Sabtu, 24 November 2018

DIALOG MUSLIM DAN ATHEIS (KOMUNIS)



ilustrasi hiasan:



Pengarang  :

1. Dialog Ihwal Keberadaan Tuhan

2. Dialog Ihwal Wujud Tuhan

3. Dialog Ihwal Pembuktian Wujud Tuhan

4. Ihwal Nabi dan Al-Qur’an

5. Tuhan Itu Ada




Dialog 1 : Dialog Ihwal Keberadaan Tuhan
Salah seorang dari sahabat-sahabat berkata pada saya: Ada seorang komunis ateis dari Halleh ingin berdialog dengan Anda tentang asul-usul pokok Komunisme.

Saya berkata: Silahkan, hal ini merupakan sesuatu yang sangat baik.

Teman saya berkata: Akan tetapi saya takut dan khawatir.

Saya berkata: Buat apa takut?

Teman saya berkata: Karena orang komunis tersebut memiliki dalil-dalil yang kuat, dan sudah banyak berdialog dengan orang-orang dan semuanya takluk di hadapannya. Saya khawatir Anda juga bisa takluk di depannya dan hal ini akan menyebabkan kita malu dan kedudukan serta harga diri kita jatuh.

Saya berkata: Jadi, menurutmu apa yang harus dilakukan?

Teman saya berkata: Yang menarik adalah Anda menyampaikan tentang aktifitas-aktifitas agama dan sosial Anda kepadanya dan dengan cara ini Anda buat dia puas.

Saya berkata: Biarkan dia datang, Kalau dia membawa sesuatu yang baru, saya akan belajar darinya. Dan kalau tidak, Insya Allah kita akan menang atasnya, dan alangkah indahnya jika kita bisa menaklukkannya. Adapun jika tidak, saya akan mengambil pelajaran darinya dan akan menyediakan jawabannya di masa datang.

Anggaplah misalnya dia menang dalam dialog ini, maka tidak ada salahnya jika kamu sedikit bersabar atas kekalahan ini, karena ini menjadi sebab akan banyaknya pelajaran yang bisa saya dapatkan dan juga saya akan memahami letak titik kelemahan saya dalam dialog ini.

Singkatnya, sahabat saya ini selalu berusaha agar saya menghindari dialog dengan orang komunis tersebut. Namun saya tidak mengabulkannya. Karena itu kami pun menetapkan jadwal waktu untuk melakukan dialog. Dan orang komunis ateis itu pun datang pada waktu yang ditentukan.

Pemuda (komunis) itu umurnya sekitar tiga puluh tahunan, dan sangat bangga dan tinggi hati serta sangat menyepelekan agama dan ulama. Dia duduk menghadap saya bagaikan seorang sultan duduk di depan budaknya.

Pemuda komunis itu memulai pembicaraannya. Dia berkata: Saya tidaklah sama seperti orang yang pernah kamu lihat selama ini. Saya adalah seorang yang berpendidikan, dan sudah demikian banyak berdialog dengan orang-orang mengenai agama dan Tuhan, dan tidak satu pun jawaban yang benar yang saya dapatkan. Saya sejak lima belas tahun yang lalu telah menjadi ketua umum partai komunis di sebuah wilayah. Pemuda komunis itu terus menerus memuji dan mengagung-agungkan diri dan kemudian berkata: Apakah Anda siap untuk berdialog dengan saya?

Maksud dari pemuda komunis tersebut menjelaskan semua kelebihan dirinya, mungkin untuk menakut-nakuti lawan dialognya nanti.

Saya berkata:"Silahkan, Anda mau berdialog perihal apa?"

Dia berkata: "Saya ingin berdialog dengan Anda tentang Tuhan."

Saya berkata: "Tidak masalah."

Dia berkata: "Apa pendapat Anda tentang keberadaan tuhan?"

Saya berkata: "Tuhan itu ada."

Dia berkata: "Dengan dalil apa?"

Saya berkata: "Pendapat Anda sendiri tentang keberadaan Tuhan bagaimana?" (maksud saya dari pertanyaan ini adalah saya sebagai penanya dan orang komunis itu yang menjawab- karena, sesuai dengan sebuah kaidah yang masyhur dalam ilmu dialog, bahwa penanya akan selalu menjadi pemenang dalam sebuah medan, karena penanya berada pada posisi penyerang, dan yang menjawab biasanya kalah karena posisinya adalah bertahan, dan saya ingin menaklukkan dan berusaha menjatuhkan mental serta kesombongannya diawal dialog ini)

Dengan pertanyaan yang saya utarakan: "Apa pendapat Anda tentang tuhan?" Dia tanpa rasa malu berkata: Tuhan itu adalah sebuah perkara takhayul dan khurafat dan saya mengingkari akan keberadaannya.

Saya berkata: Bapak yang mulia, apakah Anda tidak mengetahui jumlah bintang-bintang yang telah diobservasi sampai saat ini telah mencapai ratusan miliar?

Dia berkata: "Iya."

Saya berkata: "Apakah Anda tahu bahwa Uni Soviet (kini Rusia) telah mencapai kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan meluncurkan satelit-satelit buatan ke ruang angkasa dan masih belum sampai ke bulan?"

Dia berkata: "Iya."

Tentunya pembahasan kita adalah suatu masa dimana Uni Soviet baru-baru meluncurkan satelit-satelit buatannya, dan maksud saya mengatakan hal ini adalah sekedar untuk memuji dan menyanjung akan kebesaran Unisoviet, sehingga ketika dia (pemuda) itu jatuh kalah akan merasakan sakit yang sangat seperti orang yang jatuh dari puncak gunung yang sangat tinggi.

Saya berkata bahwa Anda juga tahu, satelit-satelit buatan itu adalah bukan bagian dari ratusan miliar bintang-bintang di langit itu, dan bagian satelit bumi?

Dia berkata: "Iya, saya tahu."

Saya berkata: "Karena itu, manusia masih belum sampai ke planet pertama dan yang paling dekat di sekitarnya?"

Dia berkata: "Betul."

Saya berkata: "Jadi Anda tahu dari mana kalau Tuhan itu tidak ada, apakah tidak mungkin Tuhan itu berada di salah satu bintang gemintang ini? Kemudian saya berkata: Apakah Anda berhak mengatakan kalau si fulan tidak berada di dalam rumah tetangga, sementara Anda sendiri tidak datang ke rumah tetangga tersebut dan melihat apakah si fulan ada di sana atau tidak?"

Dia berkata: "Iya, saya tidak berhak mengatakan bahwa si fulan tidak sedang berada di dalam rumah itu sementara saya sendiri belum datang ke rumah tersebut."

Saya berkata: "Lantas, bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa tuhan itu tidak ada sementara Anda belum pernah datang kesana, betapa banyak tuhan berada di sana.[1]

Apakah Anda sudah menyelam kedalaman lautan-lautan itu?

Apakah Anda sudah mengunjugi kawasan dan pulau-pulau yang ada di bawah lautan itu? Sementara yang kita ketahui, para ilmuan mengakui bahwa masih banyak pulau-pulau yang belum ditemukan.

Apakah Anda sudah berkunjung ke kutub selatan?

Apakah Anda sudah pernah mengunjungi lapisan tanah paling bawah?

Betapa banyak sesuatu yang ada didalam tempat-tempat yang tersebut tadi, karena itu bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa tuhan itu tidak ada?"

Saat itu, pemuda tersebut pun diam, dan tidak bisa memberikan jawaban, dan wajah pemuda tersebut menampakkan ciri-ciri kekalahan.

Kemudian ketika melihat pemuda tersebut dalam keadaan diam, saya pun berkata padanya: "Saya adalah salah seorang yang sangat terkejut terhadap orang-orang seperti Anda. Bagaimana bisa Anda mengaku-ngaku sebagai budayawan dan ilmuan sementara Anda A, B, C, D, filsafat saja tidak tahu?"

Bagaimana Anda bisa mengaku-ngaku bahwa telah banyak berdiskusi dan berdebat dengan ulama-ulama dan mengutuk mereka sementara pengetahuan Anda ini sangat minim? Siapa saja ulama yang Anda kutuk itu. Ucapan dan perkataan kalian -para komunis- tidak lain hanyalah propaganda belaka dan omong kosong."

Saya sekarang bersedia untuk mengajak Anda untuk mendatangi lebih dari dua puluh ulama untuk mengutuk Anda dan juga orang-orang yang lebih tinggi dari Anda. Saya begitu banyak menyerang dia (pemuda itu) sehingga dia sampai pada suatu titik dimana dengan terpaksa meminta maaf.

Dan kemudian saya banyak menjelaskan dalil-dalil tentang pembuktian keberadaan tuhan, dan teman saya yang hadir di majlis tersebut sangat gembira dengan kemenangan ini.


Catatan Kaki:

[1]. Tentunya jawaban ini hanya untuk memuaskan lawan dimana dia berkeyakinan tuhan itu berbentuk jasad dan berkata kalau Tuhan itu ada maka seharusnyalah kita bisa melihatnya, namun kemana kita pergi mencarinya tidak kita temukan, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang astronot Uni Soviet bernama Gagarin. Dan sebaliknya, kita meyakini bahwa tuhan itu tidak mempunyai tempat dan masa dan Tuhan itu adalah pencipta zaman dan tempat dan planet-planet dan sebagainya (red)




Dialog 2 : Dialog Ihwal Wujud Tuhan
Salah seorang sahabat saya yang kuliah di sebuah institute kedokteran datang menemuiku dan berkata: di kampus kami ada seorang mahasiswa komunis yang mana dia adalah orang yang mengingkari akan wujud dan keberadaan tuhan, dan dia sangat kuat dalam berdiskusi dan berdebat, meskipun kami berusaha semaksimal mungkin untuk membuat dia puas dan mau menerima tentang wujud tuhan, namun tetap saja dia tidak mau mengalah, sehingga sampai pada suatu kondisi dimana sebagian mahasiswa dijangkiti keragu-raguan dikarenakan dialog-dialog serta bahasan tersebut, dan bahkan tidak mau bertemu dengan seorang pun dari ulama yang ada, karena yakin bahwa ulama-ulama itu adalah kaki tangan para penjajah dan tidak mempunyai logika dan akhlak, dan saya tidak tahu lagi apa yang harus saya perbuat dengannya?

Saya berkata: "Apakah Anda bisa mengajak dia untuk datang ke sini?"

Dia (berkata: sudah pasti dia tidak akan mau ke sini).

Saya berkata: "Usahakan dengan berbagai macam cara Anda ajak dia ke sini."

Teman saya itu pergi dan beberapa bulan kemudian dia datang dengan sekelompok mahasiswa. Setelah mengucapkan selamat datang, saya berjanji dalam hati ingin memenangkan dialog ini di tengah teman-teman ateis ini, sehingga semua kemuliaan palsu yang dimilikinya itu hancur berantakan.

Saya berkata pada komunis ateis itu: "Anda baik-baik saja kan?"

Dia berkata: "Teman-teman saya berkata padaku bahwa Anda siap berdiskusi dan berdebat dengan saya tentang keberadaan tuhan."

Saya berkata: "Betul, kalau menurut Anda bagaimana?"

Dia berkata: "Menurut saya tuhan itu tidak ada."

Saya berkata: "Tapi pandangan saya tidak seperti Anda. Malah sebaliknya pendapat saya Tuhan itu niscaya ada."

Dia berkata: "Apa dalilnya?"

Saya berkata: "Kalian para mahasiswa dikarenakan tidak belajar filsafat maka saya tidak akan menjelaskan dan membuktikan secara filosofis akan keberadaan tuhan, akan tetapi saya dengan terpaksa akan menjelaskan tentang eksistensi tuhan dengan menggunakan dalil sederhana yang mana dalil-dalil semacam ini dipelajari oleh siswa-siswa kami yang masih duduk di sekolah dasar."

Dia berkata: "Sangat menakjubkan, saya yang mengingkari eksistensi tuhan, dan saya mempunyai dalil yang kuat tentang itu, lalu orang (ulama) ini ingin membuat saya puas dengan dalil-dalil sederhana yang dipelajari oleh siswa-siswa sekolah dasar?!"

(Saya juga bermaksud untuk berkata seperti ini, hingga semakin dia tinggi hati dan congkak dan saya akan hancurkan khayalan-khayalannya).

Kemudian dia pun berkata: "Apa dalil sederhana tersebut?"

Saya berkata: "Tuan! Saya akan memilikan salah satu dari empat jalan ini."

Dia berkata: "Apa maksud empat jalan ini?"

Saya berkata: "Pertama, apakah Anda sendiri yang menciptakan diri Anda?"

Dia berkata: "Tidak."

"Kedua, apakah yang menciptakan Anda adalah salah satu dari makhluk-makhluk seperti bapak Anda, ibu Anda, bulan, matahari, air, udara, ikan, burung dan telaga ataukah manusia lain?"

Dia berkata: "Tidak."

"Ketiga, apakah pencipta Anda adalah sesuatu yang tidak ada ('Adam)?"

Dia menjawab: "Tidak."

"Keempat, karena itu, Anda adalah makhluk yang diciptakan mempunyai akal dan pikiran dan mempunyai daya dan kudrat, dan yang menciptakan hal itu adalah Allah Swt."

Dia berkata: "Saya diciptakan oleh tabiat (nature)."

Saya berkata: "Apakah alam tabiat itu mempunyai akal, mempunyai kekuatan, mempunyai pengetahuan?"Dia jadi diam seribu bahasa dan tidak menjawab apa-apa.

Kemudian saya berkata: "Bapak! Saya tidak tahu kenapa kalian para komunis tidak tahu sedikit pun tentang alam dan tabiat ini, ...sahabat-sahabat Anda berkata: Anda sangat cerdas dan pandai dalam berdialog dan berdebat, tetapi sekarang jelaslah bagi saya bahwa Anda ini hanya pantas berdialog dengan pelajar-pelajar sekolah dasar kami dan bahkan tidak setara dengan mereka.! Seperti Anda ini ibarat seorang yang menginkari ilmu kedokteran, namun ketika membahas masalah yang paling sederhana dalam ilmu tersebut Anda hanya bisa diam dan tidak memberikan komentar apa-apa."

Dengan adanya dialog dan bahasan semacam ini, nampaklah di wajah para sahabat-sahabat rasa senang dan bahagia, dan pemuda komunis itu pun menjadi malu dan kehilangan harga diri.

Kemudian saya pun berbicara beberapa kata kepadanya dan meminta maaf, lalu berkata: "Sekarang, saya akan memberikan jawaban terhadap pernyataan Anda yang mengatakan bahwa yang menciptakan Anda adalah alam tabiat ini: Alam tabiat ini adalah sesuatu yang tidak ada, atau sesuatu yang wujud (ada) yang mana tidak mempunyai akal dan daya paham, seperti air dan udara dan tumbuhan."

"Dan matahari apakah sesuatu yang berakal, mempunyai kudrat, dan mengetahui?"

"Baik perkara yang 'tidak ada', tidak akan bisa menjadi pencipta, maupun perkara yang 'ada' yang mana tidak mempunyai akal dan daya paham, juga tidak akan pernah layak untuk menjadi pencipta. Karena itu sebuah kemestian bahwa sang pencipta itu adalah sesuatu yang mempunyai akal, daya, dan pengetahuan, dan wujud ini tidak lain adalah Allah Swt."

Salah seorang dari para mahasiswa itu berkata: "Siapa yang berkata bahwa Tuhan itu adalah pencipta?"

Saya berkata: "Kalau Tuhan bukan pencipta, siapa yang mencipta?" Dia tidak mempunyai jawaban.

Oleh karena itu, majlis sederhana ini pun berakhir, dan mereka mengucapkan terima kasih kepada saya, lalu pergi, beberapa waktu kemudian, saya berjumpa dengan sahabat saya yang menjadi media penghubung ketika dialog di atas berlangsung, dan saya bertanya padanya: "Apakah teman komunis Anda masih juga mengulangi pernyataan-pernyataannya yang dulu?"

Teman saya menjawab: "Tidak! Dia sudah kehilangan wibawa dan teman-temannya pun menertawakan dia."

Saya berkata: "Jangan Anda mengganggu dia supaya tidak terjadi reaksi negatif! Tetapi jalan terbaik bagi Anda adalah menemaninya dan bergaul dengan baik dengannya."




Dialog 3 : Dialog Ihwal Pembuktian Wujud Tuhan
Seorang pemuda komunis datang pada saya dan berkata: "Apakah Anda mengizinkan saya untuk berdialog dengan Anda tentang Tuhan?"

Saya berkata: "Silahkan!"

Dia berkata: "Apakah telur ayam yang lebih dulu ada kemudian ayam ataukah sebaliknya ayam dulu kemudian telur?"

Saya berkata: "Menurut Anda bagaimana?"

Beberapa menit dia berpikir lalu berkata: "Saya tidak tahu."

Saya berkata: "Apa kaitan pertanyaan ini dengan ada dan tiadanya Tuhan?" Anggaplah telur lebih dulu dari pada ayam atau sebaliknya ayam lebih dulu dari pada telur, maksudnya apa?"

Dia berkata: "Kelompok komunis mengatakan: Stetmen semacam ini menjadi dalil bahwa Tuhan itu tidak ada."

Saya berkata: "Bagaimana bisa ini menjadi dalil tidak adanya tuhan?"

Dia berkata: "Saya juga tidak tahu."

Saya berkata: "Lalu bagaimana Anda bisa berdialog tentang sesuatu yang Anda tidak tahu, pergi dan carilah seorang komunis dan tanyakan padanya tentang maksud dari pernyataan di atas, kemudian bawa ke sini jawabannya dan kita berdialog kembali."

Kemudian saya berkata: "Namun pertanyaan ini, kebalikan dari apa yang dikatakan oleh komunis tersebut kepada Anda merupakan dalil akan eksistensi Tuhan."

Dia berkata: "Bagaimana?"

Saya berkata: "Karena, kedua telur dan ayam ini harus diciptakan secara bersamaan ataukah pertama ayam kemudian bertelur atau sebaliknya telur dulu lalu menjadi ayam, pada akhirnya apapun yang lebih dulu, pasti ada penciptanya."

Dia berkata: "Apa yang dikatakan oleh komunis?"

Saya berkata: "Pergi dan tanyakan saja pada mereka."

Dia berkata: "Apakah Anda tahu apa yang dikatakan oleh komunis itu?"

Saya berkata: "Iya."

Dia berkata: "Apa yang mereka katakan?"

Saya berkata: "Mereka mengatakan: Sesuatu yang paling awal ada di alam tabiat adalah sel-sel, kemudian sel-sel ini menjadi banyak sehingga berbentuk seekor hewan, lalu hewan tersebut berubah menjadi seekor ayam dan ayam itu pun bertelur."

Dia berkata: "Apa jawaban Anda?"

Saya berkata: "Jawaban saya sangat jelas, tentang keberadaan sesuatu yang memberi kehidupan terhadap sel-sel yang menurut Anda adalah awal keberadaan. Saya bertanya apakah sesuatu yang memberi kehidupan kepada yang lain itu adalah sesuatu yang hidup ataukah sesuatu yang mati?"

Kalau dikatakan: "Sesuatu yang memberikan kehidupan kepada sel-sel tersebut adalah sesuatu yang tidak hidup dan mati, maka akan kita katakan: Sesuatu yang dia sendiri tidak hidup, tidak akan bisa memberi kehidupan kepada yang lain, apakah logis jika Anda bisa memberi uang kepada seseorang sementara Anda sendiri tidak punya uang?"

Dia berkata: "Tidak!"

Saya berkata: "Dan jika dikatakan: Hal atau sesuatu yang memberi kehidupan kepada sel-sel tersebut adalah sesuatu yang hidup dan menghidupkan, maka kita akan bertanya kepada mereka: Sesuatu tersebut, - yang mana adalah sesuatu yang hidup -, itu apa?"

Di sini terpaksa harus mengakui tentang eksistensi Tuhan, karena sesuatu tersebut adalah sesuatu yang maha hidup dan itu tidak lain adalah Allah Swt.

Dia berkata: "Kenapa tidak mungkin, di mana hayat (hidup) yang ada pada sel-sel paling awal tersebut adalah sesuatu yang terwujud secara kebetulan?"

Saya berkata: "Kebetulan itu apa? Apakah maknanya adalah hayat yang ada dalam sel-sel tersebut terwujud, tanpa sebab atau dengan sebab?"

Dia berkata: "Dengan sebab."

Saya berkata: "Sebab itu, apa?"

Saya berkata: "Tanpa sebab."

Saya berkata: Tidak logis jika sesuatu itu terwujud tanpa sebab, karena ibaratnya Anda mengatakan pulpen ini atau kamar ini ada tanpa sebab. Apakah ada di antara manusia berakal mengizinkan dirinya untuk mengungkapkan hal semacam ini?"

Dia berkata: "Kalau setiap sesuatu itu bisa terwujud karena ada sebab, maka sebab wujud tuhan apa?"

Saya berkata: "Eksistensi setiap sesuatu itu bersumber dari Tuhan, sementara eksistensi Tuhan itu bersumber dari zat-Nya, sebagaimana dingin sesuatu itu bersumber dari es dan dingin es itu bersumber dari diri es itu sendiri, dan panas sesuatu itu bersumber dari api tetapi panas api itu bersumber dari api itu sendiri."

Kemudian saya berkata pada dia: "Contoh-contoh yang saya ungkapkan tadi hanya sekedar untuk memudahkan dalam memahami dan hanya sekedar pendekatan pikiran. Dan kalau tidak salah, hal yang saya ungkapkan tadi merupakan salah satu kaidah filsafat dimana dikatakan bahwa:

"Segala sesuatu itu mempunyai kebergantungan kepada yang lain dan harus berhenti pada sesuatu yang dzati, sementara sesuatu yang dzati itu tidak mempunyai kebergantungan kepada yang lain."

Dia berkata: "Kenapa ilmu-ilmu semacam ini tidak diajarkan di sekolah-sekolah? Saya sejak pertama kali datang ke sekolah sampai saat ini di mana saya telah lulus magister dari sebuah universitas, tidak pernah mendengar hal semacam ini."

Saya berkata: "Sistem pelajaran kita diatur sedemikian rupa oleh para kolonial sehingga kering dari unsur maknawi dan spiritual serta fadilah-fadilah, dan menciptakan pelajar-pelajar atheis dan dengan mudah mereka menjajah dan memperbudaknya, dan mencapai tujuan yang diinginkan hati mereka!"

Dia berkata: "Kalian orang-orang theis (beragama), kenapa tidak berusaha untuk melenyapkan segala bentuk mimpi-mimpi buruk semacam ini?"

Saya berkata: "Karena kekuasaan tidak berada di tangan kami."





Dialog 4 : Ihwal Nabi dan Al-Qur’an
Salah seorang sahabat kami mahasiswa teknik di sebuah institut datang kepada saya dan berkata: Kami mempunyai seorang teman komunis, dia selalu saja mengganggu kami dengan berkata: “Tuhan itu tidak ada, Muhammad tidak lebih baik dari Lenin dan Stallin”, apa yang harus kami lakukan pada orang ini?

Saya berkata: Bawa dia ke sini.

Dia (sahabat saya) berkata: Dia seorang komunis yang sangat fanatik, dan dia tidak mau berhadapan dan bertemu dengan ulama, karena dia menolak dan tidak menerima keberadaan ulama-ulama tersebut.

Saya berkata: Usahakanlah dia bisa datang ke sini. Selang beberapa waktu kemudian sahabat saya pun datang dan berkata: Dia akan datang pada hari raya.

Saya berkata: Hari raya saya banyak aktifitas perjalanan dan bepergian, saya tidak punya waktu untuk berdialog.

Dia berkata: Kami sepakat seperti ini.

Saya berkata: Tidak apa-apa.

Pada hari raya sahabat saya bersama komunis tersebut datang. Dia menjadi kaget melihat sekumpulan orang-orang dari berbagai kalangan masyarakat, dan para pemuda.

Saya berkata pada dia (komunis): Hari ini saya tidak bisa berdialog dengan anda, besok pagi saya punya waktu banyak.

Dia (komunis) berkata: Baiklah.

Besok paginya sesuai dengan waktu yang dijanjikan kedua-duanya datang bersama sekumpulan mahasiswa dan juga beberapa dosen institut.

Saya berkata: Silahkan anda berbicara.

Dia tidak berbicara apa-apa.

Saya berkata: Tidak usah malu-malu, siapa saja yang mau dan senang boleh memulai.

Sahabat saya berkata: Teman saya ini adalah mahasiswa tekhnik di institut dan dia mengingkari keberadaan Tuhan serta berkata: Lenin lebih baik dari pada Muhammad Saw.

Saya menatap ke dia (komunis) dan berkata: Betulkah apa yang dikatakan sahabat saya itu?

Dia berkata: Iya, betul yang dia katakan.

Saya mengeluarkan sebuah pulpen dan berkata: Apakah pulpen yang ada di tangan saya ini dibuat oleh seseorang?

Dia berkata: Tentu saja iya.

Saya berkata: Apakah kain gorden yang dipasang di jendela kamar ini ada pembuatnya?

Dia berkata: Pasti iya.

Saya berkata: Dengan dalil dan bukti apa anda mengatakan bahwa semua ini ada pembuatnya?

Dia berkata: Hal ini sangat jelas.

Saya berkata: Apakah anda melihat siapa yang membuat semua ini?

Dia berkata: Melihat pembuatnya bukanlah sebuah kelaziman dan keharusan.

Saya berkata: Oleh karena itu, alam semesta ini, matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan, air, hewan dan manusia mempunyai seorang pencipta dan penciptanya itu adalah Allah Swt.

Dia berkata: Saya tidak melihat Tuhan.

Saya berkata: Sama seperti anda tidak melihat siapa pembuat pulpen dan kain gorden tersebut. Dia menjadi diam dan tidak menjawab apa-apa.

Dia berkata: Baiklah, siapa yang mengatakan bahwa Muhammad lebih baik dari pada Lenin?

Saya berkata: Saya yang berkata, dan juga ratusan juta umat Islam mengatakan hal yang sama.

Dia berkata: Apa dalil dan buktinya?

Saya berkata: Pada saat ini dimana saya sangat menghormati anda, saya mengenal Lenin tidak lebih dari seorang presiden sama seperti Hitler dan Musolini, dan mereka ini tidak layak untuk dibandingkan dengan pribadi Muhammad Saw.

Dia berkata: Lenin tidak sama dengan orang-orang yang anda sebutkan tadi.

Saya berkata: Kenapa?

Dia berkata: Karena Lenin membawa paham humanisme.

Saya berkata: Apa paham humanisme tersebut?

Dia berkata: Yaitu yang membebaskan dan memerdekakan masyarakat dari cengkraman para penguasa.

Saya berkata: Saya tidak suka dan tidak senang berdebat dan berbantah-bantahan dengan anda. Oleh karena itu, sebut saja Lenin sama seperti Ghandi dan Lincoln, yang mana mereka ini telah melepaskan dan membebaskan rakyat mereka dari kezaliman dan penindasan para penguasa dan imperialis. Oleh sebab itu, apa nilai lebih yang dimiliki Lenin atas orang-orang tersebut? Kendatipun saya mempunyai pandangan khusus tentang Lenin.

Dia pun tak menjawab.

Dia berkata: Lalu dengan dalil apa anda mengatakan bahwa Muhammad lebih baik dari Lenin?

Saya berkata: Saya memuliakan Muhammad Saw sebagai seorang utusan Allah Swt dan saya meyakini bahwa beliau Saw bukan bandingan Lenin.

Dia berkata: Apa yang ada padanya sehingga anda memuliakannya dan dengan dalil dan bukti apa anda mengatakan dia utusan Tuhan?

#Saya berkata: Karena Muhammad telah membawa aturan-aturan hidup yang terbaik untuk manusia, dan tak seorang pun manusia mampu membuat sesuatu yang sama dengan al-Qur’an, dan ini adalah sebaik-baiknya dalil bahwa yang mulia Muhammad Saw adalah utusan dari Allah Swt.

Dia berkata: Apa keagungan dan kemuliaan al-Qur’an dan apa relevansi antara diturunkannya al-Qur’an dan kenabian Muhammad?

Saya berkata: Adapun dalil tentang keagungan al-Qur’an adalah bahwa aturan atau undang-undang yang ada dalam al-Qur’an bisa diterapkan kapan dan dimana saja. Di samping itu karena keagungannya maka al-Qur’an mempunyai posisi disiaran dunia dan disiarkan serta diperdengarkan oleh pemancar-pemancar radio internasional, baik itu radio-radio umat Islam maupun radio-radio musuh Islam seperti radio London, suara Amerika, radio Israel, dan lainnya. Padahal di dunia ini telah jutaan buku yang ditulis namun tak satu pun buku atau kitab yang sama seperti al-Qur’an yaitu mampu memposisikan dirinya sebagai the best of book.

Bukankah ini adalah dalil dan bukti terbaik akan keagungan al-Qur’an?

Dia berkata: Radio negara-negara Islam menyiarkan bacaan-bacaan al-Qur’an karena mereka adalah pengikut al-Qur’an sementara radio-radio barat juga menyiarkan bacaan-bacaan al-Qur’an hanya sekedar ingin menarik perhatian umat Islam.

Saya berkata: Lalu kenapa radio-radio komunis tidak menyiarkan pandangan-pandangan komunis Marxisme, dan kenapa orang-orang selain komunis tidak menyiarkan kitab-kitab komunis tersebut di radio-radio mereka, dan demikian juga kitab-kitab seperti Taurat, Injil dan lain-lain tidak disiarkan?

Dia tak menjawab.

Dia berkata: Baiklah, dalil apa yang dimiliki al-Qur’an yang menyatakan bahwa pembawanya adalah Nabi?

Saya berkata: karena al-Qur’an sendiri yang mengajak dan menawarkan tantangan kepada seluruh manusia untuk membuat al-Qur’an tandingan. Akan tetapi, sejak dari zaman Nabi Saw sampai sekarang -yaitu sekitar 14 abad telah berlalu- tidak satu pun orang yang mampu membuat satu surat yang sama seperti surat-surat yang ada dalam al-Qur’an.

Dia berkata: Ini kan hal yang sangat mudah, sekarang juga saya bisa membuat satu surat yang sama dengan al-Qur’an.

Saya berkata: Anda membaca al-Qur’an?

Dengan terang-terangan dia berkata: Saya tidak membaca al-Qur’an.

Saya berkata: Oleh karena itu, kalau sepotong ayat saja anda belum pernah melihat sama sekali, bagaimana bisa mengklaim bahwa anda bisa membuat surat seperti surat al-Qur’an?

Dia menjawab: Tidak.

Saya berkata: Pertama anda harus membaca al-Qur’an dan kenalilah metode yang digunakannya kemudian setelah itu baru anda bisa mengatakan saya bisa membuat satu surat yang mirip dan sama seperti al-Qur’an.

Dia berkata: Lalu kenapa Nabi Muhammad menikah dengan banyak wanita?

Saya berkata: Berapa jumlah wanita yang dinikahi Nabi Muhammad Saw?

Dia berkata: Saya tidak tahu.

Saya berkata: Lalu dari mana anda tahu bahwa Nabi Saw menikah dengan banyak wanita?

Dia pun menjadi diam.

Kemudian saya berkata: Pada zaman Rasulullah Saw -disebabkan peperangan yang terjadi antara kabilah-kabilah Arab- jumlah laki-laki sangat minim sementara jumlah wanita yang tidak punya tempat sandaran hidup semakin melonjak. Oleh karena itu, pada zaman Nabi Saw sudah menjadi adat jika setiap laki-laki menikah dengan beberapa orang wanita. Kalau kaum lelaki tidak menikah dengan banyak wanita maka betapa banyak wanita yang akan hidup tanpa seorang suami. Mana yang lebih baik, apakah para wanita hidup tanpa bersuami ataukah setiap lelaki menikah beberapa wanita dan memiliki beberapa istri?

Dia berkata: Yang kedua lebih baik.

Saya berkata: Oleh karena itu, menurut anda Nabi Muhammad Saw melakukan perbuatan yang lebih baik, kemudian saya berkata: Masih banyak jawaban lain tentang kenapa Nabi Saw mempunyai bebarapa istri, namun, saat ini saya tidak punya waktu untuk menjelaskan hal itu.

Dia berkata: Apakah (ajaran) Nabi yang diutus pada 14 abad yang lalu masih bisa diterapkan untuk masa sekarang ini?

Saya berkata: Apa pendapat anda tentang masyarakat yang hidup pada abad-abad lalu, apakah masih punya kemaslahatan jika diterapkan untuk masa kita sekarang ini?

Dia berkata: Menurut saya jangankan hal ini, undang-undang yang kurang dari seabad saja sudah tidak layak dan tidak pantas untuk diterapkan pada masa sekarang ini.

Saya berkata: Lalu kenapa anda mempercayai komunisme, padahal undang-undang atau aturannya bersumber dari penjelasan-penjelasan Komunis Marxisme yang disusun sejak setengah abad yang lalu?

Dia tak menjawab.

Kemudian saya memberikan penjelasan kepadanya bahwa aturan-aturan Rasulullah Saw adalah sebuah aturan yang mengandung nilai-nilai insani yang bisa diterapkan kapan dan dimana saja, seperti undang-undang keadilan, ihsan (berbuat baik), kerjasama, tolong menolong, ibadah, akhlak, dan lain-lain.

Dia berkata: Akhlak adalah sebuah bentuk lamunan dan angan-angan kaum borjuis.

Saya berkata: Kalau salah seorang anggota partai anda berkhianat pada partai, apakah orang tersebut termasuk anggota yang baik atau buruk?

Dia berkata: Anggota buruk.

Saya berkata: Kalau salah seorang anggota mempunyai keberanian dan sikap rela berkorban serta memajukan partai, bagaimana?

Dia berkata: Orang tersebut adalah seorang anggota yang baik untuk partai.

Saya berkata: Oleh karena itu, akhlak bukanlah angan-angan kaum borjuis, karena anda sendiri yang menghukumi bahwa khianat, malas-malasan adalah sifat buruk dan tercela, sementara berani, pemaaf adalah sifat-sifat terpuji.

Dia tidak bisa menjawab apa-apa.

Dia berkata: Kalau Islam sebuah agama yang baik, lalu kenapa kaum muslimin banyak ketinggalan?

Saya berkata: Dikarenakan umat Islam tidak mengamalkan ajaran agamanya secara baik dan sempurna.

Dia berkata: Apakah umat Islam tidak pernah mengamalkan ajaran Islam? Dan kemudian dia berkata: Tidak ada satu pun zaman atau masa umat Islam mau mengamalkan ajaran agamanya, karena Islam tidak punya kelayakan untuk diamalkan.

Saya berkata: Siapa yang berkata kepada anda bahwa umat Islam tidak pernah mengamalkan ajaran agamanya? Bahkan sebaliknya, aturan-aturan atau undang-undang negara-negara Islam telah diterapkan dan dilaksanakan selama satu abad sejak awal mula Islam. Namun sejak hari itu -dimana umat Islam tidak lagi menerapkan atau meninggalkan sama sekali aturan dan undang-undang Islam dan mengimpor aturan dan undang-undang dari barat dan timur- kondisi umat Islam mengalami perubahan yang mengecewakan seperti yang anda saksikan saat ini.

Kemudian saya berkata kepadanya: Seperti yang dikatakan dan diakui oleh para pemimpin komunisme bahwa sampai saat ini paham komunisme betul-betul belum diamalkan dan diterapkan. Lalu dengan dalil dan bukti apa anda menjadi pengikut komunis dan bekerja untuknya?

Dia berkata: Saya akan terus berusaha sehingga komunisme betul-betul diterapkan dan diamalakan.

Saya berkata: Lalu kenapa anda tidak berusaha sehingga ajaran Islam betul-betul terlaksana?

Dia berkata: Islam adalah sebuah agama imperialis, karena dia datang dan menjadikan bangsa Arab lebih utama dan lebih baik dari seluruh bangsa dan negara yang ada.

Saya berkata: Akan tetapi, Islam sendiri mengingkari omong kosong ini.

Dia berkata: Bagaimana?

Saya berkata: Karena Islam mengatakan dalam al-Qur’an: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. al-Hujurat [49] ayat 13)

Anda lihat bahwa Islam tidak mengatakan: Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt di antara kalian adalah orang-orang arab.

Dan Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang membedakan antara orang Arab dan non-Arab (ajam) kecuali ketaqwaannya”. Beliau tidak mengatakan:“orang Arab lebih baik dari non-Arab”.

Dia berkata: Saya tidak pernah mendengar ungkapan dan perkataan ini.

Saya berkata: Karena anda tidak mengenal Islam.

Dia berkata: Kalau Rasulullah seorang yang bijak dan ahli hikmah, lalu kenapa dia tidak membuat undang-undang atau aturan yang bisa mencegah terjadinya ikhtilaf dan perpecahan di antara umat Islam?

Saya berkata: Kenapa kaum komunis tidak membuat undang-undang atau aturan yang bisa mencegah terjadinya ikhtilaf di antara mereka?

Dia berkata: Komunis memiliki aturan dalam hal ini.

Saya berkata: Apa dalilnya bahwa Lenin, Stallin, dan Gorbachef satu dengan yang lain tidak saling bertikai dan berikhtilaf, kenapa Bulghanin dan Terutiski berperang, dan kenapa sampai sekarang masih terjadi konflik internal di tubuh partai-partai komunis?

Dia berkata: Sebagian kaum komunis itu adalah komunis gadungan.

Saya berkata: Sebagian umat Islam juga seperti itu. Pada dasarnya Rasulullah Saw menetapkan banyak aturan dan undang-undang dengan tujuan menyatukan umat Islam, al-Qur’an dalam hal ini menyatakan: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-Anfâl [8] ayat 46)

Dia berkata: Sekarang perintah apa yang akan anda berikan pada saya?

Saya berkata: Keluar dan tinggalkanlah partai komunis dan amalkanlah ajaran Islam serta ajaklah masyarakat menuju Islam.

Dia berkata: Maksud anda adalah saya masuk anggota organisasi Ikhwanul Muslimin?

Saya berkata: Tidak, saya tidak mengatakan masuklah anggota organisasi Ikhwanul Muslimin.

Dia berkata: Sudah masyhur bahwa anda ini adalah salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin.

Saya berkata: Ini adalah salah satu tuduhan yang saya tidak akan pernah mempercayainya, saya bukan anggota dari Ikhwanul Muslimin.

Dia berkata: Lalu kenapa anda bekerja dan aktif untuk Islam?

Saya berkata: Karena saya -insyaallah- seorang muslim dan Islam memerintahkan kepada para pengikutnya supaya senantiasa berusaha dan bekerja keras dalam menjalankan aturan dan undang-undang Islam.

Dia berkata: Kalau saya keluar dari partai komunis, maka saya harus masuk partai Islam yang mana?

Saya berkata: Menurut pandangan saya Islam tidak membutuhkan partai.

Dia berkata: Lalu bagaimana saya bekerja untuk Islam?

Saya berkata: Anda bisa bekerja sama dengan seluruh umat Islam.

Dia berkata: Apa bedanya antara partai dengan jemaat?

Saya berkata: Jemaat adalah kelompok yang sangat aktif, mereka tidak memiliki satu konsep saja. Akan tetapi, partai memiliki konsep pemikiran tersendiri dan khusus.

Misalnya di Iran terdapat banyak organisasi yang aktif dalam memerangi dan menentang agama-agama dan aliran-aliran sesat, padahal mereka tidak mempunyai partai.

Dia berkata: Kalau saya bekerja untuk Islam maka negara akan menentang dan memerangi saya.

Saya berkata: Memangnya dulu ketika anda bekerja untuk komunis pemerintah juga menentang dan memerangi anda?

Dia berkata: Saya bekerja -untuk komunis- secara sembunyi-sembunyi, dan mereka mengatakan bahwa Islam tidak membolehkan aktifitas-aktifitas yang bersifat sembunyi-sembunyi.

Saya berkata: Aktifitas sembunyi-sembunyi itu memiliki dua makna: pertama, yaitu aktifitas anda didasari dengan sembunyi-sembunyi, dimana bekerja dengan sembunyi-sembunyi menjadi bagian pokok dari program aktifitas-aktifitas tersebut, ini yang dilarang. Kedua, yaitu anda kadang-kadang melakukan aktifitas secara sembunyi-sembunyi dengan alasan demi menjaga nyawa, harta dan harga diri anda dan umat Islam. Oleh karena itu, ketika kondisi aman maka tidak ada aktifitas yang bersifat sembunyi-sembunyi. Namun ketika dirasakan berbahaya maka diperbolehkan. Dan inilah bentuk dan makna sembunyi-sembunyi yang dianggap baik serta dianjurkan Islam. Dan dengan maksud ini pula maka ditetapkanlah sebuah aturan yang disebut taqiyyah. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Al-Qur’an: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Q.S. Ali Imran [3] ayat 28)

Dia berkata: Saya telah banyak mengambil waktu anda dan saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesabaran anda.

Saya berkata: Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada anda karena anda menerima hakikat dan kebenaran tanpa permusuhan dan keras kepala.




Dialog 5 : Tuhan Itu Ada
Ada seorang komunis dari Musayyab[1] datang kepada saya, dimana kelompok Komunis di daerah ini -yang dipimpin oleh Hasan Righa’ telah melakukan Kriminal luar biasa, di antaranya menangkapi orang-orang, dan mengikat tangan dan kakinya serta menuangkan kalajengking ke badan-badan mereka-, orang tersebut berkata: saya seorang komunis dan saya sangat bangga pula.

Saya berkata: Anda adalah pengikut Hasan Righa’ kaffasy (tukang sepatu)?

Dia berkata: Iya, saya adalah pengikut tuan guru Hasan, dan meskipun nama beliau kaffasy, tapi ini tidak membuatnya kurang, karena ketika revolusi terjadi, kedudukan dan posisi para pekerja dan petani menjadi lebih baik dan lebih tinggi, dan hal-hal yang tidak berguna akan terbinasakan.

Saya berkata: Apakah posisi sebagai dokter, insinyur, pengacara, fisikawan, juga tidak punya makna dan tidak ada artinya?

Dia berkata: Iya, petani dan pekerja lebih mulia dari mereka-mereka ini.

Saya berkata: Anda sendiri petani atau pekerja?

Dia berkata: Saya seorang pekerja.

Saya berkata: Apa pekerjaan anda?

Dia berkata: Saya seorang guru.

Saya berkata: Baiklah sekarang apa yang anda inginkan?

Dia berkata: Saya punya banyak pertanyaan.

Saya berkata: Silahkan ungkapkan.

Dia berkata: Siapa yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada?

Saya berkata: Ada dua miliar manusia yang mengatakannya.

Dia berkata: Siapa saja dua miliar tersebut?

Saya berkata: Umat Islam, umat Masehi, umat Yahudi, umat Budha, Umat Majusi, dan agama serta mazhab lainnya.

Dia berkata: Tuhan itu adalah bagian dari khurafat-khurafat.

Saya berkata: Apa dalilnya?

Dia berkata: Kalau memang Tuhan itu ada, maka pasti kita bisa melihatnya dengan mata kepala, mendengar suaranya, dan bisa merabanya.

Saya berkata: Apakah segala sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra adalah tidak ada?

Dia berkata: Iya, karena era sekarang adalah era eksperimen dan era ilmu pengetahuan, era agama dan era khurafat-khurafat telah berlalu.

Saya berkata: Anda pernah ke Kutub Utara ?

Dia berkata: Tidak.

Saya berkata: Ini berarti Kutub Utara itu tidak ada.

Dia berkata: Orang yang pernah ke Kutub Utara yang memberitahu kita, bahwa Kutub Utara itu ada.

Saya berkata: Orang-orang yang mendengar firman Tuhan yang memberitahu kami, bahwa mereka mendengar firman dan suara Tuhan.

Dia berkata: Siapa orang-orang tersebut?

Saya berkata: Nabi Musa As dan Nabi Muhammad Saw.

Dia berkata: Perkataan mereka tidak bisa diterima.

Saya berkata: Kalau begitu, orang yang memberitahu anda bahwa London itu ada, tidak bisa diterima juga.

Dia pun terdiam.

Dia berkata: Saya telah membaca buku utama anda yang berisi tentang Tuhan. Namun, tidak terdapat dalil yang memuaskan.

Saya berkata: Buku kami yang mana yang anda baca?

Dia berkata: Buku Syarh At-Tajriid.

Saya berkata: Dengan penuh keterusterangan, saya katakan pada anda, bahwa pengetahuan anda tidak sampai pada Syarh At-Tajriid. Karena anda tidak pernah belajar filsafat secara seksama dan sistematis .

Dia berkata: Bagaimana mungkin, saya ini seorang magister.

Saya berkata: Anda ini lulusan master sebuah sekolah yang di dalamnya tidak diajarkan filsafat. Dan anda ini tidak memiliki sedikit pun pengetahuan tentang filsafat.

Kemudian saya berkata: Dalil yang saya tulis dalam buku Syarh At-Tajriid yang tidak memuaskan anda itu, tolong sebutkan!

Dia berkata: Dalil daur dan tasalsul.

Saya berkata: Apakah anda paham dengan dalil daur dan tasalsul tersebut?

Dia berkata: Tidak.

Saya berkata: Kalau begitu alangkah baiknya kalau anda mengatakan: Saya tidak bisa memahami dalil anda, bukan malah mengatakan: Dalil anda tidak bisa memuaskan saya.

Dia terdiam, kemudian berkata: Apa makna dari daur dan tasalsul ?

Saya berkata: Ini adalah sesuatu yang badihi dan jelas, penjelasannya: Anda dibuat oleh bapak anda, bapak anda dibuat oleh kakek anda, kakek anda dibuat oleh bapak kakek anda, dan demikian seterusnya sampai ke atas dan tidak punya akhir, ini yang dinamakan tasalsul dan ini adalah sesuatu yang mustahil. Atau, kakek anda yang paling tua dibuat oleh bapak anda sendiri, ini disebut daur dan ini juga adalah sesuatu yang mustahil.

Nampak tanda-tanda kebingungan dan keheranan di raut mukanya, namun dia tidak berucap apa-apa, sepertinya dia tidak senang dan tidak suka menyalahkan dirinya dan berkata saya tidak paham.

Dia berkata: Kalau memang Tuhan itu ada, lalu kenapa kita tidak bisa melihatnya?

Saya berkata: Apakah segala sesuatu bisa kita lihat?

Dia berkata: Iya.

Saya berkata: 4×4 sama dengan berapa?

Dia berkata: Sama dengan 16.

Saya berkata: Apakah anda dengan mata kepala melihat bahwa 4×4=16?

Dia berkata: Ini adalah sebuah perkara logikal (akal) dan tidak perlu dilihat.

Saya berkata: Demikian juga tentang eksistensi Tuhan adalah perkara logikal dan tidak perlu dilihat.

Dia berkata: Dari mana kita bisa memahami wujud Tuhan?

Saya berkata: Dari ciptaannya kita bisa memahami keberadaan dan wujud-Nya.

Dia berkata: Apa makna mengenal Tuhan dengan melalui ciptaan-ciptaan-Nya?

Saya berkata: Kalau anda pergi ke sebuah padang pasir dan anda menyaksikan bekas-bekas ban mobil yang lewat di atas pasir itu, apakah anda akan mengatakan, bahwa di sini ada sebuah mobil pernah lewat?

Dia berkata: Iya, ini hal yang lumrah.

Saya berkata: Padahal anda tidak melihat mobil tersebut?!

Dia berkata: Melihat mobil bukanlah syarat dan bukanlah sebuah keharusan.

Saya berkata: Oleh karena itu, di sini bekas-bekas tersebut menunjukkan akan adanya pemilik bekas tersebut. Bukankah demikian?

Dia berkata: Iya.

Saya berkata: Demikian pula alam semesta ini adalah bekas dan ciptaan Tuhan dan ini menunjukkah akan keberadaan-Nya.

Dia terdiam.

Dia berkata: Apa perlunya kita mengakui keberadaan Tuhan?

Saya berkata: Apa perlunya anda mengakui keberadaan penguasa atau pemerintah?

Dia berkata: Pemerintah atau penguasa adalah sesuatu yang hakiki.

Saya berkata: Demikian juga Tuhan adalah sesuatu yang memiliki hakikat.

Dia berkata: Siapa yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah suatu hakikat?

Saya berkata: Ciptaan-ciptaan Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu adalah sebuah hakikat.

Dan kemudian saya berkata: Tuhan lah yang menciptakan kita dan memberi kita rezeki, yang menghidupkan kita, dan memberikan segala sesuatu kepada kita, dengan semua ini apakah tidak ada kemestian bagi kita untuk mengenal dan mengetahui-Nya? Dan apakah dengan mengingkari keberadaan-Nya tidak sama dengan kita mengingkari pemberi dan pemilik nikmat sangat besar ini?!

Setelah kita mati nanti, di alam sana terbentuklah sebuah pengadilan besar Ilahi, dan Allah Swt menganugerahkan surga kepada orang-orang saleh di antara kita dan melempar para pendosa dan pendurhaka ke dalam api neraka. Oleh karena itu, kita butuh dan memerlukan Allah Swt sama seperti ketika kita punya masalah hukum, kita memerlukan seorang hakim.

Dia berkata: Anda dengan segala pengetahuan tinggi yang anda miliki membenarkan adanya surga dan neraka?

Saya berkata: Ini adalah ilmu dan budaya saya, bagi saya adalah sebuah kemestian untuk membenarkan keberadaan surga dan neraka.

Dia berkata: Ilmu dan budaya sangat menentang akan keberadaan surga dan neraka, dan ilmu pengetahuan adalah musuh agama.

Saya berkata: Bahkan sebaliknya, bacalah buku-buku yang berisi tentang arwah, tidur buatan, menghadirkan arwah, di sana anda akan memahami bahwa setelah alam dunia ini ada alam lain. Dan ini adalah hal yang telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.

Dia berkata: Iya, saya mendengar semua itu, namun dalam hal ini saya belum pernah menelitinya.

Saya berkata: Iya, karena tuan guru Hasan Righa’ tidak memberikan kesempatan kepada para pemuda untuk menelaah dan mengkaji.

Dia berkata: Anda menertawakan saya?

Saya berkata: Tidak! Saya justru menangisi anda.

Dia berkata: Kenapa?

Saya berkata: Bukankah hal yang sangat disayangkan, dimana seorang pemuda berpendidikan, pengajar, menjadi bagian anggota dan pembantu seorang manusia awam yang dari segi pendidikan dan ilmu jauh di bawahnya? Sebangsa anda dan juga sekampung anda telah disiksa dengan gigitan kalajengking. Dia sangat terpengaruh dengan ucapan-ucapan saya dan hampir-hampir dia menangis, tapi dia berusaha mengontrol dirinya.

Dia berkata: kondisilah yang seperti ini.

Saya berkata: Semoga Allah Swt melenyapkan kondisi dan keadaan seperti ini, dan semoga Allah Swt menciptakan pribadi-pribadi seperti anda yang akan menjadi pembimbing generasi-generasi baru selanjutnya yang akan merombak sejarah orang-orang yang telah menganiaya dan mencaci rakyat dan masyarakat.

Dia meminta maaf kepada saya dan berjanji untuk senantiasa bersikap bijak, dia bangkit dan pergi, dan di akhir-akhir ini saya melihat dia sebagai seorang yang sangat saleh dan sangat menyesali masa-masa lalunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...