Kajian Riwayat
Di dalam Tafsir al-Burhan, dari Ibnu Babuwayh, yang
bersanad dari Jabir bin Abdullah al-Ansari, ia mengatakan: Ketika Allah
menurunkan kepada NabiNya ayat:"
Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kami telah
mengetahui Allah dan RasulNya tetapi siapakah Ulil Amri yang Allah
kaitkan ketaatan kepada mereka dengan ketaatan kepadamu? Nabi menjawab:
"Wahai Jabir, mereka itu adalah para penggantiku
dan Imam ummat Islam sesudahku: Pertama Ali bin Abi Talib, kemudian
al-Hasan, kemudian al-Husayn, kemudian Ali bin al-Husayn, kemudian
Muhammad bin Ali yang terkenal dalam Taurat dengan gelaran al-Baqir.
Wahai Jabir kamu akan menemuinya dan jika kamu menemuinya sampaikan
salamku kepadanya, kemudian as-Sadiq Ja'far bin Muhammad, kemudian Musa
bin Ja'far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian
Ali bin Muhammad, kemudian al-Hasan bin Ali, kemudian dua nama Muhammad
dan dua gelaran Hujjatullah di bumiNya dan Baqiyatullah bagi
hamba-hambaNya, Ibnu Hasan, dialah yang Allah bukakan sebutan namanya di
bumi bahagian Barat dan Timur, dialah yang ghaib dari para pengikutnya
dan kekasihnya, yang keghaibannya menggoncangkan keimanan kecuali bagi
orang-orang yang Allah kukuhkan keimanan dalam hatinya.
Selanjutnya Jabir berkata: Aku bertanya kepada
Rasulullah, wahai Rasulullah, apakah keghaibannya memberikan manfaat
kepada para pengikutnya? Rasulullah menjawab:
"Demi Zat yang mengutusku dengan Nubuwwah, sungguh
mereka mendapatkan cahaya sinarnya, dan memperolehi manfaat dengan
wilayahnya dalam keghaibannya seperti manusia mendapat manfaat dari
matahari walaupun ia ditutupi awan. Wahai Jabir, ia tersembunyi oleh
rahasia Allah dan terpelihara oleh ilmuNya, maka Allah menyembunyikan
kecuali dari Ahlinya".
Penulis mengatakan: Dalam makna yang sama juga
diriwayatkan oleh Nu'mani dengan sanad dari Salim bin Qais al-Hilali,
dari Ali AS dan diriwayatkan juga oleh Ali bin Ibrahim dengan sanad dari
Salim, dari Ali AS. Dalam hal ini juga banyak riwayat-riwayat dari
kalangan Syi'ah dan Ahlul Sunnah yang di dalamnya menyebutkan keimamahan
mereka, dan nama-nama mereka. Siapa yang ingin membuktikan silakan
membaca kitab "Yanabi al-Mawaddah", kitab "Ghayatul Maram" oleh Bahrani
dan kitab lainnya.
Dalam tafsir al-Ayyasyi dari Jabir al-Ju'fi, ia berkata: Aku bertanya Abu Ja'far AS tentang ayat ini:
Ia menjawab: "Mereka adalah para Wasi".
Penulis mengatakan: Dalam riwayat yang sama, Tafsir al-Ayyasyi menyebutkan:"Ali bin Abi Talib dan para Wasi sesudahnya".
Dan dari Ibnu Syahrasyub, Hasan bin Saleh bertanya
kepada as-Sadiq AS tentang hal itu, ia menjawab: "Para Imam dari Ahlul
Bayt Rasulullah SAW".
Penulis mengatakan: Dalam hal yang sama as-Sadiq AS
meriwayatkan dari Abu Basir, dari Al-Baqir AS, ia mengatakan: "Para
Imam dari keturunan Ali dan Fatimah hingga Hari Qiamat".
Dalam al-Kafi dengan sanad dari Abu Masruq dari Abu
Abdillah AS, ia berkata kepadanya: Kami berbincang dengan para ahli
kalam, maka kami hujahkan mereka dengan firman Allah SWT:"Taatilah kepada Allah dan taatilah kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu",
kemudian mereka berkata: Ayat ini turun untuk orang-orang beriman. Kemudian kami berhujah dengan mereka dengan firman Allah SWT:
Kemudian mereka mengatakan: Ayat ini turun untuk
keluarga orang-orang Islam. Kami tidak dapat menjelaskan apa yang mereka
sebutkan kecuali engkau menjelaskannya, maka Abu Abdillah AS berkata
kepadaku: "Jika demikian ajaklah mereka bermubahalah, aku bertanya:
Bagaimana caranya?
Ia menjawab: Ucapkan janji baik pada dirimu tiga
kali dan kepadanya, kemudian berpuasalah, sucikan dirimu dan keluarlah
kamu berserta dia ke gunung, kemudian berjabat tangan kanan dengannya,
dan ucapkanlah doa secara bergantian, dan mulailah dari dirimu: Ya
Allah, Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan bumi yang tujuh, Zat Yang Maha
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Zat Yang Maha Rahman dan Rahim,
jika Abu Masruq menentang kebenaran dan mengada-adakan kebatilan maka
turunkan kepadanya siksa yang pedih dari langit; kemudian ajaklah dia
mengucapkan: Dan jika menentang kebenaran dan mengada-adakan kebatilan,
maka turunkan kepadanya siksa yang pedih dari langit".
Kemudian Imam berkata kepadaku:"Sungguh kamu tidak
akan lama lagi melihat hal itu padanya, maka demi Allah, tidak aku
temukan suatu peristiwa yang membuatku menjawab dengannya".
Dalam tafsir Al-Ayyasyi dari Abdullah bin Ajlan
dari Abu Ja'far AS tentang firman Allah SWT:"Taatlah kepada Allah dan
taatilah kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu". Ia berkata:Ayat
ini turun untuk Ali dan para Imam, yang Allah jadikan mereka ini sebagai
penerus para Nabi, dan mereka ini tidak menghalalkan sesuatu dan tidak
mengharamkan.
Penulis mengatakan: Selain keterangan yang terdapat
dalam riwayat ini, kami telah menjelaskan di akhir kajian ayat bahawa
ayat ini menunjukkan tidak ada hukum yang disyariatkan kecuali hak Allah
dan RasulNya.
Dalam kitab al-Kafi dengan sanad dari Barid bin Muawiyah, ia mengatakan: Abu Ja'far AS membacakan kalimat:
"Taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kepada
Rasul, dan Ulil Amri di kalangan kamu, maka jika kamu takut
berbantah-bantah tentang sesuatu perkara, maka kembalikanlah kepada
Allah dan kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu".
Ia berkata: Bagaimana mungkin diperintahkan
mentaati mereka dan diizinkan berselisih dengan mereka. Tiada hal itu
dikatakan oleh orang-orang yang keluar dari agamanya, yang kepada mereka
itu diserukan: Taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya.
Penulis mengatakan: Riwayat ini menunjukkan bahwa
apa yang dibacakan oleh Abu Ja'far AS adalah sebagai penjelasan terhadap
ayat ini dan maksudnya. Keterangan dan penjelasan penggunaan dalil
dalam masalah ini telah kami paparkan di atas. Dan yang dimaksudkan
bukanlah bacaan sebagaimana tampak dari perkataannya: "Abu Ja'far AS
membaca".
Hal ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan kata yang
ada pada riwayat-riwayat sebagaimana yang terdapat di dalam Tafsir
al-Qummi dengan sanad dari Hafiz dari Abu Abdillah AS ia berkata: Ayat
ini telah diturunkan, lalu ia mengatakan:
"Maka jika kamu berbantah-bantah tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan RasulNya dan Ulil Amri di kalangan kamu".
Riwayat dalam Tafsir Al-Ayyasyi dari Barid bin
Muawiyah dari Abu Ja'far AS (yaitu riwayat al-Kafi tadi) dan dalam
al-Hadith: Kemudian ia berkata kepada manusia: "Wahai orang-orang yang
beriman, maka ia menghimpun orang-orang yang beriman hingga Hari Qiamat.
Taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kepada RasulNya dan kepada Ulil
Amri dari kalian, khususnya kepada kami", jika kamu takut berselisih
tentang sesuatu perkara, maka kembalikanlah kalian kepada Allah,
RasulNya dan kepada Ulil Amri kalian.
Demikianlah maksud ayat itu turun. Maka bagaimana
mungkin Allah memerintahkan mentaati Ulil Amri dan diizinkan berselisih
dengan mereka. Sementara diperintahkan kepada orang-orang yang
beriman:Taatilah kamu kepada Allah, dan taatilah kamu kepada RasulNya
dan Ulil Amri kamu".
Dalam tafsir Al-Ayyasyi: Dalam riwayat Abu Basir
dari Abu Ja'far AS, ia berkata: Ayat ini turun untuk Ali bin Abi Talib
AS. Lalu aku berkata kepadanya: Sungguh manusia berkata kepada kami:
Mengapa Allah tidak menyebutkan nama Ali dan keluarganya di dalam
KitabNya? Abu Ja'far AS berkata: Katakan kepada mereka: Sungguh Allah
menurunkan perintah solat kepada RasulNya, dan ia tidak menyebutkan tiga
dan tidak juga empat, maka Rasulullah SAW yang menafsirkannya.
Demikian juga perintah haji, Ia tidak menurunkan
perintah tawaf satu minggu, kemudian Rasulullah SAW menafsirkannya
kepada mereka. Demikian juga Allah menurunkan ayat:Taatilah kamu kepada Allah, dan taatilah kamu kepada RasulNya dan Ulil Amri kamu",
turun untuk Ali, Hasan, dan Husain AS. Untuk Ali beliau bersabda:
"Barang siapa menjadikan aku sebagai mawlanya (pemimpin) maka Ali
mawlanya juga".
Dan Rasulullah SAW bersabda:"Aku wasiatkan kepada
kamu dengan Kitabullah dan Ahlul Baytku, sungguh aku memohon kepada
Allah agar tidak memisahkan antara keduanya sehingga keduanya kembali
kepadaku di Haudh, maka Allah mengabulkan hal itu kepadaku".
Lalu beliau bersabda:"Maka janganlah kamu mengajari
mereka karena sesungguhnya mereka lebih alim dari kamu, dan
sesungguhnya mereka itu tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk
dan tidak akan memasukkan kamu ke dalam pintu kesesatan".
Dan seandainya Rasulullah SAW mendiamkan dan tidak
menjelaskan tentang Ahlul Baytnya niscaya keluarga Abbas, keluarga Aqil
dan keluarga si polan akan mengadakan-adakan. Bahkan Allah menyatakan
dalam KitabNya:"Sesungguhnya Allah hendak
mengeluarkan dari kamu kekotoran (dosa-dosa) wahai Ahlul Bayt dan
mensucikan kamu sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab:33).
Maka takwil ayat ini adalah Ali, Fatimah, Hasan dan
Husayn AS, kemudian Rasulullah SAW memegang tangan Ali, Fatimah, Hasan
dan Husayn AS dan memasukkan mereka di bawah al-Kisa (selimut) di rumah
Ummu Salamah, lalu Nabi SAW bersabda:"Ya Allah sesungguhnya setiap Nabi
mempunya tsaqal dan keluarga, maka mereka ini tsaqalku dan keluargaku".
Lalu Ummu Salamah berkata: Tidakkah aku termasuk
keluargamu? Nabi menjawab:"Kamu adalah dalam kebaikan tetapi mereka
adalah tsaqalku dan keluargaku".
Penulis berkata:Dengan riwayat yang sama al-Kafi
meriwayatkan riwayat yang bersanad dari Abu Basir, dari Abu Ja'far AS
dan dari Yasir berbeda dalam perkataan.
Dalam Tafsir Al-Burhan dari Ibnu Syahrasyub dari
Tafsir Mujahid menyatakan: Ayat ini turun untuk Amirul Mukminin, ketika
ia dilantik sebagai pengganti Rasulullah di Madinah, ia berkata: Wahai
Rasulullah apakah engkau mengangkatku sebagai khalifah untuk wanita dan
anak-anak? Rasulullah menjawab:"Wahai Amirul Mukminin apakah engkau
tidak ridha dariku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Ketika ia
berkata kepada Rasulullah SAW :
Apakah engkau mengangkatku sebagai khalifah untuk kaumku dan kemaslahatan mereka? Maka Allah berfirman:"Ulil Amri kalian".
Ia mengatakan: Ali bin Abi Talib diangkat oleh
Allah sebagai pemimpin perkara ummat setelah Nabi Muhammad SAW dan
ketika ia diangkat sebagai khalifahnya oleh Rasulullah SAW di Madinah,
maka Allah memerintahkan hamba-hambaNya mentaatinya dan melarang
berselisih dengannya.
Dalam kitab yang sama darinya, dari Ibanah
al-Falaki menyatakan: Sesungguhnya ayat ini turun ketika Abu Buraidah
mengadu tentang Ali AS.
Dalam al-Abaqat dari Kitab Yanabi al-Mawaddah oleh
Syaikh Sulaiman al-Balkhi dari Manaqib dari Salim bin Qais al-Hilali
dari Ali dalam suatu Hadith, ia berkata: "Yang paling dekat bagi seorang
hamba pada kesesatan adalah tidak mengenal Hujjatullah Tabaraka Wa
Ta'ala, sedangkan Ia menjadikannya sebagai bukti bagi hamba-hambaNya,
yaitu orang yang Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya mentaatinya
dan mewajibkan Wilayahnya.
Salim mengatakan: Aku berkata: Wahai Amirul
Mukminin, jelaskan kepadaku tentang mereka, ia berkata: Mereka adalah
orang-orang yang Allah kaitkan dengan dirinya dan NabiNya, kemudian ia
berkata: Wahai orang-orang yang beriman taatilah kamu kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul dan kepada Ulil Amri kalian, kemudian aku berkata
kepadanya: Allah menjadikan pengorbananmu lebih jelas bagiku, maka ia
berkata:
Mereka adalah orang-orang yang Rasulullah SAW sabdakan di
berbagai tempat dan khutbahnya pada suatu hari di mana Allah
memeliharanya:
"Sungguh aku tinggalkan kepada kamu dua perkara berat,
jika kamu berpegang teguh dengan kedua-duanya, kamu tidak akan sesat
sesudahku, Kitabullah dan Itrahku, Ahlul Baytku, sesungguhnya Allah Yang
Maha Lembut dan Maha Mengetahui telah menjanjikan kepadaku bahawa
keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya kembali kepadaku di Haudh
seperti dua seruan - antara dua zat yang berkumpul berenang menuju
kepadanya - dan aku tidak mengatakan: Seperti dua seruan yang berenang
dan yang ada di tengah lalu berkumpul menuju kepadanya - maka berpegang
teguhlah kamu dengan keduanya dan janganlah kamu mendahului mereka
sehingga kamu menjadi sesat.
Penulis mengatakan: Banyak sekali riwayat dari para
Imam Ahlul Bayt yang mempunyai makna seperti tadi. Kami hanya mengutip
sebagian riwayat sesuai dengan jalan yang kami kehendaki, tetapi bagi
sesiapa saja yang ingin mengetahui keseluruhan riwayat itu, silakan baca
"Jawa'mi Al-Hadith".
Adapun riwayat yang diriwayatkan dari para mufassir
terdahulu ada tiga kata: khulafa ar-rasyidin, para panglima perang, dan
ulama. Ada riwayat tentang yang ketiga (ulama) adalah orang-orang yang
banyak tertawa, bahwa mereka itu adalah para sahabat Nabi SAW, lalu kata
itu manqul darinya: Mereka itu adalah para sahabat Nabi SAW, para da'i
dan perawi. Dan tampaknya mengaitkan kata itu dengan ilmu, sehingga kata
itu ditafsiri dengan "ulama".
Perlu diketahui juga bahwa pengutipan riwayat
tentang Asbabul Nuzul ayat-ayat ini, banyak terdapat masalah dan kisah
yang bermacam-macam. Tetapi, jika kita kaji dengan cermat dan teliti,
maka tidak perlu diragukan lagi bahwa hal itu menunjukkan adanya
penyeragaman pandangan para perawi. karena itulah kami tidak mengutipnya
sebab tidak ada guna menukilnya.
Tetapi jika anda ingin membuktikannya silakan baca kitab Ad-Dur al-Mantsur, Tafsir al-Tabari, dan sejenisnya.