Sabtu, 15 Desember 2018

Al-Syiah Hum Ahlu Sunnah



ilustrasi hiasan:





DINI DAN KHUSUS,
APAKAH KITA AKAN DIBAKAR DI NERAKA?


pengarang : terjemahan dari saleh lapadi 
Sumber : Sad Pand va Hekayat | Sayidah Fathimah Zahra as




Seorang wanita kota Madinah mendatangi Sayidah Fathimah as dan berkata, “Wahai putri Rasulullah! Suamiku yang mengutusku untuk menemuimu agar kutanyatakan kepadamu apa kami termasuk Syiahmu atau tidak?”



Sayidah Fathimah as menjawab, “Bila melakukan segala perintah kami secara keseluruhan, niscaya kalian termasuk dari Syiah kami dan sebaliknya, maka kalian tidak akan pernah!”



Wanita itu kemudian kembali menemui suaminya dan menyampaikan apa yang didengarnya. Setelah mendengarkan penjelasan istrinya, raut muka suami wanita itu tampak kusut dan berkata kepada dirinya, “Aku tidak akan pernah mampu melakukan perintah keluarga Nabi Saw secara sempurna. Dalam sebagian perintah, aku jelas bermalas-malasan dalam mengamalkan perintah mereka.



Kemalasan telah menjadi penghalang untuk melaksanakan seluruh perintah mereka... Celakalah aku bakal dibakar di neraka.”



Wanita itu menyaksikan kecemasan di wajah suaminya dan untuk kedua kalinya ia pergi menemui Sayidah Fathimah as dan menyampaikan apa yang dilihatnya dari perubahan raut wajah suaminya.



Penghulu wanita surga, Sayidah Fathimah as berkata, “Sampaikan ucapanku ini kepada suamimu dan katakan kepadanya agar tidak perlu khawatir. Syiah kami merupakan penduduk terbaik surga dan semua pecinta kami, pecinta pecinta kami dan musuh dari musuh-musuh kami semuanya akan berada di surga.”



Setelah itu beliau menambahkan, “Barangsiapa yang hati dan lisannya pasrah dan tunduk kepada kami, tapi tidak mengamalkan perintah kami tentu saja tidak termasuk Syiah hakiki, sekalipun orang-orang seperti ini setelah menanggung siksa di Hari Kiamat dan merasakan azab kemudian bersih dari dosa akan dibawa ke surga. Benar, kami akan menyelamatkan mereka dikarenakan kecintaannya kepada kami.”






BAGAIMANA WAJAH PARA PENGHUNI NERAKA?

status : Al Ali | Facebook



Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran, meskipun secara detil kita tidak tahu jelas seperti apa keadaan para penghuni neraka..Namun kita dapat memperoleh gambaran global tentang seperti apa kondisi mereka di sana..

Kurang lebih keadaan mereka memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:


1. Seluruh tubuh para penghuni neraka adalah bahan bakar api neraka. Sebagaimana yang dapat difahami dari sebagian ayat-ayat, bahan bakar kobaran api neraka adalah campuran batu-batuan dan tubuh hangus penghuni neraka..


2. Mereka dilumuri dengan leburan bahan panas dan mendidih yang terus menerus membakar sekujur tubuh mereka.


3. Jangan dikira tubuh mereka telah terbiasa dengan api neraka sehinga tidak merasa kesakitan di sana..


" Menurut ahli tafsir, dikarenakan hebatnya panas api neraka, kulit tubuh mereka tertarik dan hangus serta mulut mereka menganga dan robek..


" Begitu juga kening dan pinggang mereka terus menerus hangus terbakar karena harta benda haram yang telah mereka peroleh dan digunakan di jalan yang tidak benar..


4. Mereka tidak seperti di dunia. Meskipun badan mereka disiksa hingga hancur lebur dan ususnya terpotong-potong, namun tidak akan pernah sirna dan tetap ada sehingga bisa merasakan siksaan terus menerus..


" Meski begitu hebat siksaan neraka, namun mereka tidak akan mati..


" Para penghuni neraka sangat tersiksa karena keadaan mereka..


" Mereka meminta agar secepatnya dapat mati, namun permintaan mereka tak dikabulkan..


" Dengan kekuatan Tuhan, tubuh mereka yang telah hancur bakal kembali pulih seperti semula dan disiksa kembali hingga berulang-ulang tak ada akhirnya..


" Hal itu bukanlah suatu yang mustahil. Mungkin bagi orang-orang jaman dahulu begitu aneh..


" Namun dengan perkembangan jaman, kita sendiri dengan ilmu pengetahuan dapat menemukan suatu unsur yang dapat memulihkan cacat tubuh manusia..


" Kita tak boleh meragukan kekuatan Tuhan yang tak terbatas.


5. Oleh karena itu, wajah-wajah penghuni neraka dapat dikenal dengan orang-orang terdekat mereka baik yang berada di neraka juga maupun di surga.


" Dengan demikian mereka dapat saling berbicara..


" Oleh karena itu mereka heran karena tidak melihat orang yang pernah dianggap sebagai orang jahat dan hina di dunia ada di neraka bersama mereka..


" Selain itu para penduduk surga pun dapat melihat keadaan kawan-kawan mereka dahulu yang kini berada di neraka..


" Mereka juga dapat saling berbicara dan bertanya-tanya..


" Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa penduduk neraka bertampang sesuai dengan sifat mereka di dunia. Misalnya orang-orang yang sombong bakal bertampang hina berwajah seperti semut di neraka.


" Namun keadaan seperti itu akan terus berlangsung hanya sampai hisab dan perhitungan amal mereka telah usai hingga menjadi jelas apakah mereka menjadi penduduk neraka ataukah surga..

( Syaikh Shaduq, Tsawaabul A'maal, jil. 1, hal. 280, Syarif Radhi, Qum )


" Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari sisksaan api neraka-Nya. Amin..

BiHaqqi Muhammad wa Aali Muhammad wa Aali Muhammad wa 'ajjil FarojaHum Yaa Kariim..








Al-Syiah Hum Ahlu Sunnah




“Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin atau mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan adalagi bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah sesat dalam kesesatan yang senyata-nyatanya". (QS. 33: 36) Rasul bersabda : Barang siapa yang ingin sehidup semati denganku dan mendiami surga 'Adn yang disediakan Tuhanku, hendaknya ia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya sepeninggalku, mendukung penggantinya serta mengikuti jejak Ahlu Baitku setelah aku. Sebab mereka itu adalah 'Itrah (keturunan suci) ku. Dijadikan mereka itu (oleh Allah dari darah dagingku. Dilimpahkan-Nya atas mereka itu paham serta ilmuku. Terkutuklah orang-orang yang mengingkari keutamaan mereka dan menolak hubungan mereka denganku. Orang-orang itu tidak akan mendapat syafaatku. 

(Kitab referensi hadits : Ath-Thabrani " Al-Kabir "Musnad Ar-Rafi'i : “Al Kanz menukil dari Musnad Ahmad bin Hambal ; "Al-Hiliyah “ Abu Nu'aim ; “Syarh Nahjul Balaghah " Ibnu Abil Hadid ; "Manaqib" Karya Ahmad bin Hambal) 



SYIAH SEBENAR-BENARNYA AHLU SUNAH NABI (SAW).

Studi kritis informatif polemik antara KLAIM dan FAKTA ?


Informasi langsung yang kalau boleh dibilang hampir-hampir tidak ada tentang mazhab Syiah ini padahal dianut oleh hampir sepertiga jumlah populasi persaudaraan Muslimin sedunia; sangat penting untuk kita ketahui. Apakah alasan dasar prinsip-prinsip Islam yang mereka yakini? Selama ini kita selalu menerima gambaran dan informasi sepihak yang agak miring tentang keberadaan mereka. Informasi yang baru dalam buku Prof. Dr. Muhammad Tijani ini layak untuk kita jadikan penelitian sebagai petunjuk jalan dari banyak jalan yang harus kita ketahui agar sampai kepada tujuan kebenaran hakiki. Dalam buku ini anda akan mendapatkan informasi murni asli dari sumbernya.



Ahlu Sunah, Apakah benar mereka Ahlu Sunnah Nabi (saw) yang sebenarnya ? Apakah ini hanya sekedar KLAIM atau FAKTA?


“Orang yang mengetahui banyak jalan akan selamat dan cepat sampai ditujuan." (Sayidina Ali Kw) 
Ambillah hikmah walau dari tangan seorang kafir. Karena itulah milik islam yang disia-siakan dan ditelantarkan. (Hadits), 



Sebagai seorang pengikut, pencari dan pencinta kebenaran sudah selayaknya kita mengambil informasi dari segala sumber dan tidak merasa telah memiliki kebenaran mutlak. 

Prof. Dr. Muhammad Tijani



Mudah-mudahan dalam buku ini anda akan mendapatkan banyak sumber informasi yang baru yang bisa anda jadikan bagian dari tugas dan tanggung jawab penelitian anda untuk sebuah pencarian kebenaran. 



Syiah Ahlu Sunnah Nabi (saw) Yang Sebenarnya 


Diterjemahkan dari : Al-Syiah Hum Ahlu Sunnah 
Karya : Prof. Dr. Muhammad Tijani 
Penterjemah : S. Ahmad 
Editing dan Proof Reader : Mustofa Habsy 
Cetakan Pertama : September 2007 
Penerbit : El Faraj Publishing 
Desain Sampul: Tanto Art Creative 12 
Setting : Jack File
Diterbitkan Oleh : El Faraj Publishing Komp. Kelapa Dua Jakarta 
Telp.: 021 - 7066 4871
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 
All Right Reserved 



PROLOG 


Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Sesungguhnya wali kamu adalah Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman yang melaksanakan shalat, menunaikan zakat seraya ruku. Siapa saja yang menjadikan Allah, Rasulnya dan orang-orang beriman sebagai pemimpinnya, maka mereka kelompok Allah itulah yang beruntung. (Qs. al Ma-idah:55,56) 


Segala puji bagi Allah penguasa semesta alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan pada Muhammad bin Abdillah dan keluarganya yang suci, pelita umat, pembimbing ke jalan yang lurus dan pembawa umat ke surga-Nya.


Kami ketengahkan kehadapan Anda sebuah buku karya hasil penelitian salah seorang ulama Sunni Prof. Dr. Muhammad Tijani As Samawy yang telah menemukan kebenaran hakiki dari hasil kajiannya terhadap Ahlu Bait Rasulnya sehingga beralih menjadi salah seorang pengikut dan pembela ulama Ahlu Bait Rasul (saw).


Karena itu kami menghimbau kepada segenap cendekiawan, peneliti dan para ulama untuk mengikuti kebenaran agama yang hakiki ini secara sukarela dengan didasari pengetahuan dan studi kritis yang mendalam terhadap para Imam Ahlu Bait Rasul yang suci sebagaimana yang pernah Rasul sabdakan, “Aku tinggalkan untuk kalian dua hal yang besar Al-Qur'an dan Sunnahku Ahli Baitku. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya kalian tidak akan pernah sesat untuk selamanya.”


Saya sendiri yakin bahwa siapa pun orang yang berusaha menemukan kebenaran yang hakiki dengan usaha yang sungguh-sungguh, ia akan menemukan dan mencapai kebenaran tersebut.


Pengikut, pecinta dan penolong Ahlu Bait yang kemudian dikenal sebagai orang-orang Syiah, pada hakekatnya hanyalah mengikuti perintah Allah dan perintah Rasulnya yang meminta umat Islam mengikuti mereka Ahlu Bait Rasul yang pernah Rasul ibaratkan bahtera keselamatan Nuh. Dimana orang yang mengikutinya akan selamat dan orang yang meninggalkannya akan sesat dan celaka. Rasul berkata, “Kalau seorang hamba beribadah di antara rukun dan makam, shalat dan puasa tetapi membenci keluarga Muhammad, pasti ia akan masuk neraka.” Dalam sabda beliau lainnya Nabi mengatakan, “Mengenal keluarga Muhammad adalah jaminan keselamatan dari siksa Allah.


Demikianlah banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasul yang menegaskan dan memerintahkan untuk mengikuti Ahlu Bait Rasul.


Karena itulah dengan niat Lillahi Ta'ala kami persembahkan buku ini kehadapan Anda agar mengetahui hakekat sebenarnya dari Ahlu Bait Rasul.


Melalui buku ini diharapkan kaum muslimin dapat lebih mengenal dan memahami mazhab Syiah. Mazhab yang secara konsisten mencintai, membela dan mendukung Ahlu Bait Rasul sebagai bagian yang utuh dan satu dalam mencintai Allah dan Rasulnya. Demikian Syiah akan terus berupaya untuk tetap teguh memegang komitmen ini dengan senantiasa berpegang pada ajaran-ajaran Rasulnya yang pernah mengatakan, - “Ali dan Syiah (Pengikutnya) adalah kelompok yang beruntung” - “Ya Ali, beruntunglah orang yang mencintaimu dan mencintai keluargamu.” - “Sesungguhnya Allah mengharamkan surga bagi orang-orang yang menzhalimi, memerangi dan mencaci Ahlu Baitku. Dan siapa yang mencintai Ali, maka ia berarti mencintaiku. Siapa yang membencinya, berarti ia membenciku. Siapa yang menyakitinya berarti ia menyakitiku. Siapa yang menyakitiku berarti ia menyakiti Allah. Siapa yang menolongnya berarti ia menolongku.” 


Akhirnya, saya harap buku ini dapat memberikan nilai positif bagi upaya merajut hubungan Sunni-Syiah yang lebih harmonis di masa yang akan datang.


Sayyid Al-Hasyimi 





DAFTAR ISI 


PROLOG 
DAFTAR ISI 
SYIAH 
KATA PENGANTAR PENULIS 
DEFINISI SYIAH 
DEFINISI AHLU SUNNAH 
RANGKAIAN PERISTIWA TERPECAHNYA UMAT ISLAM 
Peristiwa pertama
Peristiwa kedua
Peristiwa ketiga 
Embargo ekonomi
Isolasi sosial 

Daftar Isi 

Isolasi politik 


SUNNAH NABI (SAW) ANTARA YANG ASLI DAN YANG PALSU
AHLU SUNNAH DAN PEMAHAMAN SUNNAH 
AHLU SUNNAH TIDAK MENENTANG SUNNAH 
SYIAH DALAM PANDANGAN AHLU SUNNAH 
AHLU SUNNAH DALAM PANDANGAN SYIAH 
MENGENAL IMAM-IMAM SYIAH 
MENGENAL IMAM-IMAM AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH 
NABI (SAW) MENGANGKAT IMAM-IMAM SYIAH 
PERANAN PENGUASA DALAM PENGEMBANGAN EMPAT MAZHAB

Tidak Mengikuti Sunnah Nabi
Rahasia dibalik Tersiarnya Mazhab Ahlu Sunnah
Dialog Malik Dengan Khalifah Al-Mansyur

Komentar 



UPAYA PENGUASA BANI ABBASIAH UNTUK MENARIK SIMPATI 


HADITS TSAQALAIN MENURUT SYIAH DAN SUNNI 

- Hadits Tsaqalain menurut Syiah
- Hadits Tsaqalain menurut Ahlu Sunnah

AL-QUR'AN DAN SUNNAH ATAU AL-QUR'AN DAN AHLU BAIT

SUMBER-SUMBER HUKUM DALAM SYIAH DAN AHLU SUNNAH
- Sumber-sumber hukum dalam Syiah 
- Sumber-sumber hukum dalam Ahlu Sunnah 
- Sunnah Khulafa Al-Rasyidin 
- Sunnah Sahabat 
 - Sunnah Tabi'in 
- Sunnah Penguasa
 - Qias, Istihsan, Istihsab, Sad Al-Dzara dan Ijma

TAKLID DAN OTORITAS FATWA DALAM SYIAH DAN SUNNI 
- Taklid dan otoritas fatwa dalam Syiah
- Taklid dan otoritas fatwa dalam Ahlu 



Daftar Isi 

KHULAFA AL-RASYIDIN MENURUT SYIAH DAN SUNNI 

- Khulafa Al-Rasyidin menurut Syiah
- Khulafa Al-Rasyidin menurut Ahlu Sunnah 

NABI (SAW) DAN SUMBER HUKUM AHLU SUNNAH 

FENOMENA SYIAH - SUNNI

SHALAWAT NABI (SAW)

MENGENAL TOKOH-TOKOH UTAMA
Abu Bakar bin Abi Quhafah Umar bin Khattab 
Usman bin Affan 
Thalhah bin Ubaidillah Zubair bin Awwam Sa'ad bin Abi Waqqas 
Abdurrahman bin Auf 
Aisyah binti Abu Bakar Khalid bin Walid 
Abu Hurairah Abdullah bin Umar 
Abdullah bin Zubeir 




SUNNAH NABI (SAW) DALAM PANDANGAN SYIAH DAN SUNNI
- Sunnah Nabi (saw) dalam pandangan Syiah
Sunnah Nabi (saw) dalam pandangan Ahlu Sunnah
Kontradiksi hadist-hadist Nabi (saw) dalam Ahlu Sunnah

SURAT MENYURAT MUHAMMAD BIN ABU BAKAR DAN MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN 
- Surat Muhammad bin Abu Bakar kepada 
Muawiyah bin Abi Sufyan
Balasan surat Muawiyah 

SAHABAT DALAM PANDANGAN SYIAH DAN SUNNI
- Sahabat dalam pandangan Syiah. 
Sahabat dalam pandangan Sunni

KONTRADIKSI-KONTRADIKSI TERHADAP SUNNAH NABI (SAW). 
- Kontradiksi-kontradiksi terhadap 
Sunnah Nabi (saw)
Sistem pemerintahan Islam
Keadilan sahabat bertentangan dengan Sunnah 


Daftar Isi 
Siapa yang mengikuti Ahlu Bait Nabi (saw)? 
Sunni dan kecintaan pada Ahlu Bait 
Shalawat cacat 
Keutamaan Nabi 
DAFTAR PUSTAKA 





SYIAH 

Prof. DR. M. Quraish Shihab (Mantan Mentri Agama RI) 


Siapa yang dimaksudkan dengan Syiah: 

Sebelum berusaha menjelaskannya, terlebih dahulu perlu digarisbawahi bahwa kelompok Syiah pun menamai diri mereka sebagai Ahl as-Sunnah, dalam pengertian bahwa mereka juga mengikuti tuntunan Sunnah Nabi dan memang semua kaum Muslim harus mengakui dan mengikuti Sunnah Nabi Muhammad saw., karena tanpa mengikutinya, seseorang tidak dapat menjalankan secara baik dan benar ajaran Islam. Dr. Muhammad at-Tijani as-Samawi, seorang penganut aliran Syiah jebolan Universitas Sorbonne, Perancis, misalnya menulis buku dengan judul Asy Syiah Hum Ahlusunnah” (Kelompok Syiah (Imamiyah] mereka itulah Ahl as-Sunnah). Kendati demikian istilah Ahl as-Sunnah yang digunakan menunjuk kelompok-kelompok 

1. Tulisan dan catatan kaki ini semuanya dikutip dari buku Sunnah Syiah bergandengan tangan karya Prof. DR. M. Quraish Shihab penerbit Lentera Haci halaman 60 - 61 bab“Syiah"

2. Buku yang sekarang ada di tangan Anda ini (Penerbit) Syiah | 15 umat Islam, tentulah berbeda dengan apa yang dimaksud dengan Ahl as-Sunnah dalam kandungan ungkapan "Syiah adalah Ahlussunnah” 

Kembali pada pertanyaan siapakah yang dimaksud dengan Syiah? Kata Syiah secara etimologi (kebahasaan) berarti “pengikut, pendukung, pembela, pencinta, yang kesemuannya mengarah kepada makna dukungan kepada ide atau individu dan kelompok tertentu Muhammad Jawad Maghniyah, seorang ulama beraliran Syiah, memberikan definisi tentang kelompok Syiah, bahwa mereka adalah “kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw., telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah (pengganti) Beliau dengan menunjuk Imam Ali kw. Definisi sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ali Muhammad al-Jurjani (1339-1413 M), seorang Sunni penganut aliran Asy'ariyah, yang menulis dalam bukunya At-Ta'rifat (Definisi-definisi) bahwa : "Syiah adalah 

3. Hal serupa terjadi juga bagi masyarakat Indonesia yang menduga secara keliru bahwa Ahl as-Sunnah hanyalah umat Islam penganut aliran Asy'ari dalam akidah dan bermazhab Syafi'i saja (dalam fiqih), atau mereka yang hanya tergabung dan memiliki kecenderungan kepada Nahdatul Ulama (NU), sedang anggota Muhammadiyah atau yang memiliki kecenderungan kepada pemikiran pemikiran keagamaan yang berbeda dengan NU tidaklah dir.ilai sebagai Ahl as-Sunnah. Sebenarnya kelompok besar ummat Islam Indonesia icu (Muhammadiyah) adalah Ahl as-Sunnah juga dalam pengertian terminology. 

(Prof. DR. M. Quraish Shihab)

4. Muhammad Jawad Maghniyah, Asy'ah wa al-Hakimun mereka yang mengikuti Sayyidina Ali ra., dan percaya bahwa beliau adalah Imam sesudah Rasul saw., dan percaya bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunannya. Definisi ini kendati hanya mencerminkan sebagian dari golongan Syiah bukan seluruhnya namun untuk sementara dapat diterima karena kandunganya telah menunjuk kepada Syiah yang terbanyak dewasa ini, yakni Syiah Itsna Asyariayah. 

5. Ali bin Muhammad al-Jurjani, At-Tarifat, Dar al-Kitab al-Mashry, Cairo, cet 1, 1991, hal. 142 (dari buku Quraish Shihab) 


BAB 1 


KATA PENGANTAR PENULIS 


Segala puji bagi Allah penguasa alam semesta , shalawat dan salam semoga disampaikan pada Rasul yang mulia Sayidina Muhammad dan keluarganya yang suci. Amma ba'du. 

Merupakan satu hal yang biasa bagi seorang ulama untuk menulis atau mengarang suatu buku demi kebaikan umatnya sekaligus menyelamatkan mereka dari kesesatan. Seorang manusia yang syahid di jalan Allah dalam menegakkan keadilan misalnya, ia hanya dapat mempengaruhi manusia pada zamannya saja. Berbeda dengan seorang ulama atau cendekiawan yang mengarang sebuah buku. Ia tidak hanya mampu mempengaruhi manusia pada zamannya saja tetapi juga mempengaruhi manusia pada generasi berikutnya dalam rentang waktu yang cukup lama. Hal inilah yang pernah Rasulullah (saw) katakan dalam sebuah sabdanya, “Goresan pena ulama lebih mulia di sisi Allah dari tetesan darah syuhada.” Demikianlah seorang ulama akan tetap hidup terus dengan tulisan dan pemikiran-pemikirannya walaupun ia telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Ia akan kekal dan terus hidup di sisi Tuhannya dengan limpahan rezki dari-Nya sebagaimana para syuhada di jalan Allah yang terus hidup di sisi Tuhannya, bahkan ia pun terus hidup di hati manusia generasi berikutnya seraya mendo'akan kebaikan untuknya karena manfaat-manfaat dari tulisannya.



Adapun saya Muhamammad Tijani Assamawi tidaklah pantas untuk disebut sebagai seorang ulama. Saya hanyalah seorang pelayan ulama dan pengikut setianya, sebagaimana seorang pelayan yang akan selalu mengikuti tuannya. Semenjak kemunculan buku pertama saya Tsumma Ihtadaitu dan disusul buku kedua dan ketiga Li Akuna Ma'a Al Shadiqien dan Fas'aluu Ahla Al-Dzikri, saya mendapatkan banyak surat dari berbagai negara serta undangan seminar, ceramah dan diskusi dari berbagai lembaga Islam Internasional negara lainnya. Dan Alhamdullillah atas kemurahan karunia-Nya, saya dapat menyusun buku keempat dan menghadirkannya kehadapan Anda yang mulia. Sebuah tulisan saya yang akan memaparkan bahwa Syiah Imamiyah itulah sesungguhnya kelompok yang selamat (Firqoh An-Najiat) dan merekalah sesungguhnya yang disebut Ahlu Sunnah. Dalam halaman berikutnya saya akan menjelaskan pada Anda bahwa istilah Ahlu Sunnah adalah istilah rekayasa dari orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya untuk kemudian mereka sandarkan pada diri Rasul. Sudah tentu Rasul sendiri akan berlepas tangan dari istilah rekayasa itu.



Sangat banyak sekali perkataan dan perbuatan Rasul yang didustakan. Tidak hanya itu, banyak dari hadits-hadits beliau yang tidak disampaikan pada umatnya dengan alasan khawatir bercampur dengan Al-Qur'an. Sementara banyak hadits-hadits dengan kriteria shahih yang disandarkan pada Rasul, padahal Rasul belum pernah mengatakannya sekali pun!.



Tidaklah berlebihan kalau dalam penulisan buku ini saya bersandar pada sebuah kata hikmah, “Kalau Anda balik niscaya Anda benar.” Artinya, janganlah Anda lantas percaya begitu saja pada hal-hal yang sudah umum diketahui. Sebaliknya menumbuhkan keraguan dan membalikkan semuanya itu, karena tidak pernah ada jaminan bahwa yang banyak itulah yang benar dan yang sedikit itu yang salah!. Cobalah Anda perhatikan firman Allah, “Dan jika kamu mentaati kebanyakan manusia di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Qs. Al-An'aam,6:116).



Sebagai contoh marilah kita lihat kisah Nabi Ya'kub dan anak-anaknya. Suatu hari mereka datang kepada Ya’kub dengan menangis sambil mengatakan, “Wahai Ayahanda, kami berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu ia dimakan serigala. Dan Ayahanda pasti tidak percaya pada kami walaupun kami orang-orang yang benar.” (Qs. Yusuf, 12: 16-17).



Lantas apa tindakan Nabi Ya'kub? Nabi yang mulia ini ternyata menerima kebohongan mereka seraya memohon kesabaran karena beliau tahu bahwa mereka itu berdusta.


“Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan buruk itu, maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalan yang aimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (Qs: Yusuf,12:18).



Nabi Ya'kub faham, ia sedang menghadapi orang orang yang bersepakat untuk satu kata: dusta! Mereka sedang mementaskan “drama kebohongan” bahwa Nabi Yusuf telah meninggal! Apakah karena seorang Nabi,Nabi Ya’kub kemudian lantas harus membongkar kebohongan mereka dan memberikan ganjaran hukuman yang setimpal?



Tidak! Nabi Ya'kub adalah Nabi Allah pilihan dengan segudang ilmu kebijaksanaan “Sesungguhnya Nabi Ya'kub memiliki pengetahuan karena kami telah mengajarkan kepadanya.” (Qs. Yusuf, 12:68).



Beliau hanya berpaling seraya berkata, “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya terhadap anak anaknya.” (Qs. Yusuf,12: 84).



Dari kisah Nabi Ya'kub dan anak-anaknya ini, dapat kita simpulkan bahwa diam dalam situasi-situasi tertentu sangat dianjurkan, jika didalam kondisi kalau menentangnya justru akan menimbulkan kekacauan dan kerusakan atau demi untuk memelihara umat manusia.



Kalau kita meneliti sejarah hidup Nabi Muhammad (saw), kita akan temukan bahwa beliau bersikap diam dalam situasi-situasi dimana kepentingan umat Islam lebih utama seperti pada perjanjian Hudaibiyah. Sikap diam itu seperti itulah yang ditempuh oleh Imam Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Rasulullah, dimana beliau mengatakan, “Demi Allah saya mulai memikirkan untuk melawan atau bersabar dalam kegelapan yang menyebabkan orang muda bertambah renta seperti orang tua dan bekerja keras hingga menjumpai Allah. Dan aku lihat bahwa sabar dalam situasi seperti ini lebih baik, maka aku putuskan untuk bersabar walaupun itu sangat menyakitkan.”?



Inilah hakikat sebenarnya yang tidak difahami oleh kebanyakan orang yang selalu berdalih bahwa kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Usman adalah syah karena Ali diam saja. Bahkan mereka juga mengatakan, kalau benar seandainya Ibnu Abil Haddid“Syarah Nahjul Balaghah Juz. 1. h. 307" Al Khawarizmi“Manaqib" Ibnu Al Maghazili“ Manaqib” Shahih Muslim Juz 2. h. 120 dan h. 122. Shahih Muslim Juz 2. h. 118. Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia : “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” dan Musa pun melermparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang rambut kepala saudaranya Harun sambil menarik kearahnya. Harun berkata : “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan jangalah kamu masukkan aku kedalam golongan orang-orang yang dzalim” (Q.s. 7 : 150).



Kata Pengantar Penulis:


Rasul mengangkat Ali menjadi khalifah tentu Ali tidak boleh diam saja membiarkan haknya diambil orang lain. Karena orang yang diam saja dari kebenaran maka ia termasuk seran yang busuk. Kesalahfahaman dari memahami hal ini, karena mengikuti hawa nafsunya sehingga tidak menemukan hikmah di balik diamnya Rasul pada perjanjian Hudaibiyah misalnya. Dalam perjanjian Hudaibiyah Rasulullah menerima syarat syarat kaum musyrikin walaupun itu merugikan kepentingan Islam saat itu. Sehingga Umar memprotesnya seraya mengatakan, “Bukankah Engkau Nabi Allah yang baik? Dan bukankah pihak kita yang benar sementara mereka pihak yang salah? Kenapa kita harus merendahkan agama kita." 



Untuk peristiwa ini dapat saya jelaskan, jika diamnya Rasulullah sebagaimana didalam pandangan Umar dan sebagian besar sahabat adalah negatif, maka kenyataan justru membuktikan sebaliknya, walaupun bukti kenyataan tersebut tidak terjadi pada saat itu juga. Kenyataan positif itu terjadi setahun setelah perjanjian Hudaibiyah kecika Rasul menaklukkan Mekkah tanpa perlawanan dan peperangan bahkan manusia saat itu berbondong-bondong masuk Islam. Saat itulah Rasul memanggil Umar dan membeberkan hikmah dibalik diam nya beliau terhadap isi perjanjian Hudaibiyah sebelumnya. Alasan dan bukti-bukti ini saya ungkapkan untuk menunjukkan bahwa sesuai sabda Rasul," Ali senantiasa bersama Ucapan Umar pada perjanjian Hudaibiyah ,lihat“Shahih Bukhari" Juz 2 hal 122.



Kebenaran dan kebenaran senantiasa bersamanya” namun hampir tidak ada seorang sahabat pun yang mau berjuang membelanya. Karena kebenaran itu pahit dan berat sementara kebatilan itu mudah dan penuh kenikmatan. Maha benar Allah dalam firman-Nya,
“Bahkan kebenaran itu telah datang kepada mereka tapi kenyataannya mereka tidak menyukainya.” (Qs. Al Mu'minuun,23: 70).



Hal seperti itu juga yang terjadi pada Imam Hasan, cucu Rasul yang telah disucikan Allah yang memilih aksi diam walaupun hak kekhalifahannya direbut oleh Muawiyah” demi untuk kebaikan umat Islam dan muslimin. Sama halnya seperti Imam Muhammad bin Hasan Al-Mahdi yang memilih gaib untuk menghindari kebatilan dan penyelewengan hingga beliau dapatkan nanti pengikut-pengikutnya yang setia untuk Muawiyah bukan hanya merebut kursi kekhalifahan hak Imam Hasan malah meracun dan membunuh cucu Nabi tersebut serta mengkhianati isi perjanjian yang mereka sepakati bersama. untuk selanjutnya lihat: -“Al Isti'ab” Abdul Barr. 
"Al Istbatu Wasyyiah" Al Mas'udi. -“Tarikh Thabary" -"Shawaiq Al Mukhriqah" -"Tazkiratu Al Khawash" Ibnu Al Zanji. menghancurkan kebatilan dan penyelewengan itu, dan menggantikannya dengan keadilan dan kebenaran. 



Walaupun kebanyakan manusia tidak menyukai kebenaran, tetap saja ada segelintir manusia yang mencintai kebenaran dan memperjuangkannya dengan bantuan Allah untuk mengalahkan kebatilan-kebatilan itu, “Banyak golongan Imam Muhammad bin Hasan al Mahdi atau lebih dikenal dengan Imam Mahdi (Pemberi petunjuk), adalah Imam suci yang ke-12 dalam keyakinan "Syiah Itsna Asyariah” atau“Syiah Imamiyah" atau lebih dikenal dengan Mazhab "Ahlu Bait". Menurut Sayyid Muhammad Bagir Shadr, hadits-hadits tentang Imam Mahdi(Imam terakhir) ini ratusan banyaknya dan rnutawatir, yang diriwayatkan baik dalam kitab kalangan Syiah, maupun Sunri.



Menurut keyakinan Syiah, Imam Mahdi sudah pernah lahir dan ayahnya adalah Imam ke-11 yang bernama Imam Hasan al-Askari. Ayahnya Di depan para Syiah (pengikut) nya sambil menggendong putranya yang baru lahir ini di depan murid-murid dan pengikut kepercayaannya, Beliau telah menunjuk bayi di dalam gendongannya itu sebagai Imam yang terakhir. Untuk menunjukkan bukti keimamahanya , bayi tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan para pengikutnya tersebut agar dapat menyebabkan keyakinan. Lahir tahun 255 H di Samara Irak, ibu Beliau bernama Sausan atau dipanggil pula Narjis adalah wanita ningrat putri kerajaan Romawi.



Pada usia 6 th Imam Mahdi mengalami Gaib Shugro(kecil) dan Beliau masih bertemu dengan para pengikutnya melalui empat orang naib (wakil) yang terkenal sebagai pimpinan ulama dan terkenal shaleh yang mana ke empat orang tersebut hidup dalam masa yang berbeda. Setelah itu sampai sekarang Beliau inengalami Gaib Kubra(besar) dan nanti akan muncul kembali menurut riwayat hadits-hadits shahih di akhir zaman. Sedangkan menurut Ahlu Sunnah, Imam Mahdi belum lahir dan baru akan muncul mendekati akhir zaman ketika dunia dipenuhi oleh penyelewengan dan kedhaliman. Semua Agama besar meyakiri akan datangnya nanti seorang pemimpin yang membawa keadilan dan kemakmuran bagi umat manusia didunia. Surat-surat dan do'a-do'a Beliau telah dikumpulkan oleh para pengikutnya dan dapat dijadikan penelitian tentang keberadaannya. - yang jumlahnya sedikit mengalahkan golongan yang jumlahnya banyak dengan izin Allah. Dan Allah senantiasa bersama orang-orang yang bersabar.” (Qs. Al-Baqarah,2: 249).



Nah saat ini kita hidup pada saat situasi yang menyedihkan dan memilukan. Orang-orang yang jujur dan benar dikalahkan, dihina dan ditindas, sementara orang-orang yang memperjuangkan kebatilan mereka hidup mulia dan penuh kesenangan. Dan hanya dengan pertolongan Allah manusia manusia yang jujur dan benar itu akan mengalahkan orang orang yang batil. Dalam riwayat-riwayat hadits yang masyhur disebutkan bahwa pertolongan Allah akan tiba dengan kemunculan Imam Mahdi. Ini bukan berarti ajakkan untuk diam saja dan menanti kedatangan Imam Mahdi. Tidak! Saya sudah katakan bahwa kemunculan beliau itu dengan adanya pendukung dan pengikut setia yang mau berjuang bersamanya. Dan cukuplah seorang mu'min yang benar untuk menjadi pengikut, penolong dan pembelanya kalau ia membawa dan mengenalkan Islam yang sesungguhnya yang tercermin pada Ahlu Bait.



Akhir kata saya tegaskan sekali lagi bahwa saya tidak akan pernah tunduk pada tawaran-tawaran, janji ataupun ancaman dan sebaliknya saya terus akan tetap berjuang membela Rasul dan Ahlu Baitnya dengan tulisan-tulisan saya. Semoga saya termasuk golongan orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat dan kepada-Nyalah saya berserah diri. 

Prof. Dr. Muhammad Tijani Assamawi



Kata Pengantar Penulis 




BAB 2 

DEFINISI SYIAH 


Syiah' didefinisikan sebagai golongan Islam yang mengikuti 12 Imam dari Ahlu Bait (keluarga dan keturunan) Rasulullah melalui keturunan Ali dan anak-anak Fatimah putri kesayangan Nabi istri Imam Ali, dalam semua urusan ibadah dan muamalah. Inilah definisi singkat tentang Syiah yang sebenarnya dan janganlah Anda tertipu oleh orang yang mengatakan bahwa Syiah adalah musuh Islam yang menjadikan Ali sebagai Nabinya dan Abdullah bin Saba'2 sebagai pendirinya. Saya banyak membaca buku-buku dan Syiah yang kami maksud disini adalah Syiah Imamiah atau Ja'fariah bukan Syiah Ismailiyah atau Zaidiyah karena mereka tidak meyakini hak kekhalifahan Ali dan keturunannya. Hadits tentang Abdullah bin Saba semuanya adalah hadits palsu, karena menurut ilmu Jarh wa Ta'dil (ilmu tentang penelitian hadits) dimana seluruh Ahli hadits sepakat mendhoifkan hadits tersebut karena sumbernya adalah Saif bin Umar yang terkenal sebagai pendusta. Para ulama ahli hadits telah banyak membuat tesis tentang tokoh Abdullah bin Saba ini. Mereka dalam tesisnya menyimpulkan bahwa tokoh ini adalah tokoh fiktif hasil dari sebuah rekayasa.




Definisi Syiah 


Makalah yang mengkafirkan Syiah dan menganggapnya bukan dari golongan Ahlu Sunnah. Perkataan mereka semua itu adalah dusta dan fitnah yang tidak berdasar sama sekali serta tak lain hanya ungkapan kebencian terhadap Ahlu Bait dan keluarga Nabi. 



Ada banyak ungkapan dan sebutan yang beredar dalam buku-buku musuh musuh Syiah tentang penyebutan Syiah. Di antara sebutan terhadap Syiah yang terkenal adalah Rafidhah yang berarti pembangkang. Seolah-olah mereka ingin menegaskan dan menyebarkan fitnah dan kebencian, bahwa Syiah menolak dasar-dasar ajaran Islam dan risalah kenabian Muhammad. Pernyataan bahwa Syiah itu Rafidhah sebenarnya lebih tepat jika ditujukan kepada penguasa-penguasa pertama Bani Umayyah dan Bani Abasiyah. Mereka ingin mengadu domba muslimin dan ingin menjelekkan citra Syiah untuk memuaskan kepentingan syahwat kekuasaan dan kepemimpinan mereka di dunia --karena Syiah; Pertama: Mengangkat Ali dan keluarga Nabi sebagai Pemimpinnya dan menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Usman.Kedua: Menolak seluruh khalifah Bani Umayyah dan Bani Abasiyah.



Kaum Syiah memiliki hak secara tegas untuk tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman, kerena tidak ada satupun Nash (al-Qur'an dan hadits shahih) yang mewajibkan kita untuk mentaati mereka sebagai pemimpin syar'i, sementara terlalu banyak Nash (al-Qur'an dan hadits shahih) baik dari Ahlu Sunnah maupun dari Syiah sendiri yang mewajibkan kita untuk menjadikan hanya Ahlu Bait Nabi(saw) sebagai Imam panutan seluruh manusia. Dan jelas Allah telah menetapkan Imam adalah seorang keturunan Nabi bukan untuk Para khalifah Bani Umayyah dan Abassiah menyebarluaskan berita yang salah terhadap umat untuk mendukung kekhalifahan mereka juga dengan merekayasa dan mengutip firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah, Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu.” (Qs. An-Nisaa, 4: 59). Ayat ini mereka gunakan untuk menipu mendukung kepentingan keabsahan khalifah mereka, agar wajib ditaati oleh semua umat Islam seraya memanfaatkan mengutip hadits Rasul yang mengatakan, “Siapa yang keluar dari pemerintahan yang syah, walaupun hanya sejengkal, maka ia akan mati dalam keadaan jahiliyah.”



Dari sinilah dapat kita fahami bahwa Syiah menolak pengangkatan khalifah yang ada dan menganggapnya sebagai selainnya, seperti janji Allah dalam al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai penerus keturunan kenabian Nabi Ibrahim. “Sesungguhnya Aku hendak menjadikanmu Imam(pemimpin) bagi seluruh manusia. “Ibrahim berkata, “Saya memohon juga dari keturunanku"'Allah berfirman, “Janjiku ini tidak mengenai keturunanmu) yang dhalim". (Qs 2:124).



Karakteristik sejarah kenabian, menunjukkan pengganti Nabi-nabi dengan Nabi lainnya ataupun dengan Imam yang ditunjuknya, tidak pernah keluar dari garis keturunan kenabian yang terdekat ataupun kadang terjadi kerabatnya yang terdekat saja. Ini bisa kita lihat mulai dari sejak Nabi Adam(as) sampai kepada Nabi Muhammad(saw) penutup kenabian. Keyakinan Syiah tentang penolakannya terhadap Khulafa al-Rasyidin ini sering membuat mereka jadi dimusuhi atau dicaci oleh kelompok Mazhab lainnya. Padahal tidak ada alasan karena keyakinannya ini, mereka menuduh Syiah Rafidhah, atau kafir, karena didalam rukun Iman ataupun rukun Islam, tidak terdapat satupun kewajiban untuk mengimani atau wajib harus ikur dan meyakini Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman, sehingga penolakan mereka mereka dalam masalah ini tentu saja tidak lantas menyebabkan mereka berdosa dan keluar dari prinsip Iman dan Islam. Contoh yang jelas keislaman mereka yaitu 
perampasan terhadap hak Ahlu Bait.



Dan para khalifah sepanjang masa dengan bantuan sebagian besar sejarawan menyebarluaskan berita bohong tentang Syiah, dimana dikatakan bahwa Syiah ingin menghancurkan Islam. Padahal jika kita teliti dan melihat kembali perseteruan antara yang hak dan yang batil kita akan menemukan bahwa ada perbedaan yang jelas antara orang yang ingin menghancurkan Islam dan orang yang ingin menghancurkan pemerintahan mereka yang fasik dan dhalim. Syiah tidak pernah keluar dari Islam. Syiah keluar dari pemerintahan yang dhalim untuk mengembalikan kepada yang berhak dan kepada otoritas pemilik sebenarnya, untuk menegakkan dasar-dasar Islam dengan cara yang benar dan adil.



Dengan demikian, jelaslah bahwa Syiah itulah bahwa (orang-orang Syiah) sampai hari ini dibolehkan melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Makkah yang disebut tanah haram, yang disebut tanah haram karena haram untuk dimasuki oleh orang-orang kafir atau diluar Islam. Syeikh Mahmud Syaltut Mufti Al-Azhar Mesir dari mazhab Ahlu Sunnah dalam bukunya al-Fatawa telah mengeluarkan fatwa : tentang bolehnya pengikut Mazhab Ahlu Sunnah menggunakan amal fiqih Syiah, dan telah menjadikanya dalam kurikulum di Al-Azhar University. 



Bukankah Kewajiban Shalat semua muslimin menjadi batal tanpa bershalawat kepada para Ahlubait Nabi dan mereka itulah para Imam panutan Syiah yang diwajibkan ketaatannya didalam mazhab Syiah ?. Allah dan Malaikatnya di dalam Al Qur'an bershalawat atas Mereka(Ahlu Bait) Nabi(saw) sesuai dengan redaksi dalam kitab hadits-hadits Ahlu Sunnah maupun Syiah: “Allahumma Shali Ala Muhammad Wa Ali Muhammad" dan untuk menghormati mereka semua kaum muslimin menambahkannya dengan kata Sayidina. Inilah teks Shalawat wajib yang asli sesuai perintah dari Nabi, sedangkan teks tambahan nama yang lainnya hanya ditambahkan kemudian oleh para ulama. Imam Syafi'i mengaskan dalam syairnya "Shalat tanpa bershalawat pada kalian(Ahlu Bait) Nabi tidak diterima".



sebenarnya kelompok yang selamat karena mereka berpegang teguh pada hukum Al-Qur'an dan Itrah Ahlu Bait Nabi. 



Sebagian ulama Ahlu Sunnah mengakui keabsahan pendapat ini. Ibnu Mandzur ketika mendefinisikan Syiah, beliau mengatakan, “Syiah adalah golongan yang mengikuti dan mengakui Ahlu Bait Rasul sebagai Imamnya.” Orang Islam manakah yang tidak akan menolak suatu ajaran rahasia yang tidak jelas dan tidak bisa diketahui ajaran-ajarannya. Sebaliknya buku-buku tentang ajaran Syiah, sekolah dan hauzat (pesantren Syiah) tersebar diberbagai penjuru dunia dan terbuka untuk umum. Sementara ulama Syiah sendiri banyak melaksanakan diskusi, seminar dan sejenisnya untuk menemukan satu titik yang sama menuju persatuan Islam yang berlandaskan keadilan dan kebenaran yang dicita-citakan. Saya sendiri berkeyakinan, kalau saja para ulama dan cendikiawan meneliti secara seksama ajaran-ajaran Syiah niscaya mereka akan menemukan kebenaran yang sesungguhnya karena kesalah fahaman yang ada selama ini adalah akibat dari propaganda-propaganda dusta dari musuh-musuh Syiah atau pun interaksi pihak Syiah sendiri yang tidak benar.4 Ada sebuah cerita terkenal yang perlu saya sampaikan bertalian dengan hal ini.



Alkisah, dahulu 4 Imam Ja'far Shadiq(as) mengatakan : Pengikut Syiah adalah seseorang yang  amal dan akhlaknya terbaik dimasyarakatnya. Sehingga Anda harus membedakan antara oknum atau orang yang mengaku sebagai Syiah, tapi berakhlak buruk dan hanya menjadikan keyakinan Syiahnya hanya sekedar simbol semata, dengan Syiah sebagai sebuah Mazhab ajaran yang dianut ratusan juta pengikutnya yang mengikuti, mencintai, dan membela Rasulallah (saw) dan keluarganya yang suci dan disucikan Allah SWT. 



Ada seorang berkebangsaan Syam (Suriah) yang datang ke Madinah untuk berziarah ke makam Rasulullah. Tatkala ia tiba di makam Rasul didapatinya seorang laki-laki yang menaiki kuda dengan penuh kewibawaan dan dikawal sejumlah orang yang tampak setia padanya. Orang Syam ini merasa heran dan kagum karena ternyata ada seseorang yang lebih berwibawa dan terhormat dari Muawiyah di Syam (Syria). Lantas, ia bertanya kepada seorang penziarah lain, siapakah laki-laki yang demikian berwibawa dan sangat dihormati itu? Lalu penziarah itu menjawab, “Itulah Hasan putra Ali bin Abi Thalib. “Apa? Ia Hasan bin Ali bin Abi Thalib?" tanya orang Syam itu. "Ya, benar! Itulah cucu Rasul yang mulia, "jawab penziarah itu. Mendengar itu, lantas orang Syam itu mencaci-maki Imam Hasan dan keluarganya. Mendengar caci-maki itu para pengawal Imam Hasan mencabut pedang untuk membunuhnya. Tetapi kemudian Imam Hasan mencegahnya dan malah menyambutnya dengan hangat seraya bertanya, "Tampaknya Tuan datang dari jauh?" Benar, saya datang dari Syam dan pengikut Muawiyah bin Abi Sufyan.” “Kalau begitu tuan menjadi tamu kehormatan di Madinah ini”, kata Imam Hasan. Melihat keramahan dan kebaikan Imam Hasan, orang Syam itu tidak dapat menolaknya. Lantas ia minta maaf dan menyesali perbuatannya selama ini yang selalu mencaci-maki keluarga Rasul dan terjadilah dialog dengan Imam Hasan: 

Imam Hasan :
“Apakah tuan membaca Al-Qur'an?” 
Orang Syam :
“Ya, bahkan saya menghafalnya.” 
Imam Hasan :
“Apakah Anda tahu siapa Ahlu Bait yang Allah sucikan." 
Orang Syam: “Ya, mereka adalah Muawiyah dan keluarga Abu Sufyan"



Mendengar jawaban itu semua hadirin yang hadir tercengang mendengarnya. Sambil tersenyum Imam Hasan berkata, "Sayalah Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ibu saya adalah Fatimah penghulu kaum wanita di surga, kakek saya adalah Rasulullah penghulu para Nabi dan Rasul, paman saya adalah Hamzah penghulu para Syuhada. Kami inilah Ahlu Bait yang mendapat Shalawat dari Allah dan Malaikatnya. Dan sayalah Hasan, dan ini saudara saya Husein yang kelak akan menjadi penghulu pemuda di surga!" Kemudian Imam Hasan menyebutkan sejumlah keutamaan Ahlu Bait dari Allah, hingga orang Syam itu menangis seraya memeluk dan mencium Imam Hasan seraya mengatakan, “Demi Allah tidak ada yang paling saya benci ketika pertama masuk Madinah selain dari keluarga Rasulullah. Tapi sekarang tak ada yang paling saya cintai di dunia ini selain keluarga Rasulullah. Dan saya berjanji untuk senantiasa akan selalu mencintai dan menolong kalian wahai keluarga Rasul yang suci." 



Nah! seharusnya begitu jugalah sikap yang harus ditempuh oleh orang-orang Syiah dalam menyiarkan yang hak kepada seluruh umat Islam, baik dengan harta mau pun tenaganya. Imam-Imam yang suci bukan hanya khusus untuk orang Syiah saja tapi juga milik seluruh umat Islam. Dan jika sebagian besar umat Islam tidak mengetahui keberadaan dan keutamaan Imam-imam yang suci ini, maka orang-orang Syiah berkewajiban memikul amanah yang mulia ini untuk memberitahukannya dengan sebenarnya dan dengan cara yang bijak kepada seluruh umat Islam.




BAB 3 

DEFINISI AHLU SUNNAH

 


Ahlu Sunnah Wal Jama'ah' adalah golongan terbesar (lumat Islam yang menyandarkan amal ibadahnya kepada mazhab yang empat: Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Dalam perkembangan berikutnya muncul gerakan salafiyah yang dilakukan Ibnu Taimiyah dan diteruskan oleh Muhammad Abdul Wahab dengan gerakan Wahabiyahnya yang sekarang menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi. Melalui kajian kajian kesejarahan teranglah bahwa yang disebut dengan Ahlu Sunnah Wal Jama'ah adalah kelompok yang mengakui Khulafa Al-Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali sebagai khalifah yang syah setelah Nabi wafat. Dan sebaliknya golongan yang menolak Khulafa Al-Rasyidin sebagai khalifah-khalifah yang syah setelah Nabi wafat disebut rafidah atau Syiah. Dan kalau kita amati secara cermat bahwa hampir semua khalifah dari Abu Bakar sampai ke masa pemerintahan Bani Abasiah ternyata membenci mereka yang mengikuti Ali dan keturunanya, dan mereka tidak dimasukkan sebagai golongan Ahli Sunnah. Dengan istilah rekayasa nama Ahlu Sunnah ini pula, mereka seolah-olah ingin menegaskan bahwa Syiah adalah kelompok besar lain sekaligus musuh Ahlu Sunnah (untuk diadu domba) sehingga timbullah dua kubu yang berbeda pasca wafatnya Rasul hingga saat ini, yaitu Sunni dan Syiah. 



Dan kalau kita menganalisa sebab-sebab perpecahan ini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang terpercaya, jelaslah tampak perpecahan itu muncul secara langsung setelah Rasulullah wafat, dimana keadaan menjadi stabil kembali setelah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar sahabat yang utama. Sementara di sisi lain Ali dan Bani Hasyim dan sebagian kecil sahabat yang utama menolak pengangkatannya. 



Dan anehnya penguasa-penguasa yang berkuasa itu malah menyingkirkan Ali dan sahabat-sahabatnya yang utama dengan menuduh mereka telah keluar dari Islam, serta berusaha mengisolasi mereka dalam tatanan kehidupan, baik secara ekonomi, politik maupun sosial. Mudah difahami kalau kemudian kaum Sunni saat ini tidak mendapatkan peran politik sebagaimana yang telah mereka peroleh seperti tempo dulu dan sekarang ini mereka hanya tinggal sekedar menerima dan meyakini bahwa hal-hal yang telah berlalu itu adalah sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul dan menganggap para sahabat Nabi seperti malaikat yang tidak pernah salah dan tidak punya rasa dengki dan permusuhan terhadap sesamanya. Karena itulah tak heran kalau kaum Sunni menolak pendapat dan sikap kritis Syiah sekitar keadilan sahabat dan Khulafa Al-Rasyidin. Tampaknya pihak kaum Sunni sendiri tidak berusaha untuk membuka buku-buku sejarah yang terpercaya karya-karya ulama mereka sendiri, untuk memperoleh gambaran sesungguhnya tentang riwayat dan kehidupan para sahabat Nabi dan Khulafa Al-Rasyidin. Kalau saja pihak kaum Sunni mau bersikap realistis membuka hati dengan fikiran kritis, serta berusaha membuka lembaran-lembaran buku sejarah mereka, niscaya keyakinan mereka tentang sahabat akan berubah drastis. Bahkan lebih dari itu, keyakinan terhadap hadits-hadits yang sebelumnya dianggap shahih akan berubah menjadi sebaliknya. 



Saya akan berusaha melalui buku yang sederhana ini untuk mejelaskan pada saudara-saudara saya dari Ahlu Sunnah sebagian kebenaran yang memenuhi buku-buku sejarah Islam untuk menjadi obat bagi tercapainya persatuan dan kesatuan Islam yang berdasar kebenaran dan adil. Saya pribadi melihat bahwa pengikut Ahlu Sunnah sekarang tidaklah terlalu fanatik mazhab dan tidak memusuhi Imam-Imam keturunan Nabi yang suci, bahkan banyak pengikut-pengikut Sunni yang menghormati dan mencintai Ahlu Bait walaupun pada saat bersamaan mereka juga menghormati dan mencintai musuh musuh Ahlu Bait. Tegasnya kaum Sunni mangakui dan menyamakan, baik Muawiyah mau pun Ali bin Abi Thalib dan keturunannya yang telah disucikan Allah.



Dari pemaparan singkat tentang Sunni dan Syiah ini dapatlah kita simpulkan bahwa penamaan Syiah sebenarnya tidaklah berarti penentangan kepada Sunnah Rasul sebagaimana yang disangkakan banyak orang ketika mereka katakan, “Kamilah Ahlu Sunnah!” Dengan maksud bahwa selain mereka adalah penentang Sunnah Rasul, karena kami tegaskan bahwa kami juga Ahlu Sunnah yang hanya mengambilnya melalui pintu Imam Ali yang Rasul katakan sebagai “Pintunya Ilmu Pengetahuan.” Kalau demikian halnya, bagaimana mungkin Syiah menjadi penentang Sunnah Rasul? Justru Syiah itulah Ahlu Sunnah yang sebenarnya. Akhirnya kami persilahkan Anda untuk menilai, mana golongan yang menjadi pembela Sunnah Rasul dan mana golongan yang menentang Sunnah Rasul dalam lembaran-lembaran tulisan berikutnya.{) 




BAB 4 

RANGKAIAN-RANGKAIAN PERISTIWA TERPECAHNYA UMAT ISLAM 



Sekurang-kurangnya ada tiga rangkaian peristiwa penting yang menyebabkan perpecahan umat Islam: 

Peristiwa Pertama: 



Perpecahan awal umat Islam terjadi ketika Umar bin Khattab dan sebagian besar sahabat menolak perintah Rasul untuk menuliskan wasiat bagi umatnya supaya terhindar dari kesesatan. Sebenarnya mereka bukan hanya menolak perintah itu saja, bahkan lebih dari itu, mereka menuduh Rasul yang pada waktu itu sakit, berbicara tak karuan dan banyak mengigau seraya menyerukan,"Cukuplah Al-Qur'an saja kitab Allah bagi kita.” 



Dari kejadian ini Ibnu Abbas sahabat Nabi menamakannya Tragedi' umat Islam. Jelaslah bahwa sebagian 

“Tragedi hari Kamis“ diriwayatkan oleh Bukhari hadits no:9.468,7.573,4:393,



Rangkaian peristiwa Terpecahnya Umat Islam | 41 sahabat menolak Sunnah Rasul dan mengatakan “Cukuplah Al Qur’an saja yang jadi pegangan kita." Ada pun Imam Ali dan pengikutnya dan sebagian kecil sahabat yang taat, mereka melaksanakan perintah Rasul tanpa pernah sekalipun menolak ataupun membantah, kerena mereka faham bahwa mentaati perintah Rasul adalah wajib, sebagaimana yang Allah tuntut, “Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan Rasul.” (Qs. An-Nisaa,4:59). 



Umar bin Khattab sendiri terkenal sebagi tokoh yang paling sering menentang kebijakkan Nabi pada setiap waktu dan kejadian. Karenanya, tidaklah mengherankan kalau Umar setelah menjadi khalifah banyak mengembangkan kreasi ijtihad dari hasil pemikirannya sendiri walaupun itu harus merubah hukum yang ditetapkan Allah dan Rasul sebelumnya.? 



5.716dan 4:5 bab “Ucapan orang yang sedang sakit. "Shahih Muslim"Bab“wasiat" "Musnad Ahmad bin Hanbal"jilid 1 hal 355 "Al-Awshath" Al-Thabrani “Saqifah”Ahmad bin Abdul Aziz Jauhari “Syarh Nahjul Balaghah”Ibnu Abil Hadid Seperti pengharaman yang diperintahkan Khalifah Umar terhadap nikah mut'ah dan haji tamatu.Syiah sering mendapat cacian karena konsep nikah mut'ah ini, padahal ulama-ulama Syiah seperti Husein Fadlullah dengan tegas menjawab dalam bukunya; bahwa beliau sendiripun tidak mengizinkan anak-anak gadis beliau untuk nikah mut'ah, karena anak gadis beliau tidak membutuhkan mut'ah dan itu sah-sah saja. Namun apakah karena beliau dan anak gadis beliau tidak setuju, lantas hukum Allah itu harus dihilangkan? Bukankah nikah itu sunnah: Dan bagaimana dengan janda-janda miskin, korban perang, atau yang lainnya, 



Peristiwa Kedua: 


Peristiwa perpecahan umat Islam kedua terjadi ketika para sahabat menolak untuk bergabung dengan pasukan yang di pimpin oleh Usamah bin Zaid dua hari sebelum Rasul wafat. Mereka mengkritik Rasul yang telah mengangkat seorang anak muda yang baru genap berusia 17 tahun untuk memimpin pasukan yang demikian besar. Abu Bakar dan Umar dan beberapa sahabat lainnya tercatat sebagai orang yang tidak mau bergabung dengan pasukan Usamah hingga Rasul mengatakan, “Allah dan Rasulnya melaknat orang yang enggan bergabung dalam pasukan Usamah." Ada pun Ali dan pengikut pengikutnya diperintahkan oleh Rasul untuk tidak bergabung dalam pasukan Usamah demi mencegah perselisihan, serta untuk mengendalikan urusan yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya. Orang-orang Quraisy yang licik memahami maksud larangan tersebut, sehingga mereka sengaja memisahkan diri untuk tidak bergabung dengan pasukan Usamah.



Mereka yang membutuhkan hal itu, baik secara kejiwaan ataupun tuntutan ekonomi? Haruskah mereka stress dan melacur di malam hari? Bukankah mereka itu juga wanita seperti kalian? Bukankah dengan itu anak mereka bukan merupakan anak zina dan memiliki hak-hak yang sama dengan anak hasil pernikahan permanent?"Imam Ali(as) berkata;“Kalau bukan karena Umar melarang mut'ah, niscaya tidak akan lahir anak zina”. Kalau Anda yang sudah mampu berjihad akbar melawan hawa nafsu, mengapa Anda tega melihat saudari-saudari Anda yang tidak mampu kemudian berbuat dosa zina apalagi kalau kemudian terhina bagai seorang pelacur? Bukankah dengan mut'ah mereka mendapatkan haknya yang bisa dibela karena mempunyai aturan fikih yang jelas? Kitab Ahlu Sunnah Al-Milal wa al-Nihal, Juz 1, h. 29



Rangkaian peristiwa Terpecahnya Umat Islam memutuskan untuk tidak bergabung dengan pasukan itu dan menunggu detik-detik akhir wafatnya Rasul. Dengan kata lain fakta yang terjadi adalah mereka Abu Bakar, Umar, Usman, Abdul Rahman bin Auf dan Abu Ubaidillah Al-Jarroh menolak perintah Rasul dan berijtihad dengan fikirannya sendiri, demi untuk rekayasa mendapatkan kursi kekhalifahan walaupun itu harus melanggar perintah Allah dan Rasulnya.



Ada pun Imam Ali dan sahabat-sahabatnya yang setia mengikuti Rasul dan membatasi diri untuk selalu taat melaksanakan Sunnah Rasul. Dan kita dapat melihat bagaimana Imam Ali pada saat itu tetap menjaga wasiat Rasul untuk memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan Nabi di saat para sahabat Nabi berambisi berlomba-lomba untuk memilih kursi jabatan pengganti Rasul di Saqifah, kalau Ali mau ia dapat menyusul ke Saqifah dan hampir dipastikan dengan segala keutamaanya, ia akan terpilih menjadi khalifah yang memang menjadi haknya. Dari sini tampak jelas keagungan akhlak beliau yang diwarisi dari Rasul dan siapa sesungguhnya yang membangkang terhadap Sunnah Rasul. 



Peristiwa Ketiga: 


Peristiwa ketiga yang menyebabkan umat Islam terpecah belah adalah peristiwa Saqifah dimana ketika Rasul wafat dan jasad Beliau belum dimakamkan, Abu Bakar, Umar dan beberapa sahabat lainnya mengadakan acara suksesi kepemimpinan tentang sahabat dari Muhajirin dan Anshor sepakat untuk meninggalkan wasiat Nabi yang menunjuk Ali sebagai penggantinya sebagaimana yang Rasul wasiatkan di Ghadir Khum' sepulang haji wada', walaupun untuk itu mereka rela siapa pengganti Rasul (saw) di Saqifah yaitu sebuah Balairung yang terletak sekitar 500 meter sebelah barat Masjid Nabi. Disini terdapat sumber air bernama Bi'r Budha'ah dan sebuah Masjid. Marga Sa'idah yang mendiami desa ini pemilik dari Balairung tersebut yang selalu di jadikan tempat bermusyawarah. Tempat ini terkenal dengan nama Saqifah Bani Sa'idah. 



Peristiwa pengangkatan Ali sebagai pengganti Nabi diumumkan Beliau di tiga tempat di Ghadir’khum di depan ratusan ribu sahabat besar ketika Beliau melaksanakan haji wada. Pada saat itu hampir seluruh sahabat besar mengucapkan baiat dan selamat kepada Ali termasuk Abu Bakar, Umar, tepat pada tanggal 18 Dzulhijah tahun 10 H dan tak lama setelah itu Rasul(saw) wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Sebelum peristiwa itu turunlah ayat Tabligh yang memerintahkan agar Nabi segera melaksanakan pengumuman tentang pengganti kepemimpinan Beliau :"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan padamu dari Tuhanmu. Jika kau tiada melakukannya, tiadalah kau menyampaikan amanatnya. Allah akan melindungimu dari orang-oran (yang berbuat jahat). Sungguh Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang ingkar" (Qs 5:67) Kemudian Beliau(saw) sambil mengangkat tangan Ali di depan ratusan ribu sahabat tadi di tempat yang tinggi mengatakan : "Man kuntu maula fa aliyyun maula, Allahuma wala man walahu wa'ada man adahu". (Barang siapa menganggap aku sebagai walinya(pemimpin) maka Ali adalah pemimpinnya juga. "Ya Allah cintailah orang yang menjadikannya wali(pemimpin) dan musuhilah orang yang menentang atau memusuhinya").



Rangkaian peristiwa Terpecahnya Umat Islam | 45 harus membohongi diri mereka sendiri. Bukan hanya itu saja, mereka pun siap membunuh siapa saja termasuk orang terdekat 

Kitab-kitab tafsir, hadits, dan tarikh Ahlu Sunnah yang terpercaya telah meriwayatkan dan mengabadikan peristiwa ini. Disini saya tuliskan sebagiannya dimana dapat Anda teliti bahwa hampir seluruh sahabat hadir dan mengucapkan baiat saat itu kepada Ali langsung dihadapan Rasul sebelum Beliau dipanggil oleh Tuhannya tidak lama kemudian. Lihat:Majma' az Zawa'id; ada lafal yang sedikit berbeda dalam Al Hakim , jilid 3, hlm. 109; Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 209. Musnad Ahmad, jilid 1, hlm. 118-119 dan jilid 4, hlm. 281; Sunan Ibnu Majah, jilidi, hlm. 43; dengan istilah na’am(ya) sebagai ganti ba’la(benar) terdapat dalam Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 281, 368, 370, 372; Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 209. Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 281,368,370, 372; Ibnu Katsir, ibid, jilid 5, hlm. 209, 212. Dalam riwayat Al Hakim Al Haskani, ibid, jilid 1, hlm. 190; dengan sedikit berbeda istilah, jilid 1, hlm. 193. Al Hakim Al Haskani, ibid, jilid 1, hlm. 91; Ibnu Katsir, ibid, jilid 5, hlm. 209 menggunakan istilah sedikit berbeda:“Dan saya maula kaum mu'minin”.



Tercantum pada semua buku diatas. Musnad Ahmad, jilid 1, hlm. 118, 119, jilid 4, hlm. 281,370, 372, 382, 383 dan jilid 5, hlm. 347, 370; Al Hakim Mustadrak, jilid 3, hlm. 179; "Sunan Ibnu Majah; Al Hakim Al Haskani, ibid, jilid 1, hlm. 190, 191; Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 209-213, Ibnu Katsir meriwayatkan dengan kalimat: “Dan aku berkata dengan Zaid:'Apakah engkau mendengarnya dari Rasul Allah?" Zaid menjawab: “Setiap orang yang berada dalam kemah-kemah itu melihat dengan kedua matanya dan mendengar dengan kedua kupingnya”. Kemudian Ibnu Katsir berkata:"Telah berkara Syaikh kita Abu Abdullah Dzahabi:"Hadits itu adalah shahih!. Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 209. Musnad Ahmad, jilid 1, hlm. 118, 119; Majma' az Zawa'id, jilid 9, hlm. 104, 105, 107; Al-Hakim Al-Haskani, ibid, jilid 1, hlm. 193; Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 210, 211. Al Hakim Al Haskani, Syawahid at-Tanzil, ibid, jilid 1, hlm. 191; Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 210.




Nabi sekali pun, yang tidak setuju terhadap penobatan Abu Bakar sebagai khalifah. 



Peristiwa ini sekali lagi menunjukkan bahwa sebagian besar sahabat mendukung Abu Bakar dan Umar untuk menolak Sunnah Rasul dan menggantikannya dengan ijtihad mereka, sementara pada saat yang sama Ali dan sebagian kecil sahabat yang taat pada Sunnah Rasul tetap menolak kekhalifahan Abu Bakar dan berpegang teguh atas wasiat Rasul sebelumnya. 



Al Haskani, ibid, jilid 1, hlm. 190. Al Qur'an, Al Ma'idah (V), 3. Bahwa ayat yang berbunyi: “Hari ini telah kusempurnakan agamamu bagimu dan kucukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Kupilih Islam bagimu sebagai agama", turun setelah peristiwa'Ali bin Abi Thalib di Ghadir Khumm, dapat dibaca dalam Thabari, Kitab al-Wilayah yang berasal dari Zaid bin Arqam, hlm. 210; Ibnu Mardawaih dari jalur Abi Harun Al . Abdi dari Abu Sa'id Al Khudri, Tafsir Ibnu Atsir jilid 2, hlm. 14; Ibnu Mardawaih  dan Ibnu'Asakir dari Sa'id al-Khudri, As Suyuthi, Ad-Durru'l-Mantsuri, jilid 2, hlm. 259; Abu Bakar al-Khathib Baghdadi, Tarikh Baghdad, jilid 8, hlm. 290; dan lain-lain. Diriwayatkan oleh Al Hakim Al Haskani dari Abu Sa'id Al Khudri, Syawahid at-Tanzil, jilid 1, hlm. 157-158; dari Abu Hurairah, ibid, jilid 1, hlm. 158; Ibnu Kacsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 214. Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 282. Lihatlah Syawahid At Tanzil, jilid 1, hlm. 101. Untuk lafal terakhir lihatlah Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 281, Sunan Ibnu Majah, Bab Fadha'il Ali dan Muhibbuddin Thabari, Ar Riyadh An Nadhirah hlm. 169. Lihat juga Ibnu Katsir, Tarikh, jilid 5, hlm. 210. Lihat artikel "Ghadir Khumm”, Encyclopedia of Islam, New Edition, Leiden 1965, jilid 3, hlm. 993-994. Lihat, Al Amini, Al Ghadir, jilid 1, hlm. 3-158. Ibnu Hajar, Shawa'iq, hlm. 25. 6 lihat catatan kaki setelah ini no. 9



Rangkaian peristiwa Terpecahnya Umat Islam                                                                                                              


Setelah tiga peristiwa tersebut timbullah dalam masyarakat Islam dua kubu yang saling bertentangan. Kubu pertama yang berusaha membela dan menjalankan Sunnah Rasul yang dimotori oleh Ali dan Syiahnya (pengikutnya) yang setia, sementara kubu yang kedua dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar dan berusaha menghancurkan kubu pertama dengan berbagai cara. Mereka kemudian menyusun tiga skenario politik untuk menghancurkan Ali dan pengikutnya.



Embargo Ekonomi: 


Skenario pertama yang ditempuh penguasa waktu itu adalah penghancuran sumber-sumber ekonomi dan keuangan pihak oposan. Abu Bakar dan Umar telah merampas hak tanah Fadak? dari yang berhak yaitu Fatimah putri Rasul, dan menganggapnya sebagai tanah wakaf orang-orang Islam ?



Kisah tanah Fadak terkenal dalam buku-buku sejarah, termasuk yang Bukhari dan Muslim sebutkan dalam Shahih nya.Tanah yang sangat luas dan subur tersebut adalah milik Ayah Fatimah(Rasulullah) yang diambil oleh Khalifah Abubakar dengan alasan para Nabi tidak mewariskan harta pada keluarganya .Hasil tanah tersebut sangat besar sekali dan dapat menjadikan samber kekuatan ekonomi Ahlulbait dan pengikutnya. Fatimah dan Ali hidup sangat sederhana sehingga tidak mungkin masalah ini hanya sekedar masalah harta dunia untuk kekayaan dan kesenangan pribadi mereka yang telah disucikan Allah." Tetapi ini juga bukan berarti Fatimah tidak memiliki hak waris harta dari ayah kandungnya sendiri, seperti yang telah Allah gariskan dalam al-Qur'an:" Dan berikanlah hak untk keluargamu" (al-Isra26); “Zakaria berdoa pada Allah:” Karuniailah aku seorang anak dari hadiratMu, yang akan mewarisi aku dar keluarga Yakub „dan jadikanlah ia Ya Tuhanku seorang yang engkau Ridhai" Qs Maryam:5-6) “Dan Nabi Sulaiman mendapat warisan dari Nabi Daud" (Qs al-Naml:16). Nabi Muhammad pun menerima waris dari ayah Beliau diantaranya Ummu Aiman



Terima kasih kepada yang terlibat dalam penerbitan diwadah ini, semoga menjadi pahala yang berterusan, selamat membaca sambungan tautan selengkapnya di : https://drive.google.com/file/d/0B_l0We7EQa4JRTlEZGc0dVdIQ2M/view









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...