Rabu, 28 November 2018

Menjelajah Semesta Iman


ilustrasi hiasan:

Pengarang :


Menjelajah Semesta Iman

Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka yang berharga; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama berpegang pada keduanya, kalian tak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya tidak akan terpisah hingga menjumpaiku di telaga Kautsar, di Hari Kiamat kelak”.
(H.R. Sahih Muslim : jilid 7, hal 122. Sunan Ad-Darimi, jilid 2, hal 432. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 14, 17, 26 dan jilid 4, hal 371 serta jilid 5, hal 182 dan 189. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal 109, 147 dan 533, juga di dalam kitab-kitab induk hadis yang lain)

Majid Fakhri




Bagian Ke-1

Kewajiban...Keraguan...Siapa Tuhan itu?

Si anak sedang menyaksikan televisi tatkala bapaknya datang. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang penting yang ingin bapak katakan kepadanya. Keluarga itu baru saja selesai menyantap makan malam mereka bersama dan sang bapak meminta si anak untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdekat untuk membicarakan apa yang diinginkan oleh sang bapak. Si Anak sangat penasaran gerangan apa yang ingin dibincangkan oleh bapak. (insial D=Dad panggilan akrab si bapak dan S=Son adalah ungkapan yang terkadang digunakan si bapak ketika memanggil putranya).
D Apakah engkau tahu mengapa aku ingin menjumpaimu malam ini, anakku?
S Tidak Dad. Tapi saya kira ada sesuatu yang penting.
D Aku telah lama memikirkan dan merencanakan pertemuan ini.
S Sejak kapan, Dad?
B Semenjak engkau menginjak usia baligh, kurang lebih setahun yang lalu. Aku telah mempersiapkan sebuah program khusus untukmu.
S Program apakah itu? Dan apa hubungannya dengan masa balighku?
D Usia baligh atau pubertas merupakan masa transisi antara masa belia dan masa dewasa, canda dan keseriusan, kebebasan yang tak terbatas dan tanggung jawab, sebagaimana engkau tahu sendiri. Dalam program ini, aku akan menggelar serangkaian diskusi denganmu tentang agama, keyakinan, iman, manusia, masyarakat, semesta dan banyak hal yang harus engkau ketahui makna yang sebenarnya dari masalah tersebut dan membangun sebuah opini, gagasan dan sikap yang sesuai dengan kondisi kedewasaan dan maturitasmu.
S Trims Dad, karena telah menaruh kepercayaan kepadaku.
D Anakku, yang pertama-tama menaruh kepercayaan ini adalah Tuhan. Dan bila engkau tidak memiliki kapasitas dan kemampuan, Dia tidak akan menaruh kepercayaan kepadamu dengan membebankan tugas dan kewajiban. Merupakan sebuah kehormatan bahwa manusia sendiri, dari seluruh makhluk di bumi persada ini, dipercayakan dengan berbagai tugas dan kewajiban.
S Benar Dad, apa yang Daddy katakan membuatku merasa bangga, dan bertambah cintaku kepada Tuhan lantaran Dia menugasiku dengan tanggung jawab. Saya berharap dapat menjadi seorang hamba Tuhan, mencintai dan patuh kepada-Nya.
D Baguslah. Seorang hamba yang benar mencintai Tuhan dan tunduk patuh kepada-Nya. Cinta dan ketundukan merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Seorang pujangga berkata, “Seorang pecinta tunduk patuh kepada yang dicintai.”
S Menurut hematku, mereka yang membangkan titah Tuhan melakukan hal ini lantaran mereka tidak memendam cinta kepada Tuhan dalam hatinya.
D Tepat sekali, bahkan bagi mereka yang lemah imanya tidak merasakan cinta kepada Tuhan sehingga ketika mereka melakukan kewajiban dan tugas agama, mereka melakukan hal tersebut dengan enggan, dan ketika mereka mengerjakan shalat, mereka mengerjakannya dengan malas.
S Kemarin, aku membaca ayat in dalam al-Qur’an: “JIka engkau mencinta Allah, ikutilah aku; Allah akan mencintamu.”
D Apa yang engkau pahami dari ayat ini?
S Saya memahaminya bahwa terdapat sebuah cinta yang berbalas (mutual love) antara Tuhan dan Mukmin.
D Dan bahwa cinta bermakna ketaatan dan memikul beban derita semata-mata demi yang dicinta.
S Aku senang doa dan munajat yang dibacakan Ibu kemarin, doa yang bersumber dari kitab as-Shahifah as-Sajjadiyah dan aku sedang mencoba untuk menghapalnya.
D Munajat yang mana, son?
S Munajat yang berkata, “….Aku memohon cintamu dan cinta orang yang mencintaiMu; cinta yang membuat seluruh bakti membawaku dekat kepadaMu, lebih aku cintai melebihi yang lain, dan membuat cintaku kepadaMu sebagai penuntun ke firdausMu, dan kegemaranku padaMu sebagai penghalang untuk tidak melanggar titahMu.”
D Munajat ini juga menitikberartkan dan menyoroti pada hubungan cinta dan ketaatan.
S Tapi Dad, bagaimana kita menemukan cinta Tuhan dalam hati kita?
D Mudah saja: dengan mengenal-Nya. Jika engkau benar-benar mengenal-Nya, engkau akan menggapai cinta utama.
S Jadi, langkah pertama adalah mengenal Tuhan.
D "Yang pertama dalam beragama adalah makrifat (pengenalan).” Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Nahjul Balagah. Mengenal Tuhan merupakan perkara pertama dalam beragama, makrifat dan pengenalan ini disyaratkan dengan cinta kepada-Nya. Hal ini adalah persamaan Matematika, nak.
S Bagaimana?
D Dalam Matematika, ada sesuatu yang disebut sebagai substitusi ketika berurusan dengan persamaan.
S Iya, engkau mengingatkanku tentang hal itu. Ketika kita terapkan, kita berkata, Pengetahuan = Agama. Agama = Cinta; dan dengan substitusi kita menemukan bahwa agama adalah cinta, bukankah demikian, Dad?
D Dan demikianlah apa yang disabdakan oleh Imam Shadiq As.
S Apa yang ia sabdakan?!
D Beliau bersabda, “Adakah agama itu selain cinta!” Nak, cinta merupakan sesuatu yang terindah di dunia ini.
S Allahu Akbar, Anda berbicara denganku dalam bahasa anak muda, bahasa……,
D Seorang remaja (ABG)?
S Baiklah, Dad, aku malu untuk berkata itu.
D Iya, Aku berbicara denganmu menggunakan bahasa ABG, sebagaimana Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk berbicara dengan manusia sesuai dengan cara berpikir mereka. Tuhan mengutus setiap nabi untuk berbicara kepada manusia dengan bahasa mereka sendiri. Lalu mengapa aku tidak berbicara denganmu sebagai seorang ABG?
S Tepat Dad, hanya dengan bahasanya seseorang akan dapat mengerti. Kalau tidak, ia tidak ingin berurusan dengan sesuatu. Salah seorang guru kami telah memberikan sebuah buku agama sebagai hadiah. Aku berjuang keras ketika aku hendak membacanya, dan setelah beberapa saat aku menyerah lantaran bahasanya terdengar seperti bahasa moyang kita yang hidup berabad lampau; oleh karena itu, ia tidak ada sangkut-pautnya dengan kehidupan kita hari ini.
D Hal ini merupakan alasan mengapa sebagian anak muda lari dari agama karena mereka mendapatkan adanya representasi bahasa agama yang mereka mengerti. Masa sekarang adalah masa computer dan internet, dan tidak mungkin menyuguhkan Islam melalui kitab-kitab klasik yang telah ditulis beberapa waktu yang lalu.
S Alangkah indahnya Anda berbicara, Pak! Aku rasa aku mencintaimu lebih dari sebelumnya dan mencinta Tuhan dan bersyukur kepada-Nya karena telah menganugerahkan kepadaku seorang ayah yang luarbiasa.
D Dan aku kini lebih mencintai Tuhan karena telah menganugerahkan putra sepertimu.
S Alhamduillah!
D Puji Tuhan!
S Kita telah keluar dari tema utama kita, Dad.
D Sebaliknya, kita telah sampai kepada inti permasalahan… Cintaku kepadamu dan cintaku kepada Tuhan menuntunku untuk berbicara kepada ihwal agama, kehidupan, Tuhan, umat manusia, dunia dan hari kiamat….Aku ingin engkau mempunyai pandangan komprehensif dari seluruh pemikiran yang berkenaan dengan agama setelah engkau mencapai usia baligh.
S Tapi Dad, Anda telah berdiskusi denganku hampir seluruh isu-isu agama kita, telah menjelaskan pelbagai problem ideologis, telah menerangkan prinsip-prinsip dan komponen agama dan telah menunjukkan kepada kami jalan petunjuk. Apakah Anda melihat ada kekurangan dalam imanku, atau cela dalam perilakuku?
D Hal ini tidak ada hubunganya dengan kekurangan dalam iman atau cela, nak. Hal ini merupakan sesuatu yang lain, sangat berbeda dan amat berbahaya. Oleh karena itu, aku ingin engkau bersiap-siap dan mengetahui beberapa isu tanpa harus terkejut.
S OK, Pak! Apakah hal penting dan berbahaya sehingga harus kuketahui setelah mencapai usia baligh?
D Aku ingin katakan kepadamu bahwa apa yang engkau telah pelajari dari belajar ihwal agama adalah keliru.
S I Beg Your Pardon?! Dad! Apa yang Anda katakan?!
D Sebagaimana yang telah aku katakan, seluruh yang engkau dengar dariku ihwal agama adalah salah (sama sekali).
S Dad! Apa yang Anda katakan?! Apa yang Anda maksudkan? Aspek agama yang mana yang salah? Aspek ideologi? Akhlak? Tolong Dad, katakanlah yang benar kepadaku.
D Aku maksud dasar-dasar agama, ideologi: iman kepada Tuhan, ma’ad (hari kiamat), Nabi dan para rasul dan apa yang telah engkau pelajari adalah salah dan keliru.
S Astaga. Dad, ada apa denganmu? Maaf Dad karena agak lancang. Bagaimana iman kepada Tuhan, hari kiamat dan para nabi adalah sesuatu yang salah? Aku tidak dapat mempercayai dari apa yang aku dengar.
D Aku akan menjawab pertanyaan ini besok.
S Dad! Tolong berterus teranglah dengan apa yang Anda inginkan, karena Anda telah membuatku was-was. Bagaimana Anda dapat meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini? Lalu bagaimana aku menunaikan salat, sementara aku dalam keadaan was-was dan ragu-ragu.
D Siapa yang menyuruhmu salat?
S Bukankah Anda yang menyuruhku untuk salat dan mengerjakannya dengan sabar?
D Kalau begitu salatmu tidak diterima sama sekali.
S Tidak diterima? Apa maksudnya? Kalau begitu, haruskah aku meninggalkan salat?
D It is up to you, apakah engkau ingin mengerjakan salat atau tidak.
S Aneh. Aku bisa jadi gila. Bagaimana bapakku menyuruhku untuk meninggalkan salat? Bagaimana? Bapakku yang mengajarkanku salat, kini menyuruhku untuk meninggalkannya!
D Aku tidak memintamu utuk meninggalkan salat. Aku berkata bahwa engkau bisa meninggalkannya atau melanjutkannya, sebagaimana yang engkau sukai.
S Ajib. Tidakkah Anda berkata bahwa salat merupakan tiang agama dan hal pertama yang akan ditanyakan kepadaku kelak di hari kiamat? Dan Allah berfirman: “Dirikanlah salat secara tetap untuk bersyukur kepadaku.”
D Aku berkata bahwa apa yang telah engkau dengar dariku selama ini sebelum usia balighmu adalah salah.
S Dad, haram hukumnya berkata demikian!
D Apa artinya haram itu??
S Haram artinya bahwa Tuhan tidak mengizinkan hal tersebut.
D Tuhan? Siapa Tuhan itu?
S Ya Allah..ini kegilaan!
D Jangan lekas marah. Aku bertanya kepadamu sebuah pertanyaan; berikan jawaban atau katakan “Aku tidak tahu.”
S Tapi Anda bertanya “Siapa Tuhan itu?”
D Ada yang salah dengan pertanyaan itu?
S Dad, please! What is going on? Apakah engkau benar-benar dirimu, bapakku, apakah Anda tahu apa yang Anda katakan? Saya tidak dapat mempercayai hal ini.
D Iya, Aku bapakmu yang mengatakan hal ini. Jika aku tidak melakukan hal ini, maka aku bukan bapakmu.
S Oh..My God! Apa yang telah terjadi?
D Kita akan lanjutkan diskusi ini besok. Sekarang pergilah tidur. Selamat malam!



Bagian Ke-2


Goncangan dan Pengaduan

Sang bapak meninggalkan putranya dalam keadaan goncang dan beranjak ke kamar tidur dimana sang ibu sedang menanti dalam keadaan risau ihwal hasil pertemuan tersebut. Ia bertanya kepada istrinya dengan senyum tersimpul di wajahnya. Nampaknya kau telah mendengarkan pembicaraan kami, iyakan? Si ibu menjawab: “Iya, namun dapatkah ia menghandel kegoncangan ini?” “Aku pikir demikian,” jawabnya, “sebagaimana apa yang telah dilakukan oleh saudaranya sebelumnya,” ia melanjutkan. Si ibu mendesah sembari berdoa: “Tuhanku, bimbinglah, tuntunlah ia untuk mentaatiMu dan jadikan ia berkhidmat kepadaMu.” Lalu ia berkata kepada suaminya, “Aku ingat saudaranya ketika ia mencapai usia baligh. Aku sangat risau hari itu ketika engkau berkata bahwa engkau sedang bermain api yang boleh jadi berujung pada tersesatnya anakmu. Namun engkau memberikan jaminan kepadaku dan menjelaskan keharusan proses tersebut. Dan kini kita dapat melihat output dan hasilnya. Ia adalah salah seorang figur terkemuka di Eropa yang mengajak dan membimbing manusia kepada Tuhan. Kejahilan tidak pernah mendekati atau menodai putra kita dan tidak dapat menyesatkannya dari jalan yang benar. Si bapak tercenung sejenak dan kemudian berkata: Jika kita tinggalkan ia dengan gaya tradisional beribadah, salat yang tak berkualitas dan ideologi warisan dari rumah dan komunitas, ia boleh jadi tersesat ketika menghadapi beragam ideologi, trend sosial atau tradisi ketika ia tinggal jauh dari kita. “Anakku sayang! Bagaimana engkau akan melalui malammu?” keluh sang ibu dan melirik ke arah kamar putranya. Si bapak memandang penuh arti dan berkata, “Bagaimana Ibrahim melalui malamnya tatkala ia dengan penuh pemikiran mendongak ke atas langit dan menatap ke bumi hingga ia beriman. Hal ini hanyalah ketetapan hati ketika ia mengalihkan pandangannya kepada Pencipta tujuh petala langit dan bumi sebagai seoarang Muslim dan muwahhid (insan yang bertauhid). Setelah sang bapak menutup pintu kamar putranya, sang belia berdiri tegap dalam keadaan goncang, dan tiba-tiba ia merasa pusing lalu melemparkan dirinya ke atas pembaringan. Kondisi kalut dan pikiran terbentur, secara dawam terlintas dalam benaknya, namun ia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi dan bagaimana menghadapinya. Ia merasa seakan-akan kepalanya ingin meledak, namun ia ingat apa yang senantiasa ibunya lakukan tatkala kesusahan; sang ibu duduk di atas sajadah menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya dan berbisik lirih, “Tuhanku, Aku tidak memiliki siapa pun selainMu tempat mengadu dan meminta pertolongan dan tuntunan, tempatkanlah aku pada jalan yang benar. Terburu-buru, ia berdiri dan pergi ke sink untuk mengambil wudhu dan bersiap-siap untuk mendirikan salat. Dalam kondisi pikiran kalut, takut dan risau, ia berdoa sembari mengingat ucapan bapaknya: “Apa yang engkau pelajari tentang agama sebelum masa pubertasmu adalah keliru.” Ia berpikir dalam salatnya dan hampir saja menyelesaikan salatnya, namun ia tetap melanjutkan usahanya fokus pada apa yang telah dikatakan bapaknya kepadanya. Bapaknya mengajarkan kepadanya untuk berkonsentrasi dalam salatnya dan menaruh perhatian pada makna dari ayat-ayat yang dilantunkan. Ucapan bapaknya memotong pikirannya:“Siapa Tuhan itu?” Ia goncang, namun mencoba untuk mengendalikan dirinya hingga ia sampai pada qunut. Kemudian ia mengangkat kedua tangannya dan menyampaikan kata-kata berikut ini dengan kuat dan penuh makna: “ “Tuhan..pemimpin orang yang kebingunan, penuntun yang tersesat, Mahakasih,Engkau lebih dekat kepadaku daripada urat nadiku sendiri; selamatkanlah aku dari kebingungan dan tuntunlah aku ke jalan yang benar.” Sejenak ia berhenti. Pikirannya beradu dan hatinya berdegup kencang. Setelah beberapa saat, ia merasa lebih baik ketika mengingat ayat yang senantiasa ia baca di masjid dan tiba-tiba merasa konfiden:Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Qs. al-Baqarah [2]:186)



Bagian Ke-3


Fitrah yang Terjaga

D Apa kabarmu, nak?
S Anda tahu Dad, dengan jelas. Aku tidak seperti yang sebelumnya.
D Kenapa? Apakah engkau sakit?
S Aku berharap aku menderita sakit!
D Jangan berkata demikian, son! Apa yang telah terjadi?
S Anda bertanya "Apa yang telah terjadi?" Adalah aku yang seharusnya bertanya kepadamu pertanyaan ini semalam.
D Segalanya berjalan baik.
S Apa maksud Anda berjalan baik? Anda melemparkanku ke samudera keraguan; ombak besar mendamparkanku jauh dari pantai. Tidak dengan berenang juga tidak dengan menaiki bahtera yang dapat menyelamatkanku.
D Puji Tuhan, Alhamdulillah. Inilah yang sebenarnya aku inginkan.
S Dad, mengapa Anda lakukan hal itu? Please tell me.
D I’ll tell you, namun pertama-tama katakan kepadaku sampai dimana engkau akhirnya setelah dilemparkan dengan gelombang dimana Tidak dengan berenang juga tidak dengan menaiki bahtera yang dapat menyelamatkanmu.
S Aku merasa lemah dan kalah. Tidak ada jalan dan seseorang yang dapat membantu. Aku mulai mencari sebuah kekuatan mutlak untuk dapat menolongku dari amukan gelombang laut ini dan membantuku sampai ke pantai dengan selamat. Tiba-tiba aku merasa kekuatan ini mendekat kepadaku, sehingga aku berteriak lantang: "Duhai Tuhanku Yang Mahabesar", dan kemudian kembali merasa tenang dan keyakinan menenggelamkanku dan membuat segala keraguan enyah dariku. Kemudian aku tinggalkan samudera keraguan yang ganas menuju pantai iman yang tenang.
D Well-done son. Puji Tuhan. Inilah yang sebenarnya aku inginkan darimu. Aku ingin engkau menemukan Tuhan melalui caramu sendiri dan menderita di jalan ini, sehingga engkau kini tahu nilai yang yang telah engkau temukan. Aku ingin engkau menjalani perjalanan dari keraguan menuju iman dalam rangka meyakini Tuhan yang telah engkau temukan, bukan yang engkau dengar dari bapakmu. Terdapat perbedaan yang besar antara hal ini dan itu.
S Anda benar, Dad. Hatiku penuh dengan keyakinan setelah pengalaman yang menyakitkan itu. Dan kini aku merasa adanya perbedaan antara imanku yang dulu dan imanku yang sekarang yang aku dapatkan dengan pengalaman yang membangunkan itu.
D Pengalaman ini disebut sebagai penalaran yang dilakukan dengan teliti dan sungguh-sungguh dalam mengenal keberadan Tuhan. Ia tidak bersandar pada penalaran rasional juga tidak bertengger di atas analisa intelektual dan inferensi teologis. Pengalaman ini merupakan penalaran yang pure natural, sederhana dan pengelaman genuine yang menuntun secara natural kepada Tuhan setelah menyeka seluruh gundukan kesalahpahaman dalam menyingkap tirai kebenaran.
S   Lebih jelas lagi, Dad!
D Perhatikan son, tabiat manusia secara instingtif percaya kepada Tuhan dan tidak memerlukan penalaran akal. Apakah engkau pernah melihat betapa seorang dahaga bergerak mencari air? Jika engkau menghentikannya untuk tidak mengangkat gelas untuk meminum air dan bertanya apakah ia yakin apa yang ia minumnya adalah air, apa yang ia akan jawab?
S So, mengapa kebanyakan orang tidak percaya kepada Tuhan jika fitrah mereka merupakan penuntun?
D Son, sebuah mata melihat namun jika engkau menaruh sebuah pentup mata yang tebal di atasnya, ia tidak akan melihat. Sebuah telinga dapat mendengar, namun ia tidak dapat mendengar jika telinga itu ditutup. Tabiat manusia bekerja yang sama namun ia harus dilepas dan dibebaskan. Nafsu tidak boleh mengendalikannya dan godaan setan tidak boleh menutupinya.
S Yes, Dad. Silahkan lanjutkan pembicaraan yang menarik ini. Penalaran yang sungguh-sungguh ihwal keberadaan Tuhan mengatakan bahwa jika manusia hidup pada sebuah komunitas yang menyimpang yang diwarisi dari moyangnya, fitrah anggota komunitas tersebut tidak akan bersikap fair. Berikut ini adalah ayat-ayat Qur'an yang menyinggung masalah ini: Juga baca tentang warisan kesesatan dan penyimpangan:“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (Qs. Az-Zukhruf [43]:22)
D Jika manusia melanjutkan hidup dengan hawa nafsu dan sikap berlebihan, fitrahnya akan tumpul dan majal, sebagaimana firman Tuhan:“Tetapi sesudah mereka, datanglah keturunan (tidak saleh) yang menyia-nyiakan salat dan menuruti hawa nafsu mereka, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Qs. Maryam [19]:59) Qur'an mengekspresikan penyesalan bagi mereka yang tidak beriman yang serakah, mengambil warisan orang secara tidak sah, dan mencintai kekayaan. Ayat yang lain menyebutkan bahwa fitrah dapat menjadi rusak jika cinta kekayaan dan keturunan mengalahkannya:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Qs. At-Takatsur [102]:1-3)
Jika engkau baca sejarah, engkau akan temukan bahwa kehendak untuk hidup menyisakan dampak pada alur perjalanan sejarah. Oleh karena itu mengapa suku Quraisy takut kekuatan politik dan financial mereka akan kolaps setelah kemunculan Islam. Kasus yang lain tatkala beberapa sahabat Nabi dating kepada Ali bin Abi Thalib untuk mengucapkan selamat atas diangkatnya ia sebagai khalifah. Ia mematikan lilin yang menyala untuk menunjukkan bahwa ia tidak akan menghabiskan harta baitul mal, kendati lilin tidaklah seberapa harganya, untuk mendapatkan dukungan mereka. Segera mereka bergabung dengan kubu musuh, dan mereka berperang melawan khalifah yang sah pada perang Jamal. Juga, sebagaimana engkau tahu, dorongan seksual yang telah merasuk dalam jiwa Ibnu Muljam untuk membunuh Ali sehingga ia dapat menikahhi wanita yang bernama Qotam. Umar bin Sa'ad membunuh Imam al-Husain untuk menjadi penguasa di provinsi Rei. Dinasti Abbasiyah merampas kekuasaan kendati mereka telah mengetahui bahwa mereka tidak memiliki hak untuk memegang kekuasaan. Harun al-Rasyid, seorang penguasa dinasti Abbasiya, suatu waktu pernah berkata kepada putranya: "Jika engkau berlomba denganku untuk meraih kekuasaan, Aku akan perintahkan orang-orang untuk memenggal kepalamu."
S  So, nafsulah yang membunuh fitrah manusia.
D Tidak, ia tidak membunuh fitrah manusia, namun ia merusaknya. Fitrah tidak pernah mati.
S So, Bagaimana ktia dapat mengaktifkan kembali kekuatannya?
D  Dengan memberikannya kejutan.
S Itu yang sebenarnya yang telah Anda lakukan kepadaku, iyakan?
D  Yes, son.
S  Well-done Dad!
D Baiklah, son. Engkau telah sukses melewati ujian ini. Ibumu merisaukanmu tapi aku tidak. Aku memiliki keyakinan terhadap fitrahmu.
S   Apakah Mom tahu tentang hal ini?
D Iya, Aku memberitahukan hal ini kepadanya, biar rencana ini tidak berantakan, aku bermaksud menolongnya dengan informasi ini.
S Oh! Gitu yaa, Anda melibatkannya supaya tidak membuat berantakan rencana…Anda bermaksud melakukan hal itu untuk menolong Anda. Anda pikir kalimat ini memiliki makna yang sama?
D Son, engkau tahu bahwa ia adalah seoarang ibu dan ia penuh dengan kebaikan dan kasih kepada putranya. Oleh karena itu, tidak mudah baginya melihatmu dalam situasi seperti itu tanpa membongkar rahasia yang ada.
S Well Dad, mari kita kembali ke subjek utama, yang aku maksudkan ihwal nalar yang siaga terhadap keberadaan Tuhan atau fitrah. Aku ada pertanyaan untukmu.
D  Silahkan.
S Siapa yang mengajarkan Anda untuk melakukan perencanaan seperti itu untuk membangunkan fitrahku yang statis dan membolehkan aku untuk menjalani pengalaman yang membangkitkan?
D Siapa yang mengajariku? Apakah engkau tidak tahu bahwa pengetahuan dan menyampaikan pengetahuan merupakan sebuah anugerah?
S Benar.
D “Dan engkau tidak memiliki sesuatu apapun kebaikan melaikan dari Allah.”
S   Puji Tuhan!
D Tidakkah hal ini benar bahwa mengetahui datang setelah seseorang tidak tahu apa pun sebelumnya?
S Yup.
D “Mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu."
S So, Tuhanlah yang menunjukkan kepada Anda bagaimana membangiktkan fitrah yang statis melalui terapi goncangan. Namun bagaimana Tuhan menunjukkan jalan itu kepada Anda?
D“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (Qs. al-Isra [17]:9)
S Gitu yaa. Kini aku mengerti. Ada sebuah ayat. Aku kira ayat ini berasal dari surah Makkiyah, mengisahkan sebuah pengalaman ihwal berlayar di atas laut ketika cuaca baik. Kemudian bahtera mencapai ombak tinggi dimana gemuruh taufan menghajar dan gelombang ombak berkejaran menguasai badan bahtera. Para penumpang ketakutan dan mencari seseorang yang dapat menyelamatkan mereka dari kematian yang tak terhindar. Dengan segala derita dan kelu kesah, mereka berpaling kepada Tuhan dan Tuhan menyelamatkan mereka….Segala puji bagi Tuhan…pengalaman ini merupakan pengalaman yang sama yang aku jalani kemarin, tapi bukan laut beneran melainkan laut keraguan.
D Aku tidak bermaksud untuk melemparkanmu ke laut beneran. Aku tidak diajari untuk melakukan hal itu sebelumnya.
S Apakah masuk akal, Anda diperintahkan untuk melakukan hal tersebut?
D   Why not?
S Bagaimana mungkin seorang ayah yang waras melemparkan anaknya ke laut?
D Bagaimana jika engkau melihat seorang ibu diperintahkan untuk membuang anaknya ke laut.
S  Aku tak percaya hal itu.
D  Engkau lupa akan ayat Qur'an…
S Oyaa.. benar…“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia.” (Qs, al-Qashash [28]:7)
D“Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Qs.Qashash [28]:7-8)”
S  Ujian tersebut merupakan ujian berat bagi ibu yang tabah ini!
D Tuhanmu menguji setiap orang dengan ujian sesuai dengan kemampuan dan ketabahannya. Umat manusia harus menjalani ujian dan menderita di bumi. Surah Mulk menjelaskan bahwa ujian merupakan salah satu alasan di balik penciptaan manusia. O son! Jangan engkau mengira bahwa kesengsaraan hanya bermakna masalah, musibah dan semacamnya. Hal itu bermakna cobaan dan ujian. Tuhan menguji dan mengetes manusia dalam beragam situasi“Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk mencoba siapa yang paling baik perbuatannya.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)
Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Qs. Al-A’raf 6:257)“Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya.” (Qs. Al-Anbiya[21]:35)
”Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu Dia memuliakannya dan menberi kesenangan kepadanya, maka dia (lupa daratan seraya) berkata (dengan angkuh), “Tuhan-ku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata (dengan putus asa), “Tuhan-ku menghinakanku.” (Qs. Al-Fajr [89]: 15-16)
S Jadi Tuhan menguji seluruh hamba-Nya. Dia menganugerahkan mereka sesuatu untuk melihat apa yang mereka akan lakukan. Di sisi lain, Tuhan terkadang menahan hamba-Bya dari sesuatu untuk melihat jawaban mereka. Dan ujian serta derita yang paling berat adalah ujian kepada para nabi, dan berikutnya adalah orang-orang yang beriman.
D Yes son. Lantaran mereka memiliki ketabahan yang kokoh untuk memikul berbagai kesulitan. Namun prinsi yang harus engkau camkan dalam benakmu adalah bahwa mustahil bagi Tuhan memikulkan kesulitan kepada manusia yang mana manusia tidak mampu mengembannya. Tuhan adalah adil dan kasih serta tidak membebankan seseorang dengan sesuatu di luar kemampuannya.
S But Dad, kita lihat sebagian orang menderita dari sebuah musibah yang mengharu biru dan mereka berkata tidak mampu mengembannya.
D Hal ini impossible, son. Tuhan tidak membebankan sesuatu kepada seseorang melebihi kemampuan dan kekuatannya. Orang-orang tersebut mampu mengatasi kesulitan mereka dengan kekuatan dan ketabahan yang tidak diketahui oleh mereka. Ingat pengalamanmu kemarin, dapatkah engkau membayangkan bagaimana engkau telah memikulnya sebuah keraguan yang menggoncangkan seluruh tatanan keyakinan beragamamu?
S You’re right Dad. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana aku memikul beban tersebut. Aku pikir bahwa aku akan menjadi seorang kafir atau menjadi seorang gila.
D Kini engkau tidaklah kafir dan tidak juga gila. Engkau mampu mengemban cobaan tersebut, namun engkau tidak yakin terhadap kemampuanmu. Tuhan menjadikannya jelas bagimu dan bagi mereka yang berpikir bahwa mereka tidak mampu mengemban kesulitan tertentu.
S Sembari membaca Qur'an, terkadang saya melewati kisah Ibrahim dan bagaimana Tuhan memerintahkan kepadanya untuk mengorbankan anaknya. Ia bangun dan mengatakan ihwal mimpi itu kepada putranya, Ismail yang dengan segera menyetujui dan berkata: “Duhai ayahku! Lakukanlah yang dititahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan menemuiku dalam kesabaran." Pada saat itu, aku tergoncang rendah di hadapan penyerahan diri ini kepada Tuhan, segala puji bagi-Nya, khususnya ketika Ibrahim memegang pisau di hadapan anaknya. Dad! Tatkala aku memvisualisasikan adegan ini, aku merasa ngeri. Sang anak rebah di atas tanah, sang bapak memegang sebuah pisau tajam di tangan kanannya mengarah ke leher putranya dan kepala putranya berada di sebelah kirinya. Ismail tunduk menyerah kepada ayahnya yang mengayunkan pisau di atas leher orang yang dicintainya, namun pisau tersebut tidak menciderai putranya. Sang ayah berpikir bahwa barangkali hal ini dikarenakan nafsu kebapakannya, lalu ia menekan lebih dalam pisua tersebut untuk menyembelih putranya, namun O God! Pisau itu tidak menciderai dan melukainya. You know Dad, ragaku bergetar manakala membincangkan hal ini.
D  Me too. Aku yakin bahwa hal ini merupakan sebuah cinta kudus yang sejati. Tidakkah engkau melihat suaraku bergetar dan air mataku luruh jatuh tatkala aku mendengarkanmu? Dua cinta agung beradu, namun cinta yang lebih besar (cinta dan ketaatan kepada Tuhan) menumbangkan yang lebih kecil (cinta ayah kepada putranya dan cinta putranya kepada kehidupan)!
S Alangkah besarnya kesabaran Ibrahim dan Ismail dalam ujian ini! Tuhan berfirman:“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menguji hal ihwalmu.” (Qs. Muhammad [47]:31)
D Anakku, para nabi merasakan penderitaan lebih dari ini. Tuhan menguji mereka dengan istri-istri yang menyakiti mereka, anak-anak yang membangkang mereka dan suku yang meninggalkan mereka namun mereka tetap sabar dan kokoh. Dengan demikian Tuhan mengganjari mereka. Engkau tahu bahwa Tuhan mengganjari mereka yang berjuang bersungguh-sunguh.
S Aku berharap aku dapat hidup pada masa ketika para nabi hidup dan beriman kepada mereka, membantu dan berjuang untuk mereka di jalan Allah. Namun, saying harapan dan asa ini tidak akan kunjung terwujud.
D Why not son?
S Bagaimana mungkin sementara kita sangat berjarak abad dengan mereka?
D My son. Tuhan Yang Mahatinggi, berfirman:“Dan barang siapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknyaJadi jalannya jelas dan terang, yaitu dengan mentaati Allah dan [para] Nabi-Nya.” (Qs. An-Nisaa [4]:69)
D Engkau dapat memenuhi harapannya di jalannya, jadi jangan engkau kecewa. Satu hal lagi; tidakkah engkau mencintai mereka?
S  Yes, I do Dad.
D Jadi engkau akan menjumpai mereka di hari kiamat. Di sana, orang-orang akan berkumpul dengan orang-orang yang dicintainya.
S   Anda tidak bermaksud cinta palsu kan?
D Of course not. Cinta sejati adalah yang dapat menuntun kita untuk mengikuti jalan para nabi.
S  Well Dad, kini Anda kembali kepada tema cinta!
D Adakah agama selain cinta? OK son… kini saatnya engkau pergi tidur lebih cepat sehingga engkau dapat bangun salat Subuh. Selamat malam.
S  OK Dad, selamat malam.[]



Bagian Ke-4


Antara Sangsi dan Yakin

S Saya minta maaf Dad, jika kadang-kadang keterusteranganku dipandang kurang sopan.
D Tidak sama sekali. Saya betul-betul memintamu untuk berterus terang, khususnya dalam diskusi ini. Jangan pernah merasa malu atau tidak enak sehingga kita dapat mendiskusikan subjek-subjek ideologis secara bebas demi mencapai pandangan-pandangan solid yang memiliki kekebalan dan imunitas melawan penyimpangan. Pandangan-pandangan yang diperuntukkan hanya untuk sekedar memuaskan yang lain tidak akan survive melawan keraguan dan hawa nafsu.
S Thanks a lot Dad. Saya betul-betul merasa comfortable dengan kehangatan ini, dalam suasana yang bersahabat kendati atmosfer ini bukan hal yang baru bagiku. Anda selalu memperlakukanku seperti seorang teman sebagai tambahan sebagai ayahku.
D  Merajut tali persahabatan yang erat dengan seorang anak muda merupakan sebuah kebutuhan. Menjadi seorang ayah yang sukar didekati atau tidak mudah untuk diajak gaul, berpotensi mengembangkan benih-benih perpisahan dan jarak. Jarak ini boleh jadi menuntun kaum muda untuk mencari hubungan alternative untuk mengisi kesenjangan ini. Dalam beberapa situasi seorang kawan yang jahat dengan maksud buruk dapat melintasi jalan sang anak dan memboyongnya keluar dari rumah. Kemudian kawannya itu akan mengikuti jalan alternatif yang membentuk karakter anak; sang ayah terkadang memperhatikan masalah ini ketika segalanya sudah terlambat.
S Semoga Tuhan memberkatimu Dad, karena memperlakukanku dengan semangat persahabatan.
D Jadi kini, dalam suasana persahabatan ini, saya memintamu untuk berterus terang seterus terang mungkin dan mendiskusikan seluruh masalah-masalah keagamaan yang engkau ragu tentangnya, bahkan isykalan atau pengingkaran. Bebaslah. Anakku, engkau tahu, menjaga keraguan dan kesangsian yang tidak terpecahkan dalam benakmu bersama rasa malu dan takut karena dipandang picik pandangan akan memiliki pengaruh buruk bagimu. Di masa mendatang, engkau boleh jadi menghadapi seseorang yang akan menjawab keraguanmu itu dengan jawaban yang keliru yang boleh jadi hasilnya mendorongmu jauh dari agama. Kemudian engkau barangkali tidak menemukan orang yang tepat untuk berkonsultasi dan memecahkan masalah yang engkau hadapi. Lalu, semoga Tuhan menjauhkannya, engkau akan berada dalam wilayah kekuasaan setan yang akan menyimpangkanmu dari jalan menuju Tuhan.
S  Puji Tuhan. Nampaknya Anda mengetahui apa yang ada dalam benakku. Saya telah lama mengidap beberapa keraguan ihwal aspek-aspek yang beragam dalam agama dan saya ingin mendiskusikannya denganmu, tapi saya tidak mampu. Saya tidak ingin menyembunyikannya lalu saya mencoba untuk mendiskusikannya dengan beberapa orang untuk menemukan jawabannya dan akhirnya saya mendapatkan seorang alim yang menjadi wakli dari sebuah institusi agama. Usia orang itu kurang lebih delapan puluh tahunan. Tatkala aku mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya, ia menunjuk ke arah kupingnya. Saya mengulangi pertanyaanku dengan suara yang lebih keras dan saya tidak mampu menangkap jawabannya; kelihatannya ia tinggal di era lain yang berbicara tentang hal-hal pra sejarah yang saya tidak mengerti. Kemudian, saya sadari bahwa ia hanya mampu menjawab iya atau tidak, halal dan haram. Pertanyaanku memerlukan lebih dari sebuah jawaban yang singkat, iya atau tidak, saya tidak diberikan perhatian yang seharusnya. Ketika saya melihat di sekeliling, saya tidak menjumpai orang seusiaku untuk aku ajak berdiskusi. Saya tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekelilingku, kecuali sebuah diskusi beberapa orang peniaga yang berkompromi dalam hal masalah iuran yang harus dipungut seolah-olah Nabi Muhammad diutus untuk menjadi pemungut iuran, bukan untuk menjadi pembimbing manusia! Kemudian saya mendengar bahwa uang ini diniatkan untuk digunakan dalam urusan keagamaan. Tatkala aku mendekat untuk bertanya, mereka tidak menjawab.
D Wait a minute, son. Engkau tidak dapat berkata seperti ini. Pilihlah jalanmu dengan lembut dan ikuti mereka yang berpaling kepada Tuhan tanpa penyesalan. Jangan benci orang-orang seperti itu; mereka banyak membantu diwilayah mereka; mereka banyak melalukan bakti untuk masyarakatnya. Jadi tidak fair membandingkan gaya kuno dengan gaya sekarang.
S Tapi Dad, dapatkah Anda percaya bahwa Nabi Saw hanya sekeder menjawab pertanyaan? Yang hubungannya dan tanggun jawabnya dibatasi hanya kepada para peniaga? Apakah beliau mengabaikan kaum muda?
D No! Never! Beliau menjawab seluruh pertanyaan tentang ideologi, akhlak dan ahkam. Ia menasihatkan dan mendakwahkan tanpa memandang rendah kepadanya atau melihat ada cacat dan celanya. Pokoknya, seluruh nabi menaruh perhatian kepada para pemuda yang membangun front terdepan dari kaum beriman dalam memikul tugas samawi. Apakah engkau tidak membaca: “(Pada mulanya) tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan segolongan orang yang berasal dari keturunan kaumnya dalam keadaan takut bahwa Fira‘un dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fira‘un itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi.Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Yunus 20:72) Keturunan ini adalah orang-orang muda yang sangat antusias dan berkorban dengan tulus ikhlas. Demikianlah yang dilakukan oleh Ashabul Kahf (Seven Sleepers of Ephesus) dan sebagaimana engkau tahu bahwa mereka bukanlah orang-orang muda, akan tetapi mereka adalah orang-orang muda"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Qs. Al-Kahf [18]:13)
S Kita perlu seorang alim yang berjumpa dengan masyarakat dan bergabung dengan mereka, mengerjakan shalat dengan mereka dan menyampaikan ceramah kepada mereka. Seorang alim yang menjawab pertanyaan secara langsung dan memecahkan permasalahan masyarakat, mengikuti perkembangan dunia mereka, kejadian-kejadian yang berlaku dan mengerti pengaruh mereka terhadap masyarakat. Kita membutuhkan seorang alim yang membuat keputusan yang proporsional dan tidak merasa puas dengan menerbitkan buku-buku yang sukar untuk dipahami yang memerlukan penafsiran dimana seorang terpelajar atau mahasiswa tidak dapat memahaminya. Kita memerlukan seseorang yang menulis untuk orang kebanyakan. Agama berurusan dengan seluruh lapisan masyarakat dan diturunkan sebagai petunjuk untuk seluruh manusia. Tuhan mengutus seorang nabi, yang menjadi rahmat untuk semesta, untuk berbicara dengan masyarakat sesuai dengan tingkat pemamahan mereka sehingga mereka dapat menangkap apa yang ia katakan. Ia bertanggung jawab untuk menunjukkan dakwah yang mahir dan jelas. Bukan sekedar ceramah namun Nabi Saw meyakinkan dirinya bahwa orang-orang memahami apa yang ia sabdakan dan terkadang ia bertanya: "Apakah sudah kusampaikan apa yang seharusnya kusampaikan?"
D Benar, Son. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an: Kami tidak mengutus seorang nabi kecuali ia mampu berkomunikasi dengan masyarakatnya sesuai dengan bahasa mereka.
S Akankah kita saksikan ketika seluruh rintangan yang menghalangi antara kaum ulama dan rakyat, khususnya kaum muda, dapat disingkirkan dan menjadi mungkin untuk berkomunikasi dengan mereka melalui internet dan menanyakan isu-isu agama melalui media virtual ini?
D Mereka telah melakukan hal tersebut, namun kami pikir bukan itu masalahnya. Tatkala hal ini terjadi, engkau dapat mengajukan setiap pertanyaan dan mengekspresikan seluruh keraguanmu tanpa secuil masalahpun. Nabi Saw dan keturunannya yang suci mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada rasa malu dalam membicangkan urusan agama, sebagaiman kata mereka, "Bertanyalah, lantaran pertanyaan merupakan kunci ilmu pengetahuan." Agama kita merupakan agama logis dan rasional, oleh karena itu mengapa ktia harus takut pertanyaan-pertanyaan kaum muda? Apakah kita tidak mempunyai jawaban-jawaban rasional? Bertanyalah apa yang engkau tanyakan, Nak. Bertanyalah segala hal; jangan engkau simpan keraguan tentang agama dalam benakmu.
S Well, pertanyaan pertama adalah mengapa engkau katakan beberapa waktu yang lalu bahwa salatku tidak diterima?
D Lantaran ucapanmu: Engkau salat karena engkau diperintahkan untuk salat. Oleh karena itu seluruh salatmu tertunaikan hanya untuk mentaatiku; dengan demikian, salat itu kurang perhatian yang seharusnya dan tidak sah. Jika engkau menunaikan salat semata-mata untuk Tuhan bukan untukku, maka salat itu merupakan salat yang benar dan sahih.
S Tapi saya mengerjakan salat sebagai bentuk ketaatanku kepada Tuhan dan kepada Anda.
D Apakah saya adalah sekutu bagi Tuhan?
S Tidak. Mari saya jelasakan masalah ini: Merupakan sebuah keharusan bahwa seorang muslim harus mentaati perintah Tuhan saja, bukan yang lain: Pertama, ia memerintahkan orang lain untuk menuruti perintah Tuhan. Kedua, perintah Nabi Saw tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Dengan memperhatikan ayat, "Taatilah Allah, dan taatilah Rasul," engkau berkesimpulan bahwa mentaati Rasulullah adalah sama dengan mentaati perintah Tuhan. Jadi jika kita mematuhi perinta dan tidah Rasulullah, maka sesungguhnya kita mentaati Allah. Allah berfirman: “Ia yang mentaati Rasulullah, sesungguhnya mentaati Allah."
S Ketika aku diperintah untuk mengerjakan salat, ketaatanku kepadamu merupakan hasil dari aturan yang pertama. Yaitu mentaati Seseorang, yang memerintahkan untuk mentaati Tuhan.
D Kalau demikian adanya, ketaatan itu merupakan ketaatan kepada Tuhan, bukan kepadaku.
S Dad, Maukah Anda memberikan gagasan jelas ihwal mentaati orang lain. Kapan hal tersebut dipandang diterima (maqbul) dan kapan dipandang sebagai syirik?
D Kriterianya, sangatlah mudah. Engkau bisa mendapatkannya sendiri. Manusia tahu akan dirinya sendiri. Terapkanlah hal ini pada dirimu. Kapan saja engkau menghadapi sesuatu, bertanyalah kepada dirimu apakah hal itu diizinkan oleh Tuhan atau tidak. Bila hal itu melawan perintah Tuhan, maka hal itu dipandang sebagai dosa dan pembangkangan.
S Cukup jelas.
D Dan jika engkau melakukan sesuatu sejalan dengan keridaan Tuhan, tanyakanlah kepada dirimu: Jika hal itu bakalan membuat Tuhan benci, akankah engkau melakukan hal tersebut? Jika demikian, maka hal itu merupakan sesuatu yang dilarang (haram).
S Jadi saya harus senantiasa sadar akan keberadaan Tuhan dalam benakku, dan bekerja keras untuk membuatnya rida. Saya harus mengingat hal ini sebagai sebuah kriteria untuk seluruh perbuatannku.
D Dan berpikir tentang segala sesuatu berjalan sesuai persetujuan Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
S Wonderful, menakjubkan .
D Oleh karena itu, jika salatmu dikerjakan untuk menyenangkan ayahmu dan jika saya memintamu untuk berhenti mengerjakan salat, dan engkau akan memenuhi hal itu, maka salat macam ini tidak hanya tidak diterima, tapi juga termasuk perbuatan syirik..
S Perbuatan syirik?!
D Iya, lantaran engkau mencari keridaanku bukan keridaan Allah. Niatmu adalah untuk mentaatiku bukan memenuhi titah Tuhan.
S Kalau begitu, saya harus berpikir hati-hati dan seksama dalam perbuatanku untuk tidak terjebak ke dalam liang kemusyrikans.
D That’s right son, syirik menembus jiwa manusia secara diam-diam dan merusaknya sebagaimana cuka merusak madu.
S Saya membaca bahwa syirik merembes ke dalam jiwa manusia lebih pelan dari seekor semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap gulita.
D Iya, demikianlah perbuatan syirik. Di samping itu, syirik dapat menembus selagi kita menunaikan tugas kita tanpa disadari. Apakah engkau pernah mendengar hadis, yang berkata: “Barang siapa yang menyandarkan telinganya kepada seorang pembicara, ia akan mentaatinya; jika si pembicara bercerita tentang Tuhan, mereka akan mentaati Tuhan, dan jika ia berbicara ihwal Setan, ia akan memenuhi perintah Setan?"
S  O God! Betapa banyak pengikut Setan di luar sana?
D Mereka bahkan tidak tahu jumlahnya.
S Bagaimana seseorang dapat mensucikan dirinya dari perbuatan syirik tersembunyi?
D Ia harus membebaskan hatinya dari cinta kepada harta dan hasrat hidup, dan meninggalkan seluruh harta bendawi kemudian tinggal bersenang-senang hingga hari Kiamat. Seseorang harus mengabaikan segalanya kecuali keridhaan Tuhan. Hal ini berarti bahwa ia harus melonggarkan jalinan eratnya dengan keturunannya, istri, kerabat, harta dan rumah dan merajut hubungan erat dan mesra dengan Dia yang menganugerahkan kepada kita keturunan, istri, kerabat, harta dan rumah. Dialah yang memberi dan mengambil dan kemudian memberi lagi. Demikian jika umat manusia berpaling dari semesta kepada sumbernya, mengarahkan hasratnya dan cinta kepada Sang Pencipta sebagai ganti makhluk dan tidak memikirkan kehidupan dan harta, kemudian manusia dapat menjadi seorang Ilahi, yang secara jujur berkata kepada Tuhan: “Segala puji bagi-Mu lantaran telah mensucikan hatiku dari noda kemusyrikan."
S Apakah yang lebih utama dari kedudukan semacam itu dan siapakah yang lebih beruntung dari seseorang yang telah menggapai kedudukan ini!
D Apakah engkau belum mendengar apa yang disabdakan oleh Imam 'Ali: "Tuhanku! Mereka yang kehilanganMu, tidak menemukan apapun, dan mereka yang menemukanMu tidak kehilangan apapun.”
S  Tell me more, Dad.
D Seseorang yang berbakti kepada Tuhan menjelaskan ihwal meninggalkan kesenangan hidup dan berpaling kepada Tuhan dana berkata: "Dimanakah para raja-diraja dan keturunannya menikmati kesenangan ini? Seseorang yang lain berkata: "Kami berada dalam kesenangan, sekiranya para raja mendengarnya, mereka akan memerangi kita dengan menghunus pedangnya untuk merebut kesenangan ini."
S Saya, sesungguhnya, merasakan kenikmatan berdoa kepada Tuhan, khususnya di sepanjang shalat malam, tatkala orang-orang tidur dan tidak terdengar suara kecuali getaran suara hamba yang bercengkerama dengan Tuhan, memandang ke langit dengan bintang-gemintang yang berkilauan. Nampak seakan-akan bintang gemintang itu memuja Tuhan dan sang hamba berkata: “Mahasuci, Mahatinggi…" atau seakan-akan mereka sekedar menjadi para saksi dalam sidang kesadaran. Mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, tiada pencipta selain Tuhan, tiada yang memberikan rezki kecuali Tuhan. Umat manusia bergabung dengan para makhluk ini untuk menginspirasi ayat suci berikut ini: "Apa saja yang berada di langit dan di bumi bersujud di hadapan Allah." Jadi seseorang merasakan integrasi dengan segenap makhluk dalam kenikmatannya, sujud yang panjang dan tatkala ia mengangkat kepalanya dan memandang di sekeliling, ia melihat mereka yang telah tenggelam dalam tidur lelapnya, menyesali mereka yang telah kehilangan kesempatan ini! Betapa malangnya mereka.
D Menyeru Tuhan di keheningan dan kebeningan malam hari merupakan sebuah latihan dan pelajaran dalam mengenal-Nya. Ia merupakan secawan cinta bagi Tuhan dan kenikmatan yang menggembirakan seseorang yang mendapatkannya. Selamat kepadamu Nak, atas kedekatanmu kepada Tuhan.
S But Dad, bagaimana aku dapat mendekat kepada Tuhan selama aku masih memiliki pertanyaan yang engkau motivasi untuk aku tanyakan kepadamu?
D O son! Minatmu dalam menyampaikan dan mengejar keraguan-keraguan serta pertanyaan-pertanyaamu itu membuktikan akan keseriusanmu dalam agamamu dan keyakinanmu.
S Dad, Anda yang memotivasiku dan membuatku merasa santai. Saya akan memulai dengan sebuah pertanyaan sederhana?
D  Silahkan, go ahead.
S Anda berkata bahwa fitrah yang terjaga atau argumen fitrah merupakan pemandu utama yang menuntun kita untuk membuktikan keberadaan Tuhan.
D   Iya betul, aku berkata demikian.
S Apakah argumen ini merupakan satu-satunya argumen dan burhan yang ada dalam membuktikan keberadaan Tuhan?
D Tidak, namun argument ini merupakan argumen yang mudah untuk dicapai, tersedia dan argumen siap pakai tatkala diperlukan. Tapi argumen tersebut bukanlah satu-satunya argumen yang tersedia.
Argumen tersebut persis seperti ASI bagi seorang bayi; ia berpaling kepadanya bilamana ia merasa lapar. Jumlah argumen yang membuktikan keberadaan Tuhan sepadan dengan jumlah desah nafas makhluk-Nya, dan jumlah bebatuan dan pasir-pasir.
S Permisalan fitrah kepada ASI ibu bagi seorang bayi merupakan permisalan yang menarik. Saya ingat adikku pada hari pertamanya taktkala ia menangis dan mencari ASI ibu dan ia tidak merasa tenang hingga Ibu menyusuinya; nampaknya ia telah mengetahui hal ini; ia kemudian merasa tenang dan puas dengan apa yang diberikan kepadanya. Saya bertanya kepada diriku ketika itu: Siapa yang mengajarkan makhluk lemah yang baru saja lahir ke dunia ini tentang darimana mendapatkan makanan?
D Ia diarahkan untuk memenuhi kebutuhannya melalui insting. Insting menghubungkan seorang manusia dengan kebutuhan naturalnya, dan hal ini tidak memerlukan pengetahuan sebagiamana yang engkau saksikan pada bayi yang baru lahir. Hal yang sama diterapkan pada keberadaan Tuhan. Manusia secara instingtif merasa butuh kepada Tuhan dan mencarinya adalah ibarat bayi yang mencari ASI ibunya. Tatkala ia mendapatkannya, ia akan merasa tenang dan nyaman. Tidak ada argumen rasional dalam masalah fitrah akan keberadaan Tuhan sebagaimana engkau tidak akan temukan alasan mengapa seorang bayi mencari ASI ibunya. Hanyalah perasaan instingtif kebutuhan terhadap Tuhan yang dimiliki oleh setiap orang dalam kelemahannya tatkala ia melepaskan seluruh ketergantungan material dan berpaling sepenuhnya kepada Tuhan tanpa ia mampu memberikan kepada pembenaran teoritis atau analisa ideologis terhadap perbuatannya.
S Lalu mengapa semua orang tidak beriman kepada Tuhan? Bukankah benar bahwa sifat tersebut terdapat pada seluruh manusia? Benarkan bahwa tabiat dan sifat tersebut tidak pernah mati?
D Tetapi terkadang ia bersikap tidak fair.
S Iya. Terkadang ia bersikap tidak fair. Namun ia ada, lalu mengapa banyak orang tidak beriman kepada Tuhan, padahal hal ini merupakan realitas kasat mata dan kita melihatnya dalam banyak ayat:“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.” (Qs. Yusuf 21:202)
D Pertanyaan yang baik. Saya sangat senang kau bertanya pertanyaan semacam ini untuk mengerangka imanmu di atas dasar yang kukuh dan tanpa keraguan pada sebuah lingkungan yang sehat jauh dari taklid kepada orang tua dan ideologi yang mengancam. Sekarang dengarkan jawabannya: Ayat menegaskan:“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.” (Qs. Yusuf [12]:103) Ayat ini dan ayat-ayat yang serupa dengannya berbicara secara umum tentang konsep keimanan dan beberapa bagian lainnya yang mencakup bahasan yang cukup luas seperti beriman kepada Tuhan, para nabi, hari Kiamat dan komitmen terhadap ketaatan kepada Allah. Mukmin sejati yang memiliki kepercayaan semacam ini jumlahnya kurang dan dalam kondisi minoritas. Namun, beriman kepada keberadaan Tuhan merupakan keyakinan yang bersifat umum yang terdapat di setiap daerah dan waktu. Engka tahu bahwa beriman kepada Tuhan merupakan keistimewaan bagi umat manusia sepanjang perjalanan sejarah. Dalam perspektif ilmiah, tatkala sesuatu bertautan dengan kemanusiaan di sepanjang masa dan tempat maka hal tersebut dipandang sebagai bagian integral kehidupan manusia dan bukan sekedar sebuah fenomena. Jika ia sebuah fenomena, ia akan hilang pada setiap waktu dan kemudian muncul kembali pada waktu dan tempat yang berbeda. Sebagaimana yang engkau lihat, beriman kepada Tuhan terdapat pada masa lalu dan masa kini serta akan senantiasa berlanjut di masa mendatang. Dengan demikian, beriman kepada Tuhan bertautan dengan naluri manusia dan tidak dapat dipandang sebagai kasus abnormal dalam pentas sejarah. Hal ini bermakna bahwa beriman kepada Tuhan adalah seperti: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Qs. Ar-Rum [30]:30)
S Lalu mengapa yang minoritas ini tidak beriman kepada Tuhan?
D Lantaran fitrah mereka telah tercemar. Tidakkah engkau melihat bagaimana selera bayi berubah tatkala ia menderita sakit; ia akan berpaling dari ASI ibunya? Naluri natural dapat rusak dengan cara sepert ini dan kemudian meninggalkan ibadah kepada Tuhan. Laksana bayi yang kembali menyedot ASI ibunya tatkala keadaannya telah pulih. Hal ini adalah naluri. Ia akan kembali kepada Tuhan setelah sembuh.
S Dan penyembuhan ini dapat menjadi sebuah kejutan atau bahaya yang tak dapat terhindarkan dimana seseorang tidak dapat menghadapinya.
D Well-done! Penyembuhan ini membantu bahka orang-orang yang sangat jauh dari Tuhan. Bayangkan seseorang yang tidak hanya menyembah berhala, tetapi juga mengklaim sebagai tuhan. Fir’aun pernah berkata: “Akulah tuhanmu yang mahabesar.” Tabiat orang semacam ini, ketika berhadapan dengan sang maut, bangun dan kemudian menyatakan imannya tatkala ia berkata:“hingga bila Fira‘un itu telah hampir tenggelam, ia berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra’il, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) .” (Qs. Yunus [10]:90) Jadi engkau melihat orang yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan kembali kepada fitrahnya tatkala menghadapi kondisi genting, oleh karena itu sangat natural bagi mereka yang kurang tercemar dengan kekafiran dan kemusyrikan untuk melakukan hal yang sama.
S Terima kasih atas pelajaran ini Dad, namun saya masih memiliki pertanyaan lainnya.
D Go ahead (Silahkan).
S Anda katakan: Iman bertautan dengan fitrah manusia dan buktinya adalah bahwa setiap orang pada setiap tempat dan waktu beriman kepada Tuhan.
D Yes.
S Namun kita melihat kekafiran tersebar di sepanjang sejarah. Bagaimana Anda menjelaskan masalah ini?
D Hal ini dapat ditelusuri melalui tindakan saudaramu yang masih bayi ketika ia lapar.
S Apa? Saudaraku yang masih bayi! Bagaimana? Saya dapat memahami tauhid melalui saudaraku yang masih bayi itu. Tapi, bagaimana kekafiran dapat dilacak?
D Apakah engkau pernah melihatnya mengisap jarinya sebagai ganti meminum ASI ibunya?
S Oh..iya..iya.. Ia mencari sumber makanan, dan jika ia salah atau tidak dapat menemukannya; ia mengisap jarinya sebagai alternatif.
D Demikian juga kemusyrikan, fitrah secara salah mendapatkan alternatif yang salah. Kesalahan ini terjadi lantaran beberapa alasan eksternal, seperti absennya ibu si bayi yang menuntunnya mengisap jarinya. Sebagaimana engkau tahu, setelah beberapa lama si bayi menolak jari tatkala rasa lapar m menderanya dan mengisap jari tidak akan memberikannya ASI. Demikian juga, seorang penyembah berhala boleh jadi meninggalkan sesembahannya tatkala ia menghadapi kondisi kritis dan genting yang memaksa fitrahnya untuk muncul kembali ketika berhala-berhala tersebut tidak mampu memuaskan tuntutan batinnya untuk kembali bersatu dengan tuhan sebenarnya, yaitu Tuhan.
S Thanks God and thank you Dad (Terima kasih Tuhan dan terima kasih Dad). Biarkan saya menyimpulkan dari apa yang saya pahami dari perbincangan kita. Fitrah yang menalar merupakan perasaan natural yang dimiliki oleh setiap orang sebagai panduan menuju kepada Tuhan. Jenis pembuktian ini merupakan pembuktian spiritual, ketertarikan naluri dan bukan pembuktian rasional dan intelektual. Dia adalah kekuatan pamungkas (ultimate) dan ghaib yang menjadi sandaran akhir manusia tatkala ia tak berdaya. Ketertarikan fitri kepada Tuhan berkurang sebagai akibat perbuatan dosa dan penyimpangan yang dilakukan berulang-ulang. Tapi ia kembali bekerja tatkala manusia menghadapi multi krisis yang menderanya. Dengan demikian, fitrah yang menuntun manusia dan membawanya kembali kepada Tuhan.
D Kesimpulan yang engkau ambil merupakan kesimpulan yang luar biasa. Apakah engkau memiliki pertanyaan lain, atau ingin saya tambahkan?
S Please go ahead (Silahkan).
D Dulu terdapat sebuah ideologi yang muncul pada abad kedua puluh. Ideologi ini muncul dan bertahan selama delapan puluh tahun, tapi kemudian tumbang lantaran kegagalannya memenuhi panggilan fitrah manusia. Fenomena ini, khususnya selama kegagalannya, sangat berkaitan dengan subjek perbincangan kita.
S Apaan tuh, Dad?
D Ideologi itu adalah ideologi Leninisme dan Marxisme atau Komunisme yang muncul pada awal abad kedua puluh dan mengatur setengah dari wilayah Dunia Timur. Kira-kira sepertiga penduduk dunia takluk kepada kekuasaan itu. Kekuasaan itu berkuasa kurang lebih 45 tahun lamanya dan didukung oleh kekuatan politik, ekonomi dan militer raksasa. Ancaman dan siksaan secara intensif digunakan untuk menyebarkan atheisme. Tapi apa yang menjadi hasilnya? Hasilnya adalah benturan keras dan kegagalan jelas seluruh usaha raksasa tersebut yang berlangsung sepanjang waktu itu dan melibatkan dua generasi yang didominasi dan dibesarkan dalam atmosfer komunisme. Atheisme tidak dapat hidup lama, dan masyarakat tidak menerima ideology menyimpang komunis ini. Kendati dengan segala usaha dan upaya, masyarakat tetap menjalin hubungan mereka dengan Tuhan. Kini, orang-orang atheis adalah minoritas dan orang-orang beriman adalah mayoritas di seluruh penjuru dunia. Hal ini membuktikan bahwa iman inheren dalam diri manusia dan ia tidak didapatkan melalui asuhan dan masyarakat.
S Jika keyakinan dan iman diperoleh melalui jalan nurture dan masyarakat, ia akan sirna sebagai hasil dari pendidikan ideologi baru yang dipraktikkan oleh puak-puak komunis selama 45 tahun pada abad silam dan tidak menyisakan setiap aspek agama tanpa terjungkal. Ajaran komunis menyuntikkan pemikiran atheistik di sekolah-sekolah, jalan-jalan, radio, televise, stadion, kamp-kamp militer dan dimana saja ada lisan untuk bercuap-cuap, telinga untuk mendengar dan mata untuk melihat. Meski dengan seluruh propaganda ini, iman kepada Tuhan tetap tak tergoyahkan dan atheism yang terpuruk.“Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Hak, sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Qs. Al-Hajj [22]:64)
D “Tuhan Yang Mahakuasa adalah hak.” Baik sekali, son.
S“Dia-lah Allah Yang tiada tuhan selain Dia, Raja Diraja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Mengawasi, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan.” (Qs. Al-Hasyr [59]:23)
D Syukur kepada Tuhan karena telah membimbing kita ke jalan ini, dimana kita tidak menemukan yang lain kecuali rahmat-Nya. OK nak, sekarang pergilah tidur. Selamat malam! []





Bagian Ke-5


Tuhan atau Tabiat

D Apakah engkau telah memikirkan obrolan kita kemarin tentang tabiat?
S Certainly Dad, Saya memikirkannya dalam-dalam. Obrolan itu telah menyisakan kesan yang luar biasa dalam hati dan benakku. Saya telah meninjau ulang seluruh konsep-konsepku. Di lubuk jiwaku yang terdalam saya mencari bukti atau argumen batin yang Anda namai itu.
Saya sangat menderita pada tingkat permulaan ketika saya menguji sejumlah pemikiran-pemikiran besar yang saya pelajari dari kehidupanku. Dan kemudian saya harus mengeyahkan segala yang saya warisi dari masa lalu dan terima dari orang-orang. Lalu saya beranjak semakin dalam seolah-lah saya ingin menemukan sebuah cincin kecil yang berharga yang telah jatuh di sebuah sumur yang dalam sehingga seakan-akan saya ingin mengosongkan air sumur itu untuk menemukan cincin tersebut yang tergelatak di dasar sumur.
D Well done…(baik sekali)
S Akhirnya tatkala saya mencapai dasar sumur setelah menghilangkan segala sesuatu yang saya warisi atau peroleh dalam hidupku, saya berjumpa dengan jiwaku yang telanjang dari segala kebiasaan sosial dan ajaran budaya. Saya menjumpai sebuah kecendrungan asli dan orisinil, bahkan kecenderungan yang sangat kuat. Namun kecendrungan orisinil bertaut dengan sebuah kekuatan yang sangat ultimate, yang mampu melakukan apa saja dan mengetahui segala sesuatu. Saya juga merasa bahwa Kekuataan ini juga sangat dekat kepadaku, dapat mendengar pekikan batinku, denyut pikiranku dan bahkan irama hatiku. Saya juga merasa bahwa Kekuatan ini mencintaiku dan saya juga mencintai-Nya. Saya mengenal kekuataan ini. Inilah kekuatan yang menyelamatkanku dari gelombang tinggi dimana saya nyaris karam ketika Anda mulai berbicara denganku. Saya telah menemukannya, Dad. Saya telah menemukannya.
D Apa yang telah engkau capai sepanjang perjalanan ini menyelam hingga kedalaman fitrahmu adalah iman yang kokoh dan tak-terguncang yang secara kuat mencengkram dan bersemayam di kedalaman jiwa setiap manusia.
S Lalu bagaimana bisa sebagian orang mengingkari keberadaan-Nya?
D Mereka melakukan hal ini melalui penipuan dan pemalsuan, yang disinggung dalam al-Qur’an sebagai:“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan itu.” (Qs. An-Naml [27]:14)
S Celakalah orang-orang tersebut! Alangkah kasihannya. Duhai malangnya!
D Jangan merasa bersedih atas orang-orang ini.
S Pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan memerlukan banyak pemalsuan dan kelancangan. Ia juga memerlukan keberanian untuk berpaling dari panggilan baik panggilan jiwa dan akal serta jauh dari tabiat dan kesadaran manusia.
D Tiada seorang pun yang dapat menafikan keberadaan Tuhan, putraku. Namun mereka memberikan nama-nama lain bagi Tuhan, atau mencirikannya dengan berbagai sifat dan perbuatan.
S Bagaimana bisa seperti itu, Dad? Bagaimana Anda dapat berkata demikian? Kitab-kitab resmi banyak membicarakan tabiat (nature). Iya, nature – sebagaimana yang mereka sebut – mendominasi seluruh semesta dan menata aturannya dengan bijak dan sempurna.
D Mereka memberikan nama lain untuk Tuhan. Mereka menyebut-Nya “Tabiat” baik secara tidak sadar atau keras kepala. Oleh karena itu, ketika engkau bertanya kepada mereka tentang tabiat, mereka akan berkata “Ia merupakan kekuatan yang mendominasi semesta, memiliki kemampuan ultimat, pengetahuan dan kebijaksanaan mutlak.” Sebagaimana yang engkau lihat, seluruh karakteristik ini tidak dapat dijumpai selain Pencipta semesta. Perbedaan antara kita dan mereka hanya terdapat pada terminologi. Mereka menyebut sang Pencipta “Tabiat,” sementara kita memanggilnya “Tuhan.”
S Terdapat perbedaan lain, Dad.
D Perbedaan apa itu?
S Kita menyembah dan beribadah kepada Tuhan, tapi mereka tidak menyembah tabiat.
D Saya kira mereka menyembah tabiat, son.
S Bagaimana mereka menyembahnya?
D Memuja sesuatu dan berserah diri di hadapan kebesarannya merupakan inti ibadah. Mereka memuliakan tabiat dan merendah di hadapannya, oleh karena itu, mereka beribadah kepadanya. Setan telah memperindah perbuatannya dan memalingkan mreka dari jalan yang sebenarnya.
S Apa yang membuat mereka berpaling dari Tuhan, yang menciptakan mereka?
D Jika mereka mengakui keberadaan-Nya, mereka mewajibkan diri mereka untuk mentaatinya. Tapi mereka tidak melakukan hal ini. Mereka hanya mengikuti hawa-nafsu mereka. Oleh karena itu, mereka menyembah hawa nafsunya, sementara kita menyembah Tuhan.
S Sudihkah Anda menjelaskan hal ini secara rinci Dad? Anda baru saja berkata bahwa makna ibadah adalah memuja objek ibadah.
D Dan makna lainnya adalah mentaati orang yang disembah. Jadi, jika kita mentaatinya, kita beribadah kepadanya. Dan jika kita mentaati hawa nafsu kita, kita beribadah kepadanya. Tidakkah engkau membaca al-Qur’an:“Apakah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?” (Qs. Al-Furqan [25]:43) Jadi orang yang menuruti hawa nafsunya membuat hawa nafsu ini sebagai tuhannya. Hal ini bermakna bahwa ia beribadah kepada hawa nafsunya. Setiap orang atau segala sesuatu yang ditaati (selain Tuhan) adalah tuhan dalam pandangan ini.
S Kemudian terdapat banyak redaksi “ibadah”, dan redaksi “Tuhan,” bukankah demikian?
D Iya, memang demikian. Kita akan membahas permasalah ini secara detail nanti.
S Kini, mari kita kembali ke isu utama tentang argumen fitrah yang menuntun setiap manusia kepada Tuhan. Saya telah mencari ayat-ayat al-Qur’an yang berkisah tentang argumen fitrah secara khususnya ayat yang bertautan dengan perjalanan laut.
D Apakah engkau telah menemukan argumen ini dalam ayat tentang perjalanan di laut?
S Yes, Dad. Saya telah menemukan ayat ini (sembari membuka al-Qur’an) pada surah Yunus. Pada ayat 11, Tuhan berfirman: “Dia-lah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpa mereka, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan dengan tulus hati (sembari berkata), “Sesungguhnya jika engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”
D Dalam kamus al-Qur’an engkau akan temukan seluruh ayat yang berbicara tentang perjalanan dengan laut pada halaman yang sama. Kebanyakan dari ayat-ayat tersebut berbicara tentang tauhid.
S Saya akan kembali ke subjek index al-Qur’an pada waktu yang lain, sekarang saya memiliki beberapa pertanyaan.
D Silahkan. Tanyakan segala sesuatu yang engkau sukai, lantaran kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya.
S Saya memiliki dua pertanyaan; Pertama: Apakah al-Qur’an menyuguhkan bukti selain bukti (argumen) fitrah untuk membuktikan keberadaan Tuhan? Kedua: Bagaimana al-Qur’an beradu-argumen dengan orang-orang musyrik? Dan pertanyaan ketiga..eh..eh saya lupa, saya kira dua pertanyaan cukup bagiku sekarang ini.
D Tidak, son. Jangan biarkan pertanyaan apa pun ihwal agama tersembunyi dalam benakmu tanpa mencari jawabannya. Bertanyalah.
S But, Dad, ada banyak pertanyaan, beberapa saya dengan dari kawan-kawanku dan sebagian dari para guru di sekolah, khususnya mereka yang tidak beriman kepada Tuhan. Saya juga baca beberapa hal di sana-sini dalam buku dan majalah yang berbeda, atau mendengarnya di media, dan banyak lagi yang membangkitkan kecurigaan tentang aspek yang beragam dari agama, dan terus-terang, dapat mengguncang iman.
D Atas alasan itulah mengapa saya memintamu untuk bertanya dan kemukakan pertanyaan-pertanyaan secara terang-terangan tanpa ada keraguan, rasa malu atau kuatir.
S Tapi, Dad, saya dengar bahwa kebiasaan banyak bertanya tidak dianjurkan, dan Tuhan telah melarang kebiasaan ini dalam al-Qur’an. Tidakkah Anda telah membaca ayat ini:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkanmu.” (Qs. Al-Maidah [5]:101) Terlebih, ada sebuah kisah Baqarah (sapi) dan Bani Israel dan bagaimana mereka diuji dan mendapatkan kemalangan karena banyak mengajukan pertanyaan.
D Dengarkan sebentar, son. Hal ini merupakan subjek yang sama sekali berbeda. Bertanya dilarang jika ia bakalan merugikan; bertanya yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan keyakinan beragama, tetap bertanya sesuatu yang remeh yang tidak membantu setiap orang. Sebuah contoh dari kisah sapi di atas dalam surah al-Baqarah. Tuhan meminta Bani Israel untuk mengorbankan seekor sapi. Cukup bagi mereka menuruti titah dan mengorbankan sapi yang tersedia. Jika mereka melakukan apa yang dititahkan, itu untuk kebaikan mereka sendiri. Namun mereka mulai bertanya tentang ciri-ciri, warna dan perangai sapi. Tatkala Tuhan melihat keraguan, pembangkangan dan penundaan yang mereka lakukan dalam menunaikan perintah, yang mengabarkan penyimpangan dan hasrat mereka untuk menunda dan menolak, Tuhan menyempitkan skop pemilihan sebagai hukuman atas penolakan dan penundaan dalam memenuhi titah Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dilarang. Namun, yang berkenaan dengan agama dan khususnya aspek ideologisnya yang bersumber dari keinginan seseorang untuk mengetahui, mengerti dan memahami, alih-alih mengikuti dan bertaklid secara buta kepada, merupakan tugas mulia yang dapat dilakukan oleh manusia. Jadi, bertanyalah segala sesuatu yang engkau inginkan, anakku, jangan ragu-ragu. Tiada yang harus ditakutkan dalam agama kita apakah ia disampaikan oleh kaum muda atau orang tua.
S OK Dad! Sudihkah Anda menjawab dua pertanyaanku yang terdahulu atau saya ajukan yang ketiga?
D Gimana baiknya menurutmu, saya tidak ingin memberikan tekanan atau batasan dalam pikiranmu bahkan pada jenis pertanyaan yang engkau ajukan atau rentetan-rentetannya. Ketahuilah bahwa mempengaruhi pikiranmu adalah sesuatu yang tidak baik dan tertolak oleh tabiat manusia. Hal ini melambangkan sebuah senjata yang lemah terhadap arus intelektual yang berbeda dan mungkin tidak lagi ditemukan di abad keduapuluh satu sekarang ini dimana mengakses seluruh jenis informasi memungkinkan bahkan untuk seorang bocah kecil yang hidup di belahan dunia lain. Seseorang dapat, dengan sekali mengklik, memperoleh segala jenis informasi. Bagaimana seorang yang picik pikirannya menerapkan pengawasan yang ketat pada kaum muda? Bertanyalah dan jangan takut.
S Pertama-tama, jawablah kedua pertanyaanku yang pertama, please.
D OK! Pertanyaanmu adalah: Apakah al-Qur’an menyuguhkan argumen lain selain argumen fitrah untuk membuktikan keberadaan Tuhan? Jawabannya juga menuntun kepada argumen-argumen lain. Argumen yang terpenting adalah:
1. Argumen keteraturan
2. Argumen teleologi (bahwa segala sesuatu memiliki tujuan)
Jawaban untuk pertanyaan kedua adalah ihwal gaya al-Qur’an membantah kaum kafir tentang Tuhan:
Kebanyakan kaum kafir tidak secara tegas dan tersurat menafikan keberadaan Tuhan. Mereka mengingkari agama-agama samawi. Pembahasan ihwal keberadaan Tuhan sangat jarang. Misalnya, Fir’aun dan Namrud merupakan orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai tuhan. Ada beberapa pembahasan yang menarik antara mereka dan nabi-nabi dalam masalah ini. Terlepas dari hal tersebut, kebanyakan pembahasan dengan para nabi adalah tentang kenabian dan legitimasinya; ada perdebatan tentang apa yang dibawa oleh nabi berupa hukum dan perintah-perintah yang harus dituruti dan ditaati oleh manusia untuk mendapatkan anugrah Surga dan terselamatkan dari bencana Neraka pada hari Kiamat. Sikap kaum musyrikin adalah mengingkari kenabian untuk membebaskan diri mereka dari tanggung jawab dan menafikan hari Kiamat untuk menyembunyikan tabiat mereka yang takut terhadap hukuman Tuhan.
S  Dad, saya ingin mendengarkan dialog yang terjadi antara Fir’aun dan Musa tentang tauhid.
D Fir’aun berkata kepada umatnya “Bukankah aku Tuhanmu.” Namun Musa dan saudaranya menghadapi Fir’aun dengan penuh keyakinan dan menjungkalkannya tatkala mereka menyebut diri mereka sebagai “hamba Tuhan.” Mereka diperintahkan untuk menyampaikan pesan khusus dari Tuhan: Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fira‘un) dan katakanlah, “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhan-mu, maka lepaskanlah Bani Isra’il bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhan-mu. Semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpahkan atas orang yang mengikuti petunjuk.
Fir’aun dikejutkan dengan diruntuhkannya klaimnya bahwa ia adalah tuhan yang besar. Lalu ia berusaha merubah jalur pembicaraan dengan bertanya kepada mereka:“Fira‘un berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” ” Musa menjawab: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada makhluk-Nya segala sesuatu (yang mereka butuhkan), kemudian memberi petunjuk kepada mereka.” (Qs. Thaha [20]:49-50) Dengan cara seperti ini Musa membeberkan keyakinannya dalam bentuk yang lengkap dan berdimensi universal. Kemudian Fir’aun kembali mencoba mengganti tema pembicaraan lalu ia bertanya ihwal generasi-generasi sebelumnya:Fira‘un berkata, “Lalu bagaimanakah nasib umat-umat terdahulu (yang tidak beriman kepada semua itu)?” (Qs. Thaha [20]:51) Pertanyaan semacam ini berupaya menggiring pembicaraan kepada sebuah teka-teki yang tak-berujung lantaran topik-topik sebelum ini asing bagi mereka dan tiada seorang pun yang pernah mendengarnya. Juga, menjawab pertanyaan semacam ini tiada gunanya bagi perdebatan yang hangat. Jadi Musa menjawabnya dengan santun dan bijak serta membawanya kembali kepada tema pokok pembicaraan. Musa menjawab,“Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku di dalam sebuah kitab, Tuhanku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.” (Qs. Thaha [20]:52) Kemudian Musa melanjutkan ucapannya tentang Tuhan sebagai berikut:“(Tuhan) yang telah menjadikan bumi bagimu sebagai tempat kehidupan yang tenang dan telah menjadikan jalan-jalan bagimu di bumi itu, dan menurunkan air hujan dari langit.” Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (Qs. Thaha [20]:53) Tatkala Fir’aun, terlihat seperti seperti orang yang ketakutan akan kehidupan dunianya, tidak menemukan jalan untuk lari dari situasi yang memalukan tersebut, ia berpaling kepada orang-orang yang ada di tempat itu, melontarkan tudingan murah dengan menyebut Musa sebagai: pendusta dan tukang sihir:”Fira‘un berkata kepada orang-orang di sekelilingnya, “Apakah kamu tidak mendengar (ucapan orang ini)?” (Qs. Asy-Syuara [26]:25) Ia juga menambahkan:“Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.” (Qs. Asy-Syuara [26]:27) Dalam menangkis tudingan ini, Musa menjawabnya dengan santun dan dalam sebuah ungkapan kenabian:“Musa berkata, “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu mempergunakan akal.” (Qs. Asy-Syuara [26]:28) Dan kemudia ia mengalamatkan ucapannya kepada para pendengar yang hadir di situ:“Musa berkata (pula), “Tuhan-mu dan Tuhan nenek-nenek moyangmu yang dahulu.” (Qs. Asy-Syuara [26]:26) Hal ini bermakna bahwa jika kalian meyakini bahwa Fir’aun itu tuhan kalian lalu siapa Tuhanmu sebelum Fir’aun lahir? Siapakah tuhan nenek moyang kalian?
S Alangkah menariknya pembicaraan ini! Pembicaraan yang merupakan kombinasi dari kesederhanaan dan kedalaman, kekuataan dalam menyimpulkan dan kepadatan dalam gaya.
D Inilah bahasa para nabi dan mereka yang mengikuti jalannya. Sementara para pengikut Fir’aun memilih bahasa tudingan, melecehkan, berdusta dan juga mereka memobilisasi orang-orang untuk membenci para nabi dan orang-orang bertakwa. Engkau dapat jumpai debat yang sama yang terjadi antara Namrud dan Ibrahim As.
S Dad! Please tell me lebih banyak tentang dialog antara Namrud dan bapak para nabi (Ibrahim).
D Ibrahim menyebutkan kekuasaan Tuhan atas segala manusia dan kendali-Nya atas hidup dan mati mereka: sebagai berikut:“Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dzat yang dapat menghidupkan dan mematikan.” (Qs. Al-Baqarah [2]:258) Dialah yang memiliki segala yang berkenaan dengan manusia semenjak awal hingga akhir. Tiada tuhan-palsu pendusta yang dapat selamat dalam berhadapan dengan bukti rasional yang kuat ini dengan berpretensi palsu dan mengada-ngada. Ia hanya dapat mampu mengecoh orang-orang awam dengan mengklaim bahwa ia mampu menghidupkan dan mematikan. Untuk membuktikan hal tersebut Namrud memerintahkan dua tawanannya untuk dihukum mati; ia memberikan ampunan kepada salah satunya dan membebaskannya; lalu ia berkata: aku menghidupkan karena saya menyelamatkannya dari kematian. Lalu ia membunuh tawanan yang lainnya dan berkata: Aku mematikan yang satu ini dengan demikian aku mampu menghidupkan dan mematikan. Tatkala Ibrahim mendapatkan dirinya di hadapan tantangan besar yang menggunakan kepalsuan dan falsifikasi untuk menerapkan kendali atas pemikiran orang-orang, ia menggunakan cara lain yang menyingkap penyelewengan Namrud di hadapan bangsa: Ibrahim berkata,“Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah matahari itu dari barat.” Lalu, orang yang kafir itu terdiam (seribu bahasa); dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Baqarah [2]:258) Lalu proses perdebatan ini menyingkap fakta yang menuntun orang untuk meyakini Tuhan yang sebenarnya dan menunjukkan kebohongan Namrud.
S Semoga salam Tuhan senantiasa tercurah kepada Bapak para Nabi. Saya memiliki perasaan khusus kepada Nabi besar ini, yang menghancurkan berhala-berhala, menggantung kapak di leher berhala yang paling besar, dan berkata:“Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala-berhala itu jika mereka dapat berbicara.” (Qs. Al-Anbiya [21]:63) Saya sangat senang atas gayanya yang memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang iman yang sebenarnya.
D Tapi ketahuilah bahwa bimbingan dan pencerahan untuk orang-orang ihwal iman yang benar merupakan sebuah proses yang berbahaya bagi mereka yang mempraktikkannya. Engkau telah lihat bagaimana hal ini menggiring mereka untuk melemparkan Ibrahim ke dalam api namun Tuhan menyelamatkannya.
S Juga membuat Fir’aun dan bala tentaranya mengejar Musa dan para pengikutnya. Namun kematian menjemput Fir’aun dan bala tentaranya yang menenggelamkan mereka di laut.
D Yes son. Para nabi dan pengikutnya memikul segala penderitaan semata-mata demi Allah, dan Allah sebagai balasannya menghinakan musuh-musuh mereka. Pada akhirnya, kesudahan yang baik bagi orang-orang yang beriman.
S Dan nama Ibrahim tetap mulia bagiku.
D Apakah engkau sangat suka nama “Ibrahim?”
S Iya. Tentu saja Dad!
D Jadi, apakah engkau suka dipanggil “Abu Ibrahim?”
S Ah… well, sebenarnya saya sedang memikirkan hal ini, tapi…
D Tapi apa? Dianjurkan untuk memanggil seseorang dengan “Abu” Jadi semenjak kini engkau adalah Abu Ibrahim.
S Thank you Dad, but…
D But what? Maksudmu tentang Ummu Ibrahim?!
S No, No… Saya tidak bermaksud demikian.
D Saya bermaksud demikian Son… Engkau akan temukan sendiri Ummu Ibrahim pada waktunya nanti.
S Semoga Tuhan memberkatimu Dad, tapi saya tidak bermaksud demikian. Saya masih sangat terlalu muda.
D Engkau tidak terlalu muda; Kita akan membincangkan permasalahan ini pada waktu yang laijn. Secara umum al-Qur’an menyeru perkawinan dan juga Sunnah Nabi Saw menganjurkan pernikahan dini. Tapi hal ini sama sekali tidak bermakna pernikahan tergesa-gesa. Hal ini sesungguhnya bermakna tidak menunda pernikahan tanpa ada alasan yang tepat. Menikah adalah memenuhi setengah dari kewajiban-kewajiban agama. Dan jika seseorang menunda pernikahannya karena kerisauan akan kesulitan keuangan, hal ini bermakna bahwa ia telah salah memahami kehendak Tuhan. Tuhan, segala puji bagi-Nya, berfirman:“Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. An-Nur [24]:32)
S Saya memiliki pertanyaan lain.
D Ihwal istri dan anak?!
S Bukan! Tentang Sosok yang tidak memiliki istri dan anak.
D Mari kita lanjutkan perbincangan ini pada lain waktu.[]





Bagian Ke-6


Keteraturan di Seantero Semesta

D Hari ini, saya ingin berbicara tentang argumen atau bukti lain yang menegaskan keberadaan Tuhan. Argumen yang saya maksud ini adalah argumen keteraturan karena kita cukup banyak membahas penalaran batin.
S Saya sangat menyukai tema pembahasan ini, karena nampaknya saya hidup dengan konsep tauhid setiap menit dalam hidupku. Tatkala saya bangun atau beranjak tidur, saya senantiasa berpikir tentang Tuhan dan saya rasa telah memasuki sebuah tahapan baru dalam mengenal Tuhan. Saya sangat menikmati dapat berdekatan dengan Tuhan dan bahkan merasa sangat rendah ketika saya renungkan dalam-dalam. Saya juga merasakan hubungan akrab dengan-Nya tatkala membaca ayat-ayat-Nya. Saya merasakan perhatian dan perlindungan-Nya dalam proses hijrahku dari keyakinan tradisional ke keyakinan yang sebenarnya. Kini saya menghargai diriku sebagai seorang makhluk yang bertuhan yang bertaut dengan sumber keberadaan dan penciptaan. Saya melihat dunia sangat kecil dan tiada berarti dibandingkan dengan kebesaran dan keagungan Penciptanya. Saya hanya ingin mempercepat daur hidupku dan mencapai masa dimana saya berdiri di hadapan Tuhan. Doa-doaku menjadi bermakna; ruku’ku menjadi bertujuan dan sujudku di hadapan Tuhan menjadi sangat penting. Dad! Beritahukan kepadaku ihwal argumen keteraturan sehingga saya lebih menambah pengetahuanku tentang Tuhan.
D Baiklah, son. Pertama-tama, ceritakan bagaimana engkau belajar ilmu Fisika, Kimia, Botani dan Zoologi?
S Well, ada pelajaran teoritis di kelas dan pelajaran praktis di laboratorium dimana kita mengamati penerapan-penerapan atau melakukan eksperimen berdasarkan dari apa yang kami pelajari di kelas.
D Jalannya sama dengan argumen keteraturan. Kita akan mempelajari keduanya, pelajaran teori dan pelajaran praktis.
S Dimana kita akan melaksanakan pelajaran praktis? Yang saya maksud di laboratorium mana?
D Nanti engkau akan mengetahui laboratoriumnya dimana. Sekarang, mari kita mulai pelajaran teoritis ktia tentang tauhid dan judulnya adalah “Argumen Keteraturan.” Berikan kepadaku salah satu buku tentang tauhid yang engkau pelajari di sekolah.
S Buku tentang tauhid? Tapi Dad! Kami tidak memiliki buku semacam itu di sekolah.
D Ajib. Kau tidak belajar tentang tauhid di sekolah?
S Oh.. saya tahu sekarang. Yang Anda maksud adalah buku pelajaran agama?
D Bukan, bukan itu yang saya maksud lantaran kebanyakan buku-buku pelajaran agama tidak mengajarkan tauhid sebagaimana seharusnya. Buku-buku tentang tauhid yang saya maksud adalah buku-buku: Fisika, Kimia, Botani, Zoologi, Geograpi dan sebagainya.
S Apa yang ingin Anda katakan Dad? Bagaimana buku Fisika dan buku-buku sains lainnya dapat disebut sebagai buku-buku tauhid?
D Saya akan katakan kepadamu mengapa buku-buku sains merupakan buku-buku tauhid. Tapi pertama-tama apa ilmu Fisika itu? Atau apa yang dimaksud dengan ilmu Fisika?
S Well, ia merupakan sebuah sains yang mempelajari tentang hokum-hukum yang mengendalikan materi baik secara kualitas atau pun kuantitas.
D  Excellent, bagaimana dengan Kimia?
S lmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari ihwal struktur dan komposisi zat-zat demikian juga transformasi dan interaksinya menjadi sebuah persenyawaan baru. Juga bertalian dengan pembusukan dimana persenyawaan kimiawi terbagi menjadi elemen-elemen atau persenyawaan-persenyawaan kecil.
D Bagaimana seluruh pertalian ini terjadi? Apakah interaksi ini terjadi secara acak atau mengikut hukum-hukum yang mengatur proses interaksi ini?
S Well, tentu saja interaksi ini mengikut kepada aturan dan hukum.
D Nah, bagaimana dengan Botani dan Zoologi?
S Saya pikir saya telah memahami maksud Anda, Dad. Keduanya mengkaji tentang aturan-aturan yang mengelolah kehidupan flora dan kehidupan fauna.
D Apakah hal ini dapat diterapkan pada disiplin ilmu lainnya?
S Iya, tentu saja. Keduanya mengikut kepada aturan dan hukum.
D Oleh karena itu, seluruh semesta diatur oleh aturan dan hukum, dan sains berupaya untuk menemukan hukum-hukum ini.
S Iya. Demikian adanya.
D Kini katakan kepadaku apakah hukum gravitasi berfungsi secara periodikal atau berlangsung tetap dan dapat diterapkan kapan dan dimana saja?
S Hukum gravitasi selalu berguna setiap saat; ia merupakan sebuah hukum. Jika ia bekerja sewaktu-waktu dan tidak dapat digunakan pada waktu lain, ia tidak dapat disebut sebagai sebuah hukum.
D Bagaimana dengan hukum-hukum lainnya dari ilmu Fisika, Kimia dan disiplin ilmu lainnya?
S Sama saja, hukum-hukumnya bersifat tetap; tidak pernah berubah.
D Bagaimana dengan Psikologi, Anatomi, Biologi, Astronomi dan ilmu Agrikultur?
S Semuanya sama. Seluruh semesta dikendalikan oleh aturan-aturan.
D Katakan kepadaku apakah bagian-bagian tertentu dari semesta ini dapat lari dari aturan ini atau bagian-bagian tersebut terpaksa mengikuti aturan-aturan tersebut secara akurat?
S Seluruhnya terpaksa mengikuti aturan tersebut secara akurat.
D Jadi seluruh subyek yang engkau pelajari di sekolah menuntun kita kepada kenyataan berikut ini: Semesta ini diatur oleh aturan-aturan spesifik yang mengelolah hubungan-hubungan dan interaksinya. Dan dalam hal ini tiada kontradiksi yang terjadi di antara aturan-aturan tersebut.
S  Benar.
D Kini kita ajukan dua pertanyaan: Pertama: Apakah ada aturan tanpa pembuat aturan, kode tanpa kodifier, sebuah organisasi tanpa seorang organizer, sebuah perencanaan tanpa perencana, dan sebuah keputusan tanpa seorang decision maker? Kedua: Apa karakteristik sosok yang meletakkan aturan-aturan tersebut untuk seluruh semesta ini?
S Anda luar biasa Dad! Hal tersebut merupakan pemahaman ringkas dan benar dari seluruh jenis ilmu pengetahuan. Seluruh ilmu dan sains menuntun manusia kepada Tuhan. Benar-benar luar biasa. Kami sedang belajar bagaimana mengenal Tuhan dalam seluruh subyek tanpa benar-benar menyadarinya. Alangkah kurang perhatiannya kami! Seolah-olah kami tidur pulas tanpa sadar! Anda telah membuka mataku.
D Atas alasan itulah Tuhan berfirman: “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah, di antara para hamba-Nya, adalah orang-orang berilmu.”
S Jadi seluruh disiplin ilmu yang kami pelajari dipandang sebagai pasal dan bagian dari pembahasan tauhid…
D Dan seluruh hal ini menuntun kepada Tuhan jika kesemua masalah tersebut disampaikan secara proporsional dan jika istilah-istilah yang menyesatkan digantikan dengan istilah yang benar. Namun sayang sekali, para pengarang buku yang digunakan di sekolah-sekolah kebanyakan mengikuti ideologi Barat yang membicarakan tentang aturan tabiat padahal sebenarnya “aturan Ilahi.”
S You’re right Dad. Meski pada kenyataannya bahwa seluruh pengarang buku-buku yang kami pelajari meyakini Tuhan dan hari Kiamat, saya tidak melihat walau satu kata yang menunjukkan kata “Tuhan dalam buku-buku tersebut.
D Demikianlah pendidikan dan kebijakan Barat, yang memisahkan kehidupan dari agama. Hal tersebut dimaksudkan untuk membekukan agama pada peti es buku-buku tua dan membatasi program ajaran agama di mesjid-mesjid saja. Dan juga bermaksud untuk membatasi shalat hanya pada tempat shalat saja dan agama yang dikenal hanya diperkenalkan pada acara-acara pernikahan, perceraian dan kematian saja. Mati kita kembali kepada dua pertanyaan penting: Yang pertama: Apakah ada aturan tanpa pembuat aturan, kode tanpa kodifier, sebuah organisasi tanpa seorang organizer,? Dan pertanyaan kedua sedikit lebih dimodifikasi: Apakah dunia yang teratur ini, yang berdasar kepada aturan-aturan yang tak terbatas, membuktikan bahwa Pencipta semesta ini memiliki pengetahuan dan kekuasaan mutlak? Atau dia adalah sosok yang lemah dan jahil? Kita juga dapat bertanya apakah Pengatur semesta ini merupakan makhluk yang hidup di semesta ini atau tidak. Dengan kata lain, apakah Pencipta ruang dan waktu berada di luar altar ruang dan waktu atau dia hidup pada dunia fisik tempat yang kita huni dan hidup.
S Nampaknya saya telah mulai memahami apa yang dimaksud dengan tauhid dan apakah keyakinan kepada Tuhan itu…luar biasa! Gagasan ini merupakan gagasan yang sangat rasional dan sederhana. Gagasan yang menuai kedamaian pada pikiran dan jiwa. Tuhan Mahabesar! Mahasuci Tuhan! Thanks God karena telah membimbingku untuk mengetahui yang lebih baik. You’re right Dad! Semesta ini diatur oleh aturan dan hukum yang merefleksikan sebuah system yang maha akurat dan tepat dan bermakna bahwa semesta ini dikendalikan oleh Sosok yang menciptakan sistem tersebut. Tuhan menciptakan system tersebut dengan segala komponen dan telah mengendalikan fungsi dan kegunaannya. Dia adalah Mahakuasa, Mahamengetahui dan Mahabesar; tiada tuhan selain Allah. Segala puji bagi Tuhan semesta alam!
D Seluruh kaum yang congkak tunduk kepada-Nya, para raja takluk di hadapan-Nya, dan mereka seluruhnya tunduk kepada-Nya dan mengikut kepada aturan-aturan-Nya.
S Apa nilainya bagi raja-raja yang mengatur bagian sebagian kecil dari planet yang kuculuk ini? Pengaturan raja-raja tersebut adalah ibarat setitik nuktah dibandingkan dengan dunia yang tak-terbatas? Apa nilai raja-raja tersebut dibandingkan dengan Raja segala raja?
D“Penuh berkah nan abadi Allah yang di tangan-Nya segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Lihatlah sekali lagi, apakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Qs. Al-Mulk [67]-1-4)
S Segala puji bagi Tuhan… dan syukur kepada Tuhan semesta alam…Syukur kepadaMu karena telah membimbingku untuk mengetahui yang lebih baik. Syukur kepada Tuhan. Dad! Saya sangat merasa bahagia…kebahagiaan yang sangat luar biasa. Saya rasakan dalam jiwaku penuh dengan cinta kepada Tuhan. Saya berharap dapat terbang ke Kerajaan yang tertinggi.
D“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (Qs. Shaf 5:214)
S Syukur kepada-Mu Ya Tuhan telah membimbing kami, dan Syukur kepada Tuhan atas segala yang dianugerahkan kepada kita. Dad! Tolong lanjutkan obrolan ihwal argumen keteraturan yang menuntun untuk mengenal Tuhan.
D Saya telah memberikan kepadamu kunci dan kini giliranmu untuk menggunakannya. Seluruh bagian dari semesta dan seluruh aspek kehidupan diatur dengan tepat dan akurat. Tiada ruang atau waktu yang tidak mengikuti aturan-aturan ini dan setiap system atau proses tersebut mengingatkan kita kepada Tuhan, Keagungan-Nya, Pengetahuan-Nya yang mutlak, dan Kekuasaannya yang tak-terbatas.
Inilah kuncinya. Jadi dimana pun engkau arahkan pandanganmu, engkau akan temukan tanda sempurna dari keberadaan Tuhan. Jika engkau memandang kepada dirimu atau ke langit-langit, engkau akan jumpai ayat-ayat Tuhan yang menyebar di seluruh penjuru tabiat.“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dunia dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhan-mu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Qs. Fushshilat [41]:53)
S Dad! You’re right. Anda telah membekaliku dengan sebuah konsep yang sangat berarti. Saya akan terus memikirkan konsep iman yang baru ini. Konsep keteraturan dalam segala hal dan bukti-bukti yang berhubungan yang menegaskan keharusan sosok Pencipta yang Bijaksana.
D Well, dengan jalan ini kita akhiri pelajaran teoritis kita di bawah judul “argumen keteraturan.”
S Sorry Dad! Tapi pelajaran teoritisku baru saja mulai dan kelihatannya tidak akan berakhir. Saya akan tetap belajar pelajaran-pelajaran tauhid dalam segala hal. Saya akan menata pandanganku yang menuntunku kepada ketaraturan semesta, sepanjang hayatku. Jadi pelajaran ini baru saja mulai dan tidak akan berakhir.
D Well-done son! God bless you dan semoga Tuhan memandumu untuk menjadi orang-orang shiddiqien (orang-orang benar). Anakku..sekarang pergilah tidur.
S What, Dad? Tidur! Anda telah membukakan pintu-pintu langit bagiku, bagaimana aku dapat tidur? Saya akan tetap bersama Sang Kinasih; Saya akan bercengkerama dengan-Nya semalam suntuk hingga fajar supaya saya tidak kehilangan shalat Subuh. Saya akan tetap bersama-Nya sepanjang malam, Sosok yang sangat peduli kepadaku, sementara aku acuh kepada-Nya.[]





Bagian Ke-7


Semesta ini Acak atau Teratur?

Si pemuda tidak tidur malam itu. Sebaliknya, ia menghabiskan malam itu dengan mengerjakan shalat dan sujud. Ia menengadahkan tangannya memanggil Tuhan, dan melupakan bahwa lengannya telah capek. Ia membaca bagian-bagian yang lain dari doa-doa yang ia hafal, mengulang-ngulang beberapa kalimat, mendongakkan kepalanya dan melihat ke angkasa raya yang dihiasi gemilau pendaran cahaya purnama, sedemikian sehingga tiada bintang yang terlihat. Seolah-olah bintang gemintang membiarkan purnama yang lebih besar dan lebih kuat mengambil alih tempatnya. Pada saat itu, anak muda itu mengingat sebuah ayat dari al-Qur’an: “Segala yang ada di langit dan di bumi bersujud di hadapan Allah.” Bintang-gemintang dan planet-planet bersujud di hadapan Tuhan. “Mereka seluruhnya beribadah,” katanya. “Mereka melakukan apa yang tengah kulakukan, atau sebaliknya saya yang melakukan sesuatu yang tengah mereka lakukan.” Lalu ia menatap bulan yang tunduk dan bintang-gemintang dalam gugusannya. Ia membayangkan langit sebagai masjid agung dimana bulan bertindak sebagai seorang imam bagi bintang-gemintang dalam kebesarannya beribadah kepada Allah Swt.
Ia berandai-andai sekiranya berada di salah satu tempat bintang-gemintang itu, bahkan tempat kecil sekali pun, untuk turut serta dalam ibadah kudus dan mengesankan tersebut di balik kilauan rembulan. Ia berandai-andai sekiranya seluruh makhluk dapat turut serta dalam ibadah universal tersebut. Tiba-tiba ia teringat sebuah ayat al-Qur’an, pada surah al-Hajj, ia menghafal ayat tersebut dan mulai membacakannya: “Apakah kamu tidak melihat bahwa kepada Allah bersujud siapa yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar dari manusia. Tetapi banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atas mereka (lantaran enggan untuk sujud). Dan barang siapa yang dihinakan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memuliakannya.Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Al-Hajj [22]:18) Ia merasa bahwa seremoni ibadah yang ia saksikan adalah lebih besar dari yang ia bayangkan! Ada pegunungan, pepohonan dan binatang-binatang yang turut serta dalam ibadah ini. Ada juga banyak orang dan ia bergabung dengan mereka pada malam itu. Ia mengulang-ulang bacaan berikut ini sambil bersujud: Segala puji bagi Allah! Segala puji bagi Dia yang layak mendapatkan pujian yang tidak dimiliki oleh seorang pun!
Segala puji bagi Yang Mahakuasa dan Mahapemurah!
Sujud anak muda tersebut berlangsung lama hingga ia hanyut bersama pikirannya. Ia menggambarkan pemimpin kelompok ini dalam benaknya, rembulan yang benderang, dan galaksi-galaksi, meteor-meteor di belakangnya. Ia melebarkan visinya hingga mencapai berjuta-juta pohon yang berbaris untuk beribadah dan bukit-bukit serta pegunungan, yang nampaknya nyaris meletus di hadapan keagungan Tuhan. Ia beranjak lebih jauh bersama imaginasinya dan melintasi pegunungan menuju hewan-hewan, ikan-ikan dan burung-burung dengan corak, warna dan aneka ragamnya. Mereka seluruhnya tenggelam dalam ibadah dan pujiaan kepada-Nya. Kemudian ia menggambarkan potret Ka’bah dikitari oleh jutaan orang-orang yang ibadah yang mengisi seluruh tempat guna melengkapi ibadah universal ini. Lalu segala sesuatu dan setiap orang di semesta ini bersujud di hadapan Tuhan, Sang Pencipta tujuh petala langit dan bumi. Menatap sisi lain dari gambaran tersebut, di sebuah sudut kecil, terdapat sekelompok kecil orang bertebaran bersujud di hadapan sebuah patung. Kelompok yang menyimpang ini nampak seperti nuktah hitam dalam gambar yang menawan tersebut.
Anak muda tersebut terlambat bangun. Ia tidak banyak tidur, bahkan ia merasa tidak lagi ingin tidur. Ia merasa bahagia karena tidak ketinggalan shalat Subuh karena ia beranjak ke pembaringan setelah menunaikan shalat. Ia telah merasakan kepuasan spiritual lantaran malam sebelumnya dan keikutsertaannya dalam ibadah semesta dengan seluruh makhluk yang beribadah kepada Tuhan. Ia membandingkan perasaanya dengan mereka yang menderita kehampaan. Juga membandingkan perasaannya dengan perasaan sebelum ia menemukan Tuhan dengan jalannya sendiri setelah menerima pelajaran dari ayahnya.
Ia bangun dari pembaringannya untuk mencari buku-bukunya yang ia tinggal berserakan, kini telah tertata rapi dan apik di atas mejanya. Dan pakaian-pakaian yang ia letakkan di mana-mana, kini tersusun rapi di tempatnya. “Siapa yang melakukan hal ini?” Tanyanya.
Ibunya (Mom) menyapanya dan berkata bahwa sarapannya sudah siap. Ia membalasa sapaan (salam) ibunya dan berkata: “Siapa yang telah merapikan kamarku, menata seluruh buku dan pakaianku di tempatnya?” “Tidak seorang pun” jawab ibunya.
S Tidak seorang pun? Bagaimana hal ini dapat terjadi?
M Tidak seorang pun. Apakah kau meninggalkan pintu jendela tetap terbuka sebelum kau pergi tidur?
S Oh..iya..iya!
M Barangkali anginlah yang menggerakkan buku-buku dan pakaianmu dan merapikannya.
S Mom! Anda bercanda! Apa yang Anda katakan?
M Hal ini boleh saja terjadi. Engkau tahu bahwa angin yang kuat dapat melakukan hal itu.
S Ah..mustahil, Mom! Pasti Anda yang telah melakukan hal itu.
M No! Never! Mom tidak masuk ke kamarmu semenjak kemarin. Well, Ayolah Son segera santap sarapanmu.
Ia meninggalkan kamarnya sembari berpikir tentang apa yang telah terjadi. Sewaktu ia memasuki ruang keluarga, ia dikejutkan oleh sesuatu yang sangat aneh. Kertas-kertas berhamburan di ruangan itu, menutupi segala sesuatu termasuk karpet dan furniture! Ketika ia melihat lebih dekat, ia dapatkan lembaran-lembaran buku alamat berserakan di mana-mana. “O God! Apa yang telah terjadi?” Sebelum ia bertanya kepada ibunya, yang sedang di dapur, akan kekacauan ini, telepon berdering. Ternyata ayahyan yang menelpon katanya:
D Son! Ada masalah penting dan kau harus menjumpai pemilik percetakan, Abu Ahmed. Ia ada perlu denganmu.
S OK Dad! Tapi ada sesuatu yang perlu Anda ketahui.
D Saya tidak ada waktu sekarang. Telepon Abu Abu Ahmad sebelum engkau pergi untuk memastikan apakah ia di rumah.
S Nomor telponnya berapa?
D Cari di buku telepon.
S Namun buku telepon sobek dan seluruh lembarannnya berserakan di mana-mana. Apakah Anda tahu siapa yang melakukan itu? Dan mengapa?
D Saya tidak punya waktu sekarang. Kau pikirkan masalah ini dan pecahkan sendiri. Sampai nanti, son.
Si anak muda melihat ke kiri dan ke kanan dan berpikir sejenak dan bergegas ke dapur mulai bertanya kepada ibunya atas apa yang sedang terjadi.
S Siapa yang telah merobek buku telepon dan siapa yang menserakkannya? Mengapa hal ini terjadi? Anda ada dimana ketika itu? Dan bagaimana saya dapat menemukan nomor telepon Abu Ahmad sekarang?
Sang ibu melihat kepadanya dengan tenang dan simpatik lalu berkata dengan lembut:
M Son! Calm down. Tidak perlu resah begitu. Ayahmu marah, dan tidak dapat menjumpai sesuatu yang lain untuk meredam kemarahannya kecuali buku telepon yang berada dalam jangkauannya. Ia merobek lembaran buku telepon itu lalu membuka jendela sebelum ia pergi.
S    Lalu mengapa Daddy membuka jendela?
M Ia membuka jendela; supaya angin boleh jadi merapikan kembali lembaran buku telepon itu. Ia juga meninggalkan sebotol lem supaya angin dapat menumpahkan lem tersebut dan melem lembaran-lembaran buku telepon tersebut sehingga tersusun kembali.
S Oh! Iya, Kini saya mengerti! Hal ini merupakan laboratorium dimana saya harus menjalani pelajaran praktik “Argumen Keteraturan.”
M Tidakkah kau berpikir bahwa pengalaman ini bernilai kehilangan kopian dari buku telepon ini?
S Hal itu betul-betul senilai. Gambaran ini sekali-kali tidak akan terhapus dari benakku. Saya akan mengambil foto dari pengalaman ini untuk melengkapi koleksiku dengan foto-foto yang lain. Tolong tunggu, saya akan mengambil kamera sebelum mengumpulkan lembaran-lembaran ini. Saya ingin mengambil foto dari laboratorium Argumen Keteraturan ini.
Ia mengambil foto (untuk Argumen Keteraturan), membawa kamera dan pergi ke kediaman Abu Ahmad tanpa menelponnya terlebih dahulu. Ia sampai di bangunan dengan tergesa-gesa dan langsung masuk ke kantor Abu Ahmad. Abu Ahmad yang ia jumpai bukanlah Abu Ahmad yang selama ini ia kenal; ia mendapatkan Abu Ahmad sibuk membaca beberapa lembaran dengan ratusan jika tidak ribuan lembaran yang berserakan di sana sini di kantornya. Ia betul-betul tenggelam dalam membaca lembaran tersebut seolah-olah mencari sesuatu yang sangan spesifik. Ketika ia melihat anak muda itu, ia dengan ceria menyambutnya dan menyampaikan salam kepadanya lalu berkata:
A Kau tiba tepat waktu. Saya teringat akan bakatmu dalam sastra dan pengetahuanmu dalam dunia puisi yang membuatmu sebagai orang yang terdekat di area ini yang mampu membuatku memenangkan hadiah.
S  Hadiah yang mana Anda maksud?
A Hadiah Asosiasi Pengarang Bahasa Indonesia bagi puisi yang terbaik dalam merayakan 50 tahun pendirian asosiasi tersebut.
S  Apakah Anda seorang penyair..?
A  Bukan…
S Lalu bagaimana Anda bermaksud untuk memenangkan hadiah ketika Anda harus bertanding dengan para penyair kawakan nusantara di bidang ini?
A My son! Sangat sederhana. Saya akan menggunakan metode praktis.
S Apalagi metode praktis ini yang membawa Anda memenangkan hadiah Asosiasi Pengarang Nusantara?
A Well! Masuklah, saya akan tunjukkan kepadamu.
Ia membuka pintu belakang dan berjalan menuju ke ruang utama. Anak muda itu mendapatkan suasana berbeda dari suasana sebelumnya. Dulu ia melihat tempat itu dalam keadaan tertata rapi, dimana ruangan utama dikelilingi oleh rak-rak yang penuh buku dengan abjad yang teratur diletakkan dengan cara menawan. Para pegawai berdiri di hadapan rak-rak buku itu untuk mengambil surat-surat dan meletakkanya dalam frame-frame yang ditaruh di hadapan surat-surat itu sesuai dengan teks dari masing-masing frame itu. Ketika mereka telah menyelesaikan satu halaman, mereka beralih halaman berikutnya. Segalanya terjadi di sekeliling ruangan itu, sementara di tengahnya hampir kosong. Namun hari ini terdapat sebuah kontainer besar di tengan ruangan itu. Seluruh isi rak-rak itu dipindahkan dan diletakkan di dalam kontainer tersebut, yang kini telah penuh dengan surat-surat. Para pegawai mengoncang kontainer itu dengan kuat ke kiri dan ke kanan dan kadang-kadang memutarnya untuk mencampur-aduk surat-surat itu. Demikian seterusnya, seorang pegawai datang untuk mengambil sekumpulan surat dan meletakkannya secara acak dan meneruskannya ke sebuah mesin cetak. Kemudian Abu Ahmad akan mengambil lembaran yang telah dicetak itu untuk dibaca secara seksama. Ia kemudian menambahkan lembaran itu pada kertas-kertas yang lainnya yang disaksikan oleh si pemuda ketika pertama kali masuk ke tempat itu.
Si pemuda tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Ia berpaling kepada Abu Ahmad dan mencoba berkata sesuatu namun lisannya kelu dan tidak tahu harus berkata apa. Kemudian Abu Ahmad berkata:
A Apakah engkau pernah belajar bagaimana membuat sebuah puis dengan cara praktis?
Si pemuda menggelengkan kepalanya tanpa sepatah kata yang menandakan bahwa ia tidak pernah belajar hal demikian dan Abu Ahmad melanjutkan:
A Caranya berdasar pada kemungkinan dan proses kebetulan (by chance). Kita mencampur-aduk surat-surat itu dengan acak untuk mendapatkan sebuah contoh puisi secara kebetulan. Dan tentu saja kita tidak akan mampu mendapatkan puisi untuk pertama kalinya, kedua kalinya dan bahkan keseratus kalinya namun dengan proses berulang-ulang, ada kemungkinan membuat sebuah puisi yang menarik dan luar biasa untuk memenangkan hadiah pertama dan menumbangkan para penyair kawakan setelah bertanding dengan puisi artifisial kita yang disusun dengan cara demikian.
Si pemuda merasa pusing dan gerah dari apa yang didengarnya dari orang yang waras, yang berbicara ngawur. Ia berharap dapat berkata kepada Abu Ahmad: ”Gila kali…” namun si pemuda mengendalikan kegerahannya dan bertanya:
S Apakah para pekerja ini sudah gila?
A Tidak, saya meminta mereka untuk melakukan hal ini setelah konsultasi dengan ayahmu. Sebjatinya ayahmu yang memintaku untuk melakukan hal ini. Ia juga berkata bahwa ia siap untuk membayar gaji para pekerja ini. Kia juga telah sepakat bahwa engkau harus datang dan membantu kami untuk membaca gundukan kertas yang engkau lihat di kantor tadi untuk menemukan puis yang memenangkan hadiah pertama.
Senyum simpul tersungging di bibir Abu Ahmad demikian juga para pekerjanya, yang menghentikan setelah mereka menyelesaikan apa yang telah disepakati bersama. Wajah pemuda itu bercahaya dengan sebuah senyum simpul setelah diberikan surprise sedemikian. Ia memeluk Abu Ahmad, menciumnya dan berkata:
S Betapa besarnya budimu dan budi ayahku yang merencanakan eksperimen ini untuk membuktikan argumen keteraturan bagiku?
Lalu ia berpaling ke arah para pekerja dan berkata:
S Biarkan saya ambil foto selagi kalian sibuk mencampur-aduk kertas-kertas tersebut. Saya akan membuat sebuah album dari foto-foto itu dan menamainya sebagai “The Illustrated Monotheistic Book.”
Sebelum meninggalkan tempat itu, ia mampir di kantor Abu Ahmad dan mengambil foto dari gundukan lembaran itu, yang dicetak dengan meletakkan kertas-kertas itu secara acak. Ia tidak bergeming sama sekali untuk membaca bahkan selembar pun dari lembaran-lembaran itu karena ia sepenuhnya yakin bahwa puisi yang ritmis tidak akan pernah tercipta secara acak bahkan bila para pekerja itu melanjutkan mencampur aduk lembaran-lembaran tersebut seumur hidupnya.
Ia bergegas menuju ke jalan tanpa tahu mau kemana. Benak dan pikiranyna terusik oleh pengalaman terakhir yang disaksikannya. Ia memikirkan bagaimana ayahnya menjelaskan kepadanya secara praktis bahwa setiap keteraturan (by design) tidak dapat diperoleh tanpa seorang pengatur dan bahwa sebuah tugas yang sempurna harus memiliki seorang perencana. Hal ini bermakna sebuah keteraturan tidak akan pernah ada tanpa seorang pengatur dan..
“Stop!”
Ia memalingkan wajahnya dan melihat seorang petugas polisi berteriak kepadanya lantaran berjalan tidak mengindahkan rambu-rambu lalu-lintas.
Petugas polisi itu bertanya kepadanya: “Engkau berasal dari desa mana?” Tidakkah engkau akrab dengan rambu-rambu lalu-lintas, apakah engkau tidak ingin mematuhi aturan?”
Ia menjawab seraya kalimat “aturan” meletup di kepalanya:
S  Tidak…Saya dari kota ini.
P “Gitu yaa! Jadi engkau adalah seorang pemuda pelanggar hukum. Pergi sana ke petugas yang duduk di mobil itu” kata polisi tersebut.
Ia mengalihkan wajahnya ke arah yang ditunjuk oleh polisi itu dan melihat petugas yang lain mengenakan seragam yang sama. Ia perhatikan sebuah lencana pada seragam petugas itu yang membedakannya dengan petugas lainnya. Ia juga melirik gugusan bintang di pundak petugas itu yang menunjukkan pangkat kepolisiannya.
Ketika ia sampai pada petugas itu, ia menjelaskan bahwa ia harus mematuhi dan menghormati peraturan lalu-lintas yang telah dibuat oleh para ahli regional dan internasional dalam rangka menjaga keselamatan para pejalan kaki dan pengendara. Petugas itu juga menyebutkan bahwa apabila seseorang melalaikan hukum akan dikenakan hukuman tertentu jika ia masih di bawah 18 tahun.
Anak muda itu berterima kasih kepada petugas itu karena kebaikannya dan sebelum ia pergi, ia bertanya sambil tersenyum:
S Mengapa Anda tidak biarkan saja mobil-mobil berseliweran tanpa aturan; barangkali mobil-mobil itu akan tertib secara kebetulan tanpa adanya hukum atau para ahli?
Petugas itu tertawa dan tidak memberikan jawaban; ia tidak tahu apa yang tersembunyi di balik pertanyaan anak muda itu. Namun anak muda itu berbalik ke arah petugas itu dan bertanya:
S Sudihkah Anda mengizinkan saya mengambil foto dari keteraturan lalu-lintas Anda?
P “Foto keteraturan lalu-lintas?! Apaan tuh?” seru polisi itu.
S “Anda dan petugas lainnya berdiri dekat lampu merah dekat lintasan pejalan kaki (zebra cross) dimana kendaraan dan pejalan kaki dapat terlihat.”
Petugas itu tidak membantah dan mengabulkan permintaan anak muda itu. Dengan demikian bertambahlan halaman baru bagi buku “Buku Bergambar Tauhid” yang ia susun.
Sekembalinya ke rumah, ia melihat sebuah papan iklan di sebuah bangunan; yang tertulis “Organisasi Kesehatan Dunia. Ia mengulang redaksi ini dalam benaknya, organisasi…Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, Organisasi PBB…Organisasi Internasional….Organisasi Regional…Organisasi Manajemen…Organisasi Hakim… … Organisasi… organisasi (baca: keteraturan).
Organisasi tersebar di seluruh aspek kehidupan manusia, dan setiap organisasi diatur oleh seorang organizer, baik dalam skala kelompok atau pun individu. Tiada seorang pun yang percaya bahwa organizer (pengatur) dari organisasi-organisasi ini tidak memiliki pengetahuan dan keahlian di bidangnya. Lalu bagaimana beberapa orang dungu dapat berkata bahwa organisasi universal ini tercipta secara kebetulan, aksidental dan begitu saja tanpa adanya sosok Pencipta yang Bijaksana, Berpengetahuan, Berkuasa.
Ia kembali ke rumah setelah berjalan-jalan di kota melihat tanda-tanda keteraturan di setiap tempat di kota. Itulah pelajaran praktik baginya di dalam “laboratorium tauhid,” yang hadir di setiap tempat. Ia kini mengerti apa yang dimaksud oleh ayahnya ketika ia berkata bahwa ia telah menemukan di mana laboratorium ini. Oleh karena itu dimana saja ia alihkan pandangannya, sebuah tanda “laboratorium tauhid” dapat dijumpai jika ia dapat menemukan maknanya.
Ia tiba di rumah dalam keadaan lapar dan mendapatkan makanan telah siap disantap. Makanan yang tersaji di meja makan adalah makanan kesukaannya. Saudari perempuannya berkata dengan senyum mungil: “Aku memasak makanan kesukaanmu ini karena Mom berkata kau suka dan karena Mom lelah dan tidak dapat memasaknya sendiri. So aku sajikan makanan ini untukmu.”
Ia berpikir sejenak apa yang telah dikatakan oleh saudari perempuanyna yang bahkan masak telur saja tidak bisa. Setelah beberapa lama, ia tertawa penuh arti ketika ia melihat ibunya berdiri, menantikan reaksi darinya. Lalu berkata: S Luar biasa! Menakjubkan! Saudariku! Engkau pun telah ikut serta memberikan pelajaran praktis kepadaku tentang “Argumen Keteraturan.” Lalu ia melihat ke ibunya dan berkata:
S God bless you Mom! Saya tahu bahwa saudariku tidak dapat masak bahkan sebutir telur pun. Namun saya tidak pernah berpikir sebelumnya hubungan makanan yang saya santap dan mengenal Tuhan melalui “Argumen Keteraturan” yang telah ditunjukkan oleh Dady kepadaku secara teoritis dan praktis. Anyway, Saya berterima kasih kepada kalian atas adegan yang menakjubkan ini.
Ibunya menjawab: “Cicipin dulu makanannya; coba yang satu ini dulu. ”
Ketika ia menyantap makanan itu, ia dapatkan makanan itu terasa hambar namun ia malu untuk menolaknya. Lalu ia mengunyah makanan itu dan bertanya kepada ibunya:
S Mom! Mom lupayah menaruh garam di makanan ini?
M “No son” jawabnya.“ Mom telah memberikan garam. Coba santap bagian pinggir piring itu.
Ia mengambil makanan dari bagian yang ditunjukkan oleh ibunya, namun segera setelah ia mengunyah makannan itu, ia tidak mampu mengendalikan dirinya, segera ia memuntahkan makanan itu dari mulutnya.
M “Ada apa?” Tanya ibunya. “Katanya lapar?”
S   Mom asin banget. Asin banget untuk dimakan.
M  Sekarang makan dari bagian tengah piring itu.
Ia kemudian mengambil makanan dari bagian tengah piring dan menyuapkan ke mulutnya dengan hati-hati. Makanan itu sangat enak. Ia mengangkat kepalanya dan berkata:
S   Mom! Apa maksudnya pelajaran ini?
M  Hal itu berarti bahwa kuantitas juga memiliki peran dalam keteraturan (organisasi), engkau tidak dapat menggunakan garam secara serampangan, namun tetap diperlukan kuantitas sesuai proporsinya. Al-Qur’an menyatakan: “Segala sesuatu dalam pandangan-Nya, berada pada proporsinya masing-masing.” Jadi apabila kuantitas berkurang atau berlebihan, ia akan merusak makanan atau komposisinya. Bukankah demikian, son?
S Well-done! Thank you Mom; thank you my little sister, and thanks Dad!… Juga thank you God telah menjadikan aku sebagai bagian dari organisasi keluarga ini yang membimbingku ke jalan yang benar.[]





Bagian Ke-8


Ayat-ayat Tuhan Sehamparan Bumi

Pada malam harinya, si pemuda itu menunjukkan hasratnya yang menggebu-gebu mengikuti pelajaran teori yang diberikan kepadanya. Ia telah menjalani praktikum di laboratorium dan kini telah mengetahui bahwa eksperimen-eksperimen yang telah direncanakan ayahnya tidak akan berbekas sekiranya ia hanya mempelajarinya secara teoritis. Tanda-tanda buku dan pakaian yang berserakan di kamarnya lalu buku telepon yang berserakan yang menantikan angin untuk menatanya kembali seperti sediakala dan adegan Abu Ahmad yang asyik mencari sebuah puisi besar yang digubahnya secara acak; dan adegan para pekerja yang berusaha keras untuk mencampur aduk surat-surat dan mengambilnya seukuran genggaman tangan untuk mereka cetak dengan harapan mereka dapat menggubah sebuah puisi yang menarik; juga adegan saudari mudanya yang bangga karena telah memasakakkan makanan lezat baginya dan adegan mencicipi makanan hambar, sangat asin dan yang terasa pas kadar garamnya, yang menandakan bahwa lisannya juga turut berpartisipasi dalam menemukan “Argumen Keteraturan.”
Seluruh adegan ini seperti gambaran taktik dan prosedur yang biasanya mengalami pengalaman sedemikian dalam benaknya tanpa menggunakan kamera. Bagaimanapun, si pemuda berpikir untuk menerbitkan enskilopedi yang detail tentang tauhid untuk membantu kaum muda yang dijambangi keraguan. Iya, ia akan menulis sebuah buku dan menyerahkannya kepada Abu Ahmad untuk menerbitkannya. Tapi tidak seperti caranya menggubah sebuah puisi!
Lalu, metode pengajarannya tentu sangat penting dalam mengajarkan iman. Apa yang dapat ia capai hanya dalam sehari boleh jadi tidak dicapainya selama bertahun-tahun melalui pelajaran agama yang diterima di sekolah. Pelajaran-pelajaran agama di sekolah tidak memadai untuk membantu murid mempraktikkan pelajaran tersebut dalam tataran praktis.
Ia bertanya-tanya mengapa ada kesenjangan menganga dalam metode pembelajaran di sekolah. Fisika diajarkan melalui metode pembelajaran yang paling modern, sementara dalam pembelajaran agama tidak demikian. Mengapa pelajaran-pelajaran agama tidak didasarkan kepada teknik-teknik modern? Apakah ada unsur kesengajaan di balik semua ini? Apakah kader-kader kementerian pendidikan nasional tidak mampu melakukan sebagaimana yang dilakukan ayahnya dalam mengajarkan ide-ide keagamaan baik dalam skala teoritis maupun tataran praktis, disertai dengan pengalaman-pengalaman yang menarik yang menghormati pikiran pelajar dan memotivasi lebih banyak minat dan lebih ilmiah?
Mengapa buku-buku agama diabaikan, sementara buku-buku katakanlah seperti Kimia sangat mendapat perhatian?
Juga mengapa agama hanya diajarkan di sekolah-sekolah tidak di universitas? Bukankah hal itu bermakna bahwa mahasiswa tidak memerlukan pendidikan agama atau pengetahuan agama mereka telah memadai dan tidak perlu lagi belajar atau membahasnya?
Jika demikian adanya, lalu mengapa kita melihat alur perbedaan ideologis di pelbagai universitas yang menyeret minat para mahasiswa dari agama dan menyesatkan mereka dari segala arah?
Boleh jadi para mahasiswa telah belajar agama sebelum mereka memasuki tingkat universitas dan kini telah melupakannya dan tidak lagi merasa perlu untuk terlibat dalam diskusi-diskusi keagamaan.
Kenyataannya bahwa sistem pendidikan yang jauh dari agama telah mengguncang kaum muda. Ia ingat istilah “Tuhan” telah hilang dari seluruh buku-buku pelajaran. Ia juga mengingat bahwa hukum negara menindak siapa saja yang melanggar hukum pemerintah, namun tidak menindak mereka yang melanggar hukum-hukum Tuhan.
Ia pikir bahwa seluruh warga dipaksa untuk mentaati presiden, namun tidak dipaksa untuk menuruti titah Tuhan. Oleh karena itu siapa saja yang menghina presiden akan dipenjarakan namun tidak demikian bila seseorang menghina Tuhan. Ia merasa kuatir dengan kenyataan bahwa ia hidup di tengah masyarakat yang telah berpaling dari Tuhan dan tidak mematuhi hukum-hukum-Nya semetnara mereka tunduk patuh kepada presiden. Masyarakat ini alih-alih menyembah Tuhan, malah menyembah presiden. Ia teringat sebuah kisah yang pernah diceriterakan ayahnya: Suatu hari beberapa orang Nasrani memanggil Nabi selagi beliau membaca ayat berikut ini: “Mereka menjadikan para pendeta dan rahib sebagai tuhan-tuhan mereka sebagai ganti dari Allah.” Orang-orang Nasrani itu protes bahwa mereka tidak menjadi para pendeta dan rahib sebagai ganti dari Allah. Nabi Saw menjawab: “Para pendeta telah menghalalkan kaum Kristian untuk mengerjakan sesuatu yang telah diharamkan dan melarang apa yang telah dihalalkan dan umat Kristian mengikut mereka.” Dengan demikian, mereka menyembah para pendeta bukan menyembah Tuhan.”
Anak muda itu menyimpulkan bahwa masyarakat yang alih-alih menyembah Tuhan menyembah pemimpin, membuat ia berteriak: Tiada tuhan selain Allah dan kita tidak menyembah siapa pun selain-Nya. Kita beriman kepadanya, meski kaum musyrikin tidak menyenangi. Tiba-tiba ia berhenti untuk berpikir dan bertanya kepada dirinya: “Tidakkah benar orang-orang itu berkata: Tiada tuhan selain Allah? Lalu bagaimana mereka bisa tidak takut mengatakan hal tersebut? Dan mengapa pemimpin tidak memberikan tanggung jawab kepada mereka untuk berkata tiada tuhan selain Allah?” Mereka tidak mengetahui betapa pentingnya kalimat ini karena mereka tidak mengetahui maknanya. Jika manusia mengetahui makna kalimat ini bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, tidak ada yang member hukum selain Allah, tiada kekuatan dan kekuasaan kecuali untuk Allah, tiada yang patut ditakuti selain Allah, tiada hukum selain hukum Allah, mereka akan takut akan bahayanya, baik pengatur dan aturannya. Dan Anda akan jumpai bahwa ucapan “tiada tuhan selain Allah” merupakan sebuah kejahatan yang patut dihukumi penjara seumur hidup karena membahayakan keamanan nasional dan merongrong pemerintahan.
Orang-orang Arab sepenuhnya mengerti bahwa makna “tiada tuhan selain Allah” tatkala Nabi Saw mendeklarasikannya secara terbuka dan beliau mendapatkan penganiayaan dari musuh-musuh Islam yang menolak untuk menerimanya. Jika mereka tidak mengerti maknanya, mereka akan membiarkannya dan pengikutnya untuk mengekspresikan apa saja yang mereka suka. Namun mereka benar-benar memahami bahaya di balik kalimat sederhana ini.
Pada malam harinya, keluarga berkumpul di meja makan meninjau kembali kejadian dan pengalaman hari itu. Sang ayah merasa bahagia dan sambil terseyum berkata: “Kita semua telah ikut serta dalam memberikan pelajaran tauhid kepadamu…aku, ibumu…” Lalu putrinya memotong dan berkata “Dan juga aku Dad! Aku!!”
“Dan tentu saja engkau putriku” sahut sang ayah, “tiada yang tersisa kecuali kuculuk kecilku, yang masih belum dapat berkata dan hanya mampu menangis dan meminum susu.” Sang putra menjawab:
S Bahkan kuculuk ini memberiku pelajaran tahuid yang berharga.
D How, son?
S Saya melihatnya selagi ibu menyusuinya. Saya membuka buku mengenal Tuhan dan mulai membacanya halaman demi halaman. Makhluk yang lemah ini merasa lapar dan menujukkannya dengan menangis; tangisnya menggerakan perasaan ibu. Jika ibu tidak dibekali dengan perasaan seperti ini, mereka akan membiarkan bayi-bayinya. Dengan perasaan sang ibu kemudian memeluk sang bayi dan mendekatkan kepala sang bayi untuk ia beri ASI dan mulailah si bayi meminum ASI; ia tidak tahu apa pun namun ia tahu dimana mendapatkan makanan. Dada ibu menumpahkan ASI dan tangis sang bayi berhenti karena mendapatkan makanan. Ia terus menyusu hingga merasa kenyang. Jika ia berhenti sebelum kenyang, ia akan merana. Dan jika tidak berhenti setelah kekenyangan, ia akan muntah. Hal ini telah dibuat untuk memenuhi keseimbangan; Sang bayi menyusu seperlunya untuk perkembangannya dan menjaganya dari kelaparan. Sebagaimana Anda tahu, susu ibu sangat banyak dengan segala nutrisi yang diperlukan si bayi. Tiada seorang pun yang mampu menciptakan yang serupa dengan segala karakteristiknya seperti elemen-elemen nutrisi, rasa, temperatur, dan tidak lupa sisi emosional saat member ASI; manusia tidak akan mampu membuat hal ini. Dad! Saudara kuculukku ini memberiku sebuah pelajaran tauhid dengan baik.
D Pelajaran tauhid dapat dijumpai dimana-mana. Al-Qur’an menyebut setiap pelajaran dengan sebuah tanda atau ayat. Jadi ayat-ayat Tuhan sangat banyak dan tak-terhitung. Jumlahnya sebanyak bebatuan dan butiran pasir sehamparan bumi. Namun setiap tanda memerlukan kesadaran dan seruan batin,“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qs. Al-Qaf [50]:37) ayat-ayat Tuhan dan gelombang seruan batin ini mirip sinyal dan transmisi radio. Suasana di sekeliling kita penuh dengan sinyal dari ratusan stasiun siaran, baik televisi atau pun radio. Namun diperlukan sebuah media yang mampu menangkap apa yang ditransmisikan oleh stasiun-stasiun tersebut. Semakin modern peralatan yang kita miliki maka semaksin banyak saluran yang dapat kita dengar dan lihat. Demikian juga dengan fitrah manusia; Jika ia murni, bebas dari dosa dan tidak terpengaruh oleh tradisi-tradisi masyarakat, ia akan menerima dan menangkap pelbagai pelajaran dimana-mana. Pernah engkau mendengar sabda Imam Ali” Aku tidak melihat sesuatu kecuali melihat Allah, sebelum, pertengahan dan sesudahnya?
S God is great!… Dad! Saya telah mendekati sepertiga dari apa yang dicapai oleh Ali bin Abi Thalib.
D Bagaimana?
S Saya menemukan Tuhan saat mengikuti pelajaran-pelajaran praktis dan teoritis darimu, Dad. Semenjak itu, saya senantiasa merasakan kehadiran Tuhan pada setiap apa saja yang aku lihat, namun saya tidak mampu merasakan-Nya sebelum dan sesudahnya. Dan menurutku apa yang kini aku capai sepertiga dari apa yang harus kita capai.
D Take it easy, son! Seluruh orang yang menyusuri jalan ini akan mencapai sebuah tujuan. Manusia mampu mencapai hal yang paling besar dengan usaha yang kecil.
S Hal yang paling besar itu adalah Tuhan.
D Dan usaha yang kecil itu adalah niat. Yang Dady maksud adalah niat yang tulus. Jadi jika engkau memiliki niat yang tulus untuk mencapai Tuhan, segala puji bagi-Nya, Dia akan menolongmu dalam perjalananmu. Tidakkah engkau pernah membaca ayat berikut ini:“Dan mereka yang berjuang di jalan Kami, sesungguhnya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami” (Qs. Al-Ankabut [29]:29) Jika seorang hamba Allah bergerak ke arah-Nya sejengkal, Tuhan akan mendekatinya sehasta. Demikian juga, jika seorang hamba mendekatinya dengan berjalan, Tuhan akan menghampirinya dengan berlari.
S Hal ini merupakan kebaikan Ilahi yang paling mungkin yang dapat dilakukan Tuhan kepada seorang hamba yang ingin serapat dan selekat mungkin kepada Tuhan. Dad! Saya sangat berhasrat mengikuti pelajaran-pelajaran tauhid. Sudikah Anda memberikan pelajaran lain kepadaku hari ini?
D Tidak. Belum saatnya. Sebaiknya engkau memahami benar apa yang telah engkau pelajari dan boleh jadi engkau masih memiliki pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Kemudian setelah menguasai tema pokoknya, kita akan melanjutkan proses pembelajaran ini pada pelajaran selanjutnya.
S Saya ada sebuah pertanyaan.
D Silahkan.
S Sudihkah Anda katakana kepadaku apakah metode yang Dady telah gunakan dalam mengajariku merupakan metode Dady sendiri atau…?
D“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam kitab ini.” (Qs. al-An’am 5:27)
S Kalau begitu metode yang Anda gunakan bersumber dari al-Qur’an?
D Iya. Al-Qur’an banyak mengilustrasikan contoh untuk menyeru manusia kepada Tuhan secara praktis. Misalnya, kisah Ibrahim, ketika Ibrahim beradu argumen dengan kaumnya untuk berhenti menyembah berhala, yang tidak dapat mendengar juga tidak dapat berpikir, ia tidak mampu mendorong kaumnya untuk tidak menyembah berhala. Lalu ia merubah taktiknya dengan mengajarkan kepada mereka sebuah pelajaran praktik. Ia memikul kapaknya dan menghantam berhala-berhala itu lalu menghancurkan mereka seluruhnya. Namun, ia menyisakan berhala yang paling besar dan menggantungkan kapaknya di bagian leher berhala tersebut. “Tatkala orang-orang data ng untuk menyembah berhala mereka, berhala-berhala tersebut telah hancur.. Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Mereka berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim.” Ibrahim menjawab, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala-berhala itu jika mereka dapat berbicara.” (Qs. Al-Anbiya [21]:59-63)
S Bagaimana hasil dari pelajaran praktik tersebut?
D Mereka berpikir dan berkata:“Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri).” (Qs. Al-Anbiya [21]:59-63) Seluruh argumen-argumen teoritis sebelumnya tidak memberikan solusi yang dapat diterima, namun dengan pelajaran praktis ini membuat mereka berpaling kepada seruan batin mereka dan mengakui secara jujur bahwa mereka telah berbuat salah.
S Jadi.. Anda telah belajar metode praktis Nabi Ibrahim?
D Iya. Abu Ibrahim! []





Bagian Ke-9


Menolak Aksiden..Menerima Keteraturan..

Upaya Sang ayah dalam membimbing anaknya mengenal agama, Tuhan dan kehidupan ini secara perlahan menunjukkan hasilnya. Kini anak yang beranjak remaja itu dengan semangat 45 berusaha sedapat mungkin dimana saja dan kapan saja mengulang-ngulang apa yang ia pelajarinya dari ayahnya. Setelah melalui beberapa bimbingan berharga, sang anak menyiapkan beberapa pertanyaan untuk ia ajukan kepada ayahnya malam itu. Beberapa pertanyaan itu dikumpulkan dari beberapa buku yang telah baca sebelumnya dan selebihnya merupakan hasil dari obrolan dan diskusinya dengan teman-teman dan gurunya di sekolah. Ayahnya datang terlambat, sembari menunggu, ia mulai menulis pertanyaan-pertanyaannya di atas selembar kertas sehingga ia tidak lupa nantinya. Ayahnya kemudian datang sambil membawa sebuah tas yang terbuat dari kain, namun si anak tidak bisa menggambarkan gerangan apa isi tas tersebut.
Tatkala waktu untuk mengajukan pertanyaan tiba, sang anak mengajukan pertanyaan berikut ini:
S Dad, Saya merasa heran: Bagaimana orang-orang dapat mengingkari keberadaan Sang Pencipta sementara seluruh semesta berisikan bukti atas keberadaan-Nya?
D Saya ingin engkau lebih teliti dalam menyuguhkan pertanyaanmu. Apakah pertanyaanmu itu berkaitan dengan pengingkaran kepada Sang Pencipta atau tentang ketidakberimanan mereka kepada-Nya, segala puji bagi-Nya?
S Apa bedanya?
D Perbedaan antara pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan dan tidak beriman kepada Tuhan adalah bahwa orang yang menginkari memiliki alasan ihwal ketiadaan Tuhan. Namun mereka yang tidak beriman tidak memiliki bukti akan keberadaan Tuhan.
S Kelompok mana yang lebih banyak? Kelompok yang mengingkari Tuhan atau mereka yang tidak meyakini keberadaan-Nya?
D Kelompok yang mengingkari keberadaan Tuhan. Pengingkaran menuntut sebuah alasan dan bagaimana mereka mendapatkan alasan? Tentu saja terdapat orang-orang yang mengingkari keberadaan-Nya namun ketika engkau berdiskusi dengan mereka, engkau akan menjumpai bahwa mereka tidak mengingkari kenyataan mereka hanya tidak beriman.
S Namun terdapat banyak orang yang mengingkari keberadaan Tuhan karena mereka belum mendapatkan keyakinan tentang bukti-bukti keberadaan-Nya.
D Mereka ini tidak disebut sebagai pengingkar. Seorang pengingkar merupakan orang yang memiliki alasan yang solid dan meyakinkan atas ketiadaan Tuhan. Dan engkau lihat hal ini berbeda dengan orang yang tidak beriman kepada-Nya. Jadi, son, membedakan kedua kelompok ini merupakan hal yang sangat penting.
S Bagaimana dengan kelompok yang tidak beriman kepada Tuhan?
D Mereka ini adalah orang yang memiliki kredo dan trend. Mengapa engkau memperhatikan tas ini Son? Apa yang sedang engkau pikirkan?
S Saya sedang mendengarkan penjelasan Anda, Dad. Saya melihat tas itu karena tidak tahu atas alasan apa Anda membawanya kemari?
D Engkau akan lihat bahwa tas ini memiliki pertalian yang erat dengan keyakinan seseorang yang tidak beriman kepada Tuhan.
S  I’m listening to you, Dad!
D Terdapat perbedaan tipe orang yang tidak beriman kepada Tuhan; mereka biasanya disebut sebagai materialis karena mereka hanya meyakini terhadap hal-hal yang bersifat material dan mengingkari segala yang non-material. Dua ide yang paling penting yang mereka yakini adalah: Pertama, semesta tidak memerlukan seorang Pencipta karena materi-materi telah ada. Dan inilah dari apa yang kami sebut sebagai keabadian materi-materi. Kedua, Semesta teratur dan kenyataan ini tidak dapat diingkari hanya saja bahwa keteraturan tidak memiliki pengatur dan telah tercipta secara aksidental sepanjang tahun. Hal ini disebut sebagai penciptaan secara aksiden, teori kemungkinan jika engkau bertanya kepada orang-orang pengingkar: Siapa yang menciptakan semesta? Mereka akan menjawab: Tiada seorang pun yang menciptakan semesta; semesta ini abadi. Juga, sekiranya engkau bertanya: “Bagaimana Anda menafsirkan keteraturan di seluruh aspek semesta? Mereka akan menjawab: Keteraturan yang ada secara kebetulan dan aksidental.
Sang ayah memperhatikan anaknya yang tetap melirik ke arah tas kapan saja ia ada waktu. Ia kemudian tersenyum dan si anak mengerti rahasia di balik senyum ayahnya. Lalu si anak tersenyum dan berkata:
S Bagaimana isi tas ini dapat menjawab seorang materialis? Apakah jawabannya adalah keabadian semesta atau penciptaan aksidental (kebetulan)?
D Yang kedua…. Jawabannya adalah pada gagasan yang mengatakan bahwa keteraturan diciptakan oleh sebuah aksiden atau kebetulan. Ambillah tas ini dan lihat apa isinya..
Sang ayah mengosongkan tas tersebut; dari tas itu terdapat sepuluh potong logam yang memiliki sisi yang sama, memiliki nomor dari satu hingga sepuluh. Ia melanjutkan:
D Dahulu kala, terdapat beberapa orang yang biasa menggunakan ungkapan “kebetulan” untuk membenarkan kebodohannya. Hal ini persis seperti sebuah goa yang mereka hadapi untuk mengingkari keberadaan Tuhan lantaran “kebetulan” tidak memiliki aturan dan tidak mengikuti sebuah pola tertentu… kebetulan bermakna bahwa tiada hukum dan aturan yang berlaku baginya. Namun dewasa ini segalanya berbeda.. matematika modern bekerja mengobservasi perkara ini dan menemukan hukum-hukum yang mengatur bertentangan dengan mereka yang berpikir bahwa tiada aturan yang mengatur operasi ini.
S Suatu waktu, guru matematika kami bercerita tentang hukum kemungkinan namun ia tidak menjelaskannya kepada kami.
D  Apa yang engkau bicarakan itu disebut sebagai teori kemungkinan. Teori ini telah mengalami perkembangan dan kini dipandang sebagai salah satu teori penting yang digunakan dalam berbagai bidang dimana hukum-hukum matematika kuno tidak dapat digunakan.
S Maukah Anda menjelaskannya kepadaku?
D Tentu saja! Coba lihat pada sepuluh potongan logam yang bernomor itu..letakkan dalam tas dan kocok dengan baik.
S   OK!… Well… Apakah kocokanku sudah cukup?
D Kocok lagi. Tahan tas itu dari kedua sisi dan gerakkan dengan baik.
S Well… Saya telah mengocok potongan-potongan ini dengan baik.
D Kini, tanpa engkau lihat, coba berikan kepadaku potongan nomor satu. Dapatkah engkau lakukan hal itu?
S Saya akan coba.. OK! Nomor satu; ayo dong keluar… Oh! Tidak.. yang keluar nomor tujuh.
D Taruh kembali di dalam tas, aduk lagi potongan-potongan logam itu di dalam tas sekali lagi dan kemudian coba ambil potongan lainnya. Boleh jadi nomor satu yang akan keluar.
S Percobaan kedua… Pertama saya campur potongan-potongan logam itu dan kemudian ambil satu potongan…yang keluar adalah nomor empat.
D Coba lagi untuk ketiga kalinya!
S Well!… Yang keluar adalah nomor dua. Saya sudah hampir mendapatkan nomor satu.. Boleh saya ulang sekali lagi.
D  Iya. Silahkan lakukan percobaan sekali lagi.
S Yang keluar kali ini adalah nomor sepuluh. Payah juga. Berapa lama saya harus ulang hingga nomor satu dapat keluar?
D Perhatikan, son! Teori kemungkinan berkata: Kemungkinan keluarnya nomor satu adalah satu per sepuluh yang berarti bahwa engkau harus mengulang proses pengacakan ini sebanyak sepuluh kali hingga engkau mendapatkan nomor satu.
S Ok!
D Namun jika engkau ingin mendapatkan dua potong, katakanlah nomor satu dan dua secara berurutan, kemungkinannya akan menjadi 10 X 10 yang berarti bahwa engkau harus mengulang usahamu secara acak sebanyak seratus kali untuk mendapatkan kedua nomor tersebut secara berurutan. Jika engkau ingin mendapatkan tiga nomor secara berurutan, maka engkau harus melakukan 1000 kali percobaan. Dengan demikian, kemungkinan mendapatkan ketiga potong logam tersebut adalah satu seperseribu.
S Bagaimana jika saya ingin mengeluarkan kesepuluh potongan logam tersebut secara berurutan?
D Dalam hal ini engkau harus melakukan 1010 operasi. Yaitu 10 milyar percobaan.
S   Kemungkinan ini nampaknya mustahil.
D  Iya benar demikian.
S Well, kini bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan oleh puak materialis tentang semesta ini tercipta secara kebetulan adalah tidak benar dan invalid?
D Kita menunjukkan invaliditas apa yang mereka yakini dengan metode berikut ini: Jumlah dari hal-hal yang teratur dan partikel-partikel di alam semesta ini tidak dapat dihitung. Seluruh aspek di alam semesta ini dikendalikan oleh sebuah hukum atau sebuah sistem aturan. Setiap keteraturan termasuk sejumlah unit yang jauh melebihi sepuluh potong logam yang engkau lihat dalam tas ini. Kemungkinan dari benda yang tak-berbilang ini secara acak diatur kemudian dapat menciptakan sebuah keteraturan adalah hampir nihil (zero) dalam ilmu Matematika. Oleh karena itu, ada terdapat perencanaan, pengetahuan, kehendak, kekuasaan berhimpun untuk membangun keteraturan semesta. Seluruh benda yang terdapat di alam semesta ini mengikut kepada sebuah system dan peristiwa kebetulan tidak memainkan peran apa pun dalam sistem yang tertata dan terorganisir secara canggih dan apik ini.
S Well-done Dad! Keterangan yang Anda berikan sangat ilmiah dan meyakinkan.
F Saya akan memberikan kepada sebuah contoh praktis tentang masalah ini.
S Silahkan, Dad.
D Contoh ini berdasarkan kepada elemen-elemen protein yang merupakan unsur pokok dari setiap substansi yang hidup. Saya telah sarikan bagian ini dari sebuah buku yang bernama: “Manifestasi Tuhan pada Sains Modern.” Buku ini merupakan buku yang sangat berharga dan saya nasihatkan kepadamu untuk membaca buku tersebut, tapi saya tidak yakin engkau bisa mendapatkannya di perpustakaan atau tidak. Saya meminjamnya dari salah seorang teman dan mengkopi beberapa bagian yang saya perlukan. Ambil beberapa lembar dan bacalah.
S Tolong berikan kepadaku! Protein merupakan salah satu komponen penting dari seluruh sel-sel yang hidup. Protein terdiri dari lima elemen: Karbon, Hydrogen, Nitrogen, Oksigen and Sulfur. Jumlah atom dari masing-masing setiap protein adalah 40.000. Jika kita katakan bahwa 92 elemen kimia di dunia ini didistribusikan secara acak, maka kemungkinan percampuran kelima elemen ini untuk membentuk satu komponen protein dapat dihitung dengan mengetahui kuantitas yang harus dicampur untuk membuat komponen ini dan mengetahui masa yang digunakan dalam proses ini.
Seorang matematikawan Swiss, Charles Yujengay, telah menghitung kemungkinan waktu yang digunakan untuk proses yang disebutkan di atas. Ia menemukan bahwa kemungkinan untuk mendapatkan peluang bagi bentuk acak dari protein itu adalah 1/10160 yang berarti bahwa proses pembentukan tersebut harus diulang lebih dari 10160 kali untuk mengakhiri pembentukan satu komponen protein. Angka ini tidak dapat diucapkan dengan kata-kata yang sederhana. Kenyataan yang menarik lainnya adalah bahwa bilangan substansi yang diperlukan untuk pembentukan satu komponen protein secara kebetulan ini jauh melebihi seluruh substansi yang kini tersedia di dunia ini sebanyak jutaan kali. Durasi waktu yang diperlukan dalam pembentukan acak dari satu elemen protein di muka bumi adalah jutaan tahun lamanya. Matematikawan Swiss mengestimasi periode tersebut sebanyak 10243 tahun. Protein-protein terbentuk dari rangkaian panjang amino acid-amino acid. Lalu bagaimana unsur-unsur pokok ini dapat bertemu? Jika unsur-unsur ini terbentuk dengan sebuah cara lain, mereka tidak memiliki kelayakan untuk hidup dan terkadang berubah menjadi toksin-toksin (racun). Ilmuan Inggris, J. B. Leathes telah menghitung angka reaksi-reaksi yang diperlukan dalam satu protein dan ia mendapatkan angka 1048. Dengan demikian, proses ini mustahil terlaksana secara rasional karena seluruh reaksi terjadi secara acak bertujuan hanya untuk membentuk satu komponen protein saja. Menariknya, protein-protein merupakan komponen-komponen kimia yang tak bernyawa. Mereka tidak dapat hidup kecuali mereka mendapatkan rahasia aneh yang hingga saat ini belum kita ketahui esensi dan tabiatnya.Hanya Tuhanlah yang mampu mengetahui kenyataan bahwa komponen protein mampu hidup menjadi komponen dasar dari kehidupan. Lalu Dia membangunnya, memvisualkannya, dan menjadikannya sebagai rahasia kehidupan.
S Dad! Alangkah besarnya bukti ilmiah ini!“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Qs. Fathir [35]:28)”
Seluruh yang engkau baca adalah tentang formasi sebuah komponen protein! Dapatkah engkau menebak jumlah komponen protein yang terdapat di alam semesta ini? Bagaiman dengan elemen-elemen non-protein? Berapa banyak system-sistem yang tak terbatas di dunia ini? Memikirkan hal tersebut membuat penciptaan dunia secara kebetulan adalah sejenis kegilaan atau sejenis kekerasan kepala yang disengaja berdasarkan penyakit kejiwaanyang tak dapat terobati.[]





Bagian Ke-10


Lebih Rasional dengan Puak Materialis

Obrolan antara ayah dan anak itu semakin jauh mengajak kita memasuki pemahaman yang rasional tentang Sang Pencipta dan penciptaan. Kendati sang anak baru memasuki usia remaja, namun dengan kemasan simpel dan mudah, sang ayah mampu menyuguhkan masalah penting dan “berat” ketuhanan. Sedemikian sehingga sang anak dengan mudah dapat memahami apa yang disampaikan ayahnya. Gaya dan pendekatan yang dilakukan oleh sang ayah, membuktikan lalu menggugurkan. Sepanjang ini, di antara mereka telah terjalin dialog yang membuktikan tentang kemestian keberadaan Pencipta dan setelah itu, kita diajak lebih jeluk, mengugurkan pandangan dunia materialisme. Dengan cara rasional dan ilmiah, sang ayah menerangkan bagaimana rapuhnya pandangan dan klaim puak materialisme.
S Dad! Saya masih terkesima oleh penalaran ilmiah dalam menolak anggapan dan konsep bahwa dunia ini tercipta secara kebetulan. Keyakinan akan keberadaan Tuhan merupakan sesuatu yang terbuka untuk didiskusikan, segala puji bagi-Nya. Kini saya sudah cukup familiar dengan kesalahan dan kerancuan puak-puak materialis. Dad! Sudikah Anda menjelaskan tentang teori lain puak materialis dan gagasan mereka tentan keberadaan abadi materi yang mengklaim bahwa tiada pencipta bagi alam semesta ini?
D Of course, son! Mereka mengklaim bahwa alam semesta ini telah ada semenjak dulu sehingga tidak ada lagi pertanyaan ihwal siapa penciptanya karena, sebagamana yang mereka kira, tiada waktu yang tiada sepanjang sejarah. Artinya alam semesta ini bersifat abadi. Anggapan ini tiada lain kecuali sebuah asumsi lantaran mereka tidak memiliki bukti yang menegaskan bahwa alam semesta ini telah ada semenjak dulu!
S Benar Dad! Apa yang menjadi argumen mereka?
D Saya katakan kepadamu; mereka tidak memiliki dalil dan argumen; sebaliknya, dalil yang mereka ajukan bertentangan dengan klaim mereka sendiri. Secara ilmiah, usia alam semesta ini kurang lebih miliaran tahun lamanya bermakna bahwa pada permulaannya ia tidak ada dan kemudian tercipta. Apakah maksud dari ucapan ini selain: “Ia berusia X tahun lamanya?
S Tepat sekali… Jika kita mengajukan sebuah usia untuk semesta, maka hal itu berarti ia harus memiliki permulaan.
D Hal itu juga berarti bahwa alam semesta itu tidak abadi.
S Tentu saja! Dan apabila harus ada seorang Pencipta dan pencipta itu adalah Tuhan YMK. But Dad! Apakah ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa alam semesta ini tidak abadi?
D Yes son! Ilmu Fisika menyediakan kita dengan argumen rasional. Thermal Dynamics membuktikan bahwa unsur pokok alam semesta ini kehilangan energy mereka secara gradual dan hal ini berujung pada suatu hari dimana seluruh makhluk mendekati temperatur nol. Pada saat itu, tidak akan energi dan gerakan sama sekali. Tidak aka nada jalan keluar dari situasi semacam ini lantaran kehilangan energi secara gradual seiring berlalunya waktu. Hal ini membuktikan bahwa alam semesta ini tidak abadi. Jika memang demikian, ia telah mencapai temperatur nol semenjak dulu. Matahari yang membakar, bintang-gemintang yang gemerlapan, dan bumi yang menghampar yang berisikan bentuk beragam kehidupan merupakan bukti nyata bahwa alam semesta ini bermula dari sebuah momen yang spesifik. Dengan demikian terdapat kejadian di antara kejadian dan hal ini menandakan keharusan permulaan bagi alam semesta dan yang memulai keberadaan alam semesta ini haruslah Abadi, Pencipta Bijak, Yang meliputi segala sesuati. Kekuasaannya tiada terbatas dan Dialah yang seharusnya menciptakan semesta ini.
S Segala Puji bagi Allah… “Kebenaran tiba.”
D “dan binasalah kebatilan.”
S Sebenarnya kemajuan sains dapat menjadikan seorang beriman dan menuntun manusia untuk semakin dekat kepada Allah Swt… Darimana Anda temukan argumen ini, Dad?
D Dari bab yang sama dari buku “The Manifestation of God in Modern Science.” Frank Alen yang telah menulis bab ini.
S Jazahullah Khairan Jaza! Alangkah besar khidmat yang ia berikan dalam membantah klaim-klaim kaum materialis tentang keabadian alam semesta dan penciptaannya secara kebetulan. But Dad! Apakah buku ini bertalian dengan argumen keteraturan?
D Yes… Pengarang yang sama mendiskusikan aspek universal argumen keteraturan dan menyimpulkan bahwa harus ada Pencipta bagi alam semesta. Ia berkata: “Bumi menyediakan lingkungan yang sesuai untuk dihidupi yang tidak dapat tersedia semata karena sebuah persitiwa kebetulan. Bumi merupakan sebuah bulatan yang tergantung di angkasa berputar di sekelilingnya yang merupakan hasil dari pergantian siang dan malam; ia juga berputar mengelilingi matahari sekali dalam setahun yang merupakan hasil dari pergantian musim. Bumi dibungkus oleh gas yang diperlukan oleh seluruh bentuk kehidupan, berada 500 mil di atas bumi. Ketebalan tutupan-gas yang melindungi ktia dari serangan mematikan meteor-meteor yang memiliki kecepatan lebih dari 30 mil per menit. Ketebalan tutupan-gas tersebut menghalangi meteor-meteor tersebut sehingga tidak sampai ke permukaan bumi. Tutupan-gas itu juga menjaga temperatur bumi supaya sesuai dengan kondisi kehidupan makhluk bumi. Ia juga membawa uap air dari samudera-samudera ke daerah-daerah kering untuk menyuburkan tanah bagi makhluk-makhluk di daerah tersebut. Air hujan yang menjadi sumber air segar yang tanpanya bumi akan menjadi sebuah sahara kering tanpa adanya tanda-tanda kehidupan. Kesimpulannya, samudera-samudera dan atmosfer saling melengkapi satu dengan yang lain untuk menciptakan keseimbangan di alam semesta. Air memiliki empat khasiat yang melindungi kehidupan di samudera, danau-danau, dan sungai-sungai khususnya ketika musim dingin berlangsung lama dan sangat dingin. Air mengisap sejumlah besar oksigen ketika temperaturnya rendah. Kepadatan air mencapai tingkat maksimumnya pada poin empat derajat Celsius. Kita juga tahu bahwa kepadatan es adalah kurang dari kepadatan air yang membuat bentukan es di danau dan sungai terapung di atas permukaan air karena bebannya lebih ringan dari air. Lalu air memelihara temperaturnya membuat kehidupan yang terdapat di bawahnya menjadi mungkin yang merupakan daerah yang sangat dingin. Ketika air membeku, sejumlah besar panas terlepaskan yang membantu melindungi makhluk hidup yang terdapat di laut. Bagian kering bumi sesuai dan layak bagi banyak makhluk hidup. Tanah mengandung beberapa elemen yang diserap oleh tanaman dan mentransformasinya menjadi beragam tipe nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan-hewan. Inilah alasan di balik munculnya peradaban dan kemunculan seni dan industry di muka bumi. Sebagai kesimpulannya, bumi diciptakan dalam bentuk yang terbaik untuk kehidupan. Tanpa syak bahwa semua hal ini dirancang oleh Pencipta yang Mahir dan Bijak. Tidak masuk akal menyebut semua hal ini merupakan sebuah kebetulan atau ada secra acak. Asyia (salah seorang nabi kaum Yahudi) benar tatkala ia berkata kalimat berikut ini dan ditujukan kepada Tuhan: “Dia tidak menciptakan hal ini tanpa tujuan; bumi ini diciptakan dan dimunculkan untuk para makhluk.”
Sebagian orang mengolok-ngolok ukuran bumi dibandingkan dengan angkasa yang mengelilinginya. Jika bumi lebih kecil dari bentuknya sekarang, misalnya sama dengan ukuran bulan atau diameternya seperempat diameter bumi yang sekarang, ia tidak akan mampu menjaga atmosfer di sekelilingnya dan kelembaban air; suhu udara akan mencapai sebuah derajat dimana tidak ada satu pun makhluk hidup yang dapat survive. Di sisi lain, jika diameter bumi lebih besar dua kali lipat dari diameter bumi sekarang, permukaan akan melebar hingga empat kali dari ukuran sekarang dan akibatnya akan bertambah dua kali lipat gravitasinya. Sebagai hasilnya, tinggi atmosfer akan berkurang dan tekanan atmosfer akan bertambah dari 1 Kg/cm2 menjadi 2 Kg/Cm2 yang akan berefek buruk bagi kehidupan di muka bumi. Dalam situasi ini wilayah daerah dingin akan melebar dan wilayah hunian akan berkurang secara drastis. Oleh karena itu, manusia akan memiliki kelompok dan hidup terpisah dari yang lain; isolasi manusia akan semakin banyak. Perjalanan pulang-pergi manusia dan komunikasi akan menjadi mustahil. Jika ukuran bumi sama dengan ukuran matahari (dengan kepadatan yang sama), gravitasnya akan menjadi 150 kali lebih berat dari beratnya sekarang. Juga, tinggi bungkusan atmosfer akan menjadi empat mil kurang dan sebagai hasilnya uap air akan menjadi musathil. Tekanan atmosfer akan melebihi 150Kg/Cm2; dengan demikian seekor binatang dengan berat satu pound akan menjadi 150 pound beratnya. Ukuran seorang manusia akan menyusut menjadi seukuran musang atau seekor tupai dan kepintaran mereka akan menjadi mustahil untuk dapat berkembang. Jika orbit bumi akan bergerak dua kali jaraknya dari matahari, kuantitas panas yang diterima dari matahari akan berkurang menjadi seperempat dari levelnya sekarang; waktu rotasi mengelilingi matahari akan berlangsung lebih lama dan musim panas akan berlangsung lama dan seluruh makhluk hidup di muka bumi akan mati membeku. Di sisi lain, jika jarak bumi dari matahari setengah dari jaraknya yang sekerang, panas yang diterima dari matahari akan menjadi empat kali lebih besar; kecepatan rotasi bumi akan berkurang; lama berlangsungnya musim-musim akan menyusut menjadi setengah; dan kehidupan di muka bumi akan menjadi mustahil. Kesimpulannya, ukuran aktual bumi, jarak dan kecepatannya dalam orbitnya menyediakan kondisi bagi kehidupan dan prasyarat bagi manusia untuk dapat hidup, berpikir dan menikmati hidup sebagaima yang kita lihat sekarang.”
S O my God! Pengetahuan ini merupakan pengetahuan berharga yang terbaik yang pernah saya dengar. Saya harus mencari buku ini dan menelaahnya secara seksama. Jika saya menemukannya, saya akan membelinya berapa pun harganya.
F Juga cari buku “The Faith Story” karya Syaikh Nadim Al-Jeser. Engkau akan jumpai diskusi yang menarik dan pengalaman yang berharga tentang iman.
S Sudikah Anda memberitahukannya kepadaku?
F Kita akan lanjutkan diskusi kita ini besok, son![]





Bagian Ke-11


Kebebasan Berpikir

Setelah Sang Ayah (Daddy) menyuguhkan argumen-argumen rasional dalam membimbing putranya mengenal Tuhan dengan menafikan konsep dan ajaran yang menolak keberadaan Tuhan, dalam kasus ini Materialisme, kini sang ayah ingin mengajak putranya mengikuti pengalamannya dalam berhadapan langsung dengan ide-ide materialisme yang diusung oleh para pentolan ajaran ini. Sebuah pengalaman yang banyak dilalui oleh para remaja yang nyaris menginjak usia dewasa. Pengalaman yang didera oleh badai keragu-raguan yang menghantam keyakinan yang bersifat warisan dari tradisi, orang-tua dan lingkungan. Sebuah keyakinan yang umumnya bersifat taken for granted.
Berbeda dengan para remaja umumnya, ketika remaja, sang ayah melalui masa-masa kritis dan krisis, dengan bekal rasionalitas, kebebasan berpikir dan sikap netral, dalam menghadapi keraguan-keraguan yang dilancarkan oleh puak materialis meski sepintas dalam bentuk dan fakta ilmiah yang tak-terbantahkan.
Sang anak, yang hingga saat ini telah tercerahkan, sangat antusisas menunggu tuturan pengalaman ayahnya dengan orang-orang materialis dan ia tidak mempersiapkan satu pertanyaan pun sebelumnya. Kini ia, bersama kita, siap untuk mendengarkan tuturan penjelasan ayahnya:
Pengalaman pertama dengan kaum materialis ketika Daddy belum lagi mencapai usia baligh. Saya memperoleh pengetahuan agamaku dari lingkungan sosial dimana saya tumbuh-berkembang; orangtuaku adalah orang-orang Mukmin yang committed; lingkungan sekolah juga merupakan lingkungan religius; dan kota tempat aku berdiam tatkala aku muda secara umum mengikuti budaya dan praktik agama. Demikianlah saya melalui masa kecil dan pada usia nyaris remaja. Saya adalah orang mukmin yang baik dalam teori dan praktik, namun…gak kebayang keyakinan dan iman seperti apa? Saya mengikuti dan melakukan apa yang orang lain lakukan. Saya tidak tahu bahwa iman semacam itu tidak akan bertahan lama atau melawan keraguan dan sangsi yang pertama kali datang menyerang. Hal ini terjadi persis ketika saya berusia tiga belas tahun; saya mendapatkan perhatian besar dari guru geografiku yang merupakan seorang komunis dan berencana menarikku lebih dekat kepada keyakinannya dan kemudian mendaftarkan aku ke dalam partai komunis. Ketertarikannya kepadaku setelah ia perhatikan keunggulanku di sekolah dan perhatianku terhadap masalah keyakinan berbeda dengan teman sebayaku yang duduk di bangku SMP. Diskusi-diskusi pendahuluan antara kami ihwal masalah-masalah remeh keagamaan. Ia berniat untuk mempengaruhi pikiranku sementara aku juga bermaksud yang sama. Saya tidak sadar rencananya yang ingin menggoyang lalu mengganti keyakinanku. Setelah beberapa kali pertemuan, saya perhatikan ia menghindari untuk berbenturan langsung dengan pemikiran-pemikiran keagamaanku. Setelah beberapa lama, ia berkelit dengan memanipulasi diskusi dari kasus-kasus simple kepada konsep-konsep dalam tentang ideologi, penciptaan semesta dan masalah tauhid. Pelan-pelan ia berpindah pada pembahasan keberadaan Tuhan namun dengan cara menawan menghindar perbenturan lansung yang boleh jadi berujung pada reaksi keras dariku lantaran budaya yang saya bawa dari lingkunganku. Ia memiliki pengetahuan yang dalam tentang psikologi ketika berurusan dengan anak muda yang baru saja terbentuk ideologinya, dimana pada usia ini, kebanyakan para remaja ini adalah orang-orang yang sangat percaya diri dan banyak angkuh. Kaum muda pada usia ini mengingkari apa yang tidak mereka yakini bahkan jika seluruh manusia memiliki kesepakatan tentangnya. Sikap ini boleh jadi bermuara pada pemberontakan dan pembangkangan yang merupakan dasar bagi pemikiran dan ideologi baru. Atas alasan ini mengapa missionaris dan para dai mencoba menarik kaum muda, yang membentuk proporsi yang lebih besar masyarakat, ketika mereka menginjak usia remaja. Tarikan ini adalah dalam rangka untuk menyokong pemikiran dan ideologi mereka. Kaum muda siap mengorbankan diri mereka tanpa memperdulikan bahaya yang boleh jadi muncul di kemudian hari (sebagaimana kasus Ashabul Kahf). Engkau dapat saksikan di dunia kelompok aliran pemikiran (dalam contoh kasus ini adalah komunis) tertentu dalam negeri atau juga di luar negeri, dimana kelompok-kelompoknya kebanyakan dari kalangan kaum pelajar di sekolah dan pemikiran ini menjadi bagian dari kehidupan keseharian mereka hingga mereka lulus dari universitas. Sangat jarang sebuah aliran memilih peniaga atau mereka yang memiliki keluarga besar.
Benar Dad! Saya juga perhatikan bahwa kebanyakan kelompok-kelompok ini membentuk organisasi-organisasi pelajar yang merupakan organisasi kuat dan aktif.
Namun hal ini sebelum mendapatkan kekuasaan di tangan mereka.
Dan setelah mendapatkan kekuasaan?
Selanjutnya, mereka tidak akan memberikan kesempatan pada orang-orang untuk hidup tenang kecuali mereka tunjukkan dukungan tanpa syarat. Hal ini menjadi sebuah kesempatan bagi mereka untuk merebut kekuasaan dengan cara ilegal dan berada pada posisi menghantam masyarakat, mengingkari hak-hak dasar mereka dan merubah aparat-aparat pemerintah menjadi ala yang menakutkan bagi masyarakat.
Apakah Anda pikir,Dad, bahwa lebih baik menjaga otoritas di tangan kaum ideologis atau di tangan kaum diktator dan oportunis.
Pertama-tama, pertanyaan yang harus dibahas adalah masalah ideologi. Jika ideologinya bukan ideologi Islam, maka ia tidak dapat dipandang sebagai pilihan terbaik. Ia harus ditolak apakah ia diusung oleh kaum ideologis atau oportunis. Jika ideologinya Islam, orang-orang Mukmin bertanggung-jawab untuk melindunginya. Bukan orang kaya saja juga bukan orang yang meyakini Islam setelah kemenangannya dapat dipilih atas tanggung-jawab ini. Karena, jika kita meraih kemenangan, mereka akan berkata: Bukankah kami bersama Anda? Dan jika orang-orang kafir meraih kemenangan atau memiliki saham kemenangan, mereka akan berkata kepadanya: Tidakkah kami menyokong Anda dan mencegah orang-orang beriman supaya tidak menyakiti Anda?
OK Dad! Sudikah Anda melanjutkan kisah tentang guru geografi itu?
Yeah! Orang ini menggunakan pengetahuan psikologinya tentang kaum muda dan mengetahui kecintaanku membaca, persis seperti kecintaanmu membaca, lalu ia memotivasiku untuk memecahkan persoalan masalah keberadaan Tuhan dengan membaca buku-buku. Kemudia ia menganjurkan aku untuk membaca buku “The Origin of Species” ditulis oleh seorang atheis Mesir, Salama Mousa. Namun ketika ia melihatku tidak dapat mendapatkan buku itu, ia meminjamkan bukunya kepadaku. Segera setelah menerima buku itu, saya mulai membacanya.
Sependek yang saya tahu, buku “The Origin of Species” ditulis oleh Darwin, seseorang yang mengembangkan teori evolusi, iyakan?
Iya. Buku aslinya ditulis oleh Darwin dan ialah orang yang merumuskan teori evolusi dan perkembangan. Ia berkata, "Seluruh jenis binatang berasal dari satu sumber dan kemudian berevolusi dan bervariasi melalui seleksi alam sesuai dengan hukum "survival of the fittest" yang memandang bahwa siapa yang kuat ialah yang berkuasa dan kematian bagi orang-orang yang lemah." Darwin memilih judul ini untuk bukunya. Namun pengarang Coptic (Salam Mousa), yang merupakan wakil ideologi Barat di dunia Islam, mencoba menerbitkan pemikiran-pemikiran ini di kalangan kaum Muslimin. Ia juga menamai bukunya, "The Origin of Species" dan mengintisari konsepnya dari buku Darwin. Buku tersebut ditulis dengan bahasa yang ringan untuk menarik kaum muda dan memalingkan mereka dari agama sejauh mungkin. Melebihi dari apa yang dilakukan Darwin dalam bukunya.
Mengapa Salama Mouse melakukan hal tersebut?
Darwin meyakini adanya Tuhan namun Salam Mousa bukan hanya seorang musyrik tetapi ia juga adalah seorang pendakwah atheisme. Salama Mousa menghadirkan teori dengan cara atraktif, menghindar dari poin-poin lemah yang merupakan prinsip. Poin-poin lemah ini disebutkan Darwin dalam bukunya, dimana jika seseorang membacanya, juga akan merasa bahwa pengarang tidak mencoba mencari sebuah alternatif bagi keimanan kepada Tuhan, namun Salama Mousa mencoba menyimpangkan kaum muda dengan mengklaim bahwa teori Darwin merupakan sebuah kenyataan ilmiah yang tak-terbantahkan dan fakta ini merupakan alternatif atas mitos yang berkata bahwa Tuhan adalah pencipta. Tuhan lebih besar dari apa yang diklaim orang-orang bodoh ini klaim.
Well! What else?
Saya membaca buku tersebut dengan teliti….Keyakinanku mulai goyah…What's going on? Bisikku pelan. Saya berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ilmiah yang berkata: Spesis manusia tidak dicipta oleh Tuhan, mereka berevolusi melalui sejumlah tingkatan secara acak; tingkatan-tingkatan tersebut berulang banyak kali dan menyediakan bilangan yang tak-terhitung jenis dan spesisnya dengan beragam karakter dan khasiat; spesis yang lemah menjadi punah sementara yang lebih kuat dapat berhatan selama proses evolusinya; oleh karena itu manusia dicipta dengan cara yang sama. Ia mengklaim bahwa sains didukung oleh banyak fakta dan bukti yang tak-terbantahkan serta temuan-temuan arkeologis. Jika saya harus menghormati pikiranku dan menerima kenyataan-kenyataan so-called ilmiah tersebut? Atau menghormati orang tua dan masyarakatku serta menerima apa yang mereka ajarkan kepadaku?
Tentu merupakan sebuah pilihan berat bagi Anda, Dad!
Informasi yang tersedia dalam buku tersebut disertai dengan foto-foto bergambar semakin memperkuat fakta-fakta tersebut. Namun ia menata informasi tersebut dengan cara yang menyesatkan sehingga menyisakan kebingungan pada pembaca yang berpikiran sederhana. Saya ibarat seorang dusun yang baru saja menginjakkan kakinya di ibukota negara mengagumi segala sesuatunya dengan perasaan takjub, bingung dan bahagia. Untuk pertama kalinya saya membaca buku yang merusak tatanan keberagamaanku secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang diyakini oleh orang-orang, masyarakat, keluargaku, semua orang yang saya kenal termasuk diriku, adalah sesuatu yang salah. Seluruh kebiasaan, praktik keagamaan, shalat dan hubungan sosial yang kami jalin adalah dusta semuanya. Apa yang kami yakini atau praktikkan apakah itu bersumber dari agama atau berhubungan dengan agama bagaimanapun juga dan lantaran keseluruhan agama berdasarkan pada iman kepada Tuhan, maka segala sesuatunya akan gugur dengan sendirinya jika apa yang diklaim oleh buku ini terbukti kebenarannya.
Perasaan ini merupakan perasaan luar biasa yang dapat merobek jiwa seorang manusia dan membuatnya bak selembar bulu yang diterbangkan angin. Saya mengalami kondisi semacam ini tatkala Anda memulai program Anda bersamaku. Ketika Anda memisahkan aku dari cara beriman tradisional dan mendaftarkanku dengan bebas pada sekolah iman yang sebenarnya. Anda memang hebat, Dad!
Anyway, Saya memutuskan untuk memilih antara pikiranku dan lingkungan sosialku…. Benar bahwa lingkunang sosialku berharga bagiku namun pikiranku lebih berharga. Saya adalah seorang muda yang menghormati pikiranku yang mampu menunjukkan aku ke jalan yang benar. Jadi jika saya memilih pikiranku namun kemudian….. Tidak..Tidak.. Jika Aku mengikuti pikiranku maka saya akan membangkang kepada orang tuaku yang mencintaiku dan menghormati mereka merupakan kewajiban moral dan kewajiban agama… Apa? Kewajiban moral? Kewajiban agama? Apa moral itu? Apa agama itu? Hukum Tuhan? Apa hukum Tuhan itu? Siapa Tuhan itu? Apa itu Tuhan itu? Apakah Dia adalah Yang dikatakan ibuku, atau yang disebut sebagai sebuah mitos oleh Salama Mousa? Haruskah saya mengikuti pendapat seorang wanita atau pendapat pengarang, intelektual dan saintis terkenal? Oh Tuhan! Apa yang seharusnya saya lakukan! Oh Tuhan.. Apa saya berkata "Oh..Tuhan"? Bagaimana saya dapat menyebut Tuhan ketika aku meragukan-Nya? Apa yang ada dalam diriku yang membuat aku berkata "Oh Tuhan".. Apakah itu diriku, atau bagian dariku, atau apa? Sebuah angin menghantam diriku; saya mulai melihat kembali segalanya… Saya putuskan untuk berenang melawan arus namun saya tidak dapat melakukan hal itu, saya istirahat aja di tepi untuk mencari arah yang tepat kemudian berenang kembali.
Apa yang terjadi setelah itu?
Setelah berpikir lama, saya memutuskan untuk berhubungan dengan kasus ini secara rasional sekaligus secara moral. Pendekatan rasional bermakna bahwa saya telah memutuskan untuk meneliti persoalan ini dengan riset dan pengujian rasional kemudian menilai kasus ini. Dan jika saya mencapai sebuah kesimpulan -apapun itu- saya akan meyakininya dan mengikuti terlepas dari apakah ia sejalan dengan pemikiran-pemikiran yang kuwarisi atau tidak. Apakah selaras dengan lingkungan sosialku atau tidak. Namun, dari sudut pandang moral, cukup fair untuk tidak menunjukkan permusuhan dan konflik dengan masyarakat lantaran masih dalam tingkatan meneliiti. Jadi membenturkan warisan dan tradisi bukan merupakan jalan rasional sebelum mencapai kesimpulan final yang benar.
Kedengarannya keputusan ini merupakan keputusan rasional dan berperasaan. Berapa lama Anda mempelajari isu-isu ideologis ini?
Kurang lebih dua tahun. Saya senantiasa ragu dan mencoba untuk menemukan jalan keluar.
Bagaimana dengan tugas-tugas keagamaan Anda, maksud saya taklif syar'i selama dua tahun itu….Misalnya, apakah Anda meninggalkan shalat?
Pertanyaan yang bagus… Saya tidak melakukan kesalahan sebagaimana pada umumnya kaum muda lakukan tatkala masa keraguan mereka jalani… Mayoritas kaum muda yang memasuki masa ini, yang memiliki keraguan tentang agama mereka, meninggalkan shalat. Namun, setelah melalui masa sulit ini sangat sukar bagi mereka untuk memulai shalat lantaran mereka telah memutuskan panggilan Tuhan. Saya berargumen dalam menghadapi masalah ini: Saya pikir setelah masa keraguan saya akan sampai pada salah satu dari dua kesimpulan berikut ini: Apakah saya akan beriman kepada Tuhan dan sesungguhnya bahwa agama, Surga dan Neraka merupakan sesuatu yang real. Atau saya akan menemukan bahwa seluruh konsep yang disebutkan ini adalah mitos. Setelah menimbang kedua konsekuensi ini, mana yang lebih menyelamatkan dan lebih baik bagi masa depanku: Berhenti mengerjakan shalat atau melanjutkannya? Jawabannya cukup jelas…Jadi saya memutuskan untuk tidak menghentikan shalat.
Anda seperti seorang pelajar yang menjalani ujian. Namun ia ragu apakah bab yang dibacanya termasuk atau tidak dalam ujian dan kemudian ia memutuskan untuk membaca bab tersebut sebagai tindakan penyelamatan.
Yes, exactly! Dalam sejarah Islam, terdapat banyak aliran kepercayaan yang menawarkan pelbagai keraguan tentang prinsip-prinsip agama. Para ulama dan imam berkonfrontasi dengan mereka dengan argumen-argumen rasional dan menyuguhkan penalaran pada setiap kasus. Mereka yang terkadang ragu tunduk di hadapan bukti-bukti rasional dan terkadang juga ada yang bersikap keras-kepala. Imam Ja'far Shadiq As memecahkan masalah ini tatkala beliau menerapkan metode kehati-hatian pada Ibnu Abil Auja?
Siapa orang ini, apa yang beliau katakan kepadanya?
Ibnu Abil Aujah tidak beriman kepada Tuhan dan akhirat. Lantas, Imam Shadiq berargumen dan berkata kepadanya: "Perhatikan, jika benar apa yang engkau katakan, maka kita semuanya akan selamat. Namun jika apa yang kami katakan benar adanya, maka kami akan selamat, namun engkau akan celaka." Jadi, jika kasusnya adalah seperti yang engkau katakan (tiada Tuhan, Surga dan Neraka), maka kita semua akan selamat dari hukuman. Namun jika masalahnya tidak demikian. Masalahnya seperti yang kami katakan (Tuhan itu ada, Surga dan Neraka juga demikian), maka kami yang akan selamat, dan engkau akan mendapatkan hukuman. Dalam dua kondisi di atas, seorang yang beriman akan selamat, namun orang yang tidak beriman memiliki 50% peluang untuk selamat. Oleh itu, apa yang dilakukan oleh orang yang berakal-sehat tatkala ada kemungkinan bahaya? Dan tidak kebayang bahayanya seperti apa? Bahaya terpuruk di Neraka. Metode ini (precaution method) adalah apa yang kita adopsi dalam keseharian hidup kita, dan metode inilah yang saya terapkan terkait dengan shalat, karena saya tidak berhenti mengerjakan shalat selama datangnya masa ragu.
Dad! Tuhan menolongmu.
Demikianlah bagaimana saya tetap melanjutkan mengerjakan shalat untuk menemukan Tuhan dengan usahaku sendiri sebagaimana engkau menemukan-Nya dengan usahamu sendiri.
Tapi cepat banget saya menemukan-Nya.
O Son! Hal ini karena program yang, berkat pertolongan Tuhan, aku telah siapkan untukmu. Tapi dalam kasus yang saya hadapi, saya menjalaninya tanpa bimbingan atau kompas.
Semoga Tuhan menolongmu Dad! Bagaimana Anda melewati perjalanan Anda dari keraguan kepada iman?
Setelah saya memutuskan untuk tidak mengikuti ideologi dan pemikiran tradisonal dan yang diwariskan. Saya memandang kenyataan bahwa setiap gagasan (tanpa kecuali) boleh jadi benar atau salah dan satu-satunya penalaran pada pikiran. Karena saya menghindar untuk tidak mengikuti nenek moyang, saya juga memutuskan untuk tidak tertipu oleh konsep-konsep palsu Oleh karena itu tidak rasional menerima dan menegaskan pelbagai ideologi Barat hanya karena datang dari Barat dan negara-negara maju secara industri dan teknologi. Peradaban Barat memiliki sisi baik dan sisi buruk. Tidaklah bijak untuk mengadopsi apa yang buruk meski melalui bimbingan yang baik. Haruskah kita, misalnya, mengimpor AIDS karena kita mengimpor obat-obatan dari Barat? Atau haruskah kita bersikap selektif dan mengambil sains dan meninggalkan penyakit? Apakah dapat diterima mengikuti jejak kaki mereka dalam segala hal karena menghormati mereka yang maju dalam teknologi? Tidaklah bijak mengagumi segala apa yang ada pada masyarakat Barat. Perlu bagi kita untuk menanyakan setiap gagasan bahkan jika ia dipresentasikan oleh seseorang yang mengklaim bahwa apa yang ditawarkannya itu adalah sebuah konsep ilmiah. Atas alasan itu, bagaimana saya menjumpai Salam Mousa telah menipuku dngan menampilkan teori Darwin yang telah ditegaskan oleh fakta-fakta ilmiah tatkala kemudian saya dapati bahwa Darwin tidak sepenuhnya meyakini apa yang dianjurkan oleh Salam Mousa. Salam hanya menyesatkan para pembacanya dengan menuntun mereka ke Neraka.
Lalu Anda memulai riset dengan menolak mengikuti tradisi dan segala yang berbau modern yang menyilaukan mata.
Yes! Demikianlah. Saya mulai membaca buku-buku yang baik yang membuktikan keberadaan Tuhan atau mengingkari wujud-Nya. Pada mulanya, saya membaca buku-bukum yang ditulis oleh ulama atau semi-ulama yang tersedia di toko-toko buku.. Saya dapatkan usaha yang tulus dan niat yang jujur dalam membimbing masyarakat kepada jalan yang benar namun sasaran buku-buku tersebut adalah generasi tua. Mereka yang tulus tidak mengenal bahasa dan budaya hari ini. Oleh karena itu, jika kaum muda membaca buku-buku ini, mereka tidak akan mudah mengerti bahasanya apatah lagi memahami isinya. Dengan demikian, pembaca akan meninggalkan membaca buku-buku sedemikian setelah melihat pada gaya penulisan yang tidak lazim dan isinya pada halaman pertama. Di sisi lain, buku-buku yang dipropagandakan oleh atheisme mengikuti strategi yang lain. Buku-buku tersebut tidak menyuguhkan pembaca dengan informasi tentang kekafiran secara langsung dan terus-terang. Mereka biasanya menyediakan pembaca informasi yang mana yang sebenarnya asli namun mengikuti jejak yang salah. Namun ketika pembaca mengikuti bacaan, ia akan jumpai dirinya sebuah jalan yang menjauhkanya dari agama. Ia tidak akan diberikan konsep-konsep tentang kekufuran juga tidak diminta untuk mengumumkan penyimpanganya dari agama, namun ia didoktrin seolah-olah ia telah memilih secara bebas untuk mendegradasikan agama tanpa diminta. Pengumumam kekufuran merupakan sebuah konsep yang jarang diadopsi oleh blok Timur dan Rusia (dulu Uni Soviet) yang kebanyakan dikontrol oleh ajaran komunisme. Hal ini terjadi tatkala partai-partai politik memulai menyebarkan ideologi materialistiknya, yang dikenal sebagai Materialisme Dialektika. Hal ini merupakan sebuah langkah yang harus dilakukan untuk melakukan penetrasi secara politik dalam tubuh pemerintahan Uni Soviet. Oleh itu, konsep-konsep materialistik, dalam situasi seperti ini, merupakan sebuah konspirasi melawan kaum Muslimin untuk membuat mereka bergabung dengan blok Timur. Budaya Barat, yang saya kaji selama beberapa tahun terakhir ini, bukan merupakan budaya yang bercorak atheistik; ia memiliki sebuah sikap anti-agama yang tidak bermakna penafian keberadaan Tuhan secara terus-terang namun ia mencoba untuk menciptakan sebuah keraguan agama yang seolah-olah berusaha untuk melemahkan iman manusia kepada Tuhan tanpa benar-benar menghancurkan tatanan konsep penciptaan.
Apa rahasia di balik semua ini, Dad?
Sama dengan satu konsep dalam komunis. Hal ini juga merupakan persiapan untuk memotivasi orang untuk bergabung dengan kebijakan Barat lantaran masyarakat Kristen di Barat meyakini adanya Tuhan namun mereka tidak ingin kaum Muslimin puas dengan agama mereka. Hal ini disebabkan mereka tahu bahwa Islam tidak mengizinkan para pengikutnya menjadi budak orang lain. Mereka ingin menciptakan kecurigaan tentang agama kita dan memisahkan kaum Muslimin untuk memfasilitasi niat para politikus mereka. Para tuan penjajah telah menggunakan cara-cara seperti ini pada abad-abad terakhir. Para misionaris Kristen adalah orang-orang yang terdepan terlibat dalam menjajah bangsa-bangsa Muslim. Jika engkau ingin tahu lebih detil, engkau dapat membaca buku “Missionaries and Colonization” untuk lebih akrab dengan fakta ini.
Bagaimana dengan Zionisme?
Zionisme merupakan sebuah gerakan politik-agama. Pada abad belakangan, kebijakan Barat didominasi oleh Zionisme. Kaum Yahudi Amerika mengontrol 95% bidang ekonomi dan politik di Amerika, sementara jumlah mereka tidak lebih dari 5% masyarakat Amerika. Kekuatan yang baru muncul telah memainkan peran yang lebih meyakinkan dalam menentang Islam dan membuat pemeluknya asing dengan agama mereka. Hal ini dilakukan untuk menarik mereka kepada budaya Barat. Mereka mulai menduduki Palestina yang dimainkan sebagai pangkal visi besar mereka mendirikan Israel Raya yang terbentang semenjak sungai Nil dan Eufrat dan menggunakan seluruh dunia berbakti kepada niat-niat mereka sebagai bangsa yang terpilih, sebagaimana yang mereka klaim. Kekuatan-kekuatan Barat telah membuktikan permusuhan mereka dengan Islam selama abad-abad terakhir. Sikap ini dapat ditelusuri pada standar ganda yang mereka terapkan terhadap Yahudi, Kristen dan Islam. Kekuatan Barat ini telah meluaskan dukungan dan sokongan tanpa-syarat mereka kepada Israel, satu-satunya negara yang memiliki sistem keagamaan dalam pemerintahan di Timur-Tengah, sementara mereka mengumumkan perang terhadap Iran dan Sudan lantaran kecendrungan mereka terhadap Islam. Jika Barat menentang agama, lalu mengapa mereka menyokong Israel? Dan jika mereka tidak menentang Islam, lalu mengapa mereka menentang Islam dan Sudan?
Dad! Anda masih ingat krisis yang diciptakan Salman Rusdi?
May God bless you. Salman Rusdi merupakan sebuah contoh dari apa yang saya katakan. Ia tidak mengklaim bahwa Tuhan adalah mitos. Ia mengejek kepribadian Nabi Islam, perbuatan dan pemikirannya. Seluruh dunia Barat, dengan lembaga politik dan kebudayaanya, bergerak membela kebebasan intelektual yang, menurut mereka, terdemonstrasikan dalam kepribadian Salman Rusdi. Paradoks ini lebih jauh dibawa pada sistem peradilan tatkala sekelompok kaum Muslimin yang menuntut Rusdi ke meja hijau di Inggris. Kasus yang diajukan oleh sekelompok kaum Muslimin ini ditolak! Mereka mendapati bahwa hukum Inggris akan memperadilankan orang yang mengumpat agama Kristen dan Yahudi namun tidak demikian halnya dengan Islam! Oleh karena itu, menurut hukum Inggris Rusdi tidak dapat dihukum karen menghina ratusan juta kaum Muslimin di Inggris dan di seluruh dunia. Coba perhatikan, son! Jika seseorang mengumpat agama Kristen atau Yahudi ia akan dipersekusi namun tidak bagi orang yang mengumpat Islam. Jadi kebebasan berekspresi hayna berlaku pada satu arah saja, karena dibenarkan untuk mengumpat Islam dan kaum Muslimin!
Demikian juga, merupakan kebebasan menerapkan aturan berpakaian. Jika seorang wantia di belahan dunia Barat memutuskan untuk berjalan telanjang bulat di jalan, tiada seorang pun yang akan turut campur dengan kebebasan personalnya yang mendapatkan perlindungan hukum. Ia hanya ingin menggunakan haknya untuk untuk memilih model busana yang ia kenakan! Namun ketika pelajar Muslimah mengenakan jilbab di Perancis sebagai pilihan mereka berpakaian, Menteri Pendidikan Perancis menyetujui mereka untuk dikeluarkan dari sekolah! Tiada kebebasan pribadi yang dipraktikkan dan dilindungi!
S Alangkah vulgarnya bias yang mereka praktikkan terhadap Islam. Hal ini merupakan sebuah peperangan yang kasat-mata terhadap melawan Islam atas nama kebebasan! Wanita hanya memiliki hak untuk menonjolkan lekuk tubuhnya namun tidak bolehkan untuk menutup kepada dengan jilbab! Seorang penulis memiliki hak untuk mengumpat Islam namun tidak diperkenankan untuk mengkritisi Yahudi!
D Contoh lain yang mengejutkan adalah kasus Rogieh Garouy, filosof Marksis Perancis yang memeluk Islam setelah pengkajian yang dalam dan sangat teliti. Ia merupakan sosok budayawan yang dihormati du Perancis dan menikmat kebebasan berpendapat sebelum memeluk Islam. Namun, kebebasan ini diambil setelah ia menjadi seorang Muslim. Ia dihukum atas risetnya ihwal jumlah sebenarnya kaum Yahudi yang terbunuh oleh Nazi selama perang dunia kedua.
S Apakah merupakan sebuah tindakan kriminal untuk mendiskusikan dan mempersoalkan sebuah kejadian sejarah?Dimana kebebasan intelektual kalau begitu?
D Hanya karena hal itu terkait dengan masalah Yahudi.
S Zionisme, yang berada di balik motto dan slogan kebebasan personal dan intelektual untuk melayani niatnya dan menyerang ideologi Islam.
D Dan kebebasan berniaga; hal ini dimaksudkan untuk melupakan atau menghapuskan boycot atas produk-produk Israel. Mengadakan pasar bebas dimaksudkan untuk tidak mencampur adukkan masalah politik dengan masalah perdagangan. Tatkala Iran atau Sudan menerapkan sebuaj kebijakan yang tidak diterima di Barat, mereka menerapkan sanksi Ekonomi dan kebebasan berniaga tidak lagi tersisa untuk negara-negara Muslim.
S Dad! Hal yang sama juga terjadi pada demokrasi. Mereka berpegang kepada demokrasi tatkala seiring sejalan dengan kepentingan Barat. Mereka melindungi hak-hak orang untuk memilih pemimpin mereka melalui pemungutan suara sementara mereka menyokong pemerintahan diktator terhadap kehendak masyarakat tatkala mereka memilih Islam. Hal ini terjadi di Turki dan Aljazair akhir-akhir ini. Demokrasi tidak dimaksudkan untuk islam atau menjadi pilihan bagi kaum Muslimin, misalnya, Nixon, salah seorang presiden Amerika, dalam bukunya "The Leaders” berkata: “Jika demokrasi diterapkan di Mesir atau Arab Saudi, maka akan terjadi malapetaka!"
Kebohongan dan standar ganda Barat telah tersiar luar di seluruh dunia. []




Bagian Ke-12


Kemustahilan Tasalsul

Dad! Apa yang ingin Anda bicarakan malam ini?
Apa yang ingin engkau dengarkan? Engkau saja yang memutuskan.
Saya ingin lebih banyak tahu yang tersisa dari perjalanan Anda dari keraguan kepada iman.
OK! Saya akan memberikan kepada sekilas atas apa yang terjadi denganku selama dua tahun ketidakpastian dan keraguan yang saya banyak habiskan dengan membaca, berdiskusi dengan banyak orang-orang beriman dan orang-orang musyrik, berjumpa dengan beberapa ulama dan berkorespondensi dengan orang lain. Hal ini telah membuka cakrawala baru dan luas bagiku. Saya juga membina hubungan yang terlalu banyak bagiku pada usia itu. Pada akhir dua tahun ketidakpastian, saya pelan-pelan mendekati pantai keamanan dan kenyamanan; amukan gelombang keraguan secara perlahan surut dan bahtera akal memanduku ke pantai keimanan. Di tepi pantai, saya mengikat perahuku dan beristirahat sejenak setelah kerja keras yang menyenangkan itu. Saya menatap ke laut dan gelombangnya; saya membayangkan dalam, luas dan takjub mendapatkan diriku bagaimana dapat melewati perjalanan dengan selamat!! Saya bersyukur kepada Tuhan berulang kali karena saya merasa bahwa laut, gelombang dan butiran pasir berdendang syahdu memuji Sang Pencipta.
Apa yang terjadi setelah itu?
Setelah itu saya kumpulkan seluruh kepunyaanku dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalananku pada tingkatan selanjutnya namun kali ini di lautan iman, bukan keraguan.
Di mana letak laut iman ini?
Letaknya di universitas…saya diterima di Fakultas kedokteran. Saya tertarik mempelajari dan mengkaji penciptaan manusia dengan tanda-tanda Tuhan, penciptaan yang menakjubkan pada setiap sel dan akibat dari kekuasaan-Nya pada setiap performa dari anggota badan kita. Tahun-tahun tersebut, di fakultas kedokteran, merupakan tahun-tahun yang sangat menarik; sebuah pengalaman yang memuaskan jiwa dan pikiranku. Saya juga memiliki kenangan yang manis dengan mahasiswa-mahasiswa yang terkecoh oleh pengaruh kaum materialis.
Dad! Sudikah Anda menceritakan pengalaman tersebut?
Saya teringat seorang mahasiswa yang berjumpa dengan seorang ateis di salah satu asrama. Kaum beriman berusaha mendiskusikan iman dengan kaum tidak beriman untuk membimbing mereka ke jalan yang benar, namun ia mendapatkan mitra diskusinya dilengkapi dengan latar belakang ideologi yang bersandar pada Dialektika Materialisme. Ada sebuah perdebatan menarik di antara mereka. Ia biasa menjumpaiku untuk bertukar-pandangan dan siap-sedia pada sesi perdebatan selanjutnya. Suatu hari, ia datang dan berkata: “Teman kita menolak meyakini sesuatu yang tidak dapat dicerap dengan panca indra. Ia juga menambahkan: “satu-satunya sumber pengetahuan adalah panca indra; lantaran panca indra ini tidak dapat dijadikan media untuk membuktikan keberadaan Tuhan, oleh karena itu Tuhan tidak ada." Kemudian, saya menjawab: “Panca indra bertugas menerima data-data primer dan mengirimnya kepada otak dan mengumpulkannya, menggabungkan dan menganalisa untuk mencapai hasil sekunder." Banyak hal tidak dapat dicerap oleh indra seperti gelombang listrik dan magnetik. Bahkan otak tidak dapat dideteksi oleh panca indra. Kita tahu bahwa seluruh penemuan ilmiah bersandar pada analisa-analisa otak dan sampai pada hasil-hasil yang disampaikan oleh indra." Namun ia menolak dan berkata: "Saya tidak akan meyakini sesuatu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata dan telanjang oleh mata saya." Setelah mahasiswa itu menuntaskan ucapannya, saya perhatikan kelemahannya dalam menghadapi mahasiswa ateis itu. Ia mengundangku ke rumahnya untuk bergabung dengan teman kuliahnya itu pada kesempatan berikutnya ketika mereka berdiskusi lagi. Saya tidak melihat pertemuan itu layak bagiku. Namun saya kuatir pengaruh yang ditebarkan oleh ateis tersebut atas orang-orang beriman di tempat itu. Juga, boleh jadi ia berpikir bahwa bukti-bukti yang ia sodorkan tidak terkalahkan! Hal ini mungkin saja berujung pada pelemahan orang-orang tersebut dengan goncangan iman. Lalu saya putuskan untuk pergi.
Di tempat itu, saya bertemu dengan ateis tersebut dan berdiskusi dengannya. Ia menantang…saya melakukan manuver ke sana ke mari dalam sebuah jalan praktis namun sesungguhnya jalan pikirannya tidak mencerminkan rasionalitas. Ia bersikeras bahwa segala sesuatu yang tidak terlihat bukan sebuah kenyataan dan realitas. Pada saat itu, saya melihat perlu menggunakan metode yang lain untuk memanipulasi diskusi. Jadi saya dengan cerdik bertanya kepadanya: "Sudikah Anda mengatakan siapa ayah anda?" Ia menjawab "Ayahku" Namaku ayahku adalah…" Lalu saya memotong: "Bagaimana engkau dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahmu? Apakah engkau melihatnya dengan matamu sendiri?” Saya berharap engkau ada di sana melihat bagaimana ia tergagap mencoba menjawab pertanyaan tersebut di hadapan teman kuliahnya.
Perdebatan yang menarik! Namun pertanyaan tersebut pertanyaan yang menyerang, Dad!
Haruskah saya menghormatinya, sementara ia tidak menghormati Tuhan atau bahkan pikirannya sendiri?
No… No… bagus sekali Dad! Sesuai dengan teorinya, pikiranyna juga tidak ada karena ia tidak terlihat…Bagaimanapun diskusi tersebut merupakan diskusi yang menarik!
Metode seperti ini disebut sebagai metode kontrakdiksi yang berkata "Buat mereka menerima apa saja yang mereka terima." Metode ini merupakan sebuah metode yang mudah diaplikasikan dan terbukti mujarab. Aturan ini dapat diterapkan untuk menjungkalkan gagasan-gagasan sesat dan mengobok-ngobok orang-orang yang lemah cara berpikirnya.
Maukah Anda menyebutkan sebuah contoh?
Misalnya, skeptisisme… Penganut ajaran ini menanyakan segala hal dan mereka meyakini bahwa di dunia luar tidak terdapat realitas. Mereka melihat segala sesuatu patut dipertanyakan dan tidak meyakinkan. Jadi tiada satu pun yang dapat dipercaya. Mereka menyikapi iman dengan cara skeptis (ragu-ragu) dan kemudian menyebarkan keraguan di kalangan orang-orang yang meyakini adanya Tuhan. Ketahuilah bahwa jika seorang manusia meragukan keberadaan Tuhan, segala puji bagi-Nya, dan tidak bersusah payah mencari iman dengan serius, ia akan dikuasai oleh Setan dan akan melupakan Tuhan. Prinsip skeptis dapat ditumbangkan dengan satu pertanyaan: "Apakah Anda yakin dengan prinsip yang Anda anut itu benar atau Anda meragukannya? Oleh karena itu, jika mereka sepenuhnya yakin tentang prinsip mereka, maka prinsip mereka itu dapat ditumbangkan karena "penegasan mutlak mereka." Di sisi lain, jika mereka meragukan prinsip yang mereka anut, mustahil meyakini sesuatu yang mereka ragukan sendiri.
Saya telah membaca tentang filsafat skeptis yang berkembang di pelbagai periode sejarah, namun kini ia tidak eksis lagi.
Bukan itu permasalahannya, son! Di abad sekarang terdapat filosof-filosof skeptis dan beraliran skeptis yang mengikuti prinsip ini. Yang paling berpengaruh adalah mereka yang tidak tertutup oleh kabut sains. Misalnya, prinsip yang dianut oleh Marxisme tatkala mereka mengklaim bahwa materi adalah asas keberadaan dan tiada eksistensi selain materi. Materi adalah sumber segala kondisi, situasi dan konsep. Perkembangan materi menuntun pada perkembangan intelek lantaran intelek adalah refleksi dari materi. Lantaran materi berkembang, intelek pun mengikuti laju setahap demi setahap perkembangan materi. Gagasan-gagasan ini mendapatkan nilainya dari keharmonian dan konsistensi dengan materi. Sesuai dengan teori ini, kebenaran dan kepalsuan, realitas dan non-realitas disorot dengan sudut pandang yang sama. Jadi tidak ada realitas absolut, namun berkaitan dengan kondisi darimana ia berasal. Materi berkembang demikian juga intelek yang mengikuti perkembangannya. Dengan demikian, tidak terdapat realitas absolut yang harus diyakini setiap saat.
Ide merupakan ide yang sangat berbahaya lanaran merusak agama dan seluruh konsepnya seperti keberadaan Tuhan.
Tepat sekali! Keyakinan Marksis menegaskan bahwa: Gagasan tentang keberadaan Tuhan adalah sebuah hasil pemikiran agama yang merupakan sebuah refleksi dari alat-alat produksi. Monotheism (tauhid) merupakan sebuah tingkatan yang lebih maju dalam pemikiran agama yang telah melintasi periode kesyirikan (politeisme). Perkembangan alat-alat produksi telah menuntun manusia pada penghapusan konsep ketuhanan:"Dan setan telah menghiasi perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (Qs. Al-Naml [27]:24)
Dad! Saya melihat Anda menyebut Marksisme sebagai sebuah agama…
Yes. Ia merupakan sebuah agama dengan tatanan ideologi, ekonomi dan politik. Ia memiliki asas-asas bagi hubungan social dan personal juga.. Ia merupakan sebuah agama, namun bukan agama dari Tuhan. Saya tahu bahwa hal ini akan mengejutkanmu, namun saya akan sampaikan hal ini pada waktu yang lain ihwal makna agama lantaran tiada manusia tanpa agama. Bahkan mereka yang berjuang melawan agama memiliki sebuah agama atau sejenis agama. Namun saya akan menunda membicarakan subjek ini dan melanjutkan diskusi kita tentang relativisme realitas yang didakwahkan oleh puak Marksisme. Lalu bagaimana engkau menanggapi agama mereka dan bagaimana engkau menolak ideologi mereka?
Jelas, Dad! Jika tidak ada realitas mutlak, ideologi semacam ini adalah ideologi omong kosong. Sesuai dengan apa yang mereka katakana; relatifnya realitas merupakan hasil dari kondisi spesifik materialistis, oleh karena itu, realitas tidak akan eksis tatkala kondisi-kondisi materialistik berubah.
Dan demikianlah kisahnya tatkala Uni Soviet jatuh bersamaan dengan agama Marks dan kini menjadi bacaaan-bacaan sejarah pada perpustakaan.
Dad! Saya ingin Anda berbicara lebih banyak tentang perdebatanmu dengan orang-orang musyrik.
OK! No problem. Namun biarkan saya memikirkan sebuah cerita yang sesuai dengan pemahamanmu. …Ah..kisah tersebut merupakan kisah yang menarik…terjadi tatkala saya pada semester kedua di fakultas kedokteran.
Apakah kisah tersebut dengan mahasiswa yang lain?
No… Dengan salah satu professor.
WOW!… Mata kuliah apa yang ia ajarkan?
Professor ini mengajarkan Fisiologi yaitu sebuah ilmu yang mempelajari fungsi organ-organ tubuh.
Apakah professor itu seorang ateis?
Iya, ia merupakan seorang ateis dan tidak beriman kepada Tuhan..Namun sebagaimana saya katakana kepadamu sebelumnya tatkala fitrah seorang manusia tidak berfungsi aktif, ia akan melupakan Tuhan hingga saat terjadi goncangan (shock), maka fitrah yang bersemayam pada setiap sanubari manusia akan aktif kembali.
Bagaimana bisa seorang professor fisiologi tidak beriman kepada Tuhan, sementara ia melihat keagungan ayat-ayat Tuhan pada tubuh manusia? Tidakkah ia merasa takjub pada susunan tubuh yang teratur dan interaksi pada organ-organ dan sel-selnya?
Ada orang orang-orang yang"Dalam hati mereka terdapat penyakit. " (Qs. Al-Baqarah [2]:10) dan kelompok lainnya,"Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang terkena sihir,” (Qs. Al-Hijr 15:14-15) juga kelompok yang lain adalah orang-orang yang,"Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis." (Qs. Maryam [19]:58) Son! Ayat-ayat Tuhan tidak cukup sekedar agung dan jelas untuk menuntun orang dapat beriman. Tuhan menghendaki iman menjadi sebuah proses pilihan:“Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Anfal [8]:61) Tidakkah engkau pernah mendengar ayat al-Qur'an berikut ini:“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah semua orang yang di muka bumi ini beriman. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya seluruh mereka menjadi orang-orang yang beriman?" (Qs. Yunus [10]:99)
Anda benar Dad! Apa yang dapat saya pahami dari tuturan Anda adalah bahwa ada orang-orang yang nurani dan fitrahnya aktif beriman kepada Allah dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan dan kelompok lain, yang nurani dan fitrahnya tidak berpihak, hanya memerlukan sebuah goncangan sehingga keduanya aktif kembali. Namun ada kelompok lain yang mengetahui hakikat dengan baik, namun karena keras kepala, menolak hakikat. , sebagaimana hal ini disinyalir oleh al-Qur'an,“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya." (Qs. Al-Naml [27]:14)
D Well-done son! Klasifikasi yang engkau lakukan luar biasa.
Professor Fisiologi Anda tergolong pada kelompok yang mana? Ia mengikuti kelompok yang netral atau yang keras kepala?
Dengarkan kisahnya dan engkau sendiri yang akan tahu ia tergolong pada kelompok yang mana.
OK Dad! Waduh…saya nggak sabar lagi menanti kisah tersebut.
Kala itu, kami sedang menunggu kedatangan sang professor datang ke kelas. Pelajaran Fisiologi yang akan disampaikan adalah tentang sistem syaraf. Ia dikenal sebagai dosen kawakan dan berpengalaman di bidangnya. Gaya mengajarnya juga luar biasa.. Ia mengilustrasikan sistem syaraf dan bagaimana sistem tersebut bersambungan hubungan di papan tulis. Ia juga memaparkan simbol-simbol yang ia gunakan pada sketsa secara detil. Professor itu menggambarkan bagaimana sel-sel syaraf bekerja, jenis-jenisnya yang berbeda, interkaktif dan fungsi-fungsi yang salin bersambungan dan hasil yang sistematik, koordinasi yang harmonis dengan perintah dari otak di bagian depan, yang menunjukkan sensasi pusat yang mengeluarkan perintah kepada otot-otot dan organ-organ yang bergerak. Sebagai gantinya, ia akan menerima informasi dari seluruh anggota badan. Informasi yang terkumpul ditransmisikan kepada bagian rasa dimana sebuah fungsi intensional diperlukan. Mayoritas informasi tersebut juga dikirim ke bagian-bagian lain otak, yang jauh dari bagian rasa itu, guna mengaktifkan reaksi-reaksi yang diperlukan sesuai dengan sebuah sistem yang komprehensif dan akurat yang menjaga waktu dan usaha seorang manusia dan mengkompensasi ketidakmampuannya untuk mengelola fungsi-fungsi internal tersebut pada badannya. Selagi ia tenggelam dalam usaha ilmiahnya, melakukan yang terbaik untuk menyampaikan sebuah informasi, saya merenung atas apa yang ia katakan dan semakin yakin dengan imanku di mana pada saat yang sama merasa rendah di hadapan keagungan Sang Pencipta Yang menciptakan seluruh keteraturan ini pada sistem syaraf manusia. Setelah selesai kuliah, saya menguntit sang professor ke ruangannya dan bertanya kepadanya: "Ada sebuah pertanyaan yang tidak berhubungan dengan kuliah, namun berkaitan dengan tema pelajaran, boleh saya ajukan?" "Silahkan." Jawabnya menyambut ramah. Saya berkata kepadanya: "Sistem yang menakjubkan dan keteraturan yang luar biasa dengan kebesaran dan ketelitian yang tinggi. Sesuai dengan kuliah Anda, apakah mungkin bahwa sistem ini tercipta secara kebetulan? Atau ia telah didesain dan direncakan oleh seorang Pencipta Mahabijaksana dan Berpengetahuan?” "Hal ini bergantung pada keyakinan manusia." Tanggapnya. Kemudian ia melanjutkan "Sebagian orang beriman pada Tuhan Yang Bijak sementara sebagian yang lain tidak beriman."
Saya ingin mendengarkan pendapat Anda. Bagaimana Anda menjawab permasalahan ini berdasarkan pengetahuan Anda dalam Fisiologi? Apakah mungkin bahwa sistem yang tertata apik ini dicipta secara acak atau ia telah didesain dan direncanakan?"
Ia diam sejenak dan melanjutkan: "Kemungkinan sistem ini dicipta oleh Sang Pencipta yang Mahabijak lebih tinggi daripada penciptaannya secara kebetulan." Saya menanti guna mempersilahkan ia merenggut situasi dan melihat reaksinya, dan lalu ia berkomentar: "Permasalahan ini merupakan masalah kegamaan dan tidak bertautan dengan pelajaran kita." Engkau adalah seorang mahasiswa kedokteran dan engkau tahu bahwa agama bertentangan dengan sains.”
saya menjawab: "Dengan segala hormat, saya memiliki pandangan yang berbeda tentang tiadanya hubungan (irrelevansi) dalam permasalahan ini. Menurutku masalah ini memiliki hubungan fundamental dan asasi dengan kita lantaran masalah ini merupakan masalah yang beresiko dan dapat mempengaruhi masa depan kita." Ia sangat kaget atas apa yang saya katakan, khususnya "masa depan yang bersiko." "Bagaimana?" Tanyanya penasaran. Saya berkata: "Jika apa yang disebut sebagai iman kepada Tuhan, Surga dan Neraka merupakan sebuah kebenaran, namun kita mengingkari dan menolaknya, lalu apa yang akan terjadi pada masa depan kita setelah kehidupan ini?" Ia berkata: "Sains modern menentang teori-teori agama." "Bagaimana?" Tanyaku.
Ia menjawab: "Tidakkah engkau lihat, sebagai seorang mahasiswa kedokteran, kontradiksi yang kasat-mata antara fakta-faktas sains dan teori-teori agama?"
Saya menjawab: "Tidak! Saya akan berterima kasih, jika Anda sudi membimbingku untuk melihat adanya konflik dan pertentangan antara sains dan agama." “Gagasan sama tentang kehidupan abadi di Surga, dimana tiada penyakit atau kematian yang akan mampu mengakhirinya. Bagaimana informasi ini dapat sejalan dan selaras dengan pengetahuanmu ihwal penyakit dan sel-sel yang melayukan, yang menentang gagasan tentang kehidupan abadi di Surga kelak?” Jawabnya membela.
Saya berkata: "Tidakkah kita bisa menduga bahwa kehidupan yang lain memiliki aturan yang berbeda dengan kehidupan ini. Sebagaimana kita melihat aturan-aturan yang berkenaan dengan tanaman dan juga pada binatang yang memiliki aturan yang berbeda berkenaan dengan binatang-binatang laut dan daratan? Dimana permasalahannya jika ada perbedaan aturan pada kehidupan yang lain?" "Barangkali." Tuturnya datar. Saya merasa bahwa ia mulai berputar-putar laksana pendulum antara apa yang biasanya ia pikirkan dan cakrawala baru yang saya bukakan baginya sekarang. Lalu ia melanjutkan: "Mengapa engkau alih-alih merisaukan pelajaranmu malah mengkhawatirkan dan mengangkat masalah ini?”
Saya berkata: "Masalah ini merupakan masalah yang berbahaya dan bertalian dengan masa depan kita?" Ia tidak menjawab, lalu saya melanjutkan: " Professor! Saya sangat menghormati Anda dan lantaran saya menghormati Anda, saya meminta Anda untuk memikirkan hal ini secara serius dan saya berharap Anda melakukan hal tersebut."
Saya tidak ingin terlalu menekannya karena boleh jadi ia merasa rendah-diri dengan tunduk-menyerah kepada salah satu mahasiswanya. Jadi cukup untuk membiarkan biji ini berkembang dalam benaknya yang boleh jadi pada akhirnya dapat mengaktifkan fitrahnya. Lalu saya ucapkan selamat tinggal dan meninggalkan ruangannya.
Apakah Anda bertemu lagi dengannya?
Tidak, saya tidak bertemu lagi dengannya. Ia tidak lagi memberikan kuliah karena ia pension dan saya tidak tahu lagi tentangnya.
Amat disayangkan bahwa seorang professor Fisiologi tidak beriman kepada Tuhan. Hal ini laksana seorang perenang pada lautan yang mengingkari kebedaan air! Ilmu Fisiologi adalah seluruhnya tentang tanda-tanda Tuhan! Lalu bagaimana ia tidak dapat melihat tanda-tanda ini?
“Dan sesungguhnya Kami ciptakan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi mereka tidak mempergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Qs. Al-A'raf [7]:179)
Dad! Ada beberapa pertanyaan yang saya kumpulkan selama diskusi dengan teman-teman. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut ada yang telah saya coba saya jawab sendiri namun ada juga yang masih menyisakan tanda Tanya bagiku. Saya tidak dapat menemukan sebuah jawaban yang jelas, yang dapat dipahami dengan mudah oleh para pemuda seusiaku. Misalnya, siapa yang mencipta Tuhan? Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang musyrik untuk mematahkan gagasan "segala sesuatu memiliki pencipta." Mereka berkata: Jika terdapat pencipta pada segala sesuatu, lalu siapa yang menciptakan Tuhan? Saya tidak mampu memaparkan aspek filosofis masalah ini.
OK! Dengarkan! Biarkan saya sederhanakan untukmu. Kita tidak berkata bahwa pada segala sesuatu ada penciptanya; namun kita berkata: Bagi segala sesuatu ada penciptanya karena Tuhan, juga merupakan sesuatu, namun tiada yang serupa dengan-Nya.
Jadi pembahasannya adalah tentang seluruh makhluk. Namun bagaimana kita dapat mengetahui bahwa mereka diciptakan? Bagaimana kita mengetahui bahwa mereka telah dicipta yang sebelumnya tiada? Bagaimana kita tahu bahwa demikianlah kejadiannya?
D Sederhana; Lihatlah segala sesuatu di sekelilingmu…tengoklah pada dirimu dan manusia, binatang, tanaman dan lain sebagainya.. Engkau akan jumpai bahwa kesemua ini memiliki permulaan dan akhir bagi segala sesuatu yang menandaskan bahwa kesemuanya dicipta. Dalam terminology filosof disebut: hadis (tercipta) bukan qadim (tidak tercipta). Tiada satu pun di antara makhluk hidup dan mati yang qadim. Oleh karena itu, setiap makhluk hidup terbentuk dari makhluk hidup sebelumnya, dan setiap benda mati terbentuk dari benda-benda mati sebelumnya…hingga kita sampai pada materi utama bagi segala wujud. Demikian dari apa yang dijelaskan oleh Frank Allen tatkala membahas masalah hukum kedua Thermodynamics. Ia membuktikan bahwa semesta ini memiliki usia yang spesifik. Yaitu, ia wujud pada sebuah waktu tertentu. Oleh karena itu, setiap benda dari semesta ini dicipta dan karena ia dicipta maka seharusnya ada yang mencipta yang qadim dan abadi, bukan merupakan sebuah hasil dari sebuah kejadian.
Ketemu jadinya. Pertanyaannya sekarang…Mengapa tiada pencipta bagi Tuhan?
Mari kita berasumsi bahwa Tuhan memiliki seorang penciptajuga..Pertanyaan seperti ini akan terus berulang, iyakan?
Iya… Anggaplah kita bertanya: Siapa yang mencipta Pencipta ini?
Baiklah.. Mari kita lihat secara mendalam pada pertanyan ulangan ini. Jika pertanyaan ini diulang jutaan kali, akankah kita sampai pada seorang Pencipta yang tiada menciptanya dan keberadaan-Nya adalah qadim dan abadi dan Yang tiada perlu diciptakan untuk keberadaan-Nya, Sebuah istilah yang disebut oleh filosof sebagai "Wajibul Wujud?"
Bagaimana jika kita mencapai poin tersebut?
Pencipta tersebut kita namakan Tuhan..Namun "agen atau media" tersebut dicipta seperti segala sesuatu di semesta ini. Jadi mereka bukanlah tuhan karena mereka harus diciptakan. Mereka tidak tercipta kecuali dalam benak dan imaginasi kita, yang tidak dapat dengan mudah menerima bahwa sesuatu pada permulaannya tidak memilki pencipta. Namun pada akhirnya, kenyataan dan hakikat ini diterima.
Bagaimana jika kita melanjutkan dengan pertanyaan dan berkata: Kita tidak akan mencapai seorang pencipta yang tidak pernah dicipta dan mencipta dirinya sendiri dan tidak dicipta oleh orang lain…. Atau kita berkata: Mustahil dapat mencapai entitas wujud yang mandiri, di penghujung rangkaian penciptaan ini…apa ada yang salah dengan argumen ini?
Dalam masalah ini, maka tiada yang akan wujud sama sekali.
Mengapa?
Lantaran seluruh bagian dari rangkaian ini tidak mendapatkan wujud mereka dari siapa pun… Jadi tiada wujud sama sekali.. hal ini tentu tidak masuk akal dan kita tahu bahwa semesta ini wujud. Oleh karena itu mustahil bagi rangkaian ini berlanjut tanpa berkesudahan dan tak berujung. Di sisi lain, mustahil mengatakan bahwa semesta ini dicipta oleh seorang Pencipta dan kemudian beranggapan bahwa Penciptanya diciptakan oleh pencipta lain dan seterusnya. Sebagai kesimpulannya, keberadaan tasalsul sedemikian adalah mustahil.
Dad! Sudikah Anda memberikan contoh atas kemustahilan tasalsul seperti ini supaya saya dapat pemahaman yang lebih baik?
Berikan aku recehan uang 100an?
Apakah Anda menghendaki upah?
Tidak! Saya akan mendapatkan upah dan ganjaran dari Yang menciptakanku..berikan aku recehan dan engkau akan melihatnya.
Ini Dad! Recehan 100an perak.
Darimana engkau mendapatkan recehan ini?
Saya mendapatkannya dari ibu.
D Darimana ibumu mendapatkannya?
Ia mengambilnya dari Anda.
Darimana saya mendapatkannya?
Saya tidak tahu, boleh jadi dari penjaga toko.
Darimana penjaga toko mendapatkannya?
Boleh jadi dari salah seorang pelanggannya?
Dan pelanggan?
Dari orang lain.
Well! Kini kita lanjutkan rangkaian ini.. Apakah mungkin rangkaian ini berlanjut selamanya, atau ia harus berhenti dan berujung pada satu titik?
Rangkaian ini akan berujung pada Bank Sentral yang tidak mengambilnya dari siapa pun; bahkan ia membuat dan memberikan uang kepada orang lain serta mengizinkan uang tersebut berputar.
Luar biasa! Jika seseorang berkata kepadamu: “Recehan ini tidak bersumber dari bank. Ia bergerak dari satu orang kepada orang lainnya dalam sebuah rangkaian yang tak berkesudahan dan tak-berujung. Maukah engkau mempercayaianya?
Baiklah Dad! Contoh merupakan sebuah contoh praktis. Jadi rangkaian abadi adalah mustahil secara rasional, dan jika memungkinkan kemudian kita dapat berkata bahwa uang receh tersebut tidak dibuat oleh Sentral Bank dan kita tahu bahwa pikiran semacam ini merupakan sebuah pikiran konyol.
Son! Kemustahilan tasalsul yang terjadi semacam ini menandaskan keharusan adanya iman dan keyakinan pada sosok Pencipta yang keberadaan-Nya tidak bergantung pada apa pun; dan Dia tidak lain kecuali Tuhan, segala puji dan puja hanya untuk-Nya.
Kini pertanyaan lain mengemuka di sini: Mengapa kita tidak berkata hal yang sama (kemustahilan keabadian materi)? Atau mengapa kita tidak berkata bahwa materi itu tidak berkesudahan dan tiada yang menciptanya?
Lantaran seluruh bukti menegaskan bahwa material diciptakan dan akan sirna pada suatu hari…sebagaimana kita sebutkan bahwa semesta itu sendiri diciptakan pada suatu waktu tertentu yang secara ilmiah juga telah terbukti.
Benar!
Ada masalah lain yang patut dipertimbangkan; jika harus ada sebuah wujud yang qadim (tak berpermulaan), apakah logis meyakini bahwa materi yang statik dan terbatas ini tidak berpengatahuan dan tidak memiliki kehendak; atau menimbangnya sebagai wujud yang qadim, ilahiah, berpengetahuan, bijak dan dengan kehendak yang mutlak?
Tentu saja Tuhan yang Bijak, Berpengetahuan, Berkuasa nampaknya pilihan yang lebih baik untuk diyakini daripada sebuah materi qadim yang tak berpengetahuan.
Atas alasan ini mengapa kita berkata bahwa iman lebih mudah diterima daripada ateisme lantaran memiliki iman adalah masuk akal namun ateisme memiliki banyak lapisan keraguan, ketidakyakinan, kesangsian dan pretense yang tidak akan berakhir pada satu poin tertentu:“Dan amal-amal orang-orang yang kafir adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar nan gersang, yang disangka air oleh orang yang dahaga. Tetapi bila ia mendatangi air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun.” (Qs. Al-Nur [24]:39)
Dad! Saya banyak belajar dari penjelasan Anda… Masalah rangkaian cukup kabur hingga pada tataran tertenu namun contoh ini telah membuatnya sangat jelas.
Saya teringat sebuah kisah menarik tentang masalah ini. Suatu waktu salah seorang temanku, seorang aktifis Muslim, mengisahkan kepadaku cerita berikut ini: "Tatkala ia di SMU, ia berdebat dengan salah seorang teman kelasnya tentang masalah "keyakinan kepada Tuhan", namun teman kelasnya itu menolak untuk meyakini dan menegaskan bahwa jika Tuhan itu ada, lalu siapa yang menciptakan Tuhan? Mukmin itu lalu menjelaskan gagasan "kemustahilan tasalsul" namun teman kelasnya tidak meyakini dan berkata: Dimana kemustahilannya? Mungkin saja rangkaian ini berlanjut selamanya dan tidak mesti harus berujung pada satu poin tertentu. Tahun berlalu musim berganti dan orang Mukmin itu diterima di fakultas teknik, sementara si ateis bergabung dengan partai yang berkuasa. Setelah beberapa lama si mukmin ditangkap dan ditempatkan pada sebuah sel oleh polisi keamanan bersama dengan sekelompok aktifis Muslim lainnya. Mereka ditangkap karena menyebarkan selebaran anti rezim yang mereka temukan pada seorang aktifis. Yang mengintrogasi ingin tahu siapa yang menerbitkan selebaran-selebaran ini. Dinas rahasia polisi meyakini bahwa orang yang dicurigai adalah salah seorang yang ditangkap namun mereka tidak dapat mengidentifikasinya. Tatkala giliran sang insinyur diintrogasi, ternyata orang yang mengintrogasi itu adalah teman kelasnya yang dulu ia ajak berdebat tentang keberadaan Tuhan. Selama perdebatan, sang ateis menolak menerima Kemustahilan Rangkaian. Hubungan mereka tidak berjalan lancar di sekolah. Lalu bagaimana jadinya tatkala salah satu dari mereka adalah orang yang berasal dari partai oposisi dan yang lainnya adalah orang yang mendukung pemerintah? Sang insinyur berkata kepada perwira intelegen itu: “Apa yang sebenarnya yang engkau ingin ketahui? Yang menyebarkan atau yang menerbitkannya? ”
Perwira itu berkata: "Yang penting bagi kami adalah mengetahui siapa yang telah mengetiknya."
Insinyur itu menjawab: "Biarkan saya membicarakan hal ini dengan teman sepenjara dan saya akan kabarkan kepadamu besok."
Pada malam itu, sang insinyur dan teman-temannya sepakat dengan sebuah rencana dimana masing-masing dari mereka siap memainkan sebuah peran. Jadi tatkala sang insinyur itu dipangil, ia berkata kepada perwira tersebut: "Saya telah menemukan perencana utamanya, orang itu adalah Ahmad." Tatkala perwira tersebut bertanya kepada Ahmad tentang siapa yang telah mengetik selebaran itu, ia menjawab: Saya tidak tahu; saya mendapatkannya dari Hasan." Tatkala perwira itu bertanya kepada Hasan tentang dari siapa ia mendapatkan selebaran itu, ia menjawab: “Khalid yang telah menyerahkan selebaran itu kepadaku." Khalid meneruskan perwira tersebut kepada Nabil, Nabil kepada Sa'ad, Sa'ad kepada Amjnad dan Amjad berkata: "Saya mendapatkannya dari insinyur." Perwira itu menoleh kepada insinyur dan berkata: "Jadi engkau yang telah mengetik selebaran tersebut? Namun sang insinyur itu berkata: "Tidak pernah, Ahmad yang memberikannya kepadaku." Perwira itu berkata: “Namun Ahmad mendapatkannya dari Hasan." Insinyur itu berkata: “Ia benar."
Perwira itu berkata: "Dan Hasan mendapatkannya dari Khalid, Khalid dari Nabil, Nabil dari Sa'ad dan akhirnya sampai kepadamu." Sang insinyur itu berkata: “Dan saya mendapatkannya dari Ahmad…Apa yang salah dengan semua ini?” Perwira itu berkata: "Apakah engkau sedang mengolok-ngolokku? Kau pikir aku ini tolol? Pasti ada seseorang yang tidak mendapatkan selebaran ini dari orang lain dan pastilah ia yang mengetiknya." "Tidak temanku… Apa yang engkau katakan sekarang bertentangan dengan apa yang engkau katakan sebelumnya..Mungkin saja sebuah operasi tasalsul berlanjut tanpa berkesudahan dan berpenghujung. Jadi tidak perlu ada seseorang yang mengetik selebaran tersebut!"
Excellent, Excellent Dad! Apa hasil dari cerita tersebut?
Tuhan mengasihi perwira tersebut dan membimbingnya ke jalan yang benar dan perwira tersebut menolong membebaskan para aktifis Muslim yang dipenjara.[]




Bagian Ke-12


Argumen Kebertujuan

Apakah engkau ada pertanyaan malam ini?
Tidak, namun saya tadi memikirkan tentang obrolan kita yang kemarin. Saya meninjau ulang pelajaran-pelajaran sebelumnya untuk memahaminya lebih baik namun saya melihat Anda membawa beberapa lembaran kopian.
Oh. Lembaran ini merupakan kopian dari buku: "The Faith Story”, karya Sheikh Nadim Al-Jesr. Saya menemukannya di salah satu perpustakaan umum. Saya mengopi lembaran-lembaran ini, yang di dalamnya penulis berusaha meringkas teori kaum materialis secara objektif dan mendiskusikannya secara rasional. Saya kira engkau dapat membaca dan memahaminya. Sekiranya engkau memiliki pertanyaan, saya bersedia membantumu.
Tolong berikan kepadaku Dad! “Tema utamanya berkisar tentang asal-usul penciptaan telah disaring menjadi dua prinsip: materi dan energinya, atau geraknya. Keduanya adalah berusia tua dan bertalian satu dengan yang lain karena keazalian (eternitas). Gerakan terdorong sendiri (self-propelled) ini merupakan penyebab munculnya segala bentuk organik dan benda-benda non-organik. Mereka dicipta melalui sebuah proses sebab dan akibat dari kedua faktor: materi dan gerak. Kedua faktor tersebut tidak memiliki kehendak dan tujuan untuk mencipta segala yang ada di muka bumi ini. Tahu tidak! bahwa hal tersebut telah dibuktikan oleh temuan-temuan geologis bahwa tumbuh-tumbuhan dan binatang dicipta setelah beberapa lama tatkala mereka tiada dan diketahui setelah meneliti lapisan-lapisan bumi. Anda temukan bahwa lapisan terakhir adalah kosong dan hampa dari segala jenis tanda kehidupan. Kemudian, melalui reaksi elemen-elemen dan gerak, beberapa persenyawaan terbentuk. Persenyawaan tersebut bercampur dalam sebuah proporsi spesifik, yang membentuk subjek-subjek hidup. Bentukan pertama materi hidup tersebut disebut sebagai protein. Penciptaan makhluk hidup merupakan sebuah hasil dari kemunculan materi-materi hidup tersebut menjadi satu makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk membagi, mereproduksi, dan berasimilasi. Materi yang sedemikian disebut protoplasma. Kemudian, melalui proses tumbuhan dan binatang sederhana terbentuk. Lalu, makhluk hidup tersebut berkembang mereproduksi, menyebar dan membuat variasi berdasarkan empat hukum yang mengatur tabiat yang disebutkan dalam teori evolusi, seleksi alam. Dengan demikian, seluruh makhluk hidup bersumber dan berkembang melalui proses ini lebih dari jutaan tahun lamanya. Kemudian, apa yang kita lihat sebagai binatang dan tumbuhan merupakan hasil dari reaksi-reaksi semacam itu. Manusia juga merupakan salah satu hewan, merupakan produk dari perkembangan proses evolusi ini. Manusia mirip dengan hewan yang lain dalam segala hal kecuali ketinggian derajat evolusi mereka dan level perkembangan mentalnya."
Setelah penulis merampungkan penyaringannya dari teori materialis, ia mulai melancarkan argumen rasionalnya:
“Setelah melalui sebuah investigasi yang jujur, saya menemukan bahwa batu pertama dari teori ini adalah keyakinan Anda terhadap keabadian materi. Dengan demikian, jika Anda meyakini bahwa materi itu abadi, Anda tidak akan meyakini Tuhan yang menciptakannya dan Anda tidak akan menimbang tipe-tipe beragam dari materi, lalu geraka yang diperlukan untuk menyempurnakan fenomena tersebut. Kalau tidak, penciptaan beragam materi akan mendapatkan kesulitan untuk penyempurnaannya. Maka, materi dan gerak merupakan dua factor yang menghasilkan seluruh penciptaan di muka bumi ini. Di sisi lain, jika Anda beranggapan penciptaan materi, maka Anda tidak memiliki pilihan lain kecuali meyakini Tuhan Yang telah menciptakan seluruh materi yang beragam, dan Anda tidak akan melawan arus dengan mengingkari keberadaan Tuhan dan menisbahkan penciptaan pada sebuah kejadian yang berdasarkan pada teori kemungkinan. Teori sedemikian menyatkan bahwa tiada niat, perencanaan atau maksud dari apa yang kita saksikan di dunia ini, benda hidup dan benda mati!
Untuk membantah teori ini, perlu kiranya kita membuktikan bahwa materi tidak bersifat azal (tidak tercipta, eternal) namun ia merupakan sesuatu yang dicipta. Seorang peneliti dari teorimu akan mendapatkan tiga poin utama yang sulit untuk dibuktikan pada saat yang sama. Jika poin pertama atau poin kedua terbukti maka poin ketiga tidak akan terbukti. Poin pertama adalah asumsi-asumsi tentang keazalian materi dan gerakannya yang berasosiasi dengannya. Poin yang lain adalah permulaan makhluk hidup yang ditemukan melalui kegiatan temuan purbakala di muka bumi ini. Makhluk hidup tersebut termasuk seluruh binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia yang dicipta pada akhir proses evolusi dan manusia sebagai produk terakhir dari proses evolusi ini. Poin ketiga adalah bahwa bahwa materi dan gerak berhubungan dan bersifat azali yang telah memproduksi segala sesuatu di dunia ini baik benda hidup atau benda mati. Mortal, gerak dan hasil dari beragam bentuk kehidupan dan entitas-entitas yang tak-mati dihasilkan dengan niat, rencana dan kehendak. Hal ini menandaskan bahwa materi dan gerak tersebut telah mencipta dalam bentuk sebab dan akibat. Poin-poin ini merupakan tiga poin yang dipersembahkan sebagai pilar atas teori ini yang dapat dikritik dari sudut pandang berikut ini:
Jelas bahwa pikiran yang rasional membuat keputusan yang jelas dan terang ihwal proses sebab dan akibat. Jadi, jika sesuatu terjadi, maka niscaya ada yang menjadi sebab keberadaannya. Ada sebuah rentetan proses alam dalam kerangka proses sebab dan akibat yang harus mengikuti sebuah jadwal dan tidak dapat menyimpang dari proses ini. Dan jika sebab adalah azali, akibat juga akan demikian adanya. Sementara diakui bahwa makhluk hidup dan materi-materi tidak bersifat azali. Sebagai hasilnya, tiga pilihan mengemuka. Yang pertama adalah menganggap bahwa seluruh benda-benda yang dicipta adalah azali mengikut pada sebab yang azali. Namun asumsi ini akan berseberangan dan bertentangan dengan temuan-temuan ilmiah dalam bidang arkeologi. Kalau tidak demikian, engkau akan berasumsi bahwa materi dan gerak adalah bijak dan berkehendak. Namun, terang bahwa hal ini tertolak dan ternafikan. Alternative yang lain adalah mengakui bahwa materi dan gerak tidak azali dan dicipta.
“Dad! Saya sangat menikmat membaca kutipan dari buku “The Faith Story.”
Apakah engkau menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsepnya?
Pada mulanya, terdapat beberapa kesulitan, namun setelah melakukan perenungan dan peninjauan ulang, saya benar-benar dapat memahaminya. Kemudian saya mulai meninjau ulang poin-poin utama dari program yang telah kita jalani yang mengingatkan saya pada "Argumen Fitrah", "Argumen Keteraturan" demikian juga teori-teori ilmiah yang menegaskan penciptaan semesta dan mengingkari keabadiannya. Yang saya pahami alasan-alasan di balik penolakan terhadap gagasan bahwa semesta ini tercipta secara kebetulan dan pengalaman yang Anda siapkan buatku di perpustakaan dan kantor penerbitan Abu Ahmad telah banyak menolongku dalam hal ini, sebagaimana hal itu terjadi juga di rumah, seperti buku-buku alamat itu dan kisah memasak.. Saya juga meninjau ulang gagasan "Kemustahilan Tasalsul" dalam tautannya dengan Sang Pencipta (Khaliq) dan makhluk, dan kemudian saya jumpai bahwa gagasan Tuhan yang azali dan abadi lebih logis dan masuk akal ketimbang gagasan materi yang azali dan abadi… Akhirnya, saya merasa bahwa saya telah memikili dasar iman yang kokoh dan solid yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta seluruh semesta, dan tiada tuhan selain Dia Yang suci dari segala yang disandarkan kaum musyrik kepada-Nya.
Syukur kepada Allah Swt yang telah memandumu kepada sebuah jalan, yang engkau tidak akan temukan tanpa kehendak-Nya.
Dad! Ada kasus lain yang Anda sebutkan namun belum dibahas.
Masih banyak kasus dan tema yang belum lagi kita diskusikan… Kita hanya membahas beberapa topik-topik simpel yang diperlukan bagi orang-orang seusia denganmu. Namun metode pendidikan favorit yang diikuti oleh orang-orang, khususnya orang-orang yang pintar sepertimu yang banyak membaca, adalah memberikan mereka poin-poin pembimbing dan membiarkan mereka melakukan penelitian sendiri secara bebas. Mereka dapat bersandar pada pikiran mereka dan berhubungan langsung dengan fitrah… Kau lihat bahwa al-Qur'an mengikut jalan yang sama lebih dari sekali tanpa menggunakan instruksi (arahan) dan tuntutan-tuntutan strategis, seperti:“Berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan." (Qs. Al-Ankabut [20]:29) Dan membiarkan pembaca untuk mengkaji dan meneliti atas apa yang mereka lihat dari pengalaman mereka di dunia dan apa yang mereka simpulkan dimana penciptaan dimulai. Allah Swt berfirman:“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Qs. Al-Baqarah [2]:190) Mereka yang dikaruniai penalaran yang baik akan mengerti dan memahami tanpa penjelasan namun hanya dengan memberikan mereka rujukan dengan tanda-tanda sederhana. Anda juga dapat menemukan banyak ayat al-Qur'an melebarkan konsep ini:“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan," (Qs. Al-Ra'ad [13]:3)“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir," (Qs. Al-Ra'ad [13]:4)"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya," (Qs. Qaf [50]:37)"Sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan. Adakah orang yang mau ingat?" (Qs. Al-Qamar [54]:18) Ada juga sebuah hadis nabawi yang menunjukkan bagaimana Islam menghormati akal dan pikiran; “Yang pertama diciptakan Allah Swt adalah akal dan Dia befirman kepada kala: Datanglah maka datanglah akal; kemudian Dia melanjutkan; pergilah maka pergilah akal. Hal ini menandaskan kedudukan dan peran akal dalam mengenal Sang Pencipta. Akhir hadis tersebut, Allah Swt berfirman: "Dengan keagungan dan kebesaran-Ku, saya tidak menciptakan sesuatu yang lebih dekat kepadaKu (melebihi akal)."
S Alangkah indahnya hadis nabawi ini. Allah Swt menciptakan akal untuk mentaati Allah Swt secara fitrah dam sesuai dengan kehendak Allah Swt. Allah Swt telah mengangkat sang akal sebagai sentral kecintaan Tuhan kepada para makhluk-Nya…
Tentu saja, akal merupakan media untuk beribadah kepada Allah dan kejahilan merupakan alat untuk membangkang titah Tuhan.
Hadis yang menyebutkan: “Tidurnya seorang ulama adalah lebih baik daripada ibadahnya seorang jahil." Hadis ini sejalan dan selaras dengan makna ayat berikut ini:“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Qs. Fathir [35]:28)
O son! Pengetahuan menuntun manusia kepada iman yang sejati. Namun ibadah tanpa pengetahuan akan mudah dikuasai oleh keraguan yang melintas yang dapat menghancurkan shalat, puasa dan amal shaleh selama puluhan tahun. Hal ini dapat terjadi jika iman tidak didasarkan pada landasan yang sains dan pengetahuan yang kokoh… Lihatlah dirimu dan perhatikan tatkala engkau mendekat kepada Tuhan setelah sekian lama ibadah? Atau setelah beberapa malam meraih ilmu pengetahuan?
Jelas, Dad! Pelajaran Anda yang berlangsung beberapa mala mini telah menghijrahkan aku kepada dunia iman. Hal itu tidak dapat dibandingkan dengan ibadahku! Saya telah merasa berserah-diri dalam shalatku dan menikmati waktu-waktu ibadah tersebut. Mengenal Tuhan, merasakan kehadiran dan memperoleh bimbingan-Nya telah memberikan aku perasaan yang syahdu dalam jiwaku sebagaimana ditunjukkan pada ayat:“Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada.” (Qs. Al-Hadid [57]:4) Dad! Metode yang Anda terapkan telah memberikan poin-poin pemandu yang banyak memberikan manfaat kepadaku. Hal itu membuatkan mampu menunaikan risetku dan menolak menerima teori-teori atau gagasan-gagasan tanpa mengkritisinya terlebih dahulu. Dengan cara demikian, saya dapat menemukan solusi-solusi atas beberapa masalah kompleks yang dulunya saya tak menemukan jawabannya. Namun saya memiliki sebuah pertanyaan yang saya tidak dapat menjawabnya dari sumber-sumber tersedia.
Soal apa itu?
Anda katakan bahwa terdapat banyak argumen untuk membuktikan keberadaan Tuhan, seperti: Argumen Fitrah, Argumen Keteraturan dan "Argumen Kebertujuan"… Namun saya belum memahami betul penjelasan Anda ihwal poin yang terakhir, Argumen Kebertujuan."
Benar! Saya belum sempat membaca poin ini dalam sebuah buku, namun saya mengira bahwa pada tingkatan-tingkatan pendahuluan di Fakultas Kedokteran dan kemudian lebih spesifik tatkala saya belajar spesialisasi. Saat itu, saya temukan apa yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Penjelasan ringkas tentang Argumen Kebertujuan ini yaitu: "Engkau akan temukan segala sesuatu di dunnia ini memiliki tujuan dan alasan. Engkau tidak akan pernah menemukan sesuatu atau satu elemen yang dicipta tanpa memiliki tujuan. Hal ini menandaskan bahwa terdapat Kekuatan dan Kekuasaan yang Mahabijak di balik penciptaan semesta ini yang meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya dan mengalokasikan setiap elemen pada posisinya yang khusus dan batasan yang ditentukan. Kesemua ini menunjukkan sifat-sifat dan karakter yang dimiliki oleh Kekuasaan tersebut yaitu antara lain: Pertama: Hikmah. Artinya, tujuan-tujuan dan niat-niat seluruhnya rasional dan bukan sia-sia serta tanpa tujuan. Kedua: Pengasih. Artinya, tujuan-tujuan dicanangkan untuk menolong umat manusia dan dipandang sebagai manifestasi kepengasihan-Nya. Ketiga: Kekuasaan. Sosok yang merancang semesta ini dan tujuan yang telah ditentukan untuk masing-masing bagiannya tentu saja memiliki kekuasaan mutlak. Keempat: Pengetahuan. Yang cukup jelas di sini. Pentingnya Argumen Kebertujuan ini adalah bahwa ia akan memberikanmu pelajaran-pelajaran setiap hari melalui apa yang engkau lihat. Segera, tanpa sangsi, engkau akan jumpai bahwa di balik penciptaan semesta ini harus ada Kekuatan dan Kekuasaan yang Bijak, Pengasih, Berkuasa dan Berpengetahuan. Misalnya, perhatikanlah air dalam gelas ini, air melepaskan dahagamu, mengairi tanaman, membersihkan, memberikan kesegaran, panas dan digunakan untuk kegiatan natural lainnya. Jadi, engkau akan merasakan bahwa harus ada tujuan di balik penciptaan air untuk membantu manusia memfasilitasi hidup manusia sebagai tanda dari kepengasihan-Nya. Jika engkau pikirkan lebih lanjut dan memandang secara keseluruhan (holistik) terhadap pembagian air di muka bumi, engkau akan jumpai bahwa air bergaram yang memenuhi 3/4 permukaan bumi. Air yang menguap dari laut dipadatkan pada lapisan yang lebih tinggi di atmosfer dan kemudian turun sebagai hujan atau salju. Lalu air mengalir pada sungai-sungai dan danau guna memenuhi kebutuhan umat manusia, mengairi persawahan dan tanaman dan kemudian tumpah ke laut. Perputaran dan daur air di alam ini secara jelas menunjukkan bahwa ada sebuah tujuan dan Sosok di balik tujuan ini adalah Tuhan, Mahabijak dan Mahapengasih. Pengetahuan ini berasal dari segelas air, yang engkau lihat di hadapanmu. Lihatlah keluar jendela. Rasakan hembusan angin dan pikirkan kandungannya. Angin mengandung gas-gas, seperti oksigen yang membentuk 1/1 udara guna menolongmu demikian juga bagi makhluk lain di seantero jagad yang perlu bernafas. Engkau boleh berpikir bahwa gerakan-gerakan angin dan perannya dalam menyeimbangkan suhu udara, membawa awan-awan dan membersihkan atmosfer dari gas-gas beracun dan berbahaya. Tatkala engkau pikirkan hal tersebut, engkau juga akan hinggap pada hasil yang sama… Tujuan dari Sosok Yang Mahabijak, Berpengetahuan, Pengasih dan Berkuasa. Pikirkan kedua mata yang engkau gunakan untuk melihat dan kelopak mata yang melindunginya, bulu mata yang melindungi kedua mata, kelenjar air mata yang mencucinya secara berkesinambungan, dan bagaimana bagian depan mata sedemikian transparan sehingga membolehkan cahaya melintas, dan lensa-lensa mata yang mengganti titik-titik fokusnya ketika diperlukan dan retina yang menangkap gambar dan mengopernya ke otak melalui syaraf-syaraf optic… Jika engkau pikirkan kesemua ini secara mendalam, engkau akan sampai pada tujuan Sosok Yang Mahabijaksana, Mahamengetahui, Mahapengasih dan Mahakuasa.
Pikirkan kedua telingamu, yang membuatmu dapat mendengar, lidahmu yang membuat engkau dapat berkata-kata, tangan, kaki, perut, hati, ginjal, syaraf, tulang-tulang, otot dan seluruh sel-sel tubuhmu merupakan bukti telanjang bahwa tiada tuhan selain Allah.. Yes son! Tiada tuhan, selain Allah yang Esa.
Tepat sekali.. Tiada tuhan selain Allah.
Telinga, mata, otot, tulang, kulit, syaraf dan rambutku seluruhnya merupakan bukti dari kenyataan ini.
Akalku telah mengakui kenyataan ini. Hatiku kini penuh cinta kepada Tuhan, Sang Perancang Tunggal alam semesta. Dialah Yang menganugerahkan sifat pengasih dan rahmat kepada manusia, menciptakan tujuh petala langit dan bumi… Namun Dad! Sekilas saya perhatikan adanya kesamaan antara argumen keteraturan dan argumen kebertujuan (teleologikal). Apakah keduanya sama?
No son! Argumen keteraturan menandaskan kecakapan yang menunjukkan Pengetahuan dan Kekuasaan. Namun argument kebertujuan menandakan khususnya kepengasihan dan rahmat Ilahi kepada umat manusia, karena argumen kebertujuan menjelaskan ihwal tujuan dan maksud dari setiap keteraturan..apakah engkau mengerti apa yang saya katakan?
Jujur saja… No!
Well! Mari kita lakukan permisalan.., perputaran bumi mengelilingi dirinya atau mengelilingi matahari…Tatkala kita mempelajarinya, kita jumpai gerakan-gerakan sulit dan berdasarkan pada aturan yang sangat pelik serta perhitungan yang mahaakurat. Sebagai hasil dari perputaran mengelilingi matahari ini di sebagian tempat di belahan bumi ada yang empat musim ada juga yang dua musim… keteraturan yang tertata dan terancang baik yang membuktikan Sang Pencipta ini adalah mengetahui seluruh hukum ini dan Dia mampu membuat bumi tunduk kepada kehendak-Nya; demikianlah kurang-lebihnya ihwal argumen keteraturan. Argumen kebertujuan merupakan sesuatu yang berbeda… Setelah mengenal adanya keteraturan, argumen kebertujuan menjelaskan tujuan di balik keteraturan ini. Dengan demikian, menemunkan tujuan merupakan dimensi lain dari argumen keteraturan yang merupakan sebuah argumen rahmat dan kepengasihan Ilahi atas seluruh makhluk. Simaklah, tatkala engkau melihat sebuah keteraturan.. engkau akan bertanya: Mengapa keteraturan ini dicipta? Jawabannya dapat ditemukan pada argumen kebertujuan. Untuk menyederhanakan masalah, mari saya berikan sebuah contoh, perputaran bumi.
Yes Dad! Berikan saya contoh yang sederhana..please! Contoh-contoh benar-benar menyediakan pemahaman yang lebih baik.
Metode ini merupakan metode al-Qur'an. Jika engkau melihat al-Qur'an, engkau akan jumpai ayat-ayat yang dimulai dengan: “Allah membuat sebuah perumpamaan”, atau "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir terdapat seratus biji.” Qur'an penuh dengan perumpamaan. Jika tiada perumpamaan ini, akan mustahil dapat menjelaskan banyak permasalahan.
Dad! Tolong sebutkan contoh bagiku…
Kita katakan: Perputaran bumi mengelilingi dirinya dan mengelilingi matahari menunjukkan argumen keteraturan; dan jika kita bertanya: Mengapa bumi mengelilingi dirinya dan mengelilingi matahari? Yang saya maksudkan adalah tujuan dari rotasi ini? Apa filsafat perputaran ini? Apa manfaatnya keteraturan perputaran bumi ini? Jawabannya adalah untuk mendapatkan pergantian dan pergiliran siang dan malum yang mengatur dan menata rutinitas keseharian manusia.“D an Kami jadikan malam sebagai pakaian. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (Qs. Al-Naba [78]:9-10) dan untuk memperoleh empat musim atau dua musim yang terjadi secara bergantian yang bermanfaat dalam ragam bidang pertannian dan kegiatan manusia. Di samping itu, ia membuat manusia dapat menghitung waktu, hari dan tahun. Kesemua ini diciptakan untuk berkhidmat dan melayani umat manusia sebagai tanda kepengasihan Tuhan. Jika kita mengambil contoh lain tentang daur air di alam semesta dan bertanya: Mengapa keteraturan ini dicipta? Jawabannya adalah: Keteraturan ini menempatkan air di bawah kendali manusia guna berkihdmat kepada mereka untuk keperluan minum, membersihkan, pertantian, industri dan untuk keperluan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jika kita mengambil struktur mata manusia sebagai contoh dan bertanya: Mengapa kornea mata harus tranparan? Jawabannya adalah untuk membolehkan cahaya melintas. Jika kita bertanya: Mengapa lensa ditempatkan di situ? Jawabannya adalah untuk membolehkan gambar dapat terfokus pada retina. Bila kita menyoal: Mengapa selaput mata ditempatkan di hadapan lensa dan dibekali dengan urat tertentu?
Jawabannya adalah untuk mengendalikan intensitas cahaya yang memendar pada bola hitam mata. Juga, megnapa warna bola mata itu hitam? Dan seterusnya. Jadi kapansaja kita jumpai sebuah keteraturan (argumen keteraturan), kita akan bertanya: Mengapa keteraturan ini dicipta (argument kebertujuan)? Jawabannya akan selalu bercorak rasional menjelaskan tentang tujuan dan maksud Ilahiah atas keteraturan semesta; tujuan dan maksud ini menandaskan aspek kepengasihan dan rahmat Tuhan kepada manusia dan makhluk hidup.
Kini saya telah mengerti!
Kini, engkau dapat mengajukan ribuan pertanyaan tentang segala sesuatu yang engkau lihat atau dengar di sekelilingmu… Seluruh pertanyaan dimulai dengan "Mengapa?" Engkau akan dapatkan jawaban yang mengandung hikmah, kegunaan, tujuan dan maksud yang mendatangkan manfaat dan kemaslahatan manusia. Cobalah lakukan eksperimen ini besok semenjak bangungmu dengan bertanya: "Mengapa saya bangun dari tidur? Engkau akan temukan bahwa hikmah Ilahi menuntutmu untuk bangun, lantaran waktu istirahat telah usai dan kini tiba saatnya untuk beraktifitas. Tatkala engkau duduk untuk menyantap sarapan, engkau akan lihat bahwa engkau duduk lantaran lapar. Mengapa engkau merasa lapar? Lantaran badan memerlukan makanan dan rasa lapar menstimulasi seseorang untuk mengenali kebutuhan ini. Tatkala engkau menyantap makanan, bertanyalah pada dirimu: Mengapa aku menyantap makanan? Lantaran jika makanan tidak menyenangkan, seseorang akan merasa bahwa makanan merupaka beban yang harus disingkirkan. Engkau boleh melanjutkan bertanya "Mengapa"? pada segala sesuatu; engkau akan jumpai jawaban rasional dan dibenarkan yang mendemonstrasikan tujuan dan maksud Sang Pencipta semesta dan Perancang keteraturan yang Mahakasih kepada para hamba-Nya.
Inilah praktik yang baru yang akan saya mulai.
Mengapa engkau ingin mempraktikkannya?
Guna mendapatkan wawasan lebih tentang "argumen kebertujuan", yang dapat menambah iman dan kecintaanku kepada Tuhan dan kepada ayahku yang telah dianugerahkan kepadaku untuk membimbingku sehingga saya dapat mengenal lebih baik Tuhanku. []





Bagian Ke-13


Mengapa Ada Paradoks ?

O son! Apakah ada sesuatu yang baru?
Yes Dad! Saya telah berpikir banyak tentang argumen kebertujuan yang telah kita bincangkan bersama…saya mencoba sebuah pertanyaan "mengapa", namun pertanyaan sederhana ini menggiring saya pada pertanyaan yang lebih banyak dan luas, namun saya tidak dapat menemukan jawabannya, dan saya takut kalau-kalau mengganggu Anda dengan bertanya meminta penjelasan lebih.
Tidak..Tidak mengganggu sama sekali. Bertanyalah sesukamu dan jangan pernah ragu.
Jadi…Dad, mengapa Tuhan menciptakan Surga dan Neraka dan tidak menciptakan Surga saja? Mengapa Dia menciptakan sakit, kejahatan, kematian, bencana dan penyakit? Mengapa Dia mencipta orang-orang zalim, orang-orang jahat yang melukai orang-orang tak berdosa dan kaum lemah?
Apakah tahu Son, bahwa engkau telah menjawab pertanyaan-pertanyaamu sendiri secara tidak sadar?
Kok bisa, Dad?
Engkau berkata: Mengapa harus ada Surga dan Neraka? Mengapa keduanya diciptakan? Engkau juga berkata: Mengapa kejahatan, kezaliman, penyakit dan bencana diciptakan? Iyakan…?
Yes Dad! Inilah pertanyaan-pertanyaan yang mengusik perhatian dan pikiranku belakangan ini.
OK! Biarkan saya menjelaskan masalah atau masalah-masalah dengan syarat engkau harus menaruh perhatian serius atas apa yang saya katakan.
Saya mendengarkan penjelasan Anda sepenuh hati.
Pertama-tama, simak dan hafalkan syair berikut ini: Jika tiada keburukan, tidak akan ada kecantikan
Jika tiada kecacatan, tidak akan ada kesempurnaan.
Yes Dad! Saya telah menghafalkannya. Mudah untuk dihafal, namun gerangan maksud dari syair tersebut? Atau apa maksud Anda dalam menyampaikan syair ini? Sungguh syair ini merupakan syair yang indah.
 Tentu saja! Tidakkah engkau percaya bahwa jika wanita cantik seluruhnya dan menarik hingga tingkatan tertentu, maka tidak akan ada keindahan di muka bumi sama sekali dan tidak akan ada wanita yang cantik dan menawan!
Bagaimana bisa demikian, Dad? Biarkan saya pikirkan….Iya!… Benar! Jika wanita cantik seluruhnya…Atau….Jika tidak ada wanita yang jelek (atau kurang menarik), maka tiada lagi yang namanya kecantikan dan keindahan sama sekali. …
Tepat sekali! Jika, katakanlah, mata biru merupakan keindahan dan seluruh wanita di muka bumi ini memiliki mata biru, maka tiada keistimewaan untuk memiliki mata biru atas mata hitam (atau sebaliknya). Aturan yang sama dapat diterapkan pada ketinggian, roman muka, hidung atau fitur lainnya yang rupawan pada tubuh manusia.
Iya.. Jika para wanita cantik dan menawan seluruhnya, maka tiada artinya lagi kecantikan dan keindahan sama sekali.
Di sisi lain, kejelekanlah yang membuat kecantikan berarti…Juga bahwa ketidaksempurnaan bermakna bahwa harus ada kesempurnaan, bukan begitu?
Tapi Dad! Apa kesalahan orang-orang malang yang memilik rupa yang jelek atau kurang cantik?
Ia tidak memiliki kesalahan.. Ganjaran yang akan diberikan pada hari Kiamat kelak, tatkala ia diberikan mata yang paling indah. Artinya jika memainkan perannya dengan baik dan berserah diri kepada kehendak Tuhan.. Di sisi lain, wanita-wanita lainnya yang merasa bangga dengan kecantikan mereka (menghina wanita yang kurang cantik, secara langsung atau tidak langsung) akan diberikan mata yang buruk atau kurang menarik di hari Kiamat nanti. Pada hari itulah, keadilan akan diterapkan, hari dimana setiap orang akan menanggung perbuatan yang mereka lakukan, atas niat yang mereka tanam dalam benak…Tidak akan ada ketidakadilan, kezaliman dan penindasan di hari itu.
Menakjubkan! Sebuah model filsafat yang benar… dan aturan yang sama diterapkan pada mereka yang berani, mulia dan pengasih dan sebagainya.. kita dapat berkata bahwa: Jika tidak ada keserakahan, maka tidak akan ada sikap pemurah; dan jika tiada kepengecutan, tidak akan ada keberanian; demikian juga tidak akan ada kemuliaan jika tidak ada kerendahan..logika yang sama seterusnnya berlaku demikian pada segala paradoks.
Jadi yang sedemikian merupakan peperangan antithesis untuk menyingkap ketidaksempurnaan dari kesempurnaan dan kejelekan dari keindahan… Manusia merasa bahagia dengan proses penyingkapan ini. Dengan proses ini, mereka merasa bangga jika mereka berharga untuk kesuksesan sejati, bukan sebuah kesuksesan palsu. Aturan yang sama ini dapat diterapkan pada segala ketidaksempurnaan dan penderitaan.. sejam bersabar dapat menuai hasil kebahagiaan dan kesenangan selama bertahun-tahun. Segala sesuatu dapat ditahan jika dibandingkan dengan hal-hal lain yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Jadi penyakit merupakan sebuah jalan untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik; bahaya merupakan sebuah jalan untuk lebih menghargai keamanan; mengenal keniscayaan hidup berupa penyakit untuk mempekerjakan dokter, ahli kimia dan perawat dan keharusan membeli pakaian untuk memberdayakan pabrik-pabrik tekstil; tanam-tanaman yang segera membusuk dan penyerapan nutrisi yang membuat industry tanaman hidup dan berkembang, menghasilkan buah dan sebagainya.. Kepunahan generasi tua melahirkan generasi muda. Proses semacam ini berlanjut terus pada seluruh aspek kehidupan. Jika hukum seperti ini tidak berlaku, kehidupan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Maka tiada maknanya kematian, kebahagiaan, harapan, rasa dan kejadian-kejadian yang mengejutkan.
Katakan lebih banyak, Dad! Ucapan Anda sungguh menarik dan pembicaraan tentang filsafatnya adalah sesuatu yang lebih menarik.…
O son! Tema paradoksial ini, kejelekan dan kecantikan sedemikian luas sehingga benak dapat dengan mudah melacaknya dan hamper tidak menyentuh konsep tersebut. Berangkat dari itu filsafat Surga dan Neraka mengemuka… atau dunia dan akhirat mengedepan. Tanpa kesulitan-kesulitan di dunia mondial ini, kita tidak akan dapat merasakan kebahagiaan di hari akhirat kelak.. jika tidak ada Kiamat dan Surga, hidup ini sama sekali tidak akan memiliki makna. Keberdaan dua sisi konsep ini (yaitu jelek dan cantik; surge dan neraka, hidup dan mati) memiliki makna yang sangat berguna. Rasa, katakanlah, air segar dikenal; rasa dahaga dan lapar; nikmatnya tidur; menderita dahaga; kebahagiaan merasa sehat dan demikian seterusnya hanya dapat dialami tatkala ada titik-seberangnya.… Alangkah nikmatnya tidur bagi seseorang setelah berjam-jam tanpa tidur, dan alangkah nikmatnya air segar tatkala seseorang merasa dahaga.
Semoga Tuhan memberkatimu, Dad! Jika tiada orang bermata hitam, maka orang yang bermata biru tidak akan kelihatan cantik!
Boleh jadi sebaliknya… Jika tiada orang yang bermata biru, maka orang-orang yang bermata hitam tidak akan kelihatan menawan; jika tiada keduanya, maka orang yang bermata kuning tidak akan kelihatan cantik dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, keburukan itu bersifat relatif dan nisbi sebagaimana kecantikan.
Sang anak mengulang-ngulang syair berikut ini dengan irama ritmis:
Jika tiada keburukan, tidak akan ada kecantikan
Jika tiada ketidaksempurnaan, tidak akan ada kesempurnaan
Terima kasih atas syair indah, mutiara hikmah dan pepatah bijak ini.
Baiknya kita berkata: Terima kasih Tuhan atas hikmah-Nya yang tinggi, penciptaan yang indah dan kehendak agung-Nya.…[]




Akhir Kata

Lebih dari seminggu lamanya semenjak berakhirnya disksui antara sang ayah dan anak. Masa jeda ini sengaja diatur suapya sang anak memiliki waktu untuk meraup pelajaran-pelajaran tauhid dan meninjau ulang konsep-konsep yang telah didiskusikan bersama serta melakukan beberapa eksperimen atas konsep-konsep tersebut. Sang anak terlihat sangat khusyuk sepanjang hari… Segala sesuatu dulunya tidak terlalu penting kini menjadi obyek perhatian dan pandangannya. Ia beranjak ke luar ke taman, melihat sisi-sisi khusus dari setiap tanaman dan memegang buah-buah tanpa memotongnnya. Ia perhatikan secara seksama dan merenungi buah ini ketika ia masih merupakan sebuah biji kuculuk dilempar dan ditabur ke bumi kemudian ditutupi tanah…Alangkah menariknya dan kini ia telah tumbuh besar! Sebuah pohon yang kuat berbau yang kurang enak, namun memberikan buah yang manis dan lezat"Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup." (Qs. Al-An'am [6]:95)
Tiba-tiba, sebuah suara datang dari kandang ayam yang mengganggu alur pikirannya. Suara ini adalah suara seorang ayam yang mengumumkan ihwal kedatangan sebiji telur baru.. Ia lalu mendatangi kandang ayam sembari memikirkan penciptaan sebiji telur yang ditelurkan oleh seekor ayam.. “Bagaiman Tuhan menciptakan hewan ini dengan keteraturan yang akurat dan tepat? tanyanya dalam hati. "Bagaimana Dia menyediakan bahan putih transparan ini dalam telur, yang sangat penting untuk member makanan umat manusia?" Ayam memakan biji-bijian, yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung zat tepung, dan cukup kuat, bahan-bahan ini dipindahkan pada sebuah bahan yang transparan dengan nilai nutrisi yang tinggi yang terkandung dalam telur.. atau dalam dagingnya sendiri… Puji Tuhan… Engkau telah ciptakan makanan paling mahal dengan bahan yang paling murah… Engkau telah ciptakan telur-telur dari biji-bijian; susu dari rerumputan; daging dari semanggi (tumbuhan yang menjalar) … Seluruh bahan makanan tersebut adalah berasal dari bahan-bahan murah… biji-bijian atau rumput, yang tumbuh di muka bumi…biji-bijian atau rumput ini tidak lain kecuali bahan-bahan gula pada tingkatan uraian akhirnya. Segala puji bagi Tuhan, Yang menciptakan bahan-bahan transparan ini dari bahan gula!!""
“Darimana bahan-bahan gula ini berasal?" tanyanya retoris.
“Tanaman menciptakannya dari bahan-bahan mentah yang sederhana; yaitu air dan udara melalui proses potosintensis.. Alangkah agungnya! Alangkah agungnya Sang Pencipta pabrik raksasa yang memproduksi dedaunan dari tanaman, yang membuat campuran air meresap melalui akar dari tanah demikian juga Karbondioksida dari udara dan memporeleh sinar-sinar matahari yang datang dari jutaan kilometer? Siapa yang dapat menyangka dedaunan tipis ini melakukan operasi-operasi kimia yang canggih yang menyediakan makanan untuk manusia dan binatang?"
“Maksud, tujuan dan hikmah nampak terang di sini. Argumen keteraturan, maksud dan tujuan seluruhnya berkisah sepenuhnya pada akal sehat dengan ungakapan:"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah." (Qs. Luqman :11) Imbuhnya.
Ia merasa rendah dan tunduk..sebuah perasaan menyenangkan memiliki hubungan dengan Sang Pencipta Yang Mahakuasa, Bijaksana, Mahatahu, Pemurah dan Agung. Ia tidak dapat mengungkapkan perasaannya saat-saat indah tersebut kecuali dengan bersujud dan berlutut. Jatuh segera bersujud dan berlutut di atas tanah sembari mengulang-ngulang: Sesungguhnya tiada pencipta selain Allah; para pengingkar Tuhan telah tersesat; "Mereka telah jauh menyimpang, jauh dari rel kebenaran." Ia tetap saja bersujud hingga matahari terbenam. Tatkala matahari tenggelam sepenuhnya di balik awan, imaginasinya menerawang pada penciptaan awan-awan tersebut… peran siklus air segera muncul dalam benaknya dan ia mengingat "Argumen Keteraturan" dalam konstruksi siklus ini, demikian juga "Argumen Kebertujuan." Ia teringat pelajaran yang diberikan ayahnya lalu membaca:“Allah-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.” (Qs. Rum [30]:48) Ia jumpai dirinya mengeruk ajaran tauhid ini dari tanah dan apa yang tumbuh di atasnya; semenjak ayam dan apa yang terlahir darinya; dari awan dan apa yang dibawahnya; dari pancaran surya dan hembusan angin. Ia memperoleh pengetahuan dari sekolah semesta yang terbentang di seantero semesta; dan guru-gurunya adalah seluruh makhluk..juga tabiat; siang dan malam; surya dan rembulan; air dan udara; binatang dan tanaman; manusia dan mineral…seluruhnya merupakan para pengajar dalam sekolah tauhid ini; dan setiap bagian dari semesta ini adalah sekolahnya yang menuntunnya kepada iman.
Alangkah agungnya! Alangkah syahdunya! Dimana para raja dan putra mahkotanya yang merasaka kenikmatan dan ekstasi ini?
Sang anak kini dapat memahami makna redaksi yang ia dengar dari ayahnya tatkala sujud:
"Kehilangan apa mereka yang menemukan-Mu?
Apa yang mereka temukan orang yang kehilangan-MU
Sungguh buta mereka yang tidak melihat-Mu!"
"Tuhanku, mereka yang kehilangan-Mu, tiada menemukan apa pun, dan mereka yang menemukan-Mu, tiada kehilangan apa pun."
Ia menjumpai ayahnya pada malam itu dan mengabarkan ihwal perasaan barunya yang baru saja lahir dan berkata:
Dad! Saya merasa sebagai seorang pelajar di sekolah tauhid..
Dimana letak sekolah itu?
Dimana-mana, di seantero semesta, Dad.
Siapa saja yang menjadi guru di sekolah tersebut?
Segala makhluk, setiap fenomena dan seluruhnya adalah guru di sekolah tersebut.
Kapan saja mereka mengajar?
Dua puluh empat jam perhari, tujuh hari dalam seminggu dan seterusnya.
Bagaimana dengan bahasa pengantar pelajarannya?
Seluruh bahasa digunakan.
Tingkatan pelajarannya gimana?
Orang yang paling sederhana sekalipun dapat memahami pelajaran ini; pemikir besar pun dapat merenunginya secara mendalam.
Apa gelar akhir dan ijazah pamungkasnya?
Titel yang digondol membawa gelar: “Tiada tuhan selain Allah."
[selesai]



Daftar Isi

Menjelajah Semesta Iman 1

Bagian Ke-1 2

Kewajiban...Keraguan...Siapa Tuhan itu?  2

Bagian Ke-2 9

Goncangan dan Pengaduan 9

Bagian Ke-3 12

Fitrah yang Terjaga 12

Bagian Ke-4 22

Antara Sangsi dan Yakin 22

Bagian Ke-5 38T

uhan atau Tabiat38

Bagian Ke-6 51

Keteraturan di Seantero Semesta  51

Bagian Ke-7 59

Semesta ini Acak atau Teratur?  59

Bagian Ke-8 72

Ayat-ayat Tuhan Sehamparan Bumi72

Bagian Ke-9 80

Menolak Aksiden..Menerima Keteraturan 80

Bagian Ke-10 88

Lebih Rasional dengan Puak Materialis  88B

agian Ke-11 94

Kebebasan Berpikir94

Bagian Ke-12 110

Kemustahilan Tasalsul110

Bagian Ke-12 129

Argumen Kebertujuan 129

Bagian Ke-13 143

Mengapa Ada Paradoks ? 143

Akhir Kata 148































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...