Rusia dan Uni Eropa
Eskalasi tensi di hubungan Rusia dengan Uni Eropa selama beberapa tahun terakhir, khususnya sikap Eropa yang mengiringi Amerika di kasus Ukraina dan penerapan sanksi keras kepada Moskow mendorong hubungan negara ini dengan Eropa semakin terganggu.
Sekaitan dengan ini, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev seraya menekankan minat Moskow untuk memperluas hubungan bilateral dengan negara-negara Eropa sebagai ganti Uni Eropa, mengatakan, Uni Eropa terdepan dalam merusak hubungan dengan Rusia dan untuk memulihkan hubungan ini, mereka harus mengambil langkah pertama.
PM Rusia, Dmitry Medvedev
Perdana menteri Rusia seraya mengisyaratkan sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya oleh Uni Eropa memperingatkan, jika Uni Eropa tidak mengambil langkah untuk memulihkan hubungan, maka kondisi saat ini akan tetap terpelihara untuk jangka panjang.
Selama beberapa tahun terakhir sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap Moskow dengan dalih aneksasi Crimea ke wilayah Rusia telah merusak hubungan Rusia dan negara-negara anggota Uni Eropa. Sanksi yang diberlakukan sejak tahun 2014 dan mencakup sekumpulan sanksi ekonomi dan finansial anti Rusia, memicu respon serupa Moskow dan berujung pada penurunan drastis hubungan perdagangan dan ekonomi antara negara ini dengan Uni Eropa.
Presiden Rusia, Vladimir Putin seraya mengisyaratkan sanksi AS dan Eropa terhadap negaranya mengatakan, dalam hal ini kerugian yang diderita Barat lebih besar dari kerugian kami, karena mereka kehilangan pasar di Rusia, namun ekonomi Moskow malah mengalami kemajuan besar ketika disanksi.
Meski negara-negara Eropa mengiringi kebijakan Amerika terkait sanksi anti Moskow, namun ada sikap beragam dan berbeda tentang Rusia di antara negara-negara anggota Uni Eropa. Banyak dari anggota Uni Eropa yang menolak pemutusan total hubungan perdagangan, ekonomi dan energinya dengan Rusia mengingat peran Moskow di hubungan politik, ekonomi dan internasional, khususnya posisinya yang bertetangga dengan Eropa. Dalam hal ini mereka menolak mengekor kebijakan Washington.
Negara-negara ini termasuk Jerman dan Austria, yang tidak menyetujui kebijakan Washington khususnya di bidang energi dan proyek gas. Meski ada permintaan berulang dari petinggi Gedung Putih untuk menurunkan dan memutus hubungan gas, mereka menekankan dilanjutkannya kerja sama.
Sebastian Kurz, mantan kanselir Austria seraya mendukung proyek pipa gas Nord Stream 2 mengatakan, "Trump dengan transparan mengatakan bahwa Amerika menentang proyek ini. Kami sadar akan masalah ini. Kami mendukung proyek ini, karena kami menghendaki jaminan energi bagi Austria."
Sementara itu, sejumlah negara lain sekutu Amerika di Uni Eropa khususnya Inggris serta mayoritas negara Eropa tengah dan timur menyetujui pandangan Washington tentang pentingnya meningkatkan represi kepada Rusia dan mengekor kebijakan Gedung Putih dalam menerapkan sanksi kepada Moskow.
Ketua Dewan Eropa Donald Tusk
Petinggi Uni Eropa juga mendukung pendekatan ini. Ketua Dewan Eropa, Donald Tusk terkait hal ini mengatakan, Rusia bukan mitra strategis, namun sebuah kendala strategis bagi Uni Eropa.
Meski ada beragam pandangan di antara elit politik Eropa, kini Moskow menfokuskan untuk memperluas hubungan bilateral dengan negara-negara Eropa. Menurut pandangan petinggi Rusia, hubungan seperti ini bukan saja dapat menjamin kepentingan kedua pihak, tapi juga sama halnya dengan merusak kebijakan unilateralisme Amerika. Permintaan untuk menjalin hubungan bilateral antara Moskow dan Finlandia juga dapat dicermati dalam koridor ini. (MF/parstoday)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar