Rabu, 04 Agustus 2021

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN




PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN

Najmuddin Thabasi




Penerjemah: Muhammad Habibi


PRAKATA PENERBIT






Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Pusaka dan peninggalan berharga Ahlul Bait as. yang sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam khazanah mereka merupakan universitas lengkap yang mengajarkan berbagai ilmu Islam. Universitas ini telah mampu membina jiwa-jiwa yang berpotensi untuk menguasai pengetahuan dari sumber tersebut. Mereka mempersembahkan kepada umat Islam ulama-ulama besar yang membawa risalah Ahlul Bait as., ulama-ulama yang mampu menjawab secara ilmiah segala kritik, keraguan dan persoalan yang dikemukakan oleh berbagai mazhab dan aliran pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam.

Berangkat dari misi dan tugas yang diemban, Lembaga Internasional Ahlul Bait (Majma‘ Jahani Ahlul Bait) berusaha mempertahankan kemu-liaan risalah dan hakikatnya dari serangan tokoh-tokoh firqah (kelompok), mazhab, dan berbagai aliran yang memusuhi Islam. Dalam hal ini, kami berusaha mengikuti jejak Ahlul Bait as. dan penerus mereka yang sepanjang masa senantiasa tegar dalam menghadapi tantangan dan tetap kokoh di garis depan perlawanan.

Khazanah intelektual yang terdapat dalam karya-karya ulama Ahlul Bait as. tidak ada bandingannya, karena buku-buku tersebut berpijak pada landasan ilmiah dan didukung oleh logika dan argumentasi yang kokoh, serta jauh dari pengaruh hawa nafsu dan fanatik buta. Karya-karya ilmiah yang dapat diterima oleh akal dan fitrah yang sehat tersebut juga mereka peruntukkan kepada para ulama dan pemikir.

Dengan berbekal sekian pengalaman yang melimpah, Lembaga Internasional Ahlul Bait berupaya mengetengahkan metode baru kepada para pencari kebenaran melalui berbagai tulisan dan karya ilmiah yang disusun oleh para penulis kontemporer yang mengikuti dan mengamalkan ajaran mulia Ahlul Bait as. Di samping itu, lembaga ini berupaya meneliti dan menyebarkan berbagai tulisan bermanfaat dari hasil karya ulama Syi‘ah terdahulu. Tujuannya adalah agar kekayaan ilmiah ini menjadi sumber mata air bagi setiap pencari kebenaran di seluruh penjuru dunia. Perlu dicatat bahwa era kemajuan intelektual telah mencapai kematangannya dan relasi antarindividu semakin ter-jalin demikian cepatnya. Sehingga pintu hati terbuka untuk menerima kebenaran ajaran Ahlul Bait as.

Kami mengharap kepada para pembaca yang mulia kiranya sudi menyampaikan berbagai pandangan berharga dan kritik konstruktifnya demi kemajuan Lembaga ini di masa mendatang. Kami juga mengajak kepada berbagai lembaga ilmiah, ulama, penulis, dan penerjemah untuk bekerja sama dengan kami dalam upaya menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam yang murni. Semoga Allah swt. berkenan menerima usaha sederhana ini dan melimpahkan taufik-Nya serta senantiasa menjaga Khalifah-Nya (Imam Al-Mahdi as.) di muka bumi ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth. Najmuddin Thabasi yang telah berupaya menulis buku ini. Demikian juga kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sdr. Muhammad Habibi yang telah bekerja keras menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.



Divisi Kebudayaan Lembaga Internasional Ahlul Bait

PENDAHULUAN




Segera setelah negeri Shush—tempat Nabi Daniel as. dimakamkan—lepas dari kekuasaan orang-orang partai Baath, penduduk di sana secara bertahap kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan ketika itulah saya mendapat kehormatan untuk hadir bersama para pejuang. Di masjid jami kota bersejarah itu, saya menyampaikan rangkaian kuliah seputar Imam Zaman af. dengan mengacu kepada kitab Bihar al-Anwar karya ‘Allamah Majlisi ra.

Pada waktu itu, saya menyadari bahwa meskipun banyak sekali permasalahan telah dibahas seputar Imam Mahdi af. seperti: panjangnya usia beliau, falsafah keghaibannya, berbagai faktor penyebab kemunculannya, dan lain sebagainya, namun pembahasan tentang bagaimana imam Mahdi af. bangkit; bagaimana pemerintahannya dan seperti apa ia memimpin, belum menjadi obyek kajian yang memadai. Atas dasar itu, saya bermaksud untuk membahas masalah ini, sehingga barangkali saya dapat menemukan berbagai jawaban untuk beragam pertanyaan yang seringkali mengemuka dan menjadi bahan pikiran khalayak.

Di antara pertanyaan-pertanyaan itu ialah bagaimana Imam Mahdi af. kelak akan menggugurkan berbagai sistem sosial yang memiliki kemampunan dan kekuatan beragam di muka bumi, lalu menggantikannya dengan sebuah sistem pemerintahan global dan mendunia? Bagaimana sistem dan agenda pemerintahan imam Mahdi af., sehingga ketika ia memerintah, tak lagi tersisa kezaliman dan kerusakan sedikit pun di dunia, tak akan pula ditemukan seorang pun yang hidup kelaparan?

Berangkat dari berbagai pertanyaan semacam inilah saya terdorong selama empat tahun untuk melakukan penelitian. Dan tampaknya mulai menemukan hasil; yaitu berupa buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini.

Bagian pertama buku membahas kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af.; kondisi yang berkecamuk dengan peperangan, pembunuhan, kekeringan, kehancuran, kematian, tersebarnya wabah penyakit, kezaliman, ketakutan, dan kekacauan. Kelak kita akan menyimak bahwa pada masamasa itu, umat manusia akan merasa putus asa dan kecewa terhadap keberadaan berbagai sistem pemikiran dan pemerintahan yang semuanya mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan menjanjikan kebahagiaan serta keselamatan. Mereka merasa putus asa akan pulihnya situasi dan membaiknya kondisi dunia. Semua pihak ketika itu menanti kedatangan seorang juru penyelamat yang akan membimbing mereka menuju keselamatan.

Bagian kedua, mengupas seputar bagaimana kebangkitan dan revolusi global Imam Mahdi af. Inilah gerakan yang akan dimulai dari dekat Ka’bah dengan diumumkannya kemunculan beliau. Ketika itu, para pengikut sejati beliau dari segala penjuru dunia bergabung dengannya. Pasukan yang luar biasa terbentuk dengan teratur, para pemimpin ditentukan, dan dimulailah berbagai aksi global dalam tingkatan yang semakin meluas.

Imam Mahdi af. akan datang dan melenyapkan kezaliman dan orang-orangnya dari tengah-tengah umat manusia sampai ke akar-akarnya. Umat manusia yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup di kawasan Hijaz, Timur Tengah, dan Asia saja, bahkan meliputi seluruh dunia.

Memperbaiki masyarakat yang dipenuhi berbagai kezaliman dan kerusakan seperti ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Setiap orang yang mengaku akan melakukannya, berarti ia juga mengaku telah memiliki mukjizat yang sangat besar. Sesungguhnya mukjizat seperti ini memang ada dan akan terwujud di tangan Imam Mahdi af.

Adapun bagian ketiga buku ini membahas pemerintahan Imam terakhir kita itu. Untuk menata dunia yang telah dipenuhi kezaliman dan kerusakan, juga mewujudkan legitimasi Islam, pemerintahan yang kuat dan kompeten, Imam Mahdi af. akan membentuk sebuah pemerintahan yang adil yang dibantu para sahabat terbaik di zamannya. Selain itu, ia pun dibantu para pembesar kekasih Allah seperti Nabi Isa as., Salman Al-Farisi, Malik al-Asytar, dan orang-orang baik lainnya yang merupakan al-salaf al-shaleh. Meskipun peran mereka dalam menggulingkan pemerintahan zalim tidak bisa diabaikan, amun peran sejati mereka adalah membangun dan membenahi dunia pada masa pemerintahan Imam Mahdi af.

Apa yang telah dijelaskan secara sederhana dalam pendahuluan ini merupakan pembahasan yang telah memanfaatkan berbagai literatur dari puluhan kitab terkemuka baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah, dengan mengkaji ratusan riwayat dan disajikan secara sistematis dalam format buku yang kami anggap dapat dipertanggungjawabkan argumentasinya.

Walaupun tidak secara sempurna, semoga buku ini dapat melukiskan kondisi umat Islam setelah munculnya sang ratu adil. Mudah-mudahan buku ini dapat diterima oleh Imam Mahdi af. dan bermanfaat bagi seluruh lapisan kaum Muslimin dan orang-orang yang teguh menanti kemunculannya. Dan semoga saja buku ini dapat menambah kesiapan mereka untuk menyambut kedatangan sang Imam.

Kami memohon kepada Allah; Tuhan semesta alam, untuk membangkitkan Imam Khumaini—orang yang telah menampilkan sebuah contoh pemerintahan Imam Mahdi af di negeri Persia—bersama para Nabi dan manuisa-manuisa maksum. Semoga Allah mengaruniai keberhasilan bagi para pecinta Islam yang berkhidmat kepada Ahlul Bait as. dan tanah airnya, dan semoga Allah mengokohkan diri mereka dalam menjaga tanah air ibu kota Islam ini.

Di sini, rasanya penting sekali bagi saya untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum Anda membaca buku ini:

 Kami tidak mengklaim telah membawakan pembahasan baru dalam buku ini, karena rangkaian riwayat yang dikemukakan merupakan riwayat yang telah dikumpulkan oleh ulama Islam terdahulu, dan dalam beberapa bagian mereka pun telah menyampaikan kesimpulannya. Tampaknya, kekhususan buku ini tidak terjebak pada berbagai istilah teknis yang sulit. Dengan metode baru, pembahasan disampaikan secara mudah dan gamblang, sehingga dapat dipahami oleh banyak orang.

 Berbagai kesimpulan yang ditarik dari riwayat tertentu yang tidak disebutkan sumber rujukannya adalah pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, mungkin saja dengan penelitian yang lebih mendalam atas berbagai riwayat tersebut akan ditemukan kesimpulan lain.

 Kami juga tidak mengklaim bahwa semua riwayat yang disajikan dalam buku ini adalah riwayat sahih yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya, sebagaimana permasalahan ini telah dibahas secara terperinci dalam jurnal Entezar. Walaupun demikian, kami berusaha menukilkan apa-apa yang disampaikan oleh ulama hadis dan para penulis ternama dalam berbagai karya mereka. Selain itu, hanya dalam beberapa tempat saja kami membahas kebenaran sanad suatu riwayat; karena kami tidak bermaksud melakukannya dalam buku ini. Lagi pula, kebanyakan riwayat-riwayat yang kami gunakan pada umumnya dapat dipercaya, khususnya riwayat-riwayat dari jalur Ahlul Bait as.

 Riwayat-riwayat dalam buku ini telah dikumpulkan sebelum diterbitkannya kitab Mu’jam Ahadits Al-Imam Al-Mahdi.[1] Oleh karenanya, dalam sebagian tempat, kami mempersilahkan para pembaca untuk merujuk kepada kitab tersebut—yang terlebih dahulu disusun sebelum buku ini—untuk melihat hasil penelitian yang lebih terperinci.

 Dalam beberapa riwayat, kata al-sa’ah (waktu) dan alqiyamah (kiamat) telah ditafsirkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af. Oleh karenanya, riwayat-riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda-petanda dekatnya kejadian as-sa’ah dan al-qiyamah kami bawakan sebagai riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda kemunculan Imam Mahdi af.

 Sebagian materi pembahasan dalam buku ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, meskipun telah ada usaha sebelumnya untuk meneliti berbagai permasalahan tersebut. Semoga Allah mengizinkan kami untuk memberikan catatan tambahan hasil penelitian yang lebih baik dalam buku ini pada cetakan berikutnya.

Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, sebagaimana riwayat yang menyebutkan, “Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesama makhluk, maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Khaliq”, sepatutnya saya sampaikan banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman, khususnya dua saudara besar saya, yaitu Hujjatul Isam Muhammad Jawad dan Muhammad Ja’far Thabasi atas saransaran mereka, demikian juga kepada Hujjatul Islam Ali Rafi’i dan Sayid Muhammad Husaini Shahrudi atas bantuannya dalam menyusun buku ini.



Najmuddin Thabasi Qom, 1378 HS.


Bagian Pertama




DUNIA SEBELUM KEMUNCULAN IMAM MAHDI AF.








Ketika berada dalam ruangan yang terang benderang, kita seringkali lalai akan nilai sinar dan cahayanya. Namun, ketika berada dalam kegelapan, pada waktu itu juga kita menyadari betapa bernilainya cahaya itu. Ketika matahari berada di atas kepala kita, jarang kita menyadari keberadaannya. Akan tetapi, di saat matahari itu tersembunyi di balik awan tebal dan tak lagi memberikan kehangatannya, maka pada saat itulah kita baru menyadari nilai kehangatan benda itu.

Demikianlah, kita pun baru menyadari pentingnya kemunculan mentari wilayah; yaitu ketika kita berada dalam kegelapan dan kehancuran hidup di masa-masa sebelum kehadirannya, sebagaimana beberapa riwayat melukiskan gambaran keadaan tersebut berukit ini:

Sebelum kemunculan Imam Zaman af., berbagai cobaan, gangguan, keributan, kehancuran, kekacauan, kelaliman, pembunuhan, kekejian, dan segala apa saja yang buruk menyelimuti semua tempat dan dunia dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Peperangan dahsyat dan pertumpahan darah terjadi antarbangsa dan menimpa berbagai bangsa. Bumi disesaki dengan mayat yang berserakan. Pembunuhan terjadi di mana-mana sehingga tak satu keluarga pun yang tidak kehilangan salah satu anggotanya. Para lelaki, terutama pemuda banyak yang mati akibat peperangan; bahkan dalam setiap tiga orang, dua orang yang menjemput ajalnya.

Harta benda dan nyawa semua orang terancam. Jalanan dipenuhi orang-orang jahat. Rasa takut yang ada di manamana mencekik umat manusia. Banyak terjadi kematian secara tiba-tiba. Anak-anak kecil yang tak berdosa dianiaya oleh tangan-tangan penguasa keji. Tak jarang wanita-wanita mengandung disiksa di jalanan. Tersebar berbagai penyakit menular dan mematikan yang mungkin diakibatkan oleh bakteri yang timbul dari mayat-mayat yang berserakan atau mungkin juga akibat penggunaan senjata-senjata kimia berbahaya. Bahan pangan sangat langka dan kelaparan melumpuhkan kehidupan umat manusia. Bumi tak lagi rela menumbuhkan tumbuhan-tumbuhannya. Hujan tidak lagi turun. Kalaupun turun, banyak bahaya yang ditimbulkan olehnya. Kekeringan melanda semua daerah, sehingga banyak orang yang hanya untuk mendapatkan makanan, rela menyerahkan para wanita dan putri-putrinya.

Dalam situasi serba sulit seperti itu, rasa putus asa merasuki semua orang. Maka, kematian menjadi hadiah berharga dari Allah bagi umat manusia. Satu-satunya harapan semua orang adalah berakhirnya kehidupan. Bahkan, ketika ada seseorang yang lewat di sela-sela tumpukan mayat, ia berkata dalam hati, “Andai aku seperti mereka dan tidak merasakan hinanya kehidupan!”

Saat itu, tak ada satu pun kekuatan dan lembaga yang mampu merubah keadaan dan membenahi segalanya serta mengadili para penguasa zalim atas berbagai perilaku kejinya. Tak terdengar sedikit pun lengkingan yang meneriakkan kebebasan manusia. Semua yang mengklaim dirinya sebagai penyelamat umat manusia, tersingkap kedok busuknya. Umat manusia hanya tinggal menanti turunnya keajaiban dari Allah, dengan datangnya seorang juru selamat nan adil.

Ketika rasa putus asa telah menyelimuti semua orang, dengan segala rahmat dan kasih sayang Allah, akhirnya setelah bertahun-tahun ghaib dalam penantian, munculah Al-Mahdi yang dijanjikan untuk menyelamatkan umat manusia. Terdengar suara di segala penjuru dunia, “Wahai penghuni alam! Usai masa pemerintahan orang-orang yang zalim dan tibalah saatnya pemerintahan Ilahi nan adil berdiri dengan datangnya Al-Mahdi.” Teriakan yang terdengar dari langit ini meniupkan ruh harapan di jasad-jasad umat manusia dan memberitakan kebebasan bagi orang-orang yang dizalimi dan ditindas.

Ya, dengan memahami kondisi di hari itu, kita dapat merasakan betapa pentingnya kehadiran sang juru selamat Al-Mahdi af. dan pemerintahannya yang adil.

Di sini kita akan menerangkan situasi dan kondisi dunia sebelum kedatangan Al-Mahdi af. dalam lima pasal yang bersumber dari berbagai riwayat.


Bab I


PEMERINTAHAN






Berbagai ketentuan agama dan beragam aliran pemikiran yang ada dapat direalisasikan oleh suatu masyarakat manakala pemerintahan memberikan dukungan dan perlindungan kepadanya. Maka, setiap kelompok yang berusaha meraih kepemimpinan bertujuan untuk mewujudkan harapan tersebut. Demikian pula Islam, sebagai ajaran langit yang terbaik, memiliki tujuan untuk mewujudkan pemerintahan islami. Dalam pandangannya, mendirikan pemerintahan yang adil dan menjaga keutuhannya adalah kewajiban yang sangat besar.

Nabi Muhammad Saw. telah mengerahkan segala upayanya untuk menciptakan pemerintahan islami dan ia telah meletakkan pondasinya di Madinah. Sepeninggal Rasulullah Saw.—meskipun para Imam maksum as. mendambakan terbentuknya pemerintahan islami, mayoritas pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu bukanlah pemerintahan Ilahi yang sejati. Sebelum Imam Mahdi af. muncul, kebanyakan pemerintah yang berdiri di muka bumi ini adalah pemerintahan yang tidak dilandasi kebenaran.

Dalam berbagai hadis dari Rasulullah Saw. dan para Imam yang sampai ke tangan kita, digambarkan secara global kondisi pemerintahan yang berdiri di muka bumi sebelum kemunculan Imam Mahdi af. sebagai berikut.

A. Pemerintahan Zalim


Salah satu masalah yang dihadapi umat manusia sebelum datangnya sang Imam adalah kezaliman yang dilakukan oleh pemerintahan yang berkuasa terhadap masyarakat. Mengenai permasalahan ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Dunia akan dipenuhi dengan kezaliman, sampai-sampai rasa takut dan pertumpahan darah memasuki setiap rumah.”[2]

Imam Ali as. juga pernah berkata, “Dunia akan dipenuhi dengan kezaliman dan kebatilan sehingga rasa takut dan kesedihan masuk ke dalam setiap rumah.”[3]

Imam Muhammad Al-Baqir as. juga berkata, “Imam Mahdi af. tidak akan bangkit sebelum dunia dipenuhi dengan rasa takut dan cemas.”[4]

Rasa takut dan cemas itu lebih merupakan akibat dari ulah penguasa zalim dunia. Karena, sebelum Imam Mahdi af. muncul, orang-orang zalimlah yang akan memerintah. Tentang hal ini, Imam Muhammad Al-Baqir as. menjelaskan, “Al-Mahdi af. akan bangkit di saat orang-orang yang zalim menguasai dunia.”[5]

Ibnu Umar berkata, “Orang-orang berkedudukan yang memiliki banyak harta dan anak di akhir zaman mengharapkan kematian, akibat dari dasyatnya kezaliman para penguasa yang mereka rasakan.”[6]

Yang perlu digarisbawahi di sini ialah bahwa umat Rasulullah Saw. tidak hanya menderita karena serangan dari kekuatan lain, namun mereka justru tersiksa oleh kezaliman pemerintahan di dalam negeri mereka sendiri. Bumi yang terhampar luas terasa sangat sempit bagi mereka. Alih-alih memperoleh kebebasan, justru mereka merasakan seakan tengah berada di dalam penjara raksasa.

Kondisi ini, dijelaskan dalam beberapa riwayat di bawah ini:

Rasulullah Saw bersabda, “Di akhir zaman, umatku akan ditimpa bencana yang belum pernah terdengar sebelumnya. Inilah nestapa akibat ulah para penguasa muslim yang zalim, sehingga bagi mereka, bumi yang luas terasa begitu sempit. Bumi pun sudah tidak kuasa menyaksikan berbagai kezaliman terjadi. Pada saat itu, tiada tempat berlindung bagi seorang mukmin agar lepas dari cengkeraman kezaliman.”[7]

Dalam berbagai riwayat dijelaskan turunnya bala dan bencana yang ditimbulkan oleh para pemimpin zalim tersebut. Dijelaskan pula bahwa setelah mereka berkuasa, akan datang berita gembira mengenai datangnya seorang pemimpin adil yang akan membenahi dunia. Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa sepeninggal Rasulullah Saw, akan ada tiga macam pemerintahan yang akan berdiri di tengah-tengah umat manusia: kekhalifahan, pemerintahan para amir dan raja, lalu pemerintahan orang-orang yang zalim.

Rasulullah Saw. bersabda, “Setelahku akan ada beberapa khalifah yang akan memimpin umat. Setelah mereka, para amir memimpin, kemudian para raja. Dan setelah mereka, akan datang para penguasa yang zalim. Setelah itu, datanglah Al-Mahdi af.”[8]

B. Aparat Pemerintahan yang Bejat


Masyarakat akan hidup dengan tenang dan tentram ketika segenap aparat pemerintahan adalah orang-orang yang baik dan cakap dalam bekerja. Namun, ketika orang-orang yang tidak memiliki kelayakan memimpin, maka tak diragukan lagi masyarakat akan menemui kesulitan dan petaka. Inilah Kondisi yang dialami oleh orang-orang yang hidup sebelum kemunculan Al-Mahdi af. Pada masa itu, para penghianat, fasik dan zalimlah yang akan menjadi aparat pemerintahan.

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan datang suatu hari dimana para pemimpinnya adalah penindas, para komandannya adalah pengkhianat, para hakimnya adalah orang-orang fasik, dan para menterinya orang-orang yang zalim.”[9]

C. Campur Tangan Perempuan dalam Pemerintahan


Salah satu peristiwa yang menimpa dunia akhir zaman adalah kekuasaan perempuan, yang berlaku dengan memimpin dan menguasai masyarakat secara langsung, maupun dengan menaklukkan para pejabat negara. Inilah kejadian yang akan menuai malapetaka bagi umat manusia. Tentang hal tersebut, Imam Ali as. menjelaskan, “Akan datang suatu masa dimana orang-orang bejat dan pezina akan meraih segala kenikmatan, orang-orang yang rendah dan hina menempati tahta kekuasaan, dan orang-orang yang baik menjadi lemah.” Kemudian ia ditanya, “Kapankan zaman yang seperti ini akan tiba?” Ia menjawab, “Ketika para wanita dan budak-budak perempuan menguasai perkara umat manusia dan anak-anak di bawah umur memerintah.”[10]

Tentu saja, yang dimaksud dalam riwayat di atas bukan pelarangan bagi kaum wanita untuk berperan aktif dalam berbagai aktivitas sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam berbagai riwayat bahwa sebagian dari aparat pemerintahan Imam Mahdi af. adalah para wanita dan mereka juga menjalankan tugas-tugas penting. Akan tetapi, maksudnya adalah para wanita yang berniat buruk dalam setiap gerakgerik mereka, entah berangkat dari kebencian terhadap kemanusiaan maupun terhadap kaum Muslimin. Jika orangorang seperti mereka telah mencampuri berbagai urusan pemerintahan, maka hasilnya adalah kekacauan umat dan runtuhnya pemerintahan itu sendiri sebagaimana yang kini dapat kita saksikan.

D. Pemerintahan Anak Kecil


Para pejabat dan aparat seharusnya adalah orang-orang yang layak dan berpengalaman sehingga masyarakat hidup tentram. Jika bukan orang-orang seperti mereka yang berkuasa, maka anak-anak kecil atau orang-orang yang berpikiran dangkallah yang akan menduduki tahta pemerintahan. Tentu saja, kita berlindung kepada Allah dari bahaya fitnah ini.

Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Sejak permulaan tahun tujuh puluh dan pemerintahan anak-anak kecil, berlindunglah kepada Allah.”[11] Sa’id bin Musayib berkata, “Akan muncul fitnah yang awal mulanya adalah permainan anak-anak kecil.”[12]

E. Pemerintahan yang Goyah


Pemerintahan yang mampu memberikan berbagai layanan terbaiknya kepada masyarakat, haruslah memiliki kestabilan politik. Karena, jika pemerintahan goyah, maka tidak akan mampu melakukan tugas-tugas besar dalam negaranya.

Pemerintahan-pemerintahan di dunia di akhir zaman adalah pemerintahan yang goyah dan lemah. Adakalanya pemerintahan yang berdiri di pagi hari mengalami keruntuhan di sore harinya. Imam Shadiq as. mengatakan, “Seperti apakah kalian kelak; ketika hidup tanpa seorang imam yang memberi petunjuk dan kalian hidup tanpa ilmu? Bagaimana nasib kalian nanti; ketika satu sama lain saling bermusuhan? Inilah suatu zaman di mana kalian diuji di sana. Orang-orang yang baik di antara kalian, akan terpisah dengan orang-orang yang bejat. Ketika itu, peperangan terjadi di mana-mana dan pemerintahan di zaman itu akan berdiri di permulaan hari kemudian terguling dengan pertumpahan darah.”[13]

F. Penyelenggaraan yang Lemah


Pada akhir zaman, pemerintahan-pemerintahan zalim lambat laun akan melemah, lalu pemerintahan Imam Mahdi af. berdiri. Dalam al-Quran telah dijelaskan:

“Apabila mereka melihat janji yang telah disampaikan kepadanya, maka mereka akan mengetahui siapakah yang memiliki penolong yang lebih lemah dan lebih sedikit bilangannya.”[14]

Mengenai ayat di atas ini, Imam Ali Zainal Abidin as. menerangkan, “Maksud dari janji dalam ayat itu berkaitan dengan kemunculan Imam Mahdi af. bersama para penolongnya untuk menumpas musuh-musuhnya. Ketika Imam Mahdi af bangkit, musuh-musuh beliau adalah selemah-lemahnya musuh dengan bilangan yang sangat sedikit dan perlengkapan yang terbatas.”[15] []


Bab 2


CORAK AGAMA DAN MASYARAKAT








Pada bagian ini, kita akan mengupas kondisi keberagamaan umat manusia sebelum kemunculan Imam Mahdi af. Dari berbagai riwayat, kita memahami bahwa pada zaman itu, Islam dan Al-Qur’an tinggal labelnya saja. Kaum muslimin pun, hanya tinggal nama saja. Masjid-masjid tidak lagi menjadi tempat menasehati dan membimbing umat. Para ulama di zaman itu adalah seburuk-buruknya ulama di dunia. Mereka menukar agama dengan sesuatu yang murah dan rendah nilainya.



A. Islam dan Kaum Muslimin


Islam berarti pasrah dan berserah diri di hadapan ajaranajaran Ilahi. Islam adalah sebaik-baiknya agama yang menjamin kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Di sini, yang paling bernilai adalah mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan Al-Qur’an. Namun, pada akhir zaman nanti, segalanya akan menjadi sebaliknya; Islam hanya tinggal namanya saja! Dan meskipun Al-Qur’an masih berada di tengah-tengah umat, tapi hanya berupa tulisan yang tertera di atas kertas saja. Sementara kaum Muslimin tak ubahnya orang-orang yang nama agama mereka tertulis Islam di KTP saja, tanpa mencerminkan sedikit pun kepribadian seorang Muslim. Rasulullah Saw. bersabda, “Akan datang suatu zaman bagi umatku, dimana di zaman itu Islam hanya tinggal namanya saja. Ketika itu, tidak ada bekas yang ditinggalkan Al-Qur’an kecuali garisgaris dan susunan huruf yang tertulis di atas kertas. Kaum muslimin dikenal dengan sebutan Muslim dan sebatas nama, namun mereka adalah orang-orang yang paling asing dari agamanya.”[16]

Imam Shadiq as. juga mengatakan, “Akan datang suatu hari dimana umat manusia tidak lagi mengenal Allah dan tidak memahami makna tauhid hingga muncullah Dajal[17] .”[18]

B. Masjid


Masjid adalah tempat menyembah Allah; tempat mengajarkan agama dan membimbing masyarakat. Bahkan pada permulaan tersebarnya ajaran Islam, masjid pun menjadi pusat pelaksanaan tugas-tugas penting pemerintahan Islam. Dunia dikendalikan dari masjid-masjid, dan dari masjid pula umat manusia ber-mi’raj. Tetapi di akhir zaman, masjid tidak lagi seperti itu. Masjid yang seharusnya digunakan untuk mengajarkan agama dan memberikan bimbingan berubah menjadi sekedar dibangun dan diperhias ornamennya saja. Ketika itu masjid-masjid kosong dari orang-orang mukmin. Rasulullah Saw. bersabda, “Masjid-masjid di zaman itu sangatlah megah dan indah, tetapi sepi dari bimbingan dan nasehat.”[19]

C. Para Ulama


Para ulama adalah orang-orang yang menjaga agama Allah di muka bumi, membimbing dan membina masyarakat dengan baik. Dengan susah payah, mereka menyelesaikan berbagai permasalahan agama dengan menggali dan mengeluarkannya dari sumber-sumber ajaran agama, lalu mempersembahkannya untuk kepentingan umat manusia. Tetapi di akhir zaman, tidak ada ulama seperti ini. Ulama di zaman itu adalah seburuk-buruknya ulama di muka bumi. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Para faqih di zaman itu adalah seburuk-buruknya faqih yang hidup di kolong langit ini. Fitnah dan keburukan bermula dari mereka dan kepada merekalah kembalinya.”[20]

Para ulama yang dimaksud adalah ulama istana yang bergantung kepada penguasa zalim. Mereka membenarkan berbagai kezaliman yang dilakukan para penguasa dan memberi stempel islami pada beragam keputusan penguasa tersebut. Mereka adalah ulama yang bersedia duduk di samping orangorang bejat. Sebagaimana para ulama yang menjadi penasehat para raja, yang bergantung kepada Wahabiyah, dengan menganggap memerangi Amerika dan Israil sebagai perbuatan yang tercela. Mereka adalah ulama yang membenarkan berbagai kejahatan Israil dan kejahatan orang-orang Wahabi yang mengganggu para peziarah. Terkadang, tindakan ini diiringi ayat dan riwayat untuk membela para pengganggu itu. Ya, nampaknya kita bisa menyebut mereka sebagai seburukburuknya ulama yang menjadi sumber petaka dan keburukan, yang akhirnya akan kembali ke diri mereka sendiri.
D. Kemurtadan


Satu lagi petanda besar yang ada di akhir zaman adalah keluarnya umat manusia dari agamanya masing-masing. Suatu hari, Imam Husain as. mendatangi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Ketika itu sekelompok orang tengah mengerumuninya. Beliau berkata kepada mereka, “Husain adalah pemimpin kalian. Rasulullah Saw menyebutnya sebagai sang pemimpin dan tuan. Akan datang seseorang dari keturunannya yang akhlak dan perilakunya sama sepertiku. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman dan kekejian.” Beliau ditanya, “Kapan hal ini terjadi?” Beliau menjawab, “Sayang sekali! Ini akan terjadi ketika kalian keluar dari agama kalian, seperti wanita menanggalkan pakaian untuk suaminya.”[21]

E. Jual Beli Agama


Ketika nyawa seseorang tengah berada dalam bahaya, maka ia berkewajiban untuk meninggalkan harta benda demi keselamatan jiwanya. Ketika agama seseorang berada dalam bahaya, maka ia berkewajiban untuk mengorbankan nyawa demi keutuhan agamanya. Namun di akhir zaman kelak agama diperjual belikan dengan harga yang sangat murah dan orangorang yang pagi harinya beriman, sore harinya menjadi kafir.

Rasulullah Saw. menerangkan, “Celakalah orang-orang Arab yang ditimpa mara bahaya. Berbagai musibah tersebar luas, bagai malam yang gelap gulita. Pada pagi hari orang-orang beriman dan di sore harinya menjadi kafir. Sekelompok orang menjual agamanya dengan imbalan yang sangat sedikit dan hina. Orang-orang yang berpegang teguh pada agamanya eraterat di zaman itu, bagaikan orang yang menggenggam bara api memerah ataupun ranting berduri di tangannya.”[22] []


Bab 3


MORALITAS AKHIR ZAMAN






Melemahnya ikatan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, dan dinginnya perasaan umat manusia serta tiadanya rasa kasih sayang merupakan beberapa ciri-ciri yang jelas pada akhir zaman.
A. Dinginnya Perasaan Manusia


Ketika menggambarkan kondisi perasaan manusia di akhir zaman, Rasulullah Saw. bersabda, “Pada zaman itu, orangorang yang besar tidak mengasihi orang-orang yang kecil dan orang-orang yang kuat tidak menyayangi orang-orang yang lemah. Di saat itulah Allah Swt. mengizinkan Al-Mahdi af. untuk bangkit.”[23]

Beliau juga bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sebelum datangnya suatu masa; ketika seorang lelaki yang sangat fakir mendatangi sanak keluarganya untuk meminta bantuan. Bahkan, ia bersumpah atas nama kekeluargaan, tetapi tetap tidak mendapatkan bantuan sama sekali. Seorang tetangga meminta bantuan dari tetangganya dan bersumpah atas nama kekerabatan, tetapi tetangganya tidak memberikan bantuan.”[24]

Beliau juga bersabda, “Salah satu pertanda dekatnya kiamat adalah buruknya perilaku tetangga terhadap sesamanya dan kendurnya ikatan kekeluargaan.”[25]

Dalam beberapa riwayat, yang dimaksud dengan as-sa’ah (Kiamat) ditakwilkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af[26] . Maka, kita menafsirkan berbagai riwayat yang menerangkan tanda-tanda dekatnya Kiamat sebagai riwayat yang menerangkan pertanda dekatnya kemunculan Imam Mahdi af.

B. Dekadensi Moral


Berbagai macam penyimpangan dan kebobrokam yang bermunculan di tengah masyarakat bagi beberapa orang mungkin saja dengan kesabaran dapat ditanggung. Namun kalau kebobrokan tersebut adalah buruknya norma-norma susila, maka tak satu pun orang yang benar-benar beriman mampu menanggungnya, dan justru baginya itu merupakan keburukan yang sangat parah. Salah satu penyimpangan yang sangat buruk dan berbahaya yang akan menimpa masyarakat di akhir zaman ialah ketidakamanan bagi keluarga; terutama para wanita.

Di zaman itu, kebejatan moral tersebar luas. Buruknya perilaku hewani yang dilakukan oleh orang-orang bertubuh manusia dan berwatak hewan tak lagi dapat disadari karena dilakukan secara berulang-ulang. Akhirnya, keburukan menjadi hal yang biasa di tengah umat manusia. Keburukan telah melanda siapa saja dan di mana saja, sehingga sedikit sekali orang yang sanggup menghalanginya, bahkan sangat jarang yang bersedia mencegahnya.

Pesta memperingati 250 tahun dinasti Pahlevi yang berlangsung tahun 1350 HS (penanggalan resmi di Iran) pada masa kekuasaan Muhammad Reza Pahlevi, mempertontonkan berbagai adegan mengumbar hasrat binatang yang sangat buruk. Hal ini telah membangkitkan kemarahan rakyat Iran. Namun di akhir zaman kelak, kita tidak bisa lagi mendengar protes dan kemarahan seperti ini. Paling kerasnya protes dan kemarahan yang akan yang diteriakkan dari mulut seseorang ialah perkataan semisal, “Kenapa di tengah persimpangan jalan, mereka melakukan perbuatan buruk seperti itu?” Inilah sebentuk ekspresi paling tinggi dari amar makruf dan nahi munkar yang ada di zaman itu, dan pelakunya adalah orang yang paling beriman.

Marilah, kita menyimak beberapa riwayat di bawah ini sehingga kita dapat menyelami lebih dalam betapa bencana kepunahan nilai-nilai Islam dan tersebarnya kerusakan di akhir zaman. Rasulullah Saw bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai datangnya suatu zaman yang mana tidak aneh lagi jika ada seorang wanita di siang hari secara terangterangan di hadapan banyak orang dirampas dari lelakinya lalu diperlakukan seenaknya di tengah jalanan. Tapi, tak satu orang pun orang mencela perbuatan tersebut dan tidak mau mencegahnya. Sebaik-baiknya orang di masa itu hanya bisa berkata, ‘Andai kamu sedikit ke pinggir dan tidak melakukannya di tengah jalan!’”[27]

Beliau juga bersabda, “Demi Dzat yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya! Umat ini tidak akan punah sebelum lelaki berdiri menghadang para wanita. Ia bagaikan singa yang menerkam mereka. Sebaik-baiknya orang di antara mereka adalah orang yang hanya berkata, ‘Andai saja kamu menyembunyikannya di balik dinding ini dan tidak melakukannya di depan umum.’”[28]

Pada kesempatan lain, Nabi Saw. bersabda, “Mereka adalah para lelaki bagai hewan liar yang saling memerangi satu sama lain di tengah jalanan. Salah satu dari mereka, berbuat seenaknya terhadap para wanita di depan umum, kemudian menyerahkannya bergiliran kepada yang lain. Tak satu pun orang yang mencela perbuatan tersebut. Sebaik-baiknya orang yang ada di waktu itu adalah orang yang hanya berkata, ‘Ada baiknya jika kamu menjauhi jalanan dan tidak melakukanya di depan umum.’”[29]

C. Perbuatan Asusila Merebak


Muhammad bin Muslim berkata, “Aku bertanya kepada Imam Baqir as., ‘Wahai putra Rasulullah! Kapankah Imam Mahdi akan muncul?’ beliau menjawab: ‘Ia akan muncul ketika para lelaki menjadikan diri mereka seperti perempuan dan para wanita menjadikan diri mereka seperti lelaki. Ia akan muncul saat para lelaki merasa cukup dengan sejenisnya dan para wanita juga merasa cukup dengan sejenisnya (menyinggung permasalahan homoseks dan lesbian)’.”[30]

Riwayat lain dengan kandungan yang sama telah diriwayatkan dari Imam Shadiq as.[31] Abu Hurairah juga menukilkan dari Rasulullah Saw., “Kiamat tidak akan terjadi sebelum tibanya suatu zaman; ketika para lelaki saling mendahului selainnya dalam melakukan perbuatan tercela, sebagaimana yang mereka lakukan dengan para wanita.”[32]

Selain riwayat di atas, terdapat berbagai riwayat lainnya dengan kandungan seperti ini.[33]

D. Mendambakan Sedikit Anak


Rasulullah Saw. bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sebelum munculnya orang yang memiliki lima anak berangan-angan hanya memiliki empat anak saja. Orang yang memiliki empat anak mengatakan, ‘Andai aku hanya punya tiga anak saja.’ Orang yang memiliki tiga anak, juga berangan-angan, hanya memiliki dua anak saja. Orang yang memiliki dua anak, berangan-angan hanya memiliki satu anak saja. Sedangkan orang yang hanya memiliki satu anak mengharap, ‘Andai aku tak punya anak.’”[34]

Dalam riwayat yang lain, Nabi Saw. besabda, “Akan datang suatu hari dimana kalian akan merasa iri terhadap orang orang yang memiliki sedikit anak. Sebagaimana pada hari ini, kalian iri terhadap orang-orang yang memiliki banyak anak. Bahkan, salah seorang di antara kalian yang ketika melewati kuburan saudaranya, maka ia mengguling-gulingkan tubuhnya di tanah kuburan itu dan berkata, ‘Andai aku berada di tempatmu!’ Ucapan ini, tidak dia kemukakan atas dasar rindu kepada Allah atau karena amal perbuatan baiknya, tapi lantaran banyaknya bala dan kesusahan yang menimpa dirinya.”[35]

Rasulullah Saw. juga bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi kecuali datang suatu saat dimana anak-anak sedikit sekali.”[36] Dalam riwayat ini terdapat kata walad ghaidh yang berarti pengguguran kandungan dan pencegahan kehamilan. Tetapi, kata ghaizh yang terdapat dalam berbagai riwayat yang lain memiliki arti duka lara dan rasa marah.

Di sini, maksud riwayat tersebut yaitu orang-orang di zaman itu enggan memperbanyak anak dengan cara menggugurkan kandungan dan mencegah kehamilan. Atau bisa juga dikatakan bahwa mereka merasa sedih sekaligus marah karena memiliki anak. Hal ini mungkin dikarenakan susahnya hidup di zaman itu akibat tekanan ekonomi, banyaknya wabah penyakit yang sering menjangkiti anak-anak kecil, kurangnya sarana kehidupan, berbagai propaganda yang mendorong mereka untuk mengontrol jumlah anak, dan faktor-faktor lainnya.

E. Keluarga tanpa Wali Meningkat


Rasulullah Saw. bersabda, “Salah satu petanda dekatnya Hari Kiamat ialah sedikitnya jumlah lelaki dan banyaknya jumlah wanita. Sehingga, sekitar setiap lima puluh orang perempuan, hanya memiliki satu lelaki yang mengayomi mereka.”[37] Tampaknya, kondisi ini adalah dampak dari banyaknya kaum lelaki yang tewas akibat peperangan yang terjadi terus-menerus dan berlangsung begitu panjang.

Nabi Saw. juga bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai datangnya suatu hari ketika sekitar tiga puluh wanita berjalan mengikuti seorang pria dan setiap orang dari mereka memohon untuk dinikahi.”[38]

Beliau dalam riwayat yang lain mengutarakan, “Allah akan memisahkan orang-orang yang Dia cintai dan Dia pilih dari selainnya, sehingga bumi bersih dari kaum munafik dan orang-orang sesat serta dari keturunan mereka. Akan datang suatu masa dimana lima puluh wanita berhadapan dengan seorang pria dan mereka berkata, ‘Wahai hamba Allah, belilah aku!’ Sedangkan yang lain mengatakan, ‘Uruslah aku dan jadilah pelindungku!’”[39]

Anas menuturkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi, kecuali tiba suatu masa (banyaknya nyawa para lelaki yang melayang) ketika seorang perempuan menemukan sebuah sepatu milik seorang lelaki di jalan, dengan sedih ia berkata: ‘Oh … ini adalah sepatu lelaki itu.’

Di masa itu, bagi setiap lima puluh wanita, hanya ada satu pria yang mengayomi mereka.”[40]

Anas berkata: “Apakah kalian tidak ingin mendengarkan sebuah hadis yang telah aku dengar dari Rasulullah Saw.? Beliau bersabda, ‘Para lelaki akan punah dan hanya para wanita yang tersisa’”[41]

Banyaknya para wanita yang tak memiliki penganyom hidup akibat banyaknya peperangan yang terjadi. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan oleh susahnya kondisi hidup sehingga pernikahan menjadi sesuatu yang mustahil dilakukan.[]




DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN1


Najmuddin Thabasi1


Penerjemah: Muhammad Habibi1


PRAKATA PENERBIT2


PENDAHULUAN5


Bagian Pertama11


DUNIA SEBELUM KEMUNCULAN IMAM MAHDI AF11


Bab I14


PEMERINTAHAN14


A. Pemerintahan Zalim15


B. Aparat Pemerintahan yang Bejat18


C. Campur Tangan Perempuan dalam Pemerintahan19


D. Pemerintahan Anak Kecil20


E. Pemerintahan yang Goyah21


F. Penyelenggaraan yang Lemah22


Bab 223


CORAK AGAMA DAN MASYARAKAT23


A. Islam dan Kaum Muslimin24


B. Masjid26


C. Para Ulama27


D. Kemurtadan28


E. Jual Beli Agama29


Bab 330


MORALITAS AKHIR ZAMAN30


A. Dinginnya Perasaan Manusia30


B. Dekadensi Moral32


C. Perbuatan Asusila Merebak35


D. Mendambakan Sedikit Anak36


E. Keluarga tanpa Wali Meningkat38



[1] Dengan bantuan beberapa orang dari Hauzah Ilmiyah Qom, saya berhasil menyusun kitab yang tebalnya lima jil. ini. Buku ini dicetak oleh Bonyad-e Ma’aref-e Eslami (Lembaga Pemikiran Islami) Qom, pada tahun 1411 H. Insya Allah, akan dilakukan revisi dalam waktu dekat.

[2] Ibnu Ubi Syaibah, Musannif, jil. 15, hal. 89; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 584.

[3] Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 584; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 317.

[4] Syajari, Al-Amali, jil. 2, hal. 156. Lihat pula: Nu’mani, Ghaibah, hal. 253; Thusi, Ghaibah, hal. 274; A’lamul Wara, hal. 428; Mukhtasar Bashairud Darajat, hal. 212; Itsbatul Hudat, jil. 3 hal. 540; Hilyatul Abrar, jil. 3, hal. 626; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 23; Bisyaratul Islam, hal. 82; Aqdud Durar, hal. 64; Al Qaulul Mukhtashar, hal. 26; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 74; Safarini, Lawaih, jil. 3 hal. 8.

[5] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 77.

[6] Aqdud Durar, hal. 333.

[7] Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 465; Aqdud Durar, hal. 43; Ihqaqul Haq, jil. 19, hal. 664.

[8] Al Mu’jamul Kabir, jil. 22, hal. 375; Al Istiiaab, jil. 1, hal. 221; Firdaus Al Akhbar, jil. 5 hal. 456; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 264; Isbatul Hudat, jil. 3 hal. 596.

[9] Syajari, Amali, jil. 2, hal. 228.

[10] Al-Kafi, jil. 8, hal. 69; Bihâr Al-Anwar, jil. 52, hal. 265.

[11] Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 326, 355, 448.

[12] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 60.

[13] Kamaluddin, jil. 2, hal. 348.

[14] Qs Al Jin: 24.

[15] Al-Kafi, jil. 2, hal. 431; Nuruts Tsaqalain, jil. 5, hal. 441; Ihaqaqul Haq, jil. 13, hal. 329; YaNabi’ul Mawaddah, 429; Al-Mahajjah, hal. 132.

[16] Tsawabul A’mal, hal. 301; Jami’ul Akhbar, hal. 129; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 190.

[17] Tentang keberadaan Dajal sebagai tanda kemunculan Imam Mahdi af, merupakan hal yang jelas dan tidak diperselisihkan oleh semua kalangan dari kaum Muslimin. Tetapi, terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah ia adalah seseorang yang datang dari suatu tempat tertentu. Ataukah, sebuah tanda mengenai fenomena Materialisme, yang memandang dunia dengan kacamata materi dan memerintah dengan pandangan dunia tersebut. Dalam hal ini, ada dua kemungkinan: pertama, memandang Dajal sebagai seseorang yang akan muncul di akhir zaman. Banyak sekali riwayat baik dari Syi’ah maupun dari Sunnah yang sesuai dengan kemungkinan ini; apa lagi tempat kemunculannya juga dijelaskan dengan teliti. Bahkan dalam sebagian kitab-kitab Ahli Sunnah disebutkan bahwa sebagian orang ada yang pernah melihatnya. Adapun kemungkinan yang kedua, kebanyakan dari ulama masa kini dan juga para Marja’ banyak yang membenarkannya. Mereka berkata bahwa Dajal hanya memiliki satu mata (pandangan), yakni pandangan materialisme.

[18] Tafsir Furat, hal. 44.

[19] Bihar al-Anwar, jil. 2, hal. 190.

[20] Tsawabul A’mal, hal. 301; Jami’ul Akhbar, hal. 129; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 190.

[21] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 144.

[22] Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 390.

[23] Bihar al-Anwar, Jil. 52, hal. 380; dan jil. 36, hal. 335.

[24] Syajari, Amali, jil. 2, hal. 271.

[25] Akhbaru Isbhan, jil. 1, hal. 274; Firdausul Akhbar, jil. 4, hal. 5; Addur Al-Mantsur, jil. 6, hal. 50; Jam’ul Jawami’, jil. 1, hal. 845; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 240.

[26] Rujuk: Tafsir Qomi, jil.2, hal. 340; Kanzul Al-‘Ummal, jil. 2, hal. 465; Tafsir Shafi, jil. 5, hal. 99; Nuruts Tsaqalain, jil. 5, hal. 175; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 553; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 280; Syafi’i, Al Bayan, hal. 528; As Shawaiqul Muhriqah, hal. 162. Untuk menyimak maksud dari kata-kata Yaumu Ad Dhuhur, Yaumul Karrah, dan Yaumul Qiyamah¸ silahkan merujuk Tafsir Al-Mizan, jil. 2, hal. 108.

[27] Aqdud Durar, hal. 333; Hakim, Al-Mustadrak, jil. 4, hal. 495.

[28] Al-Mu’jamul Kabir, jil. 9, hal. 119; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 91; Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 217.

[29] Ibnu Tawus, Malahim, hal. 101.

[30] Kamaluddin, jil. 1, hal. 331.

[31] Mukhtashar Itsbatur Raj’ah, hal. 216; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 570; Mustadrakul Wasail, jil. 12, hal. 335.

[32] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 226; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 249.

[33] Silahkan rujuk: Al Kafi, jil. 8, hal. 39, dan 38; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 257 dan 457; Bisyaratul Islam, hal. 23, 36, 76, dan 133; Ilzamun Nashib, hal. 121 dan 181.

[34] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 228.

[35] Al-Mu’jamul Kabir, jil. 10, hal. 12.

[36] As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 151; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 221; Al-Mu’jamul Kabir, jil. 10, hal. 281; Bihar al-Anwar, jil. 34, hal. 241.

[37] Thayalisi, Musnad, jil. 8, hal. 266; Musnad Ahmad, jil. 3, hal. 120; Sunan Turmudzi, jil. 4, hal. 491; Abu Ya’la, Musnad, jil. 5, hal. 273; Hulyatul Awliya’, jil. 6, hal. 280; Ad Durul Mantsur, jil. 6, hal. 50.

[38] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 509.

[39] Mufid, Al-Amali, hal. 44; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 250.

[40] Aqdud Durar, hal. 232; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 225.

[41] Musnad Ahmad, jil. 3, hal. 377.
























































PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN


Najmuddin Thabasi








Penerjemah: Muhammad Habibi




PRAKATA PENERBIT












Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang


Pusaka dan peninggalan berharga Ahlul Bait as. yang sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam khazanah mereka merupakan universitas lengkap yang mengajarkan berbagai ilmu Islam. Universitas ini telah mampu membina jiwa-jiwa yang berpotensi untuk menguasai pengetahuan dari sumber tersebut. Mereka mempersembahkan kepada umat Islam ulama-ulama besar yang membawa risalah Ahlul Bait as., ulama-ulama yang mampu menjawab secara ilmiah segala kritik, keraguan dan persoalan yang dikemukakan oleh berbagai mazhab dan aliran pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam.
Berangkat dari misi dan tugas yang diemban, Lembaga Internasional Ahlul Bait (Majma‘ Jahani Ahlul Bait) berusaha mempertahankan kemu-liaan risalah dan hakikatnya dari serangan tokoh-tokoh firqah (kelompok), mazhab, dan berbagai aliran yang memusuhi Islam. Dalam hal ini, kami berusaha mengikuti jejak Ahlul Bait as. dan penerus mereka yang sepanjang masa senantiasa tegar dalam menghadapi tantangan dan tetap kokoh di garis depan perlawanan.

Khazanah intelektual yang terdapat dalam karya-karya ulama Ahlul Bait as. tidak ada bandingannya, karena buku-buku tersebut berpijak pada landasan ilmiah dan didukung oleh logika dan argumentasi yang kokoh, serta jauh dari pengaruh hawa nafsu dan fanatik buta. Karya-karya ilmiah yang dapat diterima oleh akal dan fitrah yang sehat tersebut juga mereka peruntukkan kepada para ulama dan pemikir.

Dengan berbekal sekian pengalaman yang melimpah, Lembaga Internasional Ahlul Bait berupaya mengetengahkan metode baru kepada para pencari kebenaran melalui berbagai tulisan dan karya ilmiah yang disusun oleh para penulis kontemporer yang mengikuti dan mengamalkan ajaran mulia Ahlul Bait as. Di samping itu, lembaga ini berupaya meneliti dan menyebarkan berbagai tulisan bermanfaat dari hasil karya ulama Syi‘ah terdahulu. Tujuannya adalah agar kekayaan ilmiah ini menjadi sumber mata air bagi setiap pencari kebenaran di seluruh penjuru dunia. Perlu dicatat bahwa era kemajuan intelektual telah mencapai kematangannya dan relasi antarindividu semakin ter-jalin demikian cepatnya. Sehingga pintu hati terbuka untuk menerima kebenaran ajaran Ahlul Bait as.

Kami mengharap kepada para pembaca yang mulia kiranya sudi menyampaikan berbagai pandangan berharga dan kritik konstruktifnya demi kemajuan Lembaga ini di masa mendatang. Kami juga mengajak kepada berbagai lembaga ilmiah, ulama, penulis, dan penerjemah untuk bekerja sama dengan kami dalam upaya menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam yang murni. Semoga Allah swt. berkenan menerima usaha sederhana ini dan melimpahkan taufik-Nya serta senantiasa menjaga Khalifah-Nya (Imam Al-Mahdi as.) di muka bumi ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth. Najmuddin Thabasi yang telah berupaya menulis buku ini. Demikian juga kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sdr. Muhammad Habibi yang telah bekerja keras menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.



Divisi Kebudayaan Lembaga Internasional Ahlul Bait

PENDAHULUAN




Segera setelah negeri Shush—tempat Nabi Daniel as. dimakamkan—lepas dari kekuasaan orang-orang partai Baath, penduduk di sana secara bertahap kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan ketika itulah saya mendapat kehormatan untuk hadir bersama para pejuang. Di masjid jami kota bersejarah itu, saya menyampaikan rangkaian kuliah seputar Imam Zaman af. dengan mengacu kepada kitab Bihar al-Anwar karya ‘Allamah Majlisi ra.

Pada waktu itu, saya menyadari bahwa meskipun banyak sekali permasalahan telah dibahas seputar Imam Mahdi af. seperti: panjangnya usia beliau, falsafah keghaibannya, berbagai faktor penyebab kemunculannya, dan lain sebagainya, namun pembahasan tentang bagaimana imam Mahdi af. bangkit; bagaimana pemerintahannya dan seperti apa ia memimpin, belum menjadi obyek kajian yang memadai. Atas dasar itu, saya bermaksud untuk membahas masalah ini, sehingga barangkali saya dapat menemukan berbagai jawaban untuk beragam pertanyaan yang seringkali mengemuka dan menjadi bahan pikiran khalayak.

Di antara pertanyaan-pertanyaan itu ialah bagaimana Imam Mahdi af. kelak akan menggugurkan berbagai sistem sosial yang memiliki kemampunan dan kekuatan beragam di muka bumi, lalu menggantikannya dengan sebuah sistem pemerintahan global dan mendunia? Bagaimana sistem dan agenda pemerintahan imam Mahdi af., sehingga ketika ia memerintah, tak lagi tersisa kezaliman dan kerusakan sedikit pun di dunia, tak akan pula ditemukan seorang pun yang hidup kelaparan?

Berangkat dari berbagai pertanyaan semacam inilah saya terdorong selama empat tahun untuk melakukan penelitian. Dan tampaknya mulai menemukan hasil; yaitu berupa buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini.

Bagian pertama buku membahas kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af.; kondisi yang berkecamuk dengan peperangan, pembunuhan, kekeringan, kehancuran, kematian, tersebarnya wabah penyakit, kezaliman, ketakutan, dan kekacauan. Kelak kita akan menyimak bahwa pada masamasa itu, umat manusia akan merasa putus asa dan kecewa terhadap keberadaan berbagai sistem pemikiran dan pemerintahan yang semuanya mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan menjanjikan kebahagiaan serta keselamatan. Mereka merasa putus asa akan pulihnya situasi dan membaiknya kondisi dunia. Semua pihak ketika itu menanti kedatangan seorang juru penyelamat yang akan membimbing mereka menuju keselamatan.

Bagian kedua, mengupas seputar bagaimana kebangkitan dan revolusi global Imam Mahdi af. Inilah gerakan yang akan dimulai dari dekat Ka’bah dengan diumumkannya kemunculan beliau. Ketika itu, para pengikut sejati beliau dari segala penjuru dunia bergabung dengannya. Pasukan yang luar biasa terbentuk dengan teratur, para pemimpin ditentukan, dan dimulailah berbagai aksi global dalam tingkatan yang semakin meluas.

Imam Mahdi af. akan datang dan melenyapkan kezaliman dan orang-orangnya dari tengah-tengah umat manusia sampai ke akar-akarnya. Umat manusia yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup di kawasan Hijaz, Timur Tengah, dan Asia saja, bahkan meliputi seluruh dunia.

Memperbaiki masyarakat yang dipenuhi berbagai kezaliman dan kerusakan seperti ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Setiap orang yang mengaku akan melakukannya, berarti ia juga mengaku telah memiliki mukjizat yang sangat besar. Sesungguhnya mukjizat seperti ini memang ada dan akan terwujud di tangan Imam Mahdi af.

Adapun bagian ketiga buku ini membahas pemerintahan Imam terakhir kita itu. Untuk menata dunia yang telah dipenuhi kezaliman dan kerusakan, juga mewujudkan legitimasi Islam, pemerintahan yang kuat dan kompeten, Imam Mahdi af. akan membentuk sebuah pemerintahan yang adil yang dibantu para sahabat terbaik di zamannya. Selain itu, ia pun dibantu para pembesar kekasih Allah seperti Nabi Isa as., Salman Al-Farisi, Malik al-Asytar, dan orang-orang baik lainnya yang merupakan al-salaf al-shaleh. Meskipun peran mereka dalam menggulingkan pemerintahan zalim tidak bisa diabaikan, amun peran sejati mereka adalah membangun dan membenahi dunia pada masa pemerintahan Imam Mahdi af.

Apa yang telah dijelaskan secara sederhana dalam pendahuluan ini merupakan pembahasan yang telah memanfaatkan berbagai literatur dari puluhan kitab terkemuka baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah, dengan mengkaji ratusan riwayat dan disajikan secara sistematis dalam format buku yang kami anggap dapat dipertanggungjawabkan argumentasinya.

Walaupun tidak secara sempurna, semoga buku ini dapat melukiskan kondisi umat Islam setelah munculnya sang ratu adil. Mudah-mudahan buku ini dapat diterima oleh Imam Mahdi af. dan bermanfaat bagi seluruh lapisan kaum Muslimin dan orang-orang yang teguh menanti kemunculannya. Dan semoga saja buku ini dapat menambah kesiapan mereka untuk menyambut kedatangan sang Imam.

Kami memohon kepada Allah; Tuhan semesta alam, untuk membangkitkan Imam Khumaini—orang yang telah menampilkan sebuah contoh pemerintahan Imam Mahdi af di negeri Persia—bersama para Nabi dan manuisa-manuisa maksum. Semoga Allah mengaruniai keberhasilan bagi para pecinta Islam yang berkhidmat kepada Ahlul Bait as. dan tanah airnya, dan semoga Allah mengokohkan diri mereka dalam menjaga tanah air ibu kota Islam ini.

Di sini, rasanya penting sekali bagi saya untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum Anda membaca buku ini:

 Kami tidak mengklaim telah membawakan pembahasan baru dalam buku ini, karena rangkaian riwayat yang dikemukakan merupakan riwayat yang telah dikumpulkan oleh ulama Islam terdahulu, dan dalam beberapa bagian mereka pun telah menyampaikan kesimpulannya. Tampaknya, kekhususan buku ini tidak terjebak pada berbagai istilah teknis yang sulit. Dengan metode baru, pembahasan disampaikan secara mudah dan gamblang, sehingga dapat dipahami oleh banyak orang.

 Berbagai kesimpulan yang ditarik dari riwayat tertentu yang tidak disebutkan sumber rujukannya adalah pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, mungkin saja dengan penelitian yang lebih mendalam atas berbagai riwayat tersebut akan ditemukan kesimpulan lain.

 Kami juga tidak mengklaim bahwa semua riwayat yang disajikan dalam buku ini adalah riwayat sahih yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya, sebagaimana permasalahan ini telah dibahas secara terperinci dalam jurnal Entezar. Walaupun demikian, kami berusaha menukilkan apa-apa yang disampaikan oleh ulama hadis dan para penulis ternama dalam berbagai karya mereka. Selain itu, hanya dalam beberapa tempat saja kami membahas kebenaran sanad suatu riwayat; karena kami tidak bermaksud melakukannya dalam buku ini. Lagi pula, kebanyakan riwayat-riwayat yang kami gunakan pada umumnya dapat dipercaya, khususnya riwayat-riwayat dari jalur Ahlul Bait as.

 Riwayat-riwayat dalam buku ini telah dikumpulkan sebelum diterbitkannya kitab Mu’jam Ahadits Al-Imam Al-Mahdi.[1] Oleh karenanya, dalam sebagian tempat, kami mempersilahkan para pembaca untuk merujuk kepada kitab tersebut—yang terlebih dahulu disusun sebelum buku ini—untuk melihat hasil penelitian yang lebih terperinci.

 Dalam beberapa riwayat, kata al-sa’ah (waktu) dan alqiyamah (kiamat) telah ditafsirkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af. Oleh karenanya, riwayat-riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda-petanda dekatnya kejadian as-sa’ah dan al-qiyamah kami bawakan sebagai riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda kemunculan Imam Mahdi af.

 Sebagian materi pembahasan dalam buku ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, meskipun telah ada usaha sebelumnya untuk meneliti berbagai permasalahan tersebut. Semoga Allah mengizinkan kami untuk memberikan catatan tambahan hasil penelitian yang lebih baik dalam buku ini pada cetakan berikutnya.

Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, sebagaimana riwayat yang menyebutkan, “Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesama makhluk, maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Khaliq”, sepatutnya saya sampaikan banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman, khususnya dua saudara besar saya, yaitu Hujjatul Isam Muhammad Jawad dan Muhammad Ja’far Thabasi atas saransaran mereka, demikian juga kepada Hujjatul Islam Ali Rafi’i dan Sayid Muhammad Husaini Shahrudi atas bantuannya dalam menyusun buku ini.



Najmuddin Thabasi Qom, 1378 HS.


Bab 4


KEAMANAN DI AKHIR ZAMAN



A. Kerusuhan Merajalela


Kolonialisme yang dikibarkan negara adidaya merenggut keamanan negara kecil dan pemerintahan yang lemah. Di sini, kebebasan dan keamanan tidak pernah terwujud. Negara adikuasa pada zaman itu terus-menerus menekan dan menginjak-injak harkat dan martabat bangsa-bangsa lain, sehingga mereka tidak bisa menghirup udara segar sekalipun.

Rasulullah Saw. menggambarkan situasi di hari itu dalam sabdanya, “Tak lama lagi, kaum yang memusuhi kalian akan memerangi kalian, seperti orang-orang yang kelaparan menyerang makanan.” Salah seorang sahabat berkata, “Apakah karena jumlah kami sangat sedikit di waktu itu, sehingga kami akan diperangi sedemikian rupa?” Rasulullah Saw. menjawab, “Jumlah kalian di waktu itu banyak sekali. Tetapi, kalian bagaikan berangkal yang terbawa banjir. Allah melenyapkan wibawa dan keagungan kalian dari hati musuh-musuh kalian. Dalam hati kalian akan tertanam kelemahan.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkan tertanamnya kelemahan ini?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”[2]

Kedua karakter buruk yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw. itu menyebabkan sebuah bangsa tidak bisa mencapai kebebasan dan kemandiriannya. Selain itu, hal itu juga mengakibatkan mereka tidak berdaya dalam membela hak-haknya. Mereka sudah terbiasa dengan hidup terhina dalam berbagai kondisi, sekalipun harus melepaskan agama dan ajaran-ajaran luhurnya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Al-Mahdi af. akan muncul pada saat dunia dipenuhi dengan kerusuhan; dimana suatu kelompok menyerang kelompok lainnya;[3] orang yang besar tidak mengasihi yang kecil; orang yang kuat juga tidak menyayangi orang-orang yang lemah. Dalam kondisi seperti inilah Allah Swt. memberikan izin kepadanya untuk bangkit.”[4]

B. Jalan yang Tak Aman


Situasi yang kacau dan tidak aman terjadi ke mana-mana, hingga merambah ke jalan-jalan. Secara kasatmata, kekerasan terlihat semakin menjalar ke segala penjuru. Pada zaman seperti inilah Allah Swt. akan menghadirkan Al-Mahdi. Di tangannya benteng kegelapan dihancurkan. Al-Mahdi af. tidak hanya mendobrak pintu-pintu gerbang kezaliman, bahkan juga ditugaskan untuk membuka pintu-pintu hati yang tertutup dari cahaya hakikat dan spiritualitas sehingga mereka dapat menerima kebenaran.

Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada putri tercintanya, “Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya! Sesungguhnya Al-Mahdi af. umat ini adalah orang yang berasal dari keturunan Hasanain as (Imam Hasan dan Imam Husein as).



Ia akan muncul ketika dunia telah dipenuhi dengan kerusuhan, kekacauan dan berbagai musibah yang terjadi secara beruntun dan kasatmata. Jalanan tak lagi aman. Sebagian orang tega menyerang sebagian yang lain. Yang lebih besar tidak lagi menyayangi yang kecil dan yang kecil tidak lagi menghormati yang besar. Dalam kondisi seperti ini, Allah akan menampakkan seseorang yang berasal dari keturunan Hasan dan Husein as. Ia akan menghancurkan pintu gerbang kesesatan.. Ia juga akan membuka hati-hati umat manusia yang selama itu tertutupi kebodohan, sehingga mereka dapat memahami kebenaran. Di akhir zaman, ia akan bangkit, sebagaimana aku bangkit di awal zaman, sehingga bumi penuh dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi telah dipenuhi dengan kezaliman.”[5]


C. Kejahatan Terkeji


Berbagai kejahatan para algojo yang haus darah sepanjang sejarah sangatlah mengerikan. Halaman sejarah kehidupan umat manusia dipenuhi beragam kejahatan yang dilakukan oleh para penguasa zalim terhadap bangsa yang tertindas. Di antara mereka tampak Jengis Khan dan Hitler. Namun, kejahatan yang akan terjadi di akhir zaman kelak adalah kejahatan yang kekejiannya belum pernah dibayangkan sebelumnya. Pada zaman itu, anak-anak kecil akan digantung di tiang-tiang gantungan yang terbuat dari kayu. Mereka akan dibakar dan dimasukkan ke dalam air mendidih. Orang-orang yang tak bersalah akan dipotong-potong dengan geraji atau benda tajam lainnya, kemudian dimasukkan ke dalam penggilingan. Berbagai kejadian tersebut adalah beberapa contoh peristiwa yang kelak akan menimpa umat manusia sebelum berdirinya pemerintahan Al-Mahdi af. Inilah kekerasan penguasa yang mengaku dirinya sebagai pembela hak-hak asasi manusia. Dengan memahami kondisi yang mengerikan seperti ini, kita menyadari betapa pentingnya pemerintahan Al-Mahdi af.; yang dalam riwayat disebut sebagai pelindung orang-orang lemah.

Imam Ali as. menggambarkan kondisi hari itu seperti ini, “Sesungguhnya orang Sufyani akan memerintahkan sekelompok orang untuk mengumpulkan anak-anak kecil di suatu tempat. Kemudian mereka sibuk memanaskan minyak yang akan digunakan untuk menggoreng mereka. Anak-anak kecil itu berkata, ‘Jika ayah-ayah kami menentang kalian, maka apa dosa kami sehingga kalian harus membunuh kami?’ Ia menyeret dua orang anak lelaki yang bernama Hasan dan Husain lalu menggantung mereka. Kemudian, ia pergi ke Kufah dan melakukan hal yang sama terhadap anak-anak kecil di sana. Ia menyeret dua anak yang bernama Hasan dan Husain lalu menggantung mereka di masjid Kufah. Saat ia keluar dari kota itu, ia tetap melakukan perbuatan keji tersebut berkali-kali. Suatu ketika, di tangannya terdapat tombak yang tajam. Ia menangkap seorang wanita yang sedang mengandung. Lalu, ia memerintahkan anak buahnya untuk berbuat semena-mena terhadap diri wanita tersebut. Setelah itu, ia merobek perutnya dan mengeluarkan bayi tak berdosa secara paksa. Ketika itu, tak seorang pun orang yang mampu merubah buruknya kondisi umat manusia.”[6]

Pada suatu kesempatan, Imam Shadiq as. berkata, “Allah menyempurnakan rahmat-Nya dengan perantara anak lelaki dari putri Rasulullah Saw. Ia memiliki kesempurnaan Musa as, kewibawaan Isa as, dan kesabaran serta kegigihan Ayyub as. Di akhir zaman sebelum kemunculannya, sahabatsahabatku akan dihinakan dan kepala mereka bak kepala para bajingan yang dipenggal lalu diarak dan dijadikan sebagai hadiah kerajaan. Mereka akan dibunuh dan dibakar dan hidup dengan dipenuhi rasa takut dan cemas. Bumi akan memerah dengan darah mereka dan lengkingan jerit tangis keluarga mereka menggema. Sungguh mereka adalah sahabat sejatiku. Bersama merekalah Al-Mahdi af. akan memadamkan api fitnah buta dan mengembalikan keamanan dunia lalu merekalah yang akan melepaskan tali kekang yang diikat di tangan dan kaki para tawanan. Salam Allah atas mereka! Sungguh mereka adalah orang-orang yang benar-benar mendapatkan hidayah.”[7]

Ibnu Abbas berkata: “Sufyani dan si Fulan akan keluar dan berperang bersama-sama. Sufyani merobek-robek perut wanita yang sedang mengandung dan merebus anak-anak kecil dalam tungku raksasa.”[8]

Urthat berkata: “Sufyani membunuh siapa saja yang menentangnya. Mereka membelah para penentangnya dengan gergaji. Lalu mereka dimasukkan kedalam tungku raksasa. Kekejian ini akan berlangsung selama enam bulan.”[9]

D. Mengharap Kematian Segera


Rasulullah Saw. bersabda, “Aku bersumpah demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya! Sesungguhnya usia dunia tidak akan berakhir kecuali dengan tibanya suatu masa dimana seorang lelaki melewati pemakaman lalu ia mengguling-gulingkan tubuhnya di atas makam itu seraya berkata, ‘Andai aku yang mati dan berada di tempatmu!’ Padahal masalah yang ia hadapi bukanlah hutang, akan tetapi kesusahan hidup dan tekanan-tekanan zaman yang disebabkan oleh kezaliman.”[10]

Dari pemakaian kata rajul (lelaki) dalam riwayat di atas, kita dapat menarik dua hal; pertama, kesulitan hidup di zaman itu menyebabkan banyak orang yang mengharap cepat mati. Kondisi ini tidak hanya dirasakan oleh beberapa orang atau kelompok tertentu saja, tetapi semua orang pun merasakannya. Kedua, penggunaan kata ‘lelaki’ dalam riwayatitu menunjukkan betapa beratnya problema kehidupan di zaman itu. Karena, pada umumnya para lelaki memiliki daya tahan yang lebih besar di hadapan kesulitan hidup daripada kaum perempuan. Maka, ketika para lelaki saja tidak mampu menahan berbagai kesulitan di zaman itu, kita dapat membayangkan betapa berat kehidupan zaman itu.

Abu Hamzah Tsumali menuturkan bahwa Imam Baqir as. berkata, ‘Wahai Abu Hamzah! Sesungguhnya Imam Mahdi af. tidak akan muncul sebelum rasa takut, kekhawatiran, musibah dan fitnah menyebar di tengah kehidupan umat manusia. Sesungguhnya ia tidak akan muncul sebelum bala bencana yang beraneka ragam menimpa umat manusia, penyakit menular menyebar ke mana-mana, peperangan antara kaum Arab terjadi, semua orang bersengketa, keterikatan umat terhadap agamanya mulai hilang, dan segalanya berubah. Bahkan setiap orang berangan-angan di siang dan malam hari untuk cepat mati, karena begitu banyak kezaliman, penyiksaan, dan pembunuhan yang telah ia saksikan.’”[11]

Hudzaifah sang sahabat menukil dari Rasulullah Saw., “Pasti akan datang suatu hari di mana manusia mengharapkan kematian; meskipun dirinya tidak fakir, tidak miskin, dan tidak mendapatkan tekanan apa pun.”[12]

Ibnu Umar berkata, “Sesungguhnya akan datang suatu hari akibat banyaknya cobaan dan bala yang menimpa umat manusia di muka bumi; seorang yang beriman mengharap untuk pergi bersama keluarganya ke tengah lautan dengan menaiki perahu, lalu hidup di sana.”[13]

E. Kaum Muslimin Banyak Ditawan


Hudzaifah bin Yaman menuturkan, “Ketika Rasulullah Saw. sedang menyebutkan satu per satu kesulitan yang akan menimpa kaum Muslimin, beliau bersabda, ‘Karena berbagai kesulitan hidup yang menimpa, mereka rela menjual orangorang yang sebenarnya bebas; para lelaki dan wanita akhirnya menjadi budak, orang-orang musyrik menjadikan orang-orang yang beriman sebagai budak dan pesuruhnya. Bahkan, mereka menjualnya ke kota-kota dan tak seorang pun yang merasa kasihan, baik orang-orang yang baik maupun orangorang yang buruk.

“Wahai Hudzaifah! Bencana yang menimpa orang-orang di zaman itu terus berlangsung, sehingga mereka putus asa dan menganggap buruk kelapangan hidup. Pada zaman seperti inilah Allah akan mengirim seorang lelaki dari keturunanku; orang yang adil, diberkahi, suci, dan tidak akan membiarkan adanya kebatilan sekecil apa pun. Allah akan memuliakan Islam dan al-Qur’an beserta orang-orang yang kelak membelanya. Begitu pula, Dia akan menghinakan kesyirikan sehinahinanya. Al-Mahdi af. selalu takut kepada Tuhannya dan tidak pernah merasa sombong hanya karena ia dari keturunanku. Ia tak akan melempar seorang pun dengan batu dan tidak akan menyabetnya dengan pecut melainkan atas dasar kebenaran dan demi menjalankan hukum Allah. Allah akan menghapus bid’ah-bid’ah dengan menghadirkannya. Ia juga akan melenyapkan fitnah-fitnah yang ada. Ia akan membuka pintu kebenaran dan menutup pintu kebatilan, lalu membebaskan kaum Muslimin yang berada di mana saja dan mengembalikan mereka ke tempat tinggalnya masingmasing.”[14]

F. Ditelan Bumi


Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya umatku akan mengalami suatu zaman dimana mereka saling bertanya kepada sesamanya, baik siang maupun malam, tentang siapakah yang ditelan bumi hari itu dan siapakah yang masih hidup pada hari itu. Di antara mereka saling bertanya, ‘Apakah orang yang hari ini masih hidup?’”[15]

Tampaknya, ucapan beliau mengisyaratkan betapa sengitnya peperangan yang akan terjadi di akhir zaman. Dengan senjata pembunuh masal tercanggih, setiap harinya banyak nyawa melayang. Barangkali, karena dosa umat manusia di akhir zaman yang begitu besar, bumi menelan sebagian orang yang berjalan di atasnya.

G. Meningkatnya Kematian Mendadak


Rasulullah Saw. bersabda, “Salah satu petanda dekatnya Hari Kiamat adalah tersebarnya penyakit kelumpuhan dan kematian secara tiba-tiba.”[16] Beliau juga mengatakan, “Hari Kiamat tak akan tiba sampai datangnya kematian putih.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah kematian putih itu?” Beliau menjawab, “Kematian secara tiba-tiba.”[17]

Imam Ali as. berkata, “Sebelum Imam Mahdi muncul, sering terjadi kematian merah dan kematian putih … kematian putih adalah tha’un (sejenis wabah—pent.).”[18]

Imam Muhammad Baqir as. berkata, “Al-Qaim (Imam Mahdi af.) tidak akan muncul kecuali tibanya suatu zaman dimana rasa takut melanda setiap orang dan sebelumnya penyakit tha’un menyebar ke mana-mana.”[19]

H. Putus Asa akan Keselamatan


Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Ali! Al-Mahdi kelak akan muncul ketika kota-kota telah berubah, hamba-hamba Allah menjadi lemah dan putus asa akan kedatangannya. Pada kondisi seperti inilah Al-Mahdi dari keturunanku akan muncul.”[20]

Abu Hamzah Tsumali menuturkan bahwa Imam Muhammad Baqir as. berkata, “Al-Mahdi akan muncul ketika semua orang telah berputus asa dari pertolongan Allah dengan kedatangannya.”[21]

Mengenai hal ini, Imam Ali as. mengatakan, “Sesungguhnya akan datang seseorang dari Ahlul Baitku yang akan menempati kedudukanku. Periode kepemimpinannya akan berjalan setelah melewati masa-masa yang sangat sulit dan penuh musibah; yaitu masa ketika bala dan bencana mencapai puncaknya dan harapan telah hilang dari hati manusia.”[22]

I. Tiada Tempat Berlindung dan Penolong


Rasulullah Saw. bersabda, “Begitu dasyatnya bala dan bencana yang menimpa umat ini, sehingga mereka tidak menemukan tempat berlindung dan penolong yang dapat melindungi mereka dari kezaliman.”[23]

Beliau juga bersabda, “Kelak, akan datang bala dan bencana kepada umatku dari arah para penguasa mereka, sehingga seorang mukmin tidak menemukan tempat berlindung dan penolong baginya dari kezaliman mereka.”[24]

Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Aku sampaikan berita gembira kepada kalian, yaitu kedatangan Al-Mahdi putra Fathimah az-Zahra. Ia akan datang dari arah barat dan akan memenuhi dunia dengan keadilan.” Lalu, seseorang bertanya, “Ya Rasulullah! Kapankah ia akan datang?” Beliau menjawab, “Ketika para hakim menerima harta suap dan umat manusia menjadi pendosa.” Lalu, seseorang bertanya, “Seperti apakah Al-Mahdi?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ia terpisah dari keluarga dan kerabatnya, berikhtiar sendiri, jauh dari kampung halamannya, dan tinggal dalam keterasingan.”[25]

Imam Muhammad Baqir as. berkata, “Orang yang kalian nantikan tidak akan datang kecuali kalian telah menjadi domba-domba yang mati dalam cabikan cakar-cakar binatang buas, yang tidak membedakan siapakah yang mereka terkam. Pada saat itu, kalian tidak akan menemukan daerah yang jauh dari penyerangan yang dapat mengamankan diri di sana. Kalian pun tidak menemukan persembunyian yang aman sebagai tempat berlindung.”[26]

J. Perang, Pertumpahan Darah dan Petaka


Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa sebelum kemunculan Imam Mahdi af, segala penjuru bumi dilanda peperangan dan pertumpahan darah. Sebagian riwayat mengungkapkan berbagai musibah. Dalam riwayat lainnya diceritakan terjadinya peperangan yang berturut-turut. Sebagian yang lain membicarakan kematian umat manusia yang disebabkan peperangan dan wabah penyakit seperti tha’un dan lain sebagainya.

Rasulullah Saw. bersabda, “Setelahku, muncul empat musibah yang akan menimpa kalian. Pada musibah pertama, darah menjadi mubah dan pertumpahan darah terjadi di mana-mana. Pada fitnah kedua, darah dan harta menjadi halal, lalu pembunuhan dan perampokan terjadi di manamana. Pada musibah ketiga, darah, harta, dan wanita dianggap mubah. Ketika itu, selain pembunuhan dan perampokan yang terjadi di mana-mana, kehormatan manusia pun tidak lagi aman. Pada musibah keempat, sebagaimana musibah tuli dan buta, bagaikan perahu yang dihempas ombak di tengah lautan luas, semua orang tidak dapat berlindung darinya. Musibah itu terbang dari Syam, lalu menyebar di Irak dan menjejakkan kaki di Hijaz. Segala musibah dan bencana menyiksa umat manusia dan tak seorang pun yang mampu menghindarinya. Setiap kali seseorang menghindarinya, maka musibah itu datang dari arah yang lain.”[27]

Dalam hadis yang lain beliau bersabda, “Setelahku akan datang beberapa musibah, ketika itu tidak ada jalan keluar bagi umat manusia untuk menghindarinya. Pada waktu itu, peperangan dan kerusakan terlihat di mana-mana. Setelah itu datang musibah yang lebih berat dari pada yang terjadi sebelumnya. Belum usai musibah di suatu tempat, terjadi musibah lainnya. Sehingga, tak satu pun rumah-rumah bangsa Arab yang aman dari musibah tersebut. Tidak seorang muslim pun yang tidak terkena bencana ini. Maka, pada waktu itulah seorang lelaki dari keluargaku akan muncul.”[28]

Beliau juga bersabda, “Sungguh setelahku akan muncul berbagai musibah. Ketika suatu musibah mulai sirna, datang musibah dari arah yang lain, hingga terdengar teriakan dari langit, ‘Pemimpin kalian adalah Al-Mahdi!’”[29]

Berbagai riwayat di atas menjelaskan banyaknya musibah sebelum kemunculan Imam Mahdi af. Namun, dalam riwayat lainnya dengan jelas menerangkan terjadinya peperangan dasyat di akhir zaman.

Ammar Yasir berkata, “Pesan dan perintah Rasulullah Saw. dan Ahlul Bait as. untuk kalian di akhir zaman adalah menjauhi peperangan dan pertumpahan darah sampai pada saat para pemimpin Ahlul Bait kalian lihat; yang mana pada waktu itu orang-orang bangsa Turki dan Romawi saling bersengketa dan peperangan terjadi di mana-mana.”[30]



Beberapa riwayat menerangkan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi di akhir zaman sebelum nampaknya Imam Mahdi af. Sebagian riwayat ini ada yang menjelaskan pembunuhan dan pertumpahan darah itu sendiri, dan sebagian yang lain menerangkan maraknya perbuatan itu dilakukan.

Imam Ridha as bersabda, “Sebelum munculnya Imam Mahdi af, akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah yang berkelanjutan tanpa henti.”[31]

Abu Hurairah berkata, “Di kota Madinah, akan terjadi pertumpahan darah. Ketika itu daerah Ahjaruz Zait[32] akan porak-poranda. Kejadian itu belum pernah terjadi sebelumnya dan kejadian Harrah[33] jika dibandingkan dengannya, tidak lebih dari sekedar sabetan cemeti biasa. Setelah kejadian itu, ketika mereka menjauh dari kota Madinah sejauh 10 Farsakh, Imam Mahdi af. mulai dibaiat.”[34]



Abu Qubail berkata, “Seseorang dari Bani Hasyim akan memegang tampuk pemerintahan. Ia hanya membunuh Bani Umayah secara besar-besaran dan tak ada yang selamat dari antara mereka kecuali beberapa orang saja. Setelah itu keluarlah seseorang lelaki dari Bani Umayah dan membunuh banyak orang, sehingga tak ada yang tersisa kecuali para wanita.”[35]

Rasulullah Saw. bersabda, “Aku bersumpah demi Allah yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya. Dunia tidak akan berakhir sebelum datangnya suatu hari, ketika pembunuh tidak mengetahui untuk apa dirinya membunuh dan orang yang mati terbunuh pun tidak mengetahui sebab kematiannya. Huru-hara terjadi di mana-mana. Pada zaman seperti itulah orang yang membunuh dan yang dibunuh memasuki neraka.”[36]

Imam Ali as. bersabda, “Sebelum Al-Mahdi muncul, dunia akan dilanda dua jenis kematian: kematian putih dan kematian merah. Kematian merah adalah kematian dengan pedang dan kematian putih adalah kematian dengan Tha’un.”[37]

Imam Baqir as. bersabda, “Terdapat dua keghaiban untuk AlQaim af., salah satunya lebih panjang dari yang lain. Pada zaman itu, umat manusia ditimpa dengan bencana kematian dan pertumpahan darah.”[38] Jabir berkata, “Aku bertanya kepada Imam, ‘Kapankah Al Mahdi akan muncul?’ Imam menjawab, ‘Wahai Jabir! Bagaimanakah ia akan muncul, sedangkan saat ini di antara Hirah[39] dan Kufah masih jarang mayat-mayat yang bergelimpangan?’”[40]

Imam Ja’far Shadiq as. bersabda, “Sebelum Al-Mahdi af. muncul, akan ada dua macam kematian, yaitu kematian merah dan kematian putih. Banyak orang yang mati karenanya, sehingga kira-kira di antara tujuh orang, ada lima orang yang mati.”[41]

Imam Ali as. bersabda, “Imam Mahdi tidak akan muncul, kecuali sepertiga umat manusia mati terbunuh, sepertiga yang lain meninggal biasa, dan sepertiga yang lainnya tersisa.”[42]

Seseorang bertanya kepada Imam Ali as, “Apakah ada tanda dan pertanda untuk kemunculan Al-Mahdi af.?” Beliau menjawab: “Na’am. Qatlun fadzi’, mautun sari’, wa tha’unun syani’.”[43]

Menurut penjelasan Irsyadul Qulub[44] , “qatlun dzari’” yakni pembunuhan yang cepat dan terjadi di mana-mana.

Dalam kitab Madinatul Ma’ajiz[45] , “qatlun radli’” berarti hina.

Menurut Hilyatul Abrar[46] , “qatlun fadli’” berarti pahit dan menyakitkan.

Makna riwayat di atas adalah, “Ya, kemunculan Al-Mahdi af. memiliki tanda dan pertanda antara lain: pembunuhan yang terjadi di mana-mana, menyakitkan, hina, cepat, terusmenerus dan menyebarnya penyakit Tha’un.”

Muhammad bin Muslim menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Imam Zaman af. tidak akan muncul kecuali dua pertiga penduduk dunia telah binasa.” Kemudian beliau ditanya, ‘Jika dua pertiga penduduk dunia biasa, lalu berapa yang tersisa?’ Beliau menjawab, ‘Apakah engkau tidak suka jika engkau termasuk dari sepertiga penduduk dunia yang tersisa?’”[47]

Imam Shadiq as. bersabda, “Kemunculan Imam Mahdi af. tidak akan terwujud kecuali sembilan persepuluh penduduk dunia telah binasa.”[48]

Imam Ali as bersabda, “… Pada waktu itu, umat manusia yang tersisa hanya sepertiga jumlah yang sebenarnya.”[49]

Rasulullah Saw. bersabda, “Dari sepuluh ribu nyawa, sebanyak sembilan ribu sembilan ratus nyawa yang melayang. Sungguh hanya sedikit sekali yang selamat dan terus hidup.”[50]



Ibnu Sirin berkata, “Imam Mahdi af. tidak akan muncul kecuali dari sembilan orang manusia, tujuh orang dari mereka mati terbunuh.”[51]

Dari sekumpulan riwayat-riwayat di atas, kita dapat manarik kesimpulan di bawah ini:

o Sebelum Imam Mahdi af. muncul, akan terjadi banyak pertumpahan darah. Ketika itu, begitu banyak nyawa manusia yang melayang. Adapun, orang-orang yang tersisa dan selamat, lebih sedikit jumlahnya dari pada yang terbunuh.

o Sebagian orang yang terbunuh dalam peperangan. Sebagian lainnya mati akibat ganasnya wabah penyakit menular yang menyebar di zaman itu. Besar kemungkinan bahwa penyakit ini timbul dari mayat-mayat yang bergeletakan korban peperangan. Ada kemungkinan mereka meninggal dunia akibat senjata-senjata kimia yang menyebarkan bakteria penyebab munculnya berbagai penyakit.

o Di antara orang-orang yang tersisa dan selamat dari kematian, terdapat para pecinta Imam Mahdi af, karena merekalah yang akan membaiat beliau. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Imam Shadiq As dalam sabda beliau: “Apakah engkau tidak suka, jika engkau termasuk dari sepertiga penduduk dunia yang tersisa?”[]


Bab 5 KESEJAHTERAAN DI AKHIR ZAMAN




Berdasarkan berbagai riwayat dalam pembahasan ini, akibat meluasnya berbagai kerusakan dan kebatilan yang merajalela, hilangnya rasa kasih sayang dan, terjadinya peperangan, perekonomian dunia berada pada kondisi yang terburuk. Selain langit yang tidak lagi mencurahkan rahmatnya, turunnya hujan yang sebenarnya rahmat Ilahi berubah menjadi azab dan bencana.

Ya, di akhir zaman, hujan sangat jarang turun. Jika turun pun, itu tidak pada musimnya, sehingga menyebabkan rusaknya berbagai lahan pertanian. Sungai-sungai dan danau menjadi kering dan para petani tak lagi dapat menuai hasil panennya. Begitu juga jual beli, tidak sesemarak dulu lagi. Kefakiran dan kelaparan melanda penduduk dunia, sehingga sebagian orang rela membawa anak-anak perempuan dan para wanita mereka ke pasar, lalu ditukar dengan beberapa suap makanan.

A. Hujan Langka dan Turun Tidak Pada Musimnya


Rasulullah Saw. bersabda, “Akan datang suatu zaman, ketika itu Allah mengharamkan hujan untuk turun pada musimnya dan hujan sama sekali tidak turun, lalu turun bukan pada musimnya.”[52]

Imam Ali as. bersabda, “… hujan akan turun di musim panas, pada cuaca yang panas.”[53]

Mengenai hal ini Imam Shadiq as. bersabda, “Sebelum Imam Mahdi af. muncul, akan datang suatu masa dimana hujan turun dengan sangat lebat sehingga buah-buahan menjadi rusak dan begitu juga kurma-kurma. Maka janganlah sampai kalian terjebak dengan keraguan dan syubhat di zaman itu!”[54]

Imam Ali as. bersabda, “… hujan menjadi sedikit, sehingga tanah tak lagi menumbuhkan tumbuhan dan langit menurunkan airnya. Di saat seperti inilah Mahdi akan muncul.”[55]

Atha’ bin Yasar berkata, “Salah satu pertanda Hari Kiamat adalah datangnya suatu masa ketika hujan tetap turun, namun ladang tidak dapat menumbuhkan tanaman.”[56]

Imam Shadiq as. bersabda, “… ketika Imam Mahdi af. dan pasukannya bangkit, air di bumi sangat langka. Orangorang yang beriman merintih memohon air dari Allah, lalu Allah pun menurunkan air dan mereka meminumnya.”[57]

B. Danau dan Sungai Kering


Rasulullah Saw. bersabda, “Kota-kota di Mesir akan hancur, karena keringnya sungai Nil.”[58]

Arthat menuturkan, “Ketika itu, Furat dan sungai-sungai serta dan mata air dilanda kekeringan.”[59]



Disebutkan pula, “Danau Tabristan mengering dan pohonpohon kurma tidak memberikan buahnya. Mata air Za’r yang berada di Syam, lenyap ditelan bumi.”[60]

Dijelaskan juga, “… sungai-sungai mengering, kekeringan yang biasa terjadi tiga tahunan menjadi panjang, dan barang-barang pun melonjak mahal.”[61]

C. Kelaparan, Kemiskinan dan Sepinya Perdagangan


Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah! Kapankah Kiamat itu tiba?” Beliau menjawab, “Sungguh orang yang ditanya (beliau sendiri) tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya. Tetapi, Kiamat memiliki beberapa pertanda, seperti rusaknya pasar.” Orang itu bertanya lagi, “Apa maksud dari kerusakan pasar?” Rasulullah Saw. menjawab, “Pasar dan perdagangan tanpa laba, sebagaimana turunnya hujan yang tidak menyebabkan tumbuhtumbuhan berbuah.”[62]

Imam Ali as. bersabda kepada Ibnu Abbas, “Perdagangan dan jual beli meningkat, namun masyarakat hanya mendapatkan sedikit keuntungan. Setelah itu, dilanda paceklik dan kekeringan.”[63]

Muhammad bin Muslim menuturkan bahwa ia mendengar Imam Shadiq as. bersabda, “Sebelum kemunculan Imam Mahdi af., terdapat beberapa pertanda dari Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.” Ia bertanya, ‘Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu. Apakah pertanda itu?’ Beliau menjawab, “Pertanda itu adalah firman Allah Swt. yang berbunyi, ‘Sungguh kami akan menguji kalian dengan sesuatu dari rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar .’”[64] Kemudian beliau bersabda, “Allah menguji hambahamba yang beriman di hari itu, mereka takut akan pemerintahan bani fulan di akhir masa kekuasaannya. Maksud dari kelaparan, adalah mahalnya harga. Sedangkan yang dimaksud dengan kekurangan harta, adalah rendahnya daya beli dan minimnya pendapatan. Adapun yang dimaksud dengan berkurangnya nyawa, adalah kematian yang cepat dan terusmenerus. Pengertian dari kurangnya buah-buahan, adalah sedikitnya hasil panen pertanian. Maka kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar, yakni berita mengenai kedatangan Al-Mahdi (af.) di masa itu.’”[65]

Berdasarkan keterangan dari kitab A’lamul Wara’, maksud dari rendahnya transaksi adalah perdagangan yang merugi dan jual beli yang tidak adil.[66]



Imam Shadiq as. bersabda, “… di waktu itu, ketika Sufyani muncul, bahan pangan menipis, musim paceklik datang, dan hujan jarang turun.”[67]

Ibnu Mas’ud berkata, “Ketika perdagangan telah hancur dan jalanan menjadi rusak, pada saat itu Imam Mahdi akan muncul.”[68]

Nampaknya, kondisi perdagangan yang buruk di zaman itu disebabkan oleh rusaknya berbagai pusat produksi di beragam sektor industri, minimnya sumber daya manusia, berkurangnya daya beli, kekeringan, tak amannya jalanan, dan berbagai kendala lainnya.

Dalam Musnad Ahmad disebutkan, “Sebelum kemunculan Imam Mahdi (af.), manusia akan dilanda kelaparan yang sangat berat selama tiga tahun.”[69]

Abu Hurairah berkata, “Betapa malang orang-orang Arab atas bahaya-bahaya yang mendekati mereka. Kelaparan yang sangat parah akan dirasakan banyak orang, ibu-ibu menangis akibat anak-anaknya yang kelaparan.”[70]

D. Para Wanita Ditukar Bahan Pangan


Kekeringan dan kelaparan di akhir zaman sangatlah sulit dihadapi, sehingga sebagian orang rela menjual anak-anak perempuannya demi mendapatkan sedikit makanan.

Abu Muhammad meriwayatkan dari seorang lelaki yang berasal dari Maghrib,[71] “Mahdi tidak akan muncul, sebelum datang suatu masa di mana seorang lelaki membawa anak perempuan dan budak perempuan cantiknya ke pasar seraya berkata, ‘Siapakah yang mau membeli anak ini, dengan imbalan memberikan beberapa makanan kepadaku?’ Dalam kondisi seperti inilah Imam Mahdi af. akan muncul.”[72] []


Bab 6 SECERCAH HARAPAN








Pada beberapa pembahasan yang lalu, kita telah menyimak berbagai riwayat yang menggambarkan kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af. Di satu sisi, berbagai riwayat itu melaporkan kehancuran dan malapetaka bagi umat manusia di akhir zaman, yang menuai rasa pesimis bagi umat manusia. Namun di sisi lain, terdapat beberapa riwayat yang menyulut obor penerang dan secercah harapan, bagi para pengikut kebenaran dan orang-orang yang beriman.

Sebagian dari riwayat ini bercerita tentang adanya orang-orang yang beriman. Dunia tak sekejap mata pun kosong dari mereka. Pada masa sebelum kemunculan Imam mahdi af., mereka tersebar di segala penjuru dunia dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Beberapa riwayat, menjelaskan peran para ulama Islam pada zaman keghaiban. Dalam riwayat-riwayat tersebut, mereka diperkenalkan sebagai para penjaga agama. Menurut sebagian riwayat dari para Maksum as., terdapat penjelasan tentang peranan kota Qom sebelum kemunculan Imam Mahdi af. Selain itu, terdapat beberapa riwayat yang menggambarkan peran aktif orang-orang Iran sebelum dan sesudah Imam Mahdi af. muncul.

A. Mukmin Sejati


Terkadang kita menemukan beberapa riwayat yang menepis berbagai prasangka bahwa di akhir zaman kelak, bumi akan kosong dari keberadaan orang-orang yang beriman. Para Imam menepis sangkaan demikian dan memberitakan adanya sekelompok orang-orang yang beriman pada setiap zaman.

Zaid Zarra’ menuturkan bahwa ia berkata kepada Imam Shadiq as., ‘Aku takut tidak termasuk orang-orang yang beriman.’ Imam bertanya, ‘Mengapa kamu berpikiran seperti itu?’ Ia menjawab, ‘Karena menurutku, tidak ada seorang pun di antara kami yang mendahulukan saudaranya dari uang. Namun, justru kami mendahulukan uang dari pada saudara seiman.’ Imam bersabda, ‘Itu tidak benar, kalian adalah orang-orang yang beriman. Tetapi, iman kalian tidak akan sempurna sebelum Al-Mahdi af. muncul dan menyempurnakan akal kalian ketika itu, sehingga kalian menjadi orangorang beriman yang sempurna. Demi Allah yang nyawaku berada tangan-Nya, di dunia ini pasti ada orang-orang yang menganggap dunia, tidak lebih berharga dari sayap lalat.’”[73]

B. Peranan Ulama Syiah


Ketika tirai kebodohan dan kegelapan telah menyelimuti pandangan umat manusia pada setiap zaman. Maka, ulama pada masa itulah yang mengemban tugas, dengan menyingkirkan tirai kebodohan dan kegelapan tersebut. Dari beberapa riwayat, kita dapat memahami bahwa ulama di akhir zaman pun menjalankan peran mulia ini.

Imam Ali Hadi as. bersabda, “Jika di zaman keghaiban Imam Mahdi af. tidak ada ulama yang membimbing umat Islam, tidak membela serta melindungi agamanya, tidak membebaskan pengikut agama ini dari cengkraman tipu setan lalu menyelamatkan mereka dari para musuh. Niscaya, tak seorang pun yang tetap dalam agamanya dan semuanya akan murtad. Tapi, tetap ada orang-orang yang membimbing hati para pecinta kebenaran yang lemah dan menjaganya, dengan kekuatan yang ada ditangannya. Laksana nahkoda sebuah kapal yang mengatur laju kapal tersebut. Maka, mereka adalah orang yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.”[74]

Mengenai orang-orang yang menghidupkan agama pada setiap zaman, Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Swt. akan menghidupkan seseorang pada setiap permulaan setiap kurun bagi umat Islam, untuk menghidupkan agamanya.”[75]

Dua riwayat itu, di samping berbagai riwayat sejenisnya, dengan jelas menerangkan peran aktif para ulama pada masa keghaiban. Selain itu, mereka juga berperan dalam melemahkan tipu daya setan dan menghidupkan agama Allah.

Pada masa kini, sudah cukup jelas untuk menetapkan pentingnya peranan ulama Islam. Karena, sosok Imam Khomaini adalah salah seorang ulama yang telah melenyapkan berbagai tipu daya musuh-musuh Allah di zaman ini; kiprahnya telah diketahui semua orang. Tidak diragukan lagi, sebenarnya kemuliaan yang diraih Islam dan kaum muslimin kini adalah berkat Revolusi Islam Iran dengan bapak pendirinya Imam Khomaini.

C. Peranan Qom di Akhir Zaman


Ketika umat manusia telah terjangkiti wabah kebatilan dan kesesatan, masih ada saja secercah harapan bagi orang-orang yang senantiasa memegang bendera cahaya di hati dalam kegelapan. Kota Qom pada akhir zaman, menjadi salah satu tempat yang mengambil peran penting tersebut.

Banyak sekali riwayat yang memuji kota suci ini dan juga orang-orang bermukim di sana, yang telah mereguk air telaga hikmah ajaran suci Ahlul Bait serta menyebarkannya.

Berbagai riwayat di bawah ini menunjukkan peranan penting kota Qom dalam menciptakan perubahan pola pikir umat manusia sedunia di akhir zaman kelak. Sebagaimana yang dapat kita rasakan sendiri saat ini.

Para Imam maksum as. pernah menyampaikan berbagai hadis mengenai peranan kota ini di akhir zaman nanti, dalam melakukan berbagai gerakan kultural pada zaman keghaiban Imam Zaman af. Di sini, akan disebutkan beberapa di antaranya sebagai berikut:

Qom: Tanah Suci Ahlul Bait


Menurut beberapa riwayat yang sampai ke tangan kita, Qom dan penghuninya adalah simbol dan model kecintaan dan wilayah terhadap Ahlul Bait. Maka dari itu, siapapun yang menyatakan dirinya sebagai pecinta Ahlul Bait disebutnya sebagai qomi.

Sekelompok orang mendatangi Imam Shadiq as. seraya berkata, “Kami adalah penduduk kota Ray.” Lalu, Imam bersabda, “Bagus, wahai saudara-saudaraku dari Qom!” Mereka berulang kali mengatakan ucapan yang sama, “Kami datang dari Ray untuk bertemu denganmu.” Imam pun mengulangi ucapan pertamanya. Kemudian beliau kembali bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki tanah suci (haram), yaitu Mekah. Rasulullah juga memilikinya, yaitu di Madinah. Kufah adalah haram Imam Ali. Sedangkan tanah suci kami (Ahlul Bait) adalah Qom. Tak lama lagi, salah satu wanita dari keturunan kami yang bernama Fathimah akan dimakamkan di sana. Barang siapa menziarahinya (dengan pengetahuan dan kecintaan), maka surga wajib untuknya.”

Sang perawi menuturkan, “Imam Shadiq as. mengucapkan perkataan ini, padahal Imam Musa as. waktu itu masih belum lahir.”[76]

Shafwan berkata, “Pada suatu hari, aku tengah berada di dekat Abul Hasan (Imam Kadzim as.). Perbincangan kami sampai pada perbahasan orang-orang Qom dan kecintaan mereka terhadap Imam Mahdi af. Lalu Imam Ketujuh ini kembali bersabda, “Semoga Allah merahmati dan meridhai mereka hingga berlanjut terus menerus. Sesungguhnya surga memiliki tujuh pintu, salah satu pintu tersebut untuk orangorang Qom. Dari berbagai negara dan kota-kota yang ada, penduduk kota Qom adalah pengikut dan pecinta kami yang terbaik. Allah telah menjadikan kecintaan dan keteguhan kepada kami menyatu dengan diri mereka.”[77]

Dari riwayat di atas kita dapat memahami bahwa Imam menganggap kota Qom sebagai pusat para pecinta Ahlul Bait dan Imam Mahdi af. Mungkin yang dimaksud salah satu pintu surga telah dikhususkan untuk penduduk Qom, adalah Babul Mujahidin atau Babul Akhyar. Sebagaimana beberapa riwayat yang lainnya menyebut orang-orang Qom sebagai orang-orang yang baik (Akhyar).

Qom: Hujjah bagi yang Lain


Di setiap zaman, Allah memiliki hamba-hamba khusus yang menjadi hujjah bagi selainnya. Karena, mereka selalu melangkahkan kakinya di jalan Allah, dan selalu berjihad demi mengangkat kalimat Allah. Maka Allah Swt. yang menjadi penolong dan pelindung mereka dari bahaya musuh. Pada zaman keghaiban Imam Mahdi af, orang-orang Qom merupakan hujjah bagi orang-orang yang lain.

Imam Shadiq as. bersabda, “Musibah dan bencana berada jauh dari Qom dan penduduknya. Dan akan datang suatu masa dimana penduduk Qom menjadi hujjah bagi orang yang lain. Masa itu adalah hari-hari keghaiban Imam Mahdi af. yang terus berlanjut sampai kemunculannya. Jika tidak demikian, niscaya bumi akan menelan penduduknya. Sungguh para malaikat akan menjauhkan bala dan bencana dari Qom dan penduduknya. Tidak ada satu pun penguasa zalim yang bertujuan untuk menghancurkan Qom kecuali Allah akan mematahkan pinggangnya lalu menimpakan bencana kepadanya, baik berupa penyakit atau musuh-musuh yang memerangi mereka. Allah akan melenyapkan nama Qom dan penduduknya dari pikiran para penguasa yang zalim, sebagaimana mereka telah menghapus nama Allah dari pikiran mereka sendiri.”[78]

Pusat Penyebaran Kebudayaan Islam


Dalam riwayat disebutkan bahwa selama masa keghiban, Qom menjadi pusat penyebaran dan dakwah ajaran-ajaran Islam kepada kaum mustadh’afin di penjuru dunia, sedangkan ulamanya merupakan hujjah bagi seluruh penduduk dunia.

Dalam hal ini, Imam Shadiq as. berkata, “Tak lama lagi, Kufah akan kosong dari orang-orang yang beriman. Ilmu serta hikmah lenyap di sana, bagaikan ular yang terbelit di suatu sudut, ilmu dan hikmah tersebut menjadi terbatas. Namun, ilmu dan hikmah tersebut akan menyembur keluar dari sebuah kota yang disebut dengan Qom, lalu kota tersebut menjadi pusat ilmu pengetahuan dan sumber hikmah serta kesempurnaan, sehingga tiada seorang pun mustadh’af (tidak mengetahui kebenaran Islam) yang hidup di muka bumi melainkan memahami agama yang benar, meskipun para wanita yang hidup di gurun dan sahara. Ketika itu, adalah waktu yang sudah dekat dengan kemunculan Qaim (Imam Mahdi af.).

“Allah menjadikan Qom dan penduduknya sebagai pengganti Imam Mahdi af. (sebelum ia muncul). Jika tidak, niscaya bumi akan menelan penduduknya dan tidak ada hujjah yang tersisa di muka bumi. Oleh karenanya, ilmu dan hikmah mengalir dari Qom ke barat dunia dan juga ke timur. Kemudian hujjah menjadi sempurna bagi umat manusia. Karena pada waktu itu, tak seorang pun yang tidak pernah mendengar kebenaran dan agama yang benar. Maka, muncullah Qaim (af.) yang akan mengazab orang-orang kafir dengan tangannya. Karena, sesungguhnya Allah tidak akan mengazab umat manusia, kecuali hujjah telah sempurna bagi mereka.”[79]

Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Jika orang-orang Qom sudah tidak ada, maka agama akan binasa.”[80]

Garis Pemikiran Ulama Qom yang Dibenarkan Imam


Berdasarkan penjelasan beberapa riwayat, kita memahami bahwa para Imam telah membenarkan jalur dan pola pikir para ulama Qom.

Mengenai hal ini, Imam Shadiq as. bersabda, “Terdapat malaikat yang mengepakkan kedua sayapnya di atas kota Qom. Tak akan ada satu pun penguasa zalim yang berniat buruk terhadapnya kecuali Allah menjadikan mereka seperti garam yang larut dalam air.”

Kemudian Imam mengisyaratkan tangannya kepada Isa bin Abdullah Qomi, lalu bersabda, “Salam Allah bagi Qom! Tuhan semesta alam akan mengenyangkan penduduknya dengan air hujan dan Ia akan menurunkan berkah-Nya melalu air hujan tersebut, lalu merubah dosa-dosa mereka menjadi kebaikan. mereka ahli ibadah, yang menunaikan rukuk, sujud, qiyam dan qu’ud. Mereka pun faqih dan ilmuwan yang cakap. Mereka adalah ahli dirayah, riwayat, hikmah, dan merupakan hamba-hamba Allah yang baik.”[81]

Pada suatu hari ada seseorang lelaki yang bertanya kepada beliau, “Aku ingin bertanya kepadamu mengenai sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh orang lain sebelumku dan tidak akan ditanyakan oleh orang lain setelahku.” Imam berkata, “Mungkin engkau ingin bertanya mengenai Hari Kebangkitan.”

Ia menjawab, “Ya, benar, demi Allah yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.”

Imam menjawab, “Dibangkitkannya semua orang adalah menuju Baitul Maqdis, kecuali orang-orang yang meninggal di suatu tanah yang disebut dengan Qom dan pengampunan Ilahi akan mencakup mereka semua.”

Orang itu membungkuk dan berkata, “Wahai putra Rasulullah! Apakah hal ini khusus untuk penduduk Qom?” Imam Menjawab, “Ya, untuk mereka dan orang-orang yang memiliki akidah yang sama dengan mereka dan mengatakan apa yang mereka katakan.”[82]

Para Prajurit Imam Mahdi af.


Salah satu poros pembahasan yang menarik adalah penjelasan berbagai riwayat tentang orang-orang Qom yang disebut sebagai kaum yang kelak akan membantu Imam Mahdi af dan bangkit merebut hak Ahlul Bait.

Afan Bashri menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda kepadanya, “Tahukah engkau kenapa Qom disebut sebagai Qom?’ Ia menjawab, ‘Allah, Rasul-Nya dan engkau lebih mengetahuinya.’ Beliau menjawab, ‘Tempat itu disebut dengan Qom, karena penduduknya kelak akan bangkit memerangi kebatilan bersama Qaim ali Muhammad (Imam Mahdi af). Dengan jalan ini, mereka menunjukkan kegigihan dirinya dalam menolong beliau (af).’”[83]

Imam Shadiq as. dalam kesempatan lain juga pernah bersabda, “Tanah Qom adalah tanah suci. Penduduknya adalah dari kami (pecinta kami) dan kami adalah dari mereka. Tak seorang pun penguasa zalim yang berniat buruk terhadapnya, kecuali Allah mempercepat azab bagi mereka. Hal tersebut akan terus seperti itu kecuali jika mereka mengkhianati saudaranya sendiri. Jika mereka seperti itu, Allah akan menjadikan penguasa zalim yang keji berkuasa terhadap mereka. Tetapi sesungguhnya penduduk Qom adalah para prajurit Qaim dan para penyeru hak-hak kami.”

Tak lama kemudian, Imam menghadapkan wajahnya ke langit lalu berdoa seperti ini, “Ya Allah! Jagalah mereka dari segala fitnah dan selamatkan mereka dari segala kebinasaan.”[84]

Persia: Negeri Imam Zaman


Riwayat mengenai Qom telah dijelaskan. Paling tidak, hal ini memperjelas peran orang-orang Iran di muka bumi, sebelum dan menjelang kemunculan Imam Mahdi af. Namun, ketika kita meneliti berbagai riwayat maksumin as. lebih jauh, maka kita akan mendapati perhatian Imam as. yang lebih terhadap Iran dan masyarakatnya. Dalam berbagai kesempatan, dijelaskan berbagai peranan orang-orang Iran dalam mempertahankan agama serta mempersiapkan dunia demi menyambut kedatangan Imam Mahdi af.

Dalam pembahasan ini, hanya akan dibawakan beberapa riwayat yang mengungkapkan berbagai pujian para Imam terhadap orang-orang Iran:

Pujian untuk Bangsa Iran


Ibnu Abbas berkata, “Suatu saat, kami tengah memperbincangkan bangsa Persia. Ketika itu, Rasulullah Saw. bersabda, ‘Penduduk Fars (orang-orang Iran) termasuk dari kami; Ahlul Bait.’”[85]

Ketika mawali dan orang-orang Ajam2 dibicarakan, Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Allah, aku lebih percaya kepada mereka dari pada kalian.”[86]

Ibnu Abbas berkata, “Ketika bendera-bendera hitam dikibarkan ke arah kalian, maka muliakanlah orang-orang Persia; karena mereka yang memegang pemerintahan kalian.”[87]

Suatu hari, Asy’ats dengan nada protes berkata kepada Imam Ali as., “Wahai Ali, mengapa orang-orang Ajam ini berkumpul di sekitarmu dan mendahului kami?” Imam Ali as. marah dan menjawab, “Siapakah yang akan memaafkanku jika aku menuruti orang-orang seperti kalian? Apakah kalian memerintahkanku untuk menjauhkan mereka dariku? Tidak akan pernah! Aku tidak akan menjauhkan mereka dariku,[88] sehingga aku menjadi seperti orang-orang yang jahil. Demi Allah yang menumbuhkan biji-bijian dan menciptakan segalanya. Mereka akan mengembalikan kalian kepada agama Islam. Mereka akan berperang dengan kalian, sebagaimana kalian menghunuskan pedang untuk membuat mereka menjadi Muslim.”[89]

Kaum yang Mempersiapkan Kemunculan Imam Mahdi af.


Sebagian besar riwayat yang menerangkan berbagai peristiwa sebelum kemunculan Imam Mahdi af. dan para prajurit serta penolong beliau, seringkali membicarakan Iran dan orangorang Iran dengan ungkapan yang bermacam-macam, seperti: Ahlul Fars, Ajam, Ahlu Khurasan, Ahlu Thalighan, Ahlu Ray, dan lain sebagainya.

Dengan menganalisis keseluruhan riwayat-riwayat tersebut, kita mengetahui bahwa sebelum kemunculan Imam Mahdi af., Iran akan menjadi sebuah negara dengan struktur kenegaraan Ilahi yang membela para Imam Maksum as. dan berada di bawah pengawasan Imam Zaman af. Begitu pula penduduk negara ini, mereka memiliki peranan yang penting dalam kebangkitan Imam Mahdi af. Hal ini, akan kita kupas lebih jauh pada pembahasan “Kebangkitan Imam Mahdi af”. Di sini, hanya akan disebutkan beberapa riwayat saja.

Rasulullah Saw. bersabda, “Orang-orang dari arah timur akan bangkit dan mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi af.”[90]

Beliau juga bersabda, “Bendera-bendera berwarna hitam dari arah timur akan berkibar. Hati mereka kuat, laksana baja. Maka barang siapa melihat mereka hendaknya menghampiri lalu membaiatnya, meski harus berjalan melewati es untuk menuju ke sana.”[91]

Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat suatu kaum yang bangkit dari Timur dan menuntut haknya. Namun, hak tersebut tidak mereka peroleh. Kemudian mereka menuntut kembali, tetapi tetap tidak diberikan. Pada saat itulah, pedang-pedang dihunuskan dan dipikul di atas bahu. Kemudian musuh menerima permintaan mereka, namun mereka tidak menerimanya. Lalu mereka bangkit dan tidak memberikan hak kecuali kepada pemiliknya (shahib amr). Orang-orang yang mati diantara mereka adalah syahid. Jika aku hidup sezaman dengan mereka, niscaya aku akan menyiapkan diri untuk menjadi Shahib Amr ini.[92]

Imam Muhammad Baqir as. bersabda, “Para prajurit dan penolong Imam Mahdi af. berjumlah tiga ratus tiga belas orang yang berasal dari keturunan Ajam.”[93]

Meskipun Ajam merupakan sebuah istilah yang artinya adalah orang-orang non-Arab. Tetapi, dengan melihat riwayat-riwayat yang lain, akan didapati bahwa kebanyakan pasukan khusus Imam Mahdi tersebut adalah orang-orang Iran.

Rasulullah Saw. bersabda, “Tak lama lagi akan datang suatu kaum setelah kalian, bumi berada di bawah kaki-kakinya. Mereka mampu melakukan Thayul Ardh dan pintu-pintu dunia terbuka bagi mereka lalu orang-orang Fars baik laki-laki maupun perempuan berkhidmat kepada mereka. Bumi berada di bawah kekuasaan mereka. Jika setiap orang di antara mereka ingin menempuh jarak dari barat sampai timur bumi, maka mereka hanya membutuhkan waktu satu jam saja. Mereka tidak menjual diri untuk dunia, dan bukan pencinta dunia. Di mata mereka, dunia pun tidak berharga yang hilang daya tariknya.”[94]

Imam Ali as. bersabda, “Betapa mulianya Thalighan! Karena Allah menganugerahkan banyak harta karun di sana yang tidak berupa emas dan tidak pula perak. Tetapi berupa orangorang yang beriman, mereka mengenal Allah dengan selayaknya dan mereka adalah para pasukan Imam Mahdi af. di akhir zaman kelak.”[95]

Rasulullah Saw. juga bersabda mengenai Khurasan, “Di Khurasan terdapat banyak harta karun. Tetapi, tidak berupa emas dan bukan perak, melainkan para lelaki yang dicintai Allah dan rasul-Nya.”[96] []




DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN1


Najmuddin Thabasi1


Penerjemah: Muhammad Habibi1


PRAKATA PENERBIT2


PENDAHULUAN5


Bab 411


KEAMANAN DI AKHIR ZAMAN11


A. Kerusuhan Merajalela11


B. Jalan yang Tak Aman13


C. Kejahatan Terkeji14


D. Mengharap Kematian Segera17


E. Kaum Muslimin Banyak Ditawan19


F. Ditelan Bumi20


G. Meningkatnya Kematian Mendadak21


H. Putus Asa akan Keselamatan22


I. Tiada Tempat Berlindung dan Penolong23


J. Perang, Pertumpahan Darah dan Petaka25


Bab 5 KESEJAHTERAAN DI AKHIR ZAMAN32


A. Hujan Langka dan Turun Tidak Pada Musimnya33


B. Danau dan Sungai Kering35


C. Kelaparan, Kemiskinan dan Sepinya Perdagangan36


D. Para Wanita Ditukar Bahan Pangan39


Bab 6 SECERCAH HARAPAN40


A. Mukmin Sejati41


B. Peranan Ulama Syiah42


C. Peranan Qom di Akhir Zaman44


Qom: Tanah Suci Ahlul Bait45


Qom: Hujjah bagi yang Lain47


Pusat Penyebaran Kebudayaan Islam48


Garis Pemikiran Ulama Qom yang Dibenarkan Imam50


Para Prajurit Imam Mahdi af52


Persia: Negeri Imam Zaman54


Pujian untuk Bangsa Iran55


Kaum yang Mempersiapkan Kemunculan Imam Mahdi af57



[1] Dengan bantuan beberapa orang dari Hauzah Ilmiyah Qom, saya berhasil menyusun kitab yang tebalnya lima jil. ini. Buku ini dicetak oleh Bonyad-e Ma’aref-e Eslami (Lembaga Pemikiran Islami) Qom, pada tahun 1411 H. Insya Allah, akan dilakukan revisi dalam waktu dekat.

[2] Thayalisi, Musnad, hal. 133; Sunan Abi Dawud¸ jil. 4, hal. 111; AlMu’jamul Kabir, jil. 2, hal. 101.

[3] Bihar al-Anwar, jil. 36, hal. 335 dan jil. 52, hal. 380.

[4] Ibid, jil. 52, hal. 154.

[5] Aqdud Durar, hal. 152; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 154 dan 266; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 116; Al Arba’una Hadisa, (Abu Na’im) Dzakhairul Uqba, hal. 135; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 426.

[6] Aqdud Durar, hal. 94; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 155.

[7] Kamaluddin, jil. 1, hal. 311; Ibn Shahr Asyub, Manaqib, jil. 2, hal. 297; I’lamum Wara, hal. 371; Itsbatul Wasiyah, hal. 226.

[8] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 83; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 51.

[9] Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 520; Al-Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 65; Montakhab Kanzul Ummal, jil. 6, hal. 31 (Hasyiyah Musnad Ahmad); Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 293.

[10] Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 636; Shahih Muslim, jil. 4, hal. 2241; Al Mu’jamul Kabir, jil. 9, hal. 410; Masabhihus Sunnah, jil. 2, hal. 139; Aqdud Durar, hal. 136.

[11] Nu’mani, Ghaibah, hal. 235; Thusi, Ghaibah, hal. 274; A’lamul Wara, hal. 428; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 348; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 540; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 626; Bisyaratul Islam, hal. 82.

[12] Ibnu Abi Syaibah, Mushannif, jil. 15, hal. 91; Malik, Muwata’, jildi 1, hal. 141; Shahih Muslim, jil. 8, hal. 182; Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 236; Shahih Bukhari, jil. 9, hal. 73; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 221.

[13] Aqdud Durar, hal. 334.

[14] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 132.

[15] Al Mathalibul Aliyah, jil. 4, hal. 348.

[16] Syajari, Al-Amali, jil. 2, hal. 277.

[17] Al-Faiq, jil. 1, hal. 141.

[18] Nu’mani, Ghaibah, hal. 277; Thusi, Ghaibah, hal. 267; A’lamul Wara, hal. 427; Kharaij, jil. 3, hal. 1152; Aqdud Durar, hal. 65; Al Fushulul Muhimmah, hal. 301; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 249; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 211.

[19] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 348.

[20] Yanibi’ul Mawaddah, hal. 440; Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 125.

[21] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 348.

[22] Ibnul Munadi, Al Malahim, hal. 64; Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jil. 1, hal. 276, Al Mustarsyid, hal. 75; Mufid, Irsyad, hal. 128; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 592; Ghayatul Maram, hal. 208; Bihar al-Anwar, jil. 32, hal. 9; Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 314; Montakhab Kanzul Ummal, jil. 6, hal. 35.

[23] Syafi’i, Al Bayan, hal. 108.

[24] Aqdud Durar, hal. 43.

[25] Ihqaqul Haqq, jil. 19, hal. 679.

[26] Al Kafi, jil. 8, hal. 213; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 246.

[27] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 21; Kamaluddin, jil. 2, hal. 371.

[28] Aqdud Durar, hal. 50.

[29] Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 295; Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 371

[30] Thusi, Ghaibah, cetakan baru, hal. 441; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 212.

[31] Qurbul Isnad, hal. 170; Nu’mani, Ghaibah, hal. 271.

[32] Suatu tempat di kota Madinah yang mana di tempat itu pernah diadakan shalat Istiqsha; Mu’jamul Buldan, jil. 1, hal. 109.

[33] Setelah peristiwa terbunuhnya Imam Husain as, orang-orang Madinah memberotak dan melawan pemerintahan Yazid. Akan tetapi setelah itu orang-orang Madinah justru malah dibantai besar-besaran dan lebih dari 10.000 orang yang meninggal dunia dalam peristiwa itu. Tempat terjadinya peristiwa tersebut adalah Harrah Waqim; Mu’jamul Buldan, jil. 2, hal. 249.

[34] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 58.

[35] ر

[36] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 91.

[37] Nu’mani, Ghaibah, hal. 277; Dalailul Imamah, hal. 293; Taqribul Ma’arif; hal. 187; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 211.

[38] Ibid: hal. 173; Dalailul Imamah, hal. 293; Taqribul Ma’arif, hal. 187; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 156.

[39] Adalah suatu tempat yang berjarak 6 km dari kota Kufah; Mu’jamul Buldan, jil. 2, hal. 328.

[40] Thusi, Ghaibah, cetakan baru, hal. 446; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 728; Buharul Anwar, jil. 52, hal. 209.

[41] Kamaluddin, jil. 2, hal. 665; Al Adadul Qawiyah, hal. 66; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 207.

[42] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 58; Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 29.

[43] Hushaini, Hidayah, hal. 31.

[44] Irsyadul Qulub, hal. 286.

[45] Madinatul Ma’ajiz, hal. 133.

[46] Hilyatul Abrar, hal. 601.

[47] Thusi, Ghaibah, cetakan baru, hal. 339; Kamaluddin, jil. 2, hal. 655; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 510; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 207; Ilzamun Nashib, jil. 2, hal. 136; Ibnu Hammad, Fitan, hal. 91; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 587; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 111.

[48] Ilzamun Nasib, jil. 2, hal. 136 dan 187; Aqdud Durar, hal. 54, 59, 63 sampai 65, dan 237; Nu’mani, Ghaibah, hal. 274; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 242.

[49] Hushaini, Hidayah, hal. 31; Irsyadul Qulub, hal. 286.

[50] Majma’uz Zawaid, jil. 5, hal. 188.

[51] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 78.

[52] Jami’ul Akhbar, hal. 150; Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 375.

[53] Dauhatul Anwar, hal. 150; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 151; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 241.

[54] Mufid, Irsyad, hal. 361; Thusi, Ghaibah, hal. 272; A’lamul Wara, hal. 427; Kharaij, jil. 3, hal. 1164; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 125; Bihar al-Anwar; jil. 52, hal. 214.

[55] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 134.

[56] Abdur Razzaq, Mushannif, jil. 3, hal. 155.

[57] Dalailul Imamah, hal. 245.

[58] Bisyaratul Islam, hal. 28.

[59] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 148.

[60] Bisyaratul Islam, hal. 191; Ilzamun Nashib, hal. 161.

[61] Bisyaratul Islam, hal. 98.

[62] At-Targhib wa At-Tarhib, jil. 3, hal. 442.

[63] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 125.

[64] Al Baqarah: 155

[65] Kamaluddin, jil. 2, hal. 650; Nu’mani, Ghaibah, hal. 250; Mufid, Irsyad, hal. 361; A’lamul Wara, hal. 456; Ayasyi, Tafsir, jil. 1, hal. 68.

[66] A’lamul Wara’, hal. 456.

[67] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 133.

[68] Al Fatawil Hadisiyah, hal. 30; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 142; Aqdud Durar, halamn 132.

[69] Sunan ibnu Majah, jil. 2, hal. 1363.

[70] Kanzul Ummal, jil. 11, hal. 249.

[71] Yang dimaksud dengan Maghrib di sini adalah kawasan yang mencakup negara-negara seperti Spanyol, Maroko, Aljazair.

[72] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 59.

[73] Bihar al-Anwar, jili 67, hal. 351.

[74] Tafsir Imam Askari As, hal. 344; Ihtijaj, jil. 2, hal. 260; Munyatul Murid, hal. 35; Mahajjatul Baidha’, jil. 1, hal. 32; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 255; Bihar al-Anwar, jil. 2, hal. 6; Al Awalim, jil. 3, hal. 295.

[75] Sunan Abi Dawud, jil. 4, hal. 109; Mustadrak Hakim, jil. 4, hal. 552; Tarikh Baghdadi, jil. 2, hal. 61; Jami’ul Ushul, jil. 12, hal. 63; Kanzul Ummal, jil. 12, hal. 193. Meski kami telah mencari, tetapi kami tidak menemukan kitab-kitab Syiah yang memuat riwayat ini.

[76] Bihar al-Anwar, jil. 60, hal. 217.

[77] Ibid, hal. 216.

[78] Ibid, hal. 213.

[79] Ibid, jil. 60, hal., 213; Safinatul Bihar, jil. 2, hal. 445.

[80] Bihar al-Anwar, jil. 60, hal., 217.

[81] Ibid.

[82] Ibid.

[83] Ibid, hal. 216.

[84] Ibid, hal. 218.

[85] Dzikr Isbahan, hal. 11.

[86] Mawali dan Mawla, dalam segi bahasa memiliki arti banyak. Allamah Amini dalam jil. pertama Al-Ghadir menukilkan dua puluh arti bagi kata tersebut. Dan dari segi peristilahan, dalam hadis dan ayat kata ini memiliki lima arti: Wala’ ‘Itq, Wala’ Islam, Wala’ Halaf, Wala’ Qabilah, Wala’, yang merupakan lawan dari kata Arab, yakni maksudnya adalah orang-orang yang bukan Arab. Dan seringnya, maksud makna ini adalah para ulama ilmu Rijal; Silahkan rujuk At Taqrib wa At Taysir, jil. 2, hal. 333. Poin mengapa yang dimaksud kata ini adalah orang-orang Iran, mungkin dikarenakan disebabkan mayoritas atau memang selalu digunakan untuk makna itu. Sebagaimana banyak yang mengakui bahwa kata tersebut memiliki makna yang sedemikian rupa. Lebih dari itu, dalam tulisan-tulisan para ulama di zaman dahulu, katakata tersebut juga ditafsirkan seperti ini dan kami juga menafsirkannya sebagaimana yang telah mereka tafsirkan, akan tetapi kita tidak bersikeras dengan hal itu. Yang dimaksud dengan Fars adalah wilayah kekuasaan yang berhadapan dengan Romawi. Pada zaman itu, Fars mencakup Iran dan negara-negara lain di sekitarnya yang merupakan daerah kekuasaan imperium Persia.

[87] Ramuz al Ahadits, hal. 33.

[88] Waktu itu pasar Kufah memang dipenuhi dengan orang-orang Persia dan mereka saling berbicara dengan bahasa Persia di sana (Sebagaimana yang dapat dipahami dari Mustadrakul Wasail, jil. 13, hal. 250, hadis 4). Dengan demikian, para Mawali yang dimaksud oleh Asy’ats di atas adalah orang-orang Persia.

[89] Al Gharat, jil. 24, hal. 498; Safinatul Bihar, jil. 2, hal. 693; Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jil. 20, hal. 284.

[90] Sunan Ibnu Majah, jil. 2, hal. 1368; Al Mu’jamul Awsath, jil. 1, hal. 200; Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 318; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 268; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 599; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 87.

[91] Aqdud Durar, hal. 129; Syafi’i, Bayan, hal. 490; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 491; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 263; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 596; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 84.

[92] Nu’mani, Ghaibah, hal. 373; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 243; Sunan Ibnu Majah, jil. 2, hal. 1366; Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 464.

[93] Ibid, hal. 315; Itsbatul Hudat, jil. 2, hal. 547; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 369.

[94] Firdausul Akhbar, jil. 3, hal. 440.

[95] Syafi’i, Bayan, hal. 106; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 150; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 591; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 491; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 286.

[96] Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 591.














































PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN


Najmuddin Thabasi



Penerjemah: Muhammad Habibi


PRAKATA PENERBIT






Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Pusaka dan peninggalan berharga Ahlul Bait as. yang sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam khazanah mereka merupakan universitas lengkap yang mengajarkan berbagai ilmu Islam. Universitas ini telah mampu membina jiwa-jiwa yang berpotensi untuk menguasai pengetahuan dari sumber tersebut. Mereka mempersembahkan kepada umat Islam ulama-ulama besar yang membawa risalah Ahlul Bait as., ulama-ulama yang mampu menjawab secara ilmiah segala kritik, keraguan dan persoalan yang dikemukakan oleh berbagai mazhab dan aliran pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam.

Berangkat dari misi dan tugas yang diemban, Lembaga Internasional Ahlul Bait (Majma‘ Jahani Ahlul Bait) berusaha mempertahankan kemu-liaan risalah dan hakikatnya dari serangan tokoh-tokoh firqah (kelompok), mazhab, dan berbagai aliran yang memusuhi Islam. Dalam hal ini, kami berusaha mengikuti jejak Ahlul Bait as. dan penerus mereka yang sepanjang masa senantiasa tegar dalam menghadapi tantangan dan tetap kokoh di garis depan perlawanan.

Khazanah intelektual yang terdapat dalam karya-karya ulama Ahlul Bait as. tidak ada bandingannya, karena buku-buku tersebut berpijak pada landasan ilmiah dan didukung oleh logika dan argumentasi yang kokoh, serta jauh dari pengaruh hawa nafsu dan fanatik buta. Karya-karya ilmiah yang dapat diterima oleh akal dan fitrah yang sehat tersebut juga mereka peruntukkan kepada para ulama dan pemikir.

Dengan berbekal sekian pengalaman yang melimpah, Lembaga Internasional Ahlul Bait berupaya mengetengahkan metode baru kepada para pencari kebenaran melalui berbagai tulisan dan karya ilmiah yang disusun oleh para penulis kontemporer yang mengikuti dan mengamalkan ajaran mulia Ahlul Bait as. Di samping itu, lembaga ini berupaya meneliti dan menyebarkan berbagai tulisan bermanfaat dari hasil karya ulama Syi‘ah terdahulu. Tujuannya adalah agar kekayaan ilmiah ini menjadi sumber mata air bagi setiap pencari kebenaran di seluruh penjuru dunia. Perlu dicatat bahwa era kemajuan intelektual telah mencapai kematangannya dan relasi antarindividu semakin ter-jalin demikian cepatnya. Sehingga pintu hati terbuka untuk menerima kebenaran ajaran Ahlul Bait as.

Kami mengharap kepada para pembaca yang mulia kiranya sudi menyampaikan berbagai pandangan berharga dan kritik konstruktifnya demi kemajuan Lembaga ini di masa mendatang. Kami juga mengajak kepada berbagai lembaga ilmiah, ulama, penulis, dan penerjemah untuk bekerja sama dengan kami dalam upaya menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam yang murni. Semoga Allah swt. berkenan menerima usaha sederhana ini dan melimpahkan taufik-Nya serta senantiasa menjaga Khalifah-Nya (Imam Al-Mahdi as.) di muka bumi ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth. Najmuddin Thabasi yang telah berupaya menulis buku ini. Demikian juga kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sdr. Muhammad Habibi yang telah bekerja keras menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.



Divisi Kebudayaan Lembaga Internasional Ahlul Bait

PENDAHULUAN




Segera setelah negeri Shush—tempat Nabi Daniel as. dimakamkan—lepas dari kekuasaan orang-orang partai Baath, penduduk di sana secara bertahap kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan ketika itulah saya mendapat kehormatan untuk hadir bersama para pejuang. Di masjid jami kota bersejarah itu, saya menyampaikan rangkaian kuliah seputar Imam Zaman af. dengan mengacu kepada kitab Bihar al-Anwar karya ‘Allamah Majlisi ra.

Pada waktu itu, saya menyadari bahwa meskipun banyak sekali permasalahan telah dibahas seputar Imam Mahdi af. seperti: panjangnya usia beliau, falsafah keghaibannya, berbagai faktor penyebab kemunculannya, dan lain sebagainya, namun pembahasan tentang bagaimana imam Mahdi af. bangkit; bagaimana pemerintahannya dan seperti apa ia memimpin, belum menjadi obyek kajian yang memadai. Atas dasar itu, saya bermaksud untuk membahas masalah ini, sehingga barangkali saya dapat menemukan berbagai jawaban untuk beragam pertanyaan yang seringkali mengemuka dan menjadi bahan pikiran khalayak.

Di antara pertanyaan-pertanyaan itu ialah bagaimana Imam Mahdi af. kelak akan menggugurkan berbagai sistem sosial yang memiliki kemampunan dan kekuatan beragam di muka bumi, lalu menggantikannya dengan sebuah sistem pemerintahan global dan mendunia? Bagaimana sistem dan agenda pemerintahan imam Mahdi af., sehingga ketika ia memerintah, tak lagi tersisa kezaliman dan kerusakan sedikit pun di dunia, tak akan pula ditemukan seorang pun yang hidup kelaparan?

Berangkat dari berbagai pertanyaan semacam inilah saya terdorong selama empat tahun untuk melakukan penelitian. Dan tampaknya mulai menemukan hasil; yaitu berupa buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini.

Bagian pertama buku membahas kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af.; kondisi yang berkecamuk dengan peperangan, pembunuhan, kekeringan, kehancuran, kematian, tersebarnya wabah penyakit, kezaliman, ketakutan, dan kekacauan. Kelak kita akan menyimak bahwa pada masamasa itu, umat manusia akan merasa putus asa dan kecewa terhadap keberadaan berbagai sistem pemikiran dan pemerintahan yang semuanya mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan menjanjikan kebahagiaan serta keselamatan. Mereka merasa putus asa akan pulihnya situasi dan membaiknya kondisi dunia. Semua pihak ketika itu menanti kedatangan seorang juru penyelamat yang akan membimbing mereka menuju keselamatan.

Bagian kedua, mengupas seputar bagaimana kebangkitan dan revolusi global Imam Mahdi af. Inilah gerakan yang akan dimulai dari dekat Ka’bah dengan diumumkannya kemunculan beliau. Ketika itu, para pengikut sejati beliau dari segala penjuru dunia bergabung dengannya. Pasukan yang luar biasa terbentuk dengan teratur, para pemimpin ditentukan, dan dimulailah berbagai aksi global dalam tingkatan yang semakin meluas.

Imam Mahdi af. akan datang dan melenyapkan kezaliman dan orang-orangnya dari tengah-tengah umat manusia sampai ke akar-akarnya. Umat manusia yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup di kawasan Hijaz, Timur Tengah, dan Asia saja, bahkan meliputi seluruh dunia.

Memperbaiki masyarakat yang dipenuhi berbagai kezaliman dan kerusakan seperti ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Setiap orang yang mengaku akan melakukannya, berarti ia juga mengaku telah memiliki mukjizat yang sangat besar. Sesungguhnya mukjizat seperti ini memang ada dan akan terwujud di tangan Imam Mahdi af.

Adapun bagian ketiga buku ini membahas pemerintahan Imam terakhir kita itu. Untuk menata dunia yang telah dipenuhi kezaliman dan kerusakan, juga mewujudkan legitimasi Islam, pemerintahan yang kuat dan kompeten, Imam Mahdi af. akan membentuk sebuah pemerintahan yang adil yang dibantu para sahabat terbaik di zamannya. Selain itu, ia pun dibantu para pembesar kekasih Allah seperti Nabi Isa as., Salman Al-Farisi, Malik al-Asytar, dan orang-orang baik lainnya yang merupakan al-salaf al-shaleh. Meskipun peran mereka dalam menggulingkan pemerintahan zalim tidak bisa diabaikan, amun peran sejati mereka adalah membangun dan membenahi dunia pada masa pemerintahan Imam Mahdi af.

Apa yang telah dijelaskan secara sederhana dalam pendahuluan ini merupakan pembahasan yang telah memanfaatkan berbagai literatur dari puluhan kitab terkemuka baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah, dengan mengkaji ratusan riwayat dan disajikan secara sistematis dalam format buku yang kami anggap dapat dipertanggungjawabkan argumentasinya.

Walaupun tidak secara sempurna, semoga buku ini dapat melukiskan kondisi umat Islam setelah munculnya sang ratu adil. Mudah-mudahan buku ini dapat diterima oleh Imam Mahdi af. dan bermanfaat bagi seluruh lapisan kaum Muslimin dan orang-orang yang teguh menanti kemunculannya. Dan semoga saja buku ini dapat menambah kesiapan mereka untuk menyambut kedatangan sang Imam.

Kami memohon kepada Allah; Tuhan semesta alam, untuk membangkitkan Imam Khumaini—orang yang telah menampilkan sebuah contoh pemerintahan Imam Mahdi af di negeri Persia—bersama para Nabi dan manuisa-manuisa maksum. Semoga Allah mengaruniai keberhasilan bagi para pecinta Islam yang berkhidmat kepada Ahlul Bait as. dan tanah airnya, dan semoga Allah mengokohkan diri mereka dalam menjaga tanah air ibu kota Islam ini.

Di sini, rasanya penting sekali bagi saya untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum Anda membaca buku ini:

 Kami tidak mengklaim telah membawakan pembahasan baru dalam buku ini, karena rangkaian riwayat yang dikemukakan merupakan riwayat yang telah dikumpulkan oleh ulama Islam terdahulu, dan dalam beberapa bagian mereka pun telah menyampaikan kesimpulannya. Tampaknya, kekhususan buku ini tidak terjebak pada berbagai istilah teknis yang sulit. Dengan metode baru, pembahasan disampaikan secara mudah dan gamblang, sehingga dapat dipahami oleh banyak orang.

 Berbagai kesimpulan yang ditarik dari riwayat tertentu yang tidak disebutkan sumber rujukannya adalah pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, mungkin saja dengan penelitian yang lebih mendalam atas berbagai riwayat tersebut akan ditemukan kesimpulan lain.

 Kami juga tidak mengklaim bahwa semua riwayat yang disajikan dalam buku ini adalah riwayat sahih yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya, sebagaimana permasalahan ini telah dibahas secara terperinci dalam jurnal Entezar. Walaupun demikian, kami berusaha menukilkan apa-apa yang disampaikan oleh ulama hadis dan para penulis ternama dalam berbagai karya mereka. Selain itu, hanya dalam beberapa tempat saja kami membahas kebenaran sanad suatu riwayat; karena kami tidak bermaksud melakukannya dalam buku ini. Lagi pula, kebanyakan riwayat-riwayat yang kami gunakan pada umumnya dapat dipercaya, khususnya riwayat-riwayat dari jalur Ahlul Bait as.

 Riwayat-riwayat dalam buku ini telah dikumpulkan sebelum diterbitkannya kitab Mu’jam Ahadits Al-Imam Al-Mahdi.[1] Oleh karenanya, dalam sebagian tempat, kami mempersilahkan para pembaca untuk merujuk kepada kitab tersebut—yang terlebih dahulu disusun sebelum buku ini—untuk melihat hasil penelitian yang lebih terperinci.

 Dalam beberapa riwayat, kata al-sa’ah (waktu) dan alqiyamah (kiamat) telah ditafsirkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af. Oleh karenanya, riwayat-riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda-petanda dekatnya kejadian as-sa’ah dan al-qiyamah kami bawakan sebagai riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda kemunculan Imam Mahdi af.

 Sebagian materi pembahasan dalam buku ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, meskipun telah ada usaha sebelumnya untuk meneliti berbagai permasalahan tersebut. Semoga Allah mengizinkan kami untuk memberikan catatan tambahan hasil penelitian yang lebih baik dalam buku ini pada cetakan berikutnya.

Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, sebagaimana riwayat yang menyebutkan, “Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesama makhluk, maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Khaliq”, sepatutnya saya sampaikan banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman, khususnya dua saudara besar saya, yaitu Hujjatul Isam Muhammad Jawad dan Muhammad Ja’far Thabasi atas saransaran mereka, demikian juga kepada Hujjatul Islam Ali Rafi’i dan Sayid Muhammad Husaini Shahrudi atas bantuannya dalam menyusun buku ini.



Najmuddin Thabasi Qom, 1378 HS.


Bab 1 KEBANGKITAN IMAM MAHDI








Banyak sekali riwayat yang menerangkan hari kebangkitan Imam Mahdi af. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa tahun baru dari kalender Iran (Hijriyah Syamsyiyah) merupakan permulaan kebangkitan beliau. Sebagian riwayat lain menyebutkan bahwa kebangkitan beliau akan dimulai pada hari Asyura. Sebagian lagi mengatakan bahwa hari sabtu adalah hari yang dinantikan. Sedangkan sebagian riwayat juga mengatakan hari yang dinantikan adalah hari Jum’at.

Nampaknya, tidak ada pertentangan apabila hari Asyura kelak bertepatan dengan tahun baru. Karena hari Asyura, berdasarkan penanggalan Hijriyah Qamariyah. Sedangkan tahun baru, ditetapkan berdasarkan penanggalan Syamsyiah. Begitu juga, kedua hari ini mungkin juga dapat bertepatan dengan hari Jum’at maupun Sabtu.

Di sini, yang kelihatan sulit disatukan adalah perbedaan riwayat yang mengatakan hari kebangkitan Imam Mahdi af adalah hari Sabtu dengan riwayat yang menjelaskan hari Jum’at. Tetapi, perbedaan riwayat seperti ini bisa selesaikan dengan baik. Seandainya riwayat yang mengatakan bahwa hari Sabtu merupakan hari kebangkitan Imam Mahdi af. bersandar pada sanad yang sahih. Jika demikian, kita dapat meneriwa riwayat tersebut.

Maka, riwayat-riwayat yang mengatakan hari Jum’at sebagai hari kebangkitan Imam Mahdi af., ditafsirkan sebagai hari permulaan kebangkitan beliau. Sedangkan riwayat yang mengatakan hari Sabtu ditafsirkan bahwa hari tersebut merupakan hari berdiri dan ditetapkannya pemerintahan Ilahi serta tergulingnya kekuatan batil.

Perlu digarisbawahi bahwa riwayat-riwayat yang mengatakan hari Sabtu sebagai hari kebangkitan Imam Mahdi af. dari segi sanad perlu diteliti kembali. Tetapi riwayat yang menjelaskan hari Jum’at, tidak memiliki cacat dari sisi ini.

Kini, tiba saatnya kita menyimak berbagai riwayat tersebut:

Imam Shadiq as. bersabda, “Qaim Ahlul Bait kami akan muncul di hari Jum’at.”[2]

Imam Muhammad Baqir as. berkata, “Seakan-akan aku sedang melihat Qaim (af.) pada hari Asyura, hari Sabtu, berdiri di antara Rukun dan Maqam, ketika Jibril berdiri di hadapannya dan mengajak orang-orang untuk membaiatnya.”[3]

Imam Baqir as. bersabda, “Qaim (af.) akan bangkit di hari Asyura, yang terjadi di hari Sabtu, pada hari syahidnya Imam Husain.”[4] Beliau juga bersabda, “Tahukan engkau hari apakah ini (hari Asyura)? Ini adalah hari di mana Allah menerima taubat Adam dan Hawa. Hari ini adalah hari di mana Allah membelah laut untuk Bani Israil, lalu menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya serta memenangkan Musa atas mereka. Hari ini adalah hari kelahiran Ibrahim as. Hari ini adalah hari diterimanya taubat kaum Nabi Yunus as. Hari ini adalah hari lahirnya Isa as. Hari ini adalah hari kebangkitan Qaim af.”[5]

Riwayat lain dengan kandungan seperti ini telah dinukil dari Imam Baqir as.,[6] tetapi ke-tsiqah-an Ibnu Bathai dalam riwayat ini masih diragukan.

Imam Shadiq as. bersabda, “Pada malam hari ke-23 (bulan Ramadhan), akan terdengar teriakan suara dengan nama Mahdi (af.), lalu ia akan bangkit pada hari Asyura, hari terbunuhnya Imam Husain.”[7]

Beliau juga pernah bersabda, “Hari tahun baru adalah hari dimana Al-Qaim af. akan muncul.”[8]

A. Berita Kemunculan Imam Mahdi af.


Munculnya Imam Mahdi af pada mulanya diumumkan melalui teriakan keras yang terdengar dari langit. Pada waktu itu, beliau sedang bersandar di Ka’bah. Dengan menyerukan kebenaran, beliau mengumumkan kemunculannya.

Imam Ali as. bersabda, “Ketika ada yang berteriak dari arah langit, ‘kebenaran adalah milik keluarga Muhammad. Jika

kalian mencintai kebenaran, maka ikutilah keluarga Muhammad,’ sesungguhnya Al-Mahdi (af.) telah muncul.”[9]

Dalam hal ini, Imam Baqir as. juga mengatakan, “Al-Mahdi af. akan muncul di Mekah, ketika waktu shalat Isya tiba. Ketika itu, bendera, pakaian, dan pedang Rasulullah ada padanya, lalu beliau menunaikan shalat Isya. Setelah usai shalat, beliau berpidato di depan umum, ‘Wahai umat manusia! Aku mengajak kalian mengingat Allah dan Hari Kebangkitan kalian, setelah segala hujjah Allah telah sempurna bagi kalian. Ia telah mengutus para nabi dan juga menurunkan Al-Qur’an. Allah memerintahkan kalian untuk menaati dan tidak menyekutukan-Nya. Begitu juga dengan para utusannya. Hidupkanlah apa pun yang diperintahkan AlQur’an kepada kalian, untuk menghidupkannya. Lenyapkanlah apa pun yang diperintahkan Al-Qur’an, untuk kalian lenyapkan. Jadilah kalian peniti jalan kebenaran dan hidayah. Saling bantu-membatulah kalian dalam ketaatan. Karena fananya dunia telah tiba dan perpisahan akan segera mulai. Aku mengajak kalian untuk mendekatkan diri kepada Allah, Rasul-Nya, dan mengamalkan kitab-Nya, serta menumpas kebatilan lalu menghidupkan sunah Nabi Saw.’ Setelah itu, muncullah tiga ratus tiga belas pengikut khusus Al-Mahdi.”[10]

B. Bendera Kebangkitan


Setiap pemerintahan memiliki bendera khusus yang dengannya pemerintahan tersebut diketahui dan dikenal. Berbagai gerakan revolusi juga memiliki hal tersebut, yang di dalamnya diletakkan simbol-simbol yang menjelaskan tujuan kepemimpinnya. Revolusi global Imam Mahdi af. juga memiliki bendera khusus yang di dalamnya tertulis syiar. Meski terdapat banyak perbedaan mengenai syiar tersebut, tetapi terdapat satu persamaan di antara semuanya, yaitu ajakan kepada umat manusia, berada dalam naungan kepemimpinan Al-Mahdi af.[11]

Di sini kita hanya akan memaparkan beberapa riwayat saja, antara lain:

Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Pada bendera Al-Mahdi tertulis, ‘Pasanglah telinga, dengarkan dan taatilah Al-Mahdi.’”[12]

Pada beberapa kitab yang lainnya kita membaca, “Syi’ar AlMahdi adalah ‘Baiat untuk Allah.’”[13]

C. Suka Cita Umat Manusia


Berdasarkan penjelasan beberapa riwayat, kebangkitan Imam Mahdi af. menimbulkan suka cita umat manusia. Kebahagiaan dan penerimaan masyarakat dilakukan dalam berbagai bentuk yang beragam. Bahkan beberapa riwayat yang lain, dilukiskan kebahagiaan para penduduk bumi dan langit.

Sebagian riwayat lainnya, menjelaskan kebahagiaan arwah orang-orang yang telah meninggal dunia. Dalam sebuah riwayat, dijelaskan mengenai sambutan yang hangat dari masyarakat terhadap revolusi Imam Mahdi af ini. Menurut riwayat yang lain, banyak orang yang mengharapkan dibangkitkannya orang-orang yang telah meninggal dunia.

Di bawah ini, terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan permasalahan tersebut:

Rasulullah Saw. bersabda, “Semua yang ada di langit dan bumi, burung-burung, binatang buas, dan ikan-ikan di laut, semuanya merasakan suka cita atas kedatangan Imam Mahdi af.”[14]

Mengenai hal ini, Imam Ali as. bersabda, “Ketika Al-Mahdi muncul, namanya akan disebut oleh banyak orang. Masyarakat dunia begitu cinta terhadapnya. Sehingga, tidak ada nama selainnya, yang mereka ingat dan mereka sebut. Mereka melepaskan dahaga jiwanya, dengan kecintaan kepada Al-Mahdi.”[15]

Dalam riwayat, disebutkan istilah yasyribun hubbahu (mereka mereguk cintanya). Kecintaan kepada Al-Mahdi af. laksana air telaga yang diminum oleh semua orang dengan penuh rasa suka. Kecintaan menghunjam dalam diri mereka.

Ketika Imam Ridha as. mengutarakan berbagai peristiwa getir dan terpaan musibah yang menimpa umat manusia sebelum kedatangan Imam Mahdi af. Beliau juga menerangkan kelapangan dan ketentraman setelah kemunculan Imam Mahdi af. seraya bersabda, “Di waktu itu, manusia merasakan kelapangan dan ketentraman, hingga orang-orang yang telah mati pun berharap untuk hidup kembali.”[16]

Imam Shadiq as. juga pernah bersabda, “Seakan-akan aku melihat Al-Mahdi sedang duduk di atas mimbar Kufah dan mengenakan baju perang Rasulullah Saw.” Kemudian beliau menjelaskan keadaan-keadaan Imam Mahdi af. lalu melanjutkan ucapannya, “Tak satu pun dari kaum Mukminin yang berada di dalam kuburan, yang tidak merasakan kegembiraan, sehingga orang-orang yang telah mati menghampiri sesamanya dan saling mengucapkan selamat atas kemunculan Al-Mahdi.”

Dalam beberapa riwayat yang lain disebutkan bahwa kegembiraan dan keringanan dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di alam Barzakh, ketika Imam Mahdi af. muncul. Dengan demikian, kita dapat membayangkan betapa agungya kebangkitan Imam Mahdi af, hingga memberikan dampak positif bagi para arwah.[17]
D. Lepas dari Belenggu Penindasan


Tak diragukan lagi, kebangkitan Imam Mahdi af. Akan menyebabkan tegaknya keadilan dan lepasnya belenggu penindasan dari umat manusia. Di sini, kita akan membahas apa yang akan dilakukan oleh Imam Mahdi af ketika bangkit, dalam mengayomi orang-orang yang tertindas.

Rasulullah Saw. bersabda, “Mahdi dari umatku akan muncul. Allah akan mengutusnya sebagai orang yang mendengarkan rintihan umat manusia. Di zaman itu, semua orang akan hidup dipenuhi kenikmatan.”[18]

Rasulullah Saw. tidak mengatakan bahwa Imam Mahdi af. hanya akan mendengarkan rintihan dari kabilah maupun bangsa tertentu saja. Namun, ia menjadi penolong bagi semua orang di muka bumi. Oleh karena itu, menjelang kedatangannya, kondisi yang ada menjadikan segenap umat manusia seluruh dunia mengharapkan kemunculannya.

Jabir menuturkan bahwa Imam Baqir as. bersabda, ‘Imam Mahdi akan muncul dari Mekah … Allah akan menyerahkan tanah Hijaz kepadanya, lalu ia akan membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara-penjara.”[19]

Abu Arthat berkata, “Imam Mahdi bergerak dari Mekah menuju Madinah lalu membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara. Kemudian ia pergi ke Kufah dan di sana beliau membebaskan para tawanan Bani Hasyim dari penjara.”[20]

Sya’rani berkata, “Ketika Imam Mahdi tiba di Barat, orangorang Andalusia akan mendatanginya dan mereka berkata, “Wahai wali Allah dan Hujjah-Nya! Tolonglah wilayah Andalusia, karena ia dan penduduknya telah binasa.”[21]

E. Peran Para Wanita dalam Revolusi Imam Mahdi af.


Ketika kita meninjau berbagai riwayat yang mengupas peranan para wanita pada pra dan pasca kemunculan Imam Mahdi af., kita akan menemukan beberapa poin penting yang layak diperhatikan. Meskipun disebutkan bahwa kebanyakan dari pengikut Dajal adalah kaum Yahudi dan para wanita,[22] tetapi di luar itu, terdapat banyak wanita beriman, suci dan senantiasa teguh menjaga akidah mereka.

Sebagian wanita di zaman tersebut memiliki jiwa besar, pemberani, dan selalu kokoh dalam melangkah. Kemana pun pergi, mereka mengobarkan peperangan melawan propaganda busuk Dajal serta menerangkan kebenaran sejati kepada siapa pun.

Beberapa riwayat menjelaskan bahwa ketika Imam Mahdi af. muncul, ada empat ratus wanita yang bergabung dengan beliau. Kebanyakan mereka bekerja dalam bidang kesehatan dan pengobatan. Tetapi, masih ditemukan banyak pertentangan dalam beberapa riwayat, mengenai jumlah para wanita yang kelak menyertai kebangkitan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa terdapat tiga belas wanita yang akan menyertai Imam Mahdi af. Barangkali, mereka adalah pengikut khusus beliau. Sedangkan beberapa riwayat yang lain, menjelaskan bahwa akan ada tujuh ribu delapan ratus orang wanita yang menyertai Imam Mahdi af. Mereka adalah para wanita yang membantu beliau dalam berbagai keadaan.

Ibnu Hammad dalam kitab Fitan menuturkan bahwa jumlah lelaki yang mukmin pada saat Dajal muncul sebanyak dua belas ribu. Sedangkan jumlah wanita yang mukminah mencapai tujuh ribu tujuh ratus, atau delapan ratusan.[23] Rasulullah Saw. bersabda, “Isa as. putra Maryam sa. akan turun ke bumi di tengah-tengah delapan ratus lelaki dan empat ratus perempuan, mereka adalah para penghuni bumi yang terbaik dan termasuk orang-orang terdahulu yang paling saleh.”[24]

Imam Baqir as. bersabda, “Demi Allah, akan datang tiga ratus orang. Di antara mereka, terdapat lima puluh orang wanita.”[25]

Mufadhal bin Umar menuturkan bahwa “Imam Shadiq as. pernah bersabda, ‘Akan ada tiga belas wanita yang menyertai Imam Mahdi.’ Ia bertanya, ‘Apa yang mereka lakukan dan apa peranannya?’ Beliau menjawab, ‘Mereka akan merawat orangorang yang terluka dan merawat orang-orang yang sakit, sebagaimana mereka bersama Rasulullah Saw. pada dahulu kala.’ Ia kembali berkata, ‘Sebutkanlah nama tiga belas wanita itu!’ Beliau menyebutkan, ‘Qanwa binti Rasyid, Ummu Aiman, Hababah Walbiyah, Sumayyah ibu Ammar Yasir, Zubaidah, Ummu Khalid Ahmasiyah, Ummu Sa’id Hanafiyah, Shiyanah Masyithah, dan Ummu Khalid Jahniyah.’”[26]

Dalam kitab Montakhabul Bashair disebutkan dua orang wanita yang bernama Wutairah dan Ahbasyiyah; keduanya termasuk para pengikut Imam Mahdi af.[27] Sebagian riwayat yang lain, hanya menerangkan keberadaan para wanita di bawah kepemimpinan Imam Mahdi af. saja; tanpa menyebutkan jumlah mereka.

Biografi Singkat Para Wanita Mulia


Dalam riwayat Mufadhal bin Umar telah disebutkan dengan jelas bahwa jumlah para wanita yang menjadi pengikut Imam Mahdi af. adalah tiga belas orang. Tetapi di antara ketiga belas orang itu, hanya sembilan orang saja yang disebutkan nama dan keterangannya. Karena Imam Shadiq as. telah menyebutkan nama-nama sebagian dari mereka, hal ini membuat kita tertarik untuk mengkaji biografinya. Dengan demikian, kita akan menemukan jawaban tentang mengapa Imam menekankan keberadaan para wanita tersebut.

Setiap orang dari mereka, memiliki keistimewaan masingmasing. Tetapi, mayoritas mereka menunjukkan kelayakan dirinya dalam berjihad melawan musuh-musuh Allah. Sebagian dari mereka, seperti Shiyanah, adalah ibu dari beberapa syahid, dan dia pun meninggalkan dunia dengan ke syahidan. Satu lagi di antara mereka, seperti Sumayah, adalah orang yang membela mati-matian agama, hingga ia menerima siksaan paling kejam yang menutup akhir hayatnya. Tokoh lainnya seperti Ummu Khalid, merelakan karunia kesehatan dan keselamatan dirinya, yang ia tebus dengan cacat fisik, demi menjaga Islam.

Sosok lain seperti Zubaidah, tidak silau oleh gemerlap harta benda duniawi. Semua itu, tidak menghalanginya untuk berpegang teguh pada Islam. Bahkan sebaliknya, ia menggunakan seluruh harta bendanya di jalan Allah. Ia menginfakkan hartanya membantu penyelenggaraan ibadah haji, yang merupakan rukun dan syiar penting agama. Beberapa wanita mulai yang lain, merawat para pemimpin umat Islam dan mendidik para putra-putri harapan dengan sebaikbaiknya. Mereka juga memiliki sisi spiritual yang sangat agung, sehingga sering dibicarakan banyak orang. Sebagian lagi, merupakan keluarga syuhada yang sempat menggendong, bahkan berbicara dengan mereka menjelang kesyahidannya.

Ya, mereka adalah para wanita penanggung duka yang telah menunjukkan dirinya, mampu untuk menjalankan tugas berat pemerintahan Islam.

1. Shiyanah

Dalam kitab Khasais Fathimiyah disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Imam Mahdi af., ada tiga belas wanita yang dihidupkan kembali untuk mengobati orang-orang yang terluka. Salah satu di antara mereka adalah Shiyanah. Ia adalah istri Hazqil dan penata rias putri Fir’aun. Suami Hazqil adalah anak pamannya Fir’aun dan penjaga harta bendanya. Menurut pernyataannya, Hazqil adalah orang yang beriman di antara keluarga Fir’aun dan telah mengimani Nabi pada zamannya, yaitu Nabi Musa as.[28]

Rasulullah Saw. bersabda, “Pada malam Mi’raj, dalam perjalanan agung dari Mekah menuju Masjidul Aqsha, tibatiba aku mencium bau wangi yang sama sekali belum aku rasakan sebelumnya. Aku bertanya kepada Jibril mengenai aroma wangi ini. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah! Istri Hazqil mengimani Musa as. dan ia menyembunyikan keimanannya. Pekerjaannya adalah penata rias putri Fir’aun. Pada suatu hari, ketika ia tengah merias putri Fir’aun, secara tak sengaja sisir terjatuh dari tangannya. Seketika ia berkata, ‘Bismillah.’ Putri Fir’aun berkata, ‘Apakah engkau sedang memuji ayahku?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku tengah memuji Dzat yang telah menciptakan ayahmu dan juga membinasakannya.’

“Putri Fir’aun bergegas pergi menuju ayahnya seraya berkata, ‘Seorang perempuan yang bekerja di rumah sebagai penata rias telah beriman kepada Musa.’ Fir’aun memerintahkan dia untuk datang ke hadapannya lalu bertanya, ‘Apakah engkau tidak mengakui keberadaanku sebagai tuhan?’ Shiyanah berkata, ‘Sama sekali tidak! Aku tidak akan melepaskan keimanan terhadap Tuhanku yang hakiki dan aku tidak akan menyembahmu!’ Fir’aun memerintahkan bawahannya untuk menyalakan api dan memanaskan tungku besar. Ketika tungku tersebut memerah, ia memerintahkan bawahannya untuk memasukkan anak-anak perempuan itu ke dalam tungku yang panas di hadapan kedua mata ibu mereka.

Ketika mereka hendak merebut bayi yang tengah menyusui di rangkulan Shiyanah, hampir saja ia mengucapkan berlepas diri dari agama Musa as. Tetapi, dengan izin Allah, bayi tersebut berbicara, ‘Bersabarlah wahai ibu! Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.’ Tak lama kemudian, mereka memasukkan wanita dan anaknya itu ke dalam tungku, lalu abunya ditebarkan di atas tanah ini. Sampai Hari Kiamat, bau harum ini akan selalu tercium dari tanah ini.’[29]

Inilah sosok salah seorang wanita yang akan dibangkitkan di akhir zaman, ia menjalankan tugas-tugasnya sebagai pengikut setia Imam Mahdi af.

2. Ummu Aiman

Namanya adalah Barkah. Ia adalah budak wanita milik Rasulullah Saw. yang diwarisi dari ayahnya; Abdullah. Pekerjaannya adalah merawat Rasulullah Saw.[30]

Rasulullah Saw. selalu memanggilnya sebagai ibu. Beliau bersabda, “Ia adalah keluargaku yang tersisa.” Ia memiliki seorang anak dari suami pertamanya, yakni Ubad Khazraji, yang bernama Aiman. Aiman merupakan salah seorang muhajir dan pejuang yang gugur di medan perang Hunain.

Ketika Ummu Aiman menempuh perjalanan dari Mekah ke Madinah, ia kehausan. Tiba-tiba turun sebuah tempat air dari langit, lalu ia meminumnya. Sejak itu, ia tidak merasakan haus lagi.[31]

Pada saat Rasulullah Saw. meninggal dunia, ia sangat terpukul. Ketika ia ditanya mengapa menangis, ia menjawab, “Sungguh demi Allah. Aku tahu bahwa ia akan meninggal dunia. Tapi aku sedih, karena wahyu terputus.”[32]

Fathimah Zahra as. telah menjadikan Ummu Aiman sebagai saksi mengenai perkara kepemilikan tanah Fadak. Dan Akhirnya ia meninggal dunia di zaman kekhalifahan Utsman.

3. Zubaidah

Ia adalah istri Harun Ar-Rasyid, dan ia pemeluk Syiah. Ketika Harun mengetahui kepercayaan istrinya, ia bersumpah untuk mencerainya. Zubaidah senantiasa melakukan berbagai perbuatan baik dan terpuji. Ketika suatu hari, air di Mekah langka dan harga perkantungnya mencapai satu dinar emas. Ia membagikan air minum kepada para jemaah Haji dan juga memberikannya kepada penduduk Mekah. Dengan menggali gunung serta membuat saluran air, ia mengalirkan air dari luar haram menuju ke dalam haram, yang berjarak sekitar sepuluh mil. Zubaidah memiliki seratus budak wanita yang seluruhnya hafal al-Qur’an. Semuanya, bertugas membaca satu persepuluh Al-Qur’an. Suara bacaan al-Qur’an yang terdengar dari rumahnya, bagaikan suara kumpulan lebah.[33]

4. Sumayyah, ibu Ammar Yasir

Ia adalah orang ke tujuh yang memeluk Islam. Karena itulah, ia harus menanggung siksaan terburuk. Pada saat Rasulullah Saw. melewati suatu tempat, di sana Ammar, ayah dan ibunya disiksa di bawah terik matahari di padang sahara Mekah yang sangat panas dan membakar, beliau bersabda, “Wahai keluarga Yasir! Bersabarlah … ketahuilah bahwa yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.”

Sumayyah meninggal dunia di tangan pembunuh keji, Abu Jahal, dan menjadi wanita pertama Islam yang gugur sebagai syahid.[34]

5. Ummu Khalid

Ketika gubernur Iraq, Yusuf bin Umar, membunuh Zaid bin Ali di kota Kufah, ia juga memotong tangan Ummu Khalid, karena menjadi pengikut Syiah dan mendukung perjuangan Zaid.

Abu Bashir berkata, “Waktu itu aku berada di dekat Imam Shadiq as., lalu Ummu Khalid datang dengan keadaan tangan terpotong. Imam bersabda, ‘Wahai Abu Bashir! Apakah engkau ingin mendengarkan perkataan Ummu Khalid?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku akan senang mendengarkannya.’ Ummu Khalid menghampiri Imam dan mengucapkan beberapa perkataan. Aku menyaksikannya sebagai orang yang berbicara dengan fasih, dan sopan santun. Lalu Imam membicarakan permasalahan wilayah dan baraah terhadap musuh, dengannya .…”[35]

6. Hababah Walbiyah

Syaikh Thusi menyebutkan bahwa Hababah Walbiyah termasuk dari para sahabat Imam Hasan, Imam Husain, Imam Sajad dan Imam Baqir as. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ia adalah sahabat Imam Kedelapan, yakni sampai Imam Ridha as. Disebutkan pula bahwa Imam Ridha as. bersedia mengkafaninya dengan pakaian beliau sendiri. Ketika ia meninggal dunia, umurnya lebih dari 240 tahun. Ia pernah kembali menjadi muda sebanyak dua kali. Pertama dengan mukjizat Imam Sajad as., dan yang kedua dengan mukjizat Imam Ridha as. Imam Maksum Kedelapan as. memberikan tanda dengan cincin mereka pada batu yang selalu ia bawa.[36]

Hababah Walbiyah berkata, “… Aku berkata kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as., ‘Semoga Allah merahmatimu. Katakanlah kepadaku apa dalil kepemimpinan (imamah)?’ Imam as menjawab, ‘Ambilkan batu kerikil itu!’ Aku pun mengambilkannya untuk beliau. Imam memberikan tanda pada batu kerikil itu. Ketika beliau melakukan hal tersebut, beliau berkata kepadaku, ‘Wahai Hababah, setiap orang yang mengaku sebagai imam dan mampu melakukan apa yang telah aku lakukan, maka ia adalah imam yang wajib diikuti. Imam adalah orang yang mengetahui apa pun yang diinginkan.’

“Aku melanjutkan perjuangan hingga Imam Ali as akhirnya meninggal dunia. Aku mendatangi Imam Hasan as. yang pada waktu itu menempati posisi Imam Ali as. dan orang-orang di sekitarnya sibuk menanyakan berbagai macam permasalahan. Ketika melihatku, beliau bersabda, ‘Wahai Hababah Walbiyah!’ Aku pun menyahut, ‘Ya, wahai tuanku.’ Beliau bersabda, ‘Berikan kepadaku apa yang engkau bawa!’ Aku memberikan batu kecil tersebut kepada beliau. Lalu beliau melakukan hal yang sama terhadap batu tersebut, sehingga suatu tanda yang ada pada cincinya membekas pada batu tersebut.

“Kemudian aku mendatangi Imam Husain as. yang waktu itu tengah berada di Masjid Rasulullah Saw. Ia memanggilku dan mengucapkan selamat datang kepadaku, lalu berkata, ‘Dalil yang engkau inginkan ada padaku. Benarkah engkau menginginkan tanda kepemimpinanku?’ Aku menjawab, ‘Ya. Aku aku mengharapkannya.’ Beliau berkata, ‘Berikan kepadaku apa yang engkau bawa.’ Aku memberikan batu kecil yang aku bawa, lalu beliau memberikan tanda pada batu itu dengan cincinnya.

“Setelah Imam Husain as, aku mendatangi Imam Sajjad as. Waktu itu aku tua sekali dan umurku telah mencapai seratus tiga belas tahun. Beliau sibuk melakukan rukuk dan sujud, serta tidak perhatian denganku. Ketika itu, aku hampir putus asa untuk mendapatkan tanda kepemimpinan beliau. Tak lama kemudian, ia menunjukku dengan jari telunjuknya. Dengan isyarat tangan tersebut, aku kembali muda. Aku bertanya, ‘Wahai pemimpinku, seberapa lama dunia ini telah menghabiskan umurnya dan tinggal berapa lama lagi usianya?’ Beliau menjawab, ‘Mengenai masa lalu, ya. Sedangkan mengenai masa depan, tidak.’ Yakni, kami hanya mengetahui masa lalu, dan apa yang akan datang adalah hal yang ghaib, selain Allah tidak ada yang mengetahuinya dan tidak ada benarnya untuk kami katakan.

“Kemudian beliau bersabda, ‘Berikan apa yang engkau bawa.’ Aku memberikan batu kecil itu kepadanya, lalu beliau melakukan hal yang sama dilakukan para Imam sebelumnya. Setelah beberapa lama, aku bertemu dengan Imam Baqir as., lalu beliau pun memberikan tanda pada batu kecil itu. Kemudian aku bertemu dengan Imam Shadiq as. dan beliau pun melakukan hal yang sama. Begitu juga yang dilakukan Imam Musa as., ketika aku menemuinya. Seetelah itu aku bertemu dengan Imam Ridha as. dan beliau juga melakukan sebagaimana para Imam sebelumnya.” Setelah itu, Hababah hanya hidup selama sembilan bulan.[37]

7. Qanwa binti Rasyid

Meski pribadi wanita ini tidak dibicarakan dalam berbagai kitab sejarah; baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah-dengan kata lain, biografi wanita ini muhmal[38] —namun dengan melihat ketabahan ketika ayahnya ditawan dan dibunuh oleh ibnu Ziyad, kita dapat memahami betapa teguhnya keyakinan wanita ini. Ia memiliki kecintaan yang sangat besar terhadap Islam dan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.

Abu Hayyan Bajali berkata, “Aku pernah bertanya kepada Qanwa binti Rasyid, ‘Hadis atau riwayat apakah yang telah engkau dengar dari ayahmu?’ Ia menjawab, ‘Ayahku menukil ucapan Imam Ali as., ‘Wahai Rasyid! Bagaimana kesabaranmu ketika anak angkat bani Umayah (Ibnu Ziyad) akan memanggilmu, lalu memotong kedua tangan dan kakimu serta lidahmu?’ Aku menjawab: ‘Apakah surga akan menjadi bagianku …?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Rasyid! Engkau selalu bersamaku di dunia dan di akherat.’

Qanwa berkata, ‘Demi Allah, suatu hari Ibnu Ziyad memanggil ayahku. Lalu ia menyuruhnya membenci Imam Ali as. Tetapi, ia tidak mematuhinya. Ibnu Ziyad berkata, ‘Bagaimana Ali menceritakan seperti apa engkau akan mati?’ Ayahku menjawab, Kekasihku, Imam Ali, pernah bercerita kepadaku bahwa pada suatu hari engkau akan menyuruhku untuk membencinya, tetapi aku tidak melakukannya. Lalu, engkau akan memotong kedua tangan dan kaki serta lidahku.’ Ibnu Ziyad berkata, ‘Aku bersumpah akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah diperkirakan Ali sebelumnya terhadapmu.’ Maka pada waktu itu juga, ia memerintahkan bawahannya memotong kedua tangan dan kakinya, lalu membiarkan lidahnya.’ Qanwa berkata, ‘Aku menggendong ayahku dan di jalan aku berkata, ‘Wahai ayahku! Apakah engkau merasakan sakit dan siksaan?’ Ia berkata, ‘Tidak. Aku hanya sedikit bersedih dari tekanan masyarakat kepadaku.’ Ketika aku menggendong ayahku keluar dari istana Ibnu Ziyad, orang-orang mengerumuni ayahku. Ayahku memanfaatkan kesempatan itu, lalu berkata, ‘Ambillah pena dan kertas, supaya aku dapat menyampaikan hadis untuk kalian.’ Ketika apa yang sedang dilakukan oleh ayahku diketahui oleh Ibnu Ziyad, ia memerintahkan bawahannya untuk memotong lidah ayahku. Lalu, pada malam harinya ayahku menjemput kesyahidan.”[39]

Peranan Para Wanita di Zaman Nabi Saw


Telah disebutkan bahwa peranan para wanita di zaman Imam Mahdi af. kelak sama seperti peranan para wanita di zaman Rasulullah Saw. Maka, ada baiknya jika kita menilik peranan mereka di zaman Rasulullah Saw. Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa mereka bekerja mengobati orang-orang yang terluka serta merawat orang-orang yang sakit. Tampaknya tugas ini hanyalah beberapa contoh saja dari peranan mereka di zaman Nabi. Karena, mereka juga memiliki aktivitas lainnya yang juga akan dijalankan oleh para wanita di zaman Imam Mahdi af. nanti. Imam Shadiq as. bersabda, “Pada zaman Imam Mahdi af, para wanita akan menjalankan berbagai tugas yang telah dilakukan di zaman Rasulullah Saw.”

Dalam berbagai peperangan di zaman Nabi Saw, para wanita melakukan berbagai tugas, seperti mengirimkan makanan kepada para prajurit Islam, memasak makanan, menjaga perangkat perang para prajurit, menyiapkan obat-obatan, mengirimkan bahan-bahan pokok, merawat dan memperbaiki persenjataan, memindahkan para korban perang, ikut serta dalam peperangan pertahanan, memberikan semangat kepada para prajurit untuk maju ke medan perang, memberikan semangat dalam pertempuran … dan lain sebagainya.

Karena Imam Shadiq as. telah menyerupakan para wanita pengikut Imam Mahdi af. di akhir zaman, seperti para wanita di zaman Rasulullah Saw., maka ada baiknya kita membahas aktivitas yang dilakukan para wanita di zaman beliau. Beberapa wanita yang pernah melakukan pekerjaan mulia itu adalah:

 Ummu Athiyah. Ia pernah ikut serta dalam tujuh peperangan. Ia juga sering mengobati orang-orang yang terluka.[40] Ummu Athiyah pernah berkata, “Salah satu tugasku adalah menjaga perangkat perang para prajurit.”[41]

 Ummu A’marah (Nasibah). Keberaniaannya yang sangat menakjubkan di perang Uhud membuat Rasulullah Saw. selalu memujinya.[42]

 Ummu Abiyah. Ia adalah salah satu dari enam wanita yang pernah berangkat menuju benteng Khaibar. Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka, “Atas perintah siapa kalian datang ke sini?” Ummu Abiyah berkata, “Karena kami melihat kemarahan yang nampak di wajah beliau, kami berkata: ‘Kami datang dengan membawa obat-obatan untuk mengobati orang-orang yang terluka.’ Lalu Rasulullah Saw. mengizinkan kami untuk tinggal di sana. Ummu Abiyah juga mengatakan, “Pekerjaan kami adalah mengobati orang-orang yang terluka dan menyiapkan makanan.”

 Ummu Aiman. Ia aktif mengobati orang-orang yang terluka dalam peperangan.[43]

 Hamannah. Ia bertugas mengantarkan air kepada orangorang yang terluka lalu mengobati mereka. Ia telah kehilangan suami, sedangkan saudaranya dalam medan pertempuran.[44]

 Rabi’ah putri Ma’adz. Ia selalu mengobati orang-orang yang terluka.[45] Ia berkata, “Kami pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan kami memindahkan para korban perang ke Madinah.”

 Ummu Ziyad. Ia adalah salah seorang dari enam wanita yang pernah ikut serta dalam perang Khaibar.[46]

 Ummayah binti Qais. Ia memeluk Islam setelah peristiwa hijrah. Ia berkata, “Aku bersama beberapa wanita Bani Gaffar mendatangi Rasulullah Saw. dan kami berkata, “Kami bersedia untuk membantu Anda dan pergi ke Khaibar untuk mengobati orang-orang yang terluka.” Kemudian dengan gembira Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah! Semoga Allah membantu kalian.”[47]

 Layla Ghifariyah. Ia mengatakan, “Dahulu aku sering pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan di sana aku mengobati orang-orang yang terluka.”[48]

 Ummu Sulaim. Ia mengantarkan air untuk para prajurit di perang Uhud. Meskipun dalam keadaan hamil, ia tetap ikut dalam perang Hunain.[49]

 Mu’adzah Ghifariyah. Ia merawat orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.[50]

 Ummu Sanan Aslamiyah. Ketika ingin berangkat ke perang Khaibar, ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Aku ingin pergi bersamamu dan mengobati orang-orang yang terluka di medan perang serta membantu para pejuang. Aku akan menjaga perangkat perang mereka dan mengantarkan air untuk mereka.” Rasulullah Saw bersabda: “Baiklah. Pergilah bersama istriku, Ummu Salamah.”[51]

 Fatimah Zahra as. Muhammad bin Musalamah berkata, “Pada peristiwa perang Uhud, para wanita bertugas mencari air. Fatimah as. juga bersama mereka.[52] Para wanita memikul makanan di punggungnya, lalu mengobati orang-orang yang terluka dan memberikan air kepada mereka.”[53]

 Ummu Sulaith. Umar bin Khattab berkata, “Ummu Sulaith sering membawakan air untuk kami di perang Uhud dan ia juga memperbaiki peralatan perang.”[54]

 Nasibah. Ia pernah ikut serta dalam perang Uhud bersama suami dan kedua anaknya. Ia membawa air lalu memberikannya kepada para pejuang. Ketika perang menjadi semakin sengit, ia pun ikut berperang, sampai menanggung dua belas luka sayatan pedang.[55]

 Anisah. Pada peristiwa perang Uhud, ia menghampiri Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah! Anakku, Abdullah bin Salamah, adalah pejuangmu di perang Badar dan kini ia telah gugur di perang Uhud. Aku ingin membawanya ke Madinah, lalu aku memakamkannya di sana supaya dekat dengan rumahku, sehingga aku dapat merasa tenang dengannya.” Rasulullah Saw. Mengizinkannya. Ia membawa jenazah anaknya bersama satu lagi pria yang syahid, bernama Majdar bin Ziyad lalu melilitnya dengan suatu kain. Ia membawa mereka berdua ke Madinah dengan unta.[56]

Inilah peranan para wanita di zaman Rasulullah saw. yang beliau pimpin sendiri. Mungkin bantuan yang dipersembahkan oleh para wanita tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengerahan kekuatan militer seoptimal mungkin. Dengan tujuan tersebut para wanita di zaman Imam Mahdi af. akan menjalankan peran yang sama pula.

Pada zaman pemerintahan Imam Mahdi af. maupun sebelumnya, para wanita melakukan peran lainnya seperti: menyadarkan umat manusia akan bahaya Dajal.

Abu Sa’id Khudri berkata, “Setiap kali Dajal berniat menuju ke suatu tempat, sebelum ia sampai ke sana, seorang perempuan yang bernama Luaibah (Thayibah) datang ke tempat tersebut terlebih dahulu. Lalu berkata, ‘Dajal sedang mendatangi kalian! Jauhilah dia dan berhati-hatilah terhadap akibat perbuatannya!’”[57] []


Bab 2


SANG PEMIMPIN KEBANGKITAN




Kita telah mengupas beberapa hal mengenai revolusi dan kebangkitan Imam Mahdi af. Pada bagaian ini, kita akan membahas karakteristik jasmani dan rohani beliau berdasarkan penjelasan berbagai riwayat.
A- Karakteristik Jasmani

1. Usia dan Wajah


Imran putra Hashin berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Jelaskan kepadaku seperti apa Al-Mahdi dan bagaimana karakteristiknya?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah keturunanku, tubuhnya sekuat tubuh Bani Israil.[58] Ia akan bangkit ketika umatku mengalami kesulitan. Wajahnya mirip dengan wajah orang Arab. Dari postur tubuhnya, ia tampak seperti orang yang berumur 40 tahun. Wajahnya bagaikan bulan yang bersinar. Ia akan memenuhi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kebatilan dan kezaliman. Ia akan memimpin selama dua puluh tahun dan membuka (menguasai) kota-kota kekufuran seperti: Constantinopel, Roma dan kota-kota lainnya.’”[59]

Imam Hasan Mujtaba as. bersabda, “Allah Swt. Memanjangkan umur Al-Mahdi di zaman keghaibannya. Setelah itu, dengan kekuasaan Allah Swt. yang tidak terbatas, beliau muncul dengan wajahnya yang muda, seperti lelaki yang berusia kurang dari empat puluh tahun.”[60]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, orang-orang akan mengingkarinya dan tak seorang pun yang bergegas memenuhi panggilannya, kecuali orang-orang yang telah disumpah oleh Allah di alam Dzar.[61] Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda dan gagah.”[62]

Marawi bertanya kepada Imam Ridha as., ‘Apa tanda-tanda yang dimiliki Imam Mahdi ketika ia muncul nanti?’ Imam menjawab, ‘Tandanya adalah umurnya tua sekali, tetapi kelihatan masih muda. Sehingga ketika seseorang melihat dirinya beranggapan bahwa ia masih berumur empat puluh tahun, atau bahkan kurang dari empat puluh tahun. Tanda yang lain adalah, perjalanan waktu tidak membuatnya tua dan ia akan terus seperti itu sampai ajalnya tiba.’”[63]

Imam Shadiq as. bersabda, “Secara pasti, wali Allah (Imam Mahdi af.) akan hidup seratus dua puluh tahun seperti Ibrahim Al-Khalil as. Beliau akan muncul dengan wajah yang masih muda, bagaikan orang yang berumur 30 tahun.”[64]

Sebenarnya, umur beliau termasuk dari perkara-perkara yang ghaib. Jadi, tidak ada batasan tertentu seberapa lama beliau akan hidup. Tetapi, karena sebagian orang di zaman dahulu terbatas dengan budaya mereka, maka seringkali umur Imam Mahdi af. dibandingkan dengan umur Nabi Ibrahim as.

Almarhum Majlisi menuturkan, “Barangkali yang dimaksud oleh Imam adalah umur kepemimpinan beliau. Mungkin juga sebenarnya usia beliau hanya seratus dua puluh tahun, tetapi Allah Swt. memanjangkannya.”

Imam Mahdi af. kelak akan muncul dengan fisik yang masih segar dan gagah, yakni di pertengahan dan di akhir masa mudanya.[65]

Mengenai umur Imam Mahdi af. ketika beliau muncul, terdapat pendapat lain. Arthat berkata, “Imam Mahdi af. berumur enam puluh tahun.”[66] Ibnu Hammad berkata, “Imam Mahdi af. berumur 18 tahun.”[67]

2. Ciri-ciri Tubuh


Abu Bashir berkata kepada Imam Shadiq as., “Aku mendengar dari ayah Anda bahwa Imam Zaman af. memiliki dada yang lapang dan pundak yang lebar.” Imam berkata, “Wahai Abu Muhammad! Ayahku menggunakan pakaian perang Rasulullah Saw. Tetapi, pakaian tersebut terlalu besar baginya, hingga bagian bawah menyentuh tanah. Pakaian itu akan pas dengan tubuh Al-Mahdi, sebagaimana cocok dengan tubuh Rasulullah Saw. Pada bagian bawahnya terlihat pendek, sehingga orang-orang yang melihatnya mengira bahwa pakaian tersebut diikat.”[68]

Rayyan bin Shilat bertanya kepada Imam Ridha as., “Apakah Anda Shahibul Amr?” Beliau menjawab, “Ya, aku adalah Shahibul Amr. Tetapi, aku bukan Shahibul Amr yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana kezaliman telah memenuhi dunia. Bagaimana aku menjadi Shahibul Amr yang sedemikian rupa sedangkan engkau sendiri melihat kelemahan tubuhku? Dia adalah orang yang berusia tua, tetapi terlihat masih muda ketika muncul. Ia memiliki tubuh yang gagah dan kuat. Seandainya dia mengulurkan tangannya kepada suatu pohon yang paling besar, dia mampu untuk mencabutnya. Ketika dia berteriak di antara pegunungan, maka batu-batu akan pecah dan berpindah dari tempatnya.

Dia juga memiliki tongkat Nabi Musa as. dan cincin Nabi Sulaiman as.’”[69]
B. Kesempurnaan Akhlak


Sebagaimana para Imam lainnya, Imam Mahdi af. memiliki kesempurnaan akhlak yang mulia. Karena, para Imam adalah manusia sempurna dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Kebaikan akhlak mereka mencapai deraja tertinggi.

Imam Ridha as. bersabda, “Imam Mahdi af. adalah orang yang paling pandai, paling sabar, dan paling bertakwa. Daripada semua manusia, ia adalah orang yang paling dermawan, paling berani dan paling utama ibadahnya.”[70]
1. Takut kepada Allah


Ka’ab berkata, “Rasa takut dan kekhusyukan Imam Mahdi af. terhadap Allah seperti burung elang terhadap kedua sayapnya.”[71] Mungkin yang dimaksud oleh Ka’ab, meskipun elang merupakan burung yang kuat, tetapi kekuatannya bertumpu kepada kedua sayapnya. Ketika kedua sayapnya tidak menolongnya untuk terbang, maka ia akan terjatuh ke tanah. Meskipun Imam Mahdi af. adalah seorang pemimpin yang paling kuat di dunia, tetapi kekuatan tersebut berasal dari Allah Swt. Jika sekali saja Allah tidak memberikan pertolongan kepadanya, maka beliau tidak bisa melakukan apa-apa.

Oleh karena itu, Imam Mahdi sangat takut dan khusuk di hadapan Allah.

Sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Thawus[72] , kekhusyukan Imam Mahdi af. diibaratkan seperti kedua ujung sebuah tombak. Kecepatan tangan dan ketelitian seseorang dalam melemparkan tombak, bergantung pada kedua ujung tombak tersebut. Bagaikan kedua sayap, jika sedikit saja bengkok, maka seseorang tidak akan dapat melemparkan tombak dengan tepat.

Barangkali maksudnya adalah kekuatan Imam Mahdi af. datang dari Allah, dan beliau bergantung kepada pertolonganNya.

2. Kezuhudan


Imam Shadiq as. bersabda, “Mengapa kalian terburu-buru dengan kedatangan Al-Mahdi? Allah mengetahui bahwa makanannya adalah makanan yang keras dan tidak enak. Makanannya adalah roti yang terbuat dari gandum jelek. Pemerintahannya adalah pemerintahan pedang dan kematian di bawah bayangan pedang.”[73] Utsman bin Hammad berkata, “Aku pernah hadir pada acara

majlis Imam Shadiq as. Pada suatu saat, datang seseorang dan berkata kepada Imam, ‘Imam Ali as. mengenakan pakaian kasar yang harganya hanya empat dirham. Tetapi, engkau mengenakan pakaian yang mahal harganya!’ Imam menjawab, ‘Imam Ali as. menggunakan pakaian seperti itu pada suatu

zaman, di mana tidak ada yang mencaci orang untuk berpakaian demikian. Sebaik-baiknya pakaian suatu zaman adalah pakaian yang dipakai orang-orang di zaman itu. Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian seperti milik Imam Ali as. dan ia akan meniru beliau dalam kekuasaannya.’”[74]

C. Pakaian


Terdapat beberapa riwayat yang menerangkan pakaian khusus yang akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika ia muncul. Terkadang disebutkan bahwa ia akan memakai pakaian Rasulullah Saw. Terkadang juga dikatakan bahwa beliau akan mengenakan pakaian Nabi Yusuf as.

Ya’qub bin Syu’aib menuturkan, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Apakah kalian ingin aku beritahu mengenai pakaian apa yang kelak akan dikenakan oleh Imam Mahdi af. ketika muncul nanti?’ Ia berkata, ‘Ya, aku ingin tahu hal itu.’ Imam meminta sebuah kotak, lalu membukanya. Setelah itu beliau mengeluarkan sebuah pakaian yang di bagian lengannya terdapat bekas darah.

“Imam kembali bersabda, ‘Inilah pakaian Rasulullah Saw. yang pernah beliau kenakan saat perang Uhud. Ketika itu empat giginya patah. Imam Mahdi akan bangkit dengan menggunakan pakaian ini.’ Aku mencium pakaian tersebut dan meletakkan bekas darah itu di mataku, kemudian Imam mengambilnya.”[75]

Mufadhal bin Umar bercerita, “Imam Shadiq as. bersabda, ‘Tahukah engkau apa pakaian Nabi Yusuf as.?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Imam kembali bersabda, ‘Ketika Nabi Ibrahim as. dilemparkan ke dalam api, Jibril membawakan sebuah pakaian, lalu memakaikannya ke tubuh beliau, sehingga beliau aman dari panas dan dingin. Ketika ajalnya hampir tiba, ia meletakkan pakaian itu dalam sebuah tempat kecil yang terdapat doa di dalamnya dan menggantungkannya di lengan anaknya; Ishak as. Ia memberikan kepada anaknya, Yakub as. Ketika Yusuf as. lahir, Yakub menggantungkannya di lengan Yusuf as. Yusuf as. mengalami berbagai macam peristiwa, hingga suatu hari ia menjadi penguasa Mesir. Ketika Yusuf mengeluarkan pakaian tersebut dari tempat itu, Yakub as. mengenal baunya dan berkata, ‘Sungguh aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)’[76] Dan itu adalah sebuah pakaian yang diturunkan dari surga.’”

Mufadhal kembali bertanya, ‘Semoga aku menjadi tebusanmu! Pakaian itu berada di tangan siapakah?’ Beliau menjawab, ‘Berada di tangan pemiliknya; pakaian itu ada di tangan Al-Mahdi ketika ia muncul nanti.’ Imam kemudian melanjutkan perkataannya, ‘Setiap nabi yang meninggalkan suatu warisan berupa pengetahuan atau selainnya, maka sesungguhnya semua itu sampai di tangan Rasulullah Saw.’”[77]

D. Senjata


Rasulullah Saw. bersabda kepada Imam Ali as., “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul dan masa pemerintahannya berlangsung, ia memegang sebuah pedang lalu diseru, ‘Wahai wali Allah! Berjuanglah dan bunuh musuh-musuhmu!’”[78]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan mengenakan pakaian Rasulullah Saw. yang pernah dipakai oleh beliau di saat perang Uhud. Ia juga akan memakai sorban beliau. Ia juga memegang pedang Dzulfiqar milik Rasulullah Saw. dan selalu menghunuskannya selama delapan bulan untuk membunuh orang-orang tak beragama.”[79]

Jabir Ja’fi menuturkan, “Imam Baqir as. bersabda, ‘Al-Mahdi (af.) akan muncul di Mekah di antara rukn dan maqam, bersama tiga ratus tiga belas kawannya. Ia bangkit dengan ajaran Rasulullah Saw. dan bendera serta senjatanya. Ketika itu, terdengar suara seruan dari langit Mekah dengan nama Wilayah yang memanggil nama beliau. Seluruh umat manusia di dunia mendengar suara itu dan namanya sebagaimana nama Rasulullah Saw.’”[80]

E. Memahami Wajah


Salah satu kekhususan yang dimiliki oleh Imam Mahdi af. adalah beliau mampu memahami batin semua orang hanya dengan melihat wajahnya. Ia mampu membedakan orang yang baik dan yang tidak. Dengan pengetahuan tersebut, beliau mengetahui pelaku kezaliman dan kerusakan kemudian menumpasnya.

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, tidak ada seorang pun yang tersisa di dunia kecuali beliau mengetahuinya; apakah ia termasuk orang yang saleh ataukah orang yang zalim maupun perusak.”[81]

Beliau juga bersabda, “Ketika Qaim kami (Imam Mahdi af.) muncul, ia akan mengenal musuh-musuhnya dari wajah mereka. Pada waktu itu juga ia dan kawan-kawannya akan menangkap dan menumpas mereka.”[82]

Imam kembali bersabda, “Ketika Qaim Ali Muhammad Saw. (Imam Mahdi af.) muncul, berkat kekuatan yang dimilikinya, ia dapat membedakan antara kawan dan lawan.”

Mu’awiyah Dahani bertanya kepada Imam Shadiq as. mengenai ayat, ‘Orang-orang yang berdosa dikenal dengan wajah mereka, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka’[83] . Imam Shadiq as. bersabda, ‘Wahai Mu’awiyah! Apa yang dikatakan orang lain mengenainya?’ Ia menjawab, ‘Mereka mengira Allah akan mengetahui para pendosa dari raut wajah dan tubuhnya di Hari Kiamat. Lalu, rambutnya akan ditarik dan kakinya akan dipegang, kemudian dilemparkan ke dalam api.’ Imam bersabda, ‘Apa perlunya Allah melihat raut wajah mereka agar mengetahui apakah ia pendosa atau tidak, padahal Dia sendiri yang telah menciptakan mereka?’ Dahani bertanya, ‘Lalu apa makna ayat ini?’ Beliau menjawab, ‘Ketika al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul, Allah memberinya ilmu untuk memahami wajah. Lalu beliau memerintahkan pasukannya untuk memegang kepala dan kaki orang-orang jahat dan membunuhnya dengan pedang.’”[84]

Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan zaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang kendali langit dan bumi.

Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.

Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi Yang Dijanjikan.

F. Keramat Imam Mahdi af.


Pada Akhir zaman, semua orang menanti berdirinya suatu pemerintahan yang adil dan melayani rakyat. Tetapi, tak jarang mereka merasa pesimis terhadap berdirinya suatu pemerintahan demikian. Mereka tidak lagi bersedia mendengarkan ucapan berbagai kelompok dan partai. Mereka juga tak yakin ada seseorang yang mampu mengembalikan kondisi dunia menjadi teratur seperti sediakala.

Oleh karena itu, setiap yang mengaku bahwa dirinya akan merubah dunia dan mengembalikan keteraturannya harus memiliki kekuatan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Demi membuktikan hal ini, diperlukan keramat maupun mukjizat. Maka, ketika Imam Mahdi af. muncul, ia melakukan beberapa perbuatan luar biasa yang menunjukan keramatnya. Ia dapat memerintahkan burung yang sedang terbang di langit untuk turun ke tanah dan hinggap di tangan beliau. Ia juga mampu menancapkan kayu yang kering ke dalam tanah tandus, lalu menjadi hijau dan tumbuh mengeluarkan ranting dan daun.

Berbagai keistimewaan tersebut membuktikan kepada umat manusia bahwa dengan izin Allah Swt., langit dan bumi tunduk di hadapannya. Keramatnya ini menjadi berita gembira bagi kaum tertindas yang berada di bawah berbagai tekanan dan kezaliman selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Selama itu, banyak orang yang menjadi korban berbagai kekejian. Setiap hari, mereka di hujani bom yang dilemparkan dari pesawat terbang. Jutaan nyawa dari kerabatnya telah tiada. Tanpa mendapatkan perlindungan, mereka harus menanggung semua penderitaan zaman itu. Tetapi, ketika melihat keberadaan Imam Mahdi af., mereka mulai menyadari tengah berada di hadapan seorang pemimpin yang memegang kendali langit dan bumi.

Akibat musim paceklik yang melanda, mereka didera kemiskinan. Setiap hari, mereka terus-menerus dihimpit kelaparan. Bahkan, untuk mendapatkan sesuap nasi saja, sangat kepayahan. Namun kini, mereka berada di hadapan seseorang yang dengan isyaratnya, bumi yang kering dapat menumbuhkan tanaman dan pepohonan. Hujan pun turun menebarkan rahmat.

Orang-orang yang selama ini, selalu merasakan pedihnya hidup diterpa wabah penyakit yang tak dapat disembuhkan. Kini, berada di hadapan seorang lelaki yang dapat menyembuhkannya. Bahkan, beliau dapat menghidupkan orang yang telah mati. Inilah keramat beliau, yang membuktikan kekuatan, kejujuran, dan kebenaran ucapan-ucapannya. Dengan keramat ini, umat manusia di muka bumi bisa membedakan antara beliau dengan para penyelamat palsu, yang mengklaim dirinya sebagai orang yang menyelamatkan kehidupan umat manusia. inilah penyelamat sejati; Mahdi Yang Dijanjikan.

Adakalanya keramat-keramat tersebut sengaja diperlihatkan kepada para prajuritnya, sehingga meningkatkan keimanan mereka. Terkadang ia tunjukkan kepada musuh-musuhnya, juga orang-orang yang meragukannya, agar mereka bersedia mengimaninya.

Kini, mari kita membahas beberapa keramat Imam Mahdi af.

1. Burung yang Berbicara

Imam Ali as. bersabda, “Dalam perjalanannya, Imam Mahdi bertemu dengan salah seorang sayid yang bernama Hasani dengan dua belas ribu pasukannya. Hasani berusaha untuk mengajak Imam Mahdi af. berdebat dan beranggapan bahwa dirinya lebih pantas untuk memimpin. Imam Mahdi af. berkata kepadanya, ‘Aku adalah Al-Mahdi.’ Hasani menuntut, ‘Apakah engkau memiliki tanda dan bukti supaya aku dapat membaiatmu?’ Imam Mahdi af. memberikan isyarat kepada seekor burung yang sedang terbang, lalu burung itu pun turun dan hinggap di tangannya. Kemudian dengan izin Allah, burung itu membuka mulutnya dan berbicara seraya bersaksi akan kebenaran Imam Mahdi af.

Supaya Sayid Hasani lebih yakin, Imam Mahdi menancapkan kayu kering ke atas tanah. Lalu, kayu itu berubah menjadi hijau dan mengeluarkan batang serta daun. Tak lama kemudian, ia mengambil sebuah batu, lalu ia meremas dengan tangannya dan batu itu pun remuk seketika.

Dengan melihat beberapa keramat tersebut, Sayid Hasani itu percaya bahwa ia adalah Al-Mahdi. Dia bergabung dengan Imam Mahdi af. dan mempersembahkan pasukannya. Lalu Imam Mahdi af. menjadikannya sebagai komandan pasukan garis depan.”[85]

2. Makanan dan Minuman yang Keluar dari Tanah

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul di Mekah dan hendak berangkat menuju Kufah, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman. Ketika itu, Imam Mahdi af. membawa sebuah batu yang pernah digunakan oleh Nabi Musa as. untuk mengeluarkan dua belas mata air dari tanah. Setiap kali berhenti berjalan untuk istirahat, ia menggunakan batu itu untuk mengeluarkan mata air dari tanah. Setiap orang yang lapar akan menjadi kenyang dengan meminum air itu, dan setiap orang yang haus dapat melepas rasa haus dengan meminumnya.

Seperti ini makanan dan minuman selalu tersedia bagi pasukannya sampai ia sampai ke kota Najaf. Di sana ia meletakkan batu itu di atas tanah lalu dari tanah keluar air dan susu yang dapat mengenyangkan setiap orang yang lapar.”[86]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika al-Qaim (af.) muncul, ia membawa bendera Rasulullah Saw., cincin Nabi Sulaiman as., batu, dan tongkat Nabi Musa as. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal makanan dan minuman untuk diri mereka dan hewan kendaraannya.

Sebagian orang, ada yang ragu dan berkata, ‘Ia ingin membuat kita celaka dan membunuh hewan kendaraan kita dengan membiarkannya kelaparan!’ Akhirnya mereka pun berangkat memulai perjalanan. Setibanya di suatu tempat, Imam Mahdi af melemparkan batu yang dibawanya, lalu muncul makanan, minuman, dan rumput-rumputan dari tanah tersebut. Kemudian pasukannya memanfaatkan makanan dan minuman itu sampai mereka tiba di kota Najaf.”[87]

3. Melipat Bumi dan Tanpa Bayangan

Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, bumi menjadi terang dengan cahaya Ilahi, dan akan berputar cepat di bawah kedua kakinya (ia mampu menempuh jarak yang jauh dengan cepat). Dialah orang yang tidak memiliki bayangan.”[88]

4. Kendaraan

Imam Baqir as. berkata kepada seseorang yang bernama Surah, “Zulkarnain memiliki ikhtiar untuk memilih di antara kedua awan; awan yang keras dan yang tidak keras. Ia memilih awan yang tidak keras, dan awan yang keras disimpan untuk Imam Mahdi af.”

Kemudian Surah bertanya, “Apa yang dimaksud awan keras?” Imam menjawab, “Ia adalah awan yang di dalamnya terdapat petir dan kilat. Imam Mahdi af. akan menaiki awan itu dan dengannya ia terbang ke langit melewati tujuh langit dan tujuh bumi, yaitu lima bumi yang ditinggali dan dua bumi yang hancur.”[89]

Imam Shadiq as. bersabda, “Allah telah memberikan ikhtiar kepada Zulkarnain untuk memilih di antara dua awan; awan yang keras dan awan yang tidak keras. Zulkarnain memilih awan yang tidak keras, yakni awan yang tidak ada kilat dan petir di dalamnya. Seandainya ia memilih awan yang keras, ia tidak akan diizinkan untuk menggunakannya. Karena, awan itu disimpan untuk Al-Mahdi.”[90]

5. Zaman Lambat Berputar

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Zaman af. muncul, ia bergerak menuju Kufah. Di sana, ia akan memimpin selama tujuh tahun, di mana setiap tahunnya sama seperti sepuluh tahun yang kalian rasakan. Setelah itu, Allah melakukan apa yang dikehendaki.” Kemudian, seseorang bertanya, “Bagaimana bisa tahun menjadi panjang dan lama?” Imam menjawab, “Allah memerintahkan tata surya (dan malaikat yang mengaturnya) untuk bergerak dengan lambat. Dengan demikian, hari-hari dan tahun kalian akan menjadi lambat.”

Orang itu kembali berkata, “Banyak orang yang mengatakan bahwa ketika tata surya melambatkan gerakannya sedikit saja, maka semua akan hancur.” Imam menjawab, “Ini adalah ucapan kaum Dahri (sepaham materialis) yang mengingkari Allah. Tetapi, orang Islam (yang meyakini keberadaan Tuhan penguasa alam semesta) tidak mengutarakan ucapan tersebut.”[91]

6. Kekuatan Takbir

Mengenai penguasaan Constantinople di tangan Imam Mahdi af., Ka’ab menuturkan, “Imam Mahdi af. menancapkan benderanya di atas tanah. Lalu, mencari air untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Tetapi, air menjauh dari beliau. Imam mengambil benderanya dan berjalan mendekati air hingga menuju suatu tempat. Kemudian ia menancapkan benderanya ke tanah, lalu memanggil pasukannya seraya berkata, “Wahai umat manusia! Allah telah membelah lautan untuk kalian, sebagaimana telah membelahnya bagi Bani Israil.” Pasukan Imam Mahdi af melewati lautan yang terbelah, mereka bergerak menuju kota Constantinople. Pasukan beliau meneriakkan takbir, hingga dinding-dinding bangunan kota itu bergetar.

Untuk kedua kalinya mereka meneriakkan takbir dan dinding-dinding kota itu bergetar kembali. Untuk ketiga kalinya mereka meneriakkan takbir, dinding-dinding yang berada di antara dua belas menara pengawas runtuh.”[92]

Rasulullah Saw. bersabda, “… Al-Mahdi akan sampai di kota Constantinople. Pada zaman itu, benteng di tempat tersebut memiliki tujuh dinding. Imam Mahdi af. mengucapkan tujuh takbir, lalu dinding-dinding itu runtuh. Banyak orang-orang yang mati dan banyak juga yang memeluk Islam.”[93]

Mengenai hal ini, Imam Ali as. bersabda, “… kemudian AlMahdi (af.) dan pasukannya melanjutkan perjalanan. Tidak ada satu pun benteng Romawi yang terlewatkan. Hanya dengan mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dinding-dinding benteng itu hancur. Akhirnya, mereka sampai di dekat kota Constantinople. Lalu, mereka mengucapkan beberapa takbir, kemudian teluk yang berada di dekat kota itu mengering dan dinding-dinding bangunan kota roboh.[94] Tak lama kemudian mereka bergegas menuju kota. Sesampainya di sana, mereka mengucapkan tiga takbir. Seketika, kota itu hancur bagaikan pasir yang ditiup oleh angin lebat.”[95]

7. Melintasi Air

Imam Shadiq as. bersabda, “Ayahku menuturkan bahwa pada saat al-Qaim (Imam Mahdi af.) muncul … ia mengirim pasukannya menuju kota Constantinople. Ketika sampai di sebuah teluk, mereka menulis beberapa kalimat di atas kulit kakinya masing-masing. Dengan cara ini, mereka mampu melangkah di atas air. Ketika orang-orang Romawi melihat peristiwa tersebut, mereka saling berkata, ‘Jika prajurit AlMahdi seperti ini, lalu seperti apa Al-Mahdi itu sendiri?’ Lalu, mereka membukakan pintu supaya pasukan Imam Mahdi af. dapat memasuki kota dan memimpin di sana.”[96]

8. Menyembuhkan Orang Sakit

Imam Ali as. bersabda, “… Al-Mahdi (af.) akan mengibarkan benderanya dan menampakkan berbagai mukjizatnya. Dengan izin Allah, ia akan melakukan sesuatu dari yang tidak terjadi sebelumnya. Ia akan menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Lepra dan menghidupkan orang-orang yang mati, juga mematikan orang-orang yang hidup.”[97]

9. Tongkat Nabi Musa as.

Imam Baqir as. bersabda, “Tongkat Nabi Musa as. mulanya adalah milik Nabi Adam as. lalu berpindah ke tangan Nabi Syu’aib as., kemudian ke tangan Musa bin Imran as. Tongkat tersebut kini berada di tangan kami, dan aku melihatnya masih hijau, seperti baru diambil dari pohonnya. Ketika ada yang bertanya kepada tongkat itu, ia akan menjawab pertanyaannya. Sesungguhnya tongkat itu disiapkan untuk al-Qaim (Imam Mahdi af). Apa pun yang dilakukan oleh Musa as. akan dilakukan juga oleh al-Qaim. Apa pun yang diperintahkan kepada tongkat itu, ia akan melakukannya. Kapanpun tongkat itu dilemparkan, ia akan menelan sihir-sihir jahat.”[98]

10. Seruan Awan

Imam Shadiq as. bersabda, “Al-Mahdi (af.) akan muncul di akhir zaman. Awan berada di atas kepala beliau. Kemana pun ia pergi, awan tersebut mengikutinya. Awan itu selalu melindungi beliau dari terik mentari yang panas, seraya berseru dengan jelas, ‘Inilah Al-Mahdi.’”[99]

Imam as. juga bersabda, “Tak ada satu pun mukjizat yang dimiliki para Nabi yang tidak dapat dilakukan oleh Imam Mahdi af. Allah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepadanya, supaya hujjah menjadi sempurna.”[100] []




DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN1


Najmuddin Thabasi1


Penerjemah: Muhammad Habibi1


PRAKATA PENERBIT2


PENDAHULUAN5


Bab 1 KEBANGKITAN IMAM MAHDI11


A. Berita Kemunculan Imam Mahdi af14


B. Bendera Kebangkitan16


C. Suka Cita Umat Manusia17


D. Lepas dari Belenggu Penindasan19


E. Peran Para Wanita dalam Revolusi Imam Mahdi af21


Biografi Singkat Para Wanita Mulia24


Peranan Para Wanita di Zaman Nabi Saw37


Bab 242


SANG PEMIMPIN KEBANGKITAN42


A- Karakteristik Jasmani42


1. Usia dan Wajah42


2. Ciri-ciri Tubuh46


B. Kesempurnaan Akhlak47


1. Takut kepada Allah47


2. Kezuhudan49


C. Pakaian50


D. Senjata52


E. Memahami Wajah53


F. Keramat Imam Mahdi af56



[1] Dengan bantuan beberapa orang dari Hauzah Ilmiyah Qom, saya berhasil menyusun kitab yang tebalnya lima jil. ini. Buku ini dicetak oleh Bonyad-e Ma’aref-e Eslami (Lembaga Pemikiran Islami) Qom, pada tahun 1411 H. Insya Allah, akan dilakukan revisi dalam waktu dekat.

[2] Itsbatul Hudat, hal. 496; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 279.

[3] Thusi, Ghaibah, hal. 274; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 252; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 290.

[4] Kamaluddin, jil. 2, hal. 653; Thusi, Ghaibah, hal. 274; At Tahdzib, jil. 4, hal. 333; Maladzul Akhbar, jil. 7, hal. 174; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 285.

[5] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 285.

[6] At Tahdzib, jil. 4, hal. 300; Ibnu Thawus, Iqbal, hal. 558; Kharaij, jil. 3, hal. 1159; Wasailus Syi’ah, jil 7, hal. 338; Biharul Anwar, jil. 98, hal. 34; Maladzul Akhyar, jil. 7, hal. 116.

[7] Thusi, Ghaibah, hal. 274; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 290.

[8] Al Mazhabul Bari’, jil. 1, hal. 194; Khatun Abadi, Arba’in, hal. 187; Wasailus Syia’ah, jil. 5, hal. 228; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 571; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 208.

[9] Al-Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 68; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 324.

[10] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95, Aqdud Durar, hal. 145; Safarini, Lawaih, jil. 2, hal. 11; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 262.

[11] Imam Baqir as. berkata kepada Abu Hamzah, “Seakan-akan aku melihat Qaim Ahlil Baitku yang sedang memasuki Najaf. Ketika ia sampai di tempat tertinggi di Najaf, ia mulai mengibarkan bendera Rasulullah Saw. Ketika bendera tersebut telah dikibarkan, turunlah para malaikat yang pernah mendampingi Rasulullah Saw. dalam perang Badar.” Ayyashi, Tafsir, jil. 1, hal. 103; Nu’mani, Ghaibah, hal. 308; Kamaluddin, jil. 2, hal. 672; Tafsir Burhan, jil. 1, hal. 209; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 326.

[12] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 582; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 305.

[13] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 98; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 68; Al Qaulul Mukhtasar, hal. 24; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 435; As Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 210.

[14] Aqdud Durar, hal. 84 dan 149; Al Bayan, hal. 118; Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 431; Ad Dur Al Mantsur, jil. 6, hal. 50; Nurul Absar, hal. 170; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 150.

[15] Al-Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 68; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 324.

[16] Kharaij, jil. 3, hal. 1169; Thusi, Ghaibah, hal. 368.

[17] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 530.

[18] Aqdud Durar, jalaman 167.

[19] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Fatawa Al Hadisah, hal. 31; Al Qaulul Mukhtasar, hal. 23.

[20] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 83; Al Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 67; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 118; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64.

[21] Qurtubi, Mukhtasar Tadzkirah, hal. 128; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 260.

[22] Musnad Ahmad, jil. 2, hal. 76; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 424; Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 15.

[23] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 151.

[24] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 515; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 338; At Tashrih, hal. 254.

[25] Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 65; Nu’mani, Ghaibah, hal. 279.

[26] Dalailul Imamah, hal. 259; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 75.

[27] Bayanul A’imah, jil. 3, hal. 338.

[28] Rayahin As Syari’ah, jil. 5, hal. 153; Khasais Fathimiyah, hal. 343.

[29] Minhajud Dumu’, hal. 93.

[30] Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 7; Halabi, Sirah, jil. 1, hal. 59.

[31] Abdur Razzaq, Mushannif, jil. 4, hal. 309; Al Ishabah, jil. 4, hal. 432.

[32] Tanqihul Maqam, jil. 3, hal. 70.

[33] Ibid, hal. 78.

[34] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 481.

[35] Mu’jamu Riijal Al-Hadis, jil. 14, hal. 23, 108, dan 176; Rayahinus Syari’ah, jil. 3, hal. 281.

[36] Tanqihul Maqal, jil. 23, hal. 75.

[37] Kafi, jil. 1, hal. 346; Tanqihul Maqal, jil. 3, hal. 75 (cetakan lama).

[38] A’yanus Syi’ah, 32, hal. 6.

[39] Ikhtiyar Ma’rifat Rijal, hal. 75; Syarhu Hal Rasyid; Tanqihul Maqal, jil. 1, hal. 431 dan jil. 3, hal. 82; Mu’jam Rijalul Hadis, jil. 7, hal. 190; A’yanus Syi’ah, jil. 32, hal. 6; Safinatul Bihar, jil. 2, hal. 522; Rayahinus Syari’ah, jil. 5, hal. 40.

[40] Ibnu Awanah, Musnad, jil. 4, hal. 331.

[41] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 270.

[42] Kanzul Ummal, jil. 4, hal. 340.

[43] Al-Ishabah, jil. 4, hal. 433.

[44] Ibnu Sa’ad; Thabaqat, jil. 8, hal. 241.

[45] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 451; Shahih Bukhari, jil. 14, hal. 168.

[46] Al-Ishabah, jil. 4, hal. 444.

[47] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 405.

[48] Naqshe Zanan dar Jang, hal. 22.

[49] Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqat, jil. 8, hal. 425.

[50] A’lamun Nisa’, jil. 5, hal. 61.

[51] Rayahinus Syari’ah, jil. 3, hal. 410.

[52] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 249.

[53] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 249.

[54] Shahih Bukhari, jil. 12, hal. 153.

[55] Waqidi, Maghazi, jil. 1, hal. 268.

[56] Usud Ghabah, jil. 5, hal. 406; Rujuk pula: Hujjatul Islam Muhammad Thabasi, Naqshe Zanan.

[57] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 151; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 602.

[58] Para pengikut Nabi Musa as. yang disebut dengan Bani Israil adalah orang-orang yang memiliki tubuh kuat.

[59] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142.

[60] Kamaluddin, jil. 1, hal. 315; Kifayatul Atsar, hal. 224; A’lamul Wara, hal. 401; Al-Ihtijaj, hal. 289.

[61] Alam Dzar adalah alam yang dialami manusia sebelum dilahirkan di dunia. Di alam itu, Tuhan telah meminta semua manusia untuk berikrar dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS Al A’raf: 172). Sebagian mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah dihadirkannya arwah anak keturunan Adam as. di alam ruh yang pada waktu itu Allah memerintahkan semua manusia untuk mengakui bahwa hanya Allah sebagai Tuhan sehingga kelak tidak ada alasan bagi mereka saat mereka mengkufuri Tuhannya.

[62] Nu’mani, Ghaibah, hal. 188; Aqdud Durar, hal. 41; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 287; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 492.

[63] Kamaluddin, jil. 2, hal. 652; A’lamul Wara’, hal. 435; Kharaij, jil. 3, hal. 1170.

[64] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 283.

[65] Ibid.

[66] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 586.

[67] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 102.

[68] Bashairud Darajat, jil. 4, hal. 199; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 440 dan 520; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 319.

[69] Kamaluddin, jil. 2, hal. 48; A’lamul Wara, hal. 407; Kasyful ghummah, jil. 3, hal. 314; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 322; Wafi, jil. 2, hal. 113; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 478.

[70] YaNabi’ul Mawaddah, hal. 401; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 537; Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 367.

[71] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 100; Aqdud Durar, hal. 158; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 101.

[72] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73.

[73] Nu’mani, Ghaibah, hal. 233 dan 234, dengan sedikit perbedaan; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 354.

[74] Kafi, jil. 6, hal. 444; Bihar al-Anwar, jil. 41, hal. 159 dan jil. 47, hal. 55.

[75] Nu’mani, Ghaibah, hal. 243; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 542; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 575; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 255.

[76] QS Yusuf: 94.

[77] Kafi, jil. 1, hal. 232; Kamaluddin, jil. 2, hal. 674; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 327.

[78] Kifayatul Atsar, hal. 263; Bihar al-Anwar, jil. 36, hal. 409; Awalim, jil. 15, bagian 3, hal. 269; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 563.

[79] Nu’mani, Ghaibah, hal. 308; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 223; Irsyad, hal. 275.

[80] Al Ushulus Sitta Asyar, hal. 79; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 588; Bihar al-Anwar, jil. 26, hal. 209; Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 38.

[81] Kamaluddin, jil. 2, hal. 671; Kharaij, jil. 2, hal. 930; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 493; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 58 dan jil. 51 hal. 389.

[82] Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 357; Nu’mani, Ghaibah, hal. 242; Kamaluddin, jil. 2, hal. 366; Irsyad, jil. 5, 36; A’lamul Wara, hal. 433; Kasyful Ghummah, jil.

[83] QS Ar Rahman: 41.

[84] Ikhtishas, hal. 304; Nu’mani, Ghaibah, hal. 128; Bashairud Darajat, hal. 356; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321; As Syi’ah Wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 431; Al-Mahajah, hal. 217; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 429.

[85] Aqdud Durar, hal. 97, 138, 139; Al Qaulul Muktashar, hal. 19; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 158.

[86] Bashairud Darajat, hal. 188; Kafi, jil. 1, hal. 231; Nu’mani, Ghaibah, hal. 238; Kharaij, jil. 2, hal. 690; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 84; Bihar al-Anwar, jil. 13, hal. 185, dan jil. 52, hal. 324.

[87]

[88] Kamaluddin, hal. 372; Kifayatul Atsar, hal. 323; A’lamul Wara, hal. 408; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 314; Faraidus Simthain, jil. 2, hal. 336; YaNabi’ul Mawaddah, hal. 489; Nurut Tsaqalain, jil. 4, hal. 47; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 157. Lihat juga: Kifayatul Atsar, hal. 324; Ihtijaj, jil. 2, hal. 449; A’lamul Wara’, hal. 409; Kharaij, jil. , hal. 1171; Mustadrakul Wasail, jil. 2, hal. 33.

[89] Mufid, Ikhtishas, hal. 199; Bashairud Darajat, hal. 409; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 321.

[90] Ikhtishahs, hal. 326; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337; As-Syi’ah wa ArRaj’ah, jil. 1, hal. 400.

[91] Mufid, Irsyad, hal. 365; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.

[92] Aqdud Durar, hal. 138.

[93] Al-Ilalul Mutanahiyah, jil. 2, hal. 855; Aqdud Durar, hal. 180.

[94] Maksudnya adalah jalan akan terbuka bagi mereka; karena beliau memiliki mukjizat-mukjizat yang pernah dimiliki oleh para nabi.

[95] Aqdud Durar, hal. 139.

[96] Nu’mani, Ghaibah, hal. 159; Dalailul Imamah, hal. 249; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 365.

[97] As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 169.

[98] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 318 dan 351, Kafi, jil. 1, hal. 232.

[99] Tariku Mawalid Aimmah, hal. 200; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 265; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 260; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 240; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 615; Nuri, Kasyful Asrar, hal. 69.

[100] Khatun Abadi, Arba’in, hal. 67; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 700.




















PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN


Najmuddin Thabasi



Penerjemah: Muhammad Habibi


PRAKATA PENERBIT






Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Pusaka dan peninggalan berharga Ahlul Bait as. yang sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam khazanah mereka merupakan universitas lengkap yang mengajarkan berbagai ilmu Islam. Universitas ini telah mampu membina jiwa-jiwa yang berpotensi untuk menguasai pengetahuan dari sumber tersebut. Mereka mempersembahkan kepada umat Islam ulama-ulama besar yang membawa risalah Ahlul Bait as., ulama-ulama yang mampu menjawab secara ilmiah segala kritik, keraguan dan persoalan yang dikemukakan oleh berbagai mazhab dan aliran pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam.

Berangkat dari misi dan tugas yang diemban, Lembaga Internasional Ahlul Bait (Majma‘ Jahani Ahlul Bait) berusaha mempertahankan kemu-liaan risalah dan hakikatnya dari serangan tokoh-tokoh firqah (kelompok), mazhab, dan berbagai aliran yang memusuhi Islam. Dalam hal ini, kami berusaha mengikuti jejak Ahlul Bait as. dan penerus mereka yang sepanjang masa senantiasa tegar dalam menghadapi tantangan dan tetap kokoh di garis depan perlawanan.

Khazanah intelektual yang terdapat dalam karya-karya ulama Ahlul Bait as. tidak ada bandingannya, karena buku-buku tersebut berpijak pada landasan ilmiah dan didukung oleh logika dan argumentasi yang kokoh, serta jauh dari pengaruh hawa nafsu dan fanatik buta. Karya-karya ilmiah yang dapat diterima oleh akal dan fitrah yang sehat tersebut juga mereka peruntukkan kepada para ulama dan pemikir.

Dengan berbekal sekian pengalaman yang melimpah, Lembaga Internasional Ahlul Bait berupaya mengetengahkan metode baru kepada para pencari kebenaran melalui berbagai tulisan dan karya ilmiah yang disusun oleh para penulis kontemporer yang mengikuti dan mengamalkan ajaran mulia Ahlul Bait as. Di samping itu, lembaga ini berupaya meneliti dan menyebarkan berbagai tulisan bermanfaat dari hasil karya ulama Syi‘ah terdahulu. Tujuannya adalah agar kekayaan ilmiah ini menjadi sumber mata air bagi setiap pencari kebenaran di seluruh penjuru dunia. Perlu dicatat bahwa era kemajuan intelektual telah mencapai kematangannya dan relasi antarindividu semakin ter-jalin demikian cepatnya. Sehingga pintu hati terbuka untuk menerima kebenaran ajaran Ahlul Bait as.

Kami mengharap kepada para pembaca yang mulia kiranya sudi menyampaikan berbagai pandangan berharga dan kritik konstruktifnya demi kemajuan Lembaga ini di masa mendatang. Kami juga mengajak kepada berbagai lembaga ilmiah, ulama, penulis, dan penerjemah untuk bekerja sama dengan kami dalam upaya menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam yang murni. Semoga Allah swt. berkenan menerima usaha sederhana ini dan melimpahkan taufik-Nya serta senantiasa menjaga Khalifah-Nya (Imam Al-Mahdi as.) di muka bumi ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth. Najmuddin Thabasi yang telah berupaya menulis buku ini. Demikian juga kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sdr. Muhammad Habibi yang telah bekerja keras menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.



Divisi Kebudayaan Lembaga Internasional Ahlul Bait

PENDAHULUAN




Segera setelah negeri Shush—tempat Nabi Daniel as. dimakamkan—lepas dari kekuasaan orang-orang partai Baath, penduduk di sana secara bertahap kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan ketika itulah saya mendapat kehormatan untuk hadir bersama para pejuang. Di masjid jami kota bersejarah itu, saya menyampaikan rangkaian kuliah seputar Imam Zaman af. dengan mengacu kepada kitab Bihar al-Anwar karya ‘Allamah Majlisi ra.

Pada waktu itu, saya menyadari bahwa meskipun banyak sekali permasalahan telah dibahas seputar Imam Mahdi af. seperti: panjangnya usia beliau, falsafah keghaibannya, berbagai faktor penyebab kemunculannya, dan lain sebagainya, namun pembahasan tentang bagaimana imam Mahdi af. bangkit; bagaimana pemerintahannya dan seperti apa ia memimpin, belum menjadi obyek kajian yang memadai. Atas dasar itu, saya bermaksud untuk membahas masalah ini, sehingga barangkali saya dapat menemukan berbagai jawaban untuk beragam pertanyaan yang seringkali mengemuka dan menjadi bahan pikiran khalayak.

Di antara pertanyaan-pertanyaan itu ialah bagaimana Imam Mahdi af. kelak akan menggugurkan berbagai sistem sosial yang memiliki kemampunan dan kekuatan beragam di muka bumi, lalu menggantikannya dengan sebuah sistem pemerintahan global dan mendunia? Bagaimana sistem dan agenda pemerintahan imam Mahdi af., sehingga ketika ia memerintah, tak lagi tersisa kezaliman dan kerusakan sedikit pun di dunia, tak akan pula ditemukan seorang pun yang hidup kelaparan?

Berangkat dari berbagai pertanyaan semacam inilah saya terdorong selama empat tahun untuk melakukan penelitian. Dan tampaknya mulai menemukan hasil; yaitu berupa buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini.

Bagian pertama buku membahas kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af.; kondisi yang berkecamuk dengan peperangan, pembunuhan, kekeringan, kehancuran, kematian, tersebarnya wabah penyakit, kezaliman, ketakutan, dan kekacauan. Kelak kita akan menyimak bahwa pada masamasa itu, umat manusia akan merasa putus asa dan kecewa terhadap keberadaan berbagai sistem pemikiran dan pemerintahan yang semuanya mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan menjanjikan kebahagiaan serta keselamatan. Mereka merasa putus asa akan pulihnya situasi dan membaiknya kondisi dunia. Semua pihak ketika itu menanti kedatangan seorang juru penyelamat yang akan membimbing mereka menuju keselamatan.

Bagian kedua, mengupas seputar bagaimana kebangkitan dan revolusi global Imam Mahdi af. Inilah gerakan yang akan dimulai dari dekat Ka’bah dengan diumumkannya kemunculan beliau. Ketika itu, para pengikut sejati beliau dari segala penjuru dunia bergabung dengannya. Pasukan yang luar biasa terbentuk dengan teratur, para pemimpin ditentukan, dan dimulailah berbagai aksi global dalam tingkatan yang semakin meluas.

Imam Mahdi af. akan datang dan melenyapkan kezaliman dan orang-orangnya dari tengah-tengah umat manusia sampai ke akar-akarnya. Umat manusia yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup di kawasan Hijaz, Timur Tengah, dan Asia saja, bahkan meliputi seluruh dunia.

Memperbaiki masyarakat yang dipenuhi berbagai kezaliman dan kerusakan seperti ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Setiap orang yang mengaku akan melakukannya, berarti ia juga mengaku telah memiliki mukjizat yang sangat besar. Sesungguhnya mukjizat seperti ini memang ada dan akan terwujud di tangan Imam Mahdi af.

Adapun bagian ketiga buku ini membahas pemerintahan Imam terakhir kita itu. Untuk menata dunia yang telah dipenuhi kezaliman dan kerusakan, juga mewujudkan legitimasi Islam, pemerintahan yang kuat dan kompeten, Imam Mahdi af. akan membentuk sebuah pemerintahan yang adil yang dibantu para sahabat terbaik di zamannya. Selain itu, ia pun dibantu para pembesar kekasih Allah seperti Nabi Isa as., Salman Al-Farisi, Malik al-Asytar, dan orang-orang baik lainnya yang merupakan al-salaf al-shaleh. Meskipun peran mereka dalam menggulingkan pemerintahan zalim tidak bisa diabaikan, amun peran sejati mereka adalah membangun dan membenahi dunia pada masa pemerintahan Imam Mahdi af.

Apa yang telah dijelaskan secara sederhana dalam pendahuluan ini merupakan pembahasan yang telah memanfaatkan berbagai literatur dari puluhan kitab terkemuka baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah, dengan mengkaji ratusan riwayat dan disajikan secara sistematis dalam format buku yang kami anggap dapat dipertanggungjawabkan argumentasinya.

Walaupun tidak secara sempurna, semoga buku ini dapat melukiskan kondisi umat Islam setelah munculnya sang ratu adil. Mudah-mudahan buku ini dapat diterima oleh Imam Mahdi af. dan bermanfaat bagi seluruh lapisan kaum Muslimin dan orang-orang yang teguh menanti kemunculannya. Dan semoga saja buku ini dapat menambah kesiapan mereka untuk menyambut kedatangan sang Imam.

Kami memohon kepada Allah; Tuhan semesta alam, untuk membangkitkan Imam Khumaini—orang yang telah menampilkan sebuah contoh pemerintahan Imam Mahdi af di negeri Persia—bersama para Nabi dan manuisa-manuisa maksum. Semoga Allah mengaruniai keberhasilan bagi para pecinta Islam yang berkhidmat kepada Ahlul Bait as. dan tanah airnya, dan semoga Allah mengokohkan diri mereka dalam menjaga tanah air ibu kota Islam ini.

Di sini, rasanya penting sekali bagi saya untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum Anda membaca buku ini:

 Kami tidak mengklaim telah membawakan pembahasan baru dalam buku ini, karena rangkaian riwayat yang dikemukakan merupakan riwayat yang telah dikumpulkan oleh ulama Islam terdahulu, dan dalam beberapa bagian mereka pun telah menyampaikan kesimpulannya. Tampaknya, kekhususan buku ini tidak terjebak pada berbagai istilah teknis yang sulit. Dengan metode baru, pembahasan disampaikan secara mudah dan gamblang, sehingga dapat dipahami oleh banyak orang.

 Berbagai kesimpulan yang ditarik dari riwayat tertentu yang tidak disebutkan sumber rujukannya adalah pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, mungkin saja dengan penelitian yang lebih mendalam atas berbagai riwayat tersebut akan ditemukan kesimpulan lain.

 Kami juga tidak mengklaim bahwa semua riwayat yang disajikan dalam buku ini adalah riwayat sahih yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya, sebagaimana permasalahan ini telah dibahas secara terperinci dalam jurnal Entezar. Walaupun demikian, kami berusaha menukilkan apa-apa yang disampaikan oleh ulama hadis dan para penulis ternama dalam berbagai karya mereka. Selain itu, hanya dalam beberapa tempat saja kami membahas kebenaran sanad suatu riwayat; karena kami tidak bermaksud melakukannya dalam buku ini. Lagi pula, kebanyakan riwayat-riwayat yang kami gunakan pada umumnya dapat dipercaya, khususnya riwayat-riwayat dari jalur Ahlul Bait as.

 Riwayat-riwayat dalam buku ini telah dikumpulkan sebelum diterbitkannya kitab Mu’jam Ahadits Al-Imam Al-Mahdi.[1] Oleh karenanya, dalam sebagian tempat, kami mempersilahkan para pembaca untuk merujuk kepada kitab tersebut—yang terlebih dahulu disusun sebelum buku ini—untuk melihat hasil penelitian yang lebih terperinci.

 Dalam beberapa riwayat, kata al-sa’ah (waktu) dan alqiyamah (kiamat) telah ditafsirkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af. Oleh karenanya, riwayat-riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda-petanda dekatnya kejadian as-sa’ah dan al-qiyamah kami bawakan sebagai riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda kemunculan Imam Mahdi af.

 Sebagian materi pembahasan dalam buku ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, meskipun telah ada usaha sebelumnya untuk meneliti berbagai permasalahan tersebut. Semoga Allah mengizinkan kami untuk memberikan catatan tambahan hasil penelitian yang lebih baik dalam buku ini pada cetakan berikutnya.

Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, sebagaimana riwayat yang menyebutkan, “Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesama makhluk, maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Khaliq”, sepatutnya saya sampaikan banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman, khususnya dua saudara besar saya, yaitu Hujjatul Isam Muhammad Jawad dan Muhammad Ja’far Thabasi atas saransaran mereka, demikian juga kepada Hujjatul Islam Ali Rafi’i dan Sayid Muhammad Husaini Shahrudi atas bantuannya dalam menyusun buku ini.



Najmuddin Thabasi Qom, 1378 HS.


Bab 3


PASUKAN IMAM MAHDI AF.




Pasukan Imam Mahdi af. berasal dari bangsa yang beraneka ragam. Ketika beliau muncul, mereka akan dipanggil dengan berbagai cara khusus. Orang-orang yang sebelumnya telah dipilih sebagai pemimpin, akan memimpin sekelompok pasukan dan mengatur gerakan serta operasi-operasi militer yang akan dilakukan. Orang-orang yang diterima sebagai pasukan Imam Mahdi af. memiliki kriteria khusus.

Pada bagian ini, kami akan membawakan beberapa riwayat mengenai hal di atas.
A. Pemimpin Pasukan


Dalam beberapa riwayat, disebutkan adanya orang-orang tertentu yang bertugas memimpin dalam beberapa gerakan militer. Ada juga yang menjadi pemimpin sekelompok pasukan. Pada bagian ini, dikupas nama orang-orang tersebut beserta tugas-tugasnya.
1. Nabi Isa as.


Dalam sebuah khutbah, Imam Ali as. bersabda, “… Pada suatu saat, Imam Mahdi menjadikan Nabi Isa as. sebagai penggantinya dalam sebuah gerakan melawan Dajal. Nabi Isa as. bangkit untuk mengalahkan Dajal. Dajal yang telah menguasai bumi dan menghancurkan areal pertanian juga membinasakan manusia, senantiasa mengajak umat manusia mengikutinya. Setiap orang yang menerima ajakannya, diperlakukan dengan baik. Namun sebaliknya, di bunuh setiap orang yang menolaknya. Seluruh tempat selain Mekah, Madinah, dan Baitul Maqdis dihancurkannya. Semua anakanak haram dari Barat dan Timur dunia berkumpul di sekelilingnya.

“Dajal bergerak menuju Hijaz, dan Nabi Isa as. yang berada di sekitar Hirisya mendatanginya. Lalu ia berteriak lantang dan memukulnya dengan keras, kemudian memasukkannya ke dalam kobaran api. Dajal lenyap bagaikan timah yang meleleh terkena api.”[2]

Pukulan keras yang menyebabkan Dajal binasa barangkali karena dampak luar biasa senjata tercanggih di zaman itu. Mungkin juga hal ini menunjukkan mukjizat Nabi Isa as.

Tentang kekhususan Nabi Isa as., terdapat sebuah riwayat menyebutkan, “Nabi Isa as. memiliki wibawa yang sangat luar biasa, sehingga ketika musuh melihatnya, ia merasa gentar dan terlintas bayangan kematian di pikirannya, seakan-akan Nabi Isa as. berniat mencabut nyawanya.”[3]

2. Syu’aib bin Shaleh


Imam Ali as. bersabda, “Sufyani dan orang-orang yang mengibarkan bendera hitam saling berhadapan. Di antara mereka ada seorang pemuda dari Bani Hasyim dimana di telapak tangan kirinya terdapat bercak hitam. Adapun pemimpinnya adalah seorang lelaki dari Bani Tamim yang bernama Syu’aib bin Shaleh.”[4]

Hasan Bashri berkata, “Akan muncul seseorang bernama Syu’aib bin Shaleh di Ray. Ia adalah orang yang tak berjenggot. Bahunya indah. Ia memimpin empat ribu prajurit yang memakai pakaian putih dan memiliki bendera berwarna hitam. Mereka adalah pasukan barisan depan Al-Mahdi.”[5]

Ammar Yasir berkata, “Syu’aib bin Shaleh adalah pembawa bendera Imam Mahdi af.”[6]

Syablanji berkata, “Pemimpin pasukan barisan depan Imam Mahdi af. adalah seorang lelaki dari Bani Tamim yang memiliki sedikit janggut bernama Syu’aib bin Shaleh.”[7]

Muhammad bin Hanafiyah berkata, “Akan keluar pasukan dari Khurasan yang mengenakan sabuk hitam dan pakaian berwarna putih. Mereka adalah pasukan barisan terdepan yang dipimpin oleh orang yang bernama Syu’aib bin Shaleh atau Shaleh bin Syu’aib. Ia dari kabilah Bani Tamim. Mereka akan mengalahkan pasukan Sufyani, lalu pergi ke Baitul Maqdis dan mempersiapkan segalanya di sana, untuk menyam-but kedatangan Imam Mahdi af.”[8]

3. Ismail putra Imam Shadiq as. dan Abdullah bin Syuraik


Abu Khadijah berkata bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Aku pernah memohon kepada Allah untuk menjadikan anakku Ismail, sebagai penerus setelahku. Tetapi, Allah tidak mengabulkannya. Ia memberikan kedudukan yang lain untuknya. Ia adalah orang yang pertama yang akan muncul bersama sepuluh orang kawannya. Salah satu dari sepuluh orang tersebut adalah Abdullah bin Syarik. Ia adalah pemegang bendera pasukannya.’”[9]

Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan aku sedang melihat Abdullah bin Syarik Amiri tengah memakai sorban hitam dan kedua ujungnya terjulur di kedua bahunya. Ia memimpin empat ribu orang yang menjadi pasukan garda depan Imam Mahdi af., dari kaki gunung menuju puncak gunung sambil mengucapkan Takbir.”[10]

4. Aqil dan Harits


Imam Ali as. bersabda, “… Imam Mahdi mengerahkan pasukannya dan terus bergerak sampai memasuki Irak. Ia berada di antara dua pasukan, pasukan barisan terdepan yang berada di hadapannya, dan pasukan yang berada di belakangnya. Pasukan barisan terdepan dipimpin oleh seorang lelaki bernama Aqil, dan pasukan di belakangnya dipimpin oleh Harits.
5. Jabir bin Khabur


Imam Shadiq as. menukil ucapan Imam Ali as., “Orang ini (Jabir) akan menunggu kedatangan al-Qaim (Imam Mahdi af.) di Jabal al-Ahwaz bersama empat ribu pasukannya dengan senjata di tangan mereka. Ia akan berperang bersama beliau af. melawan musuh-musuhnya.”[11]
6. Mufadhal bin Umar


Imam Shadiq as. berkata kepada Mufadhal, “Engkau bersama empat puluh empat orang lainnya akan bersama dengan alQaim af. Engkau akan berada di sisi kanan beliau melakukan amar makruf dan nahi munkar. Sesungguhnya orang-orang di zaman itu, lebih baik dari pada orang-orang di zaman ini dalam menaatimu.”[12]
7. Ashabul Kahfi


Imam Ali as. bersabda, “Ashabul Kahfi akan datang kembali untuk membantu Al-Mahdi (af).”[13]

B. Pasukan dari Berbagai Bangsa


Pasukan Imam Mahdi af. terbentuk dari orang-orang yang berasal dari berbagai negara. Dalam riwayat, banyak sekali ditemukan pembahasan tersebut. Terkadang disebutkan bahwa pasukan Imam Mahdi af. adalah orang-orang Ajam. Dalam sebagian riwayat disebutkan nama-nama negeri dan kota yang dari sana pasukan Imam Mahdi berdatangan. Disebutkan pula bahwa beberapa kaum kelak dibangkitkan kembali untuk menolong Imam Mahdi af., seperti kaum Bani Israil yang telah bertaubat, orang-orang Nasrani yang beriman, dan orang-orang mulia lainnya.

Dalam pembahasan ini, kami akan membawakan beberapa riwayat.
1. Bangsa Iran


Berdasarkan berbagai riwayat, sebagian dari anggota pasukan khusus Imam Mahdi af. adalah bangsa Iran. Mereka disebut dengan bermacam-macam panggilan, seperti sebutan orangorang Ray, orang-orang Khurasan, harta-harta dari Thaliqan, orang-orang Qom, bangsa Persia, dan sebutan lainnya.

Imam Baqir as. bersabda, “Akan datang pasukan berbendera hitam dari Khurasan ke kota Kufah. Ketika Imam Mahdi af. muncul, mereka akan membaiatnya.”[14]

Imam Baqir as. bersabda, “Pasukan al-Qaim (af.) berjumlah tiga ratus tiga belas orang yang berasal dari bangsa non-Arab (Ajam).”[15]

Abdullah bin Umar menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Allah Swt. meletakkan kekuatan kalian (kaum Muslimin) pada orang-orang Ajam. Mereka adalah harimau yang tak takut apa pun. Mereka akan menyeret kalian (orangorang Arab) dan membawa harta benda kalian.’”[16]

Ada kemungkinan bahwa riwayat ini mengisyaratkan tentang bersatunya kekuatan kafir dan serangan mereka terhadap Islam dan Muslimin. Hal ini tidak ada kaitannya dengan berbagai upaya menyambut kedatangan Imam Mahdi af.

Maka, kami mengeluarkan riwayat ini dari pembahasan sebenarnya. Paling tidak, kami kemukakan bahwa riwayat tersebut perlu dipertimbangkan kembali.

Hudzaifah juga menukilkan riwayat yang serupa dari Rasulullah saw.[17] Namun, sebenarnya perlu dipertanyakan kembali bagaimana signifikansinya tentang apakah orang-orang yang disebutkan dalam riwayat-riwayat di atas adalah orang Iran. Berdasarkan riwayat, akan datang suatu masa di mana bangsa Iran akan memerangi orang-orang Arab, agar mereka kembali memeluk Islam. Mereka pun menyebarkan agama mulia ini. Kondisi orang-orang Arab di zaman itu sangat memprihatinkan, dan mereka selalu menjalani hari-hari yang sulit.

Meskipun yang dimaksud dengan Ajam adalah orang-orang selain Arab, yang jelas bangsa Iran juga termasuk orang-orang Ajam. Menurut sebagian riwayat lainnya, disebutkan bahwa bangsa Iran memiliki peran penting dalam mempersiapkan dunia dalam menyambut kedatangan Imam Mahdi af. Sebagian besar dari korban perang adalah bangsa Iran.

Dalam beberapa khutbah yang diucapkan oleh Imam Ali as. mengenai prajurit Imam Mahdi af., nama beberapa kota di Iran disebutkannya.

Asbagh bin Nubatah menuturkan bahwa Imam Ali tengah berpidato dan menjelaskan kedatangan Imam Mahdi af. beserta orang-orang yang menjadi pasukannya. Beliau bersabda, “Dari Ahwaz satu orang; dari Syusytar satu orang; tiga orang dari Syiraz, yaitu Hafsh, Ya’qub, dan Ali; dari Isfahan empat orang, yaitu Musa, Ali, Abdullah, dan Ghulfan; satu orang dari Burujerd, yaitu Qadim; satu orang dari Nahavand, yaitu Abdur Razzaq; dari Hamadan[18] tiga orang, yaitu Ja’far, Ishaq, dan Musa; sepuluh orang dari Qom, di mana nama mereka sama seperti nama Ahlul Bait Rasulullah Saw. (dalam riwayat yang lain disebutkan delapan belas orang); satu orang dari Syiravan; satu orang dari Khurasan, yaitu Darid dan juga lima orang yang namanya sama dengan nama Ashabul Kahfi; satu orang dari Amul; satu orang dari Jurjan; satu orang dari Damaghan; satu orang dari Sarkhas; satu orang dari Saveh; dua puluh empat orang dari Thaleqan; dua orang dari Qazvin; satu orang dari Fars; satu orang dari Abhar; satu orang dari Ardabil; tiga orang dari Maraqe; satu orang dari Khuy; satu orang dari Salmas; tiga orang dari Abadan; dan satu orang dari Kazrun.’

Beliau as. kembali bersabda, ‘Rasulullah Saw. menyebutkan tiga ratus tiga belas orang dari pasukan Al-Mahdi (af.), sejumlah pasukan beliau di perang badar.’ Lalu beliau bersabda, ‘Allah akan mengumpulkan mereka dari Barat dan Timur bumi di Baitullah tidak lebih dari satu kedipan mata.’”[19]

Sebagaimana yang telah Anda simak, di antara tiga ratus tiga belas pasukan yang akan menyertai Imam Mahdi af. sejak awal, tujuh puluh dua orang di antaranya berasal dari kotakota yang kini terletak di Iran. Jika dihitung berdasarkan apa yang disebutkan dalam Dalailul Imamah karya Thabari, dengan menambahkan nama-nama kota yang pada masa itu berada dalam garis kekuasaan Iran, maka jumlahnya lebih besar lagi.

Dalam riwayat, terkadang nama sebuah kota disebutkan sebanyak dua kali. Adakalanya disebutkan nama beberapa kota dalam suatu negeri, lalu disebut juga nama negerinya.

Jika riwayat yang telah disebutkan adalah riwayat sahih, dapat dikatakan bahwa yang dijadikan tolak ukur adalah pembagian daerah di zaman itu. Pembagian daerah dari segi geografis, tidak dapat dijadikan sandaran untuk memahami riwayat tersebut. Karena, terkadang nama suatu kota diganti dengan nama lain, dan mengalami berbagai perubahan yang lain pula.

Hal penting yang juga perlu diperhatikan, ketika kita menyesuaikan nama-nama kota yang disebutkan dalam riwayat dengan apa yang terbentang dalam peta masa kini, mungkin kita dapat menarik kesimpulan bahwa para penolong Imam Mahdi af. bertebaran di dunia. Dari sini, barangkali yang dimaksud dengan kata Afranjah—yang disebutkan dalam riwayat—adalah suatu tempat di kawasan Barat. Jika hal ini benar, maka riwayat yang menerangkan bahwa bumi tidak akan kosong dari orang-orang baik akan memiliki makna yang jelas. Karena jika bumi kosong dari orang-orang yang baik, maka bumi akan hancur.

Dalam beberapa riwayat lainnya, disebutkan nama–nama kota tertentu seperti Qom, Khurasan dan Thaliqan.
Qom

Imam Shadiq as. bersabda, “Tanah Qom adalah tanah yang suci … bukankah penghuninya adalah para penolong Imam Mahdi af. dan termasuk orang-orang yang menyerukan kebenaran?”[20]

Affan Bashiri menuturkan bahwa Imam Shadiq as bersabda padanya, “Apakah engkau tahu mengapa Qom disebut dengan nama ini?’ Ia menjawab, ‘Allah, Rasul-Nya, dan engkau lebih mengetahuinya.’ Beliau bersabda, ‘Karena penduduk kota Qom akan berkumpul di sekitar Imam Mahdi af. dan tinggal bersamanya lalu menolongnya.’”[21]
Khurasan

Imam Ali as. menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘… di Khurasan, terdapat harta karun yang tidak berbentuk emas dan perak. Tetapi, para pria yang bersatu padu, karena ikatan keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya.’”[22]

Barangkali maksudnya adalah mereka memiliki keyakinan yang sama mengenai Allah dan utusan-Nya. Mungkin juga, pada suatu hari Allah akan mengumpulkan mereka bersamasama di Mekah.
Thaleqan

Imam Ali as. bersabda, “Betapa beruntungnya penduduk Thaleqan! Karena Allah memiliki harta berharga di sana yang tidak terbuat dari emas dan perak, melainkan orang-orang yang beriman. Mereka mengenal Allah dengan sebenarnya dan mereka adalah para penolong Imam Mahdi af. di akhir zaman.”[23]



2. Bangsa Arab[24]


Ada dua kategori riwayat yang menerangkan keberadaan bangsa Arab dalam kebangkitan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat menerangkan ketidakikutsertaan bangsa Arab dalam revolusi Imam Mahdi af. Adapun sebagian lagi menjelaskan beberapa tempat di daerah Arab yang menjadi tempat para pendukung Imam Mahdi af.

Riwayat-riwayat yang menjelaskan ketidakikutan bangsa Arab dalam perjuangan Imam Mahdi af., jika sanadnya shahih, dapat ditafsirkan. Karena, mungkin saja orang-orang Arab tidak termasuk prajurit yang menyertai Imam Mahdi af. sejak awal perjuangannya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Hur Amili dalam kitab Itsbatul Hudat dalam rangka menafsirkan beberapa riwayat tersebut. Adapun, beberapa nama kota Arab yang disebutkan dalam riwayat, barangkali maksudnya adalah adanya sekelompok prajurit Ajam yang tinggal di sana dan datang untuk membantu Imam Mahdi af.; bukannya bangsa Arab yang tinggal di sana yang bergabung dengan Imam Mahdi af. Mungkin juga yang dimaksud adalah pemerintahan dan negara-negara Arab.

Perhatikan beberapa riwayat berikut ini:

Imam Shadiq as. bersabda, “Hindarilah bangsa Arab! Karena masa depan mereka suram. Bukankah tak seorang pun di antara mereka yang berjuang bersama Imam Mahdi af?”[25]

Syaikh Hur Amili berkata, “Mungkin maksud Imam Shadiq as. adalah ketidakikutan bangsa Arab dalam permulaan perjuangan Imam Mahdi af., atau mungkin juga karena sedikitnya orang-orang Arab yang ikut berjuang .…”

Rasulullah Saw. bersabda, “Akan datang orang-orang mulia dari Syam (Syiria) yang bergabung bersama Imam Mahdi af. Begitu juga orang-orang yang berasal dari kabilah-kabilah yang tinggal di sekitar Syam. Hati mereka bagaikan baja. Di malam hari, mereka takut kepada Tuhannya, dan di siang hari, mereka bagaikan harimau.”[26]

Imam Baqir as. bersabda, “Tiga ratus tiga belas orang, sebagaimana jumlah pasukan perang Badar, akan membaiat Al-Mahdi af. di antara rukun dan maqam Kabah. Di antara mereka adalah orang-orang bijak yang berasal dari Mesir, Syam, dan Irak. Ia akan memimpin sebagaimana yang dikehendaki Allah.”[27]

Mengenai kota Kufah, Imam as. juga bersabda, “Ketika alQaim af muncul dan bergerak menuju Kufah, Allah akan membangkitkan tujuh puluh ribu orang yang jujur di balik Kufah (Najaf). Mereka adalah para penolong Al-Mahdi af.”[28]

3. Pengikut dari Agama Lain


Mufadhal bin Umar menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, ‘Ketika Imam Mahdi muncul, akan datang sejumlah orang dari belakang Ka’bah. Mereka adalah dua puluh tujuh orang dari kaum Nabi Musa as. (orang-orang yang menghukumi segalanya dengan benar), tujuh orang dari Ashabul Kahfi, Yusya’ penerus Musa as., orang-orang yang beriman dari keluarga Fir’aun, Salman Al-Farisi, Abu Dujanah Anshari[29] , dan Malik Asytar.”[30]

Imam Shadiq as. kembali bersabda, “Ruh orang-orang yang beriman akan melihat keluarga Muhammad Saw. di gunung Radhwa. Mereka memakan makanannya dan meminum minumannya. Mereka berkumpul dan berbincang-bincang dengannya sampai Imam Mahdi af. muncul. Ketika Allah membangkitkan mereka, secara berkelompok mereka menyambut ajakan Imam Mahdi af. dan menyertai beliau. Di zaman itu, orang-orang yang memiliki akidah yang batil akan mengalami keraguan. Kelompok-kelompok dan partai-partai akan berpecah belah, dan hanya orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah yang akan selamat.”[31]

Ibnu Juraih berkata, “Aku mendengar bahwa ketika dua belas kabilah Bani Israil telah membunuh nabi mereka sendiri, satu kabilah di antara mereka menyesali perbuatannya. Lalu, mereka memohon kepada Allah untuk dipisahkan dari kabilah-kabilah lainnya. Allah menciptakan sebuah terowongan bawah tanah untuk mereka, lalu mereka berjalan di sana selama satu setengah tahun, sehingga mereka sampai ke Cina. Sampai saat ini mereka ada di sana[32] dan mereka adalah kaum Muslimin dan mereka akan bergabung dengan kabilah kami.”[33]

Sebagian mengatakan, “Dalam peristiwa Mi’raj, Allah mengirim Rasulullah Saw. ke tempat mereka berada. Lalu, beliau membacakan sepuluh surah Makkiyah. Mereka mengimani Rasulullah Saw. dan membenarkan beliau. Beliau memerintahkan mereka untuk tetap tinggal di sana dan tidak bekerja di hari Sabtu (hari libur orang-orang Yahudi), dan sebagai gantinya, mereka harus melakukan shalat dan membayar zakat. Mereka menerima perintah ini dan menjalankannya.[34] Dan kewajiban-kewajiban yang lain tidak diwajibkan untuk mereka.”

Ibnu Abbas berkata, “Dalam tafsir ayat, “Dan kami telah berkata kepada Bani Israil untuk tinggal di tempat itu sampai datang apa yang dijanjikan Tuhan lalu membangkitkan kalian.[35] mereka berkata, ‘Maksud dari apa yang dijanjikan Allah adalah kemunculan Nabi Isa, dimana mereka akan berjuang bersamanya.’ Namun, sahabat-sahabat kami berkata bahwa yang dijanjikan itu adalah kedatangan Al-Mahdi af.”[36]

Dalam tafsir ayat, “Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan”[37] , Al-Majlisi berkata, “Mengenai siapakah yang dimaksud dengan umat di atas, banyak perbedaan pendapat. Sebagian orang seperti Ibnu Abbas berkata, ‘Mereka adalah kaum yang hidup di suatu tempat di Cina dan di antara tempat tinggal mereka dengan Cina terdapat gurun pasir. Mereka sama sekali tidak akan pernah melakukan perubahan pada hukum Allah.’”[38]

Ketika berbicara tentang mereka, Imam Baqir as. bersabda, “Mereka tidak menganggap harta bendanya khusus untuk diri sendiri. Mereka beranggapan bahwa saudara seimannya memiliki hak untuk menggunakannya. Mereka di malam hari beristirahat dan di siang harinya bekerja dan sibuk dengan bercocok tanam. Tak seorang pun dari kita yang dapat me-nuju ke sana dan tak seorang pun dari mereka yang dapat menuju ke sini. Sesungguhnya mereka berada dalam kebenaran.”[39]

Mengenai ayat, “Dan diantara orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya …”[40] , Imam Shadiq as. bersabda, “Orang-oran Nasrani akan menyadari jalan ini dan sekelompok dari mereka akan bersama al-Qaim af.”[41]

4. Jabilqa dan Jabirsa[42]


Imam Shadiq as. bersabda, “Di belahan timur dunia, Allah memiliki sebuah kota yang bernama Jabilqa yang memiliki dua belas ribu pintu yang terbuat dari emas. Jarak antara satu pintu dengan pintu yang lain adalah satu farsakh. Di atas setiap pintu, terdapat satu menara yang memuat dua belas ribu tentara. Mereka selalu siap untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi af. Allah juga memiliki sebuah kota yang bernama Jabirsa di sebelah barat dunia (dengan kriteria yang sama) dan aku adalah hujjah Allah bagi mereka.”[43]

Banyak juga riwayat yang menerangkan adanya beberapa tempat di dunia, di mana penduduknya tidak melakukan maksiat dan selalu menaati Allah. Untuk keterangan lebih lanjut, Anda bisa merujuk kitab Bihar al-Anwar; jil. 54.

Dengan membaca berbagai riwayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Imam Mahdi af. memiliki banyak pasukan yang berada di segala penjuru dunia. Mereka siap memasuki medan perang, ketika beliau datang nanti. Dari beberapa riwayat, kita mengetahui bahwa orang-orang yang akan menjadi pengikut Imam Mahdi af., sebelumnya telah meninggal dunia. Mereka dibangkitkan dan hidup kembali untuk membantu Sang Imam af.[44]

Imam Shadiq as. bersabda, “Najm bin A’yan adalah salah satu orang yang akan mengalami Raj’ah dan hidup untuk kedua kalinya untuk berjihad.”[45] Mengenai Hamran dan Maisar, beliau juga bersabda, “Seakan-akan aku melihat Hamran dan Maisar menggenggam pedang dan berpidato di hadapan orang banyak, di antara Shafa dan Marwah.”[46]

Ayatullah Khui dalam Mu’jam Rijal al-Hadis menafsirkan kata “berpidato” sebagai membunuh dengan pedang.

Pada suatu saat Imam Shadiq as. memandang Dawud Ruqqay lalu mengatakan, “Barang siapa ingin melihat seseorang yang termasuk prajurit Al-Qaim af., maka lihatlah orang ini (yakni dia akan dihidupkan kembali sebagai prajurit Imam Mahdi af.).”[47]

C. Jumlah Pasukan


terdapat banyak riwayat yang menjelaskan jumlah pasukan Imam Mahdi af. Sebagian riwayat itu menyebutkan bahwa jumlah mereka sebanyak tiga ratus tiga belas orang. Sebagian riwayat yang lain menyebutkan bahwa jumlah mereka sebanyak sepuluh ribu orang, bahkan lebih. Di sini, kita harus menjelaskan dua masalah penting:

Pertama, tiga ratus tiga belas orang yang dimaksud dalam sebagian riwayat, adalah orang-orang khusus yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af. sejak permulaan perjuangannya. Mereka akan menjadi para pejabat dalam pemerintahan global Imam Mahdi af. Almarhum Ardabili dalam Kasyfun Ni’mah menuturkan, “Berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa prajurit Imam Mahdi af. lebih dari sepuluh ribu orang, kita mengatakan bahwa sesungguhnya pengikut Imam tidak hanya terbatas pada tiga ratus tiga belas orang saja. Karena tiga ratus tiga belas orang tersebut adalah orang-orang pilihan yang berjuang sejak awal kebangkitan Imam Mahdi af.”

Kedua, jumlah empat ribu, sepuluh ribu, dan lain sebagainya, bukan jumlah keseluruhan pasukan Imam Mahdi af. Bahkan jumlah tersebut adalah jumlah pasukan yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af pada suatu zaman tertentu, atau pada suatu medan peperangan tertentu (tidak semuanya). Barangkali ada hal lainnya yang tidak kami ketahui dan kelak akan lebih jelas ketika Imam Mahdi af. muncul.
1. Orang-orang Pilihan

Yunus bin Dzibyan menuturkan, “Pada suatu hari aku berada di dekat Imam Shadiq as. Beliau menyebutkan nama-nama pengikut Imam Mahdi af seraya bersabda, ‘Jumlah mereka adalah tiga ratus tiga belas orang. Setiap orang dari mereka, melihat dirinya seorang yang berada di antara tiga ratus orang.’”[48]

Maksud dari kata “setiap orang dari mereka melihat dirinya seorang yang berada di antara tiga ratus orang” ada dua kemungkinan. Pertama, kekuatan tubuh setiap orang dari mereka, seperti kekuatan tiga ratus orang biasa; dan kedua, setiap orang dari mereka memiliki tiga ratus pengikut. Kemungkinan besar yang benar adalah kemungkinan kedua, yakni setiap orang memimpin tiga ratus orang, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama.

Imam Zainal Abidin as. bersabda, “Orang-orang yang kelak akan menjadi penolong Imam Mahdi af. berjumlah tiga ratus tiga belas orang. Mereka akan berkumpul di Mekah pada pagi esok harinya.”[49]

Imam Jawad as. menuturkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Imam Zaman akan muncul di negeri Tihamah (Mekah). Ia memiliki harta berharga yang tidak terbuat dari emas maupun perak, melainkan kuda-kuda (kendaraan-kendaraan) yang kuat dan prajurit yang jumlahnya sama dengan jumlah prajurit perang Badar. Jumlah mereka sebanyak tiga ratus tiga belas orang dan akan berkumpul mengelilinginya dari penjuru dunia. Beliau memiliki sebuah kitab yang tertulis di dalamnya nama-nama prajurit setianya lengkap dengan nama tempat tinggal, jenis keturunan, dan biografinya. Mereka semuanya senantiasa menaati Al-Mahdi af.”[50]

Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika ia (Imam Mahdi af.) muncul, orang-orang mengerumuninya, sampai datang tiga ratus tiga belas orang lelaki dan juga terdapat orang perempuan di

antara mereka. Ia akan memenangkan peperangan melawan semua orang yang zalim dan juga keturunannya. Ia akan menegakkan keadilan, sehingga orang-orang yang hidup berharap dihidupkannya kembali orang-orang yang telah mati, supaya mereka dapat merasakan keadilan.”[51]

Imam Baqir as. bersabda, “Imam Mahdi tiba-tiba akan muncul bersama tiga ratus tiga belas pasukannya tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Mereka bersebaran bagaikan awan musim gugur dan singa di siang hari yang beribadah di malam harinya.”[52]

Aban bin Taghlib berkata menuturkan bahwa Imam Shadiq as. pernah bersabda, “Tak lama lagi akan datang tiga ratus tiga belas orang (yang adil) ke masjid kalian (Mekah). Orang-orang Mekah tahu bahwa mereka tidak memiliki tali keturunan dengan nenek moyangnya (mereka bukan orang Mekah). Mereka semuanya membawa pedang yang terukir di atasnya sejumlah kata-kata. Dari kata-kata tersebut, seribu kata (yang susah) akan terselesaikan.”[53]

Dalam beberapa riwayat, ada beberapa orang yang disebutkan namanya. Di sini, hanya menyebutkan dua riwayat saja:

Imam Shadiq as. berkata kepada Mufadhal bin Umar, “Engkau dan empat puluh empat orang yang lain, akan menjadi prajurit Al-Qaim af.”[54]

Barangkali yang dimaksud dengan empat puluh empat orang adalah mereka yang termasuk para sahabat Imam Shadiq as.

Beliau juga bersabda, “Ketika Yang Bangkit (Imam Mahdi) dari keluarga Muhammad Saw. muncul, akan keluar dua puluh tujuh orang dari balik Ka’bah dan dua puluh lima orang dari pengikut Nabi Musa as. Semuanya adalah orangorang yang menghukumi segalanya dengan benar, yang dihidupkan kembali dari matinya. Begitu juga dengan tujuh orang Ashabul Kahfi, Yusya’ pengganti Musa, Mu’min keluarga Fir’aun, Salman Al-Farisi, Abu Dujanah Anshari, dan Malik Asytar.”[55] Dalam sebagian riwayat nama Miqdad bin Al-Aswad juga disebutkan.

Menurut beberapa riwayat, ada malaikat yang bertugas untuk memindahkan mayat orang-orang yang baik ke tempat-tempat suci seperti Ka’bah.[56] Oleh karena itu, mungkin orang-orang yang muncul dari balik Ka’bah adalah orang-orang yang telah dipindah jasadnya ke sana oleh para malaikat. Lalu, Allah mengizinkan mereka untuk hidup kembali di dunia. Sebagian riwayat yang lainnya menjelaskan bahwa orang-orang tersebut akan muncul dari balik kota Kufah, yakni kota Najaf. Ini pun bisa dibenarkan, karena tidak bertentangan dengan riwayat tersebut.

Perlu dijelaskan bahwa orang-orang yang disebutkan di atas, memiliki pengalaman dalam perjuangan politik melawan orang-orang yang zalim. Khususnya Salman Al-Farisi, Abu Dujanah, Malik Asytar, dan Miqdad. Mereka pernah ikut serta dalam peperangan di zaman Rasulullah Saw. Mereka telah menunjukkan kemampuannya masing-masing, dan sebagian dari mereka pernah menjadi pemimpin.

2. Pasukan Imam Mahdi af.


Abu Bashir berkata, “Seorang lelaki dari Kufah bertanya kepada Imam Shadiq as., ‘Berapa orang yang akan berjuang bersama Imam Mahdi af?’ Orang-orang menjawab, ‘Jumlah prajurit Imam Mahdi sama seperti jumlah prajurti Rasulullah Saw. di perang Badar; yakni tiga ratus tiga puluh orang.’ Imam as. bersabda, ‘Al-Mahdi af tidak akan muncul, kecuali disertai oleh pasukan yang kuat. Ia memiliki lebih dari sepuluh ribu pasukan yang tangguh.’”[57]

Beliau juga bersabda, “Ketika Allah mengizinkan Al-Qaim muncul, akan ada tiga ratus tiga belas orang yang membaiatnya. Beliau berdiam di Mekah sampai terkumpul sepuluh ribu pasukannya, lalu berangkat menuju Madinah.”[58]

Imam Ali as. bersabda, “Al-Mahdi akan muncul paling sedikit dengan dua belas ribu pasukan dan paling banyak dengan lima belas ribu pasukan. Pasukan Al-Mahdi memiliki wibawa dan keagungan yang luar biasa. Tak satu pun musuh yang berhadapan dengan mereka, tidak terkalahkan. Beliau dan pasukannya tidak menghiraukan cacian orang-orang. Syi’ar pasukannya adalah ‘Gempurlah! Gempurlah!’”[59]

Imam Shadiq as. bersabda, “Imam Zaman tidak akan muncul sebelum pasukannya terkumpul dengan sempurna.” Perawi bertanya, “Berapakah jumlah pasukannya?” Imam menjawab, “Sepuluh ribu orang.”[60]

Syaikh Hur Amili berkata, “Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa jumlah keseluruhan pasukan Imam Mahdi af. adalah seratus ribu orang.”[61]

3. Pengawal dan Penjaga


Ka’ab berkata, “Seseorang dari Bani Hasyim tinggal di Baitul Maqdis. Jumlah pengawalnya sebanyak dua belas ribu orang. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa jumlah pengawalnya sebanyak tiga puluh enam orang. Di setiap jalan besar yang berhubungan dengan Baitul Maqdis, terdapat dua belas ribu orang dari mereka yang selalu siaga di sana.”[62]

Sebenarnya kata “حرس ” yang terdapat dalam riwayat di atas juga memiliki arti membantu dan menolong. Mungkin yang dimaksud adalah penolong dan pembantu Imam Mahdi af.

D. Pertemuan Anggota Pasukan


Sebagaimana yang telah dibicarakan sebelumnya, pasukan Imam Mahdi af. terbentuk dari kumpulan orang-orang yang berasal dari berbagai tempat. Banyak riwayat menerangkan bagaimana mereka mengetahui kemunculan Imam Mahdi af. dan bagaimana mereka mendatangi Mekah. Sebagian dari mereka, pada suatu malam tidur di ranjangnya dan pagi hari ketika terbangun sudah berada di sisi Imam Mahdi af. Sebagian ada yang mendatangi Imam Mahdi af. Dengan Thayul Ardh (ilmu melipat bumi: menempuh jarak yang jauh dalam waktu yang singkat). Sebagian dari mereka yang mengetahui kemunculan Imam Mahdi af., datang ke Mekah dengan mengendarai awan.”

Silahkan Anda perhatikan beberapa riwayat di bawah ini:

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi diberi izin untuk muncul dan berjuang, ia menyebut Allah dengan nama Ibrani-nya. Pada waktu itu pasukannya yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang, bertebaran bagaikan awan musim gugur, mereka mempersiapkan dirinya masing-masing. Mereka adalah pembawa bendera dan para pemimpin. Sebagian dari mereka, setelah tertidur sejenak di tempat tidurnya, menghilang dan di pagi harinya mereka terjaga dan telah berada di Mekah. Sebagian yang lainnya, terlihat sedang menaiki awan dan datang menghampiri Imam Mahdi af di siang hari. Mereka dikenal dengan nama mereka sendiri, nama ayah, nama keluarga, dan gelarnya masing-masing.”[63]

Mufadhal bin Umar bertanya kepada Imam as., “Semoga aku menjadi tebusanmu. Siapakah yang memiliki keimanan tertinggi di antara mereka?’ Beliau as. menjawab, ‘Orangorang yang berjalan di atas awan. Mereka adalah orang-orang yang telah hilang. Dan, karena mereka, ayat ini turun, ‘Di mana pun kalian berada, Allah akan membawa (dan mengumpulkan) kalian.’”[64]

Rasulullah Saw. berkata, “Setelah kalian, akan datang suatu kaum yang bumi berada di bawah kaki mereka, dunia terbuka bagi mereka, serta lelaki dan perempuan Persia akan berkhidmat kepada mereka. Mereka akan mengitari bumi selama tak lebih dari satu kedipan mata. Dengan demikian, mereka mampu beranjak dari barat ke timur dengan cepat. Mereka tidak termasuk orang-orang dunia ini dan dunia tidak bernilai sedikit pun di mata mereka.”[65]

Imam Baqir as. bersabda, “Para Pemeluk Syi’ah dan pendukung Al-Mahdi af akan datang dari segenap penjuru dunia untuk menghampirinya. Dunia akan berada di bawah kedua kaki mereka. Dengan Thayul Ardh, mereka mendatangi Al-Mahdi af. lalu membaiatnya.”[66]

Abdullah bin Ajalan menuturkan bahwa pada suatu hari Imam Shadiq as. tengah membicarakan Imam Mahdi af. Ia bertanya kepada beliau as., “Bagaimana kami mengetahui kemunculan beliau?’ Beliau menjawab, ‘Ketika baru bangun tidur, kalian akan menemukan sebuah surat di bawah bantal yang berisi ‘Mengikuti Imam Mahdi adalah perbuatan baik dan terpuji.’”[67]

Imam Ridha as. bersabda, “Demi Allah, ketika Al-Qaim af. muncul, Allah akan mengumpulkan para pengikutnya di sekitar beliau.”[68]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika para pemuda Syi’ah tertidur, tiba-tiba mereka dibawa kepada Al-Mahdi af. tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kemudian di pagi harinya, mereka berkumpul di hadapan beliau.”[69]

E. Syarat dan Ujian Anggota Pasukan


Imam Ali as. pernah bersabda, “Para pengikut Al-Mahdi yang berjumlah tiga ratus tiga belas orang akan mendatangi beliau. Mereka menemukan seorang Imam yang selama ini tersembunyi. Mereka bertanya, ‘Apakah engkau adalah Al-Mahdi yang dinanti?’ Beliau menjawab, ‘Ya, wahai pengikutku.’ Kemudian beliau menyembunyikan diri untuk kedua kalinya dan pergi ke Madinah. Ketika para pengikut Imam Mahdi itu mengetahuinya, mereka pun bergegas menuju Madinah. Ketika mereka telah sampai di Madinah, Imam secara diamdiam kembali ke Mekah dan mereka pun akhirnya pergi ke sana. Ketika mereka sampai ke Mekah, Imam pergi ke Madinah. Ketika para pengikutnya sampai ke Madinah, beliau kembali ke Mekah. Hal ini terulang sebanyak tiga kali.”

Imam Mahdi af. menguji pengikutnya seperti ini supaya ia mengetahui batas kesetiaan para pengikutnya. Setelah itu, beliau muncul di antara Shafa dan Marwah (di Ka’bah). Lalu beliau berkata kepada para pengikutnya, “Aku hanya ingin kalian membaiatku dan menerima berbagai syaratnya. Aku ingin kalian berpegang erat dengan baiat itu dan juga tidak merubah apa pun. Aku juga akan berjanji untuk selalu berpegangan dengan delapan perkara.” Mereka semua menjawab, “Kami pasrah kepadamu dan kami menaati semua perintahmu. Kami menerima segala persyaratan yang engkau tentukan. Katakanlah apa saja persyaratan-persyaratan itu!”

Imam Mahdi af. berjalan ke arah gunung Shafa. Para pengikutnya pun berjalan mengikutinya. Di sana beliau bersabda, “Janganlah kalian lari dari medan pertempuran; jangan mencuri; jangan melakukan perbuatan tak senonoh; jangan melakukan perbuatan haram; jangan melakukan perbuatan buruk dan tercela; jangan memukul orang kecuali dengan alasan yang dibenarkan; jangan berlaku zalim; jangan menimbun gandum; jangan merusak dan merobohkan masjid; jangan menjadi saksi palsu; jangan menghina dan mencela orang yang beriman; jangan memakan uang riba; bertahanlah dalam kesusahan; jangan melaknat orang yang menyembah Allah dan bertauhid; jangan meminum minuman keras; jangan memakai pakaian yang disulam dengan emas; jangan mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra; jangan mengejar orang yang kabur; jangan menumpahkan darah yang haram (ditumpahkan); jangan berinfaq untuk orang kafir dan munafik; jangan memakai pakaian dari bulu binatang; dan jadikanlah tanah sebagai bantal (mungkin maksudnya agar rendah hati); hindarilah perbuatan sia-sia; lakukanlah amar makruf dan nahi munkar.

“Jika kalian bersedia melaksanakan itu semua, maka aku pasti menjadikan kalian sebaik-baiknya pengikutku. Jika kalian mematuhiku, maka aku tidak akan memakai pakaian kecuali pakaian yang kalian kenakan. Aku tidak makan, kecuali apa yang kalian makan, tidak mengendarai apa pun kecuali apa yang kalian kendarai. Di manapun kalian berada, aku akan berada di sana, aku merasa bangga, meskipun atas hal yang sedikit. Aku akan memenuhi dunia dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kebatilan. Aku akan menyembah Tuhanku, sebagaimana layaknya. Aku akan memenuhi semua janjiku dan kalian harus menjalankan semua persyaratan yang aku buat.”

Mereka berkata, “Kami rela atas semua itu, dan kami akan membaiatmu.” Lalu, Imam af. berjabat tangan dengan semuanya sebagai tanda baiat.[70]

Di sini, yang perlu diberi diperjelas bahwa Imam Mahdi af. melakukan perjanjian ini dengan prajurit-prajurit khususnya. Mereka, orang-orang yang menempati berbagai posisi dalam pemerintahan beliau. Dengan perilakunya yang baik, mereka memiliki peranan penting dalam penegakkan keadilan di muka bumi.

Nampaknya, riwayat di atas perlu ditinjau ulang. Karena, riwayat tersebut berasal dari Khutbah al-Bayan, yang sanadnya dipandang lemah oleh sebagian ulama, meskipun sebagian ulama yang lain membenarkannya.[71]
F. Karateristik Pasukan Imam Mahdi af.


Terdapat banyak riwayat yang menjelaskan karakteristik para prajurit Imam Mahdi af. Sebagian dari riwayat-riwayat tersebut antara lain:

1. Ibadah dan Ketakwaan


Imam Shadiq as. pernah menjelaskan karakteristik mereka, beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan malam dengan ibadah. Mereka senantiasa berdiri di tengah malam untuk melakukan shalat dan berzikir seperti lebah yang berdengung. Pagi harinya, mereka mengendarai kuda dan pergi menjalankan tugasnya. Merekalah abid di malam hari dan bagai singa di siang hari. Karena takut kepada Allah, mereka berada dalam keadaan tertentu. Dengan perantara mereka, Allah menolong Imam af.”[72]

Beliau juga bersabda, “Seakan-akan aku melihat Al-Qaim dari keluarga Muhammad Saw. dan prajuritnya di balik gunung Kufah, seakan-akan burung-burung hinggap di atas kepala mereka (hinggap dan mengepakkan kedua sayapnya. Mungkin kiasan betapa tenang dan patuhnya mereka di hadapan Imam —pent). Bekal makanan mereka telah habis, pakaian mereka kumal, dan di kening mereka terdapat tanda bekas sujud. Ya, mereka adalah singa di siang hari dan abid di malam hari. Hati mereka bagai kepingan baja; kuat dan keras. Setiap orang dari mereka punya kekuatan empat puluh orang. Mereka tidak membunuh siapa pun, kecuali orang munafik dan kafir. Mengenai mereka, Allah berfirman, ‘Sesungguhnya itu adalah tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mengerti .’[73] ”[74]

2. Cinta dan Taat


Imam Baqir as. bersabda, “Shahib amr (Imam Mahdi af.) akan mengalami keghaiban di lembah ini (Dzi Thuwa). Dua malam sebelum muncul, pelayan terdekat beliau mendatangi para pengikut yang selama itu senantiasa menantinya, ia bertanya, ‘Berapa orang kalian di sini?’ Mereka menjawab, ‘Empat puluh orang.’ Ia bertanya lagi, ‘Apa yang akan kalian lakukan, jika kalian melihat beliau?’ Mereka menjawab, ‘Demi Allah, meskipun ia hidup di pegunungan, kami akan hidup dengannya sebagaimana ia hidup.’”[75]

Imam Shadiq as. bersabda, “Para pengikut Imam Mahdi mengusapkan tangan mereka di atas tanah bekas langkah beliau demi mencari berkah. Mereka duduk mengelilinginya dan di setiap peperangan, mereka menjadikan diri mereka sebagai perisai untuk beliau. Mereka menjalankan setiap perintahnya.”[76]

Ketika menceritakan para pengikut setia Imam Mahdi af., Imam Shadiq as. bersabda, “Ia memiliki sahabat yang hatinya bagaikan kepingan besi .… Mereka lebih patuh kepada Imam, dari pada seorang budak terhadap hambanya. Mereka selalu pasrah terhadap apa yang diperintahkan.”[77]

Rasulullah Saw. bersabda, “Allah akan mendatangkan pasukan dari segala penjuru dunia untuk Al-Mahdi, yang jumlahnya sama seperti jumlah pasukan perang Badar. Mereka selalu berupaya menaati perintah sang Imam.”[78]

Imam Shadiq as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat AlQaim (Imam Mahdi af.) dan pasukannya berada di Najaf (Kufah), seolah-olah burung-burung hinggap di atas kepala mereka (karena mereka tenang dan patuh di hadapan imamnya).”[79]

Ya, mereka sangat tenang dan tunduk patuh di hadapan pemimpinnya, sehingga mereka terlihat seperti orang yang di atas kepalanya terdapat burung yang sedang hinggap yang jika mereka bergerak sedikit pun, maka burung tersebut akan terbang.

3. Pasukan Muda yang Tangguh


Imam Ali as. bersabda, “Semua anggota pasukan Imam Mahdi adalah orang-orang yang berusia muda. Tidak ada orang yang berusia lanjut di tengah-tengah mereka, kecuali hanya sedikit sekali, seperti celak yang dioleskan untuk mata atau garam yang dibubuhkan kepada makanan ….”[80]

Imam Shadiq as. bersabda, “Nabi Luth as. pernah berkata kepada musuh-musuhnya, ‘Andaikan aku punya pasukan yang tangguh dan perlindungan yang kuat untuk melawan kalian!’ Pasukan yang ia maksud adalah pasukan Al-Mahdi yang sangat tangguh. Setiap orang dari mereka punya kekuatan yang sebanding dengan empat puluh orang biasa. Mereka memiliki hati yang lebih kuat dari potongan besi. Ketika diletakkan di hadapan gunung, batu-batu cadas pun bergetaran. Mereka tidak akan memasukkan pedang mereka ke dalam sarungnya sebelum Allah meridhainya.”[81]

Imam Ali Zainal Abidin as. bersabda, “Ketika al-Qaim af. muncul, Allah akan menjauhkan rasa lemah dari pengikut kami dan menguatkan hati mereka seperti kuatnya baja. Lalu, memberikan kekuatan empat puluh orang kepada setiap orang dari mereka. Mereka akan menjadi pembesar dan pemimpin di muka bumi.”[82]

Imam Shadiq as. bersabda, “Dalam pemerintahan Al-Mahdi af., pengikut kami adalah pembesar dan pemimpin di muka bumi. Setiap orang dari mereka, memiliki kekuatan yang setara empat puluh orang.”[83]

Imam Baqir as. bersabda, “Hari ini masih ada rasa takut dalam hati pengikut kami terhadap musuh-musuhnya. Tetapi, ketika pemerintahan jatuh di tangan kami dan Imam Mahdi af. muncul dari keghaibannya, pengikut kami akan menjadi orang yang lebih berani dari pada singa dan lebih tajam dari pada tombak. Mereka akan menendang musuh-musuh kami dengan kaki mereka dan menikamnya dengan tangan-tangan mereka.”[84]

Abdul Malik bin A’yan menuturkan ketika tengah menghadap Imam Baqir as., ia bersandar dengan tangannya seraya berkata, “Aku berangan-angan untuk mengalami kepemimpinan Imam Mahdi af dalam keadaan masih muda (dan dengan kekuatan masa muda).” Imam as. bersabda, “Apakah engkau tidak suka musuh-musuhmu saling membunuh dan kita berada di dalam rumah dengan aman? Jika Imam Mahdi af. muncul, kalian akan diberi kekuatan yang dimiliki oleh empat puluh orang. Lalu hati kalian menjadi kuat bagai potongan besi, yang jika hati tersebut dilemparkan ke gunung, maka gunung akan terbelah dan berpindah dari tempatnya. Kemudian kalian akan menjadi para pemimpin di dunia.”[85]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika waktu didirikannya pemerintahan Imam Mahdi af. telah tiba, rasa takut akan hilang dari hati kalian dan berpindah ke hati musuh. Pada waktu itu, pengikut kami akan menjadi lebih tajam dari tombak dan lebih berani dari pada harimau. Seorang dari pengikut kami akan menikam musuhnya dengan tombak, menyayatnya dengan pedang, dan menginjak-injak dengan kedua kakinya.”[86]

Beliau juga bersabda, “Para pengikut Al-Mahdi memiliki hati yang kuat bagaikan baja. Jika diperintahkan untuk memindahkan gunung dari tempatnya, mereka akan menjalankan perintah ini dengan segera. Jika mereka diperintahkan untuk menghancurkan suatu kota, maka mereka akan menghancurkan kota tersebut dengan cepat bagaikan elang .…”[87]

4. Pasukan yang Disegani


Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat pasukan Al-Mahdi tengah menguasai langit dan bumi. Tak satu pun di langit dan di bumi yang tidak taat kepada mereka. Semua binatang buas di darat dan burung-burung di langit mematuhinya. Mereka sangat dicintai oleh siapapun, hingga tanah tempat mereka berdiri bangga dan berkata kepada selainnya, ‘Hari ini di atasku berdiri pasukan Al-Mahdi.’”[88]

5. Pecinta Kesyahidan


Imam Shadiq as. bersabda, “Mereka senantisa takut kepada Allah dan selalu menanti kesyahidan. Keinginan mereka adalah mati di jalan Allah. Mereka menjadikan penuntutan darah Imam Husain as. sebagai syiar. Ketika mereka bergerak sejauh jarak sebulan perjalanan, rasa takut menyelimuti hati musuh.[89]


API YANG BERKOBAR


Tujuan kebangkitan Imam Mahdi af. adalah menegakkan pemerintahan Ilahi dan menghancurkan kezaliman di segenap penjuru dunia. Tentu saja, beliau akan berhadapan dengan berbagai macam tantangan. Untuk itu, beliau melakukan berbagai gerakan pengamanan, dengan menyingkirkan duri yang merintangi sepanjang jalan tersebut. Beliau menguasai satu persatu negara yang terbentang dari Timur ke Barat dunia, sehingga pemerintahan Ilahi nan adil tegak di seluruh penjuru jagat raya. Pada bagian ini, kami akan membawakan beberapa riwayat seputar topik ini.
A. Pahala para Pejuang dan Syuhada


Peperangan yang dilakukan Imam Mahdi af. bertujuan menumpas orang-orang yang zalim dan para pelaku kerusakan di muka bumi, di bawah panji pemerintahan Islam. Maka, keikutsertaan dalam peperangan bersama Imam Mahdi af. pun memperoleh pahala yang melimpah. Ketika salah seorang prajurit Imam Mahdi af. berhasil membunuh seorang musuh, maka ia akan mendapatkan dua puluh atau dua puluh lima pahala orang yang mati syahid. Jika ia sendiri yang mati syahid, maka ia akan memperoleh pahala dua orang yang mati syahid. Demikian juga dengan orang-orang yang terluka, selain mendapatkan kedudukan spiritual yang tinggi, mereka juga akan diberi berbagai keistimewaan tersendiri dalam pemerintahan Imam Mahdi af. Begitu pula dengan keluarga orang-orang yang telah syahid.

Imam Baqir as. kepada pengikutnya bersabda, “Jika kalian menjalankan apa yang kami perintahkan dan meninggalkan apa yang kami larang, lalu kalian mati sebelum kedatangan Imam Mahdi af., maka kematian kalian adalah kesyahidan. Jika seorang dari kalian mengalami pemerintahan Imam mahdi af., lalu mati di bawah pimpinannya, maka ia akan mendapatkan pahala dua orang yang mati syahid. Jika salah seorang dari kalian (di zaman Imam Mahdi af) mampu membunuh seorang musuh, maka ia akan mendapatkan pahala dua puluh orang yang mati syahid.”[90]

Dalam riwayat di atas, nilai orang yang membunuh musuh Islam lebih tinggi derajatnya dari syuhada. Karena dengan terbunuhnya musuh, memetik keridhaan Allah, ketenangan hamba-hamba-Nya dan kemuliaan agama. Sedangkan mati syahid sendiri, menjadikan orang tersebut sempurna. Oleh karena itu, para pejuang diharapkan lebih fokus pada upaya menghancurkan musuh terlebih terdahulu, melampaui kesyahidannya.

Imam Baqir as. berkata, “Kesyahidan di bawah kepemimpinan Imam Mahdi af. memiliki dua pahala orang yang syahid biasa.”[91]

Dalam kitab Al-Kafi disebutkan, “Jika pejuang Imam af. membunuh seorang musuh, maka ia akan mendapatkan pahala dua puluh orang yang mati syahid. Barang siapa yang mati syahid di bawah kepemimpinan Imam Mahdi af., maka ia akan mendapatkan dua puluh lima pahala orang yang mati syahid.”[92]

Mengenai sikap Imam Mahdi af. terhadap orang-orang yang telah syahid dan keluarga mereka, Imam Ali as. bersabda, “(Setelah berjuang) Al-Qaim af., bergerak menuju Kufah, lalu tinggal di sana … dan tidak ada seorang pun yang syahid kecuali beliau membayarkan hutang-hutangnya dan memberikan bantuan kepada keluarga mereka secara terus-menerus.”[93]

B. Perlengkapan Perang


Hampir dipastikan, Imam Mahdi af. menggunakan persenjataan yang jauh berbeda dengan senjata yang digunakan oleh orang-orang di zaman itu. Mungkin saja, yang dimaksud dengan kata pedang dalam riwayat adalah senjata, bukan pedang itu sendiri. Karena, ketika Imam af. menggunakan senjatanya, dinding-dinding kota roboh dan menjadi debu. Dengan satu pukulan, musuh hancur bagaikan garam yang larut dalam cairan atau timah yang dipanaskan.

Berdasarkan penjelasan riwayat, senjata para prajurit Imam Mahdi af terbuat dari besi. Tetapi, ketika dipukulkan ke gunung, maka gunung itu akan terbelah.

Nampaknya, musuh-musuh Imam Mahdi af. pun menggunakan senjata api modern. Karena, pakaian yang dikenakan Imam Mahdi af. adalah pakaian anti panas. Malaikat Jibril, telah menurunkannya ke dunia untuk nabi Ibrahim as, yang menyelamatkannya dari api Namrud. Jika musuh-musuh beliau tidak menggunakan senjata seperti itu, maka Imam Mahdi af tidak perlu mengenakan pakaian tersebut.

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, pedang-pedang (senjata-senjata) akan digunakan untuk berperang. Di setiap senjata tersebut, tertulis nama dan nama ayah pejuang.

Mengenai para prajurit Imam Mahdi af., Imam Shadiq as. bersabda, “Para prajurit Imam Mahdi af. memiliki senjata yang tebuat dari besi. Tapi tidak dari jenis besi. Jika salah seorang dari mereka menggunakan senjatanya untuk membelah gunung, maka gunung itu akan terbelah. Dengan bala tentara dan perlengkapan pernangnya, Imam Mahdi af. akan menguasai India, Dailam, orang-orang Kurd, Romawi, Barbar, Fars, dan Jabirsa dan Jabilqa.”[94]

Alat perlidungan yang dipergunakan oleh para prajurit Imam Mahdi af. sangat kuat sekali, sehingga senjata musuh tidak berpengaruh terhadap mereka. Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika pasukan Imam Mahdi berhadapan dengan pasukan musuh yang menguasai Barat dan Timur, maka mereka akan melenyapkan musuh-musuh Allah itu dalam sekejap dan senjata para musuh tidak berpengaruh sedikit pun terhadap mereka.”[95]

C. Memimpin Dunia Untuk Umat Manusia


Ada dua macam riwayat mengenai penguasaan dan penaklukan yang dilakukan Imam Mahdi af. terhadap negara-negara dunia. Sebagian riwayat hanya secara umum mengisyaratkan bahwa ia akan menguasai barat, timur, kiblat, selatan bumi, dan seluruh tempat di dunia. Sebagian riwayat yang lain, mengisyaratkan dikuasainya beberapa tempat tertentu dengan disebutkan namanya.

Tidak ada keraguan bahwa Imam Mahdi af. akan menguasai seluruh dunia. Tetapi, penyebutan nama beberapa tempat yang akan dikuasai oleh beliau dalam beberapa riwayat, mungkin disebabkan karena pentingnya tempat tersebut di akhir zaman nanti. Maksudnya, barangkali saja tempat-tempat tersebut, kelak menjadi poros kekuatan besar, sehingga banyak negeri sekitar yang dikuasainya. Mungkin saja tempattempat itu merupakan kawasan yang luas terhampar, sehingga mampu menampung banyak penduduk. Mungkin juga daerah itu merupakan pusat suatu ajaran atau sekte tertentu, sehingga jika sekiranya tempat itu hancur, maka seluruh pengikut ajaran tersebut akan hancur pula. Atau mungkin pentingnya tempat-tempat itu disebabkan keberadaan kekuatan militer yang ada di sana. Jika sekiranya tempat-tempat tersebut lemah, maka kekuatan musuh akan melemah pula dan terciptalah kesempatan bagi pengikut Imam Mahdi af. untuk menyerangnya.

Dimulainya gerakan Imam Mahdi af. dari Mekah lalu bergerak menuju Irak dan Kufah untuk menciptakan pusat kekuatan di sana, kemudian bergerak menuju Syam dan menguasai Baitul Maqdis, merupakan hal yang dapat membenarkan pandangan ini. Karena, kini tak satu pun orang yang tidak mengetahui betapa pentingnya tiga tempat tersebut dari segi politik, agama dan militer.

Kelompok riwayat yang pertama membicarakan perkara penguasaan Imam Mahdi af. terhadap seluruh negara di dunia. Beberapa riwayat itu antara lain:

Imam Ali Ridha as. menukil dari ayahnya bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika aku dibawa untuk bermi’raj, aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah mereka (para Imam) adalah penggantiku setelahku?’ Lalu terdengar suara, ‘Ya mereka adalah orang-orang terpilih dan hujjahku bagi hamba-hambaku. Mereka adalah hamba-hambaku yang terbaik setelahmu dan sebaik-baiknya penggantimu. Demi kehormatan dan keagungan-Ku, aku akan memenangkan agamaku dengan tangan mereka. Aku akan meninggikan kalimatullah dengan perantara mereka. Dan dengan perantara orang yang terakhir dari mereka, aku akan membersihkan duniaku dari orangorang yang berbuat keji dan munkar. Lalu, aku akan menjadikannya pemimpin Barat dan Timur dunia.’”[96]

Dalam tafsir ayat, “Jika kami menempatkan mereka di dunia, mereka akan mendirikan shalat dan memberikan zakat .”[97] , Imam Baqir as. bersabda, “Ayat ini berkenaan dengan keluarga Muhammad dan Imam terakhir. Allah akan menyerahkan kekuasaan Barat dan Timur dunia ke tangan Imam Mahdi Saw. dan para pengikutnya.”[98]

Rasulullah Saw. berkata, “Mahdi adalah keturunanku. Allah akan menyerahkan Barat dan Timur dunia ke tangannya.”[99]

Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, Allah akan meletakkan agama pada tempatnya yang sebenarnya. Lalu Dia akan mengarunia kemenangan-kemenangan yang bersinar kepadanya. Di zaman itu, tidak aka ada manusia yang hidup di muka bumi, kecuali ia seorang Muslim dan mengikrarkan ucapan La ilaha illa Allah.”[100]

Imam Baqir as. bersabda, “Al-Mahdi adalah keturunan kami. Ia akan menguasai Barat dan Timur bumi.”[101]

Beliau juga mengatakan, “Ketika Imam Mahdi muncul, Allah akan memenangkan agama Islam terhadap agama-agama yang lainnya.”[102]

Pernah dinukil dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Imam Mahdi akan mengerahkan seluruh pasukannya ke seluruh penjuru dunia.”[103]

Nabi Saw. bersabda, “Jika umur dunia tinggal satu hari saja Allah akan memunculkan Al-Mahdi dan mengembalikan kebesaran Islam. Lalu, Dia akan mengaruniainya kemenangan yang bersinar. Di zaman itu, tak ada seorang pun yang tinggal di muka bumi, kecuali ia mengucapkan La ilaha illa Allah.”[104]

Jabir bin Abdullah Anshari menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Zulkarnain adalah hamba yang shaleh, Allah menjadikannya hujah bagi hamba-hamba yang lain. Ia menyeru kaumnya untuk mengimani Allah dan memerintahkan mereka bertaqwa. Tetapi, mereka memukul kepalanya. Untuk beberapa saat ia tersembunyi, sehingga mereka mengira ia telah meninggal dunia. Namun, pada suatu saat, ia kembali kepada kaumnya. Tetapi kali ini mereka memukul sisi kepala yang lainnya.”

Rasulullah kembali bersabda, “Di antara kalian, ada seorang yang menjalankan sunnah. Allah Swt. memberikan kekuasaan dan kemuliaan kepada Zulkarnain, dengan menyerahkan barat dan timur dunia kepadanya. Hal tersebut, juga dilakukan oleh Allah terhadap Imam Mahdi af., yang berasal dari keturunanku, dengan menjadikannya penguasa barat dan timur dunia. Tak ada satu tempat pun yang telah dilewati oleh Zulkarnain, kecuali ia (Imam Mahdi af.) melewatinya. Allah akan menampakkan harta dan kekayaan bumi kepadanya dan menolongnya dengan cara menciptakan rasa takut di hati musuh-musuhnya. Dengan perantara Al-Mahdi, Allah akan memenuhi bumi degan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman dan kekejian.”[105]

Sebagian riwayat yang lain menerangkan dikuasainya beberapa kota tertentu oleh Imam Mahdi af. Di sini hanya menyebutkan beberapa riwayat saja.

Mengenai bergeraknya Imam Mahdi af. ke Syam, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. bersabda, “Atas perintah AlMahdi af., sarana transportasi untuk pasukannya telah siaga. Setelah perintah itu, empat ratus kapal dibuat dan berlabuh di pantai Akka. Dari arah yang lain, di Roma, terdapat seratus salib, yang setiap salibnya diiringi dengan sepuluh ribu tentara. Kemudian dengan senjata-senjata tersebut, mereka menguasai Tharsus. Imam Mahdi menuju tempat itu, lalu ia dan pasukannya membunuh banyak orang dari mereka. Ketika itu, air sungai Furat berubah memerah bersimbah darah dan tepinya dipenuhi dengan jasad mereka, sehingga menebarkan bau busuk yang menyengat. Dengan terdengarnya berita ini, sebagian orang yang berada di Roma, berpindah ke Anatolia.”[106]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Al-Qaim af. muncul ia mengirim sebagian pasukannya ke Constantinople. Ketika mereka sampai di suatu teluk, mereka menuliskan suatu kalimat di atas kedua kakinya, lalu dengan cara itu mereka berjalan di atas air.”[107]

Rasulullah Saw. bersabda, “Jika dunia tinggal satu hari saja, pasti Allah akan memunculkan seorang lelaki dari keturunanku yang namanya sama seperti namaku, keningnya bersinar, ia akan menguasai Constantinople dan Jabal Dailam.”[108]

Hudzaifah berkata, “Constantinople, Dailam, dan Tabrestan tidak akan dikuasai, kecuali dengan tangan seorang lelaki dari Bani Hasyim.”[109]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Al-Qaim af. muncul, Constantinople, Cina[110] , pegunungan Dailam akan dikuasainya. Ia akan memerintah selama tujuh tahun.”[111]

Imam Ali as. bersabda, “Imam Mahdi dan pasukannya bergerak menuju Constantinople, lalu mendatangi tempat tinggal raja Romawi. Di sana, mereka mengeluarkan tiga harta; pertama harta berbentuk berlian, kedua adalah harta berbentuk emas, dan yang ketiga berupa perak. Imam Mahdi membagikan harta-harta tersebut kepada pasukannya.”[112]

Imam Baqir as. bersabda, “Imam Mahdi menggunakan tiga bendera untuk menjalankan tiga operasi militernya di tiga titik. Ia mengarahkan satu benderanya ke Constantinople[113] dan Allah mengaruniai kemenangan kepadanya dalam menguasai tempat itu. Bendera yang lain adalah untuk Cina, dan Imam Mahdi af. pun berhasil menguasainya. Ketiga, ia kirim pasukan untuk gunung-gunung Dailam[114] dan akhirnya tempat tersebut dikuasai oleh pasukannya.[115]

Hudzaifah berkata, “Balanjar[116] dan pegunungan Dailam tidak akan dikuasai, kecuali oleh tangan seorang lelaki dari keluarga Muhammad Saw.”

Imam Ali as. bersabda, “... kemudian Imam Mahdi af. menuju kota Quds dengan menggunakan seribu kapal. Lalu, ia memasuki Palestina melalui Akka, Shur, Ghaza, dan Ashqelon[117] dan mereka akan mengeluarkan harta dan kekayaan yang ada di sana. Kemudian, Imam Mahdi af. memasuki kota Quds dan tinggal di sana, sampai kemunculan Dajal.”[118]

Abu Hamzah Tsumali menuturkan bahwa ia mendengar Imam Baqir as. bersabda, ‘Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan menghunuskan pedang yang telah dikeluarkan dari sarungnya. Kemudian, Allah akan memberikan kekuasaan Roma[119] , Cina, Turki[120] , Dailam, Sanad, India[121] , Kabul, Syam, dan Khazar kepadanya.”[122]

Ibnu Jarir menulis, “... bendera yang dikibarkan untu pertama kalinya oleh Imam Mahdi adalah bendera perang menuju Turki.”[123]

Mungkin yang dimaksud dengan pedang terhunus yang dikeluarkan dari sarungnya dalam riwayat Abu Hamzah, adalah senjata khusus yang dipergunakan oleh Imam Mahdi af. Karena, untuk menguasai seluruh negara di dunia, dibutuhkan senjata khusus yang kemampuannya berada di atas senjata-senjata biasa. Terlebih lagi, kebanyakan aktivitas beliau, dengan cara yang wajar dilakukan manusia.

Mengenai dikuasainya India, Ka’ab berkata, “Pemerintah yang berada di Baitul Maqdis, mengirimkan pasukannya ke India dan menguasainya. Ketika mereka memasuki India, mereka mengumpulkan kekayaan yang ada di sana dan mengirimkannya kepada pemimpin yang berada di Baitul Maqdis. Lalu, ia menghiasinya dan pasukan Imam Mahdi af. membawa raja India ke hadapan sang pemimpin dalam keadaan tertawan. Barat dan Timur bumi akan mereka kuasai. Mereka memperkuat kekuatannya di India dan tinggal si sana, sampai munculnya Dajal.”[124]

Hudzaifah menuturkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Thahir putra Asma’ berperang dengan Bani Israil, lalu menawan mereka dan membakar Baitul Maqdis serta membawa seribu tujuh ratus (atau sembilah ratus) kapal emas dan permata dari sana ke kota Rumiah. Pasti, Imam Mahdi af. akan mengeluarkannya dari kota itu dan mengembalikannya ke Baitul Maqdis.’”[125]

Meski Imam Mahdi af. memulai gerakannya dari Mekah, tetapi ia akan menguasai tanah air Hijaz[126] setelah itu. Kali ini, Imam Baqir as. bersabda, “Imam Mahdi af. akan muncul di Mekah dan Allah memberi beliau kekuatan untuk menguasai Hijaz. Lalu, beliau akan membebaskan orang-orang dari bani Hasyim yang ditawan.”[127]

Mengenai dikuasainya Khurasan, Imam Ali bersabda, “Imam Mahdi terus melanjutkan perjalanannya, sampai ia menguasai Khurasan[128] . Setelah itu, ia kembali lagi ke kota Madinah.”

Mengenai jatuhnya Armenia[129] di tangan Imam Mahdi af., beliau bersabda, “Imam Mahdi terus melanjutkan perjalanannya, hingga tiba di Armenia. Ketika masyarakat setempat melihat beliau, mereka mengirim seorang rahib terkemuka untuk berbicara dengannya.

Rahib bertanya, ‘Apakah engkau adalah Mahdi?’ Beliau menjawab, ‘Ya. Aku adalah Mahdi. Namaku tertera dalam Injil dan diterangkan di sana bahwa aku akan datang di akhir zaman.’ Lalu sang rahib menayakan berbagai pertanyaan dan Imam menjawabnya. Rahib yang beragama Kristen itu bersedia memeluk agama Islam. Tetapi, penduduk Armenia tidak kejadian tersebut dan mereka memicu huru hara. Pasukan Imam Mahdi af. memasuki kota dan membinasakan lima ratus ribu pasukan Kristen. Lalu, dengan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, Allah menggantung kota itu di antara langit dan bumi. Raja dan para menterinya yang sedang berada di luar kota, terbelalak saat melihat kotanya bergantung di antara langit dan bumi.

Raja merasa takut dan lari. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari perlindungan. Di tengah jalan, seekor singa menghadang mereka. Dalam keadaan takut, mereka melemparkan senjata dan segala apa yang mereka bawa, kemudian lari. Pasukan Imam Mahdi af. yang waktu itu mengejar mereka, mengumpulkan harta benda yang ditinggalkannya.

Setiap orang dari anggota pasukan, mendapatkan harta senilai seratus ribu dinar.”[130]

Imam Mahdi memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kota Zanj. Tentang hal ini, Imam Ali as. Menuturkan, “Imam Mahdi af. meneruskan perjalanannya hingga mencapai kota Zanj besar. Di kota itu, terdapat seribu pasar dan di setiap pasarnya terdapat seribu toko. Beliau akan menguasai tempat tersebut.[131] Setelah menguasai tempat itu, Imam Mahdi af. bergerak menuju sebuah kota yang bernama Qati’, yang berbentuk sebuah pulau di tengah laut.”[132]

Mengenai pasukan Imam Mahdi af. yang diutus ke seluruh negara di dunia, Imam Ali as. bersabda, “Seakan-akan aku melihat Imam Mahdi af. mengutus pasukannya ke segala penjuru dunia.”[133]

Beliau juga pernah bersabda, “Imam Mahdi af mengutus pasukannya ke seluruh dunia untuk meminta baiat dan menumpas kezaliman. Allah menetapkan kota-kota tersebut untuknya. Dengan tangan Imam Mahdi af., Allah membuka kota Constantinople.”[134]

D. Pemberontakan yang Gagal


Setelah banyak negara dikuasai oleh Imam Mahdi af., sebagian kelompok masyarakat mencoba melakukan pemberontakan melawan Imam Mahdi af. Tetapi, gerakan tersebut berhasil ditumpas oleh pasukan Imam Mahdi af. Sebagian orang yang berpikiran miring, tidak menerima ucapan beliau dalam beberapa permasalahan. Lalu, mereka melakukan pemberontakan melawan Imam Mahdi af, namun berhasil ditumpas oleh pasukan Imam Mahdi af. Mari kita menyimak beberapa riwayat berikut ini:

Imam Shadiq as. bersabda, “Ada beberapa kabilah di tiga belas kota yang memerangi Imam Mahdi af. dan beliau pun memerangi mereka. Mereka adalah orang-orang Mekah, Madinah, Syam, Bani Umayah, Bashrah, Damnesyan, orangorang Kurd, dan kabilah-kabilah Arab yang diantaranya adalah: Bani Dhabbah[135] , Ghani[136] , Bahilah[137] , Azd, dan penduduk kota Ray.”[138]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi menerangkan beberapa permasalah hukum agama dan menegaskan beberapa sunah Nabi Saw, sekelompok orang memprotesnya dan menunjukkan rasa tidak suka dengan cara keluar dari masjid. Pasukan Imam Mahdi af. menangkap mereka, lalu membawanya ke hadapan Imam Mahdi. Kemudian beliau memerintahkan supaya kepala mereka semua dipenggal. Inilah akhir pemberontakan yang dilakukan terhadap Imam Mahdi af.”[139]

Mengenai pemberontakan di Ramilah dan ditangkapnya orang-orang yang memberontak di sana, putra Abu Ya’qub berkata, “Aku datang ke hadapan Imam Shadiq as. dan beberapa orang yang lain yang termasuk pengikutnya juga ada di dekat beliau. Beliau berkata kepadaku, ‘Apakah engkau telah membaca Al-Qur’an?’ Aku menjawab, ‘Ya, tetapi aku membaca sebagaimana orang-orang yang lain membacanya.’ Imam bersabda, ‘Maksudku adalah bacaan yang kamu maksud itu.’ Aku bertanya, ‘Apa maksud pertanyaan ini?’ Beliau menjawab, ‘Nabi Musa as. telah menjelaskan berbagai permasalahan kepada kaumnya, tetapi mereka tidak betah untuk mendengarkannya. Bahkan, di Mesir mereka memerangi Nabi Musa as. Beliau pun memerangi dan membunuh mereka semua.”

Imam Shadiq melanjutkan perkataannya, “Nabi Isa as. juga pernah menjelaskan berbagai permasalah kepada kaumnya. Namun, mereka tidak suka mendengarkannya. Bahkan di kota Tikrit, mereka memberontak terhadap Nabi Isa as. Beliau pun melawan dan menumpasnya. Inilah makna firman Allah yang berbunyi, “Sebagian kelompok dari Bani Israil mengimani dan sebagian lainnya tidak. Kami menolong orang-orang yang beriman dan kami menangkan mereka terhadap musuhmusuhnya .”[140]

Imam shadiq as. kembali bersabda,” Kondisi yang menimpa Imam Mahdi af. juga demikian. Ketika muncul, beliau menerangkan berbagai permasalahan, yang kalian tidak tahan mendengarkannya. Lalu, kalian melawan Imam Mahdi af, dan memeranginya di suatu tempat yang bernama Ramilah. Beliau pun menumpas dan membunuh kalian. Inilah pemberontakan terakhir yang dilakukan terhadap Imam Mahdi af.’”[141]

E. Peperangan Berakhir


Dengan berdirinya pemerintahan Ilahi nan adil, dibawah naungan Imam Mahdi af. Runtuhnya berbagai kekuatan setan, sedikit demi sedikit, gejolak peperangan mulai mereda dan tak ada lagi kekuatan yang mampu melawan pasukan Imam Mahdi af. Dengan demikian, peralatan dan senjata perang yang dijual di pasaran sudah tidak ada lagi harganya dan tidak ada pula pembelinya.

Imam Ali as. bersabda, “... peperangan itu akan berakhir.”[142]

Ka’ab berkata, “Hari-hari tak akan berakhir, kecuali dengan kedatangan seorang lelaki dari Quraisy, yang kemudian tinggal di Baitul Muqaddas dan peperangan berakhir.”[143]

Mengenai Dajal dan kematiannya, dalam sebuah pidatonya Rasulullah Saw bersabda, “... setelah itu, harga seekor kuda hanya beberapa dirham saja.”[144]

Ibnu Mas’ud berkata, “Salah satu tanda dekatnya hari kiamat, wanita dan kuda sangat mahal harganya. Kemudian, menjadi murah dan sampai hari kiamat tidak akan mahal lagi.”[145]

Mungkin maksud dari mahalnya wanita pada zaman sebelum kemunculan Imam Mahdi af., adalah tingginya biaya hidup. Sehingga, dari segi ekonomi sangat sulit sekali menjalin kehidupan rumah tangga dengan seorang wanita. Sebagaimana jika peperangan terus terjadi, maka banyak kebutuhan manusia terhadap berbagai peralatan, seperti kuda (kendaraan) dan perlengkapan militer, melonjak naik. Setelah peperangan usai (setelah kemunculan Imam Mahdi af.), kebutuhan hidup mudah didapatkan dan membina keluarga (pernikahan) mudah dijalankan, sehingga seolah-olah harga wanita menjadi turun.

Zamakhsyari menukilkan, “Salah satu kekhususan zaman pemerintahan Imam Mahdi af., sebagai ganti arit, para petani menggunakan pedang.”[146] Karena di zaman itu, tidak ada lagi yang namanya peperangan. Dengan demikian, banyak perlengkapan perang yang digunakan untuk alat bercocok tanam.

Kali ini Rasulullah Saw. bersabda, “... harga sapi mengalami kenaikan dan kuda tidak ada harganya.”[147]

Mungkin riwayat di atas juga dapat ditafsirkan seperti ini; karena sapi digunakan sebagai alat pertanian dan daging serta susunya dapat dimanfaatkan. Tetapi kuda, kebanyakan digunakan sebagai peralatan perang. []




DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN1


Najmuddin Thabasi1


Penerjemah: Muhammad Habibi1


PRAKATA PENERBIT2


PENDAHULUAN5


Bab 311


PASUKAN IMAM MAHDI AF11


A. Pemimpin Pasukan11


1. Nabi Isa as11


2. Syu’aib bin Shaleh13


3. Ismail putra Imam Shadiq as. dan Abdullah bin Syuraik15


4. Aqil dan Harits16


5. Jabir bin Khabur16


6. Mufadhal bin Umar17


7. Ashabul Kahfi17


B. Pasukan dari Berbagai Bangsa18


1. Bangsa Iran18


2. Bangsa Arab24


3. Pengikut dari Agama Lain27


4. Jabilqa dan Jabirsa31


C. Jumlah Pasukan33


2. Pasukan Imam Mahdi af38


3. Pengawal dan Penjaga40


D. Pertemuan Anggota Pasukan41


E. Syarat dan Ujian Anggota Pasukan44


F. Karateristik Pasukan Imam Mahdi af47


1. Ibadah dan Ketakwaan48


2. Cinta dan Taat49


3. Pasukan Muda yang Tangguh51


4. Pasukan yang Disegani54


5. Pecinta Kesyahidan55


API YANG BERKOBAR56


A. Pahala para Pejuang dan Syuhada56


B. Perlengkapan Perang59


C. Memimpin Dunia Untuk Umat Manusia61


D. Pemberontakan yang Gagal72


E. Peperangan Berakhir75



[1] Dengan bantuan beberapa orang dari Hauzah Ilmiyah Qom, saya berhasil menyusun kitab yang tebalnya lima jil. ini. Buku ini dicetak oleh Bonyad-e Ma’aref-e Eslami (Lembaga Pemikiran Islami) Qom, pada tahun 1411 H. Insya Allah, akan dilakukan revisi dalam waktu dekat.

[2] As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 168.

[3] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 161.

[4] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 86; Aqdud Durar, 127; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 588.

[5] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 53; Aqdud Durar, hal. 130; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 211.

[6] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 53; As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1/211.

[7] Nurul Abshar, hal. 138; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 211.

[8] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 84; Ibnul Munadi, hal. 47; Darmi, Sunan, hal. 98; Aqdud Durar, hal. 126; Ibnu Thawus, Fitan, hal. 49.

[9] Al Iyqadz minal Hij’ah, hal. 266. Lihat pula: Kasyi, Ikhtiyaru Ma’rifatir Rijal, hal. 217; Ibnu Dawud, Rujal, hal. 206.

[10] Al Iyqadz minal Hij’ah, hal. 266. Lihat pula: Bihar al-Anwar, jil. 53, hal. 67; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 561.

[11] Kharaij, jil. 1, hal. 185; Bihar al-Anwar, jil. 41, hal. 296; Mustadrakat Ilmi Rijal Al Hadis, 2: 118. Mengenai Jabir bin Khabur, meski telah dilakukan banyak penelitian oleh kalangan Syiah dan Ahli Sunnah, tetapi informasi yang didapat tidak terlalu banyak. Sebagian dari informasi itu adalah sebagai berikut: Imam Shadiq as. menuturkan, “Dahulu, Jabir bin Khabur adalah penjaga kekayaan Mu’awiyah. Ia memiliki seorang ibu yang sudah tua dan tinggal di Kufah. Pada suatu hari, Jabir berkata kepada Mu’awiyah, ‘Aku rindu kepada ibuku. Izinkan aku untuk pergi menemuinya, supaya aku dapat menunaikan tugasku sebagai seorang anak.’“ Mu’awiyah berkata, ‘Untuk apa kamu pergi ke kota Kufah? Di sana ada seorang penyihir yang bernama Ali bin Abi Thalib dan aku tidak yakin kalau kamu tidak dapat dibohonginya.’ Jabir menjawab, ‘Aku tidak punya urusan dengan Ali. Aku hanya ingin pergi melihat ibuku dan menunaikan kewajibanku berbakti kepadanya.’ Setelah meminta izin, Jabir pergi memulai perjalanannya. Ketika itu, Imam Ali as. baru saja memenangkan peperangan Shiffin dan meletakkan beberapa pengawas yang bertugas untuk mengawasi lalu lalang setiap orang di Kufah. Ketika Jabir sampai ke kota Kufah, ia ditangkap oleh pengawas tersebut, lalu ia dibawa ke kota. Ali berkata kepadanya, ‘Engkau adalah salah satu dari harta-harta Tuhan. Mu’awiyah telah berkata kepadamu bahwa aku adalah penyihir.’ Jabir berkata, ‘Demi Tuhan ia memang berkata demikian.’ “Imam Ali as. bersabda, ‘Engkau membawa harta dan sebagiannya engkau kubur di suatu tempat bernama Ainut Tamr.’ Jabir mengakui hal itu. Lalu Imam Ali as. meminta Imam Hasan as. untuk menjamunya. Esok harinya, Imam Ali berkata kepada prajuritnya, ‘Orang ini (Jabir) akan menunggu kedatangan Al-Mahdi af di Jabal al Ahwaz …’”

[12] Dalailul Imamah, hal. 248; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573.

[13] Hushaini, Al Hidayah, hal. 31; Irsyadul Qulub, hal. 286; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 601. Ada juga orang-orang lainnya yang akan dibangkitkan untuk membantu Imam Mahdi. Seperti Dawud Ruqaiy, Najm bin A’yan, Hamran bin A’yan, dan Maysar bin Abdul Aziz. Nama mereka disebut dalam beberapa riwayat; dan dikatakan bahwa mereka akan menyertai Imam Mahdi Aj dalam menegakkan kebenaran.

[14] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 85; Aqdud Durar, hal. 129; Al Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 69.

[15] Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 547; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 369.

[16] Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 366.

[17] Abdur Razzaq, Mushannif, jil. 11, hal. 358; Al Mu’jamul Kabir, jil. 7, hal. 268; Hilyatul Awliya’, jil. 3, hal. 24; Firdausul Akhbar, jil. 5, hal. 445.

[18] Mungkin yang dimaksud adalah kabilah Arab di Hamadan.

[19] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 146.

[20] Bihar al-Anwar, jil. 60, hal. 218.

[21] Ibid, jil. 60, hal. 216.

[22] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 148; Raudhatul Wa’idzin, hal. 310; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 304.

[23] Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 268; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 591; Syafi’i, Bayan, hal. 196; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 91.

[24] Berdasarkan riwayat-riwayat yang menerangkan tentang siapa para pengikut Imam Mahdi af., dapat dikatakan bahwa orang-orang Arab adalah mayoritas pengikut khusus Imam Mahdi af. (313 orang). Apa lagi banyak riwayat yang menyebutkan bahwa pengikut khusus Imam berasal dari negara-negara Arab.

[25] Thusi, Ghaibah, hal. 284; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 518; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 333.

[26] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 142; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 304.

[27] Thusi,Ghaibah, cetakan baru, hal. 477; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 334; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 518.

[28] Ibnu Thawus, Malahim¸ hal. 43; Yanabi’ul Mawaddah, jil. 2, hal. 435; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 456.

[29] Namanya adalah Samak bin Kharsyah. Al-Marhum Mamaqani berkata mengenai beliau: “Aku menganggapnya sebagai orang yang Husnul Hal… (Tanqihul Maqal, jil. 2, hal. 68)

[30] Raudhatul Wa’idzin, jil. 2, hal. 266.

[31] Kafi, jil. 3, hal. 131; Al-Iyqadz, hal. 290; Bihar al-Anwar, jil. 27, hal. 308.

[32] Jika tempat itu memang berada di Cina yang kini kita ketahui bersama, mungkin saja tempat tersebut terletak di sebuah pulau terpencil atau di tempat lain.

[33] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.

[34] Ibid.

[35] Al Isra’ : 104.

[36] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.

[37] Al A’raf: 159.

[38] Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 316.

[39] Ibid.

[40] Al Maidah: 14

[41] Kafi, jil. 5, hal. 352; At Tahdzib, jil. 7, hal. 405; Wasailus Syi’ah, jil. 14, hal. 56; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 601; Tafsir Burhan, jil. 1, hal. 454; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 422.

[42] جابلقا dan جابرسا

[43] Bihar al-Anwar, Jil. 54, hal. 334; dan jil. 26, hal. 47.

[44] Syi’ah berkeyakinan bahwa setelah kedatangan Imam Mahdi af., sekelompok Imam Maksum, sekelompok orang yang beriman, dan juga sekelompok orang kafir akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali. Terdapat puluhan riwayat yang dapat menjadi argumentasi terhadap keyakinan ini. Dalam kitab As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, Almarhum Ayatullah Walid telah membahas permasalahan ini secara panjang lebar. Akhir-akhir ini, Hujjatul Islam wal Muslimin Mirsya Walad menerjemahkan kitab tersebut ke dalam bahasa Parsia dengan judul Setare e Derakhshan. Lima belas tahun yang lalu, saya juga pernah membuat karya tulis yang berjudul Raj’at az Nazar e Syi’e (Raj’ah menurut Syi’ah) dan juga telah dicetak dan disebarkan. Dalam tulisan itu, saya sering menukil ucapan-ucapan Almarhum Walid.

[45] Al-Iyqadz minal Haj’ah, hal. 269.

[46] Kasyi, Rijal, hal. 402; Al-Khulashah, hal. 98; Qabhai, Rijal, jil. 2, hal. 289; Al-Iyqadz, hal. 284; Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 4; Mu’jam Rijalil Hadis, jil. 6, hal. 259.

[47] Al-Iyqadz, hal. 264.

[48] Dalailul Imamah, hal. 320; Al-Mahajjah, hal. 46.

[49] Kamaluddin, jil. 2, hal. 654; Al-Ayashi, Tafsir Al-Asyashi, jil. 2, hal. 56; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 139 dan jil. 4, hal. 94; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 323.

[50] Uyun Akhbarir Ridha, jil. 1, hal. 59; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 310.

[51] Majma’uz Zawaid, jil. 7, hal. 315.

[52] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Fatawi Al Hadisah, jil. 31.

[53] Kamaluddin, jil. 2, hal. 671; Bashairud Darajat, hal. 311; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 286.

[54] Dalailul Imamah, hal. 248; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573.

[55] Raudhatul Wa’idzin, hal. 266; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 55.

[56] Durarul Akhbar¸ jil. 1, hal. 258.

[57] Kamaluddin, jil. 2, hal. 654; Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 134; Nurut Tsaqalain, jil. 4, hal. 98, dan jil. 1, hal. 340; Al-Adadul Qawiyah, hal. 65; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 548.

[58] Al-Mustajad, hal. 511.

[59] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 65.

[60]

[61]

[62]

[63] Kamaluddin, jil. 2, hal. 672; Ayashi, Tafsir, jil. 1, hal. 67; Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Bihar al-Anwar, jil. 2, hal. 368; Kafi, jil. 8, hal. 313; Al Mahajjah, halamn 19.

[64] Al Baqarah: 148.

[65] Firdausul Akbar, jil. 2, hal. 449.

[66] Raudhatul Wa’idzin, jil. 2, hal. 623; Aqdud Durar, hal. 56; Muttaqi Hindi, Burhan, halamn 145.

[67] Bihar al-Anwar: jil. 52, hal. 324; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 582; Terjemahan jil. ke 13 Bihar al-Anwar, hal. 916.

[68] Majma’ul Bayan, jil. 1, hal. 231; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 524; Nurut Tsaqalain, jil. 1, hal. 140; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 291.

[69] Nu’mani, Ghaibah, hal. 316; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 198; Bisyaratul Islam, hal. 198.

[70] As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 157; Aqdud Durar, hal. 96.

[71] Tentang Khutbah Al Bayan, Almarhum Walid dalam catatan kaki kitab As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, menuturkan, “Kami menukil khutbah ini dari kitab Dauhatul Anwar karya Syaikh Muhammad Yazdi. Tetapi, tidak hanya terbatas pada kitab ini saja, bahkan tercantum dalam kitab-kitab yang lain pula. Agha Buzurg Tehrani menyebutkan beberapa kitab tersebut dalam kitab adz-Dzari’ah: jil. 7, antara lain :

1. Qadhi Sa’id Qomi, dalam syarah Hadis Ghamamah, 1103 H;

2. Muhaqqiq Qomi, Jami’ As Syatat, hal. 772;

3. Sebuah catatan dalam perpustakaan Imam Ridha as, 729 H;

4. Sebuah catatan yang ditulis oleh Ali bin Jamaluddin, 923 H;

5. Khulasatut Tarjuman;

6. Ma’alimut Tanzil. Dalam khutbah ini terdapat beberapa kalimat yang kandungannya tidak sesuai dengan Tauhid. Tapi kalimat-kalimat itu tidak ditemukan di semua teks khutbah. Oleh karena itu, pasti orangorang Ghulat yang telah menanmbahkannya. Tapi kalimat-kalimat seperti “Aku yang menunmbuhkan dedaunan dan aku juga yang membuahkan buah-buahan”, sering kali didapatkan dalam riwayat-riwayat lainnya. Seperti halnya kalimatkalimat “Karena kami pohon-pohon memberikan buahnya, buahbuahnya menjadi matang. Dan karena kami air sungai mengalir, hujan turun, dan tanah menumbuhkan tumbuhan-tumbuhannya.” Dalam doa-doa Ziarah Mutlaqah kita sering membaca seperti ini: “…karena kalian pohon-pohon tumbuh. Karena kalian pulalah pohon-pohon memberikan buahnya…” Oleh karena itu, jika kita menemukan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Qur’an, maka itu bukan dari para Maksumin. Tapi dengan palsunya beberapa kalimat dalam khutbah di atas, bukan berarti kita tidak menerima khutbah itu secara keseluruhan.

[72] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.

[73] Al Hijr: 75.

[74] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 386.

[75] Ayashi, Tafsir, jil. 2, hal. 56; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 341.

[76] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.

[77] Ibid.

[78] Ibid, hal. 310.

[79] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 585.

[80] Thusi, Ghaibah, hal. 284; Nu’mani, Ghaibah, hal. 315; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 145; Kanzul Ummal, jil. 14, hal. 192; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 334; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 517.

[81] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 317, dan 327.

[82] Ibid, jil. 2, hal. 673; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 317, 327, 372; Yanabi’ul Mawadah, hal. 424; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 346.

[83] Mufid, Ikhtishahs, hal. 24; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 372.

[84] Ibid, hal. 24; Bashairud Darajat, jil. 1, hal. 124; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 448, dan 489; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 557; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 318, dan 372.

[85] Kafi, jil. 8, hal. 282; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 335.

[86] Kharaij, hal. 840; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 336. Lihat pula: “Hilyatul Awliya’, jil. 3, hal. 184; Kasyful Ghummah, hal. 345; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 448. Riwayat senada juga diriwayatkan dari Imam Baqir as: Bashairud Darajat, hal. 24; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 189.

[87] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 308.

[88] Kamaluddin, jil. 2, hal. 673; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 493; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 327.

[89] Mustadrak al-Wasail, jil. 11, hal. 114.

[90] Thusi, Amali, jil. 1, hal. 236; Bisyaratul Mustafha, hal. 113; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 529; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 123, 317.

[91] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 490. Lihat pula: Thusi, Amali, jil. 1, hal. 236; Barqi, Mahasin, hal. 173; Nurut Tsaqalain, jil. 5, hal. 356.

[92] Kafi, jil. 2, hal. 222.

[93] Ayashi, Tafsir, jil. 2, hal. 261; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 224

[94] Bashairud Darajat, hal. 141; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 523; Tabsiratul Wali, hal. 97; Bihar al-Anwar, jil. 27, hal. 41 dan jil. 54, hal. 334.

[95] Ibid.

[96] Kamaluddin, jil. 1, hal. 366; Uyun Akhbar ar-Ridha, jil. 1, hal. 262; Bihar al-Anwar, jil. 18, hal. 346.

[97] Al Hajj: 41.

[98] Tafsir Al-Burhan, jil. 2, hal. 96; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 425; Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 1.

[99] Ihqaqul Haqq, jil. 13, hal. 259; Yanabi’ul Mawaddah, hal. 482; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 378; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 218.

[100] Aqdud Durar, hal. 222; Fawaidul Fikr, hal. 9.

[101] Kamaluddin, jil. 1, hal. 331; Al Fushulul Muhimmah, hal. 284; As’afur Raghibin, hal. 140.

[102] Yanabi’ul Mawaddah, hal. 423.

[103] Al Qaulul Mukhtashar, hal. 23.

[104] Uyunu Akhbarir Ridha, hal. 65; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 346; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 218.

[105] Kamaluddin, jil. 2, hal. 394; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 323, 336; As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 218; Lihat pula: Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 250, 262; Mufid, Irsyad, hal. 362; A’lamul Wara, hal. 430.

[106] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 116; Aqdud Durar, hal. 189.

[107] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 365.

[108] Firdausul Akhbar, jil. 3, hal. 83; Syafi’i, Al Bayan, hal. 138; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 229 dan jil. 19, hal. 660.

[109] Ibnu Abi Syaibah, Mushanif, jil. 13, hal. 18.

[110] Cina, disebut dengan Asia Timur. Mencakup Soviet di zaman itu, India, Nepal, Birma, Vietnam, Jepang, Lautan Cina, dan Korea.

[111] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 339; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 352; AsSyi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 400.

[112] As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, jil. 1, hal. 162.

[113] Constantinople adalah sebuah kota di Turki yang dibagun pada abad ketujuh sebelum Masehi dan menjadi ibu kota kekaisaran Romawi untuk beberapa saat. Lihat Mu’jamul Buldan, jil. 4, hal. 348; A’lamul Munjid, hal. 28.

[114] Dailam adalah nama sebuah tempat di pegunungan Gilan yang berada di sebelah utara propinsi Qazvin; Mu’jamul Buldan, jil. 1, hal. 99; A’lamul Munjid, hal. 228; Burhan Qati’, jil. 1, hal. 570.

[115] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 585; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 388; lihat pula: Bihar al-Anwar, jil. 54, hal. 332 hadis no. 1, 6,11,14,17, 18,19, 34, 35, 36, 46.

[116] Khazar (Uni Soviet); Mu’jamul Buldan, jil. 1, hal. 99; A’lamul Munjid, hal. 214.

[117] Adalah sebuah kota di Syam, termasuk daerah yang dimiliki Palestina. Tempat ini, berada di antara Ghaza dan Baitu Jabarain. Lihat Mu’jamul Buldan, jil. 3, hal. 673.

[118] Aqdud Durar, 201.

[119] Roma saat ini adalah ibu kota Italia. Di zaman itu Roma merupakan pusat pemerintahan yang dipimpin oleh raja-raja yang disebut dengan kaisar. Kaisar-kaisar yang memerintah di zaman itu, juga menguasai beberapa daerah sekitarnya. Begitu luas kekuasaan mereka, sehingga negara-negara yang berada di seberang lautan Mediterania, Afrika Utara, Yunani, Turki, Siria, Libanon, sampai Palestina, berada di bawah pengaruh kekuasaannya dan mereka menyebut negara-negara ini dengan sebutan Romawi.

[120] Turki adalah sebuah negara yang berada di benua Asia dan terbagi antara Cina dan Uni Soviet dan mencakup Sinkyangh dari Cina dan Turkmenistan, Uzbekistan, Tasykand, Tajikistan, Qaranjir, dan Kazakhstan; A’lamul Munjid, hal. 542.

[121] Mirip pulau yang berbentuk segi tiga dan terletak di selatan Asia dan mencakup republik India, Pakistan, Butan, dan Nepal; Burhan Qati’, jil. 1, hal. 703; A’lamul Munjid, hal. 542.

[122] Nu’mani, Ghaibah, hal. 108; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 348.

[123] Al Qaulul Mukhtashar, hal. 26.

[124] Aqdud Durar, hal. 97, 319; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 81; Hanafi, Burhan, hal. 88.

[125] Aqdud Durar, hal. 201; Syafi’i, Bayan, hal. 114; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 229.

[126] Batasan-batasan Hijaz adalah: Teluk Aqabah, Laut Merah, Najd, dan Asir; A’lamul Munjid, hal. 229; menurut Hamuaini, Hijaz adalah tempat yang lebarnya dari Shana di Yaman sampai Syam. Tabuk dan Palestina juga termasuk Hijaz; Mu’jamul Buldan.

[127] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 95; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 141; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Qaulul Mukhtashar, hal. 23.

[128] Di zaman itu, yang dimaksud dengan Khurasan adalah Iran, Afghanistan, dan Uni Soviet; A’lamul Munjid, hal. 267.

[129] Armenia, terletak di Asia Minor, memiliki perbatasan-perbatasan seperti pegunungan Ararat, Qafqaz, Iran, Turki, dan sungai Furat. Mulanya memiliki pemerintahan yang berdiri sendiri, tapi runtuhnya pemerintahan tersebut, daerah ini terbagi-bagi dan setiap bagiannya menjadi bagian dari Iran, Rusia, dan Kekhalifahan Ottoman. (Al Munjid, hal. 25)

[130] As-Syi’ah wa Ar-Raj’ah, hal. 162.

[131] Ibid, hal. 164.

[132] Ibid, hal. 164; lihat pula: Aqdud Durar, hal. 200; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 229.

[133] Mufid, Irsyad, hal. 341; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 337.

[134] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 64; Al Fatawa Al Hadisah, hal. 31.

[135] Dhabbah adalah nama sebuah desa di Hijaz yang terletak di pinggir pantai dekat jalan menuju Syam. Di dekatnya, terdapat sebuah desa Nabi Ya’qub as yang bernama Bada. Bani Dhabbah adalah nama sebuah kabilah yang pernah membantu musuh-musuh Imam Ali as. di perang Jamal. Dalam perang tersebut, pertama kalinya syair-syair dan puisi-puisi peperangan yang dibacakan adalah milik Bani Dhabbah dan Azd. Mereka berada di sekeliling onta Aisyah dan melindunginya. Lihat Sam’ani, Ansab, jil. 4, hal. 12; Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jil. 9, hal. 320 dan jil. 1, hal. 253.

[136] Ghani adalah nama sebuah kabilah yang tinggal di Har, kawasan Jazirah Arab yang berada di antara Musel dan Syam. Mereka memiliki kaitan dengan orang yang bernama Ghani bin Ya’shur. Lihat Ansab, jil. 4, hal. 315.

[137] Bahilah adalan nama sebuah kabilah yang memiliki kaitan dengan Bahilah bin A’shar. Orang-oran g Arab padazaman dahulu enggan untuk berhubungan dengan kabilah ini. Karena, tidak ada orang yang mulia dan terhormat di antara mereka. Mereka adalah kabilah yang hina. Sebelum pergi ke Shiffin, Imam Ali as. pernah berkata kepada mereka, “Demi Tuhan! Aku membenci kalian dan kalian membenciku. Maka kemarilah dan ambillah hak-hak kalian lalu pergilah ke Dailam. Lihat Sam’ani, Anshab, jil. 1, hal. 275; Waq’ah Shiffin, hal. 116; An Nafy wa At Targhib, hal. 349; Ibnu Abil Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jil. 3, hal. 272; Al Gharat, jil. 2, hal. 21.

[138] Nu’mani, Ghaibah, hal. 299; Bashairud Darajat, hal. 336; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 632; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 363 dan jil. 48, hal. 48.

[139] Ayashi, Tafsir, jil. 2, hal. 61; Tafsir Burhan, jil. 2, hal. 83; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 345.

[140] Qs. as-Shaff: 14.

[141] Bashairud Darajat, hal. 336; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 375, jil. 47, hal. 48, dan jil. 14, hal. 279.

[142] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 162; Al-Mu’jamus Saghir, hal. 150; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 204.

[143] Aqdud Durar, hal. 166; lihat pula: Abdul Razzaq, Mushannif, jil. 11, hal. 401.

[144] Ibnu Thawus, Malahim, hal. 152.

[145] Al-Mu’jamul Kabir, jil. 9, hal. 342; kandungan serupa terdapat dalam Aqdud Durar, hal. 331, dinukil dari Kharjiah bin Shilat.

[146] Al-Faiq, jil. 1, hal. 354.

[147] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 159; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 82.












PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN


Najmuddin Thabasi








Penerjemah: Muhammad Habibi




PRAKATA PENERBIT





Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Pusaka dan peninggalan berharga Ahlul Bait as. yang sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam khazanah mereka merupakan universitas lengkap yang mengajarkan berbagai ilmu Islam. Universitas ini telah mampu membina jiwa-jiwa yang berpotensi untuk menguasai pengetahuan dari sumber tersebut. Mereka mempersembahkan kepada umat Islam ulama-ulama besar yang membawa risalah Ahlul Bait as., ulama-ulama yang mampu menjawab secara ilmiah segala kritik, keraguan dan persoalan yang dikemukakan oleh berbagai mazhab dan aliran pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam.

Berangkat dari misi dan tugas yang diemban, Lembaga Internasional Ahlul Bait (Majma‘ Jahani Ahlul Bait) berusaha mempertahankan kemu-liaan risalah dan hakikatnya dari serangan tokoh-tokoh firqah (kelompok), mazhab, dan berbagai aliran yang memusuhi Islam. Dalam hal ini, kami berusaha mengikuti jejak Ahlul Bait as. dan penerus mereka yang sepanjang masa senantiasa tegar dalam menghadapi tantangan dan tetap kokoh di garis depan perlawanan.

Khazanah intelektual yang terdapat dalam karya-karya ulama Ahlul Bait as. tidak ada bandingannya, karena buku-buku tersebut berpijak pada landasan ilmiah dan didukung oleh logika dan argumentasi yang kokoh, serta jauh dari pengaruh hawa nafsu dan fanatik buta. Karya-karya ilmiah yang dapat diterima oleh akal dan fitrah yang sehat tersebut juga mereka peruntukkan kepada para ulama dan pemikir.

Dengan berbekal sekian pengalaman yang melimpah, Lembaga Internasional Ahlul Bait berupaya mengetengahkan metode baru kepada para pencari kebenaran melalui berbagai tulisan dan karya ilmiah yang disusun oleh para penulis kontemporer yang mengikuti dan mengamalkan ajaran mulia Ahlul Bait as. Di samping itu, lembaga ini berupaya meneliti dan menyebarkan berbagai tulisan bermanfaat dari hasil karya ulama Syi‘ah terdahulu. Tujuannya adalah agar kekayaan ilmiah ini menjadi sumber mata air bagi setiap pencari kebenaran di seluruh penjuru dunia. Perlu dicatat bahwa era kemajuan intelektual telah mencapai kematangannya dan relasi antarindividu semakin ter-jalin demikian cepatnya. Sehingga pintu hati terbuka untuk menerima kebenaran ajaran Ahlul Bait as.

Kami mengharap kepada para pembaca yang mulia kiranya sudi menyampaikan berbagai pandangan berharga dan kritik konstruktifnya demi kemajuan Lembaga ini di masa mendatang. Kami juga mengajak kepada berbagai lembaga ilmiah, ulama, penulis, dan penerjemah untuk bekerja sama dengan kami dalam upaya menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam yang murni. Semoga Allah swt. berkenan menerima usaha sederhana ini dan melimpahkan taufik-Nya serta senantiasa menjaga Khalifah-Nya (Imam Al-Mahdi as.) di muka bumi ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth. Najmuddin Thabasi yang telah berupaya menulis buku ini. Demikian juga kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sdr. Muhammad Habibi yang telah bekerja keras menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia, juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.



Divisi Kebudayaan Lembaga Internasional Ahlul Bait

PENDAHULUAN




Segera setelah negeri Shush—tempat Nabi Daniel as. dimakamkan—lepas dari kekuasaan orang-orang partai Baath, penduduk di sana secara bertahap kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Dan ketika itulah saya mendapat kehormatan untuk hadir bersama para pejuang. Di masjid jami kota bersejarah itu, saya menyampaikan rangkaian kuliah seputar Imam Zaman af. dengan mengacu kepada kitab Bihar al-Anwar karya ‘Allamah Majlisi ra.

Pada waktu itu, saya menyadari bahwa meskipun banyak sekali permasalahan telah dibahas seputar Imam Mahdi af. seperti: panjangnya usia beliau, falsafah keghaibannya, berbagai faktor penyebab kemunculannya, dan lain sebagainya, namun pembahasan tentang bagaimana imam Mahdi af. bangkit; bagaimana pemerintahannya dan seperti apa ia memimpin, belum menjadi obyek kajian yang memadai. Atas dasar itu, saya bermaksud untuk membahas masalah ini, sehingga barangkali saya dapat menemukan berbagai jawaban untuk beragam pertanyaan yang seringkali mengemuka dan menjadi bahan pikiran khalayak.

Di antara pertanyaan-pertanyaan itu ialah bagaimana Imam Mahdi af. kelak akan menggugurkan berbagai sistem sosial yang memiliki kemampunan dan kekuatan beragam di muka bumi, lalu menggantikannya dengan sebuah sistem pemerintahan global dan mendunia? Bagaimana sistem dan agenda pemerintahan imam Mahdi af., sehingga ketika ia memerintah, tak lagi tersisa kezaliman dan kerusakan sedikit pun di dunia, tak akan pula ditemukan seorang pun yang hidup kelaparan?

Berangkat dari berbagai pertanyaan semacam inilah saya terdorong selama empat tahun untuk melakukan penelitian. Dan tampaknya mulai menemukan hasil; yaitu berupa buku yang ada di hadapan para pembaca yang budiman ini.

Bagian pertama buku membahas kondisi dunia sebelum kemunculan Imam Mahdi af.; kondisi yang berkecamuk dengan peperangan, pembunuhan, kekeringan, kehancuran, kematian, tersebarnya wabah penyakit, kezaliman, ketakutan, dan kekacauan. Kelak kita akan menyimak bahwa pada masamasa itu, umat manusia akan merasa putus asa dan kecewa terhadap keberadaan berbagai sistem pemikiran dan pemerintahan yang semuanya mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan menjanjikan kebahagiaan serta keselamatan. Mereka merasa putus asa akan pulihnya situasi dan membaiknya kondisi dunia. Semua pihak ketika itu menanti kedatangan seorang juru penyelamat yang akan membimbing mereka menuju keselamatan.

Bagian kedua, mengupas seputar bagaimana kebangkitan dan revolusi global Imam Mahdi af. Inilah gerakan yang akan dimulai dari dekat Ka’bah dengan diumumkannya kemunculan beliau. Ketika itu, para pengikut sejati beliau dari segala penjuru dunia bergabung dengannya. Pasukan yang luar biasa terbentuk dengan teratur, para pemimpin ditentukan, dan dimulailah berbagai aksi global dalam tingkatan yang semakin meluas.

Imam Mahdi af. akan datang dan melenyapkan kezaliman dan orang-orangnya dari tengah-tengah umat manusia sampai ke akar-akarnya. Umat manusia yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada mereka yang hidup di kawasan Hijaz, Timur Tengah, dan Asia saja, bahkan meliputi seluruh dunia.

Memperbaiki masyarakat yang dipenuhi berbagai kezaliman dan kerusakan seperti ini adalah pekerjaan yang sangat sulit. Setiap orang yang mengaku akan melakukannya, berarti ia juga mengaku telah memiliki mukjizat yang sangat besar. Sesungguhnya mukjizat seperti ini memang ada dan akan terwujud di tangan Imam Mahdi af.

Adapun bagian ketiga buku ini membahas pemerintahan Imam terakhir kita itu. Untuk menata dunia yang telah dipenuhi kezaliman dan kerusakan, juga mewujudkan legitimasi Islam, pemerintahan yang kuat dan kompeten, Imam Mahdi af. akan membentuk sebuah pemerintahan yang adil yang dibantu para sahabat terbaik di zamannya. Selain itu, ia pun dibantu para pembesar kekasih Allah seperti Nabi Isa as., Salman Al-Farisi, Malik al-Asytar, dan orang-orang baik lainnya yang merupakan al-salaf al-shaleh. Meskipun peran mereka dalam menggulingkan pemerintahan zalim tidak bisa diabaikan, amun peran sejati mereka adalah membangun dan membenahi dunia pada masa pemerintahan Imam Mahdi af.

Apa yang telah dijelaskan secara sederhana dalam pendahuluan ini merupakan pembahasan yang telah memanfaatkan berbagai literatur dari puluhan kitab terkemuka baik dari kalangan Syiah maupun Ahli Sunnah, dengan mengkaji ratusan riwayat dan disajikan secara sistematis dalam format buku yang kami anggap dapat dipertanggungjawabkan argumentasinya.

Walaupun tidak secara sempurna, semoga buku ini dapat melukiskan kondisi umat Islam setelah munculnya sang ratu adil. Mudah-mudahan buku ini dapat diterima oleh Imam Mahdi af. dan bermanfaat bagi seluruh lapisan kaum Muslimin dan orang-orang yang teguh menanti kemunculannya. Dan semoga saja buku ini dapat menambah kesiapan mereka untuk menyambut kedatangan sang Imam.

Kami memohon kepada Allah; Tuhan semesta alam, untuk membangkitkan Imam Khumaini—orang yang telah menampilkan sebuah contoh pemerintahan Imam Mahdi af di negeri Persia—bersama para Nabi dan manuisa-manuisa maksum. Semoga Allah mengaruniai keberhasilan bagi para pecinta Islam yang berkhidmat kepada Ahlul Bait as. dan tanah airnya, dan semoga Allah mengokohkan diri mereka dalam menjaga tanah air ibu kota Islam ini.

Di sini, rasanya penting sekali bagi saya untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum Anda membaca buku ini:

 Kami tidak mengklaim telah membawakan pembahasan baru dalam buku ini, karena rangkaian riwayat yang dikemukakan merupakan riwayat yang telah dikumpulkan oleh ulama Islam terdahulu, dan dalam beberapa bagian mereka pun telah menyampaikan kesimpulannya. Tampaknya, kekhususan buku ini tidak terjebak pada berbagai istilah teknis yang sulit. Dengan metode baru, pembahasan disampaikan secara mudah dan gamblang, sehingga dapat dipahami oleh banyak orang.

 Berbagai kesimpulan yang ditarik dari riwayat tertentu yang tidak disebutkan sumber rujukannya adalah pendapat pribadi penulis. Oleh karena itu, mungkin saja dengan penelitian yang lebih mendalam atas berbagai riwayat tersebut akan ditemukan kesimpulan lain.

 Kami juga tidak mengklaim bahwa semua riwayat yang disajikan dalam buku ini adalah riwayat sahih yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya, sebagaimana permasalahan ini telah dibahas secara terperinci dalam jurnal Entezar. Walaupun demikian, kami berusaha menukilkan apa-apa yang disampaikan oleh ulama hadis dan para penulis ternama dalam berbagai karya mereka. Selain itu, hanya dalam beberapa tempat saja kami membahas kebenaran sanad suatu riwayat; karena kami tidak bermaksud melakukannya dalam buku ini. Lagi pula, kebanyakan riwayat-riwayat yang kami gunakan pada umumnya dapat dipercaya, khususnya riwayat-riwayat dari jalur Ahlul Bait as.

 Riwayat-riwayat dalam buku ini telah dikumpulkan sebelum diterbitkannya kitab Mu’jam Ahadits Al-Imam Al-Mahdi.[1] Oleh karenanya, dalam sebagian tempat, kami mempersilahkan para pembaca untuk merujuk kepada kitab tersebut—yang terlebih dahulu disusun sebelum buku ini—untuk melihat hasil penelitian yang lebih terperinci.

 Dalam beberapa riwayat, kata al-sa’ah (waktu) dan alqiyamah (kiamat) telah ditafsirkan sebagai kemunculan Imam Mahdi af. Oleh karenanya, riwayat-riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda-petanda dekatnya kejadian as-sa’ah dan al-qiyamah kami bawakan sebagai riwayat yang menjelaskan alamat dan petanda kemunculan Imam Mahdi af.

 Sebagian materi pembahasan dalam buku ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, meskipun telah ada usaha sebelumnya untuk meneliti berbagai permasalahan tersebut. Semoga Allah mengizinkan kami untuk memberikan catatan tambahan hasil penelitian yang lebih baik dalam buku ini pada cetakan berikutnya.

Sebelum mengakhiri kata pengantar ini, sebagaimana riwayat yang menyebutkan, “Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesama makhluk, maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Khaliq”, sepatutnya saya sampaikan banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman, khususnya dua saudara besar saya, yaitu Hujjatul Isam Muhammad Jawad dan Muhammad Ja’far Thabasi atas saransaran mereka, demikian juga kepada Hujjatul Islam Ali Rafi’i dan Sayid Muhammad Husaini Shahrudi atas bantuannya dalam menyusun buku ini.



Najmuddin Thabasi Qom, 1378 HS.


Bab 5


PERTOLONGAN GHAIB








Meskipun dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa peperangan pada masa kemunculan Imam Mahdi af didukung penuh para pengikutnya, yang datang dari segala penjuru dunia. Tetapi, menguasai seluruh dunia, dengan melihat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sebelum kedatangan Imam Mahdi af. Nampaknya, hal ini pekerjaan yang sangat sulit sekali. Bahkan terkesan mustahil terjadi, kecuali jika dilakukan seorang pemimpin pilihan Allah Swt.

Pertolongan Allah kepada Imam Mahdi af. terkadang berupa kekuatan luar biasa dalam menyelesaikan berbagai urusannya. Selain itu, timbulnya rasa takut yang telah dilemparkan ke dalam hati musuh-musuh beliau. Kadangkala pertolongan Allah Swt. juga datang dalam bentuk diutusnya para malaikat untuk membantu beliau. Dalam beberapa riwayat, dijelaskan bahwa akan ada prajurit yang memiliki kekuatan seperti malaikat untuk membantunya. Disebutkan pula bahwa terdapat semacam peti dan benda-benda khusus yang ada di dalamnya, sebagai peralatan yang dipersiapkan untuk membantu Imam Mahdi af. dalam menjalankan tugasnya.

Pada bab ini kita akan mengupas beberapa riwayat tersebut:

A. Rasa Takut Menjadi Senjata


Imam Shadiq as. bersabda, “Al-Qaim Ahlul Bait (Imam Mahdi af.) akan mendapat pertolongan berupa rasa takut (yang terbenam di hati musuh).”[2]

Beliau juga bersabda, “Allah akan memberi bantuan kepada Al-Qaim berupa tiga pasukan: malaikat, orang-orang Mukmin, dan rasa takut (di hati musuh).”[3]



Mengenai permasalahan ini, Imam Baqir as. bersabda, “Rasa takut akan muncul di hati para musuh Imam Mahdi af., padahal beliau dan pasukannya berada sejauh satu bulan perjalanan di depan mereka dan di belakang mereka.”[4] Beliau juga bersabda, “Rasa takut akan muncul di dalam hati para musuh Imam Mahdi af. Padahal, mereka berada sejauh satu bulan perjalanan dari arah depan bendera Imam Mahdi, dari arah belakangnya, kanan, dan kiri.”[5]

Dengan membaca riwayat di atas, kita dapat memahami bahwa ketika Imam Mahdi af. berniat menuju suatu tempat, pada waktu itu juga musuh-musuhnya yang berada di sana merasakan ketakutan dalam menghadapi beliau dan pasukannya. Begitu pula, ketika beliau dan pasukannya beranjak dari tempat itu, karena mereka takut musuh-musuh beliau yang ditaklukannya sama sekali tidak berani memberontak. Penafsiran seperti ini, tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan oleh riwayat-riwayat di atas.
B. Para Malaikat dan Jin


Imam Ali as. bersabda, “... Allah akan memberikan pertolongan kepada Imam Mahdi af. berupa para malaikat, jin, dan para pengikutnya yang berhati ikhlas.”[6]

Aban bin Taghlib menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Seakan-akan saat ini, aku melihat Imam Mahdi af. berada di balik kota Najaf. Ketika sampai di sana, ia menaiki seekor kuda berwarna hitam yang memiliki bintik-bintik putih dan di antara kedua matanya terdapat titik putih yang menyala. Lalu, ia menguasai seluruh negeri. Tiada satu pun kota di seluruh penjuru dunia kecuali mengira Imam Mahdi af. sedang berada di tengah-tengah mereka. Ketika ia mengibarkan bendera Nabi Saw., tiga belas ribu tiga belas malaikat yang telah lama menunggu kedatangan beliau, berkumpul di bawah benderanya. Mereka adalah para malaikat yang pernah menyertai Nabi Nuh as. di kapalnya, Nabi Ibrahim as. ketika dibakar, dan Nabi Isa as. ketika beliau diangkat ke langit.

“Juga ada empat ribu malaikat lainnya yang akan datang membantu Imam Mahdi af. Mereka adalah para malaikat yang pernah turun ke tanah Karbala untuk berperang bersama Imam Husain as., tetapi mereka tidak dizinkan untuk melakukannya, lalu mereka pergi ke langit. Ketika diizinkan berjihad, mereka mendapati Imam Husain telah syahid dan selalu bersedih karenanya. Mereka senantiasa berkabung, sampai hari kiamat dan berputar mengitari makan Imam Husain as. seraya meneteskan air mata.”[7]

Imam Baqir as. bersabda, “Seakan-akan saat ini aku melihat Imam Mahdi af. bersama para pengikutnya ketika itu Jibril berada di sisi kanannya dan Mikail berada di sisi kirinya dalam keadaan berjalan. Lalu, Allah mengendapkan rasa takut di hati para musuh yang berada di depan dan di belakangnya, meski jarak mereka sejauh satu bulan perjalanan dari Imam Mahdi af. Allah Swt. mengirimkan lima ribu malaikat langit untuk membantunya.”[8]

Beliau juga bersabda, “Para malaikat yang pernah membantu Rasulullah Saw. di perang Badar, hingga saat ini belum kembali ke langit supaya nanti dapat membantu Imam Mahdi af. Mereka berjumlah lima ribu malaikat.”[9]

Imam Shadiq as. bersabda, “Akan turun sembilan ribu tiga ratus tiga belas malaikat, untuk membantu Al-Qaim af. Mereka adalah para malaikat yang menyertai Nabi Isa as. ketika diangkat ke langit.”[10]

Imam Ali as. bersabda, “Imam Mahdi af. akan dibantu oleh tiga ribu malaikat. Mereka akan menghantam para musuh dari depan dan belakang.”[11]

Dalam tafsir ayat yang berbunyi, “Perkara Allah telah datang, maka janganlah terburu-buru akan perkara itu.”[12] Imam Shadiq as.

bersabda, “Perkara Allah ini adalah perkara kami, yakni Allah memerintahkan kita untuk tidak terburu-buru dalam menanti kebangkitan Al-Mahdi af. Karena, Allah akan membantu beliau dengan pasukan berupa para malaikat, orang-orang yang beriman, dan rasa takut yang dilemparkan ke dalam hati musuh-musuhnya dan kita pun akan sampai kepada hak kita.”[13]

Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, Allah memerintahkan para malaikat untuk mengucapkan salam kepada orang-orang yang beriman dan ikut hadir bersama mereka dalam majlis-majlis keagamaan. Jika salah satu dari orang-orang yang beriman itu mempunyai urusan dengan Imam af, maka beliau akan memerintahkan beberapa malaikat untuk memikulnya dan membawakannya kepada beliau. Ketika urusannya telah selesai, maka ia akan dikembalikan ke tempatnya semula.

“Sebagian orang-orang yang beriman berjalan di atas awan, dan sebagian yang lain terbang di langit bersama para malaikat. Sekelompok orang berjalan bersama para malaikat dan sebagian yang lain ada yang mendahului para malaikat. Para malaikat menjadikan sebagian orang-orang yang beriman sebagai hakim. Di hadapan Allah swt., seorang Mukmin lebih berharga dari malaikat, sehingga nanti Imam Mahdi af. akan menjadikan seorang mukmin sebagai hakim bagi ratusan ribu malaikat.”[14]

Mungkin keberadaan orang-orang yang beriman sebagai hakim bagi para malaikat adalah untuk menyelesaikan perbedaan dalam permasalahan ilmiah. Hal ini tidak ber-tentangan dengan kemaksuman para malaikat.

C. Para Malaikat Bumi


Muhammad bin Muslim menuturkan bahwa ia bertanya kepada Imam Shadiq as. mengenai harta karun Ilmu dan ukurannya. Beliau menjawab, “Allah memiliki dua kota, yang satu di barat dan yang lain di timur bumi. Di kedua kota itu, tinggal orang-orang yang tidak mengetahui keberadaan Iblis dan tidak mengetahui penciptaannya. Meskipun sekali saja, aku akan menemui mereka. Mereka bertanya kepadaku mengenai berbagai permasalahan hidupnya dan juga mengenai doa, lalu aku menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Mereka juga menanyakan waktu munculnya Imam Zaman af. Mereka adalah orang-orang yang gigih dan giat dalam beribadah kepada Allah.

“Kota itu memiliki beberapa pintu, antara satu pintu dengan pintu lainnya berjarak seratus farsakh[15] . Mereka senantiasa menyibukan diri dengan berdoa dan beribadah. Jika melihatnya, kalian akan menganggap kecil perilaku diri kalian dibandingkan dengan mereka. Ketika mereka berdiri untuk menunaikan shalat, mereka akan sujud selama satu bulan. Makanan mereka adalah pujian kepada Allah. Pakaian mereka adalah dedaunan. Pipi mereka terang bercahaya. Jika mereka melihat salah satu imam Ahlul Bait, mereka akan mengerumuninya dan mengambil tanah bekas imam berdiri untuk mencari barokah. Jika mereka shalat, suara tangisan mereka lebih kencang dari suara angin topan. Sebagian dari mereka—sejak awal mereka menanti kedatangan Imam Mahdi af.—tidak pernah meletakkan senjatanya di atas tanah sekali pun. Mereka senantiasa dalam keadaan seperti ini. Mereka, selalu memohon agar Allah menampakkan Imam Mahdi af.

“Setiap orang dari mereka hidup selama seribu tahun. Efek kerendahan hati, ibadah, dan amal baik mereka nampak di wajahnya. Ketika kami tidak berkunjung, mereka mengira kami tidak menyukainya. Ketika kami hendak mendatanginya, mereka sangat mementingkan kedatangan kami dan mereka duduk menanti kami. Mereka, tak pernah merasa lelah sedikit pun.

“Mereka membaca Al-Qur’an sebagaimana yang telah kami ajarkan kepada mereka. Jika mereka menyampaikan qira’at yang telah kami ajarkan kepada mereka di depan umum, maka orang-orang yang ada di sana tidak bersedia menerimanya. Ketika kami menjawab pertanyaan mereka seputar AlQur’an, mereka membuka hati dan pikiran selebar-lebarnya, agar dapat mereka pahami. Mereka memohon kepada Allah supaya kami panjang umur, sehingga mereka tidak kehilangan kami. Mereka mengerti bahwa apa yang telah kami ajarkan kepadanya adalah karunia yang dianugerahkan Allah kepada mereka.

“Ketika Imam Mahdi af. muncul, mereka akan menyertai beliau di setiap waktu dan mendahului pasukan-pasukan beliau yang lainnya. Mereka selalu memohon kepada Allah supaya mampu menolong agama yang benar.

“Mereka terdiri dari sekumpulan orang-orang tua dan muda. Ketika salah seorang anak muda di antara mereka menemui orang yang lebih tua, ia menghormatinya, duduk bagaikan budak di hadapannya, dan tidak akan berdiri kecuali dengan seizinnya jika Imam memberikan perintah kepadanya, maka mereka dengan gigih menjalankannya sampai selesai, kecuali jika Imam memberikan pekerjaan yang lain kepada mereka.

“Ketika mereka ditugaskan untuk berperang di barat dan timur dunia, dengan sekejap mereka menumpas para musuh. Tak ada senjata yang dapat melukainya. Mereka memiliki pedang yang terbuat dari besi Ketika mereka memukulkan pedangnya ke gunung, maka gunung itu akan terbelah menjadi dua, lalu mereka memindahkan dari tempatnya. Imam akan mengirimnya untuk berperang di India, Dailam, Kurdi, Romawi, Barbar, Persia dan tempat lainnya dari timur hingga barat

Jika mereka bertemu dengan pemeluk agama lain, mereka mengajak semuanya untuk memeluk agama Islam, menerima Tauhid, dan mengimani kenabian Rasulullah Saw. serta menerima kepemimpinan kami, Ahlul Bait. Setiap orang yang menerima ajakannya, mereka dibiarkan hidup dan setiap orang yang menolak akan dibunuh. Sehingga, tak seorang pun orang yang hidup di barat dan timur dunia, kecuali ia adalah orang yang beriman.”[16]

Dengan membaca riwayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mungkin mereka adalah para malaikat yang tinggal di bumi dan senantiasa menunggu kedatangan Imam Mahdi af.

D. Peti Nabi Musa as.


Dalam kitab Ghayah al-Maram dinukil dari Rasulullah Saw. bahwa beliau bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, Nabi Isa as. akan turun ke bumi dan mengumpulkan kitabkitab di Antiokhia. Allah akan menyingkapkan wajah “Irama dzatil I’mad”[17] untuknya, lalu istana yang telah dibangun oleh Nabi Sulaiman as. sebelum ia meninggal akan nampak baginya. Beliau mengumpulkan harta benda yang ada di istana, lalu membagikannya kepada kaum Muslimin. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah peti, yang pernah dilemparkan Armiya di danau Tabrestan atas perintah Allah.

Segala apa yang ditinggalkan oleh keluarga Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. ada di dalam peti tersebut. Di dalamnya, terdapat berbagai peninggalan Nabi Musa as., tongkat beliau, pakaian Nabi Harun as., dan beberapa makanan milik Bani Israil yang mereka simpan untuk keturunannya. Dengan bantuan peti itu, beliau menguasai banyak negeri, sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelumnya.”[18]

Yanabi’ul Mawaddah juga menukilkan pembahasan ini dengan sedikit perbedaan. Di sana disebutkan, “Imam Mahdi af. akan keluar dari sebuah goa di Anatolia. Ia mengeluarkan beberapa kitab dan ia mengeluarkan kitab Zabur dari danau Tabirestan.

Di dalam kitab itu terdapat berbagai peninggalan keluarga Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. Para malaikat yang akan memikulnya dan di dalamnya juga terdapat lembaran-lembaran dan tongkat Nabi Musa as.”[19]


Bab 6


IMAM MAHDI AF. DAN MUSUH




Setelah berabad-abad dalam penantian panjang, akhirnya ia menampakkan diri. Kehadirannya, menyibak tirai kegelapan. Sinarnya memancarkan kebahagiaan dan ketentraman bagi penghuni jagat raya. Inilah, sang pemimpin zaman yang diutus Allah untuk menumpas kezaliman hingga akarakarnya. Imam Mahdi af. datang melakukan reformasi menyeluruh dari segi material dan spiritual, sehingga terbangun umat manusia yang diridhai Allah Swt.

Ketika ada beberapa pihak yang menghalangi dan melawan ditegakkannya pemerintahan global yang berkeadilan ini, maka mereka akan ditumpas oleh Imam Mahdi af. sendiri. Karena, mereka termasuk musuh agama Allah Swt. dan umat manusia.

Pihak-pihak yang tidak menyukai pemerintahan Imam Mahdi af. adalah orang-orang yang tangannya telah terlumuri darah orang-orang yang tak berdosa. Mungkin juga mereka adalah orang yang tidak perduli dengan keadaan sesamanya yang dizalimi di zaman sebelum kedatangan Imam Mahdi af. Kemudian ketika beliau muncul, dengan segala daya mereka mengangkat bendera melawan beliau. Mereka adalah orangorang bodoh yang menyangka bahwa segala yang mereka pahami lebih baik dari pada ucapan pemimpin dunia tersebut. Jelas sekali, orang-orang seperti itu harus ditindak, sehingga masyarakat selamat dari bahaya yang akan mereka timbulkan. Dengan demikian, sikap yang dipilih Imam Mahdi af. terhadap mereka adalah sikap yang keras. Akhirnya, ia mengambil keputusan untuk menumpasnya.

Pada bab ini, kita akan membahas dua permasalahan penting yang berasal dari beberapa riwayat.

A. Ketegasan Imam Menindak Musuh


Hal yang kita bahas di sini adalah seputar sikap Imam Mahdi af. dalam menghadapi musuh-musuhnya. Ia tidak memberikan hukuman kepada mereka, tetapi ia menumpas sebagian dari mereka dalam peperangan. Bahkan, orang-orang yang melarikan diri dan terluka pun dikejar sampai ke mana saja mereka mampu berlari. Beliau menjatuhkan hukuman mati kepada beberapa orang, merobohkan rumah mereka, ada juga yang diasingkan, dan ada yang dipotong tanganya.

1. Peperangan dan Pertumpahan Darah


Zurarah bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as., “Apakah sikap Imam Mahdi af. sama seperti sikap yang diambil Rasulullah Saw.?” Imam menjawab, “Tidak tidak wahai Zurarah! Sikapnya (dalam berhadapan dengan musuh) tidak seperti sikap Rasulullah Saw. Rasulullah bersikap lembut dan ramah kepada semua orang agar beliau dapat mengambil hati mereka dan mereka dapat menyukainya. Adapun sikap Imam Mahdi af. adalah membunuh siapa saja yang menentangnya. Ia akan bersikap sesuai dengan keputusannya dan tidak menerima permohonan maaf siapa saja. Maka, celakalah orang-orang yang menentangnya.”[20]

Hasan bin Harun menuturkan, “Sewaktu itu aku berada di majelis Imam Shadiq as., Mu’ali bin Khunais bertanya kepada beliau, ‘Apakah ketika Imam Mahdi muncul, ia akan bersikap berbeda dengan Imam Ali as?’ Imam Menjawab, ‘Ya. Imam Ali as. bersikap lembut dan ramah, karena ia tahu bahwa setelahnya nanti para pengikutnya akan dikuasai dan dizalimi oleh musuh-musuhnya. Adapun Imam Mahdi af. bersikap tegas dan keras kepada mereka. Bahkan ia menahan orangorang yang menentangnya. Karena ia mengetahui bahwa setelahnya tidak akan ada orang-orang keji dan zalim yang menguasai para pengikutnya.’”[21]

Imam Ridha as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, yang ada hanyalah pertumpahan darah, pemenggalan kepalakepala, dan kuda-kuda yang tersungkur (saking banyaknya yang tewas).”[22]

Mufadhal menuturkan bahwa Imam Shadiq as. tengah mengingatkan kami tentang Imam Mahdi af. ia berkata, ‘Aku berharap pemerintahan Imam Mahdi af. dapat berdiri dengan mudah.’ Kemudian Imam bersabda, ‘Tidak mungkin. Pemerintahannya tidak akan berdiri, kecuali setelah kalian mengalami banyak penderitaan.’”[23]

Imam Shadiq as. menuturkan bahwa Imam Ali as. pernah bersabda, “Aku bisa membunuh orang-orang (yang memerangi Imam Ali as.), yang lari dari peperangan dan juga orangorang yang terluka. Hanya saja, aku tidak mau ketika Syiahku berperang, mereka (musuh-musuh pengikut Imam Ali) membunuh sebagian pengikutku yang lari dan terluka. Tetapi, Imam Mahdi af. akan melakukannya. Ia akan membunuh musuh-musuhnya yang lari dari peperangan dan juga orangorang yang terluka dan tak berdaya.’”[24]

Imam Baqir as. bersabda, “Jika semua orang mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Imam Mahdi af. ketika muncul, maka kebanyakan dari mereka berharap untuk tidak pernah melihatnya sama sekali. Karena, ia akan membunuh banyak orang. Pembunuhan tersebut akan dilakukan untuk pertama kalinya di tengah-tengah Quraisy. Setelah itu, tak ada yang ia lakukan kecuali memegang pedang kembali dan tidak memberikan apa pun kecuali pedang. Imam Mahdi af. akan melakukan beberapa perbuatan yang sekiranya orang-orang melihatnya niscaya mereka mengatakan bahwa beliau bukan dari keluarga Muhammad Saw. Karena, jika keturunan Nabi Muhammad Saw., ia pasti baik hati.”[25]

Imam Baqir as. juga bersabda, “Imam Mahdi af. akan bangkit dengan sunnah dan pengadilan baru. Akan tiba masa yang menyakitkan bagi bangsa Arab. Dan tidak ada yang layak dilakukan Imam Mahdi af. selain membunuh musuh-musuh tersebut.”[26]

2. Hukuman Mati dan Pengasingan


Abdullah Mughirah menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Qaim dari keluarga Muhammad (Imam Mahdi af.) muncul, ia akan menjatuhkan hukuman mati kepada lima ratus orang Quraisy dalam keadaan berdiri. Kemudian, ia menjatuhkan hukuman yang sama kepada lima ratus orang yang lainnya. Hal ini, beliau lakukan sebanyak enam kali.” Abdullah bertanya, “Apakah jumlah mereka sebanyak ini?” Imam menjawab, “Ya, mereka dan sekutunya.”[27]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Al-Qaim af. muncul, ia menawarkan iman kepada setiap orang Nashibi. Apabila mereka benar-benar menerima kebenaran, ia akan melepaskannya. Namun, jika mereka tidak menerima, maka beliau akan memenggal kepala mereka atau mengambil jizyah dari mereka (sebagaimana saat ini negara Islam melakukannya terhadap Ahlu Dzimmah). Lalu, mengasingkan mereka di suatu daerah yang jauh.”[28]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia mengenali musuh-musuhnya hanya dengan melihat wajah mereka. Kemudian ia memegang kepala dan kaki mereka, lalu membunuhnya.”[29]

3. Potong Tangan


Harawi menuturkan bahwa ia bertanya kepada Imam Shadiq as., “Sebelum melakukan apa-apa, hal apakah yang akan dilakukan oleh Imam Zaman af. pertama kalinya?” Imam menjawab, “Mula-mula ia akan mendatangi Bani Syaibah, lalu memotong tangan-tangan mereka, karena mereka adalah pencuri di rumah Allah.”[30]

Imam Shadiq as. kembali bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, ia akan menangkap Bani Syaibah, lalu memotong tangan dan kaki mereka. Kemudian ia meletakkannya di tengah-tengah keramaian dan mengumumkan bahwa mereka adalah para pencuri di rumah Allah.”[31]

Beliau juga bersabda, “Peristiwa menegangkan yang akan terjadi untuk pertama kalinya adalah berhadapannya Imam Mahdi af. dengan Bani Syaibah. Ia akan memotong tangantangan mereka dan menggantungnya di Ka’bah. Kemudian ia mengumumkan ke semua orang bahwa mereka adalah para pencuri di rumah Allah.”[32]

Pada peristiwa pembebasan Mekah, Syaibah memeluk agama Islam, lalu Rasulullah Saw. menjadikannya sebagai pemegang kunci Ka’bah. Kemudian, kabilah Bani Syaibah menjadi pemegang kunci itu untuk beberapa masa. Selain itu, mereka juga sebagai pengurus kain yang diletakkan di Ka’bah.[33]

Almarhum Mamaqani berkata, “Bani Syaibah adalah para pencuri di rumah Allah. Insya Allah, tangan mereka akan dipotong akibat ulah ini, lalu digantungkan di Ka’bah.”[34]

B. Menghadapi Beragam Kalangan


Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan berhadapan dengan berbagai kalangan. Sebagian dari mereka, berasal dari suatu ras tertentu. Sebagian lagi pemeluk agama bukan Islam. Sebagian yang lain, adalah orang-orang yang zahirnya Muslim, namun perilakunya sebagaimana kaum munafik. Ada juga orang-orang abid yang bodoh dan selalu menentang apa yang dibicarakan Imam Mahdi af. Sebagian kelompok yang lain, adalah para pengikut sekte tertentu yang menyimpang. Dalam menghadapi beragam kelompok tersebut, sikap Imam Mahdi af. tidak sama, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai riwayat berikut ini.

1. Bangsa Arab


Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Qaim kami muncul, tidak ada hal lain kecuali peperangan antara dia dengan orangorang Arab terutama suku Quraisy.”[35]

Sambil mengisyaratkan ke leher yang dipegangnya, Imam Shadiq as. bersabda, “Tidak ada jalan antara kami dengan orang-orang Arab selain memenggal kepala.”[36]

Mengenai peperangan dengan suku Quraisy, Imam Shadiq as. juga bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul Quraisy akan menjadi sasaran. Tak ada yang ia ambil dari mereka selain pedang, dan tak ada yang ia berikan kepada mereka selain pedang.”[37]

Barangkali, maksud dari “tidak mengambil apa-apa, selain pedang dari Quraisy” adalah orang-orang Quraisy tidak mematuhi Imam Mahdi af. Mereka selalu berusaha menciptakan keributan dan huru hara. Secara langsung atau tidak, mereka melawan Imam Mahdi af. Akhirnya, Imam pun tidak melihat jalan yang lebih baik selain mengangkat pedang.

2. Ahli Kitab


Abdullah bin Bukair bertanya kepada Imam Musa Kadzim as. mengenai tafsir ayat,“Dan segala yang ada di langit dan di bumi berserah kepada-Nya, baik karena taat maupun terpaksa.” [38]

Imam menjawab, “Ayat ini diturunkan mengenai Imam Mahdi af. Ia akan mengenalkan Islam kepada orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin, penganut Dahriyah (sepaham materialism), orang-orang murtad, dan kaum kafir di barat dan timur dunia. Jika mereka menerima agamanya, maka beliau memerintahkan mereka untuk mendirikan shalat, membayar zakat, dan memenuhinya sebagaimana dijalankan seorang Muslim. Jika mereka menolak, maka ia akan memenggal kepalanya, sehingga di barat dan timur dunia tidak tersisa seorang pun kafir.”

Abdullah bin Bukair bertanya, “Semoga aku jadi tebusanmu, wahai Imam! Di zaman itu jumlah umat manusia sangat banyak sekali, bagaimana beliau mampu menjadikan mereka semua sebagai Muslimin atau memenggal mereka?”

Imam menjawab, “Jika Allah menghendaki, maka ia akan menjadikan sesuatu yang sedikit menjadi banyak dan sesuatu yang banyak menjadi sedikit.”[39]

Syahr bin Husyab menuturkan bahwa Hajjaj berkata kepadanya, “Hai Syahr! Ada satu ayat Al-Qur’an yang melelahkanku, karena aku tidak memahami maksudnya.” Kemudian, Syahr bertanya, “Ayat apakah itu?” Ia menjawab, “Ayat yang berbunyi‘Dan tidak ada satu orang pun dari Ahli Kitab kecuali mereka akan beriman sebelum mereka mati. ’[40] ketika aku memperhatikan lidah dan bibir orang Yahudi atau Nasrani, yang kupenggal kepalanya. Aku tidak melihat mereka mengucapkan syahadat, hingga nyawa berpisah dari badannya.”

Syahr bin Husyab berkata, “Makna ayat tersebut tidak seperti yang kamu pikirkan. Tetapi yang benar adalah sebelum kiamat nanti, Nabi Isa as. akan datang dan beliau akan menjadi pengikut Imam Mahdi af. Pada waktu itulah tidak ada seorang pun Yahudi dan Nasrani yang tidak mengimaninya.”

Hajjaj bertanya, “Dari mana kamu memahami penafsiran seperti itu? Siapakah yang memberitahukannya kepadamu?” Syahr menjawab, “Dari Imam Baqir as.” Hajjaj kembali berkata, “Kamu telah mempelajarinya dari mata air pengetahuan.”[41]

Rasulullah Saw. bersabda, “Kiamat tidak akan tiba, kecuali setelah kalian berperang dengan Yahudi. Pada waktu itu, (karena kalah) orang-orang Yahudi melarikan diri dan bersembunyi di balik bebatuan. Kemudian batu-batu tersebut berteriak kepada kalian, ‘Wahai kaum Muslimin orangorang Yahudi bersembunyi di balikku.’”[42]

Beliau juga bersabda, “... orang-orang Yahudi yang tengah bersama Dajal pergi melarikan diri dan bersembunyi. Kemudian pohon-pohon dan batu-batu berteriak, ‘Wahai Ruhullah, Mereka ada di sini!’ Lalu beliau membasmi mereka semua dan tak menyisakan seorang pun.”[43]

Tindakan Imam Mahdi af. dalam menghadapi Ahli Kitab tidak selalu sama. Karena, dari beberapa riwayat kita dapat memahami bahwa kadangkala Imam bersedia menerima jizyah dan membiarkan mereka pada agamanya masingmasing. Terkadang pula, beliau mengajak mereka berdiskusi dan berdebat, dengan jalan ini beliau menarik mereka menuju Islam. Dapat dikatakan bahwa pada mulanya, Imam Mahdi af. mengajak mereka untuk berdiskusi seputar agama yang benar. Setelah itu, orang-orang yang mengetahui kebenaran tapi menyembunyikannya, beliau perangi.

Abu Bashir menuturkan bahwa ia pernah berkata kepada Imam Shadiq as., “Apakah Imam Mahdi af. akan terus tinggal di Masjid Sahlah (Kufah) sampai akhir umurnya?” Imam menjawab, “Ya.” Kemudian ia bertanya, “Apa pandangan beliau terhadap Ahlu Dzimmah?” Imam menjawab, “Beliau bersikap baik dengan mereka, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Mereka akan membayar jizyah dengan hina.”[44]

Ibnu Atsir berkata, “Di zaman itu tidak akan ada Ahlu Dzimmah yang tersisa, kecuali mereka membayar Jizyah.”[45]

Ibnu Syaudzab berkata, “Alasan Al-Qaim af. disebut dengan Mahdi karena ketika muncul, ia akan diarahkan ke salah satu dari gunung-gunung Syam. Lalu di sana, ia mengeluarkan kitab Taurat kemudian membahasnya bersama orang-orang Yahudi. Sebagian dari orang-orang Yahudi, ada yang menerima Islam dan mengikuti Imam Mahdi af.”[46]

3. Aliran Sesat


Imam Baqir as. bersabda, “Celakalah orang-orang Murjiah. Ketika Imam Mahdi af. muncul Kelak, siapakah yang akan memberikan perlindungan kepada mereka?” Perawi bertanya, “Maksud Anda, ketika kami dan Anda adalah setara di hadapan keadilan?” Imam Menjawab, “Jika mereka bertaubat, maka Allah akan memaafkan mereka. Tetapi, jika mereka

menyimpan kemunafikan di hatinya, maka Allah tidak akan menyiksa dan menyengsarakannya. Jika kemunafikan mereka nampak dan diketahui, maka Allah akan menumpahkan darah mereka.”

Kemudian, sambil memegang leher suci beliau dan mengisyaratkannya, Imam berkata, “Demi Allah yang nyawaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya ia akan memenggal kepala mereka sebagaimana tukang daging memenggal kepala kambing.”

Perawi berkata, “Aku mendengar bahwa ketika Imam Mahdi af. muncul, segalanya akan berjalan sesuai harapannya dan ia tidak akan menumpahkan darah.”

“Tidak. Tidak akan seperti itu. Demi Allah! Iia akan menumpahkan darah mereka dan mengusap keringat dari keningnya.” Balas Imam sambil mengisyarahkan keningnya.[47]

Ketika Imam Ali as. berjalan melewati mayat-mayat kaum Khawarij, beliau bersabda, “Yang mendorong kalian untuk membunuh adalah yang menipu kalian.” Para sahabat Imam bertanya, “Siapakah yang menipu itu?” Imam menjawab, “Setan dan nafsu kotor.” Mereka berkata, “Semoga Allah memotong tipu daya mereka sampai Hari Kiamat.”

Imam membalas, “Tidak. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya mereka berada di sulbi para lelaki dan rahim para wanita. Mereka akan terlahir secara berangsurangsur, sampai pada suatu saat mereka akan dipimpin oleh seorang yang bernama Ashmath di antara sungai Dajlah dan Furat. Di zaman itu, seorang lelaki dari Ahlul Bait kami akan datang untuk memerangi dan melenyapkannya. Setelah itu, tidak akan ada lagi perlawanan yang dilakukan oleh kelompok Khawarij.”[48]

Mengenai kelompok Baturiyah[49] beliau juga bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, ia bergegas menuju Kufah. Di sana, kira-kira terdapat sepuluh ribu orang yang disebut dengan orang-orang Baturiyah. Ketika itu, mereka memegang senjata dan menghalangi jalan beliau seraya berkata, ‘Kembalilah ke tempat asalmu! Kami tidak membutuhkan anak-anak Fathimah.’ Kemudian Imam Mahdi mengeluarkan pedangnya dan menumpas mereka semua.”[50]

4. Orang-orang yang Berlaga Suci


Imam Baqir as. bersabda, “... Imam Mahdi af. berangkat menuju Kufah. Di sana, terdapat enam belas ribu orang Baturiyah bersenjata menghadang jalan Imam. Mereka adalah para ulama agama, pembaca Al-Qur’an, dan orang yang banyak beribadah, sehingga di kening mereka terdapat bekas sujud. Muka mereka kuning saking sering bangun di malam hari untuk menunaikan shalat, akan tetapi kemunafikan menyelimuti diri mereka. Ketika itu, mereka serentak berteriak, ‘Wahai putra Fathimah! Kembalilah ke tempat yang asalmu. Kami tidak membutuhkanmu.’

“Lalu Imam Mahdi af. memerangi mereka di balik kota Kufah sejak zuhur hari Jum’at sampai malam hari dan mereka semua dibinasakan. Dalam peperangan ini, tak satupun prajurit Imam Mahdi af. yang terluka.”[51]

Abu Hamzah Tsumali menuturkan bahwa Imam Baqir as. selalu berkata, “Permasalahan yang akan dihadapi oleh Imam Mahdi ketika beliau muncul di antara umat manusia, seukuran permasalahan yang pernah dihadapi oleh Rasulullah Saw. atau lebih dari itu.”[52]

Fudhail menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Al-Qaim kami bangkit nanti, ia merasa sedih akibat ulah orang-orang bodoh di zamannya. Kesedihan ini melebihi yang dirasakan oleh Rasulullah Saw. akibat kebodohan umat di zaman beliau.”

Ia bertanya, ‘Bagaimana dan mengapa?’ Beliau menjawab, ‘Rasulullah diutus kepada orang-orang yang menyembah batu, kayu, dan berhala. Tetapi, Imam Mahdi af. diutus kepada orang-orang yang menggunakan Al Qur’an sebagai senjata mereka untuk memeranginya. Lalu menakwil ayat-ayat tersebut untuk menolak keberadaan Al-Mahdi af.’”[53]

Imam Shadiq as. juga bersabda, “Imam Mahdi akan membunuh banyak orang, sehingga banjir darah menggenangi dunia hingga betis kaki. Seseorang dari anak-anak ayahnya tidak menyukai perbuatan beliau dan berkata: ‘Engkau mengusir manusia bagaikan mengusir kambing-kambing! Apakah ini adalah cara yang dipakai Rasulullah Saw.?’

“Salah seorang pengikutnya berdiri dan berkata kepada orang itu, ‘Diamlah, kalau tidak aku potong lehermu.’ Kemudian, Imam Mahdi af. mengeluarkan surat perintah yang ditulis oleh Rasulullah Saw yang waktu itu beliau bawa, lalu menunjukkannya.”[54]

Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, sekelompok orang keluar dari agama dan wilayah. Tetapi, mereka terlihat seperti pengikut Imam Mahdi af. Sebagian orang yang lain, ada yang menerima kepemimpinan Imam Mahdi, tetapi mereka terlihat seperti para penyembah matahari dan bulan.”[55]

5. Kaum Nashibi


Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul, semua orang-orang Nashibi dan musuh Ahlul Bait kami akan didatangkan. Jika mereka menerima wilayah Ahlul Bait, maka mereka akan dibiarkan hidup. Jika tidak, maka mereka akan dibunuh atau mereka diwajibkan untuk membayar jizyah (sebagaimana Ahlu Dzimmah).”[56]

Imam Baqir as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul, ia akan menyodorkan iman kepada setiap orang-orang Nashibi. Jika menerimanya, mereka akan dibiarkan hidup. Jika tidak menerimanya, maka mereka akan dipenggal atau dimintai jizyah, sebagaimana orang-orang Ahlu Dzimmah. Kemudian mereka diasingkan ke pelosok-pelosok desa.”[57]

Al-Majlisi berkata, “Mungkin hukum ini berkaitan dengan permulaan kebangkitan beliau. Karena dari berbagai riwayat yang lain dapat dipahami bahwa tidak akan ada yang diterima dari mereka selain iman. Jika mereka tidak mengimani, maka mereka akan dibunuh.”[58]

Abu Bashir bertanya kepada Imam Shadiq as., “Bagaimanakah sikap Imam Mahdi af. terhadap orang-orang Nashibi dan mereka yang memerangi Ahlul Bait?” Beliau menjawab, ‘Wahai Abu Muhammad, di pemerintahan kami, tidak ada tempat bagi orang-orang yang melawan. Di zaman itu, Allah akan menghalalkan darah mereka bagi kami. Tetapi, saat ini darah mereka haram bagi kami dan kalian. Maka janganlah tertipu dan ketahuilah bahwa di zaman itu Imam Mahdi af. akan menuntut pembalasan untuk Allah, Rasul-Nya, dan kami.’”[59]

6. Kaum Munafik


Ketika menyampaikan tafsir ayat,“Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.” [60] Imam Shadiq as. bersabda, “Allah memiliki amanat-amanat berupa orangorang yang beriman di dalam sulbi dan rahim orang-orang yang kafir dan munafik. Imam Mahdi af, tidak akan muncul sebelum mengeluarkan amanat-amanat tersebut dari tempatnya (dan orang-orang yang beriman itu lahir). Setelah itu, Imam Mahdi akan membunuh orang-orang kafir dan orang-orang munafik.”[61]

Imam Shadiq as bersabda: “Ketika Imam Mahdi af muncul nanti, ia tidak memerlukan bantuan kalian sama sekali dan beliau akan menjalankan hukum-hukum Ilahi di antara kalian, orang-orang munafik.”[62] Imam Husain as bersabda kepada anaknya, Imam Sajjad as., “Demi Allah, darahku tidak akan berhenti bergelegak, sampai Allah membangkitkan Al-Mahdi. Ia akan menuntut pembalasan dan akan membunuh tujuh puluh ribu orang munafik dan kafir.”[63]

Imam Baqir as. berkata, “Ketika Imam Mahdi muncul ia akan datang ke Kufah dan membunuh semua orang munafik (yang tidak mengimani kepemimpinan beliau).Lalu menghancurkan istana-istana mereka, berperang dengan pasukan pasukan mereka, dan terus membasmi mereka sampai Allah meridhainya.”[64]

7. Setan


Wahab bin Jami’ mengatakan, “Aku bertanya kepada Imam Shadiq as., mengenai ayat “sesungguhnya kalian (setan) akan diberi waktu sampai datangnya suatu hari dan saat yang tertentu.”[65] , apa yang dimaksud dengan waktu tertentu itu?’ Imam menjawab, ‘Apakah kamu mengira bahwa waktu itu adalah Hari Kiamat? Sesungguhnya Allah memberi waktu untuk setan sampai hari munculnya Imam Mahdi af. Ketika Allah membangkitkannya (dan memberinya izin untuk berjuang), ia berangkat menuju masjid Kufah. Di waktu itu, ketika setan dalam keadaan berjalan dengan lutut-lututnya, ia berkata, ‘Celaka nasibku mulai hari ini!’

Imam Mahdi memegang keningnya, lalu memenggal kepalanya. Maka hari itu adalah hari yang telah ditentukan oleh Allah dan umur setan hanya sampai hari itu saja.”[66] []




DAFTAR ISI:

PEMERINTAHAN AKHIR ZAMAN1


Najmuddin Thabasi1


Penerjemah: Muhammad Habibi1


PRAKATA PENERBIT2


PENDAHULUAN5


Bab 511


PERTOLONGAN GHAIB11


A. Rasa Takut Menjadi Senjata12


B. Para Malaikat dan Jin13


C. Para Malaikat Bumi17


D. Peti Nabi Musa as20


Bab 622


IMAM MAHDI AF. DAN MUSUH22


A. Ketegasan Imam Menindak Musuh24


1. Peperangan dan Pertumpahan Darah25


2. Hukuman Mati dan Pengasingan28


3. Potong Tangan29


B. Menghadapi Beragam Kalangan31


1. Bangsa Arab32


2. Ahli Kitab33


3. Aliran Sesat37


4. Orang-orang yang Berlaga Suci40


5. Kaum Nashibi42


6. Kaum Munafik44


7. Setan46



[1] Dengan bantuan beberapa orang dari Hauzah Ilmiyah Qom, saya berhasil menyusun kitab yang tebalnya lima jil. ini. Buku ini dicetak oleh Bonyad-e Ma’aref-e Eslami (Lembaga Pemikiran Islami) Qom, pada tahun 1411 H. Insya Allah, akan dilakukan revisi dalam waktu dekat.

[2] Mustadrakul Wasail, jil. 12, hal. 335 dan jil. 14, hal. 354.

[3] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 356.

[4] Ibid, hal. 343.

[5] Nu’mani, Ghaibah, hal. 308; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 361.

[6] Hushaini, Al Hidayah, hal. 31; Irsyadul Qulub, hal. 286.

[7] Kamaluddin, jil. 2, hal. 672; Nu’mani, Ghaibah, hal. 309; Kamiluz Ziyarat, hal. 120; Al Adadul Qawiyah, hal. 74; Mustadrakul Wasail, jil. 10, hal. 240.

[8] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 343; Nuruts Tsaqalain, jil. 1, hal. 388; Al Qaulul Mukhtashar, hal. 21.

[9] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 549; Nuruts Tsaqalain, jil. 12, hal. 388; Mustadrakul Wasail, jil. 2, hal. 448.

[10] Bihar al-Anwar, jil. 14, hal. 339; lihat pula: Nu’mani, Ghaibah, hal. 311.

[11] Ibnu Hammad, Fitan, hal. 101; Syafi’i, Bayan, hal. 515; Al Hawi lil Fatawa, jil. 2, hal. 73; As Shawaiqul Muhriqah, hal. 167; Kanzul Ummal, jil. 4, hal. 589; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 73; Ihqaqul Haq, jil. 19, hal. 652.

[12] Nahl: 1.

[13] Ta’wilul Ayatid Dzahirah, jil. 1, hal. 252; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 562; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 356.

[14] Dalailul Imamah, hal. 241; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 573.

[15] Satu farsakh kira-kira 5.5 km.

[16] Bashairud Darajat, hal. 144; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 523; Tabshiratul Wali, hal. 97; Bihar al-Anwar, jil. 27, hal. 41 dan jil. 54 hal. 334.

[17] Mengisyarahkan ayat suci ini, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau melihat bagaimana Tuhanmu mengazab penduduk kota Iram, yang memiliki kekuatan yang menakjubkan? Tidak pernah dibangun kota sekuat itu sebelumnya?” (QS Al-Fajr: 7-8). Maksud riwayat ini adalah kota sekuat ini akan muncul di hadapan Nabi Isa as. untuk kedua kalinya.

[18] Ghayatul Maram, hal. 697; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 620; As Syi’ah wa Raj’ah, jil. 1, hal. 136; lihat pula: Ibnu Thawus, Malahim, hal. 66; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 489 dan 541.

[19] Yanabi’ul Mawaddah, hal. 401; Ibnu Hammad, Fitan, hal. 98; Muttaqi Hindi, Burhan, hal. 158; Ibnu Thawus, Malahim, hal. 67.

[20] Nu’mani, Ghaibah, hal. 231; Aqdud Durar, hal. 226; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 539; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 628; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 353.

[21] Barqi, Mahasin, hal. 320; Kafi, jil. 5, hal. 33; Ilalus Syarai’, hal. 150; At Tahdzib, jil. 6, hal. 155; Wasailus Syi’ah, jil. 11, hal. 57; Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 85; Jami’u Ahadis As Syi’ah, jil. 13, hal. 101.

[22] Nu’mani, Ghaibah, hal. 285; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 543.

[23] Nu’mani, Ghaibah, hal. 284; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 543.

[24] Nu’mani, Ghaibah, hal. 231; lihat pula: At Tadzhib, jil. 6, hal. 154; Wasailus Syi’ah, jil. 11, hal. 57; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 353; Mustadrakul Wasail, jil. 11, hal. 54.

[25] Nu’mani, Ghaibah, hal. 231; Aqdud Durar, hal. 227; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 539; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 354.

[26] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 349.

[27] Mufid, Irsyad, hal. 364; Raudhatul Waidzin, jil. 2, hal. 265; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 255; Shiratul Mustaqim, jil. 2, hal. 253; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 527; Bihar al-Anwar, jlid 52, hal. 338, 349.

[28] Kafi, jil. 8, hal. 227; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 450; Miraatul Uqul, jil. 26, hal. 160; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 375.

[29] Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 357; Al Mahajjah, hal. 429.

[30] Uyunu Akhbari Ar-Ridha, jil. 1, hal. 273; Ilalus Syarai’, jil. 1, hal. 219; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 313.

[31] Ilalus Syarai’, jil. 2, hal. 96; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 317.

[32] Nu’mani, Ghaibah, hal. 165; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 351, 361.

[33] Usud Ghabah, jil. 3, hal. 7, 372.

[34] Tanqihul Maqal, jil. 2, hal. 246.

[35] Nu’mani, Ghabah, hal. 122; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 355.

[36] Ibid.

[37] Ibid, hal. 165; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 355.

[38] Ali Imran: 83

[39] Asyashi, Tafsir, jil. 1, hal. 183; Nuruts Tsaqalain, jil. 1, hal. 362; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 549; Tafsir Shafi, jil. 1, hal. 267; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 340.

[40] An Nisa’: 159.

[41] Tafsir Qomi, hal. 146; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 332; Al ‘Arais Al Wadhihah, hal. 209; Bihar al-Anwar, jil. 14, hal. 349. Ibnu Atsir berkata: “Di hari itu tidak akan ada seorangpun Ahli Dzimmah yang membayar jizyah.” Mungkin maksudnya adalah, di zaman itu orang-orang Ahli Dzimmah memeluk Islam atau terbunuh. Ada juga beberapa riwayat yang bertentangan dengan riwayat ini; Nihayah, jil. 5, hal. 197.

[42] Ahmad, musnad,, jil. 2, hal. 398, 520.

[43] Ahmad, musnad,, jil. 3, hal. 367; Hakim, Mustadrak, jil. 4, hal. 503; lihat pula: Ibnu Hammad, Fitan, hal. 159; Ibnu Majjah, Sunan, jil. 2, hal. 1359.

[44] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 376.

[45] Nihayah, jil. 5, hal. 197.

[46] Aqdud Durar, hal. 40.

[47] Nu’mani, al-Ghaibah, 283; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 357.

[48] Muruj Ad-Dzahab, jil. 2, hal. 418.

[49] Baturiyah adalah salah satu dari pecahan sekte Zaidiyah, dan mereka adalah pengikut Katsirun Nawa. Mereka memiliki pola pikir yang hampir sama dengan Sulaimaniyah, satu lagi pecahan sekte Zaidiyah. Mereka meragukan kemusliman dan kekafiran Utsman. Dalam permasalahan akidah, mereka memiliki akidah Mu’tazilah. Sedangkan dalam permasalahan Fiqih, mereka mengamalkan Fiqih Abu Hanifah. Sekelompok orang dari mereka adalah pengikut mazhab Syafi’i dan ada juga yang Syi’ah; Bahjatul Amal, jil. 1, hal. 95; Al Milal wa An Nihal, jil. 1, hal. 161.

[50] Irsyad, hal. 264; Kasyful Ghummah, jil. 3, hal. 255; Shiaratul Mustaqim, jil. 2, hal. 354; Raudhatul Waidzin, jil. 2, hal. 265; A’lamul Wara, hal. 431; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 328.

[51] Dalailul Imamah, hal. 241; Thusi, Ghaibah, hal. 284; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 516; Bihar al-Anwar, jil. 2, hal. 598.

[52] Nu’mani, Ghaibah, hal. 297; Hilyatul Abrar, jil. 2, hal. 361; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 362; Bisyaratul Islam, hal. 222.

[53] Ibid.

[54] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 585; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 387.

[55] Nu’mani, Ghaibah, hal. 317; Thusi, Ghaibah, hal. 273; Bihar alAnwar, jil. 52, hal. 363, 329.

[56] Tafsir Furat, hal. 100; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 372.

[57] Kafi, jil. 8, hal. 227; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 450; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 375; Tanqihul Maqal, jil. 2, hal. 43.

[58] Miratul Uqul, jil. 26, hal. 160.

[59] Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 376.

[60] Al-Fath: 25.

[61] Kamaluddin, jil. 2, hal. 461; Al Mahajjah, hal. 296; Ihqaqul Haq, jil. 13, hal. 357.

[62] At-Tahdzib, jil. 6, hal. 172; Wasailus Syi’ah, jil. 11, hal. 387; Maladzul Akhbar, jil. 9, hal. 455.

[63] Ibnu Syahr Asyub, Manaqib, jil. 4, hal. 85; Bihar al-Anwar, jil. 45, hal. 299.

[64] Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 528; Bihar Al-Anwar, jil. 52, hal. 338.

[65] Al-Hijr: 37–38.

[66] Ayashi, Tafsir, jil. 2, hal. 243; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 551; Tafsir AlShafi, jil. 1, hal. 906; Tafsir Al-Burhan, jil. 2, hal. 343; Bihar Al-Anwar, jil. 60, hal. 254. Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathabai mengutip riwayat serupa dari kitab Tafsir Qumi, lalu setelahnya berkata, “Riwayatriwayat dari Ahlil Bait yang menerangkan tentang tafsir ayat-ayat yang berkenaan dengan hari kiamat, terkadang menafsirkan hari itu sebagai hari munculnya Imam Mahdi, terkadang juga ditafsrikan sebagai hari Raj’ah, atau juga hari terjadinya kiamat itu sendiri. Mungkin sebabnya adalah, tiga hari ini kelak sama-sama menyingkapkan hakikat; meski terdapat beberapa perbedaan di antara hadits-hadits tersebut. (Al-Mizan fi Tafsiril Qur’an, jil. 12, hal. 184; Arraj’ah fi Ahadits Al-Fariqain.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...