Ketika seorang anak manusia telah mencapai usia
kematangan ia akan menemukan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang ditemui
dalam kehidupannya. Manusia selalu mencari , mencoba memahami hakikat
dirinya, darimana dia berasal, kemana ia akan kembali, bagaimana alam
semesta ini tercipta, siapakah yang menciptakan alam semesta ini.
Pertanyaan-pertanyaan yang menuntun manusia pada proses pencarian.
Arnold Toynbee, seorang pakar yang mempelajari
sejarah perkembangan pemikiran manusia berkesimpulan bahwa dalam sejarah
perkembangan pemikiran manusia agama berada pada posisi yang sangat
sentral. Dalam artikelnya di harian ‘The Observer’ tanggal 24 Oktober
1954 ia menulis :
“Saya berkeyakinan bahwa agama memegang kunci penting untuk memahami apa yang dinamakan misteri eksistensi”
Manusia – semesta – Tuhan menjadi masalah yang krusial dalam perkembangan pemikiran manusia.
Agama (Ing : Religion) menurut Oxford Dictionary
adalah: “Belief in superhuman controlling power especially in a personal
God or gods entitled to obedience and worship”.
(Keyakinan pada kekuatan besar yaitu Tuhan Yang Maha Esa atau dewa-dewa yang di patuhi dan disembah).
Namun keyakinan atau agama ini dalam
perkembangannya banyak mengalami tantangan, gugatan dari kaum Marxis,
Freudis, Atheis. Mereka tidak mempercayai eksistensi Tuhan sebagai
pencipta alam semesta ini, dengan alasan bahwa keberadaan Tuhan tidak
dapat dirasakan oleh indera mereka. Padahal mereka yang berkata hanya
mempercayai, meyakini apa-apa yang ditangkap oleh indera mereka tidak
dapat mengingkari realitas di kehidupan mereka sendiri, mereka mengakui
adanya hukum gravitasi, mereka meyakini keberadaan rasio (akal pikiran)
meski mereka tak mampu melihat wujudnya.
Orang-orang beriman berkeyakinan bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan, kaum atheis berpendapat bahwa alam semesta
tercipta dengan begitu saja, dengan sendirinya, secara kebetulan
(koinsidens).
Koinsidens, dalam batas-batas tertentu dapat kita
pahami bisa saja terjadi, satu-dua kali mungkin saja terjadi. Namun
ketika suatu permasalahan semakin besar dan kompleks asumsi koinsidens
menjadi sesuatu yang tak rasional. Alam semesta dengan segala hukum,
aturan dan kompleksitasnya yang sangat sempurna menurut manusia yang
berpikiran sehat adalah mustahil untuk tercipta secara kebetulan.
Bahkan pada diri manusia itu sendiri dengan sistem
biologis yang rumit, kompleks namun tertata sempurna adalah bukti adanya
campur tangan Sang Maha Pencipta.
Bagaimanapun agama menduduki peranan penting dalam
kehidupan mayoritas manusia di dunia, hampir secara keseluruhan manusia
di dunia berkeyakinan akan adanya kekuatan yang Maha Besar, Maha Cerdas
yang menciptakan dan mengatur alam semesta dan diri manusia itu sendiri.
KONSEP AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Terdapat berbagai ragam corak agama di dunia;
Monoteisme (keyakinan pada satu Tuhan), Politeisme (keyakinan pada
banyak tuhan), Panteisme (keyakinan segala sesuatu adalah tuhan). Namun
pada level tertinggi keyakinan pada tuhan adalah merujuk pada satu
Tuhan, Yang Maha Esa, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dr.Zakir Naik melalui studi dan penelitiannya
mengelompokan agama-agama di dunia secara garis besar menjadi 2 kelompok
yakni Agama Semitik (bangsa-bangsa keturunan Shem, putra Nabi Nuh yaitu
Yahudi, Arab, Assiria, Phoenisia dsb) dan Agama Non-semitik.[1]
Agama Non-semitik sendiri terbagi menjadi dua
kategori yaitu Arya (bangsa Indo-Eropa yang menyebar ke wilayaj Iran
hingga India Utara sekitar 2000 – 1500 SM) dan Non-Arya.
Agama Semitik terdiri dari Yahudi/Judaisme, Kristen
dan Islam. Sementara Agama Arya adalah Hindu, Jainisme, Zoroaster,
Buddha dan Sikh. Dan Non-Arya adalah agama (keyakinan) yang tersebar di
Wilayah Cina dan Jepang yaitu Konfusiusme, Taoisme dan Shintoisme.
Untuk dapat memahami konsep keyakinan suatu agama
tidak bisa diteliti hanya dari sikap dan perilaku pengikutnya, namun
yang paling valid adalah dengan meneliti dan merujuk pada kitab-kitab
suci yang dipedomaninya. Berikut adalah paparannya mengenai konsep
ketuhanan pada agama-agama dengan jumlah pemeluk yang sangat besar di
dunia.
AGAMA HINDU
Konsep Umum
Agama paling popular diantara agama Arya adalah
Hindu. Sebetulnya kata ‘Hindu’ adalah kata dari bahasa Persia yang
digunakan orang Eropa untuk merujuk pada penduduk yang bermukim di
sekitar lembah Indus. Kepercayaannya sendiri sebetulnya disebut
‘Brahmanisme atau ‘Vedantaisme’.
Konsep ketuhanan yang umum dalam agama Hindu adalah
panteisme. Setiap wujud adalah berasal dari Pramatma (Maha Atma, Roh
Suci, Tuhan), segala sesuatu adalah wujud tuhan. Banyak penganut Hindu
mempercayai banyak tuhan (atau disebut dewa) yang berkuasa dan meliputi
segala sesuatu. Ada yang meyakini tiga dewa, yang lain pada 33 dewa dan
bahkan yang lainnya 330 juta dewa. Namun diantara dewa-dewa tersebut
yang dianggap paling berkuasa adalah tiga dewa yaitu Brahma, Vishnu dan
Syiva. Dalam pemujaannya sering dewa-dewa tersebut dipersonifikasikan
dalam bentuk patung-patung yang di puja. Umat Hindu umumnya juga
berkeyakinan segala sesuatu adalah tuhan dan menjadi obyek pemujaan;
matahari, bulan, pohon, sapi, kera dan sebagainya.
Setiap manusia akan mengalami kematian. Konsep
Hindu berkaitan dengan hal ini adalah Atma (roh) manusia berasal dari
Pramatma Manusia setelah kematiannya maka atmanya akan kembali ke alam
kehidupan (dilahirkan kembali) sesuai karmanya (perbuatannya selama
hidup), dapat hidup kembali dengan derajat kasta yang lebih tinggi bila
karmanya baik dan hidup kembali dengan derajat yang lebih buruk bila
karmanya buruk, bahkan dilahirkan kembali dalam bentuk hewan jika
karmanya sangat buruk, proses inkarnasi ini dinamakan Samsara. Jika
manusia sebelum kematiannya mampu mencapai tingkatan sempurna maka ia
tidak akan dilahirkan kembali atau disebut Moksha, atmanya kembali pada
Tuhannya (Pramatma).
Pesan Monoteisme
Sebetulnya jika dikaji dalam kitab suci agama Hindu
terdapat juga pesan monoteisme yang justru sangat berseberangan dengan
konsep panteisme.
Upanishads :
Upanishads merupakan salah satu kitab suci agama Hindu di sebutkan:
i) “Ekam Evaditiyam”
“Dialah yang Maha Esa tak ada yang lain”
[Chandogya Upanishad 6:2:1]
ii) “Na casya kasuj janita na cadhipah”
“Dialah yang tidak memiliki ibu bapak dan tidak memiliki tuan”
[Svetasvatara Upanisads 6:9]
iii) “Na tasya pratima asti”
“Tidak ada yang serupa denganNya”
[Svetasvatara Upanishads 4:19]
iv) Ayat tersebut dibawah ini dari Upanishads mengenai ketidakmampuan manusia untuk menggambarkan Tuhan dalam bentuk apapun:
“Na samdrse tisthati rupam asya, na caksusa pasyati kas canaiam. Hrda hrdistham manasa ya enam, evam vidur amrtas te bhavanti”
“Dia tak dapat dilihat dan tidak ada seorangpun yang bisa menyaksikanNya dengan kedua matanya”
[Svetasvatara Upanishads 4:20]
Veda
Veda dianggap sebagai kitab yang paling suci bagi
umat Hindu, terdiri dari 4 Kitab yaitu Rigved, Yajurved, Samved dan
Atharvaved.
1. Yajurved
i) “Na tasya pratima asti”
“Tidak ada yang serupa denganNya”
[Yajurved 32:3]
ii) “Tuhan tidak memiliki rupa dan halus”
[Yajurved 40:8]
iii) Juga disebutkan dalam Yajurved sebagai berikut:
“Andhatama pravishanti ye asambhuti mupaste”
“tersesat di kegelapan bagi siapapun yang menyembah
unsur alam –misalnya udara, air, api dsb- dan makin tersesat di
kegelapan bagi siapapun yang menyembah sambhuti- sambhuti: sesuatu yang
dibuat atau diciptakan misalnya patung, azimat, manusia dsb.”
[Yajurved 40 : 9]
2. Atharvaved
i) “Dev maha osi”
“Tuhan Maha Besar”
[Atharvaved 20:58:3]
3. Rigved
i) “Orang-orang bijaksana menyeru pada satu Tuhan dengan menyebut nama-namanya yang banyak”
[Rigved 164:46]
ii) Rigved menyematkan tidak kurang dari 33 nama
bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, diantara nama yang dicantumkan dalam Rigved
adalah ‘Brahma’ atau ‘Sang Pencipta’. Nama indah lainnya yang
dicantumkan dalam Rigved adalah ‘Vishnu’ atau ‘Sang Pemelihara’.
iii) “Ma chidanyadvi shansata”
“Jangan menyembah apapun juga, kecuali padaNya saja”
[Rigved 8:1:1]
iv) “Ya ekt it mustihi”
“Segala puji baginya, Yang Esa tak ada bandinganNya”
[Rigved 6:45:16]
Dalam Brahma Sutra Hindu Vedanta:
“Ekam Brahm, dvitiya naste neh na naste kinchan”
‘Hanya ada satu Tuhan, tak ada yang kedua, tak ada, tak akan pernah ada dalam bentuk sekecil apapun”
Konsep inkarnasi dalam kepercayaan agama Hindu sebetulnya sama sekali tidak ditemukan dalam kitab sucinya[2]
. Dalam Rigved disebutkan istilah ‘Purnajanam’, ‘Purna’ berarti
‘setelah’ atau ‘berikutnya’ sedangkan ‘Janam’ artinya ‘kehidupan’, Jadi
Purnajanam artinya ‘kehidupan berikutnya’. Dalam Rigved 10:16:4-5
dIsebutkan bahwa setelah kematiannya manusia akan memasuki ‘Talas’
dimana terdapat ganjaran berupa ‘Svarga’ (tempat yang baik dan indah)
bagi yang melakukan kebajikan dan ‘Nark’(api, tempat yang buruk) bagi
pelaku kejahatan.
AGAMA BUDDHA
Konsep umum kepercayaan atau keyakinan terhadap
Tuhan dalam agama Buddha yang berkembang saat ini tidak digambarkan
secara jelas. Mereka menolak berkomentar berkaitan dengan eksistensi
Tuhan ini (agnostic), ajarannya lebih bersifat ethical system dibanding
agama.
Penganut kepercayaan ini berpendapat bahwa
keyakinan terhadap Tuhan merupakan evolusi imajinasi manusia yang
awalnya lahir dari rasa ketakutan dan kekaguman terhadap kekuatan dan
fenomena alam sekitarnya. Mereka tak mempercayai adanya faktor eksternal
yang menciptakan dan mengatur manusia juga alam semesta[3]
.
Namun pada gilirannya bentuk pemujaan umat Buddha menjadi termanifestasi pada pribadi Buddha itu sendiri.
Seperti juga penganut Hindu umat Buddha juga
memiliki keyakinan yang sama berkaitan dengan konsep kehidupan setelah
kematian. Manusia mengalami inkarnasi sesuai dengan Dhamma nya dan
manusia dapat terlepas dari proses lahir-mati-lahir kembali ini dengan
terhentinya penderitaan (Dukkha) karena padamnya hasrat, keinginan
(Tanha) dan kemudian mencapai Nibbana, kebahagiaan di sorga.
AGAMA ZOROASTER (ZOROASTERISME)
Zoroasterisme termasuk agama Arya non vedic yang
dibawa oleh Zoroaster (Zarathustra) kepada bangsa Persia sehingga sering
pula disebut Parsiaisme atau Majusi. Agama ini agama kuno orang Persia
dan telah berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu, dengan bentuk
penyembahan kepada api. Kitab suci mereka adalah Dasatir yang terdiri
dari 2 bagian yaitu Khurda Avesta dan Zendht Avesta. Dalam kepercayaan
mereka Tuhan disebut Ahura Mazda (Tuhan Yang Bijaksana) dengan konsepsi
Tuhan Yang Satu, tidak berawal dan tidak berakhir, tidak beranak dan
tidak diperanakan dan tidak dapat digambarkan atau diserupakan dengan
apapun (no image & beyond imagination).
Konsep monoteisme dalam Zoroasterisme dapat ditemukan dalam kitabnya Dasatir sebagai berikut :
i) Dia adalah Esa
ii) Tak ada sesuatupun yang mirip dengan Nya
iii) Dia tanpa asal atau akhir, tanpa sekutu,
musuh, prototip, kawan, ayah, ibu, isteri, putera, tempat tinggal,
jasad, atau bentuk, dan tanpa warna serta indera.
iv) Tiada mata bisa melihatNya ataupun tenaga fikiran bisa menangkap-Nya.
AGAMA YAHUDI (JUDAISME)
Judaisme adalah agama yang dianut oleh bangsa
Yahudi, yang merupakan pengikut Nabi Musa (Moseh). Keyakinan Yahudi ini
bersifat monoteisme namun sangat eksklusif, mereka beranggapan agamanya
hanya untuk keturunan Yahudi saja, sebab mereka berkeyakinan bangsanya
adalah bangsa pilihan Tuhan, yang memiliki kelebihan dibandingkan bangsa
lain di dunia.
i) Konsep ketuhanan Judaisme adalah apa yang disampaikan oleh
Musa dalam Bible Perjanjian Lama sebagai berikut:
“Shama Israelu Adonai Ila Hayno Adna Ikhad”
“Dengarlah hai Israel, Tuhan kita adalah Tuhan Yang Esa”
[Bible, Deuteronomium/Ulangan 6:4]
ii) Dalam Kitab Isaiah/Yesaya disebutkan:
“Aku, hanya Aku Tuhanmu, selain Aku tak ada juru selamat”
[Bible, Isaiah/Yesaya 43:11]
iii) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Tak ada Tuhan selain Aku”
[Bible, Isaiah/Yesaya 45:5]
iv) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Aku Tuhan, tak ada yang seperti Aku”
[Bible, Isaiah/Yesaya 46:9]
v) Judaisme tak mengijinkan penyembahan berhala
“Jangan ada padamu tuhan lain di hadapanKu. Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah
bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya. Sebab
Aku Tuhan, Allah mu adalah Allah yang cemburu”
[Bible, Exodus/Keluaran 20:3-5].
Namun demikian Bible –kitab yang digunakan Judaisme
maupun Kristen- berlimpah dengan penggambaran dan pensifatan Tuhan
dengan sifat seperti manusia, deskripsi terhadap Tuhan yang tidak
sempurna.
“Dan Tuhan turun untuk melihat kota dan menara yang dibuat anak manusia”
[Bible, Genesis/Kejadian 11:5]
“Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman dari mabuk anggur” [Bible, Psalm/Mazmur 78:65]
“Ketika dilihat Tuhan bahwa kejahatan manusia besar
di muka bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Dia telah
menjadikan manusia di bumi. Dan hal itu memilukan hatiNya”
[Bible, Genesis/Kejadian 6:5-6]
AGAMA KRISTEN
Kristen termasuk dalam kategori agama semit,
Kristen merujuk pada keyakinan yang menurut pemeluknya disampaikan oleh
Yesus Kristus (Isa Al Masih).
Konsep Umum Ketuhanan
Dalam keyakinan umat Kristen terdapat apa yang
disebut dengan konsep Trinitas (Trinity). Diyakini bahwa hanya ada satu
Tuhan tetapi dalam satu hakekat Tuhan tersebut terdapat tiga pribadi
yaitu Tuhan Bapa, tuhan Anak yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus. Tiga
pribadi tersebut adalah sepadan dan sama kekal namun berbeda dalam
pribadi.
Keyakinan seperti ini menjadi sangat ambigu, umat
Kristen tak bisa menempatkan konsep ketuhanannya ke dalam golongan
monoteisme atau politeisme. Sebab monoteisme menganggap bahwa Tuhan itu
hanya terdiri dari satu oknum saja, satu pribadi saja. Namun umat
Kristen pun menolak dengan tegas bila dikatakan bahwa konsep
ketuhanannya bersifat politeisme. Tidak ada penekanan dalam ‘keesaan’
atau ‘ketigaan’ tuhan, sebab penekanan terhadap ‘keesaan’ akan
menghilangkan konsep ‘ketigaan’ dan sebaliknya penekanan pada ‘ketigaan’
akan menghilangkan ‘keesaan’ itu sendiri. Menurut mereka konsep
Trinitas bukanlah konsep tentang ‘Tiga Tuhan’ melainkan konsep tentang
Satu Tuhan.
Yesus Kristus dalam Keyakinan Islam
Islam adalah satu-satunya kepercayaan Non-Kristen
yang juga meyakini dan membenarkan Yesus Kristus (Isa Al Masih). Sebelum
lebih jauh masuk ke dalam pembahasan mengenai konsep ketuhanan yang
disampaikan oleh Yesus, berikut dijelaskan posisi Yesus dalam keyakinan
umat Islam (Muslim):
i) Islam adalah satu-satunya keyakinan non-Kristen
yang meyakini kebenaran Yesus, tak seorangpun muslim bisa dikatakan
muslim jika ia tak mempercayai Yesus.
ii) Muslim percaya bahwa ia adalah salah satu Rasul utusan Tuhan, Utusan Allah SWT.
iii) Muslim meyakini kelahiran ajaibnya dari Maria (Maryam) yang tanpa melalui intervensi biologis seorangpun pria.
iv) Muslim meyakini mukjizat yang dimilikinya yang
mampu mengobati orang buta , lepra dan menghidupkan kembali orang yang
telah mati dengan seijin Allah.
Baik Muslim maupun Kristen memiliki kecintaan dan
respek yang sama terhadap Yesus Kristus. Namun terdapat pandangan yang
sangat berseberangan berkaitan dengan kedudukan Yesus dalam keyakinan
kedua pemeluk agama tersebut. Muslim menempatkan Yesus pada kedudukan
yang tinggi sebagai Rasul Allah, utusan Allah dan bukan sebagai Tuhan..
Dan sebetulnya dalam Bible, kitab suci umat Kristen itu sendiri tak
ditemukan sama sekali klaim Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan, Yesus tak
pernah sekalipun menyatakan “Aku lah tuhan” atau menyatakan “sembahlah
aku”. Apa yang disampaikan Yesus sendiri sungguh berseberangan dengan
keyakinan umum umat Kristen saat ini, pesan tegas monoteisme adalah apa
yang disampaikan Yesus.
Misi Yesus Sebenarnya
Yesus, tiada lain adalah seorang rasul yang diutus Allah seperti diungkapkannya sebagai berikut:
“Dan inilah hidup yang kekal, bahwa mereka mengenal Tuhan yang sesungguhnya dan Yesus Kristus yang telah diutusNya”
[Bible, John/Yohanes 17:3]
“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku
sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar dan
penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri,
melainkan kehendak Dia yang mengutusku”
[Bible, John/Yohanes 5:30]
Yesus adalah utusan Allah kepada bangsa Israel
(Yahudi) untuk kembali meluruskan dan menyempurnakan ajaran yang
disampaikan Musa dalam Taurat yang kala itu telah banyak diselewengkan
oleh bangsa Yahudi, Yesus diutus hanya kepada bangsa Israel.
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
[Bible, Matthew/Matius 15:24]
“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia
berpesan kepada mereka, ‘Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain
atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel’ “
[Bible, Matthew/Matius 10:5-6]
Musa, juga merupakan utusan Allah kepada bangsa
Israel seribu tiga ratus tahun sebelum Yesus dengan esensi ajaran
pengEsaan, pengabdian dan penyembahan hanya kepada Allah, seperti
ditemui dalam Bible Perjanjian Lama:
i) “Shama Israelu Adonai Ila Hayno Adna Ikhad”
“Dengarlah hai Israel, Tuhan kita adalah Tuhan Yang Esa”
[Bible, Deuteronomium/Ulangan 6:4]
ii) “Aku, hanya Aku Tuhanmu, selain Aku tak ada juru selamat”
[Bible, Isaiah/Yesaya 43:11)
iii) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Tak ada Tuhan selain Aku”
[Bible, Isaiah/Yesaya 45:5]
iv) “Akulah Tuhan, tak ada yang lain. Aku Tuhan, tak ada yang seperti Aku”
[Bible, Isaiah/Yesaya 46:9]
v) “Jangan ada padamu tuhan lain di hadapanKu.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit
di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.
Sebab Aku Tuhan, Allah mu adalah Allah yang cemburu”
[Bible, Exodus/Keluaran 20:3-5]
Seperti Musa, Yesus menyatakan bahwa misinya adalah melanjutkan ajaran Musa, risalah (hukum) Musa, hukum Taurat.
“Jangan kamu menyangka bahwa aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. Karena aku berkata
kepadamu, sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini , satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sebelum
semuanya terjadi”
[Bible, Matthew/Matius 5:17-18]
Jika dalam Taurat Allah hanya memerintahkan manusia
untuk menyembah hanya kepadaNya, maka mustahil kemudian Yesus
memerintahkan agar dirinya disembah, karena itu berarti ia telah
menghapuskan bahkan hukum paling utama dari Taurat yaitu PengEsaan
Allah. Sebagai bukti bahwa Yesus mengajarkan Taurat untuk tidak
menyembah selain Allah dapat ditemukan dalam Bible sebagai berikut:
“Lalu ahli Taurat itu mendengarkan Yesus memberikan
jawaban yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepadanya dan
bertanya:’Hukum apakah yang paling utama?’ Jawab Yesus:’Dengarlah hai
orang Israel, Tuhan kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allah mu dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan segenap kekuatanmu.
Hukum yang kedua kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Tidak
ada hukum yang lain yang lebih utama daripada hukum ini’ Lalu ahli
Taurat itu berkata kepada Yesus:’Tepat sekali guru, bahwa Dia Esa dan
bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia’ “
[Bible, Mark/Markus 12:28-32]
AGAMA ISLAM
Agama Islam tergolong dalam kategori agama semitik.
Islam memiliki arti berserah diri kepada Allah. Muslim menerima Al
Quran sebagai ucapan Allah, perintah Allah yang disampaikan kepada Rasul
Allah Muhammad SAW yang kemudian disampaikan kepada umatnya secara
verbatim. Islam menyatakan bahwa di sepanjang jaman Allah mengutus
rasul-rasulNya guna menyampaikan pesan mengenai keEsaan Allah dan
pengabdian kepadaNya serta tentang ‘Hari kemudian’; kehidupan setelah
kematian dimana segala amal perbuatan selama hidup di dunia akan
diperhitungkan, akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Jadi Islam
bukanlah agama-seperti yang sering disalahtafsirkan- yang didirikan dan
disebarkan oleh Rasulullah Muhammad, diyakini bahwa Islam adalah
keyakinan yang juga disampaikan oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak,
Yakub, Musa, Daud, Yahya, Isa (Yesus)dan nabi serta rasul-rasul lainnya.
Konsep Ketuhanan
Konsep ketuhanan dalam Islam tercantum dalam Al Quran Surah Al Ikhlas sebagai berikut:
i) ”Qul huwallahu ahad”
“Katakanlah : Allah itu Esa”
ii) “Allahu Shomad”
“Allah tempat bergantung segala sesuatu”
iii) “Lam yalid wa lam yuulad”
“Dia tidak beranak dan diperanakan”
iv) “Walam yakullahu kufuwan ahad”
“Dan tak ada sesuatupun yang setara denganNya”
[Al Quran, Al Ikhlas:1-4]
(Bandingkan dengan konsep monoteisme yang juga ada pada kitab suci agama Hindu Upanishads juga Dasatir kitab suci Zoroasterisme)
Empat ayat Surah Al Ikhlas di atas merupakan
landasan dasar pemahaman mengenai Tuhan dalam Islam, dan 4 ayat tersebut
juga merupakan ‘batu uji’ mengenai konsep ketuhanan. Tak ada seorangpun
atau apapun bisa disebut tuhan jika tak lolos dari 4 kriteria diatas.
Dengan Nama Apa Tuhan Disebut
Muslim menyebut nama Tuhan dengan nama ‘Allah’
seperti tercantum dalam Al Quran. Karena sebutan ‘Allah’ terasa unik dan
murni, tak dapat disandingkan dengan tambahan kata apapun-seperti
‘Tuhan’ (Indo.) misalnya (ketuhanan, menuhankan) atau ‘God’ (Ing.)
(gods, goddess, godfather, tin god)- .
Meskipun demikian dalam Al Quran terdapat nama-nama
indah lainnya yang disebutkan bagi Allah sebanyak 99 Nama-nama Terindah
(Asmaul Husna) antara lain Ar Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar Rahim
(Yang Maha Penyayang), Al Malik (Yang Maha Kuasa), Al Qudus (Yang Maha
Suci) dan sebagainya.
Dalam kitab suci agama Hindu Rigved disebutkan
bahwa Tuhan diberi gelar ‘Brahma’ juga ‘Vishnu’ (dipahami sebagai dua
dewa yang berbeda oleh penganut Hindu). ‘Brahma’ yang artinya Sang
Pencipta dalam bahasa Arab adalah ‘Khalik’ dan ‘Vishnu’ yang artinya
Sang Pemelihara dalam bahasa Arab adalah ‘Rabb’. Jadi muslim pada
prinsipnya tidak berkeberatan jika pada Allah disematkan gelar ‘Brahma’
ataupun ‘Vishnu’. Namun jika kemudian Brahma digambarkan sebagai dewa
dengan 4 kepala bermahkota yang memiliki 4 tangan, ataupun Vishnu
digambarkan sebagai dewa dengan 4 tangan dengan salah satu tangannya
memegang senjata Chakra dan tangan lainnya memegang kerang dan
digambarkan menunggang burung Garuda, kaum muslim tak sependapat dengan
hal tersebut. Sebab Allah, Tuhan tak dapat diserupakan dengan apapun
seperti disebutkan dalam Al Quran Surah As Syura :11 “Laisa kamistlihi
syaiun” (“tak ada sesuatupun yang dapat diserupakan denganNya”] Dan
bukankah hal itu juga bertentangan dengan keterangan yang terdapat dalam
kitab suci agama Hindu itu sendiri Yajurved 32:3; “Na tasya pratima
asti” (“Tak ada yang serupa denganNya’], “Tuhan tak memiliki rupa dan
halus” [Yajurved 40:8].
Dalam Bible Allah disebut ‘Bapa’ atau ‘Father’
(digunakan untuk mendukung doktrin ‘Tuhan yang memiliki anak’?]. Namun
tak pernah sekalipun Rasulullah Muhammad menggunakan kata tersebut
selama 23 tahun masa kenabiannya. ‘Abb’ yang berarti Bapa dalam bahasa
Arab adalah kata yang lebih mudah diucapkan dibanding ‘Rabb’ ; Sang
Pencipta. Hal tersebut dilakukan untuk memelihara kemurnian Tauhid,
menjauhkan ajaran dari konsep Tuhan yang memiliki anak, konsep yang
hanya berlaku bagi mahluk seperti manusia dan hewan.
“Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu
perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda'wakan
Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang
Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.”
[Al Qur’an, Maryam : 88 –92]
Monoteisme di Level Tertinggi
Penganut paham politeisme berargumentasi bahwa sesuatu hal yang logis saja jika Tuhan berjumlah lebih dari satu, mengapa tidak?
Untuk mempermudah, mari kita sederhanakan konsep
politeisme ini menjadi konsep dualisme, apabila konsep dualisme ini
dapat dibuktikan kebenarannya maka politeisme dapat dibenarkan secara
keseluruhan dan sebaliknya bila tidak terbukti keyakinan politeisme ini
batal dan Tauhid (monoteisme) adalah satu-satunya konsep yang dapat
dibenarkan. Asumsikan terdapat 2 tuhan yang memiliki kehendak yang
berbeda terhadap seorang manusia bernama si A. Tuhan pertama menghendaki
si A berdiri sedangkan tuhan kedua menghendakinya duduk. Adalah
mustahil untuk mewujudkan 2 keinginan tersebut secara bersamaan. Pada
akhirnya kehendak salah satu Tuhan saja yang dapat terwujud dengan kata
lain tuhan yang lainnya tidak cukup mumpuni dari segi kehendak,
kekuasaan dan ilmu, hingga tak layak disebut tuhan, gugurlah dirinya
sebagai tuhan dan akhirnya hanya tersisa Satu Tuhan saja.
Jika dalam Agama Hindu diyakini bahwa setiap wujud
adalah tuhan, dalam Islam setiap wujud adalah milik atau kepunyaan Tuhan
(For Hindus everything is God, Gods but for Muslims everything is
God’s)
Dan memang jika saja ada lebih dari satu Tuhan maka
akan terjadi kebingungan, kekacauan, chaos di alam semesta ini. Namun
nyatanya alam semesta sungguh berada dalam keadaan seimbang dalam
keadaan harmoni sempurna. Al Quran menyatakan:
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan
selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah
yang mempunyai Arsy yang tinggi dari apa yang mereka sifatkan”
[Al Quran, Al Anbiyaa : 22]
Jika ada lebih dari satu Tuhan, mereka akan membawa mahluk ciptaannya masing-masing:
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan
sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya. Masing-masing tuhan
itu akan membawa mahluk yang diciptakannya, dan sebagian dari
tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka sifatkan”
[Al Quran, Al Mukminun :91]
Monoteisme Adalah Fitrah
Dan memang keyakinan pada Satu Tuhan adalah
keyakinan natural, keyakinan fitrah pada tiap diri manusia, Tuhan itu
Esa. Satu-satunya konsep yang dibawa sejak ia lahir ke dunia. Ahmed
Deedat mengemukakan bahwa pada masyarakat terasing Zulu di Afrika yang
tak mengenal konsep agama apapun yang umum dikenal, jika pada mereka
ditanyakan konsep tentang Tuhan, jawab mereka adalah : “ HAWU UMNIMZANI!
UYENA, UMOYA OINGCWELE. AKAZALI YENA, FUTHI AKAZALWANGA; FUTHI, AKUKHO
LUTMO OLU FANA NAYE."
Arti dari kalimat tersebut : “Oh tuan, Dia adalah
roh yang halus dan suci, Dia tidak beranak dan diperanakan dan tak ada
yang serupa denganNya.” Bandingkan hal ini dengan konsep dalam Islam
pada Al Quran Surah Al Ikhlas ![4]
Jadi selain bahwa keyakinan akan adanya Satu Tuhan
adalah satu-satunya konsep ketuhanan yang logis, hal tersebut adalah
juga fitrah bagi manusia. Agama-agama di dunia pada level tertinggi
hanya mengakui satu Tuhan saja, Tuhan yang sama. Seluruh kitab suci
sebetulnya hanya berbicara tentang monoteisme. Namun seiring dengan
berlalunya waktu, berlalunya jaman, kitab-kitab suci tersebut mengalami
perubahan-perubahan, penggerusan oleh orang-orang yang mengambil
keuntungan dari hal itu. Keyakinan banyak agama telah berubah dari
monoteisme menjadi politeisme atau panteisme.
Al Quran menyatakan:
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang menulis al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya:’ini dari Allah’ (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah
bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri. Dan
kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari apa yang mereka kerjakan”
[Al Quran, Al Baqarah :79]
Pada prinsipnya keyakinan akan keberadaan Tuhan
secara alamiah pada dasarnya adalah merujuk pada Satu Tuhan
(monoteisme), Tuhan adalah Esa, Satu Tuhan bagi seluruh umat manusia.
Karena Tuhan itu satu maka satu pula agama yang diturunkanNya.
Keanekaragaman agama adalah hasil distorsi manusia. Seluruh utusan,
seluruh rasul dan nabi hanya menyampaikan satu agama, penyelewenganlah
yang membuat satu agama dari satu sumber itu menjadi beraneka ragam[5]
.
“Katakanlah: ’ Hai ahli kitab, marilah berpegang
teguh pada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka
berpaling katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah
orang-orang muslim (berserah diri kepada Allah)’ “
[Al Quran, Ali Imran :64]
TAUHID, KONSEP MONOTEISME DALAM ISLAM
Konsep ketuhanan dalam Islam dinamakan Tauhid.
Tauhid bukan hanya bermakna monoteisme, Tauhid bersal dari kata dalam
bahasa Arab ‘Wahhada’ yang artinya ‘keesaan’ atau ‘kesatuan’.
Tauhid terdiri dari 3 bagian atau kategori
(i) Tauhid Rububiyah
(ii) Tauhid Al Asmaa Wa sifat
(iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)
(i) Tauhid Rububiyah
Bagian pertama dari tauhid adalah Tauhid Rububiyah
yang berasal dari kata ‘Rabb’ artinya ‘Pemelihara’, ‘Pemilik’. Secara
istilah Tauhid Rububiyah berarti keyakinan bahwa hanya Allah lah
satu-satunya Yang Menciptakan, Yang Memiliki dan Yang Memelihara segala
sesuatu. Dia lah Pencipta, Pemilik dan Pemelihara alam semesta ini.
(ii) Tauhid Al Asmaa Wa Sifat
Bagian kedua yaitu Tauhid Al Asmaa Wa Sifat adalah
keyakinan yang benar akan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Bagian ke-2
dari Tauhid ini terdiri dari 5 aspek yaitu:
(1) Deskripsi Nama dan Sifat Allah adalah merujuk
pada keterangan-keterangan yang disampaikan oleh Allah melalui
utusanNya, RasulNya. Tanpa membuat deskripsi selain dari apa yang telah
disebutkankan.
(2) Deskripsi tentang Nama dan Sifat Allah adalah
harus merujuk pada apa-apa yang telah Dia tetapkan. Tidak diperkenankan
mendeskripsikan Allah dengan nama dan sifat baru yang tak pernah
digunakan oleh Allah sendiri ataupun rasulNya
(3) Tak memberikan sifat-sifat mahluk ciptaanNya
untuk menjelaskan sifat-sifat Allah. Dalam Bible Allah digambarkan
memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia yang memiliki kelemahan dan
kekurangan, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip tauhid,
(4) Manusia tidak diijinkan menggunakan atribut
atau sifat yang hanya pantas disematkan pada Allah, misalnya manusia
Abadi, manusia Maha Tahu.
(5) Nama-nama Allah tak boleh diberikan pada mahluk
ciptaanNya. Nama-nama seperti Rahman, Rahim adalah nama yang masih
diijinkan digunakan oleh manusia, Tapi Ar Rahman (Yang maha Pengasih) ,
Ar Rahim (Yang Maha Penyayang hanya digunakan untuk Allah dan hanya
boleh digunakan bila didahului kata ‘Abd’ artinya ‘Hamba’ seperti
Abdurahman, Abdurahim dsb.
iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)
Kata Uluhiyah bersumber dari kata ‘ilah’ artinya
sesuatu yang disembah dan ditaati. Jadi Tauhid Uluhiyah secara istilah
berarti ‘mengEsakan Allah dalam ibadah dan ketaatan’, artinya ketaatan
seorang muslim dan segala ibadahnya harus ditujukan, diarahkan kepada
Allah semata. Implikasi lainnya adalah bahwa seorang muslim hanya
beribadah dengan cara yang telah Allah tetapkan dalam Al Quran dan
sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, sebagai Rasul
terakhir.
Ibadah berasal dari kata ‘abd’ yang berarti
‘hamba’, jadi ibadah adalah ketaatan penghambaan, ketaatan penyembahan.
Landasan praktis ibadah dalam Islam secara keseluruhan tertuang dalam
Rukun Islam yaitu:
1. Syahadat, kesaksian akan keEsan Allah dan
pengakuan kebenaran Rasulullah Muhammad SAW. sebagai utusan Allah
terakhir yang menyampaikan kebenaran.
2. Sholat, merupakan bentuk tertinggi ibadah, dasar ibadah suatu bentuk penyembahan berupa doa dan dzikir mengingat Allah
3. Zakat, berkaitan dengan pengelolaan harta-yang
pada hakikatnya merupakan milik Allah-untuk digunakan untuk kepentingan
agama Allah, disedekahkan pada orang tak berpunya.
4. Shaum/Puasa, berkaitan dengan pengendalian diri,
menahan lapar dan haus juga menahan nafsu dan dorongan-dorongan yang
dilarang
5. Haji, bentuk pengorbanan baik tenaga maupun harta untuk menjalankan perintah Allah di tanah Suci Mekkah.
Syahadat merupakan roh dari setiap ibadah dalam
Islam, sementara Sholat, Zakat, Shaum dan Haji merupakan implementasi
dari kepatuhan dan ketaatan itu sendiri (ibadah). Namun demikian
pengertian ibadah adalah lebih luas dari keempat implementasi tadi.
Setiap perbuatan baik yang didasari ketaatan kepada Allah dapat pula
dimaknai sebagai ibadah.
Ketiga bagian atau kategori Tauhid diatas (Tauhid
Rububiyah, Asmaa Wa Sifat dan Uluhiyah/Ibadah) adalah satu kesatuan yang
tidak terpisahkan, kepercayaan hanya pada kategori pertama dan kedua
tidaklah berguna tanpa mengimplementasikan kategori ketiga,
Uluhiyah/Ibadah.
Syirik
Penyimpangan dari Tauhid disebut ‘Syirik’. Syirik
artinya adalah keyakinan dan perbuatan mempersekutukan Allah, mengambil
pelindung, mengambil tuhan lain selain Allah, menganggap ada tuhan lain
selain Allah.
Syirik adalah dosa terbesar yang tak akan pernah diampuni Allah. Al Quran menyebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu
bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya”
[Al Quran, An Nisa:46]
Syirik adalah perbuatan dosa yang mengantarkan pada siksa api neraka atau Narr:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: ’Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam’, padahal Al
Masih sendiri berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. Dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorangpun
penolong”
[Al Quran, Al Maidah :72]
Penyembahan dan ketaatan hanya layak bagi Allah semata:
“Katakanlah: ’ Hai ahli kitab, marilah berpegang
teguh pada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah’. Jika mereka
berpaling katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah
orang-orang muslim (berserah diri kepada Allah)’ “
[Al Quran, Ali Imran :64]
AGAMA YANG SEBENARNYA
Di Setiap Umat Telah Datang Seorang Pemberi Peringatan
Agama yang diturunkan oleh Allah hanyalah satu,
agama yang hanya mengajarkan penyembahan dan penghambaan hanya pada
Allah semata, agama Tauhid. Seluruh utusan yang Allah kirim yaitu para
nabi hanya menyampaikan itu, itulah Islam.
Terdapat 25 orang nabi dan rasul yang diutus Allah
untuk manusia berdasarkan Al Quran yang umum diketahui kaum muslimin,
namun demikian Rasulullah Muhammad sendiri menyatakan sebetulnya telah
diutus 124.000 nabi bagi umat manusia, mewahyukan Tauhid. Allah
berfirman dalam Al Quran;
“Dan tidak ada satu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”
[Al Quran; Fathir:24]
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thagut[6]
itu”
[Alquran; An Nahl:36]
Seperti telah dipaparkan sebelumnya di setiap agama
di level tertinggi hanya mengajarkan penyembahan hanya pada Satu Tuhan,
dialah Allah. Pada agama-agama yang ada saat ini justru jauh dari
ajaran tauhid hal tersebut bagaikan mutiara yang tertutup noda dan
lumpur dogma, ajaran dan ritus yang dipenuhi syirik hasil distorsi
buatan manusia. Ibnu Abbas menyatakan bahwa iblis membuat orang-orang
Persia/Majusi menjadi para penyembah api setelah Nabi Zarathustra
meninggalkan mereka, Maulana Vidyarthi mengemukakan: “Tentang paganisme,
adalah nasib alamiah agama-agama sebelum Islam, seperti Hindu, Buddha,
Zoroaster,Judaisme dan Kristen untuk berubah dalam bentuk pemujaan pada
nabi-nabinya (dalam bentuk berhala) dengan melupakan Tuhan yang
disampaikan nabi-nabi tersebut”.[7]
Weda mengecam penyembahan pada Sambuthi , Buddha tak mengajarkan
penyembahan padanya maupun patungnya, Zaratustra tak memerintahan
penyembahan pada api, Yesus mengajarkan pada orang-orang Israel untuk
hanya menyembah Allah saja dan tidak dirinya, lantas kemudian apa yang
terjadi?
Muhammad Rahmat Bagi Semesta Alam
Ajaran agama-agama telah berubah dan terdistorsi,
dan Allah kembali memurnikannya dengan mengutus Rasulullah Muhammad bagi
seluruh umat manusia. Nabi-nabi diutus Allah untuk memberi peringatan
hanya pada umat tertentu saja, umat dari kalangannya saja, maka Muhammad
adalah pemersatu para nabi itu, menghadirkan Tauhid secara universal.
Beliau menyampaikan peringatan kepada seluruh umat manusia,
mengembalikan agama pada ajaran sebenarnya dan sekaligus menutup
sempurna ajaran itu. Rahmat Allah adalah bagi segala umat, seluruh
manusia dengan bimbingan dan tuntunan yang diwahyukan Allah pada beliau,
maka klaim Yahudi yang tidak adil yang menyatakan bahwa Rahmat Allah
hanya bagi mereka terbantahkan sudah. Allah menyatakan dalam Al Quran;
“Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam." [Al Quran;Al-Anbiyaa': 107]
"Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Al Quran; Saba: 28]
“Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
[QS Al-Ahzaab: 40]
“Katakanlah (hai Muhammad): Hai manusia! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua.” [Al Quran; Al-A’raaf: 158]
Hadist juga menyatakan;
"Dahulu Nabi diutus khusus kepada kaumnya sedangkan aku (Muhammad) diutus untuk seluruh manusia.”
(Hadist Shahih Diriwayatkan Bukhari 1/ 86, dan Muslim II/ 63, 64)
Maka jelaslah bahwa Islam adalah agama yang
diajarkan para utusan Allah bagi tiap-tiap umat yang kemudian
disempurnakan oleh Khataman Nabiyyin penutup para nabi yaitu Muhammad
SAW bagi setiap umat manusia. Mengajarkan PengEsaan Tuhan yakni Allah
SWT dan menuntun manusia untuk menyembah dan mengabdi padaNya,
menyelamatkan manusia dari syirik, dosa yang sangat dibenci dan tak
diampuni Allah.
Rasulullah membenci syirik, menyeru umat manusia
pada keselamatan dalam Islam dengan meninggalkan syirik, ia mengirimkan
surat pada Kaisar Romawi Heraclius –yang pada saat itu dapat dikatakan
sebagai negara adidaya di dunia bersama Persia- dan Kaisar Abbesinia
Negus, Penguasa Mesir Muqauqis yang Nasrani, kepada Kisra Persia yang
Majusi: “Terimalah Islam dan Anda akan selamat”[8]
Hakikat Rahmatan Lil Alamin adalah menegakkan
keadilan dan kedamaian di dunia serta mengajak manusia meraih
kebahagiaan yang lebih tinggi di akhirat dengan menjauhkan diri dari
syirik.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
[Al Quran;Ali Imran: 19]
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (Muhammad,
tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku
kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan
katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada
orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam?” Jika mereka
masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
[Al Quran; Ali Imran: 20]
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di
langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allah-lah mereka dikembalikan.”
[ Al Quran; Ali Imran: 83]
“Barang siapa yang mencari agama selain Islam maka
sesekali tak akan diterima (agama itu) dari padanya dan di akhirat dia
termasuk orang-orang yang rugi”
[Al Quran; Ali Imran: 85]
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”
[Al Quran, Al Baqarah: 256].
Daftar Isi
KONSEP TUHAN DALAM AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA1
Dr. Zakir Naik 1
KEYAKINAN YANG UNIVERSAL2
KONSEP AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA4
AGAMA HINDU 5
Konsep Umum 5
Pesan Monoteisme 6
Veda 7
1. Yajurved 7
2. Atharvaved 7
3. Rigved 8
Dalam Brahma Sutra Hindu Vedanta:8
AGAMA BUDDHA 10
AGAMA ZOROASTER (ZOROASTERISME)11
AGAMA YAHUDI (JUDAISME)12
AGAMA KRISTEN 14
Konsep Umum Ketuhanan 14
Yesus Kristus dalam Keyakinan Islam 14
Misi Yesus Sebenarnya 16
AGAMA ISLAM 19
Konsep Ketuhanan 19
Dengan Nama Apa Tuhan Disebut20
Monoteisme Adalah Fitrah 23
TAUHID, KONSEP MONOTEISME DALAM ISLAM26
(i) Tauhid Rububiyah 26
(ii) Tauhid Al Asmaa Wa Sifat26
iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)27
Syirik 29
AGAMA YANG SEBENARNYA31
Di Setiap Umat Telah Datang Seorang Pemberi Peringatan31
Muhammad Rahmat Bagi Semesta Alam 32
Catatan:
[1]
“Concept of God in Major Religions”, Dr.Zakir Naik, www.irf.net
[2]
Konsep inkarnasi inipun dapat dengan mudah ditolak secara logika,
katakanlah jika penduduk dunia untuk penyederhanaan adalah berjumlah 100
orang, dengan jumlah yang berkelakuan baik dan mencapai Moksha sebesar
10% lalu yang mengalami perubahan kasta/strata sebesar 60% dan pembuat
kejahatan yang berinkarnasi atau terlahir kembali menjadi hewan sebesar
30%. Bukankah hanya akan tersisa jumlah manusia sebanyak 60 orang saja?
Namun nyatanya populasi penduduk dunia terus menerus mengalami
peningkatan.
[3]
Lihat Sri Dhammananda Mahaterra, “What Buddhist Believe?” (“Keyakinan
Umat Buddha”) Terj. Ida Kurniati, Pustaka Karaniya Jakarta 2002
[4]
Ahmed Deedat, “What Is His Name?” IPCI Publisher, Durban South Africa
[5]
Purwanto Abd. Al Gaffar, “Tuhan Yang Menentramkan Bukan Yang
Menggelisahkan” Studi BandingTauhid dan Trinitas, Serambi Jakarta 2006
[6]
Thagut yaitu apa-apa yang diseru dan disembah selain Allah
[7]
“Muhammad in World Scripture” (“Muhammad dalam Kitab Suci Dunia”);
Maulana Abdul Haque Vidyarthi Edisi 2, 1940 Terj. www.pakdenono.com
[8]
Lihat M. Husain Haekal “Hayat Muhammad” (“Sejarah Hidup Muhammad”)
Terj.Ali Audah; Litera AntarNusa Cetakan ke 25; 2001, hal. 415-432
Tidak ada komentar:
Posting Komentar