ilustrasi hiasan:
Sebaik-Baik Kesucian Menurut Imam Ali
sumber : iccjakarta
Alkisah, ada seseorang yang mulai berminat belajar tasawuf. Dari seorang temannya dia mendengar tentang adanya guru sufi yang agung. Karena itu, dia pergi ke sana dengan menyewa seekor unta dari seorang penggembala.
Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan yang berat dan lama, akhirnya sampailah dia ke rumah sang guru. Ternyata, orang yang akan dijadikan gurunya itu justru bersikap sangat hormat kepada si penggembala unta, sampai-sampai si penyewa unta itu terheran-heran.
“Saya datang untuk berguru kepada Anda, tetapi sikap Anda kepada penggembala unta layaknya kepada seorang guru saja,” kata si penyewa unta itu tanpa menutupi kekesalannya.
Sang guru, yakni si tuan rumah itu, menjelaskan bahwa si penggembala unta itu memang tidak lain adalah gurunya sendiri.
***
Cerita serupa itu banyak sekali di dalam dunia tasawuf. Tetapi sebetulnya bukan monopoli tradisi sufisme, sebab hampir semua budaya mengarah ke situ. Dalam pepatah Melayu, misalnya, dikatakan, “Makin berisi, makin merunduklah si padi.” Idenya ialah tentang sikap rendah hati, seperti ditampakkan oleh si penggembala unta dalam cerita di atas, yang ternyata adalah gurunya si guru sufi.
Di kalangan ulama ada pandangan bahwa tidak ada yang tahu seorang wali kecuali wali. Maka kalau kita mengatakan bahwa seseorang itu wali, maka efeknya seolah-olah kita mengklaim diri kita sendiri sebagai wali (orang suci). Dalam hal ini, ungkapan Imam Ali ibn Abi Thalib sangat bagus ketika menggambarkan kesucian: “Sebaik-baik kesucian adalah menyembunyikan kesucian itu.”
Dalam paham keagamaan sehari-hari, kita juga mengenal ada yang disebut sebagai manusia-manusia yang suci, tempat-tempat yang suci, dan waktu-waktu yang suci.
Di sisi lain, secara implisit, konsep kesucian itu juga sering kali dikaitkan dengan sejumlah ritual dalam Islam, misalnya zakat, sedekah, wudhu, dan lain-lain; konsep ini juga terkait dengan istilah-istilah seperti subh, quds, dan lain-lain.
Lalu siapakah yang dimaksud dengan manusia-manusia yang suci, dimanakah tempat-tempat suci dan kapan saja yang disebut sebagai waktu-waktu yang suci?
Di zaman ini, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dengan sangat mudah didapatkan oleh siapapun, asal yang bersangkutan mau mencarinya. Tak perlu menyewa unta untuk menempuh perjalanan jauh. Minimal cukup dengan upaya menggugelnya saja. EH / Islam Indonesia
FAKTA KESYAHIDAN IMAM MUSA AL-KADZIM YANG DITUTUPI
Sumber : syiahahlilbait.com
Imam Musa bin Ja’far al-Kazhim As mencapai syahadahnya pada 25 Rajab tahun 183 H di kota Baghdad, tepatnya di dalam penjara Sindi bin Syahik. Mengenai kisah kesyahidan Imam al-Kazhim As terdapat nukilan riwayat yang berbeda-beda. Mayoritas ahli sejarah berpendapat, Imam As dibunuh dengan cara diracun, dan menyebutkan pelakunya adalah Yahya bin Khalid dan Sindi bin Syahak. Namun sebagian lain mengatakan, Imam Musa As dibunuh dengan cara dicekik, dan terdapat juga pendapat yang menyebutkan, Imam As dibunuh dengan cara memasukkan timah ke dalam tenggorokannya.
Setelah Imam Kazhim a.s. syahid, Sindi mengumpulkan beberapa orang faqih dan pembesar Baghdad. Setelah mereka sampai di samping jenazah Imam, ia berkata kepada mereka: “Lihatlah dengan seksama, apakah kalian melihat bekas tusukan pedang atau panah di tubuhnya?” “Kami tidak melihat bekas tersebut”, jawab mereka. Setelah itu ia meminta dari mereka untuk bersaksi bahwa Imam a.s. meninggal dunia secara biasa. Dan mereka bersaksi. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan jenazah Imam a.s. dan diletakkannya di jembatan Baghdad. Ia memerintahkan seseorang untuk berteriak: “Ini adalah Musa bin Ja’far telah mati. Lihatlah!” Orang-orang yang lewat di situ memperhatikan jenazahnya dan mereka tidak melihat bekas pembunuhan sedikit pun.
Berkenaan dengan lamanya Imam Kazhim a.s. dipenjara, terdapat beberapa pendapat yang sangat berbeda. Satu pendapat menyatakan 4 tahun, pendapat kedua mengatakan 7 tahun, pendapat ketiga mencatat 10 tahun dan pendapat keempat 14 tahun.
IMAM MUSA AL-KAZHIM ALAIHIS SALAM
a. Biografi Singkat Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Imam Musa bin Ja'far a.s. yang dikenal dengan julukan Al-Kazhim, babul hawaa`ij (pintu terkabulnya hajat) dan hamba yang saleh dilahirkan di Abwa`, sebuah desa yang terletak di antara Makkah dan Madinah pada tanggal 7 Shafar 128 H. Ibunya bernama Hamidah.
Ia syahid pada tanggal 25 Rajab 183 H. di penjara Harun Ar-Rasyid pada usia 55 tahun dengan cara diracun. Kuburannya berada di kota Kazhimain, dekat kota Baghdad.
Imam Musa Kazhim a.s. meneruskan metode ayahnya dalam berdakwah yang menekankan pentingnya sebuah perombakan pemikiran dan akidah masyarakat waktu itu dan memerangi aliran-aliran yang menyimpang dari rel Islam. Dengan argumentasi-argumentasi yang kokoh ia telah membuktikan kerapuhan pemikiran-pemikiran atheis dan menyadarkan orang-orang yang sedang menyeleweng akan kekeliruannya. Tidak lama berselang revolusi pemikiran yang dirintis oleh Imam Kazhim a.s. mengalami puncak kecemerlangannya dan mempengaruhi para ilmuwan yang hidup kala itu.
Realita ini sangat mengkhawatirkan para penguasa Abasiyah. Dengan ini mereka menggunakan tindak kekerasan dan penyiksaan dalam menangani para pengikutnya. Dikarenakan tindakan asusila mereka ini dan adanya kemungkinan bahaya yang mengancamnya, Imam Kazhim a.s. memerintahkan Hisyam, salah satu pengikut setianya untuk tutup mulut. Dan hingga Khalifah mati, ia meliburkan semua program diskusi dan pembahasan ilmiahnya.
Ibnu Hajar Al-Haitsami bercerita: "Musa Al-Kazhim mewarisi semua ilmu yang dimiliki oleh ayahnya dan ia adalah orang yang memiliki keistimewaan khusus dan sangat sempurna. Karena sifat kepemaafan dan kesabaran yang dimilikinya dalam menghadapi masyarakat bodoh yang hidup pada zamannya, ia mendapatkan julukan al-kazhim (penahan amarah). Pada masanya, tidak ada seorang pun yang bisa menyamainya dalam ilmu pengetahuan dan kedermawanan".
Imam Kazhim a.s. menunjukkan sikap anti dan negatif terhadap penguasa yang berkuasa saat itu, dan ia memerintahkan para pengikutnya --dalam menyelesaikan pertikaian yang mereka hadapi-- untuk tidak merujuk kepada penguasa. Sebaliknya, mereka harus menentukan hakim sendiri yang berhak untuk menyelesaikan pertikaian mereka.
Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazhim a.s. berkata: "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan Harun Ar-Rasyid, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.
Imam Kazhim a.s. berkata: "Janganlah kalian bersandar kepada mereka, karena kalian akan dijerumuskan ke dalam api neraka". Ia mengecualikan Ali bin Yaqthin, salah satu pengikutnya dari instruksi tersebut dan memperbolehkannya untuk menduduki kursi kementrian pada masa Harun Ar-Rasyid sebagaimana ia juga telah memegang tampuk tersebut pada Mahdi Al-Abasi. Ia pernah meminta izin dari Imam Kazhim a.s. untuk mengundurkan diri dari tugasnya. Akan tetapi, Imam melarangnya untuk melakukan hati itu seraya berkata kepadanya: "Jangan kau lakukan itu. Saudara-saudaramu menjadi mulia karenamu dan mereka bangga denganmu. Mungkin dengan bantuan Allah engkau bisa memperbaiki situasi ini, menolong orang yang tidak mampu atau para musuh-Nya akan kalah karenamu. Wahai Ali, kaffarah yang harus kau berikan sekarang adalah berbuat baik kepada saudara-saudaramu. Lakukanlah satu hal niscaya aku akan menjamin tiga hal untukmu: setiap kali engkau melihat pengikut kami, maka penuhilah segala kebutuhannya dan hargailah dia. Aku jamin engkau tidak akan masuk penjara, tidak satu pedang pun yang akan melukaimu dan engkau tidak akan pernah mengalami kemiskinan. Wahai Ali, barang siapa yang membahagiakan seorang mukmin, maka ia --pertama-- telah membahagiakan Allah, --kedua-- Rasulullah SAWW dan --ketiga--kami".
b. Memata-matai Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Sebagian program dan kegiatan-kegiatan Imam Kazhim a.s. dibocorkan oleh mata-mata pemerintah kepada Harun Ar-Rasyid yang berkuasa saat itu. Dan hal ini menyulut api amarahnya.
Suatu kali mereka memberikan informasi kepada Harun Ar-Rasyid bahwa harta berlimpah dikirimkan kepada Imam Kazhim a.s. dan dengan demikian ia memiliki baitul mal yang sangat banyak. Harun Ar-Rasyid mengeluarkan instruksi untuk menangkap dan memenjarakan Imam Kazhim a.s. Yahya Barmaki tahu bahwa Imam a.s. menginginkan khilafah untuk dirinya, dan untuk itu ia mengirimkan surat kepada para pengikutnya yang berdomisili di berbagai penjuru negeri Islam untuk bergabung kepadanya dan mengadakan pemberontakan untuk menentang pemerintah. Yahya memberitahukan hal itu kepada Harun dan ia mempengaruhinya untuk bertindak cepat. Akhirnya, Harun Ar-Rasyid memasukkan Imam Kazhim a.s. ke dalam penjara guna memisahkannya dari para pengikutnya. Imam ditahan di dalam penjara Harun sekitar 14 tahun lamanya.
Ketika masih di dalam penjara, Imam pernah menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi sebagai berikut: "Tidak akan ada hari penuh bala` yang menimpaku sedangkan kamu hidup berbahagia. Di suatu hari yang tidak berujung kita semua akan dihisab. Pada saat itulah orang-orang yang bejat akan merasakan merugi".
Di dalam penjara, Imam Kazhim a.s. mengalami berbagai siksaan yang sangat menyakitkan. Tangan dan kakinya dirantai. Pada akhirnya mereka meminumkan racun kepadanya dan ia syahid dalam keadaan mazlum.
c. Budi Pekerti Luhur Imam Musa Kazhim a.s.
Imam Kazhim a.s. adalah orang yang paling abid, zahid, faqih dan dermawan pada masa itu. Ketika dua pertiga malam tiba, ia mulai melakukan shalat sunnah dan melanjutkan shalatnya hingga fajar menyingsing. Setelah melaksanakan shalat Shubuh, ia mengangkat tangan untuk berdoa dan mulai tenggelam dalam tangisan hingga seluruh jenggotnya basah dengan air mata. Ketika ia membaca Al Quran, orang-orang berdatangan dan berkumpul di sekelilingnya untuk menikmati suaranya yang merdu.
Ia dikenal dengan julukan hamba saleh, dan karena kemampuannya menahan amarah, ia dijuluki dengan al-kazhim. Julukannya yang lain adalah shabir (penyabar) dan amin (terpercaya).
Salah satu dari keturunan Umar bin Khattab sering mengganggunya dan menjelek-jelekkan Imam Ali a.s. Sebagian orang yang bersamanya berkata: "Izinkanlah kami membunuhnya". Imam a.s. dengan tegas mencegah mereka untuk melakukan hal itu. Pada suatu hari, Imam mencari orang tersebut. Mereka menjawab: "Ia sibuk berkebun di pinggiran Madinah".
Dengan menunggangi keledainya Imam masuk ke kebun orang tersebut. "Jangan kau rusak tanamanku", teriaknya nyaring. Akan tetapi, Imam a.s. tidak menghiraukan teriakannya. Ia terus masuk ke kebunnya dengan menunggangi keledai hingga ia sampai di hadapannya. Imam turun dari keledai dan langsung bersenda-gurau dengannya.
Setelah itu Imam a.s. bertanya: "Berapa kerugian yang kau taksir akibat kerusakan kebunmu ini?"
"100 Dinar!", jawabnya tegas.
"Sekarang berapa kerugian yang harus kuganti?", tanya Imam kembali.
"Aku tidak memiliki ilmu ghaib (baca : aku tidak tahu--pen.)", jawabnya.
"Aku bertanya berapa yang harus kubayar?", tanya Imam memaksa.
"200 Dinar", jawabnya.
Imam Kazhim a.s. memberikan 300 Dinar kepadanya seraya berkata: "Kebunmu tetap menjadi milikmu". Lelaki itu bangun dari duduknya seraya mencium kening Imam a.s. dan hengkang dari tempat itu.
Imam Musa Kazhim a.s. pergi ke masjid dan melihat lelaki itu duduk di dalam masjid. Ketika ia melihat Imam masuk, ia berkata: "Allah lebih tahu di mana Ia harus meletakkan risalah-Nya".
Para pengikut Imam a.s. mengerumuni lelaki tersebut dan bertanya kepadanya: "Apa gerangan yang terjadi? Selama ini engkau selalu memusuhinya?" Ia akhirnya mulai mengumpat mereka dan berdoa untuk keselamatan Imam Kazhim a.s.
Setelah itu Imam Kazhim a.s. berkata kepada para pengikutnya: "Apakah perlakuan yang ingin kalian lakukan terhadapnya lebih baik atau perlakuanku terhadapnya dengan memberikan uang 300 Dinar kepadanya?"
Sangat banyak riwayat yang menceritakan akhlak Imam Kazhim a.s. yang sangat tinggi, kesabarannya dalam menghadapi segala kesulitan dan ketidakpeduliannya terhadap harta dunia. Hal ini mengindikasikan kesempurnaan jiwa dan sifat kepemaafannya yang sangat luhur.
d. Pasca Syahadah Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Atas perintah Harun Ar-Rasyid, Sindi bin Syahik menaruh racun di dalam makanan Imam Musa Kazhim a.s. Setelah memakannya, ia harus meninggalkan dunia fana ini setelah tiga hari bergelut dengan racun tersebut.
Setelah Imam Kazhim a.s. syahid, Sindi mengumpulkan beberapa orang faqih dan pembesar Baghdad. Setelah mereka sampai di samping jenazah Imam, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah dengan seksama, apakah kalian melihat bekas tusukan pedang atau panah di tubuhnya?" "Kami tidak melihat bekas tersebut", jawab mereka. Setelah itu ia meminta dari mereka untuk bersaksi bahwa Imam a.s. meninggal dunia secara biasa. Dan mereka bersaksi. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan jenazah Imam a.s. dan diletakkannya di jembatan Baghdad. Ia memerintahkan seseorang untuk berteriak: "Ini adalah Musa bin Ja'far telah mati. Lihatlah!" Orang-orang yang lewat di situ memperhatikan jenazahnya dan mereka tidak melihat bekas pembunuhan sedikit pun.
Berkenaan dengan lamanya Imam Kazhim a.s. dipenjara, terdapat beberapa pendapat yang sangat berbeda. Satu pendapat menyatakan 4 tahun, pendapat kedua mengatakan 7 tahun, pendapat ketiga mencatat 10 tahun dan pendapat keempat 14 tahun.
Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pencari kebenaran hakiki hadis-hadis suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Kazhim a.s.
1.Hujjah lahiriah dan batiniah
"Sesungguhnya Allah memiliki dua hujjah atas manusia: hujjah lahiriah dan hujjah batiniah. Hujjah lahiriah adalah para rasul, nabi dan imam (ma'shum) dan hujjah batiniah adalah akal".
2.Sabar dan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia
"Sabar dalam kesendirian adalah tanda kekuatan akal. Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya, Allah adalah penenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliaannya di hadapan selain kerabatnya".
3.Merendahkan diri di hadapan Allah
"Barang siapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri dengki dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya. Barang siapa yang akalnya telah sempurna, maka ia akan merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya. Barang siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan merasa kaya. Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali".
4.Menjenguk mukmin karena Allah
"Barang siapa yang menjenguk saudara seimannya karena Allah, bukan karena selain-Nya, demi mengharap pahala-Nya dan segala yang telah dijanjikan kepadanya, maka Allah azza wa jalla akan memerintahkan tujuh puluh ribu malaikat untuk menjaganya dari sejak ia keluar dari rumah hingga ia kembali ke rumahnya seraya berkata kepadanya: 'Engkau adalah orang baik (baca : beruntung) dan surga adalah sesuai denganmu. Engkau telah membangun rumah di sana".
5.Harga diri, akal dan nilai seseorang
"Tidak sempurna agama orang yang tidak memiliki harga diri, dan tidak memiliki harga diri orang yang tidak berakal. Sesungguhnya orang yang paling agung nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai satu nilai baginya. Ingatlah, harga badanmu ini adalah surga, jangan engkau menjualnya dengan selainnya".
6.Menjaga harga diri orang lain
"Barang siapa yang menjaga dirinya untuk tidak mempermalukan orang lain, maka Allah akan mengampuni kesalahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menahan murka-Nya terhadapnya pada hari kiamat".
7.Faktor-faktor yang dapat mendekatkan diri dari Allah
"Sarana paling baik yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah shalat, berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan sifat dengki, sombong dan bangga diri".
8.Orang berakal tidak akan berbohong
"Sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya".
9.Hikmah diam
"Sedikit berbicara adalah sebuah hikmah yang amat besar. Oleh karena itu, hendaklah kalian banyak diam, karena banyak diam adalah satu ketenangan hidup dan satu faktor yang dapat meringankan dosa".
10.Pencela yang tak tahu malu
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga bagi pencela yang tak tahu malu dan tidak memikirkan apa yang keluar dari mulutnya serta apa yang dikatakan orang lain kepadanya".
11.Orang sombong tidak akan masuk surga
"Hati-hatilah terhadap sifat sombong! Karena tidak akan masuk surga orang yang di hatinya tersimpan setitik kesombongan".
12.Program kerja siang dan malam
"Berusahalah untuk membagi waktu kalian dalam empat bagian: satu bagian untuk bermunajat kepada Allah, satu bagian untuk mencari rezeki, satu bagian untuk menjenguk para saudara seiman yang dapat dipercaya untuk memberitahukan aib-aib yang ada pada dirimu dan sahabat setiamu lahir-batin, dan satu bagian untuk menikmati kenikmatan yang kalian miliki asalkan tidak haram. Dengan menggunakan bagian keempat ini kalian akan mampu melaksanakan tiga bagian di atas".
13.Duduk bersama dengan orang yang beragama dan berakal
"Duduk bersama orang yang beragam adalah sebuah kemuliaan dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasihat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu".
14.Akibat cinta dunia
"Barang siapa yang mencintai dunia, rasa takut kepada akhirat akan sirna dari hatinya. Barang siapa yang ilmunya bertambah kemudian kecintaannya kepada dunia juga bertambah, maka ia akan bertambah jauh dari Allah dan kemurkaan-Nya kepadanya akan bertambah".
15.Menjauhi tamak dan hanya bertawakal kepada Allah
"Hindarilah tamak dan janganlah mengharap apa yang ada di tangan manusia serta musnahkanlah rasa tamak dari hati para makhluk, karena tamak adalah kunci kehinaan, pembasmi akal, pemusnah dan pengotor harga diri serta pembasmi ilmu. Janganlah (hanya mengandalkan) tawakal kepada Tuhanmu".
16.Hasil amanah dan kejujuran
"Menjaga amanah dan berkata jujur dapat mendatangkan rezeki, sedangkan khianat dan berkata bohong dapat mendatangkan kefakiran dan kemunafikan".
17.Berkata benar dan membasmi kebatilan
"Takutlah kepada Allah dan berkatalah benar meskipun engkau harus binasa, karena di dalam berkata benar itu adalah keselamatanmu. Takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah kebatilan meskipun engkau akan selamat, karena di dalam kebatilan itu adalah kecelakaanmu".
18.Bala` sesuai dengan kadar iman seseorang
"Seorang mukmin bak dua sayap timbangan, ketika imannya bertambah, maka bala`nya pun akan bertambah".
19. Shalat sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah
"Shalat sunnah adalah sarana bagi mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah".
20.Keutamaan ishlah (memperbaiki keadaan) dan memaafkan
"Pada hari kiamat sebuah suara akan berteriak lantang: "Perhatian! Barang siapa yang merasa memiliki pahala di sisi Allah, hendaklah ia berdiri!" Tidak ada orang yang berani berdiri kecuali para pemaaf dan orang yang memilih semangat untuk ishlah. Pahalanya ada di sisi Allah".
21.Sedekah terbaik
"Menolong orang yang lemah adalah sedekah terbaik".
22.Dosa baru, bala` baru
"Ketika seseorang melakukan dosa baru yang belum pernah dilakukannya, maka Allah akan mendatangkan bala` yang tak pernah disangka-sangka baginya".
23.Kunci pintu hati
"Perdalamilah agama Allah, karena memperdalami agama adalah kunci hati dan faktor utama untuk mencapai kedudukan yang tinggi di dalam agama dan di dunia. Dan keutamaan seorang "faqih" atas seorang abid bak keutamaan matahari atas bintang-bintang, dan barang siapa enggan mendalami agamanya, maka Allah tidak akan pernah merelai amalannya".
24.Dunia adalah sarana terbaik
"Jadikanlah untuk dirimu bagian dari dunia selama hal itu halal, tidak merusak harga diri dan tidak melampaui batas, serta gunakanlah dunia tersebut untuk memperkokoh agama, karena diriwayatkan bahwa bukan golongan kami orang yang mengorbankan dunia demi agamanya atau mengorbankan agama demi dunianya".
25.Ibadah terbaik
"Ibadah terbaik setelah mengetahui Allah adalah menunggu "faraj" (kemunculan Imam Mahdi a.s.)".
26.Mencintai orang lain
"Mencintai orang lain adalah setengah iman".
27.Menghindari kemarahan
"Barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menghindarkannya dari siksa api neraka".
28.Manusia terkuat
"Barang siapa ingin menjadi manusia terkuat, hendaknya bertawakal kepada Allah".
29.Selalu meningkat, bukan malah mundur
"Barang siapa yang dua harinya sama, maka ia telah rugi, barang siapa yang satu harinya lebih jelek, maka ia terlaknat, barang yang (kebaikannya) tidak bertambah sama sekali, maka ia berada dalam kekurangan, dan barang siapa yang berada dalam kekurangan, maka kematian lebih baik baginya".
30.Berbuat kebajikan kepada orang lain
"Hak saudaramu yang paling vital adalah jangan kau menutupi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya".
31.Menghindari bergurau
"Hindarilah bergurau, karena bergurau dapat melenyapkan cahaya imanmu".
32.Nasihat alam semesta
"Jika engkau merenungkan ciptaan (yang ada di dunia ini), niscaya engkau akan melihat nasihat di dalamnya bagimu".
33.Yang memahami nilai kebajikan
IMAM MUSA KAZHIM ALAIHIS SALAM SIMBOL KESABARAN AHLUL BAIT ALAIHIS SALAM
Rasulullah Saww dan Ahlul Baitnya adalah para penunjuk jalan kebenaran. Mereka memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang benar. Perilaku mereka merupakan cermin Al-Quran dan sumber lain untuk mengenal kebenaran seutuhnya. Untuk itu, para pencari kebenaran senantiasa menaruh perhatian pada kehidupan manusia-manusia suci. Para pecinta ilmu juga selalu menimba ilmu dari mereka yang disebut-sebut sebagai sumber ilmu dunia dan akherat. Tabir ilmu tersingkap sepenuhnya bagi Rasulullah Saww dan Ahlul Baitnya. Siapapun yang menjadikan manusia-manusia suci ini sebagai kiblat kehidupannya, akan meraih kebahagiaan dunia dan akherat.
Dalam kesempatan yang mulia ini, kami akan mempersembahkan acara khusus mengenai salah satu figur Ahlul Bait, Imam Musa Kadzim as. Pada hari ini, tepatnya pada tanggal 7 Safar, Imam Musa Kazhim as terlahir ke dunia. Di hari yang penuh berkah ini, kami mengucapkan selamat atas hari kelahiran Imam Musa Kadzim as, kepada seluruh ummat Islam, khususnya kepada para pecinta Ahlul Bait.
Di permulaan acara ini, kami akan mengambil berkah dari keagungan Imam Musa Kazhim as dengan mengutip perkataan mutiaranya. Beliau as berkata, "Siapapun yang rendah hati karena Allah Swt, maka Allah akan mengangkatnya ke darajat yang tinggi.
Pada tahun 128 Hijriah Qamariah, Imam Musa Kazhim as lahir di kota Madinah, kota Abwa. Saat lahir, ayahnya, Imam Jafar Shadiq as berkata, "Allah Swt telah mempersembahkan manusia terbaik kepadaku."
Setelah kesyahidan Imam Jafar Shadiq as, Imam Musa Kazhim as menjadi pemimpin ummat dan mengemban imamah atau kepemimpinan selama 35 tahun, Pada masa imamahnya, Imam Musa Kazhim as menghadapi berbagai problema serius, karena Bani Abbas saat itu mencapai puncak kekuasaannya.
Para penguasa saat itu seperti Harun Al-Rashid, gencar melakukan propaganda dan menerapkan arogansi yang memperkeruh kondisi buruk di tengah masyarakat. Bani Abbas dengan slogan-slogan yang berpoleskan agama, dapat menipu masyarakat dan memegang kekuasaan. Mereka sama sekali tak berkomitmen dengan slogan-slogan agama, bahkan melakukan kezaliman dan penyimpangan terhadap hukum-hukum Islam.
Bani Abbas mengesankan cinta kepada Ahlul Bait, namun pada dasaranya, mereka tidak suka bahkan menentang dan menyudutkan keluarga suci Rasulullah Saaw. Sejarah membuktikan bahwa perilaku mereka jauh dari harapan masyarakat ideal Islam. Jutaan dirham dan dinar digunakan untuk hal-hal yang tidak penting seperti pembangunan istana-istana mewah. Sementara itu, banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kesenjangan di tengah masyarakat sangat menonjol di masa kekuasaan Bani Abbas.
Kasih sayang Imam Musa Kazhim as meliputi masyarakat tertindas di masa kekuasaan Bani Abbas. Masyarakat saat itu juga mencintai Imam Musa Kazhim as yang juga cucu Rasulullah Saww. Perilaku mulia Imam Musa as mengingatkan mereka akan akhlak mulia Rasulullah Saww yang tercatat dalam berbagai riwayat.
Imam Musa Kazhim as yang mendapat tempat di hati masyarakat, tentunya mengkhawatirkan para penguasa saat itu. Imam Musa yang juga menyuarakan keadilan membuat Bani Abbas geram. Bani Abbas pun berupaya menjauhkan Imam Musa dari masyarakat. Imam Musa pun dipenjarakan. Dalam sejarah disebutkan, Imam Musa mendekam di penjara selama 14 tahun. Karena kesabaran dalam menahan emosi, Imam Musa as mendapat gelar Kazhim artinya pengendali kemarahan.
Sementara itu, Harun Al-Rasyid, penguasa Bani Abbas saat itu, merasa hebat dan angkuh. Penguasa lalim ini dengan kesombongannya berkata, "Wahai awan, hujanlah! Di mana hujan turun, baik di barat maupun di timur, di sanalah wilayah kekuasaanku."
Pada suatu hari, Imam Musa as dipaksa datang ke istana Harun Al-Rasyid. Harun bertanya kepada Imam Musa, "Apakah dunia itu? Dengan memperhatikan ketamakan dan kefasikan Harun Al-Rasyid, Imam Musa as berkata, "Dunia adalah tempat tinggal orang-orang fasik." Kemudian Imam membacakan Surat Al-Aaraf, ayat 146, "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar-benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku."
Mendengar jawaban Imam Musa, Harun Al-Rasyid diam seribu bahasa. Harun kembali bertanya; "Bagaimana pendapat anda tentang kami? Imam berlandaskan pada ayat Al-Quran menjawab, "Allah Swat berfirman; Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan. " (Surat Ibrahim, ayat 28)
Pada suatu saat, masyarakat melihat Imam Musa bekerja di ladang dan tampak keringat mengalir di di tubuhnya. Seorang sahabat bertanya, "Mengapa kamu tidak melimpahkan pekerjaan ini ke orang lain? Imam menjawab, "Bekerja dan berjerih payah adalah perilaku para nabi dan manusia-manusia saleh."
Seseorang kadang terjebak dalam tindakan radikal, yakni cenderung bersikap ekstrim sepihak dalam mereaksi dunia atau akherat. Saat disibukkan dengan akherat, dunia dilupakan, dan terkadang sebaliknya. Untuk itu, seseorang harus bisa memenej diri dengan baik, baik untuk akherat maupun dunia. Dengan demikian, ia dapat mengoptimalkan kenikmatan dunia dan akherat dengan baik. Inilah yang diinginkan oleh para nabi dan manusia-manusia suci. Terkait hal ini, Imam Musa berkata, "Siapapun yang meninggalkan dunia untuk agama dan menelantarkan agama untuk dunia, bukan dari golongan kami."
Menurut Imam Musa, dunia dan agama adalah dua item yang saling terkait. Agama itu mempersembahkan peta jalan untuk kepentingan dunia dan akherat. Dunia adalah tempat implementasi hukum dan ajaran agama. Kehidupan dunia juga dapat disebut sebagai tangga untuk menghantarkan manusia ke tujuan-tujuan mulianya. Manusia harus mampu berjalan di tengah dua kebutuhan dunia dan akherat dengan mengotimalkan kemampuan yang dimilikinya. Untuk itu, Imam meminta ummatnya supaya dapat imbang dalam urusan dunia dan akherat.
Dalam nasehat lainnya, Imam Musa berkata, "Temukanlah kesadaran dan makrefat dalam agama Allah Swt. Sebab, pemahaaman akan hukum dan ajaran Islam merupakan kunci hati nurani yang dapat menghantarkan manusia ke derajat-derajat tinggi dunia dan agama."
Agama menjamin kebahagiaan manusia. Akan tetapi syaratnya adalah pemahaman yang benar. Pesan itu dapat dipahami dalam perkataan Imam tadi. Imam Musa melalui pencerahannya, berupaya menghidupkan hati nurani di tengah masyarakat.
Di tengah penyimpangan pemikiran, Imam Musa berupaya meluruskan pemikiran-pemikiran menyimpang yang berkembang dan mengenalkan Islam sebenarnya kepada masyarakat.
Imam Ali Ar-Ridho as ketika berbicara mengenai ayahnya, Imam Musa Kazhim as, berkata, "Meski ayahku dikenal dalam manajemen, tapi beliau tetap bermusyawarah dengan para pembantunya." Beliau menambahkan, "Pada suatu hari, seseorang mendatangi ayahku, dan berkata; Apakah kamu bermusyawarah dengan para pembantu?" Beliau menjawab, "Bisa jadi Allah menyelesaikan problema melalui liadha para pembantu."
Perilaku Imam itu menunjukkan rendah hati Imam Musa terhadap semua golongan masyaarakat. Imam Musa juga dikenal dermawan bagi kaum miskin dan tertindas. Imam berkata, "Cinta membuah hidup menjadi tenteram, memperkokoh hubungan dan menyegarkan hati."
Imam Musa Kazim juga mempunyai kepribadian luar biasa yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Namun kepribadian agung inilah penyebab kegundahan para musuh. Imam Musa berkata, " Allah memberikan tiga kekhususan bagi kaum mukmin. Ketiga kekhususan itu adalah kemuliaan di dunia, keimanan pada akherat dan kewibawaan di hadapan para penindas."
EMPAT NASIHAT IMAM KAZHIM ALAIHIS SALAM UNTUK HIDUP LEBIH BAIK
Sumber : Shabestan
Imam Musa Kazhim as pernah berpesan kepada seluruh umat manusia supaya bisa membangun sebuah kehidupan yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam sebuah pesan abadi, Imam Kazhim as menekankan empat poin berikut ini:
a. Barang siapa yang dua harinya adalah sama, maka ia telah merugi.
b. Barang siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.
c. Barang siapa yang tidak memiliki nilai tambah dalam dirinya, maka ia senantiasa mengalami kekurangan.
d. Barang siapa yang bergerak ke arah kekurangan, maka mati lebih baik baginya daripada hidup.
Bihar al-Anwar, jld. 78, hlm. 327.
IMAM MUSA KAZHIM MUARA KEBAIKAN
Sumber : IRIB Indonesia
Para Imam Maksum dan Ahlul Bait Rasulullah Saw merupakan manusia mulia terbaik yang mengajarkan akhlak dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Mereka meletakkan prinsip pendidikan dan pengajaran yang terbaik kepada masyarakat. Seluruh pelajaran yang mereka sampaikan berasal dari satu sumber yaitu Nabi Muhammad Saw yang diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Syiah, tapi juga Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah Saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazim. Beliau dilahirkan pada tahun 128 H di desa Abwa, antara Mekah dan Madinah. Di usia 20 tahun, setelah kesyahidan ayahnya, Imam Sadiq as, beliau memimpin umat Islam selama 35 tahun.
Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazim dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf, "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku."
Fase kehidupan Imam Kazim di era pemerintahan dinasti Abbasiyah dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim. Akhirnya beliau gugur syahid akibat diracun rezim lalim. Imam Kazim dimakamkan di Kazimain, dekat kota Baghdad Irak, dan kini menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam yang termashur di negara ini.
Imam Kazim menjadi muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan mengenai keutamaan Imam Kazim. Sufi besar dunia Islam ini menjelaskan implementasi lima ayat pertama Surat At-Thur dalam karakter Imam Kazim. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazim seperti Nabi Musa. Tapi bedanya, Nabi Musa memiliki kedudukan Nubuwah sedangkan Imam Musa Kazim tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazim sebagai pencerah dunia.
Ibnu Arab menulis, "Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arash-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit yang megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, dia adalah Musa Kalim di lembah iman Imamah... cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa Bin Jafar yang diberkahi Allah swt."
Sejarah mengungkapkan lebih dari 200 perawi hadis dan ulama saat itu yang berguru kepada Imam Musa Kazim. Imam Musa menghidupkan tradisi intelektualitas masyarakat saat itu. Beliau juga menganjurkan masyarakat supaya menimba ilmu dari sumber yang terpercaya dan meningkatkan keilmuan mereka sehingga tidak terjebak dalam kebodohan dan kepicikan.
Ibnu Hajar Haitsami, salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kazim karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun ketakwaan.
Imam Kazim dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat pun akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun al-Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, ia menjebloskan Imam Kazim ke penjara dengan harapan masyarakat terputus komunikasinya dengan beliau.
Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazim berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan lalim, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.
Sementara itu, Harun terus berupaya bagaimana caranya membunuh Imam Musa. Suatu hari, dia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah meminta Imam untuk tidak menentang Khalifah dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, Imam menolak semua tawaran itu.
Imam Musa menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, "Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara kau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan."
Alasan Harun memindahkan Imam Musa as dari satu penjara ke penjara lain tidak ada lain adalah karena permintaannya kepada setiap kepala penjara untuk membunuh Imam, namun mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut. Hingga akhirnya Sindi yang berhati keras itu bersedia untuk meracun Imam as. Maka, di dalam penjaralah beliau meninggal akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanannya pada 25 Rajab tahun 183 H.
PENDIDIKAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF IMAM MUSA KAZHIM ALAIHIS SALAM
Sumber : irib indonesia
Dalam pandangan Imam Kazhim as, salah satu cucu dan keturunan Rasulullah Saw, ketika peluang pendidikan yang tepat telah tercapai, seorang anak akan dilahirkan dalam kondisi selamat di mana ia akan memiliki potensi besar dan positif. Akar dari potensi ini berada di keluarga kedua orang tua. Imam Kazhim as sendiri dilahirkan di keluarga utama yang memiliki keunggulan di bidang ilmu, spiritual, takwa, ikhlas dan penghambaan kepada Tuhan.
Imam Kazhim yang tumbuh besar di bawah didikan ayahnya, Imam Ja'far Sadiq as, setiap hari lautan ilmu dan pengetahuan serta kesempurnaan jiwa semakin terbuka bagi beliau. Di bahwa didikan ayahnya, Imam Kazhim tumbuh besar dengan pendidikan yang tepat dan spiritualitasnya pun semakin tinggi. Maka tak heran pasca wafatnya Imam Sadiq as, beliau memiliki kemampuan untuk melanjutkan tugas suci para imam Ahlul Bait Nabi. Imam besar ini dijuluki Abd Saleh (Hamba yang Saleh) karena kebesaran dan kesempurnaan kepribadiannya. Kesabarannya yang tinggi dan kemampuannya menahan marah serta sifat mulianya yang membalas keburukan dengan kebaikan, membuat beliau mendapat kehormatan dijuluki Kazhim (Peredam Kemarahan).
Bertepatan dengan kelahiran Imam Musa Kazhim as, kami ingin mengajak Anda untuk mempelajari pendidikan anak dalam sejarah hidup manusia suci ini. Ketika seorang anak baru dilahirkan, ia memiliki potensi secara fitrah dan kesiapan untuk belajar dan menerima pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan teladan yang tepat bagi mereka sehingga mampu belajar dari teladan tersebut. Jika tidak ada teladan yang tepat bagi anak, maka pastinya pendidikanya akan mengalami penyimpangan.
Salah satu sahabat dan periwayat hadis bernama Ali bin Abu Hamzah Bataini meriwayatkan, “Suatu hari Aku berangkat untuk berjumpa dengan Imam Musa Kazhim. Aku menemuinya dalam kondisi tengah bekerja di ladang dan keringat bercucuran dari badan beliau. Aku sangat heran dan bertanya, Wahai Anak Rasulullah! Ke mana orang-orang sehingga Aku menyaksikan Anda dalam kondisi seperti ini yang harus bekerja keras di ladang di bawah terik matahari! Dengan tersenyum Imam menjawab, “Wahai Ali! Mereka yang lebih baik dan mulia dariku juga bekerja keras dan mereka pun masing-masing memiliki pekerjaan.” Aku bertanya, siapa yang Anda maksudkan? Beliau berkata, yang Aku maksudkan adalah Rasulullah, Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib serta ayah dan para kakekku. Mereka bekerja dengan tangannya sendiri. Kemudian Imam menambahkan, pekerjaan yang Aku lakukan dan tengah kamu saksikan ini adalah pekerjaan yang pernah ditekuni seluruh nabi dan dengannya mereka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di antara prinsip-prinsip pendidikan yang harus dilaksanakan adalah persamaan dan tidak membeda-bedakan serta menempatkan segala sesuatu pada tempatanya. Maksud dari persamaan adalah menghindari perilaku diskriminatif. Dalam hal ini harus dipahami bahwa diskriminasi berbeda dengan membedakan. Diskriminasi memiliki arti mengunggulkan seseorang dari yang lain tanpa sebab, ketika keduanya dalam posisi yang sama. Namun arti dari membedakan adalah mengunggulkan seseorang dari yang lain karena memang dikarenakan ia layak untuk menerimanya.
Dalam metode pendidikan Imam Kazhim as, diskriminasi dilarang, namun membedakan diperbolehkan. Diskriminasi di antara anak-anak akan menanam kebencian dan friksi serta gesekan dengan kedua orang tua di hati anak. Imam Kazhim as meriwayatkan dari ayahnya, “Seorang lelaki mencium salah satu dari kedua anaknya dan mengabaikan satunya. Rasulullah Saw dengan kecewa bersabda, mengapa kamu tidak memperlakukan sama keduanya?”
Membedakan jika dilakukan secara tepat dan rasional akan mendorong kemajuan anak, karena akan terpupuk rasa bersaing yang sehat di dalam diri mereka. Imam Kazhim as juga membedakan di antara anak-anaknya. Rafaah bin Musa bertanya kepada Imam Kazhim, “Wahai anak Rasulullah! Seorang lelaki memiliki beberapa anak laki-laki, apakah mengunggulkan salah satu di antara mereka diperbolehkan? Imam menjawab: Ya diperbolehkan, karena ayahku, Imam Sadiq as lebih memprioritaskan diriku ketimbang Abdullah, kakakku sendiri.
Beliau juga lebih cenderung kepada Imam Ridha as, bila di banding dengan anak-anaknya yang lain. Imam Kazhim mengenalkan Imam Ridha as sebagai teladan bagi anaknya yang lain dan menyebutkan keunggulan beliau secara nyata. Ishak bin Musa mengatakan, “Imam Kazhim as kepada anak-anaknya berkata, Saudaramu, Ali adalah paling pintarnya keturunan Muhammad, bertanyalah kepadanya tentang urusan agama kalian dan ingatlah apa yang ia jelaskan. Sama seperti yang dikatakan ayahku, Abu Jakfar (Imam Sadiq as) kepada diriku, ia (Imam Ridha) adalah yang paling pandai di antara anak-anakmu. Andaikata Aku dapat bertemu dengannya, maka tak diragukan lagi ia akan seperti Ali bin Abi Thalib as.”
Membedakan di antara anak-anak adalah hal yang sangat sensitif dan membutuhkan ketelitian, karena mungkin sang anak akan merasa mendapat perlakuan diskriminatif. Oleh karena itu, kedua orang tua harus teliti ketika membedakan di antara anak-anaknya, mereka harus berperilaku yang tepat sehingga sang anak tidak merasa disisihkan atau mendapat perlakuan diskriminasi. Dan harus diingat, keunggulan anak yang diperlakukan lebih harus diperjelas dan disadari oleh yang lain. Bahkan jika mungkin, kedua orang tua menjelaskan keunggulan sang anak tersebut yang mendapat perlakuan istimewa.
Nasihat dan amar ma'ruf nahi munkar adalah sarana untuk mencegah kelalaian dan sifat alpa. Ini merupakan salah satu metode pendidikan Imam Kazhim dalam mendidik anak-anaknya. Beliau senantiasa memberi pencerahan masyarakat melalui nasihatnya dan membuat mereka berubah serta tercerahkan. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Imam Kazhim as bersabda, “Berusahalah kalian membagi waktu dalam 24 jam menjadi empat bagian. Satu bagian untuk bermunajat kepada Allah, satu bagian untuk bekerja mencari nafkah, satu bagian untuk berinteraksi dengan saudara dan orang-orang yang kalian percayai yang berani menunjukkan kekuranganmu serta di dalam hatinya ikhlas kepada kalian dan satu bagian lagi gunakan untuk menikmati hal-hal yang dihalalkan serta berlibur. Bagian terakhir ini akan membuat kalian semakin kuat melakukan tiga bagian yang lain.
Shalat adalah tiang agama dan sumber kebaikan. Meski shalat diwajibkan ketika anak mencapai usia baligh, namun perkenalkan anak-anak kalian dengan shalat sejak usia dini maka mereka akan semakin cepat mendapat kemurahan Allah serta lebih cepat dalam meraih kemuliaan akhlak. Manusia yang sejak kecil telah mengenal shalat dan terbiasa dengan kewajiban ini, lebih cepat dapat merasakan kelezatan berinteraksi dengan Tuhan. Oleh karena itu, para Imam Maksum as senantiasa mengenalkan anak-anaknya dengan shalat sebelum mereka mencapai usai taklif.
Kepada anak-anaknya Imam Kazhim as berpesan, “Wahai anakku, hendaknya engkau yakin bahwa Allah melihatmu ketika hendak bermaksiat sehingga dapat mencegahmu melakukannya. Hendaknya engkau yakin bahwa Allah mencarimu dalam ketaatan yang Ia memerintahkannya dan hendaknya engkau berusaha dengan sungguh-sungguh.
Janganlah engkau mengeluarkan dirimu dengan bermalas-malasan dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah karena sesungguhnya Allah tidak disembah melainkan harus dengan sebenar-benar ibadah kepada-Nya. Hendaknya engkau menjauhi senda gurau karena sesungguhnya senda gurau dapat menghilangkan cahaya imanmu dan merendahkan kepribadianmu. Hindarilah kecemasan dan jauhilah kemalasan karena keduanya dapat menghalangi kebahagiaanmu di dunia dan akhirat.
IMAM MUSA AL-KAZHIM ALAIHIS SALAM
a. Biografi Singkat Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Imam Musa bin Ja'far a.s. yang dikenal dengan julukan Al-Kazhim, babul hawaa`ij (pintu terkabulnya hajat) dan hamba yang saleh dilahirkan di Abwa`, sebuah desa yang terletak di antara Makkah dan Madinah pada tanggal 7 Shafar 128 H. Ibunya bernama Hamidah.
Ia syahid pada tanggal 25 Rajab 183 H. di penjara Harun Ar-Rasyid pada usia 55 tahun dengan cara diracun. Kuburannya berada di kota Kazhimain, dekat kota Baghdad.
Imam Musa Kazhim a.s. meneruskan metode ayahnya dalam berdakwah yang menekankan pentingnya sebuah perombakan pemikiran dan akidah masyarakat waktu itu dan memerangi aliran-aliran yang menyimpang dari rel Islam. Dengan argumentasi-argumentasi yang kokoh ia telah membuktikan kerapuhan pemikiran-pemikiran atheis dan menyadarkan orang-orang yang sedang menyeleweng akan kekeliruannya. Tidak lama berselang revolusi pemikiran yang dirintis oleh Imam Kazhim a.s. mengalami puncak kecemerlangannya dan mempengaruhi para ilmuwan yang hidup kala itu.
Realita ini sangat mengkhawatirkan para penguasa Abasiyah. Dengan ini mereka menggunakan tindak kekerasan dan penyiksaan dalam menangani para pengikutnya. Dikarenakan tindakan asusila mereka ini dan adanya kemungkinan bahaya yang mengancamnya, Imam Kazhim a.s. memerintahkan Hisyam, salah satu pengikut setianya untuk tutup mulut. Dan hingga Khalifah mati, ia meliburkan semua program diskusi dan pembahasan ilmiahnya.
Ibnu Hajar Al-Haitsami bercerita: "Musa Al-Kazhim mewarisi semua ilmu yang dimiliki oleh ayahnya dan ia adalah orang yang memiliki keistimewaan khusus dan sangat sempurna. Karena sifat kepemaafan dan kesabaran yang dimilikinya dalam menghadapi masyarakat bodoh yang hidup pada zamannya, ia mendapatkan julukan al-kazhim (penahan amarah). Pada masanya, tidak ada seorang pun yang bisa menyamainya dalam ilmu pengetahuan dan kedermawanan".
Imam Kazhim a.s. menunjukkan sikap anti dan negatif terhadap penguasa yang berkuasa saat itu, dan ia memerintahkan para pengikutnya --dalam menyelesaikan pertikaian yang mereka hadapi-- untuk tidak merujuk kepada penguasa. Sebaliknya, mereka harus menentukan hakim sendiri yang berhak untuk menyelesaikan pertikaian mereka.
Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazhim a.s. berkata: "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan Harun Ar-Rasyid, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.
Imam Kazhim a.s. berkata: "Janganlah kalian bersandar kepada mereka, karena kalian akan dijerumuskan ke dalam api neraka". Ia mengecualikan Ali bin Yaqthin, salah satu pengikutnya dari instruksi tersebut dan memperbolehkannya untuk menduduki kursi kementrian pada masa Harun Ar-Rasyid sebagaimana ia juga telah memegang tampuk tersebut pada Mahdi Al-Abasi. Ia pernah meminta izin dari Imam Kazhim a.s. untuk mengundurkan diri dari tugasnya. Akan tetapi, Imam melarangnya untuk melakukan hati itu seraya berkata kepadanya: "Jangan kau lakukan itu. Saudara-saudaramu menjadi mulia karenamu dan mereka bangga denganmu. Mungkin dengan bantuan Allah engkau bisa memperbaiki situasi ini, menolong orang yang tidak mampu atau para musuh-Nya akan kalah karenamu. Wahai Ali, kaffarah yang harus kau berikan sekarang adalah berbuat baik kepada saudara-saudaramu. Lakukanlah satu hal niscaya aku akan menjamin tiga hal untukmu: setiap kali engkau melihat pengikut kami, maka penuhilah segala kebutuhannya dan hargailah dia. Aku jamin engkau tidak akan masuk penjara, tidak satu pedang pun yang akan melukaimu dan engkau tidak akan pernah mengalami kemiskinan. Wahai Ali, barang siapa yang membahagiakan seorang mukmin, maka ia --pertama-- telah membahagiakan Allah, --kedua-- Rasulullah SAWW dan --ketiga--kami".
b. Memata-matai Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Sebagian program dan kegiatan-kegiatan Imam Kazhim a.s. dibocorkan oleh mata-mata pemerintah kepada Harun Ar-Rasyid yang berkuasa saat itu. Dan hal ini menyulut api amarahnya.
Suatu kali mereka memberikan informasi kepada Harun Ar-Rasyid bahwa harta berlimpah dikirimkan kepada Imam Kazhim a.s. dan dengan demikian ia memiliki baitul mal yang sangat banyak. Harun Ar-Rasyid mengeluarkan instruksi untuk menangkap dan memenjarakan Imam Kazhim a.s. Yahya Barmaki tahu bahwa Imam a.s. menginginkan khilafah untuk dirinya, dan untuk itu ia mengirimkan surat kepada para pengikutnya yang berdomisili di berbagai penjuru negeri Islam untuk bergabung kepadanya dan mengadakan pemberontakan untuk menentang pemerintah. Yahya memberitahukan hal itu kepada Harun dan ia mempengaruhinya untuk bertindak cepat. Akhirnya, Harun Ar-Rasyid memasukkan Imam Kazhim a.s. ke dalam penjara guna memisahkannya dari para pengikutnya. Imam ditahan di dalam penjara Harun sekitar 14 tahun lamanya.
Ketika masih di dalam penjara, Imam pernah menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi sebagai berikut: "Tidak akan ada hari penuh bala` yang menimpaku sedangkan kamu hidup berbahagia. Di suatu hari yang tidak berujung kita semua akan dihisab. Pada saat itulah orang-orang yang bejat akan merasakan merugi".
Di dalam penjara, Imam Kazhim a.s. mengalami berbagai siksaan yang sangat menyakitkan. Tangan dan kakinya dirantai. Pada akhirnya mereka meminumkan racun kepadanya dan ia syahid dalam keadaan mazlum.
c. Budi Pekerti Luhur Imam Musa Kazhim a.s.
Imam Kazhim a.s. adalah orang yang paling abid, zahid, faqih dan dermawan pada masa itu. Ketika dua pertiga malam tiba, ia mulai melakukan shalat sunnah dan melanjutkan shalatnya hingga fajar menyingsing. Setelah melaksanakan shalat Shubuh, ia mengangkat tangan untuk berdoa dan mulai tenggelam dalam tangisan hingga seluruh jenggotnya basah dengan air mata. Ketika ia membaca Al Quran, orang-orang berdatangan dan berkumpul di sekelilingnya untuk menikmati suaranya yang merdu.
Ia dikenal dengan julukan hamba saleh, dan karena kemampuannya menahan amarah, ia dijuluki dengan al-kazhim. Julukannya yang lain adalah shabir (penyabar) dan amin (terpercaya).
Salah satu dari keturunan Umar bin Khattab sering mengganggunya dan menjelek-jelekkan Imam Ali a.s. Sebagian orang yang bersamanya berkata: "Izinkanlah kami membunuhnya". Imam a.s. dengan tegas mencegah mereka untuk melakukan hal itu. Pada suatu hari, Imam mencari orang tersebut. Mereka menjawab: "Ia sibuk berkebun di pinggiran Madinah".
Dengan menunggangi keledainya Imam masuk ke kebun orang tersebut. "Jangan kau rusak tanamanku", teriaknya nyaring. Akan tetapi, Imam a.s. tidak menghiraukan teriakannya. Ia terus masuk ke kebunnya dengan menunggangi keledai hingga ia sampai di hadapannya. Imam turun dari keledai dan langsung bersenda-gurau dengannya.
Setelah itu Imam a.s. bertanya: "Berapa kerugian yang kau taksir akibat kerusakan kebunmu ini?"
"100 Dinar!", jawabnya tegas.
"Sekarang berapa kerugian yang harus kuganti?", tanya Imam kembali.
"Aku tidak memiliki ilmu ghaib (baca : aku tidak tahu--pen.)", jawabnya.
"Aku bertanya berapa yang harus kubayar?", tanya Imam memaksa.
"200 Dinar", jawabnya.
Imam Kazhim a.s. memberikan 300 Dinar kepadanya seraya berkata: "Kebunmu tetap menjadi milikmu". Lelaki itu bangun dari duduknya seraya mencium kening Imam a.s. dan hengkang dari tempat itu.
Imam Musa Kazhim a.s. pergi ke masjid dan melihat lelaki itu duduk di dalam masjid. Ketika ia melihat Imam masuk, ia berkata: "Allah lebih tahu di mana Ia harus meletakkan risalah-Nya".
Para pengikut Imam a.s. mengerumuni lelaki tersebut dan bertanya kepadanya: "Apa gerangan yang terjadi? Selama ini engkau selalu memusuhinya?" Ia akhirnya mulai mengumpat mereka dan berdoa untuk keselamatan Imam Kazhim a.s.
Setelah itu Imam Kazhim a.s. berkata kepada para pengikutnya: "Apakah perlakuan yang ingin kalian lakukan terhadapnya lebih baik atau perlakuanku terhadapnya dengan memberikan uang 300 Dinar kepadanya?"
Sangat banyak riwayat yang menceritakan akhlak Imam Kazhim a.s. yang sangat tinggi, kesabarannya dalam menghadapi segala kesulitan dan ketidakpeduliannya terhadap harta dunia. Hal ini mengindikasikan kesempurnaan jiwa dan sifat kepemaafannya yang sangat luhur.
d. Pasca Syahadah Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Atas perintah Harun Ar-Rasyid, Sindi bin Syahik menaruh racun di dalam makanan Imam Musa Kazhim a.s. Setelah memakannya, ia harus meninggalkan dunia fana ini setelah tiga hari bergelut dengan racun tersebut.
Setelah Imam Kazhim a.s. syahid, Sindi mengumpulkan beberapa orang faqih dan pembesar Baghdad. Setelah mereka sampai di samping jenazah Imam, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah dengan seksama, apakah kalian melihat bekas tusukan pedang atau panah di tubuhnya?" "Kami tidak melihat bekas tersebut", jawab mereka. Setelah itu ia meminta dari mereka untuk bersaksi bahwa Imam a.s. meninggal dunia secara biasa. Dan mereka bersaksi. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan jenazah Imam a.s. dan diletakkannya di jembatan Baghdad. Ia memerintahkan seseorang untuk berteriak: "Ini adalah Musa bin Ja'far telah mati. Lihatlah!" Orang-orang yang lewat di situ memperhatikan jenazahnya dan mereka tidak melihat bekas pembunuhan sedikit pun.
Berkenaan dengan lamanya Imam Kazhim a.s. dipenjara, terdapat beberapa pendapat yang sangat berbeda. Satu pendapat menyatakan 4 tahun, pendapat kedua mengatakan 7 tahun, pendapat ketiga mencatat 10 tahun dan pendapat keempat 14 tahun.
Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pencari kebenaran hakiki hadis-hadis suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Kazhim a.s.
1.Hujjah lahiriah dan batiniah
"Sesungguhnya Allah memiliki dua hujjah atas manusia: hujjah lahiriah dan hujjah batiniah. Hujjah lahiriah adalah para rasul, nabi dan imam (ma'shum) dan hujjah batiniah adalah akal".
2.Sabar dan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia
"Sabar dalam kesendirian adalah tanda kekuatan akal. Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya, Allah adalah penenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliaannya di hadapan selain kerabatnya".
3.Merendahkan diri di hadapan Allah
"Barang siapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri dengki dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya. Barang siapa yang akalnya telah sempurna, maka ia akan merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya. Barang siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan merasa kaya. Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali".
4.Menjenguk mukmin karena Allah
"Barang siapa yang menjenguk saudara seimannya karena Allah, bukan karena selain-Nya, demi mengharap pahala-Nya dan segala yang telah dijanjikan kepadanya, maka Allah azza wa jalla akan memerintahkan tujuh puluh ribu malaikat untuk menjaganya dari sejak ia keluar dari rumah hingga ia kembali ke rumahnya seraya berkata kepadanya: 'Engkau adalah orang baik (baca : beruntung) dan surga adalah sesuai denganmu. Engkau telah membangun rumah di sana".
5.Harga diri, akal dan nilai seseorang
"Tidak sempurna agama orang yang tidak memiliki harga diri, dan tidak memiliki harga diri orang yang tidak berakal. Sesungguhnya orang yang paling agung nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai satu nilai baginya. Ingatlah, harga badanmu ini adalah surga, jangan engkau menjualnya dengan selainnya".
6.Menjaga harga diri orang lain
"Barang siapa yang menjaga dirinya untuk tidak mempermalukan orang lain, maka Allah akan mengampuni kesalahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menahan murka-Nya terhadapnya pada hari kiamat".
7.Faktor-faktor yang dapat mendekatkan diri dari Allah
"Sarana paling baik yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah shalat, berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan sifat dengki, sombong dan bangga diri".
8.Orang berakal tidak akan berbohong
"Sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya".
9.Hikmah diam
"Sedikit berbicara adalah sebuah hikmah yang amat besar. Oleh karena itu, hendaklah kalian banyak diam, karena banyak diam adalah satu ketenangan hidup dan satu faktor yang dapat meringankan dosa".
10.Pencela yang tak tahu malu
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga bagi pencela yang tak tahu malu dan tidak memikirkan apa yang keluar dari mulutnya serta apa yang dikatakan orang lain kepadanya".
11.Orang sombong tidak akan masuk surga
"Hati-hatilah terhadap sifat sombong! Karena tidak akan masuk surga orang yang di hatinya tersimpan setitik kesombongan".
12.Program kerja siang dan malam
"Berusahalah untuk membagi waktu kalian dalam empat bagian: satu bagian untuk bermunajat kepada Allah, satu bagian untuk mencari rezeki, satu bagian untuk menjenguk para saudara seiman yang dapat dipercaya untuk memberitahukan aib-aib yang ada pada dirimu dan sahabat setiamu lahir-batin, dan satu bagian untuk menikmati kenikmatan yang kalian miliki asalkan tidak haram. Dengan menggunakan bagian keempat ini kalian akan mampu melaksanakan tiga bagian di atas".
13.Duduk bersama dengan orang yang beragama dan berakal
"Duduk bersama orang yang beragam adalah sebuah kemuliaan dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasihat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu".
14.Akibat cinta dunia
"Barang siapa yang mencintai dunia, rasa takut kepada akhirat akan sirna dari hatinya. Barang siapa yang ilmunya bertambah kemudian kecintaannya kepada dunia juga bertambah, maka ia akan bertambah jauh dari Allah dan kemurkaan-Nya kepadanya akan bertambah".
15.Menjauhi tamak dan hanya bertawakal kepada Allah
"Hindarilah tamak dan janganlah mengharap apa yang ada di tangan manusia serta musnahkanlah rasa tamak dari hati para makhluk, karena tamak adalah kunci kehinaan, pembasmi akal, pemusnah dan pengotor harga diri serta pembasmi ilmu. Janganlah (hanya mengandalkan) tawakal kepada Tuhanmu".
16.Hasil amanah dan kejujuran
"Menjaga amanah dan berkata jujur dapat mendatangkan rezeki, sedangkan khianat dan berkata bohong dapat mendatangkan kefakiran dan kemunafikan".
17.Berkata benar dan membasmi kebatilan
"Takutlah kepada Allah dan berkatalah benar meskipun engkau harus binasa, karena di dalam berkata benar itu adalah keselamatanmu. Takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah kebatilan meskipun engkau akan selamat, karena di dalam kebatilan itu adalah kecelakaanmu".
18.Bala` sesuai dengan kadar iman seseorang
"Seorang mukmin bak dua sayap timbangan, ketika imannya bertambah, maka bala`nya pun akan bertambah".
19. Shalat sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah
"Shalat sunnah adalah sarana bagi mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah".
20.Keutamaan ishlah (memperbaiki keadaan) dan memaafkan
"Pada hari kiamat sebuah suara akan berteriak lantang: "Perhatian! Barang siapa yang merasa memiliki pahala di sisi Allah, hendaklah ia berdiri!" Tidak ada orang yang berani berdiri kecuali para pemaaf dan orang yang memilih semangat untuk ishlah. Pahalanya ada di sisi Allah".
21.Sedekah terbaik
"Menolong orang yang lemah adalah sedekah terbaik".
22.Dosa baru, bala` baru
"Ketika seseorang melakukan dosa baru yang belum pernah dilakukannya, maka Allah akan mendatangkan bala` yang tak pernah disangka-sangka baginya".
23.Kunci pintu hati
"Perdalamilah agama Allah, karena memperdalami agama adalah kunci hati dan faktor utama untuk mencapai kedudukan yang tinggi di dalam agama dan di dunia. Dan keutamaan seorang "faqih" atas seorang abid bak keutamaan matahari atas bintang-bintang, dan barang siapa enggan mendalami agamanya, maka Allah tidak akan pernah merelai amalannya".
24.Dunia adalah sarana terbaik
"Jadikanlah untuk dirimu bagian dari dunia selama hal itu halal, tidak merusak harga diri dan tidak melampaui batas, serta gunakanlah dunia tersebut untuk memperkokoh agama, karena diriwayatkan bahwa bukan golongan kami orang yang mengorbankan dunia demi agamanya atau mengorbankan agama demi dunianya".
25.Ibadah terbaik
"Ibadah terbaik setelah mengetahui Allah adalah menunggu "faraj" (kemunculan Imam Mahdi a.s.)".
26.Mencintai orang lain
"Mencintai orang lain adalah setengah iman".
27.Menghindari kemarahan
"Barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menghindarkannya dari siksa api neraka".
28.Manusia terkuat
"Barang siapa ingin menjadi manusia terkuat, hendaknya bertawakal kepada Allah".
29.Selalu meningkat, bukan malah mundur
"Barang siapa yang dua harinya sama, maka ia telah rugi, barang siapa yang satu harinya lebih jelek, maka ia terlaknat, barang yang (kebaikannya) tidak bertambah sama sekali, maka ia berada dalam kekurangan, dan barang siapa yang berada dalam kekurangan, maka kematian lebih baik baginya".
30.Berbuat kebajikan kepada orang lain
"Hak saudaramu yang paling vital adalah jangan kau menutupi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya".
31.Menghindari bergurau
"Hindarilah bergurau, karena bergurau dapat melenyapkan cahaya imanmu".
32.Nasihat alam semesta
"Jika engkau merenungkan ciptaan (yang ada di dunia ini), niscaya engkau akan melihat nasihat di dalamnya bagimu".
33.Yang memahami nilai kebajikan
"Barang siapa yang tidak pernah merasakan kesulitan, maka ia tidak akan pernah memahami nilai kebajikan orang lain".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar