalil yang mereka ajukan bertentangan
dengan klaim mereka sendiri. Secara ilmiah, usia alam semesta ini kurang
lebih miliaran tahun lamanya bermakna bahwa pada permulaannya ia tidak
ada dan kemudian tercipta. Apakah maksud dari ucapan ini selain: “Ia
berusia X tahun lamanya?
S Tepat sekali… Jika kita mengajukan sebuah usia untuk semesta, maka hal itu berarti ia harus memiliki permulaan.
D Hal itu juga berarti bahwa alam semesta itu tidak abadi.
S Tentu saja! Dan apabila harus ada seorang
Pencipta dan pencipta itu adalah Tuhan YMK. But Dad! Apakah ada bukti
ilmiah yang menyatakan bahwa alam semesta ini tidak abadi?
D Yes son! Ilmu Fisika menyediakan kita dengan
argumen rasional. Thermal Dynamics membuktikan bahwa unsur pokok alam
semesta ini kehilangan energy mereka secara gradual dan hal ini berujung
pada suatu hari dimana seluruh makhluk mendekati temperatur nol. Pada
saat itu, tidak akan energi dan gerakan sama sekali. Tidak aka nada
jalan keluar dari situasi semacam ini lantaran kehilangan energi secara
gradual seiring berlalunya waktu. Hal ini membuktikan bahwa alam semesta
ini tidak abadi. Jika memang demikian, ia telah mencapai temperatur nol
semenjak dulu. Matahari yang membakar, bintang-gemintang yang
gemerlapan, dan bumi yang menghampar yang berisikan bentuk beragam
kehidupan merupakan bukti nyata bahwa alam semesta ini bermula dari
sebuah momen yang spesifik. Dengan demikian terdapat kejadian di antara
kejadian dan hal ini menandakan keharusan permulaan bagi alam semesta
dan yang memulai keberadaan alam semesta ini haruslah Abadi, Pencipta
Bijak, Yang meliputi segala sesuati. Kekuasaannya tiada terbatas dan
Dialah yang seharusnya menciptakan semesta ini.
S Segala Puji bagi Allah… “Kebenaran tiba.”
D “dan binasalah kebatilan.”
S Sebenarnya kemajuan sains dapat menjadikan
seorang beriman dan menuntun manusia untuk semakin dekat kepada Allah
Swt… Darimana Anda temukan argumen ini, Dad?
D Dari bab yang sama dari buku “The Manifestation of God in Modern Science.” Frank Alen yang telah menulis bab ini.
S Jazahullah Khairan Jaza! Alangkah besar khidmat
yang ia berikan dalam membantah klaim-klaim kaum materialis tentang
keabadian alam semesta dan penciptaannya secara kebetulan. But Dad!
Apakah buku ini bertalian dengan argumen keteraturan?
D Yes… Pengarang yang sama mendiskusikan aspek
universal argumen keteraturan dan menyimpulkan bahwa harus ada Pencipta
bagi alam semesta. Ia berkata: “Bumi menyediakan lingkungan yang sesuai
untuk dihidupi yang tidak dapat tersedia semata karena sebuah persitiwa
kebetulan. Bumi merupakan sebuah bulatan yang tergantung di angkasa
berputar di sekelilingnya yang merupakan hasil dari pergantian siang dan
malam; ia juga berputar mengelilingi matahari sekali dalam setahun yang
merupakan hasil dari pergantian musim. Bumi dibungkus oleh gas yang
diperlukan oleh seluruh bentuk kehidupan, berada 500 mil di atas bumi.
Ketebalan tutupan-gas yang melindungi ktia dari serangan mematikan
meteor-meteor yang memiliki kecepatan lebih dari 30 mil per menit.
Ketebalan tutupan-gas tersebut menghalangi meteor-meteor tersebut
sehingga tidak sampai ke permukaan bumi. Tutupan-gas itu juga menjaga
temperatur bumi supaya sesuai dengan kondisi kehidupan makhluk bumi. Ia
juga membawa uap air dari samudera-samudera ke daerah-daerah kering
untuk menyuburkan tanah bagi makhluk-makhluk di daerah tersebut. Air
hujan yang menjadi sumber air segar yang tanpanya bumi akan menjadi
sebuah sahara kering tanpa adanya tanda-tanda kehidupan. Kesimpulannya,
samudera-samudera dan atmosfer saling melengkapi satu dengan yang lain
untuk menciptakan keseimbangan di alam semesta. Air memiliki empat
khasiat yang melindungi kehidupan di samudera, danau-danau, dan
sungai-sungai khususnya ketika musim dingin berlangsung lama dan sangat
dingin. Air mengisap sejumlah besar oksigen ketika temperaturnya rendah.
Kepadatan air mencapai tingkat maksimumnya pada poin empat derajat
Celsius. Kita juga tahu bahwa kepadatan es adalah kurang dari kepadatan
air yang membuat bentukan es di danau dan sungai terapung di atas
permukaan air karena bebannya lebih ringan dari air. Lalu air memelihara
temperaturnya membuat kehidupan yang terdapat di bawahnya menjadi
mungkin yang merupakan daerah yang sangat dingin. Ketika air membeku,
sejumlah besar panas terlepaskan yang membantu melindungi makhluk hidup
yang terdapat di laut. Bagian kering bumi sesuai dan layak bagi banyak
makhluk hidup. Tanah mengandung beberapa elemen yang diserap oleh
tanaman dan mentransformasinya menjadi beragam tipe nutrisi yang
dibutuhkan oleh hewan-hewan. Inilah alasan di balik munculnya peradaban
dan kemunculan seni dan industry di muka bumi. Sebagai kesimpulannya,
bumi diciptakan dalam bentuk yang terbaik untuk kehidupan. Tanpa syak
bahwa semua hal ini dirancang oleh Pencipta yang Mahir dan Bijak. Tidak
masuk akal menyebut semua hal ini merupakan sebuah kebetulan atau ada
secra acak. Asyia (salah seorang nabi kaum Yahudi) benar tatkala ia
berkata kalimat berikut ini dan ditujukan kepada Tuhan: “Dia tidak
menciptakan hal ini tanpa tujuan; bumi ini diciptakan dan dimunculkan
untuk para makhluk.”
Sebagian orang mengolok-ngolok ukuran bumi
dibandingkan dengan angkasa yang mengelilinginya. Jika bumi lebih kecil
dari bentuknya sekarang, misalnya sama dengan ukuran bulan atau
diameternya seperempat diameter bumi yang sekarang, ia tidak akan mampu
menjaga atmosfer di sekelilingnya dan kelembaban air; suhu udara akan
mencapai sebuah derajat dimana tidak ada satu pun makhluk hidup yang
dapat survive. Di sisi lain, jika diameter bumi lebih besar dua kali
lipat dari diameter bumi sekarang, permukaan akan melebar hingga empat
kali dari ukuran sekarang dan akibatnya akan bertambah dua kali lipat
gravitasinya. Sebagai hasilnya, tinggi atmosfer akan berkurang dan
tekanan atmosfer akan bertambah dari 1 Kg/cm2 menjadi 2 Kg/Cm2 yang akan
berefek buruk bagi kehidupan di muka bumi. Dalam situasi ini wilayah
daerah dingin akan melebar dan wilayah hunian akan berkurang secara
drastis. Oleh karena itu, manusia akan memiliki kelompok dan hidup
terpisah dari yang lain; isolasi manusia akan semakin banyak. Perjalanan
pulang-pergi manusia dan komunikasi akan menjadi mustahil. Jika ukuran
bumi sama dengan ukuran matahari (dengan kepadatan yang sama),
gravitasnya akan menjadi 150 kali lebih berat dari beratnya sekarang.
Juga, tinggi bungkusan atmosfer akan menjadi empat mil kurang dan
sebagai hasilnya uap air akan menjadi musathil. Tekanan atmosfer akan
melebihi 150Kg/Cm2; dengan demikian seekor binatang dengan berat satu
pound akan menjadi 150 pound beratnya. Ukuran seorang manusia akan
menyusut menjadi seukuran musang atau seekor tupai dan kepintaran mereka
akan menjadi mustahil untuk dapat berkembang. Jika orbit bumi akan
bergerak dua kali jaraknya dari matahari, kuantitas panas yang diterima
dari matahari akan berkurang menjadi seperempat dari levelnya sekarang;
waktu rotasi mengelilingi matahari akan berlangsung lebih lama dan musim
panas akan berlangsung lama dan seluruh makhluk hidup di muka bumi akan
mati membeku. Di sisi lain, jika jarak bumi dari matahari setengah dari
jaraknya yang sekerang, panas yang diterima dari matahari akan menjadi
empat kali lebih besar; kecepatan rotasi bumi akan berkurang; lama
berlangsungnya musim-musim akan menyusut menjadi setengah; dan kehidupan
di muka bumi akan menjadi mustahil. Kesimpulannya, ukuran aktual bumi,
jarak dan kecepatannya dalam orbitnya menyediakan kondisi bagi kehidupan
dan prasyarat bagi manusia untuk dapat hidup, berpikir dan menikmati
hidup sebagaima yang kita lihat sekarang.”
S O my God! Pengetahuan ini merupakan pengetahuan
berharga yang terbaik yang pernah saya dengar. Saya harus mencari buku
ini dan menelaahnya secara seksama. Jika saya menemukannya, saya akan
membelinya berapa pun harganya.
F Juga cari buku “The Faith Story” karya Syaikh
Nadim Al-Jeser. Engkau akan jumpai diskusi yang menarik dan pengalaman
yang berharga tentang iman.
S Sudikah Anda memberitahukannya kepadaku?
F Kita akan lanjutkan diskusi kita ini besok, son![]
Bagian Ke-11
Kebebasan Berpikir
Setelah Sang Ayah (Daddy) menyuguhkan
argumen-argumen rasional dalam membimbing putranya mengenal Tuhan dengan
menafikan konsep dan ajaran yang menolak keberadaan Tuhan, dalam kasus
ini Materialisme, kini sang ayah ingin mengajak putranya mengikuti
pengalamannya dalam berhadapan langsung dengan ide-ide materialisme yang
diusung oleh para pentolan ajaran ini. Sebuah pengalaman yang banyak
dilalui oleh para remaja yang nyaris menginjak usia dewasa. Pengalaman
yang didera oleh badai keragu-raguan yang menghantam keyakinan yang
bersifat warisan dari tradisi, orang-tua dan lingkungan. Sebuah
keyakinan yang umumnya bersifat taken for granted.
Berbeda dengan para remaja umumnya, ketika remaja,
sang ayah melalui masa-masa kritis dan krisis, dengan bekal
rasionalitas, kebebasan berpikir dan sikap netral, dalam menghadapi
keraguan-keraguan yang dilancarkan oleh puak materialis meski sepintas
dalam bentuk dan fakta ilmiah yang tak-terbantahkan.
Sang anak, yang hingga saat ini telah tercerahkan,
sangat antusisas menunggu tuturan pengalaman ayahnya dengan orang-orang
materialis dan ia tidak mempersiapkan satu pertanyaan pun sebelumnya.
Kini ia, bersama kita, siap untuk mendengarkan tuturan penjelasan
ayahnya:
Pengalaman pertama dengan kaum materialis ketika
Daddy belum lagi mencapai usia baligh. Saya memperoleh pengetahuan
agamaku dari lingkungan sosial dimana saya tumbuh-berkembang; orangtuaku
adalah orang-orang Mukmin yang committed; lingkungan sekolah juga
merupakan lingkungan religius; dan kota tempat aku berdiam tatkala aku
muda secara umum mengikuti budaya dan praktik agama. Demikianlah saya
melalui masa kecil dan pada usia nyaris remaja. Saya adalah orang mukmin
yang baik dalam teori dan praktik, namun…gak kebayang keyakinan dan
iman seperti apa? Saya mengikuti dan melakukan apa yang orang lain
lakukan. Saya tidak tahu bahwa iman semacam itu tidak akan bertahan lama
atau melawan keraguan dan sangsi yang pertama kali datang menyerang.
Hal ini terjadi persis ketika saya berusia tiga belas tahun; saya
mendapatkan perhatian besar dari guru geografiku yang merupakan seorang
komunis dan berencana menarikku lebih dekat kepada keyakinannya dan
kemudian mendaftarkan aku ke dalam partai komunis. Ketertarikannya
kepadaku setelah ia perhatikan keunggulanku di sekolah dan perhatianku
terhadap masalah keyakinan berbeda dengan teman sebayaku yang duduk di
bangku SMP. Diskusi-diskusi pendahuluan antara kami ihwal
masalah-masalah remeh keagamaan. Ia berniat untuk mempengaruhi pikiranku
sementara aku juga bermaksud yang sama. Saya tidak sadar rencananya
yang ingin menggoyang lalu mengganti keyakinanku. Setelah beberapa kali
pertemuan, saya perhatikan ia menghindari untuk berbenturan langsung
dengan pemikiran-pemikiran keagamaanku. Setelah beberapa lama, ia
berkelit dengan memanipulasi diskusi dari kasus-kasus simple kepada
konsep-konsep dalam tentang ideologi, penciptaan semesta dan masalah
tauhid. Pelan-pelan ia berpindah pada pembahasan keberadaan Tuhan namun
dengan cara menawan menghindar perbenturan lansung yang boleh jadi
berujung pada reaksi keras dariku lantaran budaya yang saya bawa dari
lingkunganku. Ia memiliki pengetahuan yang dalam tentang psikologi
ketika berurusan dengan anak muda yang baru saja terbentuk ideologinya,
dimana pada usia ini, kebanyakan para remaja ini adalah orang-orang yang
sangat percaya diri dan banyak angkuh. Kaum muda pada usia ini
mengingkari apa yang tidak mereka yakini bahkan jika seluruh manusia
memiliki kesepakatan tentangnya. Sikap ini boleh jadi bermuara pada
pemberontakan dan pembangkangan yang merupakan dasar bagi pemikiran dan
ideologi baru. Atas alasan ini mengapa missionaris dan para dai mencoba
menarik kaum muda, yang membentuk proporsi yang lebih besar masyarakat,
ketika mereka menginjak usia remaja. Tarikan ini adalah dalam rangka
untuk menyokong pemikiran dan ideologi mereka. Kaum muda siap
mengorbankan diri mereka tanpa memperdulikan bahaya yang boleh jadi
muncul di kemudian hari (sebagaimana kasus Ashabul Kahf). Engkau dapat
saksikan di dunia kelompok aliran pemikiran (dalam contoh kasus ini
adalah komunis) tertentu dalam negeri atau juga di luar negeri, dimana
kelompok-kelompoknya kebanyakan dari kalangan kaum pelajar di sekolah
dan pemikiran ini menjadi bagian dari kehidupan keseharian mereka hingga
mereka lulus dari universitas. Sangat jarang sebuah aliran memilih
peniaga atau mereka yang memiliki keluarga besar.
Benar Dad! Saya juga perhatikan bahwa kebanyakan
kelompok-kelompok ini membentuk organisasi-organisasi pelajar yang
merupakan organisasi kuat dan aktif.
Namun hal ini sebelum mendapatkan kekuasaan di tangan mereka.
Dan setelah mendapatkan kekuasaan?
Selanjutnya, mereka tidak akan memberikan
kesempatan pada orang-orang untuk hidup tenang kecuali mereka tunjukkan
dukungan tanpa syarat. Hal ini menjadi sebuah kesempatan bagi mereka
untuk merebut kekuasaan dengan cara ilegal dan berada pada posisi
menghantam masyarakat, mengingkari hak-hak dasar mereka dan merubah
aparat-aparat pemerintah menjadi ala yang menakutkan bagi masyarakat.
Apakah Anda pikir,Dad, bahwa lebih baik menjaga otoritas di tangan kaum ideologis atau di tangan kaum diktator dan oportunis.
Pertama-tama, pertanyaan yang harus dibahas adalah
masalah ideologi. Jika ideologinya bukan ideologi Islam, maka ia tidak
dapat dipandang sebagai pilihan terbaik. Ia harus ditolak apakah ia
diusung oleh kaum ideologis atau oportunis. Jika ideologinya Islam,
orang-orang Mukmin bertanggung-jawab untuk melindunginya. Bukan orang
kaya saja juga bukan orang yang meyakini Islam setelah kemenangannya
dapat dipilih atas tanggung-jawab ini. Karena, jika kita meraih
kemenangan, mereka akan berkata: Bukankah kami bersama Anda? Dan jika
orang-orang kafir meraih kemenangan atau memiliki saham kemenangan,
mereka akan berkata kepadanya: Tidakkah kami menyokong Anda dan mencegah
orang-orang beriman supaya tidak menyakiti Anda?
OK Dad! Sudikah Anda melanjutkan kisah tentang guru geografi itu?
Yeah! Orang ini menggunakan pengetahuan
psikologinya tentang kaum muda dan mengetahui kecintaanku membaca,
persis seperti kecintaanmu membaca, lalu ia memotivasiku untuk
memecahkan persoalan masalah keberadaan Tuhan dengan membaca buku-buku.
Kemudia ia menganjurkan aku untuk membaca buku “The Origin of Species”
ditulis oleh seorang atheis Mesir, Salama Mousa. Namun ketika ia
melihatku tidak dapat mendapatkan buku itu, ia meminjamkan bukunya
kepadaku. Segera setelah menerima buku itu, saya mulai membacanya.
Sependek yang saya tahu, buku “The Origin of Species” ditulis oleh Darwin, seseorang yang mengembangkan teori evolusi, iyakan?
Iya. Buku aslinya ditulis oleh Darwin dan ialah
orang yang merumuskan teori evolusi dan perkembangan. Ia berkata,
"Seluruh jenis binatang berasal dari satu sumber dan kemudian berevolusi
dan bervariasi melalui seleksi alam sesuai dengan hukum "survival of
the fittest" yang memandang bahwa siapa yang kuat ialah yang berkuasa
dan kematian bagi orang-orang yang lemah." Darwin memilih judul ini
untuk bukunya. Namun pengarang Coptic (Salam Mousa), yang merupakan
wakil ideologi Barat di dunia Islam, mencoba menerbitkan
pemikiran-pemikiran ini di kalangan kaum Muslimin. Ia juga menamai
bukunya, "The Origin of Species" dan mengintisari konsepnya dari buku
Darwin. Buku tersebut ditulis dengan bahasa yang ringan untuk menarik
kaum muda dan memalingkan mereka dari agama sejauh mungkin. Melebihi
dari apa yang dilakukan Darwin dalam bukunya.
Mengapa Salama Mouse melakukan hal tersebut?
Darwin meyakini adanya Tuhan namun Salam Mousa
bukan hanya seorang musyrik tetapi ia juga adalah seorang pendakwah
atheisme. Salama Mousa menghadirkan teori dengan cara atraktif,
menghindar dari poin-poin lemah yang merupakan prinsip. Poin-poin lemah
ini disebutkan Darwin dalam bukunya, dimana jika seseorang membacanya,
juga akan merasa bahwa pengarang tidak mencoba mencari sebuah alternatif
bagi keimanan kepada Tuhan, namun Salama Mousa mencoba menyimpangkan
kaum muda dengan mengklaim bahwa teori Darwin merupakan sebuah kenyataan
ilmiah yang tak-terbantahkan dan fakta ini merupakan alternatif atas
mitos yang berkata bahwa Tuhan adalah pencipta. Tuhan lebih besar dari
apa yang diklaim orang-orang bodoh ini klaim.
Well! What else?
Saya membaca buku tersebut dengan
teliti….Keyakinanku mulai goyah…What's going on? Bisikku pelan. Saya
berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah yang berkata: Spesis
manusia tidak dicipta oleh Tuhan, mereka berevolusi melalui sejumlah
tingkatan secara acak; tingkatan-tingkatan tersebut berulang banyak kali
dan menyediakan bilangan yang tak-terhitung jenis dan spesisnya dengan
beragam karakter dan khasiat; spesis yang lemah menjadi punah sementara
yang lebih kuat dapat berhatan selama proses evolusinya; oleh karena itu
manusia dicipta dengan cara yang sama. Ia mengklaim bahwa sains
didukung oleh banyak fakta dan bukti yang tak-terbantahkan serta
temuan-temuan arkeologis. Jika saya harus menghormati pikiranku dan
menerima kenyataan-kenyataan so-called ilmiah tersebut? Atau menghormati
orang tua dan masyarakatku serta menerima apa yang mereka ajarkan
kepadaku?
Tentu merupakan sebuah pilihan berat bagi Anda, Dad!
Informasi yang tersedia dalam buku tersebut
disertai dengan foto-foto bergambar semakin memperkuat fakta-fakta
tersebut. Namun ia menata informasi tersebut dengan cara yang
menyesatkan sehingga menyisakan kebingungan pada pembaca yang berpikiran
sederhana. Saya ibarat seorang dusun yang baru saja menginjakkan
kakinya di ibukota negara mengagumi segala sesuatunya dengan perasaan
takjub, bingung dan bahagia. Untuk pertama kalinya saya membaca buku
yang merusak tatanan keberagamaanku secara keseluruhan. Hal ini
menunjukkan bahwa apa yang diyakini oleh orang-orang, masyarakat,
keluargaku, semua orang yang saya kenal termasuk diriku, adalah sesuatu
yang salah. Seluruh kebiasaan, praktik keagamaan, shalat dan hubungan
sosial yang kami jalin adalah dusta semuanya. Apa yang kami yakini atau
praktikkan apakah itu bersumber dari agama atau berhubungan dengan agama
bagaimanapun juga dan lantaran keseluruhan agama berdasarkan pada iman
kepada Tuhan, maka segala sesuatunya akan gugur dengan sendirinya jika
apa yang diklaim oleh buku ini terbukti kebenarannya.
Perasaan ini merupakan perasaan luar biasa yang
dapat merobek jiwa seorang manusia dan membuatnya bak selembar bulu yang
diterbangkan angin. Saya mengalami kondisi semacam ini tatkala Anda
memulai program Anda bersamaku. Ketika Anda memisahkan aku dari cara
beriman tradisional dan mendaftarkanku dengan bebas pada sekolah iman
yang sebenarnya. Anda memang hebat, Dad!
Anyway, Saya memutuskan untuk memilih antara
pikiranku dan lingkungan sosialku…. Benar bahwa lingkunang sosialku
berharga bagiku namun pikiranku lebih berharga. Saya adalah seorang muda
yang menghormati pikiranku yang mampu menunjukkan aku ke jalan yang
benar. Jadi jika saya memilih pikiranku namun kemudian….. Tidak..Tidak..
Jika Aku mengikuti pikiranku maka saya akan membangkang kepada orang
tuaku yang mencintaiku dan menghormati mereka merupakan kewajiban moral
dan kewajiban agama… Apa? Kewajiban moral? Kewajiban agama? Apa moral
itu? Apa agama itu? Hukum Tuhan? Apa hukum Tuhan itu? Siapa Tuhan itu?
Apa itu Tuhan itu? Apakah Dia adalah Yang dikatakan ibuku, atau yang
disebut sebagai sebuah mitos oleh Salama Mousa? Haruskah saya mengikuti
pendapat seorang wanita atau pendapat pengarang, intelektual dan saintis
terkenal? Oh Tuhan! Apa yang seharusnya saya lakukan! Oh Tuhan.. Apa
saya berkata "Oh..Tuhan"? Bagaimana saya dapat menyebut Tuhan ketika aku
meragukan-Nya? Apa yang ada dalam diriku yang membuat aku berkata "Oh
Tuhan".. Apakah itu diriku, atau bagian dariku, atau apa? Sebuah angin
menghantam diriku; saya mulai melihat kembali segalanya… Saya putuskan
untuk berenang melawan arus namun saya tidak dapat melakukan hal itu,
saya istirahat aja di tepi untuk mencari arah yang tepat kemudian
berenang kembali.
Apa yang terjadi setelah itu?
Setelah berpikir lama, saya memutuskan untuk
berhubungan dengan kasus ini secara rasional sekaligus secara moral.
Pendekatan rasional bermakna bahwa saya telah memutuskan untuk meneliti
persoalan ini dengan riset dan pengujian rasional kemudian menilai kasus
ini. Dan jika saya mencapai sebuah kesimpulan -apapun itu- saya akan
meyakininya dan mengikuti terlepas dari apakah ia sejalan dengan
pemikiran-pemikiran yang kuwarisi atau tidak. Apakah selaras dengan
lingkungan sosialku atau tidak. Namun, dari sudut pandang moral, cukup
fair untuk tidak menunjukkan permusuhan dan konflik dengan masyarakat
lantaran masih dalam tingkatan meneliiti. Jadi membenturkan warisan dan
tradisi bukan merupakan jalan rasional sebelum mencapai kesimpulan final
yang benar.
Kedengarannya keputusan ini merupakan keputusan rasional dan berperasaan. Berapa lama Anda mempelajari isu-isu ideologis ini?
Kurang lebih dua tahun. Saya senantiasa ragu dan mencoba untuk menemukan jalan keluar.
Bagaimana dengan tugas-tugas keagamaan Anda, maksud
saya taklif syar'i selama dua tahun itu….Misalnya, apakah Anda
meninggalkan shalat?
Pertanyaan yang bagus… Saya tidak melakukan
kesalahan sebagaimana pada umumnya kaum muda lakukan tatkala masa
keraguan mereka jalani… Mayoritas kaum muda yang memasuki masa ini, yang
memiliki keraguan tentang agama mereka, meninggalkan shalat. Namun,
setelah melalui masa sulit ini sangat sukar bagi mereka untuk memulai
shalat lantaran mereka telah memutuskan panggilan Tuhan. Saya berargumen
dalam menghadapi masalah ini: Saya pikir setelah masa keraguan saya
akan sampai pada salah satu dari dua kesimpulan berikut ini: Apakah saya
akan beriman kepada Tuhan dan sesungguhnya bahwa agama, Surga dan
Neraka merupakan sesuatu yang real. Atau saya akan menemukan bahwa
seluruh konsep yang disebutkan ini adalah mitos. Setelah menimbang kedua
konsekuensi ini, mana yang lebih menyelamatkan dan lebih baik bagi masa
depanku: Berhenti mengerjakan shalat atau melanjutkannya? Jawabannya
cukup jelas…Jadi saya memutuskan untuk tidak menghentikan shalat.
Anda seperti seorang pelajar yang menjalani ujian.
Namun ia ragu apakah bab yang dibacanya termasuk atau tidak dalam ujian
dan kemudian ia memutuskan untuk membaca bab tersebut sebagai tindakan
penyelamatan.
Yes, exactly! Dalam sejarah Islam, terdapat banyak
aliran kepercayaan yang menawarkan pelbagai keraguan tentang
prinsip-prinsip agama. Para ulama dan imam berkonfrontasi dengan mereka
dengan argumen-argumen rasional dan menyuguhkan penalaran pada setiap
kasus. Mereka yang terkadang ragu tunduk di hadapan bukti-bukti rasional
dan terkadang juga ada yang bersikap keras-kepala. Imam Ja'far Shadiq
As memecahkan masalah ini tatkala beliau menerapkan metode kehati-hatian
pada Ibnu Abil Auja?
Siapa orang ini, apa yang beliau katakan kepadanya?
Ibnu Abil Aujah tidak beriman kepada Tuhan dan
akhirat. Lantas, Imam Shadiq berargumen dan berkata kepadanya:
"Perhatikan, jika benar apa yang engkau katakan, maka kita semuanya akan
selamat. Namun jika apa yang kami katakan benar adanya, maka kami akan
selamat, namun engkau akan celaka." Jadi, jika kasusnya adalah seperti
yang engkau katakan (tiada Tuhan, Surga dan Neraka), maka kita semua
akan selamat dari hukuman. Namun jika masalahnya tidak demikian.
Masalahnya seperti yang kami katakan (Tuhan itu ada, Surga dan Neraka
juga demikian), maka kami yang akan selamat, dan engkau akan mendapatkan
hukuman. Dalam dua kondisi di atas, seorang yang beriman akan selamat,
namun orang yang tidak beriman memiliki 50% peluang untuk selamat. Oleh
itu, apa yang dilakukan oleh orang yang berakal-sehat tatkala ada
kemungkinan bahaya? Dan tidak kebayang bahayanya seperti apa? Bahaya
terpuruk di Neraka. Metode ini (precaution method) adalah apa yang kita
adopsi dalam keseharian hidup kita, dan metode inilah yang saya terapkan
terkait dengan shalat, karena saya tidak berhenti mengerjakan shalat
selama datangnya masa ragu.
Dad! Tuhan menolongmu.
Demikianlah bagaimana saya tetap melanjutkan
mengerjakan shalat untuk menemukan Tuhan dengan usahaku sendiri
sebagaimana engkau menemukan-Nya dengan usahamu sendiri.
Tapi cepat banget saya menemukan-Nya.
O Son! Hal ini karena program yang, berkat
pertolongan Tuhan, aku telah siapkan untukmu. Tapi dalam kasus yang saya
hadapi, saya menjalaninya tanpa bimbingan atau kompas.
Semoga Tuhan menolongmu Dad! Bagaimana Anda melewati perjalanan Anda dari keraguan kepada iman?
Setelah saya memutuskan untuk tidak mengikuti
ideologi dan pemikiran tradisonal dan yang diwariskan. Saya memandang
kenyataan bahwa setiap gagasan (tanpa kecuali) boleh jadi benar atau
salah dan satu-satunya penalaran pada pikiran. Karena saya menghindar
untuk tidak mengikuti nenek moyang, saya juga memutuskan untuk tidak
tertipu oleh konsep-konsep palsu Oleh karena itu tidak rasional menerima
dan menegaskan pelbagai ideologi Barat hanya karena datang dari Barat
dan negara-negara maju secara industri dan teknologi. Peradaban Barat
memiliki sisi baik dan sisi buruk. Tidaklah bijak untuk mengadopsi apa
yang buruk meski melalui bimbingan yang baik. Haruskah kita, misalnya,
mengimpor AIDS karena kita mengimpor obat-obatan dari Barat? Atau
haruskah kita bersikap selektif dan mengambil sains dan meninggalkan
penyakit? Apakah dapat diterima mengikuti jejak kaki mereka dalam segala
hal karena menghormati mereka yang maju dalam teknologi? Tidaklah bijak
mengagumi segala apa yang ada pada masyarakat Barat. Perlu bagi kita
untuk menanyakan setiap gagasan bahkan jika ia dipresentasikan oleh
seseorang yang mengklaim bahwa apa yang ditawarkannya itu adalah sebuah
konsep ilmiah. Atas alasan itu, bagaimana saya menjumpai Salam Mousa
telah menipuku dngan menampilkan teori Darwin yang telah ditegaskan oleh
fakta-fakta ilmiah tatkala kemudian saya dapati bahwa Darwin tidak
sepenuhnya meyakini apa yang dianjurkan oleh Salam Mousa. Salam hanya
menyesatkan para pembacanya dengan menuntun mereka ke Neraka.
Lalu Anda memulai riset dengan menolak mengikuti tradisi dan segala yang berbau modern yang menyilaukan mata.
Yes! Demikianlah. Saya mulai membaca buku-buku yang
baik yang membuktikan keberadaan Tuhan atau mengingkari wujud-Nya. Pada
mulanya, saya membaca buku-bukum yang ditulis oleh ulama atau
semi-ulama yang tersedia di toko-toko buku.. Saya dapatkan usaha yang
tulus dan niat yang jujur dalam membimbing masyarakat kepada jalan yang
benar namun sasaran buku-buku tersebut adalah generasi tua. Mereka yang
tulus tidak mengenal bahasa dan budaya hari ini. Oleh karena itu, jika
kaum muda membaca buku-buku ini, mereka tidak akan mudah mengerti
bahasanya apatah lagi memahami isinya. Dengan demikian, pembaca akan
meninggalkan membaca buku-buku sedemikian setelah melihat pada gaya
penulisan yang tidak lazim dan isinya pada halaman pertama. Di sisi
lain, buku-buku yang dipropagandakan oleh atheisme mengikuti strategi
yang lain. Buku-buku tersebut tidak menyuguhkan pembaca dengan informasi
tentang kekafiran secara langsung dan terus-terang. Mereka biasanya
menyediakan pembaca informasi yang mana yang sebenarnya asli namun
mengikuti jejak yang salah. Namun ketika pembaca mengikuti bacaan, ia
akan jumpai dirinya sebuah jalan yang menjauhkanya dari agama. Ia tidak
akan diberikan konsep-konsep tentang kekufuran juga tidak diminta untuk
mengumumkan penyimpanganya dari agama, namun ia didoktrin seolah-olah ia
telah memilih secara bebas untuk mendegradasikan agama tanpa diminta.
Pengumumam kekufuran merupakan sebuah konsep yang jarang diadopsi oleh
blok Timur dan Rusia (dulu Uni Soviet) yang kebanyakan dikontrol oleh
ajaran komunisme. Hal ini terjadi tatkala partai-partai politik memulai
menyebarkan ideologi materialistiknya, yang dikenal sebagai Materialisme
Dialektika. Hal ini merupakan sebuah langkah yang harus dilakukan untuk
melakukan penetrasi secara politik dalam tubuh pemerintahan Uni Soviet.
Oleh itu, konsep-konsep materialistik, dalam situasi seperti ini,
merupakan sebuah konspirasi melawan kaum Muslimin untuk membuat mereka
bergabung dengan blok Timur. Budaya Barat, yang saya kaji selama
beberapa tahun terakhir ini, bukan merupakan budaya yang bercorak
atheistik; ia memiliki sebuah sikap anti-agama yang tidak bermakna
penafian keberadaan Tuhan secara terus-terang namun ia mencoba untuk
menciptakan sebuah keraguan agama yang seolah-olah berusaha untuk
melemahkan iman manusia kepada Tuhan tanpa benar-benar menghancurkan
tatanan konsep penciptaan.
Apa rahasia di balik semua ini, Dad?
Sama dengan satu konsep dalam komunis. Hal ini juga
merupakan persiapan untuk memotivasi orang untuk bergabung dengan
kebijakan Barat lantaran masyarakat Kristen di Barat meyakini adanya
Tuhan namun mereka tidak ingin kaum Muslimin puas dengan agama mereka.
Hal ini disebabkan mereka tahu bahwa Islam tidak mengizinkan para
pengikutnya menjadi budak orang lain. Mereka ingin menciptakan
kecurigaan tentang agama kita dan memisahkan kaum Muslimin untuk
memfasilitasi niat para politikus mereka. Para tuan penjajah telah
menggunakan cara-cara seperti ini pada abad-abad terakhir. Para
misionaris Kristen adalah orang-orang yang terdepan terlibat dalam
menjajah bangsa-bangsa Muslim. Jika engkau ingin tahu lebih detil,
engkau dapat membaca buku “Missionaries and Colonization” untuk lebih
akrab dengan fakta ini.
Bagaimana dengan Zionisme?
Zionisme merupakan sebuah gerakan politik-agama.
Pada abad belakangan, kebijakan Barat didominasi oleh Zionisme. Kaum
Yahudi Amerika mengontrol 95% bidang ekonomi dan politik di Amerika,
sementara jumlah mereka tidak lebih dari 5% masyarakat Amerika. Kekuatan
yang baru muncul telah memainkan peran yang lebih meyakinkan dalam
menentang Islam dan membuat pemeluknya asing dengan agama mereka. Hal
ini dilakukan untuk menarik mereka kepada budaya Barat. Mereka mulai
menduduki Palestina yang dimainkan sebagai pangkal visi besar mereka
mendirikan Israel Raya yang terbentang semenjak sungai Nil dan Eufrat
dan menggunakan seluruh dunia berbakti kepada niat-niat mereka sebagai
bangsa yang terpilih, sebagaimana yang mereka klaim. Kekuatan-kekuatan
Barat telah membuktikan permusuhan mereka dengan Islam selama abad-abad
terakhir. Sikap ini dapat ditelusuri pada standar ganda yang mereka
terapkan terhadap Yahudi, Kristen dan Islam. Kekuatan Barat ini telah
meluaskan dukungan dan sokongan tanpa-syarat mereka kepada Israel,
satu-satunya negara yang memiliki sistem keagamaan dalam pemerintahan di
Timur-Tengah, sementara mereka mengumumkan perang terhadap Iran dan
Sudan lantaran kecendrungan mereka terhadap Islam. Jika Barat menentang
agama, lalu mengapa mereka menyokong Israel? Dan jika mereka tidak
menentang Islam, lalu mengapa mereka menentang Islam dan Sudan?
Dad! Anda masih ingat krisis yang diciptakan Salman Rusdi?
May God bless you. Salman Rusdi merupakan sebuah
contoh dari apa yang saya katakan. Ia tidak mengklaim bahwa Tuhan adalah
mitos. Ia mengejek kepribadian Nabi Islam, perbuatan dan pemikirannya.
Seluruh dunia Barat, dengan lembaga politik dan kebudayaanya, bergerak
membela kebebasan intelektual yang, menurut mereka, terdemonstrasikan
dalam kepribadian Salman Rusdi. Paradoks ini lebih jauh dibawa pada
sistem peradilan tatkala sekelompok kaum Muslimin yang menuntut Rusdi ke
meja hijau di Inggris. Kasus yang diajukan oleh sekelompok kaum
Muslimin ini ditolak! Mereka mendapati bahwa hukum Inggris akan
memperadilankan orang yang mengumpat agama Kristen dan Yahudi namun
tidak demikian halnya dengan Islam! Oleh karena itu, menurut hukum
Inggris Rusdi tidak dapat dihukum karen menghina ratusan juta kaum
Muslimin di Inggris dan di seluruh dunia. Coba perhatikan, son! Jika
seseorang mengumpat agama Kristen atau Yahudi ia akan dipersekusi namun
tidak bagi orang yang mengumpat Islam. Jadi kebebasan berekspresi hayna
berlaku pada satu arah saja, karena dibenarkan untuk mengumpat Islam dan
kaum Muslimin!
Demikian juga, merupakan kebebasan menerapkan
aturan berpakaian. Jika seorang wantia di belahan dunia Barat memutuskan
untuk berjalan telanjang bulat di jalan, tiada seorang pun yang akan
turut campur dengan kebebasan personalnya yang mendapatkan perlindungan
hukum. Ia hanya ingin menggunakan haknya untuk untuk memilih model
busana yang ia kenakan! Namun ketika pelajar Muslimah mengenakan jilbab
di Perancis sebagai pilihan mereka berpakaian, Menteri Pendidikan
Perancis menyetujui mereka untuk dikeluarkan dari sekolah! Tiada
kebebasan pribadi yang dipraktikkan dan dilindungi!
S Alangkah vulgarnya bias yang mereka praktikkan
terhadap Islam. Hal ini merupakan sebuah peperangan yang kasat-mata
terhadap melawan Islam atas nama kebebasan! Wanita hanya memiliki hak
untuk menonjolkan lekuk tubuhnya namun tidak bolehkan untuk menutup
kepada dengan jilbab! Seorang penulis memiliki hak untuk mengumpat Islam
namun tidak diperkenankan untuk mengkritisi Yahudi!
D Contoh lain yang mengejutkan adalah kasus Rogieh
Garouy, filosof Marksis Perancis yang memeluk Islam setelah pengkajian
yang dalam dan sangat teliti. Ia merupakan sosok budayawan yang
dihormati du Perancis dan menikmat kebebasan berpendapat sebelum memeluk
Islam. Namun, kebebasan ini diambil setelah ia menjadi seorang Muslim.
Ia dihukum atas risetnya ihwal jumlah sebenarnya kaum Yahudi yang
terbunuh oleh Nazi selama perang dunia kedua.
S Apakah merupakan sebuah tindakan kriminal untuk
mendiskusikan dan mempersoalkan sebuah kejadian sejarah?Dimana kebebasan
intelektual kalau begitu?
D Hanya karena hal itu terkait dengan masalah Yahudi.
S Zionisme, yang berada di balik motto dan slogan
kebebasan personal dan intelektual untuk melayani niatnya dan menyerang
ideologi Islam.
D Dan kebebasan berniaga; hal ini dimaksudkan untuk
melupakan atau menghapuskan boycot atas produk-produk Israel.
Mengadakan pasar bebas dimaksudkan untuk tidak mencampur adukkan masalah
politik dengan masalah perdagangan. Tatkala Iran atau Sudan menerapkan
sebuaj kebijakan yang tidak diterima di Barat, mereka menerapkan sanksi
Ekonomi dan kebebasan berniaga tidak lagi tersisa untuk negara-negara
Muslim.
S Dad! Hal yang sama juga terjadi pada demokrasi.
Mereka berpegang kepada demokrasi tatkala seiring sejalan dengan
kepentingan Barat. Mereka melindungi hak-hak orang untuk memilih
pemimpin mereka melalui pemungutan suara sementara mereka menyokong
pemerintahan diktator terhadap kehendak masyarakat tatkala mereka
memilih Islam. Hal ini terjadi di Turki dan Aljazair akhir-akhir ini.
Demokrasi tidak dimaksudkan untuk islam atau menjadi pilihan bagi kaum
Muslimin, misalnya, Nixon, salah seorang presiden Amerika, dalam bukunya
"The Leaders” berkata: “Jika demokrasi diterapkan di Mesir atau Arab
Saudi, maka akan terjadi malapetaka!"
Kebohongan dan standar ganda Barat telah tersiar luar di seluruh dunia. []
Bagian Ke-12
Kemustahilan Tasalsul
Dad! Apa yang ingin Anda bicarakan malam ini?
Apa yang ingin engkau dengarkan? Engkau saja yang memutuskan.
Saya ingin lebih banyak tahu yang tersisa dari perjalanan Anda dari keraguan kepada iman.
OK! Saya akan memberikan kepada sekilas atas apa
yang terjadi denganku selama dua tahun ketidakpastian dan keraguan yang
saya banyak habiskan dengan membaca, berdiskusi dengan banyak
orang-orang beriman dan orang-orang musyrik, berjumpa dengan beberapa
ulama dan berkorespondensi dengan orang lain. Hal ini telah membuka
cakrawala baru dan luas bagiku. Saya juga membina hubungan yang terlalu
banyak bagiku pada usia itu. Pada akhir dua tahun ketidakpastian, saya
pelan-pelan mendekati pantai keamanan dan kenyamanan; amukan gelombang
keraguan secara perlahan surut dan bahtera akal memanduku ke pantai
keimanan. Di tepi pantai, saya mengikat perahuku dan beristirahat
sejenak setelah kerja keras yang menyenangkan itu. Saya menatap ke laut
dan gelombangnya; saya membayangkan dalam, luas dan takjub mendapatkan
diriku bagaimana dapat melewati perjalanan dengan selamat!! Saya
bersyukur kepada Tuhan berulang kali karena saya merasa bahwa laut,
gelombang dan butiran pasir berdendang syahdu memuji Sang Pencipta.
Apa yang terjadi setelah itu?
Setelah itu saya kumpulkan seluruh kepunyaanku dan
bersiap-siap untuk melanjutkan perjalananku pada tingkatan selanjutnya
namun kali ini di lautan iman, bukan keraguan.
Di mana letak laut iman ini?
Letaknya di universitas…saya diterima di Fakultas
kedokteran. Saya tertarik mempelajari dan mengkaji penciptaan manusia
dengan tanda-tanda Tuhan, penciptaan yang menakjubkan pada setiap sel
dan akibat dari kekuasaan-Nya pada setiap performa dari anggota badan
kita. Tahun-tahun tersebut, di fakultas kedokteran, merupakan
tahun-tahun yang sangat menarik; sebuah pengalaman yang memuaskan jiwa
dan pikiranku. Saya juga memiliki kenangan yang manis dengan
mahasiswa-mahasiswa yang terkecoh oleh pengaruh kaum materialis.
Dad! Sudikah Anda menceritakan pengalaman tersebut?
Saya teringat seorang mahasiswa yang berjumpa
dengan seorang ateis di salah satu asrama. Kaum beriman berusaha
mendiskusikan iman dengan kaum tidak beriman untuk membimbing mereka ke
jalan yang benar, namun ia mendapatkan mitra diskusinya dilengkapi
dengan latar belakang ideologi yang bersandar pada Dialektika
Materialisme. Ada sebuah perdebatan menarik di antara mereka. Ia biasa
menjumpaiku untuk bertukar-pandangan dan siap-sedia pada sesi perdebatan
selanjutnya. Suatu hari, ia datang dan berkata: “Teman kita menolak
meyakini sesuatu yang tidak dapat dicerap dengan panca indra. Ia juga
menambahkan: “satu-satunya sumber pengetahuan adalah panca indra;
lantaran panca indra ini tidak dapat dijadikan media untuk membuktikan
keberadaan Tuhan, oleh karena itu Tuhan tidak ada." Kemudian, saya
menjawab: “Panca indra bertugas menerima data-data primer dan
mengirimnya kepada otak dan mengumpulkannya, menggabungkan dan
menganalisa untuk mencapai hasil sekunder." Banyak hal tidak dapat
dicerap oleh indra seperti gelombang listrik dan magnetik. Bahkan otak
tidak dapat dideteksi oleh panca indra. Kita tahu bahwa seluruh penemuan
ilmiah bersandar pada analisa-analisa otak dan sampai pada hasil-hasil
yang disampaikan oleh indra." Namun ia menolak dan berkata: "Saya tidak
akan meyakini sesuatu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata dan
telanjang oleh mata saya." Setelah mahasiswa itu menuntaskan ucapannya,
saya perhatikan kelemahannya dalam menghadapi mahasiswa ateis itu. Ia
mengundangku ke rumahnya untuk bergabung dengan teman kuliahnya itu pada
kesempatan berikutnya ketika mereka berdiskusi lagi. Saya tidak melihat
pertemuan itu layak bagiku. Namun saya kuatir pengaruh yang ditebarkan
oleh ateis tersebut atas orang-orang beriman di tempat itu. Juga, boleh
jadi ia berpikir bahwa bukti-bukti yang ia sodorkan tidak terkalahkan!
Hal ini mungkin saja berujung pada pelemahan orang-orang tersebut dengan
goncangan iman. Lalu saya putuskan untuk pergi.
Di tempat itu, saya bertemu dengan ateis tersebut
dan berdiskusi dengannya. Ia menantang…saya melakukan manuver ke sana ke
mari dalam sebuah jalan praktis namun sesungguhnya jalan pikirannya
tidak mencerminkan rasionalitas. Ia bersikeras bahwa segala sesuatu yang
tidak terlihat bukan sebuah kenyataan dan realitas. Pada saat itu, saya
melihat perlu menggunakan metode yang lain untuk memanipulasi diskusi.
Jadi saya dengan cerdik bertanya kepadanya: "Sudikah Anda mengatakan
siapa ayah anda?" Ia menjawab "Ayahku" Namaku ayahku adalah…" Lalu saya
memotong: "Bagaimana engkau dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahmu?
Apakah engkau melihatnya dengan matamu sendiri?” Saya berharap engkau
ada di sana melihat bagaimana ia tergagap mencoba menjawab pertanyaan
tersebut di hadapan teman kuliahnya.
Perdebatan yang menarik! Namun pertanyaan tersebut pertanyaan yang menyerang, Dad!
Haruskah saya menghormatinya, sementara ia tidak menghormati Tuhan atau bahkan pikirannya sendiri?
No… No… bagus sekali Dad! Sesuai dengan teorinya,
pikiranyna juga tidak ada karena ia tidak terlihat…Bagaimanapun diskusi
tersebut merupakan diskusi yang menarik!
Metode seperti ini disebut sebagai metode
kontrakdiksi yang berkata "Buat mereka menerima apa saja yang mereka
terima." Metode ini merupakan sebuah metode yang mudah diaplikasikan dan
terbukti mujarab. Aturan ini dapat diterapkan untuk menjungkalkan
gagasan-gagasan sesat dan mengobok-ngobok orang-orang yang lemah cara
berpikirnya.
Maukah Anda menyebutkan sebuah contoh?
Misalnya, skeptisisme… Penganut ajaran ini
menanyakan segala hal dan mereka meyakini bahwa di dunia luar tidak
terdapat realitas. Mereka melihat segala sesuatu patut dipertanyakan dan
tidak meyakinkan. Jadi tiada satu pun yang dapat dipercaya. Mereka
menyikapi iman dengan cara skeptis (ragu-ragu) dan kemudian menyebarkan
keraguan di kalangan orang-orang yang meyakini adanya Tuhan. Ketahuilah
bahwa jika seorang manusia meragukan keberadaan Tuhan, segala puji
bagi-Nya, dan tidak bersusah payah mencari iman dengan serius, ia akan
dikuasai oleh Setan dan akan melupakan Tuhan. Prinsip skeptis dapat
ditumbangkan dengan satu pertanyaan: "Apakah Anda yakin dengan prinsip
yang Anda anut itu benar atau Anda meragukannya? Oleh karena itu, jika
mereka sepenuhnya yakin tentang prinsip mereka, maka prinsip mereka itu
dapat ditumbangkan karena "penegasan mutlak mereka." Di sisi lain, jika
mereka meragukan prinsip yang mereka anut, mustahil meyakini sesuatu
yang mereka ragukan sendiri.
Saya telah membaca tentang filsafat skeptis yang berkembang di pelbagai periode sejarah, namun kini ia tidak eksis lagi.
Bukan itu permasalahannya, son! Di abad sekarang
terdapat filosof-filosof skeptis dan beraliran skeptis yang mengikuti
prinsip ini. Yang paling berpengaruh adalah mereka yang tidak tertutup
oleh kabut sains. Misalnya, prinsip yang dianut oleh Marxisme tatkala
mereka mengklaim bahwa materi adalah asas keberadaan dan tiada
eksistensi selain materi. Materi adalah sumber segala kondisi, situasi
dan konsep. Perkembangan materi menuntun pada perkembangan intelek
lantaran intelek adalah refleksi dari materi. Lantaran materi
berkembang, intelek pun mengikuti laju setahap demi setahap perkembangan
materi. Gagasan-gagasan ini mendapatkan nilainya dari keharmonian dan
konsistensi dengan materi. Sesuai dengan teori ini, kebenaran dan
kepalsuan, realitas dan non-realitas disorot dengan sudut pandang yang
sama. Jadi tidak ada realitas absolut, namun berkaitan dengan kondisi
darimana ia berasal. Materi berkembang demikian juga intelek yang
mengikuti perkembangannya. Dengan demikian, tidak terdapat realitas
absolut yang harus diyakini setiap saat.
Ide merupakan ide yang sangat berbahaya lanaran merusak agama dan seluruh konsepnya seperti keberadaan Tuhan.
Tepat sekali! Keyakinan Marksis menegaskan bahwa:
Gagasan tentang keberadaan Tuhan adalah sebuah hasil pemikiran agama
yang merupakan sebuah refleksi dari alat-alat produksi. Monotheism
(tauhid) merupakan sebuah tingkatan yang lebih maju dalam pemikiran
agama yang telah melintasi periode kesyirikan (politeisme). Perkembangan
alat-alat produksi telah menuntun manusia pada penghapusan konsep
ketuhanan:"Dan setan telah menghiasi
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk."
(Qs. Al-Naml [27]:24)
Dad! Saya melihat Anda menyebut Marksisme sebagai sebuah agama…
Yes. Ia merupakan sebuah agama dengan tatanan
ideologi, ekonomi dan politik. Ia memiliki asas-asas bagi hubungan
social dan personal juga.. Ia merupakan sebuah agama, namun bukan agama
dari Tuhan. Saya tahu bahwa hal ini akan mengejutkanmu, namun saya akan
sampaikan hal ini pada waktu yang lain ihwal makna agama lantaran tiada
manusia tanpa agama. Bahkan mereka yang berjuang melawan agama memiliki
sebuah agama atau sejenis agama. Namun saya akan menunda membicarakan
subjek ini dan melanjutkan diskusi kita tentang relativisme realitas
yang didakwahkan oleh puak Marksisme. Lalu bagaimana engkau menanggapi
agama mereka dan bagaimana engkau menolak ideologi mereka?
Jelas, Dad! Jika tidak ada realitas mutlak,
ideologi semacam ini adalah ideologi omong kosong. Sesuai dengan apa
yang mereka katakana; relatifnya realitas merupakan hasil dari kondisi
spesifik materialistis, oleh karena itu, realitas tidak akan eksis
tatkala kondisi-kondisi materialistik berubah.
Dan demikianlah kisahnya tatkala Uni Soviet jatuh
bersamaan dengan agama Marks dan kini menjadi bacaaan-bacaan sejarah
pada perpustakaan.
Dad! Saya ingin Anda berbicara lebih banyak tentang perdebatanmu dengan orang-orang musyrik.
OK! No problem. Namun biarkan saya memikirkan
sebuah cerita yang sesuai dengan pemahamanmu. …Ah..kisah tersebut
merupakan kisah yang menarik…terjadi tatkala saya pada semester kedua di
fakultas kedokteran.
Apakah kisah tersebut dengan mahasiswa yang lain?
No… Dengan salah satu professor.
WOW!… Mata kuliah apa yang ia ajarkan?
Professor ini mengajarkan Fisiologi yaitu sebuah ilmu yang mempelajari fungsi organ-organ tubuh.
Apakah professor itu seorang ateis?
Iya, ia merupakan seorang ateis dan tidak beriman
kepada Tuhan..Namun sebagaimana saya katakana kepadamu sebelumnya
tatkala fitrah seorang manusia tidak berfungsi aktif, ia akan melupakan
Tuhan hingga saat terjadi goncangan (shock), maka fitrah yang bersemayam
pada setiap sanubari manusia akan aktif kembali.
Bagaimana bisa seorang professor fisiologi tidak
beriman kepada Tuhan, sementara ia melihat keagungan ayat-ayat Tuhan
pada tubuh manusia? Tidakkah ia merasa takjub pada susunan tubuh yang
teratur dan interaksi pada organ-organ dan sel-selnya?
Ada orang orang-orang yang"Dalam hati mereka terdapat penyakit.
" (Qs. Al-Baqarah [2]:10) dan kelompok lainnya,"Dan
jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu pintu langit,
lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka berkata,
“Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah
orang-orang yang terkena sihir,”
(Qs. Al-Hijr 15:14-15) juga kelompok yang lain adalah orang-orang yang,"Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis."
(Qs. Maryam [19]:58) Son! Ayat-ayat Tuhan tidak cukup sekedar agung dan
jelas untuk menuntun orang dapat beriman. Tuhan menghendaki iman menjadi
sebuah proses pilihan:“Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Qs. Al-Anfal [8]:61) Tidakkah engkau pernah mendengar ayat al-Qur'an berikut ini:“Dan
jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di muka bumi ini
beriman. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya seluruh mereka
menjadi orang-orang yang beriman?"
(Qs. Yunus [10]:99)
Anda benar Dad! Apa yang dapat saya pahami dari
tuturan Anda adalah bahwa ada orang-orang yang nurani dan fitrahnya
aktif beriman kepada Allah dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan
dan kelompok lain, yang nurani dan fitrahnya tidak berpihak, hanya
memerlukan sebuah goncangan sehingga keduanya aktif kembali. Namun ada
kelompok lain yang mengetahui hakikat dengan baik, namun karena keras
kepala, menolak hakikat. , sebagaimana hal ini disinyalir oleh
al-Qur'an,“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya."
(Qs. Al-Naml [27]:14)
D Well-done son! Klasifikasi yang engkau lakukan luar biasa.
Professor Fisiologi Anda tergolong pada kelompok yang mana? Ia mengikuti kelompok yang netral atau yang keras kepala?
Dengarkan kisahnya dan engkau sendiri yang akan tahu ia tergolong pada kelompok yang mana.
OK Dad! Waduh…saya nggak sabar lagi menanti kisah tersebut.
Kala itu, kami sedang menunggu kedatangan sang
professor datang ke kelas. Pelajaran Fisiologi yang akan disampaikan
adalah tentang sistem syaraf. Ia dikenal sebagai dosen kawakan dan
berpengalaman di bidangnya. Gaya mengajarnya juga luar biasa.. Ia
mengilustrasikan sistem syaraf dan bagaimana sistem tersebut
bersambungan hubungan di papan tulis. Ia juga memaparkan simbol-simbol
yang ia gunakan pada sketsa secara detil. Professor itu menggambarkan
bagaimana sel-sel syaraf bekerja, jenis-jenisnya yang berbeda,
interkaktif dan fungsi-fungsi yang salin bersambungan dan hasil yang
sistematik, koordinasi yang harmonis dengan perintah dari otak di bagian
depan, yang menunjukkan sensasi pusat yang mengeluarkan perintah kepada
otot-otot dan organ-organ yang bergerak. Sebagai gantinya, ia akan
menerima informasi dari seluruh anggota badan. Informasi yang terkumpul
ditransmisikan kepada bagian rasa dimana sebuah fungsi intensional
diperlukan. Mayoritas informasi tersebut juga dikirim ke bagian-bagian
lain otak, yang jauh dari bagian rasa itu, guna mengaktifkan
reaksi-reaksi yang diperlukan sesuai dengan sebuah sistem yang
komprehensif dan akurat yang menjaga waktu dan usaha seorang manusia dan
mengkompensasi ketidakmampuannya untuk mengelola fungsi-fungsi internal
tersebut pada badannya. Selagi ia tenggelam dalam usaha ilmiahnya,
melakukan yang terbaik untuk menyampaikan sebuah informasi, saya
merenung atas apa yang ia katakan dan semakin yakin dengan imanku di
mana pada saat yang sama merasa rendah di hadapan keagungan Sang
Pencipta Yang menciptakan seluruh keteraturan ini pada sistem syaraf
manusia. Setelah selesai kuliah, saya menguntit sang professor ke
ruangannya dan bertanya kepadanya: "Ada sebuah pertanyaan yang tidak
berhubungan dengan kuliah, namun berkaitan dengan tema pelajaran, boleh
saya ajukan?" "Silahkan." Jawabnya menyambut ramah. Saya berkata
kepadanya: "Sistem yang menakjubkan dan keteraturan yang luar biasa
dengan kebesaran dan ketelitian yang tinggi. Sesuai dengan kuliah Anda,
apakah mungkin bahwa sistem ini tercipta secara kebetulan? Atau ia telah
didesain dan direncakan oleh seorang Pencipta Mahabijaksana dan
Berpengetahuan?” "Hal ini bergantung pada keyakinan manusia."
Tanggapnya. Kemudian ia melanjutkan "Sebagian orang beriman pada Tuhan
Yang Bijak sementara sebagian yang lain tidak beriman."
Saya ingin mendengarkan pendapat Anda. Bagaimana
Anda menjawab permasalahan ini berdasarkan pengetahuan Anda dalam
Fisiologi? Apakah mungkin bahwa sistem yang tertata apik ini dicipta
secara acak atau ia telah didesain dan direncanakan?"
Ia diam sejenak dan melanjutkan: "Kemungkinan
sistem ini dicipta oleh Sang Pencipta yang Mahabijak lebih tinggi
daripada penciptaannya secara kebetulan." Saya menanti guna
mempersilahkan ia merenggut situasi dan melihat reaksinya, dan lalu ia
berkomentar: "Permasalahan ini merupakan masalah kegamaan dan tidak
bertautan dengan pelajaran kita." Engkau adalah seorang mahasiswa
kedokteran dan engkau tahu bahwa agama bertentangan dengan sains.”
saya menjawab: "Dengan segala hormat, saya memiliki
pandangan yang berbeda tentang tiadanya hubungan (irrelevansi) dalam
permasalahan ini. Menurutku masalah ini memiliki hubungan fundamental
dan asasi dengan kita lantaran masalah ini merupakan masalah yang
beresiko dan dapat mempengaruhi masa depan kita." Ia sangat kaget atas
apa yang saya katakan, khususnya "masa depan yang bersiko." "Bagaimana?"
Tanyanya penasaran. Saya berkata: "Jika apa yang disebut sebagai iman
kepada Tuhan, Surga dan Neraka merupakan sebuah kebenaran, namun kita
mengingkari dan menolaknya, lalu apa yang akan terjadi pada masa depan
kita setelah kehidupan ini?" Ia berkata: "Sains modern menentang
teori-teori agama." "Bagaimana?" Tanyaku.
Ia menjawab: "Tidakkah engkau lihat, sebagai
seorang mahasiswa kedokteran, kontradiksi yang kasat-mata antara
fakta-faktas sains dan teori-teori agama?"
Saya menjawab: "Tidak! Saya akan berterima kasih,
jika Anda sudi membimbingku untuk melihat adanya konflik dan
pertentangan antara sains dan agama." “Gagasan sama tentang kehidupan
abadi di Surga, dimana tiada penyakit atau kematian yang akan mampu
mengakhirinya. Bagaimana informasi ini dapat sejalan dan selaras dengan
pengetahuanmu ihwal penyakit dan sel-sel yang melayukan, yang menentang
gagasan tentang kehidupan abadi di Surga kelak?” Jawabnya membela.
Saya berkata: "Tidakkah kita bisa menduga bahwa
kehidupan yang lain memiliki aturan yang berbeda dengan kehidupan ini.
Sebagaimana kita melihat aturan-aturan yang berkenaan dengan tanaman dan
juga pada binatang yang memiliki aturan yang berbeda berkenaan dengan
binatang-binatang laut dan daratan? Dimana permasalahannya jika ada
perbedaan aturan pada kehidupan yang lain?" "Barangkali." Tuturnya
datar. Saya merasa bahwa ia mulai berputar-putar laksana pendulum antara
apa yang biasanya ia pikirkan dan cakrawala baru yang saya bukakan
baginya sekarang. Lalu ia melanjutkan: "Mengapa engkau alih-alih
merisaukan pelajaranmu malah mengkhawatirkan dan mengangkat masalah
ini?”
Saya berkata: "Masalah ini merupakan masalah yang
berbahaya dan bertalian dengan masa depan kita?" Ia tidak menjawab, lalu
saya melanjutkan: " Professor! Saya sangat menghormati Anda dan
lantaran saya menghormati Anda, saya meminta Anda untuk memikirkan hal
ini secara serius dan saya berharap Anda melakukan hal tersebut."
Saya tidak ingin terlalu menekannya karena boleh
jadi ia merasa rendah-diri dengan tunduk-menyerah kepada salah satu
mahasiswanya. Jadi cukup untuk membiarkan biji ini berkembang dalam
benaknya yang boleh jadi pada akhirnya dapat mengaktifkan fitrahnya.
Lalu saya ucapkan selamat tinggal dan meninggalkan ruangannya.
Apakah Anda bertemu lagi dengannya?
Tidak, saya tidak bertemu lagi dengannya. Ia tidak lagi memberikan kuliah karena ia pension dan saya tidak tahu lagi tentangnya.
Amat disayangkan bahwa seorang professor Fisiologi
tidak beriman kepada Tuhan. Hal ini laksana seorang perenang pada lautan
yang mengingkari kebedaan air! Ilmu Fisiologi adalah seluruhnya tentang
tanda-tanda Tuhan! Lalu bagaimana ia tidak dapat melihat tanda-tanda
ini?
“Dan sesungguhnya Kami
ciptakan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan
manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi mereka tidak mempergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) mereka
tidak mempergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(Qs. Al-A'raf [7]:179)
Dad! Ada beberapa pertanyaan yang saya kumpulkan
selama diskusi dengan teman-teman. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
ada yang telah saya coba saya jawab sendiri namun ada juga yang masih
menyisakan tanda Tanya bagiku. Saya tidak dapat menemukan sebuah jawaban
yang jelas, yang dapat dipahami dengan mudah oleh para pemuda seusiaku.
Misalnya, siapa yang mencipta Tuhan? Pertanyaan ini merupakan sebuah
pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang musyrik untuk mematahkan
gagasan "segala sesuatu memiliki pencipta." Mereka berkata: Jika
terdapat pencipta pada segala sesuatu, lalu siapa yang menciptakan
Tuhan? Saya tidak mampu memaparkan aspek filosofis masalah ini.
OK! Dengarkan! Biarkan saya sederhanakan untukmu.
Kita tidak berkata bahwa pada segala sesuatu ada penciptanya; namun kita
berkata: Bagi segala sesuatu ada penciptanya karena Tuhan, juga
merupakan sesuatu, namun tiada yang serupa dengan-Nya.
Jadi pembahasannya adalah tentang seluruh makhluk.
Namun bagaimana kita dapat mengetahui bahwa mereka diciptakan? Bagaimana
kita mengetahui bahwa mereka telah dicipta yang sebelumnya tiada?
Bagaimana kita tahu bahwa demikianlah kejadiannya?
D Sederhana; Lihatlah segala sesuatu di
sekelilingmu…tengoklah pada dirimu dan manusia, binatang, tanaman dan
lain sebagainya.. Engkau akan jumpai bahwa kesemua ini memiliki
permulaan dan akhir bagi segala sesuatu yang menandaskan bahwa
kesemuanya dicipta. Dalam terminology filosof disebut: hadis (tercipta)
bukan qadim (tidak tercipta). Tiada satu pun di antara makhluk hidup dan
mati yang qadim. Oleh karena itu, setiap makhluk hidup terbentuk dari
makhluk hidup sebelumnya, dan setiap benda mati terbentuk dari
benda-benda mati sebelumnya…hingga kita sampai pada materi utama bagi
segala wujud. Demikian dari apa yang dijelaskan oleh Frank Allen tatkala
membahas masalah hukum kedua Thermodynamics. Ia membuktikan bahwa
semesta ini memiliki usia yang spesifik. Yaitu, ia wujud pada sebuah
waktu tertentu. Oleh karena itu, setiap benda dari semesta ini dicipta
dan karena ia dicipta maka seharusnya ada yang mencipta yang qadim dan
abadi, bukan merupakan sebuah hasil dari sebuah kejadian.
Ketemu jadinya. Pertanyaannya sekarang…Mengapa tiada pencipta bagi Tuhan?
Mari kita berasumsi bahwa Tuhan memiliki seorang penciptajuga..Pertanyaan seperti ini akan terus berulang, iyakan?
Iya… Anggaplah kita bertanya: Siapa yang mencipta Pencipta ini?
Baiklah.. Mari kita lihat secara mendalam pada
pertanyan ulangan ini. Jika pertanyaan ini diulang jutaan kali, akankah
kita sampai pada seorang Pencipta yang tiada menciptanya dan
keberadaan-Nya adalah qadim dan abadi dan Yang tiada perlu diciptakan
untuk keberadaan-Nya, Sebuah istilah yang disebut oleh filosof sebagai
"Wajibul Wujud?"
Bagaimana jika kita mencapai poin tersebut?
Pencipta tersebut kita namakan Tuhan..Namun "agen
atau media" tersebut dicipta seperti segala sesuatu di semesta ini. Jadi
mereka bukanlah tuhan karena mereka harus diciptakan. Mereka tidak
tercipta kecuali dalam benak dan imaginasi kita, yang tidak dapat dengan
mudah menerima bahwa sesuatu pada permulaannya tidak memilki pencipta.
Namun pada akhirnya, kenyataan dan hakikat ini diterima.
Bagaimana jika kita melanjutkan dengan pertanyaan
dan berkata: Kita tidak akan mencapai seorang pencipta yang tidak pernah
dicipta dan mencipta dirinya sendiri dan tidak dicipta oleh orang
lain…. Atau kita berkata: Mustahil dapat mencapai entitas wujud yang
mandiri, di penghujung rangkaian penciptaan ini…apa ada yang salah
dengan argumen ini?
Dalam masalah ini, maka tiada yang akan wujud sama sekali.
Mengapa?
Lantaran seluruh bagian dari rangkaian ini tidak
mendapatkan wujud mereka dari siapa pun… Jadi tiada wujud sama sekali..
hal ini tentu tidak masuk akal dan kita tahu bahwa semesta ini wujud.
Oleh karena itu mustahil bagi rangkaian ini berlanjut tanpa berkesudahan
dan tak berujung. Di sisi lain, mustahil mengatakan bahwa semesta ini
dicipta oleh seorang Pencipta dan kemudian beranggapan bahwa Penciptanya
diciptakan oleh pencipta lain dan seterusnya. Sebagai kesimpulannya,
keberadaan tasalsul sedemikian adalah mustahil.
Dad! Sudikah Anda memberikan contoh atas kemustahilan tasalsul seperti ini supaya saya dapat pemahaman yang lebih baik?
Berikan aku recehan uang 100an?
Apakah Anda menghendaki upah?
Tidak! Saya akan mendapatkan upah dan ganjaran dari Yang menciptakanku..berikan aku recehan dan engkau akan melihatnya.
Ini Dad! Recehan 100an perak.
Darimana engkau mendapatkan recehan ini?
Saya mendapatkannya dari ibu.
D Darimana ibumu mendapatkannya?
Ia mengambilnya dari Anda.
Darimana saya mendapatkannya?
Saya tidak tahu, boleh jadi dari penjaga toko.
Darimana penjaga toko mendapatkannya?
Boleh jadi dari salah seorang pelanggannya?
Dan pelanggan?
Dari orang lain.
Well! Kini kita lanjutkan rangkaian ini.. Apakah
mungkin rangkaian ini berlanjut selamanya, atau ia harus berhenti dan
berujung pada satu titik?
Rangkaian ini akan berujung pada Bank Sentral yang
tidak mengambilnya dari siapa pun; bahkan ia membuat dan memberikan uang
kepada orang lain serta mengizinkan uang tersebut berputar.
Luar biasa! Jika seseorang berkata kepadamu:
“Recehan ini tidak bersumber dari bank. Ia bergerak dari satu orang
kepada orang lainnya dalam sebuah rangkaian yang tak berkesudahan dan
tak-berujung. Maukah engkau mempercayaianya?
Baiklah Dad! Contoh merupakan sebuah contoh
praktis. Jadi rangkaian abadi adalah mustahil secara rasional, dan jika
memungkinkan kemudian kita dapat berkata bahwa uang receh tersebut tidak
dibuat oleh Sentral Bank dan kita tahu bahwa pikiran semacam ini
merupakan sebuah pikiran konyol.
Son! Kemustahilan tasalsul yang terjadi semacam ini
menandaskan keharusan adanya iman dan keyakinan pada sosok Pencipta
yang keberadaan-Nya tidak bergantung pada apa pun; dan Dia tidak lain
kecuali Tuhan, segala puji dan puja hanya untuk-Nya.
Kini pertanyaan lain mengemuka di sini: Mengapa
kita tidak berkata hal yang sama (kemustahilan keabadian materi)? Atau
mengapa kita tidak berkata bahwa materi itu tidak berkesudahan dan tiada
yang menciptanya?
Lantaran seluruh bukti menegaskan bahwa material
diciptakan dan akan sirna pada suatu hari…sebagaimana kita sebutkan
bahwa semesta itu sendiri diciptakan pada suatu waktu tertentu yang
secara ilmiah juga telah terbukti.
Benar!
Ada masalah lain yang patut dipertimbangkan; jika
harus ada sebuah wujud yang qadim (tak berpermulaan), apakah logis
meyakini bahwa materi yang statik dan terbatas ini tidak berpengatahuan
dan tidak memiliki kehendak; atau menimbangnya sebagai wujud yang qadim,
ilahiah, berpengetahuan, bijak dan dengan kehendak yang mutlak?
Tentu saja Tuhan yang Bijak, Berpengetahuan,
Berkuasa nampaknya pilihan yang lebih baik untuk diyakini daripada
sebuah materi qadim yang tak berpengetahuan.
Atas alasan ini mengapa kita berkata bahwa iman
lebih mudah diterima daripada ateisme lantaran memiliki iman adalah
masuk akal namun ateisme memiliki banyak lapisan keraguan,
ketidakyakinan, kesangsian dan pretense yang tidak akan berakhir pada
satu poin tertentu:“Dan amal-amal orang-orang yang
kafir adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar nan gersang, yang
disangka air oleh orang yang dahaga. Tetapi bila ia mendatangi air itu,
dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun.”
(Qs. Al-Nur [24]:39)
Dad! Saya banyak belajar dari penjelasan Anda…
Masalah rangkaian cukup kabur hingga pada tataran tertenu namun contoh
ini telah membuatnya sangat jelas.
Saya teringat sebuah kisah menarik tentang masalah
ini. Suatu waktu salah seorang temanku, seorang aktifis Muslim,
mengisahkan kepadaku cerita berikut ini: "Tatkala ia di SMU, ia berdebat
dengan salah seorang teman kelasnya tentang masalah "keyakinan kepada
Tuhan", namun teman kelasnya itu menolak untuk meyakini dan menegaskan
bahwa jika Tuhan itu ada, lalu siapa yang menciptakan Tuhan? Mukmin itu
lalu menjelaskan gagasan "kemustahilan tasalsul" namun teman kelasnya
tidak meyakini dan berkata: Dimana kemustahilannya? Mungkin saja
rangkaian ini berlanjut selamanya dan tidak mesti harus berujung pada
satu poin tertentu. Tahun berlalu musim berganti dan orang Mukmin itu
diterima di fakultas teknik, sementara si ateis bergabung dengan partai
yang berkuasa. Setelah beberapa lama si mukmin ditangkap dan ditempatkan
pada sebuah sel oleh polisi keamanan bersama dengan sekelompok aktifis
Muslim lainnya. Mereka ditangkap karena menyebarkan selebaran anti rezim
yang mereka temukan pada seorang aktifis. Yang mengintrogasi ingin tahu
siapa yang menerbitkan selebaran-selebaran ini. Dinas rahasia polisi
meyakini bahwa orang yang dicurigai adalah salah seorang yang ditangkap
namun mereka tidak dapat mengidentifikasinya. Tatkala giliran sang
insinyur diintrogasi, ternyata orang yang mengintrogasi itu adalah teman
kelasnya yang dulu ia ajak berdebat tentang keberadaan Tuhan. Selama
perdebatan, sang ateis menolak menerima Kemustahilan Rangkaian. Hubungan
mereka tidak berjalan lancar di sekolah. Lalu bagaimana jadinya tatkala
salah satu dari mereka adalah orang yang berasal dari partai oposisi
dan yang lainnya adalah orang yang mendukung pemerintah? Sang insinyur
berkata kepada perwira intelegen itu: “Apa yang sebenarnya yang engkau
ingin ketahui? Yang menyebarkan atau yang menerbitkannya? ”
Perwira itu berkata: "Yang penting bagi kami adalah mengetahui siapa yang telah mengetiknya."
Insinyur itu menjawab: "Biarkan saya membicarakan hal ini dengan teman sepenjara dan saya akan kabarkan kepadamu besok."
Pada malam itu, sang insinyur dan teman-temannya
sepakat dengan sebuah rencana dimana masing-masing dari mereka siap
memainkan sebuah peran. Jadi tatkala sang insinyur itu dipangil, ia
berkata kepada perwira tersebut: "Saya telah menemukan perencana
utamanya, orang itu adalah Ahmad." Tatkala perwira tersebut bertanya
kepada Ahmad tentang siapa yang telah mengetik selebaran itu, ia
menjawab: Saya tidak tahu; saya mendapatkannya dari Hasan." Tatkala
perwira itu bertanya kepada Hasan tentang dari siapa ia mendapatkan
selebaran itu, ia menjawab: “Khalid yang telah menyerahkan selebaran itu
kepadaku." Khalid meneruskan perwira tersebut kepada Nabil, Nabil
kepada Sa'ad, Sa'ad kepada Amjnad dan Amjad berkata: "Saya
mendapatkannya dari insinyur." Perwira itu menoleh kepada insinyur dan
berkata: "Jadi engkau yang telah mengetik selebaran tersebut? Namun sang
insinyur itu berkata: "Tidak pernah, Ahmad yang memberikannya
kepadaku." Perwira itu berkata: “Namun Ahmad mendapatkannya dari Hasan."
Insinyur itu berkata: “Ia benar."
Perwira itu berkata: "Dan Hasan mendapatkannya dari
Khalid, Khalid dari Nabil, Nabil dari Sa'ad dan akhirnya sampai
kepadamu." Sang insinyur itu berkata: “Dan saya mendapatkannya dari
Ahmad…Apa yang salah dengan semua ini?” Perwira itu berkata: "Apakah
engkau sedang mengolok-ngolokku? Kau pikir aku ini tolol? Pasti ada
seseorang yang tidak mendapatkan selebaran ini dari orang lain dan
pastilah ia yang mengetiknya." "Tidak temanku… Apa yang engkau katakan
sekarang bertentangan dengan apa yang engkau katakan sebelumnya..Mungkin
saja sebuah operasi tasalsul berlanjut tanpa berkesudahan dan
berpenghujung. Jadi tidak perlu ada seseorang yang mengetik selebaran
tersebut!"
Excellent, Excellent Dad! Apa hasil dari cerita tersebut?
Tuhan mengasihi perwira tersebut dan membimbingnya
ke jalan yang benar dan perwira tersebut menolong membebaskan para
aktifis Muslim yang dipenjara.[]
Bagian Ke-12
Argumen Kebertujuan
Apakah engkau ada pertanyaan malam ini?
Tidak, namun saya tadi memikirkan tentang obrolan
kita yang kemarin. Saya meninjau ulang pelajaran-pelajaran sebelumnya
untuk memahaminya lebih baik namun saya melihat Anda membawa beberapa
lembaran kopian.
Oh. Lembaran ini merupakan kopian dari buku: "The
Faith Story”, karya Sheikh Nadim Al-Jesr. Saya menemukannya di salah
satu perpustakaan umum. Saya mengopi lembaran-lembaran ini, yang di
dalamnya penulis berusaha meringkas teori kaum materialis secara
objektif dan mendiskusikannya secara rasional. Saya kira engkau dapat
membaca dan memahaminya. Sekiranya engkau memiliki pertanyaan, saya
bersedia membantumu.
Tolong berikan kepadaku Dad! “Tema utamanya
berkisar tentang asal-usul penciptaan telah disaring menjadi dua
prinsip: materi dan energinya, atau geraknya. Keduanya adalah berusia
tua dan bertalian satu dengan yang lain karena keazalian (eternitas).
Gerakan terdorong sendiri (self-propelled) ini merupakan penyebab
munculnya segala bentuk organik dan benda-benda non-organik. Mereka
dicipta melalui sebuah proses sebab dan akibat dari kedua faktor: materi
dan gerak. Kedua faktor tersebut tidak memiliki kehendak dan tujuan
untuk mencipta segala yang ada di muka bumi ini. Tahu tidak! bahwa hal
tersebut telah dibuktikan oleh temuan-temuan geologis bahwa
tumbuh-tumbuhan dan binatang dicipta setelah beberapa lama tatkala
mereka tiada dan diketahui setelah meneliti lapisan-lapisan bumi. Anda
temukan bahwa lapisan terakhir adalah kosong dan hampa dari segala jenis
tanda kehidupan. Kemudian, melalui reaksi elemen-elemen dan gerak,
beberapa persenyawaan terbentuk. Persenyawaan tersebut bercampur dalam
sebuah proporsi spesifik, yang membentuk subjek-subjek hidup. Bentukan
pertama materi hidup tersebut disebut sebagai protein. Penciptaan
makhluk hidup merupakan sebuah hasil dari kemunculan materi-materi hidup
tersebut menjadi satu makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk
membagi, mereproduksi, dan berasimilasi. Materi yang sedemikian disebut
protoplasma. Kemudian, melalui proses tumbuhan dan binatang sederhana
terbentuk. Lalu, makhluk hidup tersebut berkembang mereproduksi,
menyebar dan membuat variasi berdasarkan empat hukum yang mengatur
tabiat yang disebutkan dalam teori evolusi, seleksi alam. Dengan
demikian, seluruh makhluk hidup bersumber dan berkembang melalui proses
ini lebih dari jutaan tahun lamanya. Kemudian, apa yang kita lihat
sebagai binatang dan tumbuhan merupakan hasil dari reaksi-reaksi semacam
itu. Manusia juga merupakan salah satu hewan, merupakan produk dari
perkembangan proses evolusi ini. Manusia mirip dengan hewan yang lain
dalam segala hal kecuali ketinggian derajat evolusi mereka dan level
perkembangan mentalnya."
Setelah penulis merampungkan penyaringannya dari teori materialis, ia mulai melancarkan argumen rasionalnya:
“Setelah melalui sebuah investigasi yang jujur,
saya menemukan bahwa batu pertama dari teori ini adalah keyakinan Anda
terhadap keabadian materi. Dengan demikian, jika Anda meyakini bahwa
materi itu abadi, Anda tidak akan meyakini Tuhan yang menciptakannya dan
Anda tidak akan menimbang tipe-tipe beragam dari materi, lalu geraka
yang diperlukan untuk menyempurnakan fenomena tersebut. Kalau tidak,
penciptaan beragam materi akan mendapatkan kesulitan untuk
penyempurnaannya. Maka, materi dan gerak merupakan dua factor yang
menghasilkan seluruh penciptaan di muka bumi ini. Di sisi lain, jika
Anda beranggapan penciptaan materi, maka Anda tidak memiliki pilihan
lain kecuali meyakini Tuhan Yang telah menciptakan seluruh materi yang
beragam, dan Anda tidak akan melawan arus dengan mengingkari keberadaan
Tuhan dan menisbahkan penciptaan pada sebuah kejadian yang berdasarkan
pada teori kemungkinan. Teori sedemikian menyatkan bahwa tiada niat,
perencanaan atau maksud dari apa yang kita saksikan di dunia ini, benda
hidup dan benda mati!
Untuk membantah teori ini, perlu kiranya kita
membuktikan bahwa materi tidak bersifat azal (tidak tercipta, eternal)
namun ia merupakan sesuatu yang dicipta. Seorang peneliti dari teorimu
akan mendapatkan tiga poin utama yang sulit untuk dibuktikan pada saat
yang sama. Jika poin pertama atau poin kedua terbukti maka poin ketiga
tidak akan terbukti. Poin pertama adalah asumsi-asumsi tentang keazalian
materi dan gerakannya yang berasosiasi dengannya. Poin yang lain adalah
permulaan makhluk hidup yang ditemukan melalui kegiatan temuan
purbakala di muka bumi ini. Makhluk hidup tersebut termasuk seluruh
binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia yang dicipta pada akhir proses
evolusi dan manusia sebagai produk terakhir dari proses evolusi ini.
Poin ketiga adalah bahwa bahwa materi dan gerak berhubungan dan bersifat
azali yang telah memproduksi segala sesuatu di dunia ini baik benda
hidup atau benda mati. Mortal, gerak dan hasil dari beragam bentuk
kehidupan dan entitas-entitas yang tak-mati dihasilkan dengan niat,
rencana dan kehendak. Hal ini menandaskan bahwa materi dan gerak
tersebut telah mencipta dalam bentuk sebab dan akibat. Poin-poin ini
merupakan tiga poin yang dipersembahkan sebagai pilar atas teori ini
yang dapat dikritik dari sudut pandang berikut ini:
Jelas bahwa pikiran yang rasional membuat keputusan
yang jelas dan terang ihwal proses sebab dan akibat. Jadi, jika sesuatu
terjadi, maka niscaya ada yang menjadi sebab keberadaannya. Ada sebuah
rentetan proses alam dalam kerangka proses sebab dan akibat yang harus
mengikuti sebuah jadwal dan tidak dapat menyimpang dari proses ini. Dan
jika sebab adalah azali, akibat juga akan demikian adanya. Sementara
diakui bahwa makhluk hidup dan materi-materi tidak bersifat azali.
Sebagai hasilnya, tiga pilihan mengemuka. Yang pertama adalah menganggap
bahwa seluruh benda-benda yang dicipta adalah azali mengikut pada sebab
yang azali. Namun asumsi ini akan berseberangan dan bertentangan dengan
temuan-temuan ilmiah dalam bidang arkeologi. Kalau tidak demikian,
engkau akan berasumsi bahwa materi dan gerak adalah bijak dan
berkehendak. Namun, terang bahwa hal ini tertolak dan ternafikan.
Alternative yang lain adalah mengakui bahwa materi dan gerak tidak azali
dan dicipta.
“Dad! Saya sangat menikmat membaca kutipan dari buku “The Faith Story.”
Apakah engkau menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsepnya?
Pada mulanya, terdapat beberapa kesulitan, namun
setelah melakukan perenungan dan peninjauan ulang, saya benar-benar
dapat memahaminya. Kemudian saya mulai meninjau ulang poin-poin utama
dari program yang telah kita jalani yang mengingatkan saya pada "Argumen
Fitrah", "Argumen Keteraturan" demikian juga teori-teori ilmiah yang
menegaskan penciptaan semesta dan mengingkari keabadiannya. Yang saya
pahami alasan-alasan di balik penolakan terhadap gagasan bahwa semesta
ini tercipta secara kebetulan dan pengalaman yang Anda siapkan buatku di
perpustakaan dan kantor penerbitan Abu Ahmad telah banyak menolongku
dalam hal ini, sebagaimana hal itu terjadi juga di rumah, seperti
buku-buku alamat itu dan kisah memasak.. Saya juga meninjau ulang
gagasan "Kemustahilan Tasalsul" dalam tautannya dengan Sang Pencipta
(Khaliq) dan makhluk, dan kemudian saya jumpai bahwa gagasan Tuhan yang
azali dan abadi lebih logis dan masuk akal ketimbang gagasan materi yang
azali dan abadi… Akhirnya, saya merasa bahwa saya telah memikili dasar
iman yang kokoh dan solid yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah Sang
Pencipta seluruh semesta, dan tiada tuhan selain Dia Yang suci dari
segala yang disandarkan kaum musyrik kepada-Nya.
Syukur kepada Allah Swt yang telah memandumu kepada sebuah jalan, yang engkau tidak akan temukan tanpa kehendak-Nya.
Dad! Ada kasus lain yang Anda sebutkan namun belum dibahas.
Masih banyak kasus dan tema yang belum lagi kita
diskusikan… Kita hanya membahas beberapa topik-topik simpel yang
diperlukan bagi orang-orang seusia denganmu. Namun metode pendidikan
favorit yang diikuti oleh orang-orang, khususnya orang-orang yang pintar
sepertimu yang banyak membaca, adalah memberikan mereka poin-poin
pembimbing dan membiarkan mereka melakukan penelitian sendiri secara
bebas. Mereka dapat bersandar pada pikiran mereka dan berhubungan
langsung dengan fitrah… Kau lihat bahwa al-Qur'an mengikut jalan yang
sama lebih dari sekali tanpa menggunakan instruksi (arahan) dan
tuntutan-tuntutan strategis, seperti:“Berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan."
(Qs. Al-Ankabut [20]:29) Dan membiarkan pembaca untuk mengkaji dan
meneliti atas apa yang mereka lihat dari pengalaman mereka di dunia dan
apa yang mereka simpulkan dimana penciptaan dimulai. Allah Swt
berfirman:“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal.”
(Qs. Al-Baqarah [2]:190) Mereka yang dikaruniai penalaran yang baik akan
mengerti dan memahami tanpa penjelasan namun hanya dengan memberikan
mereka rujukan dengan tanda-tanda sederhana. Anda juga dapat menemukan
banyak ayat al-Qur'an melebarkan konsep ini:“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan,"
(Qs. Al-Ra'ad [13]:3)“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir,"
(Qs. Al-Ra'ad [13]:4)"Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya,"
(Qs. Qaf [50]:37)"Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan. Adakah orang yang mau ingat?"
(Qs. Al-Qamar [54]:18) Ada juga sebuah hadis nabawi yang menunjukkan
bagaimana Islam menghormati akal dan pikiran; “Yang pertama diciptakan
Allah Swt adalah akal dan Dia befirman kepada kala: Datanglah maka
datanglah akal; kemudian Dia melanjutkan; pergilah maka pergilah akal.
Hal ini menandaskan kedudukan dan peran akal dalam mengenal Sang
Pencipta. Akhir hadis tersebut, Allah Swt berfirman: "Dengan keagungan
dan kebesaran-Ku, saya tidak menciptakan sesuatu yang lebih dekat
kepadaKu (melebihi akal)."
S Alangkah indahnya hadis nabawi ini. Allah Swt
menciptakan akal untuk mentaati Allah Swt secara fitrah dam sesuai
dengan kehendak Allah Swt. Allah Swt telah mengangkat sang akal sebagai
sentral kecintaan Tuhan kepada para makhluk-Nya…
Tentu saja, akal merupakan media untuk beribadah kepada Allah dan kejahilan merupakan alat untuk membangkang titah Tuhan.
Hadis yang menyebutkan: “Tidurnya seorang ulama
adalah lebih baik daripada ibadahnya seorang jahil." Hadis ini sejalan
dan selaras dengan makna ayat berikut ini:“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”
(Qs. Fathir [35]:28)
O son! Pengetahuan menuntun manusia kepada iman
yang sejati. Namun ibadah tanpa pengetahuan akan mudah dikuasai oleh
keraguan yang melintas yang dapat menghancurkan shalat, puasa dan amal
shaleh selama puluhan tahun. Hal ini dapat terjadi jika iman tidak
didasarkan pada landasan yang sains dan pengetahuan yang kokoh… Lihatlah
dirimu dan perhatikan tatkala engkau mendekat kepada Tuhan setelah
sekian lama ibadah? Atau setelah beberapa malam meraih ilmu pengetahuan?
Jelas, Dad! Pelajaran Anda yang berlangsung
beberapa mala mini telah menghijrahkan aku kepada dunia iman. Hal itu
tidak dapat dibandingkan dengan ibadahku! Saya telah merasa
berserah-diri dalam shalatku dan menikmati waktu-waktu ibadah tersebut.
Mengenal Tuhan, merasakan kehadiran dan memperoleh bimbingan-Nya telah
memberikan aku perasaan yang syahdu dalam jiwaku sebagaimana ditunjukkan
pada ayat:“Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada.”
(Qs. Al-Hadid [57]:4) Dad! Metode yang Anda terapkan telah memberikan
poin-poin pemandu yang banyak memberikan manfaat kepadaku. Hal itu
membuatkan mampu menunaikan risetku dan menolak menerima teori-teori
atau gagasan-gagasan tanpa mengkritisinya terlebih dahulu. Dengan cara
demikian, saya dapat menemukan solusi-solusi atas beberapa masalah
kompleks yang dulunya saya tak menemukan jawabannya. Namun saya memiliki
sebuah pertanyaan yang saya tidak dapat menjawabnya dari sumber-sumber
tersedia.
Soal apa itu?
Anda katakan bahwa terdapat banyak argumen untuk
membuktikan keberadaan Tuhan, seperti: Argumen Fitrah, Argumen
Keteraturan dan "Argumen Kebertujuan"… Namun saya belum memahami betul
penjelasan Anda ihwal poin yang terakhir, Argumen Kebertujuan."
Benar! Saya belum sempat membaca poin ini dalam
sebuah buku, namun saya mengira bahwa pada tingkatan-tingkatan
pendahuluan di Fakultas Kedokteran dan kemudian lebih spesifik tatkala
saya belajar spesialisasi. Saat itu, saya temukan apa yang tidak pernah
terpikirkan olehku sebelumnya. Penjelasan ringkas tentang Argumen
Kebertujuan ini yaitu: "Engkau akan temukan segala sesuatu di dunnia ini
memiliki tujuan dan alasan. Engkau tidak akan pernah menemukan sesuatu
atau satu elemen yang dicipta tanpa memiliki tujuan. Hal ini menandaskan
bahwa terdapat Kekuatan dan Kekuasaan yang Mahabijak di balik
penciptaan semesta ini yang meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya
dan mengalokasikan setiap elemen pada posisinya yang khusus dan batasan
yang ditentukan. Kesemua ini menunjukkan sifat-sifat dan karakter yang
dimiliki oleh Kekuasaan tersebut yaitu antara lain: Pertama: Hikmah.
Artinya, tujuan-tujuan dan niat-niat seluruhnya rasional dan bukan
sia-sia serta tanpa tujuan. Kedua: Pengasih. Artinya, tujuan-tujuan
dicanangkan untuk menolong umat manusia dan dipandang sebagai
manifestasi kepengasihan-Nya. Ketiga: Kekuasaan. Sosok yang merancang
semesta ini dan tujuan yang telah ditentukan untuk masing-masing
bagiannya tentu saja memiliki kekuasaan mutlak. Keempat: Pengetahuan.
Yang cukup jelas di sini. Pentingnya Argumen Kebertujuan ini adalah
bahwa ia akan memberikanmu pelajaran-pelajaran setiap hari melalui apa
yang engkau lihat. Segera, tanpa sangsi, engkau akan jumpai bahwa di
balik penciptaan semesta ini harus ada Kekuatan dan Kekuasaan yang
Bijak, Pengasih, Berkuasa dan Berpengetahuan. Misalnya, perhatikanlah
air dalam gelas ini, air melepaskan dahagamu, mengairi tanaman,
membersihkan, memberikan kesegaran, panas dan digunakan untuk kegiatan
natural lainnya. Jadi, engkau akan merasakan bahwa harus ada tujuan di
balik penciptaan air untuk membantu manusia memfasilitasi hidup manusia
sebagai tanda dari kepengasihan-Nya. Jika engkau pikirkan lebih lanjut
dan memandang secara keseluruhan (holistik) terhadap pembagian air di
muka bumi, engkau akan jumpai bahwa air bergaram yang memenuhi 3/4
permukaan bumi. Air yang menguap dari laut dipadatkan pada lapisan yang
lebih tinggi di atmosfer dan kemudian turun sebagai hujan atau salju.
Lalu air mengalir pada sungai-sungai dan danau guna memenuhi kebutuhan
umat manusia, mengairi persawahan dan tanaman dan kemudian tumpah ke
laut. Perputaran dan daur air di alam ini secara jelas menunjukkan bahwa
ada sebuah tujuan dan Sosok di balik tujuan ini adalah Tuhan, Mahabijak
dan Mahapengasih. Pengetahuan ini berasal dari segelas air, yang engkau
lihat di hadapanmu. Lihatlah keluar jendela. Rasakan hembusan angin dan
pikirkan kandungannya. Angin mengandung gas-gas, seperti oksigen yang
membentuk 1/1 udara guna menolongmu demikian juga bagi makhluk lain di
seantero jagad yang perlu bernafas. Engkau boleh berpikir bahwa
gerakan-gerakan angin dan perannya dalam menyeimbangkan suhu udara,
membawa awan-awan dan membersihkan atmosfer dari gas-gas beracun dan
berbahaya. Tatkala engkau pikirkan hal tersebut, engkau juga akan
hinggap pada hasil yang sama… Tujuan dari Sosok Yang Mahabijak,
Berpengetahuan, Pengasih dan Berkuasa. Pikirkan kedua mata yang engkau
gunakan untuk melihat dan kelopak mata yang melindunginya, bulu mata
yang melindungi kedua mata, kelenjar air mata yang mencucinya secara
berkesinambungan, dan bagaimana bagian depan mata sedemikian transparan
sehingga membolehkan cahaya melintas, dan lensa-lensa mata yang
mengganti titik-titik fokusnya ketika diperlukan dan retina yang
menangkap gambar dan mengopernya ke otak melalui syaraf-syaraf optic…
Jika engkau pikirkan kesemua ini secara mendalam, engkau akan sampai
pada tujuan Sosok Yang Mahabijaksana, Mahamengetahui, Mahapengasih dan
Mahakuasa.
Pikirkan kedua telingamu, yang membuatmu dapat
mendengar, lidahmu yang membuat engkau dapat berkata-kata, tangan, kaki,
perut, hati, ginjal, syaraf, tulang-tulang, otot dan seluruh sel-sel
tubuhmu merupakan bukti telanjang bahwa tiada tuhan selain Allah.. Yes
son! Tiada tuhan, selain Allah yang Esa.
Tepat sekali.. Tiada tuhan selain Allah.
Telinga, mata, otot, tulang, kulit, syaraf dan rambutku seluruhnya merupakan bukti dari kenyataan ini.
Akalku telah mengakui kenyataan ini. Hatiku kini
penuh cinta kepada Tuhan, Sang Perancang Tunggal alam semesta. Dialah
Yang menganugerahkan sifat pengasih dan rahmat kepada manusia,
menciptakan tujuh petala langit dan bumi… Namun Dad! Sekilas saya
perhatikan adanya kesamaan antara argumen keteraturan dan argumen
kebertujuan (teleologikal). Apakah keduanya sama?
No son! Argumen keteraturan menandaskan kecakapan
yang menunjukkan Pengetahuan dan Kekuasaan. Namun argument kebertujuan
menandakan khususnya kepengasihan dan rahmat Ilahi kepada umat manusia,
karena argumen kebertujuan menjelaskan ihwal tujuan dan maksud dari
setiap keteraturan..apakah engkau mengerti apa yang saya katakan?
Jujur saja… No!
Well! Mari kita lakukan permisalan.., perputaran
bumi mengelilingi dirinya atau mengelilingi matahari…Tatkala kita
mempelajarinya, kita jumpai gerakan-gerakan sulit dan berdasarkan pada
aturan yang sangat pelik serta perhitungan yang mahaakurat. Sebagai
hasil dari perputaran mengelilingi matahari ini di sebagian tempat di
belahan bumi ada yang empat musim ada juga yang dua musim… keteraturan
yang tertata dan terancang baik yang membuktikan Sang Pencipta ini
adalah mengetahui seluruh hukum ini dan Dia mampu membuat bumi tunduk
kepada kehendak-Nya; demikianlah kurang-lebihnya ihwal argumen
keteraturan. Argumen kebertujuan merupakan sesuatu yang berbeda… Setelah
mengenal adanya keteraturan, argumen kebertujuan menjelaskan tujuan di
balik keteraturan ini. Dengan demikian, menemunkan tujuan merupakan
dimensi lain dari argumen keteraturan yang merupakan sebuah argumen
rahmat dan kepengasihan Ilahi atas seluruh makhluk. Simaklah, tatkala
engkau melihat sebuah keteraturan.. engkau akan bertanya: Mengapa
keteraturan ini dicipta? Jawabannya dapat ditemukan pada argumen
kebertujuan. Untuk menyederhanakan masalah, mari saya berikan sebuah
contoh, perputaran bumi.
Yes Dad! Berikan saya contoh yang sederhana..please! Contoh-contoh benar-benar menyediakan pemahaman yang lebih baik.
Metode ini merupakan metode al-Qur'an. Jika engkau
melihat al-Qur'an, engkau akan jumpai ayat-ayat yang dimulai dengan:
“Allah membuat sebuah perumpamaan”, atau "Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada
setiap bulir terdapat seratus biji.” Qur'an penuh dengan perumpamaan.
Jika tiada perumpamaan ini, akan mustahil dapat menjelaskan banyak
permasalahan.
Dad! Tolong sebutkan contoh bagiku…
Kita katakan: Perputaran bumi mengelilingi dirinya
dan mengelilingi matahari menunjukkan argumen keteraturan; dan jika kita
bertanya: Mengapa bumi mengelilingi dirinya dan mengelilingi matahari?
Yang saya maksudkan adalah tujuan dari rotasi ini? Apa filsafat
perputaran ini? Apa manfaatnya keteraturan perputaran bumi ini?
Jawabannya adalah untuk mendapatkan pergantian dan pergiliran siang dan
malum yang mengatur dan menata rutinitas keseharian manusia.“D
an Kami jadikan malam sebagai pakaian. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”
(Qs. Al-Naba [78]:9-10) dan untuk memperoleh empat musim atau dua musim
yang terjadi secara bergantian yang bermanfaat dalam ragam bidang
pertannian dan kegiatan manusia. Di samping itu, ia membuat manusia
dapat menghitung waktu, hari dan tahun. Kesemua ini diciptakan untuk
berkhidmat dan melayani umat manusia sebagai tanda kepengasihan Tuhan.
Jika kita mengambil contoh lain tentang daur air di alam semesta dan
bertanya: Mengapa keteraturan ini dicipta? Jawabannya adalah:
Keteraturan ini menempatkan air di bawah kendali manusia guna berkihdmat
kepada mereka untuk keperluan minum, membersihkan, pertantian, industri
dan untuk keperluan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika kita
mengambil struktur mata manusia sebagai contoh dan bertanya: Mengapa
kornea mata harus tranparan? Jawabannya adalah untuk membolehkan cahaya
melintas. Jika kita bertanya: Mengapa lensa ditempatkan di situ?
Jawabannya adalah untuk membolehkan gambar dapat terfokus pada retina.
Bila kita menyoal: Mengapa selaput mata ditempatkan di hadapan lensa dan
dibekali dengan urat tertentu?
Jawabannya adalah untuk mengendalikan intensitas
cahaya yang memendar pada bola hitam mata. Juga, megnapa warna bola mata
itu hitam? Dan seterusnya. Jadi kapansaja kita jumpai sebuah
keteraturan (argumen keteraturan), kita akan bertanya: Mengapa
keteraturan ini dicipta (argument kebertujuan)? Jawabannya akan selalu
bercorak rasional menjelaskan tentang tujuan dan maksud Ilahiah atas
keteraturan semesta; tujuan dan maksud ini menandaskan aspek
kepengasihan dan rahmat Tuhan kepada manusia dan makhluk hidup.
Kini saya telah mengerti!
Kini, engkau dapat mengajukan ribuan pertanyaan
tentang segala sesuatu yang engkau lihat atau dengar di sekelilingmu…
Seluruh pertanyaan dimulai dengan "Mengapa?" Engkau akan dapatkan
jawaban yang mengandung hikmah, kegunaan, tujuan dan maksud yang
mendatangkan manfaat dan kemaslahatan manusia. Cobalah lakukan
eksperimen ini besok semenjak bangungmu dengan bertanya: "Mengapa saya
bangun dari tidur? Engkau akan temukan bahwa hikmah Ilahi menuntutmu
untuk bangun, lantaran waktu istirahat telah usai dan kini tiba saatnya
untuk beraktifitas. Tatkala engkau duduk untuk menyantap sarapan, engkau
akan lihat bahwa engkau duduk lantaran lapar. Mengapa engkau merasa
lapar? Lantaran badan memerlukan makanan dan rasa lapar menstimulasi
seseorang untuk mengenali kebutuhan ini. Tatkala engkau menyantap
makanan, bertanyalah pada dirimu: Mengapa aku menyantap makanan?
Lantaran jika makanan tidak menyenangkan, seseorang akan merasa bahwa
makanan merupaka beban yang harus disingkirkan. Engkau boleh melanjutkan
bertanya "Mengapa"? pada segala sesuatu; engkau akan jumpai jawaban
rasional dan dibenarkan yang mendemonstrasikan tujuan dan maksud Sang
Pencipta semesta dan Perancang keteraturan yang Mahakasih kepada para
hamba-Nya.
Inilah praktik yang baru yang akan saya mulai.
Mengapa engkau ingin mempraktikkannya?
Guna mendapatkan wawasan lebih tentang "argumen
kebertujuan", yang dapat menambah iman dan kecintaanku kepada Tuhan dan
kepada ayahku yang telah dianugerahkan kepadaku untuk membimbingku
sehingga saya dapat mengenal lebih baik Tuhanku. []
Bagian Ke-13
Mengapa Ada Paradoks ?
O son! Apakah ada sesuatu yang baru?
Yes Dad! Saya telah berpikir banyak tentang argumen
kebertujuan yang telah kita bincangkan bersama…saya mencoba sebuah
pertanyaan "mengapa", namun pertanyaan sederhana ini menggiring saya
pada pertanyaan yang lebih banyak dan luas, namun saya tidak dapat
menemukan jawabannya, dan saya takut kalau-kalau mengganggu Anda dengan
bertanya meminta penjelasan lebih.
Tidak..Tidak mengganggu sama sekali. Bertanyalah sesukamu dan jangan pernah ragu.
Jadi…Dad, mengapa Tuhan menciptakan Surga dan
Neraka dan tidak menciptakan Surga saja? Mengapa Dia menciptakan sakit,
kejahatan, kematian, bencana dan penyakit? Mengapa Dia mencipta
orang-orang zalim, orang-orang jahat yang melukai orang-orang tak
berdosa dan kaum lemah?
Apakah tahu Son, bahwa engkau telah menjawab pertanyaan-pertanyaamu sendiri secara tidak sadar?
Kok bisa, Dad?
Engkau berkata: Mengapa harus ada Surga dan Neraka?
Mengapa keduanya diciptakan? Engkau juga berkata: Mengapa kejahatan,
kezaliman, penyakit dan bencana diciptakan? Iyakan…?
Yes Dad! Inilah pertanyaan-pertanyaan yang mengusik perhatian dan pikiranku belakangan ini.
OK! Biarkan saya menjelaskan masalah atau
masalah-masalah dengan syarat engkau harus menaruh perhatian serius atas
apa yang saya katakan.
Saya mendengarkan penjelasan Anda sepenuh hati.
Pertama-tama, simak dan hafalkan syair berikut ini: Jika tiada keburukan, tidak akan ada kecantikan
Jika tiada kecacatan, tidak akan ada kesempurnaan.
Yes Dad! Saya telah menghafalkannya. Mudah untuk
dihafal, namun gerangan maksud dari syair tersebut? Atau apa maksud Anda
dalam menyampaikan syair ini? Sungguh syair ini merupakan syair yang
indah.
Tentu saja! Tidakkah engkau percaya bahwa jika
wanita cantik seluruhnya dan menarik hingga tingkatan tertentu, maka
tidak akan ada keindahan di muka bumi sama sekali dan tidak akan ada
wanita yang cantik dan menawan!
Bagaimana bisa demikian, Dad? Biarkan saya
pikirkan….Iya!… Benar! Jika wanita cantik seluruhnya…Atau….Jika tidak
ada wanita yang jelek (atau kurang menarik), maka tiada lagi yang
namanya kecantikan dan keindahan sama sekali. …
Tepat sekali! Jika, katakanlah, mata biru merupakan
keindahan dan seluruh wanita di muka bumi ini memiliki mata biru, maka
tiada keistimewaan untuk memiliki mata biru atas mata hitam (atau
sebaliknya). Aturan yang sama dapat diterapkan pada ketinggian, roman
muka, hidung atau fitur lainnya yang rupawan pada tubuh manusia.
Iya.. Jika para wanita cantik dan menawan seluruhnya, maka tiada artinya lagi kecantikan dan keindahan sama sekali.
Di sisi lain, kejelekanlah yang membuat kecantikan
berarti…Juga bahwa ketidaksempurnaan bermakna bahwa harus ada
kesempurnaan, bukan begitu?
Tapi Dad! Apa kesalahan orang-orang malang yang memilik rupa yang jelek atau kurang cantik?
Ia tidak memiliki kesalahan.. Ganjaran yang akan
diberikan pada hari Kiamat kelak, tatkala ia diberikan mata yang paling
indah. Artinya jika memainkan perannya dengan baik dan berserah diri
kepada kehendak Tuhan.. Di sisi lain, wanita-wanita lainnya yang merasa
bangga dengan kecantikan mereka (menghina wanita yang kurang cantik,
secara langsung atau tidak langsung) akan diberikan mata yang buruk atau
kurang menarik di hari Kiamat nanti. Pada hari itulah, keadilan akan
diterapkan, hari dimana setiap orang akan menanggung perbuatan yang
mereka lakukan, atas niat yang mereka tanam dalam benak…Tidak akan ada
ketidakadilan, kezaliman dan penindasan di hari itu.
Menakjubkan! Sebuah model filsafat yang benar… dan
aturan yang sama diterapkan pada mereka yang berani, mulia dan pengasih
dan sebagainya.. kita dapat berkata bahwa: Jika tidak ada keserakahan,
maka tidak akan ada sikap pemurah; dan jika tiada kepengecutan, tidak
akan ada keberanian; demikian juga tidak akan ada kemuliaan jika tidak
ada kerendahan..logika yang sama seterusnnya berlaku demikian pada
segala paradoks.
Jadi yang sedemikian merupakan peperangan
antithesis untuk menyingkap ketidaksempurnaan dari kesempurnaan dan
kejelekan dari keindahan… Manusia merasa bahagia dengan proses
penyingkapan ini. Dengan proses ini, mereka merasa bangga jika mereka
berharga untuk kesuksesan sejati, bukan sebuah kesuksesan palsu. Aturan
yang sama ini dapat diterapkan pada segala ketidaksempurnaan dan
penderitaan.. sejam bersabar dapat menuai hasil kebahagiaan dan
kesenangan selama bertahun-tahun. Segala sesuatu dapat ditahan jika
dibandingkan dengan hal-hal lain yang memiliki nilai yang lebih tinggi.
Jadi penyakit merupakan sebuah jalan untuk mendapatkan kesehatan yang
lebih baik; bahaya merupakan sebuah jalan untuk lebih menghargai
keamanan; mengenal keniscayaan hidup berupa penyakit untuk mempekerjakan
dokter, ahli kimia dan perawat dan keharusan membeli pakaian untuk
memberdayakan pabrik-pabrik tekstil; tanam-tanaman yang segera membusuk
dan penyerapan nutrisi yang membuat industry tanaman hidup dan
berkembang, menghasilkan buah dan sebagainya.. Kepunahan generasi tua
melahirkan generasi muda. Proses semacam ini berlanjut terus pada
seluruh aspek kehidupan. Jika hukum seperti ini tidak berlaku, kehidupan
tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Maka tiada maknanya
kematian, kebahagiaan, harapan, rasa dan kejadian-kejadian yang
mengejutkan.
Katakan lebih banyak, Dad! Ucapan Anda sungguh menarik dan pembicaraan tentang filsafatnya adalah sesuatu yang lebih menarik.…
O son! Tema paradoksial ini, kejelekan dan
kecantikan sedemikian luas sehingga benak dapat dengan mudah melacaknya
dan hamper tidak menyentuh konsep tersebut. Berangkat dari itu filsafat
Surga dan Neraka mengemuka… atau dunia dan akhirat mengedepan. Tanpa
kesulitan-kesulitan di dunia mondial ini, kita tidak akan dapat
merasakan kebahagiaan di hari akhirat kelak.. jika tidak ada Kiamat dan
Surga, hidup ini sama sekali tidak akan memiliki makna. Keberdaan dua
sisi konsep ini (yaitu jelek dan cantik; surge dan neraka, hidup dan
mati) memiliki makna yang sangat berguna. Rasa, katakanlah, air segar
dikenal; rasa dahaga dan lapar; nikmatnya tidur; menderita dahaga;
kebahagiaan merasa sehat dan demikian seterusnya hanya dapat dialami
tatkala ada titik-seberangnya.… Alangkah nikmatnya tidur bagi seseorang
setelah berjam-jam tanpa tidur, dan alangkah nikmatnya air segar tatkala
seseorang merasa dahaga.
Semoga Tuhan memberkatimu, Dad! Jika tiada orang bermata hitam, maka orang yang bermata biru tidak akan kelihatan cantik!
Boleh jadi sebaliknya… Jika tiada orang yang
bermata biru, maka orang-orang yang bermata hitam tidak akan kelihatan
menawan; jika tiada keduanya, maka orang yang bermata kuning tidak akan
kelihatan cantik dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, keburukan itu
bersifat relatif dan nisbi sebagaimana kecantikan.
Sang anak mengulang-ngulang syair berikut ini dengan irama ritmis:
Jika tiada keburukan, tidak akan ada kecantikan
Jika tiada ketidaksempurnaan, tidak akan ada kesempurnaan
Terima kasih atas syair indah, mutiara hikmah dan pepatah bijak ini.
Baiknya kita berkata: Terima kasih Tuhan atas hikmah-Nya yang tinggi, penciptaan yang indah dan kehendak agung-Nya.…[]
Akhir Kata
Lebih dari seminggu lamanya semenjak berakhirnya
disksui antara sang ayah dan anak. Masa jeda ini sengaja diatur suapya
sang anak memiliki waktu untuk meraup pelajaran-pelajaran tauhid dan
meninjau ulang konsep-konsep yang telah didiskusikan bersama serta
melakukan beberapa eksperimen atas konsep-konsep tersebut. Sang anak
terlihat sangat khusyuk sepanjang hari… Segala sesuatu dulunya tidak
terlalu penting kini menjadi obyek perhatian dan pandangannya. Ia
beranjak ke luar ke taman, melihat sisi-sisi khusus dari setiap tanaman
dan memegang buah-buah tanpa memotongnnya. Ia perhatikan secara seksama
dan merenungi buah ini ketika ia masih merupakan sebuah biji kuculuk
dilempar dan ditabur ke bumi kemudian ditutupi tanah…Alangkah menariknya
dan kini ia telah tumbuh besar! Sebuah pohon yang kuat berbau yang
kurang enak, namun memberikan buah yang manis dan lezat"Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup."
(Qs. Al-An'am [6]:95)
Tiba-tiba, sebuah suara datang dari kandang ayam
yang mengganggu alur pikirannya. Suara ini adalah suara seorang ayam
yang mengumumkan ihwal kedatangan sebiji telur baru.. Ia lalu mendatangi
kandang ayam sembari memikirkan penciptaan sebiji telur yang ditelurkan
oleh seekor ayam.. “Bagaiman Tuhan menciptakan hewan ini dengan
keteraturan yang akurat dan tepat? tanyanya dalam hati. "Bagaimana Dia
menyediakan bahan putih transparan ini dalam telur, yang sangat penting
untuk member makanan umat manusia?" Ayam memakan biji-bijian, yang
terbuat dari bahan-bahan yang mengandung zat tepung, dan cukup kuat,
bahan-bahan ini dipindahkan pada sebuah bahan yang transparan dengan
nilai nutrisi yang tinggi yang terkandung dalam telur.. atau dalam
dagingnya sendiri… Puji Tuhan… Engkau telah ciptakan makanan paling
mahal dengan bahan yang paling murah… Engkau telah ciptakan telur-telur
dari biji-bijian; susu dari rerumputan; daging dari semanggi (tumbuhan
yang menjalar) … Seluruh bahan makanan tersebut adalah berasal dari
bahan-bahan murah… biji-bijian atau rumput, yang tumbuh di muka
bumi…biji-bijian atau rumput ini tidak lain kecuali bahan-bahan gula
pada tingkatan uraian akhirnya. Segala puji bagi Tuhan, Yang menciptakan
bahan-bahan transparan ini dari bahan gula!!""
“Darimana bahan-bahan gula ini berasal?" tanyanya retoris.
“Tanaman menciptakannya dari bahan-bahan mentah
yang sederhana; yaitu air dan udara melalui proses potosintensis..
Alangkah agungnya! Alangkah agungnya Sang Pencipta pabrik raksasa yang
memproduksi dedaunan dari tanaman, yang membuat campuran air meresap
melalui akar dari tanah demikian juga Karbondioksida dari udara dan
memporeleh sinar-sinar matahari yang datang dari jutaan kilometer? Siapa
yang dapat menyangka dedaunan tipis ini melakukan operasi-operasi kimia
yang canggih yang menyediakan makanan untuk manusia dan binatang?"
“Maksud, tujuan dan hikmah nampak terang di sini.
Argumen keteraturan, maksud dan tujuan seluruhnya berkisah sepenuhnya
pada akal sehat dengan ungakapan:"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah."
(Qs. Luqman :11) Imbuhnya.
Ia merasa rendah dan tunduk..sebuah perasaan
menyenangkan memiliki hubungan dengan Sang Pencipta Yang Mahakuasa,
Bijaksana, Mahatahu, Pemurah dan Agung. Ia tidak dapat mengungkapkan
perasaannya saat-saat indah tersebut kecuali dengan bersujud dan
berlutut. Jatuh segera bersujud dan berlutut di atas tanah sembari
mengulang-ngulang: Sesungguhnya tiada pencipta selain Allah; para
pengingkar Tuhan telah tersesat; "Mereka telah jauh menyimpang, jauh
dari rel kebenaran." Ia tetap saja bersujud hingga matahari terbenam.
Tatkala matahari tenggelam sepenuhnya di balik awan, imaginasinya
menerawang pada penciptaan awan-awan tersebut… peran siklus air segera
muncul dalam benaknya dan ia mengingat "Argumen Keteraturan" dalam
konstruksi siklus ini, demikian juga "Argumen Kebertujuan." Ia teringat
pelajaran yang diberikan ayahnya lalu membaca:“Allah-lah
yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.”
(Qs. Rum [30]:48) Ia jumpai dirinya mengeruk ajaran tauhid ini dari
tanah dan apa yang tumbuh di atasnya; semenjak ayam dan apa yang
terlahir darinya; dari awan dan apa yang dibawahnya; dari pancaran surya
dan hembusan angin. Ia memperoleh pengetahuan dari sekolah semesta yang
terbentang di seantero semesta; dan guru-gurunya adalah seluruh
makhluk..juga tabiat; siang dan malam; surya dan rembulan; air dan
udara; binatang dan tanaman; manusia dan mineral…seluruhnya merupakan
para pengajar dalam sekolah tauhid ini; dan setiap bagian dari semesta
ini adalah sekolahnya yang menuntunnya kepada iman.
Alangkah agungnya! Alangkah syahdunya! Dimana para raja dan putra mahkotanya yang merasaka kenikmatan dan ekstasi ini?
Sang anak kini dapat memahami makna redaksi yang ia dengar dari ayahnya tatkala sujud:
"Kehilangan apa mereka yang menemukan-Mu?
Apa yang mereka temukan orang yang kehilangan-MU
Sungguh buta mereka yang tidak melihat-Mu!"
"Tuhanku, mereka yang kehilangan-Mu, tiada menemukan apa pun, dan mereka yang menemukan-Mu, tiada kehilangan apa pun."
Ia menjumpai ayahnya pada malam itu dan mengabarkan ihwal perasaan barunya yang baru saja lahir dan berkata:
Dad! Saya merasa sebagai seorang pelajar di sekolah tauhid..
Dimana letak sekolah itu?
Dimana-mana, di seantero semesta, Dad.
Siapa saja yang menjadi guru di sekolah tersebut?
Segala makhluk, setiap fenomena dan seluruhnya adalah guru di sekolah tersebut.
Kapan saja mereka mengajar?
Dua puluh empat jam perhari, tujuh hari dalam seminggu dan seterusnya.
Bagaimana dengan bahasa pengantar pelajarannya?
Seluruh bahasa digunakan.
Tingkatan pelajarannya gimana?
Orang yang paling sederhana sekalipun dapat memahami pelajaran ini; pemikir besar pun dapat merenunginya secara mendalam.
Apa gelar akhir dan ijazah pamungkasnya?
Titel yang digondol membawa gelar: “Tiada tuhan selain Allah."
[selesai]
[selesai]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar