A. Motivasi Surat Nabi Muhammad Saw kepada Raja Romawi dan Persia
Nabi berkirim surat setelah terjadinya Perjanjian
Hudaibiyah antara kaum Muslim dengan kaum kafir Quraisy. Peristiwa ini
terjadi tepat pada tahun ketujuh Hijriyah atau tujuh tahun setelah Nabi
hijrah.
Perjanjian Hudaibiyah dibuat untuk melakukan genjatan senjata antara kaum Muslim dengan kaum kafir Quraisy.
Dengan disepakatinya perjanjian damai tersebut,
maka keadaan pun menjadi lebih tenang sehingga dakwah Islamiyah
mengalami kemajuan dan kepesatan.
Perjanjian Hudaibiyah, merupakan awal babak baru
dalam kehidupan Islam dan orang-orang Muslim.orang-orang Quraisy adalah
orang yang paling gencar memusuhi Islam, sehingga dengan adanya jalan
damai dengan orang-orang Quraisy ini maka salah satu musuh Islam sudah
terkoyak.[1]
Nabi memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengajak para penguasa di berbagai wilayah di dunia agar memeluk agama
Islam yang merupakan agama Rahmatan lil alamin bagi seluruh manusia di
dunia.
Dengan demikian, Nabi mengirimkan beberapa
utusannya ke beberapa penguasa, serta beberapa kabilah dan gubernur yang
ada pada saat itu.
Penyebaran agama Islam tidak hanya dengan ucapan,
ungkapan atau bahkan tebasan pedang jika terpaksa. Akan tetapi,
surat-menyurat juga ditempuh oleh Rasulullah Muhammad Saw., untuk
menyebarluaskan agama Islam yang Rahmatan lil alamin.
Hal ini dibuktikan dengan adanya surat-surat yang
dikirim Nabi untuk menyebarluaskan agama Islam kepada umat manusia di
seluruh belahan dunia melalui para penguasa dunia pada saat itu.
Keimanan Nabi Muhammmad Saw., kepada Allah tidak
dapat ditandingi. Nabi percaya bahwa Allah Swt., akan membantu dan
mendukungnya dalam hal apa pun termasuk melawan para penguasa pada saat
itu. Nabi tidak takut pada celaan siapapun di jalan Allah Swt.[2]
Seperti yang telah dijelaskan dalam dua bab
sebelumnya, mengenai situasi dari ketiga pihak ini. Nabi Muhammad Saw.,
dengan para sahabatnya yang jumlahnya belum banyak dan perlengkapan
persenjataan yang dalam jumlah terbatas.
Sedangkan raja kerajaan Romawi dan Persia sudah
memiliki perlengkapan persenjataan perang yang canggih dan lengkap dalam
jumlah yang banyak pada saat itu dan disertai dengan pasukan kerajaan
yang memiliki kemampuan yang mumpuni.
Perbedaan besar semacam itu, tidak menyurutkan
keberanian Nabi untuk mengajak Raja Romawi dan Persia untuk menanggalkan
peribadatan mereka menurut tradisi bapak dan nenek moyangnya. Bahkan
kedua raja ini dikenal dengan keangkuhan, keras dan kesombongan mereka.
Ketika Nabi akan menulis surat kepada para penguasa
ini, para sahabat memberi saran kepada Nabi agar menggunakan stempel
dalam suratnya.
Salah seorang sahabat menyebutkan bahwa raja hanya
mau menerima dan membaca surat yang berterakan stempel karena hal itu
merupakan isyarat bahwa persoalan-persoalan yang dikemukakan kepada
mereka adalah rahasia dan benar-benar tidak diketahui orang lain.[3]
Kemudian Nabi membuat stempel yang terbuat dari
emas. Yang berbentuk persegi panjang. Para sahabat pun juga membuat
stempel yang sama dan memakainya. Akan tetapi, Jibril As., menyampaikan
bahwa seorang laki-laki diharamkan memakai sesuatu yang terbuat dari
emas.
Nabi segera mencopotnya dan diikuti oleh para sahabatnya yang kemudian digantinya dengan perak.[4]
Stempel yang berbentuk cincin dari perak bertuliskan Allah, Rasul dan
Muhammad. Huruf-hurufnya terbalik agar ketika dibubuhkan dalam sebagai
cap susunannya benar. Stempel tersebut berada di tangan Rasulullah Swt.,
sampai beliau meninggal.
Terdapat replika cincin sekaligus cap atau stempel
dari Rasulullah Saw., yang berhasil dibuat sedemikian rupa dengan meniru
hasil yang dibubuhkan oleh stempel yang asli dalam beberapa surat Nabi
kepada para penguasa dunia.
Menurut Kholid Sayyid Ali dalam bukunya Surat-Surat
Nabi Muhammad, stempel tersebut dipegang para Khulafaur Rasyidin
setelah wafatnya Nabi.
Akan tetapi, menjelang wafatnya Utsman bin Affan,
cincin tersebut jatuh ke dalam sumur Ariis dan belum ditemukan hingga
tiga hari berturut-turut dalam masa pencarian.[5]
Gambar : Perkiraan bentuk tulisan pada stempel Nabi[6]
Gambar : Salah satu contoh replika cincin sekaligus stempel Nabi[7]
B. Isi Surat dari Nabi
1. Surat dari Nabi untuk Heraklius
Gambar : Surat Nabi kepada Raja Romawi, Heraklius[8]
“Adapun dulu baginya Kitab Rasulullah beserta
Dihyah ibn Khalifah Al Kalbiy. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah kepada
Heraclius, Raja Romawi.
Salam atas orang yang mengikuti petunjuk. Setelah
itu, masuklah Islam supaya kamu selamat. Dan masuklah Islam niscaya
Allah akan memberimu pahala dua kali sekaligus. Dan apabila kamu
berpaling, maka sesungguhnya kamu akan menanggung dosa orang-orang
Akariin[9]
– maksudnya diserang.”[10]
Dalam beberapa riwayat memiliki beberapa perbedaan.
Terutama pada kalimat dan bagian terakhir. Pada beberapa buku, di dalam
surat yang ditujukan pada Heraklius ini, tercantum pula surat Al Imron
ayat 64 yang terdapat di bagian terakhir surat.[11]
Selain itu, pada kalimat terakhir surat kepada Heraklius tersebut juga memiliki perbedaan dalam beberapa buku.
2. Surat dari Nabi untuk Khousru II
Gambar 3.4 Surat Nabi kepada Raja Persia, Khousru II[12]
“Diceritakan kepadaku dari ibn Humaid, dia berkata
diceritakan kepadaku dar Salamah. Dari Muhammad ibn Ishaq dari Yazid ibn
Habib, berkata:
Dan diutus Abdullah ibn Hudafah ibn Qois ibn Uday ibn
Sa’ad ibn Siham. Kepada Kisra ibn Harmazah, Penguasa Persia dan ditulis
bersamanya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Kisra, Raja Persia.
Salam atas orang yang mengikuti petunjuk dan orangyang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dan berimanlah bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan
tidak ada satu pun yang menyekutukan-Nya, dan sesungguhnya Muhammad itu
hamba Allah dan Rasul-Nya.
Dan aku mengajak kepadamu dengan ajakan Allah: Maka
sesungguhnya saya utusan Allah kepada manusia semuanya untuk
memperingatkan setiap manusia yang hidup dan orang-orang yang
mengingkari Allah pasti akan ditimpa murka-Nya.
Hendaklah kamu memeluk Islam, kamu pasti selamat. Tetapi bila kamu menolak maka kamu memikul dosa semua orang Majusi.”[13]
C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi
Sebelum mengutus para sahabatnya untuk mengantarkan
surat-suratnya, Nabi menanyakan kepada para sahabatnya siapakah yang
akan mengantarkan suratnya. Delegasi sebagai pengirim surat pun
ditunjuk.
Surat kepada Heraklius dipercayakan pada sahabatnya Dihyah bin Khalifah al Kalabi[14]
, sedangkan surat kepada Khousru II dipercayakan pada Abdullah bin Hudhafa[15]
. Berikut ini adalah respon Raja Romawi dan Persia atas surat yang dikirim oleh Nabi.
1. Respon Kaisar Romawi
Dalam suatu riwayat, Nabi memerintahkan Dihyah
untuk singgah dan memberitahukan tugasnya kepada Gubernur Basrah,
Alharith Raja Ghassan.[16]
Kemudian Alharith memerintahkan Adi bin Hatim untuk
menemani dan mengantar Dihyah menghadap Heraklius yang sedang melakukan
perjalanan menuju Yerusalem.
Sebelum menemui Heraklius, mereka mendapatkan
keterangan dari pejabat yang berwenang bahwa untuk menghadap Kaisar,
mereka harus bersujud tiga kali dan tidak mengangkat kepala hingga
Kaisar yang memerintahkan untuk berdiri kembali.
Dihyah tidak mau bersujud selain kepada Allah Swt.
Namun, ada satu cara yang disarankan pejabat agar surat tersebut dibaca
tanpa harus bersujud kepada Kaisar Romawi, yaitu dengan meletakkan surat
di meja khusus Kaisar dan meninggalkannya.[17]
Dan surat itu, tidak akan ada yang menyentuh selain Kaisar sendiri.
Ketika Kaisar membuka surat tersebut, Kaisar
memanggil penerjemah untuk membacanya. Setelah memahami isi surat Nabi
tersebut, Kaisar memerintahkan pengawal untuk mengumpulksn informasi
tentang diri Nabi.
Hal ini dilakukan karena Heraklius mengetahui bahwa
surat itu memang ditulis oleh seorang utusan-Nya sebagaimana disebutkan
dalam Injil dan Taurat.[18]
Ketika itu, Abu Sufyan bersama rombongan
orang-orang Quraisy sedang melakukan perjalanan dagang menuju ke Syam.
Kemudian pengawal Kaisar menghubungi mereka kemudian membawa mereka
untuk menghadap Kaisar.
Kaisar kemudian mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai pribadi, nasab dan sifat Nabi. Ada pun percakapan tersebut
adalah sebagai berikut:
Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: “Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?”
Abu Sufyan: “Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik.”
Heraklius: “Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius bertanya: “Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius: “Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?”
Abu Sufyan: “Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.”
Heraklius: “Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?”
Abu Sufyan: “Bahkan mereka semakin bertambah.”
Heraklius: “Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius: “Apakah kamu sekalian memeranginya?”
Abu Sufyan: “Ya.”
Heraklius: “Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?”
Abu Sufyan: “Peperangan yang terjadi antara kami
dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang
kami mengalahkannya.”
Heraklius: “Apakah dia pernah berkhianat?”
Abu Sufyan: “Tidak. Dan kami sekarang sedang berada
dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan
dia perbuat..... Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam
kalimat jawaban selain ucapan di atas.”
Heraklius: “Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Kemudian Heraklius berkata kepada juru terjemahnya:
“Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya,
kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang
demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.
Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara
nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku,
seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan
mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan
nenek-moyangnya.
Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya,
apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat.
Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang
merekalah pengikut para rasul.
Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu
sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia
katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia
tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada
Allah.
Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang
pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa
benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila
telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin
bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah.
Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna. Aku juga menanyakanmu
apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian
sering memeranginya.
Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya
silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali
kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa
diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.
Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab
bahwa dia tidak pernah berkhianat.
Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah
berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah
mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak.
Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah
mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia
adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan
sebelumnya.”
Heraklius bertanya lagi: “Apakah yang ia perintahkan kepadamu?”
Abu Sufyan: “Dia menyuruh kami dengan salat,
membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang
haram dan tercela.”
Heraklius: “Jika apa yang kamu katakan tentangnya
itu adalah benar, maka ia adalah seorang Nabi. Dan aku sebenarnya telah
mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal
dari bangsa kamu sekalian.
Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia
kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan
seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala
kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah
tempat berpijak kedua kakiku ini.”
Setelah itu, Heraklius melakukan pertemuan tertutup
dengan para pembesar Romawi. Respon positif yang ditunjukkan Heraklius
pada surat Nabi ini menimbulkan bisik-bisik dan kegaduhan. Hal ini
ditambah dengan pertanyaan Heraklius pada pembesar mengenai keinginannya
untuk memeluk Islam.
keputusan tersebut sontak mendapatkan pertentangan
dari seluruh pembesar. Akan tetapi, ia menyatakan kemudian bahwa ia
hanya menguji mereka.[19]
Kemudian Heraklius memanggil Dihyah dan memberikan balasan untuk Nabi beserta beberapa hadiah untuk Nabi[20]
serta meyakini kenabian Muhammad.
Dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa Heraklius sedang ragu dalam megambil tindakan selanjutnya mengenai surat tersebut.
Ia meyakini bahwa hal itu memang akan terjadi
seperti yang telah dijelaskan dalam dua kitab terdahulu, yaitu: Taurat
dan Injil. Selain itu, ia juga masih merasa kurang informasi dari
pernyataan Abu Sufyan. Maka, ia, menghubungi temannya yang ahli kitab
dengan mengirim surat dari Nabi tersebut dan meminta pendapatnya
mengenai hal tersebut.
Teman Heraklius tersebut membenarkan isi surat dan
meminta Heraklius untuk meyakininya. Akan tetapi, Heraklius ternyata
mengingkarinya sendiri. Ia lebih sayang pada jabatannya yang
diagung-agungkan oleh rakyatnya daripada menjadi pemeluk Islam dan
kehilangan semuanya.
2. Respon Raja Persia
Dengan sikap yang beringas, Khousru II
merobek-robek surat dari Nabi. Hal ini kemugkinan dikarenakan ia merasa
memiliki kedudukan yang amat tinggi.
Selain itu, sesuatu yang buruk telah menimpanya dan
kerajaannya sebelumnya, yaitu kekalahan perang dari Romawi. dan tanpa
diduga-duga muncul orang Arab yang memberitahu sesuatu yang tidak pernah
akan terjadi.
Kemudian ia memerintahkan Gubernur Yaman yang masih
di bawah kekuasaannya untuk mengirim dua algojo terkuatnya untuk
menangkap orang yang berani menulis surat kepadanya[21]
.
D. Respon Nabi Atas Balasan dari Surat yang Telah Dikirim
1. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Romawi
Dihyah kembali ke Madinah dan menemui Nabi untuk
menyampaikan pesan yang ia terima dari Heraklius. Ia menyampaikan pesan
sesuai dengan pesan yang dikatakan Heraklius bahwa ia mempercayai
kenabian Rasulullah Saw.
Akan tetapi Nabi berkata: “Dustalah musuh Allah itu, tidaklah ia seorang Muslim”.[22]
Kemudian, Nabi memerintahkan agar hadiah yang diperoleh dari Heraklius dibagi-bagikan pada orang-orang yang membutuhkan.
Banyak sekali sejarawan yang beranggapan bahwa
Heraklius telah memeluk islam sebagaimana apa yang ia sampaikan pada
Dihyah. Akan tetapi, hal itu tidaklah benar, karena hal tersebut
terbukti ketika Heraklius memimpin perang melawan kaum Muslimin dalam
perang Tabuk.
2. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Persia
Pemerintah Yaman langsung melaksanakan perintah
Khousru II dengan mengirim dua algojonya untuk menangkap Nabi.
Sesampainya di Madinah, kedua algojo langsung menghadap Nabi dan meminta
nabi agar mau berangkat bersama mereka untuk menghadap Kousru II.
Kemudian Nabi bertanya kepada mereka “Celakalah
kalian, siapakah yang memerintahkan kalian berbuat seperti itu?”
keduanya menjawab “Tuhan kami yang memerintahkan kami berdua!”,[23]
Setelah mendengar hal tersebut, Nabi menyuruh
keduanya kembali ke negeri asalnya dengan berpesan “ Katakanlah kepada
penguasa Yaman sebagai berikut: “Tuhanku telah membunuh tuhannya tadi
malam!”
.Nabi telah mengetahui berita terbunuhnya Khousru II lebih dahulu sebelum berita tersebut sampai pada pengusas Yaman.[24]
Sesampainya di Yaman, kedua orang tersebut
menyampaikan pesan Nabi ke penguasa Yaman. Baik kedua orang tersebut,
penguasa Yaman pun terketuk hatinya, sehingga mereka masuk Islam bersama
tokoh-tokoh pemerintahan lainnya.[25]
DAFTAR ISI
Surat Nabi Muhammad saw Kepada Raja Romawi dan Persia 1
A. Motivasi Surat Nabi MUhammad Saw kepada Raja Romawi dan Persia 2
B. Isi Surat dari Nabi7
1. Surat dari Nabi untuk Heraklius 7
2. Surat dari Nabi untuk Khousru 119
C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi 11
1. Respon Kaisar Romawi 11
2. Respon Raja Persia 17
D. Respon Nabi Atas Balasan dari Surat yang Telah dikirim 19
1. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Romawi 19
2. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Persia 20
DAFTAR ISI 21
Surat Nabi Muhammad saw Kepada Raja Romawi dan Persia 1
A. Motivasi Surat Nabi MUhammad Saw kepada Raja Romawi dan Persia 2
B. Isi Surat dari Nabi7
1. Surat dari Nabi untuk Heraklius 7
2. Surat dari Nabi untuk Khousru 119
C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi 11
1. Respon Kaisar Romawi 11
2. Respon Raja Persia 17
D. Respon Nabi Atas Balasan dari Surat yang Telah dikirim 19
1. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Romawi 19
2. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Persia 20
DAFTAR ISI 21
Catatan:
[1] Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah: Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah Saw.(Bandung: Sygma Publishing, 2010), 434.
[2] Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad (Jakarta: Gema insani Press, 1993), 8.
[3]
Ibid., 10.
[4]
Ibid.
[5]
Ibid., 11.
[6]
________, Surat-surat dan Stempel nabi Muhammad SAW dalam
http://puputhebat.blogspot.com/2012/10/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad_20.html
(19 Agustus 2013).
[7]
________, Rahasia Cincin Nabi Muhammad Saw., dalam
http://www.kiosbatu.com/2012/03/rahasia-cincin-nabi-muhammad-saw.html
(19 Agustus 2013) Akan tetapi, replika tersebut sama sekali berbeda
dengan aslinya sebagaimana cincin sekaligus stempel Nabi yang telah
dijelaskan sebelumnya.
[8]
_______,Surat-Surat dan Stempel Nabi Muhammad S.A.W, dalam
http://terselubung.blogspot.com/2010/07/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad.html
(19 Maret 2013)
[9]
Akariin berarti petani, mereka yang bermatapencaharian sebagai
petani. Hal ini dikarenakan penduduk Romawi sebagian besar bekerja
sebagai petani. Lihat Ja’far Subhani, Ar-Risalah, 488. Dalam beberapa
buku menyebutkan bangsaAriis.
[10]
Kata diserang dalam surat ini bukan berarti bahwa Islam
disebarluaskan dengan jalan kekerasan. Akan tetapi jalan kekerasan
tersebut akan diambil jika berhadapan dengan musuh yang berbuat
kerusakan di dunia.
[11]
Bisri M. Djaelani, Sejarah Nabi Muhammad (Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004), 212. Selain itu, terdapat pula dalam buku Ibnul Jauzi,
Ᾱl-Wᾱfᾱ: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad Saw. (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), 592.
[12]
_______,Surat-Surat dan Stempel Nabi Muhammad S.A.W, dalam
http://terselubung.blogspot.com/2010/07/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad.html
(19 Maret 2013)
[13]
Muhammad Al-Ghazaliy, Fiqhus – Sirah: Menghayati Nilai-nilai
Riwayat Hidup Muhammad Rasulullah Saw. (Bandumg: PT. “Al-Ma’arif”,
______), 600. Selain itu, terdapat pula dalam buku Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 601.
[14]
Li Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarir At-Thabari, Tarikhul Ummami, 237.
Namun, ada pula yang menyebutkan nama Dihyah ini dengan Dihyah Al-Kalbi.
Lihat Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 588. Dan ada pula yang menyebutnya dengan Dahyah
bin Khalifah Al Katabi. Lihat Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi
Muhammad, 27.
[15]
Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 601. Ia juga dikenal sebagai perwira yang paling
berani, Abdullah bin Huzafah as-Sahmi al-Qarasyi. Lihat Ja’far Subhani,
Ar-Risalah, 490.
[16]
Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, 26.
[17]
Ja’far Subhani, Ar-Risalah, 486.
[18]
Ibid.,, 487. Nabi Muhammad menurut Nubuat Nabi Musa dalam Kitab
Taurat salah satunya terdapat dalam ayat Ulangan 18:17-18 yang isinya
adalah “Maka pada masa itu berfirmanlah Tuhan kepadaku (Musa):
Benarlahkata mereka itu (Bani Israel). Bahwa aku (Allah) akan menjadikan
bagi mereka itu seorang Nabi dari antara segala saudaranya (yaitu dari
Bani Ismail) yang seperti engkau (hai Musa), dan Aku akan memberi segala
firmanKu dalam mulutnya dan diapun akan mengatakan kepadanya segala
yang kusuruh akan dia.” Lihat Hasbullah Bakry, Isa dalam Qur’an Muhammad
dalam Bible (Jakarta Pusat: Pustaka Al Hidayah, 1989), 147. Selain itu,
dalam Kitab Injil Maleakhi 3:1yang isinya adalah “Bahwasanya Aku
menyuruhkan utusanKu, yang menyediakan jalan di hadapan hadiratKu, dan
dengan segera akan datang kepada kaabahnya Tuhan, yang kamu rindukan
itu, bahwasanya ia datang, demikianlah firman Tuhan seru sekalian alam”.
Lihat Ibid., 165.
[19]
Ibid., 488. Selain berasal dari sumber tersebut, terdapat pula
dalam buku lainnya. Lihat: Abul Hasan An-Nadwi, Riwayat Hidup Rasulullah
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), 252.
[20]
Ibid., 489.
[21]
Al-Ghazaliy, Fiqhus – Sirah, 600.
[22]
Ahidul Asror, “Surat-surat Nabi ke Luar Negeri: Melacak Akar
Sejarah Dakwah Korespondensi, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 7. No. 1
(April,2003), 39.
[23]
Ibid, 601.
[24]
Ibid, 602.
[25]
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar