Tentang Penulis
Sayyid Mujtaba Musawi Lari lahir pada tahun 1935 di
Lar, ibu kota Iran utara propinsi Laristan. Ayah nya Sayyid Ali Asghar
Musawi dan kakek nya Sayyid Abdul Husein Musawi, termasuk di antara
ulama terkemuka dalam teologi lslam. Sayyid Abdul Husein adalah juga
salah seorang revolusioner besar awal perjuangan Iran untuk
menggulingkan tirani Qajar dan memulai langkah nya demi kebebasan dan
kemakmuran rakyat Iran.
Penulis kita ini belajar di sekolah-sekolah di Lar
dengan mengikuti program pendidikan klasik dan juga menguasai
spesialisasi studi-studi Islam. Dalam usia delapan belas tahun beliau
pindah ke kota suci Qum untuk melanjutkan studi-studi nya di bawah
bimbingan para profesor maupun guru, termasuk para marja’ (maraji').
Kota Qum terkenal dengan kubah emas, makam suci puteri dari Imam Musa
Al-Kadzim, Fatimah Al-Ma'sumah, yang wafat pada tahun 816 sewaktu berada
dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara nya, Imam Ali Ar-Ridha di
Tus. Di kota ini Mujtaba Musawi Lari mengikuti studi-studi teologi lslam
selama sepuluh tahun di mana saat itu beliau telah mencapai kelas
tertinggi.
Sayang sekali air di daerah Lar pada waktu itu
tidak disuling dan memiliki tingkat polusi yang tinggi. sehingga beliau
terjangkit gangguan pencernaan yang serius dan segala usaha pun
dikerahkan untuk mengobati beliau. Pada usia dua puluh sembilan tahun,
atas anjuran para dokter beliau masuk rumah sakit di Jerman. Beliau
menetap lama di negeri itu di bawah perawatan medis untuk menghilangkan
penyakit beliau. Tetapi dengan keteguhan hati beliau bangkit mengatasi
kelemahan dan mengabdikan bakat besar beliau dalam intelektualisme,
patriotisme dan dedikasi. Setelah kembali ke Iran beliau menulis sebuah
buku yang berjudul The Face of Western Civilization. Buku ini memuat
pembahasan komparatif tentang peradaban Barat dan lslam, dan di dalamnya
beliau dengan cara komparatif, dalil dan perbandingan yang tepat,
membuktikan keunggulan peradaban lslam yang luas dan multi dimensional
dibandingkan dengan peradaban Barat. Buku ini telah dicetak sebanyak
tujuh kali. Dalam tahun 1970 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh
seorang Orientalis Inggris, F.G. Goulding dan menarik perhatian di
Eropa. Artikel-artikel mengenai buku ini muncul secara berkala di Barat,
dan BBC pun mengadakan wawancara dengan penerjemah mengenai alasan nya
menerjemahkan buku tersebut. Edisi Inggris nya hingga kini telah dicetak
tiga kali di Inggris, lima kali di Iran dan dua kali di Amerika.
Sekitar tiga tahun setelah publikasi penerjemahan
dalam bahasa Inggris, Rudolf Singler, seorang profesor universitas di
Jerman, menterjemahkan nya ke dalam bahasa Jerman. Salah seorang
pemimpin Partai Sosial Demokratik memberitahu penerjemah dalam surat nya
bahwa buku tersebut telah memberi pengaruh yang mendalam pada dirinya
sehingga menyebabkan nya merubah berbagai pandangan nya tentang lslam
dan ia pun menganjurkan kepada teman-teman nya untuk membaca buku ini.
Terjemahan dalam bahasa Jerman hingga kini telah dicetak sebanyak tiga
kali.
Edisi Inggris dan Jerman dicetak ulang oleh
Departemen Pembinaan lslam untuk disebarluaskan ke luar negeri melalui
Departemen Urusan Luar Negeri dan Asosiasi-asosiasi pelajar lslam di
luar negeri.
Pada saat cetakan pertama berbahasa Jerman
diterbitkan, seorang Ulama Muslim India yang bernama Maulana Raushan Aji
menterjemahkan nya ke dalam bahasa Urdu untuk dibagi-bagikan di India
dan Pakistan. Terjemahan Urdu ini kini telah dicetak sebanyak lima kali.
Sayyid Mujtaba Musawi Lari juga telah menulis
artikel untuk sebuah brosur tentang Tauhid, yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dan dipublikasikan beberapa kali di Amerika.
Beliau adalah juga penyumbang tetap untuk majalah
bulanan yang diterbitkan oleh para pemuka Islam di Qum,
"Maktab-i-Islam", dan juga untuk terbitan-terbitan berkala lainnya yang
berkaitan dengan ajaran-ajaran .Islam. Beliau telah memprakarsai
sejumlah yayasan lembaga umum dan memperoleh kepercayaan yang sangat
besar dari masyarakat sehingga sejumlah besar dana mengalir kepada
beliau untuk mendirikan yayasan-yayasan ini. Itu semua meliputi
sekolah-sekolah, klinik-klinik kesehatan, pusat-pusat pendidikan agama,
dan masjid masjid; kebanyakan dana tersebut berasal dari penduduk asli
Lar. Beliau juga mengorganisir suatu amanah yang bersifat amal bakti
untuk membantu orang-orang kekurangan, sakit, janda dan pelajar-pelajar
miskin. Banyak yang telah terselamatkan melalui usaha-usaha beliau dan
banyak orang yang telah ditolong untuk memajukan kehidupan mereka, dan
melalui orang-orang yang bertanggung jawab dengan bantuan yang diberikan
mereka melalui kepercayaan ini.
Beliau melanjutkan pembahasan nya tentang etika
lslam dengan menulis artikel-artikel baru. Dalam tahun 1974 kumpulan
artikel ini menjadi sebuah buku yang berjudul The Function of Ethics in
Human Development. Buku ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali.
Tahun 1978 beliau berkunjung ke Amerika atas
undangan sebuah organisasi lslam di negeri itu. Kemudian beliau ke
Inggris dan Perancis dan setelah itu kembali ke Iran dengan mulai
menulis serangkaian artikel tentang Ideologi lslam untuk majalah
Soroush. Artikel-artikel ini terkumpul dalam empat jilid berisi akidah
lslam (tauhid, keadilan Ilahi, nubuwah, imamah, dan kebangkitan) dengan
judul The Foundation of Islamic Doctrine.
Keempat jilid buku ini telah diterjemahkan dalam
bahasa Arab, beberapa bagian telah dicetak ulang beberapa kali.
Terjemahan bahasa Inggris dalam jilid pertama nya telah diterjemahkan
dan dipublikasikan. Terjemahan dalam bahasa Urdu, India dan Perancis
telah dikerjakan; dua jilid berbahasa Perancis pun telah terbit.
Dalam tahun 1980 Sayyid Mujtaba Musawi Lari
mendirikan sebuah organisasi di kota suci Qum yang disebut Lembaga untuk
Penyebaran Budaya lslam ke Luar Negeri. Lembaga ini membagi-bagikan
terjemahan karya-karya beliau kepada orang-orang yang berminat di
seluruh dunia. Lembaga ini juga membagi-bagikan AI-Quran kepada kaum
Muslimin, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan di Afrika.
Pendahuluan
Setiap orang di dunia ini berusaha untuk mencapai
'kebahagiaan' dan 'ketenangan'; siang malam mereka berjuang untuk meraih
cita-cita ini di berbagai sudut kehidupan yang tampak seperti medan
perang. Dalam banyak hal, ia rela bertarung dalam arena ini dengan
mengorbankan segalanya, demi menyaksikan merpati kebahagiaan terbang di
atas kepala nya, sehingga ia dapat hidup di bawah bayang-bayang
kehidupan nya.
Adalah menyedihkan melihat banyak individu yang
memiliki berbagai bakat yang dengan hal itu dapat merubah diri mereka
kepada suatu kehidupan bahagia dan memuaskan, harus hidup menderita;
jiwa mereka menjadi permainan rasa gelisah dan khawatir yang disebabkan
oleh berbagai faktor yang berbeda. Akibatnya, individu-individu ini
menjadi korban dari mimpi palsu, bahwa hidup bahagia itu tidak lain
kecuali khayalan semata, dan akhir yang tak terelakkan pun terjadi bagai
jerami yang terhempas oleh gelombang-gelombang penderitaan dan kandas
di dasar kubur kekecewaan dan kesengsaraan.
Rasa sakit dan penderitaan ini tidak lain merupakan
akibat dari memilih bayang-bayang palsu di balik fakta dan kenyataan.
Mereka tidak mengikuti sinar kebenaran, dan tidak mengambil bagian yang
dapat dipercaya dari jalan kehidupan. Sesungguhnya pantulan
baying-bayang yang diserap pikiran manusia ini berada dalam gelombang
kegelisahan, dan cita-cita mereka yang kosong serta harapan mereka yang
tidak realistis, merupakan faktor-faktor yang mengeluarkan manusia dari
cahaya kepada kegelapan dan membuat mereka mengalami penderitaan yang
membingungkan.
Manusia yang adalah makhluk tertinggi, diciptakan
dari dua kekuatan yang berbeda, kekuatan rohani dan kekuatan mekanis.
Selain karakteristik-karakteristik fisik yang terdapat pada hewan ini,
manusia banyak memiliki kebutuhan rohani yang jika dipenuhi, akan
memberi nya suatu kesempatan yang sangat besar dalam pencapaian
kesempurnaan. Setiap salah satu dari dua sisi manusia menjadi lebih kuat
dari yang lain, maka sisi yang satu nya akan melemah, dan karenanya
terkalahkan.
Melihat kenyataan yang ada, adalah penting untuk
dicatat bahwa industri benar-benar telah mengubah ciri-ciri kehidupan.
Kemajuan industri, bersamaan dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan
nya dalam segala aspek kehidupan, telah memberi kejelasan atas berbagai
ketidakpastian yang membingungkan, serta telah memecahkan
persoalan-persoalan sulit yang tak terhitung jumlahnya. Kini, banyak
bagian dari alam semesta, dari kedalaman laut sampai kepada kegelapan
angkasa, telah menjadi wilayah-wilayah perjalanan dan petualangan
manusia. Di lain pihak, berbagai kebutuhan rohani manusia menjadi lemah;
di darat dan di laut pun timbul kerusakan akibat berbagai kejahatan
yang dilakukan manusia di segala sudut kehidupan. Jumlah malapetaka dan
kejahatan yang tidak manusiawi telah mencapai tingkat yang tidak dapat
dipercaya. Faktor-faktor keselamatan telah menjadi lemah di hadapan
gejala kerusakan dan kehancuran sosial, dan sisa-sisa kehidupan
spiritual sedang terbakar di tengah-tengah api nafsu, kejalangan, dan
kekotoran.
Hari ini secara jelas kita lihat, bahwa berbagai
keuntungan materi merupakan prioritas utama di atas kebajikan. Manusia
telah melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan
eksperimental, dan telah menolak manfaat-manfaat baik yang diharapkan
dan dibutuhkan untuk melindungi jiwa manusia dari kehancuran di bawah
kaki kejahatan nafsu dan berbagai keinginan yang tidak terkendali.
Bahkan emosi-emosi manusia sedang berjuang antara hidup dan mati.
Dusta, kikir, kemunafikan, penindasan,
individualitas dan berbagai sifat rendah lainnya, menyerupai sebuah
bendungan raksasa yang menghadang sungai kecil kebahagiaan dan
kesempurnaan manusia; mereka telah merantai tangan-tangan manusia dan
menjatuhkan nya ke dalam gelombang samudera kekotoran yang keras.
Kemenangan para ksatria, kesepian, penderitaan pribadi, malapetaka
sosial dan berbagai macam kesengsaraan pada umumnya, merupakan akibat
dari jatuhnya nilai-nilai kebajikan manusia. Baik sosiolog maupun
psikolog membuktikan suatu fakta, bahwa tanpa budi luhur dan bimbingan
rohani, manusia akan menyimpang dari jalan keadilan yang menuntun nya ke
puncak kebesaran dan kesempurnaan.
Individu-individu yang unggul di tengah masyarakat,
dan yang namanya direkam dalam lembaran-lembaran tebal sejarah,
semuanya memiliki berbagai kebajikan yang murni dan dihargai. Masyarakat
yang tidak dilengkapi dengan senjata tatakrama yang baik, tidak
dikendalikan oleh kaidah-kaidah yang bermanfaat, sebenarnya tidak berhak
menerima hidup sebagaimana mestinya seorang manusia. Karena alasan
inilah, kehancuran peradaban-peradaban besar dahulu kala tidak terjadi
atas dasar krisis politik atau ekonomi, tetapi disebabkan oleh
kemerosotan tingkah laku yang baik.
Hukum dan sistem buatan manusia tidak mampu
menembus jiwa manusia, dan tidak dapat menjamin hubungan yang
konstruktif antara masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda, sebaik
seperti yang dilakukan oleh cara-cara kerohanian. Hukum-hukum buatan
manusia, yang merupakan perwujudan dari gagasan-gagasan manusia, tidak
memenuhi syarat untuk menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada
umat manusia; hal ini karena manusia mempunyai kemampuan berpikir yang
terbatas.
Jadi mereka tidak dapat memahami segala fenomena
yang mengelilingi hidup mereka. Tambahan pula, bahkan jika manusia
mengetahui kedalaman fenomena yang mengelilingi nya, ia selalu berada di
luar pengaruh yang kemudian menjauhkan nya dari menerima kebenaran.
Atas dasar ini kita amati bahwa hukum-hukum buatan manusia, selalu
berubah bersama waktu dan kondisi-kondisi yang mengelilingi nya.
Sebenarnya, timbul nya kerusakan dan kesengsaraan tidak lain merupakan
akibat dari lemah nya hukum-hukum semacam ini.
Di lain pihak, kita memiliki ajaran suci dari para
Nabi yang diilhami dengan mata air indah dari sinar wahyu, yang
bergantung kepada Ilmu Ilahi yang tidak terbatas. Karenanya, hukum ini
tidak mudah diterpa oleh pasang surut nya waktu, perubahan atau
transformasi. Karena keluasan realitas kehidupan dan keberadaan nya,
ajaran kenabian menawarkan kepada manusia suatu sistem yang paling
akurat untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan akhlak serta moral,
dan menyeru umat manusia agar mengarahkan jiwa kepada kebesaran.
Dampak-dampak keyakinan yang positif dan bernilai atas manusia tidak
dapat dipungkiri lagi, karena jelas, bahwa jika manusia tidak memiliki
motif yang kuat dalam diri mereka yang sanggup mencegah mereka untuk
tidak menjadi korban nafsu dan berbagai keinginan yang tidak ada
atasnya, maka setiap langkah yang ia ambil pun akan menuju kepada
kerusakan. Dengan alasan itu, tidaklah mungkin membangun suatu
masyarakat yang tenteram dan sempurna tanpa melengkapi para anggota nya
dengan akhlak dan kerohanian.
Atas dasar apakah akidah lslam yang kekal itu
dibangun? Pada pribadi besar di segala zaman, Nabi Besar Muhammad Saw.,
yang sejak hari pertama nya mengandalkan ketakwaan, terdapat kebahagiaan
yang mampu membawa kepada ketenangan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Sesungguhnya seruan lslam dibangun di atas
dasar-dasar yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat nilai rohani nya
hingga titik tertinggi; menaikkan tingkat kepercayaan nya kepada suatu
rantai kemurnian dan nilai-nilai yang patut dipuji. Secara keras lslam
melarang manusia mengorbankan akhlak nya yang mulia demi nafsu dan
keinginan nya. lslam berdiri tegak menentang orang-orang yang berakhlak
rendah. dan memerangi mereka secara keras. Oleh karena itu suatu
masyarakat yang berada dalam ikatan individu dan sosial yang dibangun
atas dasar nilai-nilai lslam dapat merasakan ketenteraman. ketenangan
dan kepercayaan dalam segala aspek kehidupan. Semua anggota nya
menikmati hak-hak yang sama. dan menjalankan hubungan antar pribadi yang
didasarkan pada iman. Maka berikan lah kepada masyarakat suatu
kesempatan untuk mencapai hal yang sama, yang merupakan suatu langkah
sempurna menuju revolusi rakyat oleh umat manusia.
Dalam buku ini kami menyajikan beberapa persoalan
penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia serta bagaimana lslam
berurusan dengan mereka.
Adalah wajib bagi saya untuk menyebutkan, bahwa
bagian dari isi buku ini sebelumnya telah diterbitkan dalam majalah The
Islamic Ideology yang terbit dalam bahasa Persia di kota suci Qum. Saya
serahkan kepada para pembaca yang budiman untuk menilai buku ini yang
telah dipuji oleh banyak ulama. Saya berharap kita semua maju dalam
mengembangkan diri kita di atas jalan para ulama lslam dan menyelamatkan
jiwa kita agar tidak tenggelam ke dalam noda-noda nafsu yang
menyesatkan.
Sayyid Mujtaba Musawi Lari
1. Sifat Buruk
• Nilai Persahabatan
• Rasa Benci, Individu Berwatak Buruk
• Rasulullah: Teladan Sempurna
Nilai Persahabatan
Cinta adalah fitrah alamiah manusia. Atas dasar
inilah kita melihat, bahwa setiap manusia tertarik kepada
anggota-anggota lain, di antara jenisnya dengan suatu kekuatan internal
(batiniah). Jadi, Kebutuhan naluriah ini harus dipenuhi, dan setiap
orang harus membangun hubungan persaudaraan dengan individu atau
kelompok-kelompok lainnya sehingga bermanfaat secara sosial.
Cinta merupakan landasan dari rasa aman dan rasa
senang. Ia merupakan kebutuhan rohani yang paling dapat dirasakan, dan
tumbuh berkembang bersama waktu. Tidak ada yang bernilai di dunia ini
lebih daripada cinta.
Kesengsaraan dan penderitaan yang berasal dari
perasaan kehilangan sesuatu yang dicintai, merupakan malapetaka bagi
manusia; jiwa membutuhkan teman untuk tempat berlindung, atau kita akan
dicabik oleh tangan-tangan ketidakamanan dan kegelisahan, dan menjadi
korban penindasan dunia kita sendiri. Dalam hal ini seorang ulama
mengatakan, "Rahasia kebahagiaan adalah memelihara hubungan persaudaraan
dengan dunia kita dengan tidak menciptakan kekacauan. Orang-orang yang
tidak dapat mencintai sesama nya, tidak dapat hidup bebas dari
kegelisahan dan ketidakamanan."
Tali ikatan yang terbaik antara satu sama lain
dalam suatu masyarakat, adalah ikatan yang dibangun atas dasar perasaan
dan cinta yang sesungguhnya. Keharmonisan yang ada antara dua jiwa akan
membuat mereka berpadu dalam dunia cinta dan persatuan. Dari sini lah
dasar kebahagiaan yang kekal itu tumbuh. Agar kebahagiaan Ini tetap
terpelihara, masing-masing orang harus menyingkirkan berbagai
perselisihan dan berkompromi tentang berbagai persoalan, mengenai apa
yang mesti mereka tolak dengan sepantasnya.
Persahabatan yang paling bernilai adalah
persahabatan yang tidak dibangun atas dasar kepentingan pribadi tetapi
di atas kepentingan bersama dengan cinta, persaudaraan, dan mampu
memuaskan jiwa manusia yang membutuhkan cinta dan kesenangan. Seseorang
yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang sahabat yang setia, tidak
semestinya menimbulkan masalah yang dapat menggoncangkan perasaan
sahabat nya; semestinya ia berusaha untuk menghilangkan berbagai
penderitaan dan petaka yang menimpa hati sahabat nya, dan menunjukkan
taman-taman harapan dan kemenangan kepada nya. Orang-orang yang
mengharapkan cinta dari orang lain, mesti mempunyai kemampuan untuk
memberikan hal yang sama lebih dari yang mereka bayangkan. Menurut
seorang ulama, "Hidup kita seperti suatu daerah pegunungan, setiap
seorang yang berteriak akan mendengar kembali gema nya, orang-orang yang
hatinya penuh dengan kecintaan kepada orang lain akan mengalami hal
yang serupa dari mereka. Memang benar, bahwa kehidupan materi terjadi
karena ada saling memberi antara sesama manusia. Kami tidak bermaksud
mengatakan kehidupan rohani itu juga dibangun di atas landasan yang
sama, tetapi bagaimana mungkin mengharapkan kepercayaan dari orang lain
tanpa juga bersikap amanah kepada mereka? Dan bagaimana mungkin
seseorang mengharapkan cinta dari orang lain tanpa terlebih dahulu
mencintai mereka?"
Sikap saling mempengaruhi satu sama lain bisa memburuk jika tidak dibangun di atas cinta dan kejujuran dari kedua belah pihak.
Jika kemunafikan menguasai hati dan kehidupan
manusia; jika penjilatan menggantikan kejujuran dan persahabatan,
keharmonisan dan simpati akan menjadi lemah dan semangat kerja sama akan
terampas dari kehidupan masyarakat.
Tidak diragukan lagi, banyak di antara kita yang
pernah bertemu dengan orang lain dalam masyarakat yang di dalam hatinya
terdapat cinta atau emosi yang palsu; mereka menyembunyikan diri mereka
yang sesungguhnya di balik topeng cinta. Tetapi seringkali kita mampu
melihat yang sebenarnya ada di balik topeng nya, dan akibatnya. hubungan
kita yang terus menerus dengan mereka dapat merusak topeng-topeng
mereka.
Sesungguhnya, salah satu prasyarat kebahagiaan dan
metode yang efektif dalam mengembangkan rohani adalah persahabatan yang
sesungguhnya dengan orang-orang yang berbudi luhur. Karena berbagai
pemikiran pribadi itu berkembang di bawah bayang persahabatan semacam
ini, maka di dalamnya rohani akan tumbuh sampai ke tingkat kesalehan dan
akhlak yang mulia. Oleh karena itu, adalah penting untuk secara
hati-hati menguji orang-orang yang akan menjadi sahabat, Adalah suatu
kesalahan yang tidak dapat dimaafkan bila membangun persahabatan dengan
orang-orang yang kejujuran dan kesucian nya tidak teruji, sebab manusia
mudah sekali terbentuk oleh watak-watak orang lain melalui hubungan
timbal balik di antara mereka. Hubungan yang negatif merupakan suatu
ancaman atas kebahagiaan umat manusia.
Rasa Benci
Berbagai watak tertentu dan kebiasaan-kebiasaan
yang tidak dikehendaki akan melemahkan ikatan cinta, bahkan
kadang-kadang memutuskan hubungan yang baik. Individu-individu yang
berwatak keras, yang tidak mampu memelihara cinta orang lain, sebenarnya
membangun dinding yang tidak dapat dihancurkan di antara mereka dan
masyarakat nya; ia menghalangi mereka dalam menyadari adanya sinar
cinta. Oleh karenanya, watak buruk itu menghancurkan dasar kebahagiaan
dan menghilangkan watak manusia yang sesungguhnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perilaku-perilaku
yang tidak baik dapat menjauhkan manusia satu sama lain. Perilaku buruk
memaksa manusia untuk meninggalkan berbagai kemampuan nya, yang
sebenarnya sangat berguna dalam memajukan mereka kepada suatu kehidupan
yang sopan dan mulia.
Perlu lah bagi seseorang yang hendak berhubungan
dengan masyarakat nya, untuk terlebih dahulu menyadari tentang seni
berhubungan (the art of interaction), dan setelah memahami nya, gunakan
lah sesuai dengan peraturan-peraturan sosial yang dapat diterima. Tanpa
adanya proses ini seseorang tidak dapat hidup secara harmonis dengan
masyarakat nya, serta tidak dapat mendorong tingkah laku antar pribadi
dalam masyarakat menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, akhlak yang baik
merupakan landasan utama kebahagiaan umat manusia. Akhlak yang baik juga
merupakan faktor penting dalam memperbaiki kepribadian seseorang.
Sebenarnya, akhlak yang baik mendorong manusia
untuk dapat menggunakan berbagai kemampuan nya, dan menjadi sesuatu yang
efektif dalam mengelola masyarakat. Tidak ada watak atau sifat lain
yang sebanding dengan akhlak yang baik dalam menarik cinta dan kasih
sayang orang lain, serta dalam mengurangi penderitaan yang mungkin
dihadapi dalam kehidupan ini.
Orang-orang yang memiliki perilaku seperti ini
tidak menampakkan rasa sedih nya kepada orang lain. Orang-orang seperti
ini berjuang menciptakan suatu pelangi kebahagiaan dan kasih sayang di
sekeliling diri mereka, sehingga orang lilin yang berhubungan dengan
mereka lupa akan penderitaan nya, karena mereka membuat orang lain
merasa tenteram dan aman. Meskipun mereka mengalami berbagai kesulitan,
namun mereka tetap menampilkan ketenteraman dalam diri mereka sendiri.
Oleh karenanya, sikap ini meningkatkan mereka dalam meraih keberhasilan
dan kemenangan.
Bagi semua orang, akhlak mulia merupakan umur yang
kuat dalam memelihara keberhasilan. Tidak perlu kami katakan, bahwa
keberhasilan suatu perusahaan komersial secara langsung berkaitan dengan
tingkah laku yang baik dari para karyawan nya.
Seorang manajer sebuah perusahaan yang memiliki
perilaku yang baik, biasanya aktif dan banyak memperoleh hubungan atau
koneksi-koneksi penting dan vital. Kesimpulan nya, perilaku yang baik
merupakan rahasia yang dapat membuat seseorang dapat diterima orang
lain. Orang tidak suka terhadap sifat buruk seseorang, tidak peduli apa
pun kedudukan nya. Berkenaan dengan ini, seorang sarjana Barat menulis
pengalaman nya sebagai berikut:
"Suatu hari aku memutuskan untuk melakukan
eksperimen tentang bagaimana wajah yang penuh perhatian dan kegembiraan
berpengaruh dalam hidup ku. Sebelumnya, hari itu aku merasa sedih dan
tertekan, akhirnya pagi itu aku meninggalkan rumah dengan niat untuk
bergembira. Aku mengerti, menurut pengalaman ku selama ini, bahwa wajah
yang penuh perhatian dan penuh kegembiraan mampu memberi ku kekuatan.
Aku ingin mencoba apakah diriku juga mampu mempengaruhi orang lain
dengan cara yang sama. Aku ulangi hal ini terus menerus sambil bekerja,
yakni ketetapan ku agar menjadi orang yang penuh perhatian dan berwajah
ceria; aku bahkan meyakinkan diri, bahwa aku adalah orang yang sangat
beruntung. Alhasil, aku merasakan suatu perasaan bahagia. merasuki tubuh
ku. Aku seolah-olah sedang terbang melayang. Aku memandang ke
sekeliling ku dengan senyum lebar di wajah ku; aku masih melihat
wajah-wajah di sekeliling ku yang menampakkan ciri-ciri kesedihan. Haiku
terbakar melihat orang-orang ini, dan aku berharap dapat memberi mereka
secercah sinar dari dalam hati ku.
"Pagi itu aku memasuki kantor dan memberi salam
kepada akuntan dengan cara yang tidak seperti biasanya. Sebelumnya
jarang sekali aku tersenyum, dan tidak pernah menyambut mereka dengan
cara seperti ini. Sang akuntan memberikan salam yang hangat dan ramah.
Pada saat itu aku merasa bahwa kebahagiaan ku benar-benar mempengaruhi
nya.
"Presiden di tempat aku bekerja ada orang yang
tidak pernah mengangkat kepala nya bila berbicara dengan orang lain; ia
tidak ramah. Pada hari itu, dengan kasar ia memarahi ku, bahkan hampir
setiap hari. Aku tidak tahan dengan hal ini, karena ketetapan ku bahwa
aku tidak ingin terganggu oleh apa pun juga. Aku pun menjawab dengan
cara yang dapat membuat kerut di wajah nya hilang. Ini merupakan
kejadian yang kedua kalinya pada hari itu. Kemudian pada hari itu juga
aku berusaha untuk tetap bersikap penuh perhatian dan berwajah ceria.
"Aku pun mampu mempraktekkan cara ini terhadap
keluarga ku sehingga membawa hasil yang positif. Walhasil aku menjadi
aktif, bahagia dan membuat orang lain di sekeliling ku merasakan hal
yang serupa.
"Hal ini juga mungkin bagi Anda. Bertemu dengan
orang Jain dengan wajah ceria, pasti bunga-bunga kebahagiaan akan mekar
dalam kehidupan Anda, seperti bunga mawar yang berkembang di musim semi,
dan Anda akan banyak memperoleh sahabat yang membawa kedamaian dan
ketenangan kepada kehidupan Anda selama-lamanya".
Tiada seorang pun dapat menyangkal pengaruh besar
sikap ini dalam melembutkan hati musuh. Rasa hormat dan perilaku yang
baik juga memainkan peranan penting dalam meyakinkan lawan agar tunduk
kepada ideologi.
Dalam hal ini penulis Barat lainnya mengatakan:
"Semua gerbang terbuka bagi orang-orang yang
berwajah ceria dan berperilaku mulia, sedang bagi orang-orang yang
berkelakuan buruk, harus mendobrak gerbang itu untuk membuka nya,
seperti para gangster. Yang terbaik di antara berbagai persoalan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan kebaikan, akhlak yang baik, dan
keceriaan".
Selain itu saya ingin menambahkan, bahwa perilaku
yang baik itu menjamin kebahagiaan dan membimbing tingkah laku yang baik
menuju kesempurnaan; tetapi hanya jika cara-cara dan perilaku seperti
ini benar-benar mengakar ke dalam lubuk hati seseorang yang jauh dari
sifat munafik dan pura-pura.
Dengan kata lain, perasaan cinta harus merupakan
manifestasi dari apa yang ada di dalam hati. Penampilan nya di luar
tidak perlu mencerminkan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Mungkin
saja beberapa perilaku baik seseorang bertentangan dengan hatinya yang
terganggu dan tersesat. Memang banyak orang-orang jahat menghiasi diri
mereka dengan pakaian malaikat, dengan cara itu mereka menyembunyikan
wajah yang menakutkan di balik tirai kecantikan.
Rasulullah : Suri Teladan yang Sempurna
Kita semua tahu, bahwa salah satu faktor terpenting
dari kemajuan lslam adalah akhlak mulia Rasulullah Saw. Ini adalah
fakta yang dinyatakan dalam AI-Quran, di mana Allah Yang Maha Perkasa
berfirman:
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu".
(Ali-Imran. 3:159)
Rasulullah Saw memperlakukan semua orang secara
sama. Cinta nya yang mendalam dan tak terlukis kan atas umat manusia
tercermin secara sempurna di dalam dirinya, Beliau memenuhi segala
kebutuhan kaum Muslimin secara sama.
"Dan Rasulullah Saw. membagi waktunya di antara para sahabat nya; beliau akan hadir untuk ini dan itu secara sama".
(Raudah AI-Kafi, hal. 268)
Beliau juga mengecam sifat buruk, berulangkali beliau berkata:
"Sifat buruk itu kejahatan, dan yang terburuk di antara kamu adalah yang bersifat buruk".
(Nahjul Fasahah, hal. 371)
dan:
"Wahai putera-putera Abdul Muthalib, sesungguhnya
kalian tidak akan (sanggup) untuk memuaskan umat dengan uang kalian,
oleh karena itu temui lah mereka dengan wajah ceria dan tingkah laku
yang menyenangkan".
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 222)
Anas bin Malik, hamba sahaya Rasulullah Saw., berkata tatkala ia ingat akan akhlak mulia Rasulullah Saw.:
Aku telah membantu Nabi Saw selama sepuluh tahun,
selama itu beliau tidak pernah berkata 'uh'(seolah-olah mengeluh) kepada
ku sehubungan dengan memandang apa-apa yang aku kerjakan atau tidak aku
kerjakan.
(Fadhail Al-Khamsah, jilid I, hal. 119)
Selain itu akhlak yang baik dan wajah ceria
merupakan penyebab yang memanjangkan umur. Dalam hal ini Imam Ja'far
Ash-Shadiq a.s. berkata:
Kebaikan dan tingkah laku yang baik membuat tanah menjadi subur dan memanjangkan umur.
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Berkenaan dengan ini Dr. Sanderson menulis:
Kebaikan merupakan faktor penting dalam berperilaku
dan ia mencegah keburukan penyakit. Banyak obat yang mempunyai efek
sampingan yang tidak diinginkan bersamaan dengan penyembuhan nya yang
bersifat sementara; sedangkan kebaikan menyebabkan kesembuhan untuk
selama-lamanya terhadap semua bagian tubuh... Kebaikan menggerakkan
segala kekuatan tubuh. Peredaran darah pada orang-orang yang berkelakuan
baik itu bagus, dan pernafasan mereka pun lebih baik....
(Pirozi Fikr)
Ada suatu pernyataan yang indah dari Imam Ja'far
a.s. Beliau berkata, bahwa ada suatu hubungan langsung antara kebaikan
dan perilaku yang baik, keduanya berada di antara faktor-faktor yang
memperpanjang kehidupan. Alasan di balik ini adalah, bahwa orang-orang
yang baik merasakan suatu perasaan bahagia dan puas, jadi kebaikan dan
perilaku yang baik itu memiliki efek-efek yang sama. Imam Ja'far as.
juga memandang unsur-unsur tingkah laku ini guna mencapai kebahagiaan
tatkala beliau' berkata:
Bagian dari kebahagiaan manusia adalah akhlak nya yang baik.
(Mustadrak Wasa'il, jilid II, hal. 83)
Dalam hal ini Samuel Smiles menambahkan:
Perilaku yang baik dan emosi yang seimbang
mempunyai efek atas perkembangan dan kebahagiaan manusia, seperti
kekuatan dan naluri lainnya. Sebenarnya kebahagiaan seseorang sebagian
besar berhubungan dengan kasih sayang dan perilaku yang baik.
(Akhlaq)
Di samping itu perilaku yang baik memudahkan
kehidupan dan meningkatkan nafkah atau penghidupan dan keharmonisan.
Imam Ali a.s. berkata:
Tingkah laku yang baik memberikan penghidupan secara royal dan membuat para sahabat (lebih) dekat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 279)
S. Marden menulis dalam buku nya sebagai berikut:
Saya kenal, manajer restauran yang menjadi sangat
kaya dan populer karena tingkah laku nya yang baik. Saya perhatikan,
bahwa para pelancong dan turis datang dari tempat yang jauh untuk
mencapai restaurannya, mereka berbuat demikian karena mereka menyukai
lingkungan nya yang leluasa dan menyenangkan dalam restauran ini. Ketika
para pelanggan tiba di restauran, sang manajer dengan wajah yang ceria
menyambut mereka dengan cara yang tidak ada bandingnya. Mereka tidak
mengeluh sebagaimana biasa Anda temukan di restauran-restauran lainnya.
Di restauran ini karyawan nya mencoba menunjukkan sifat ramah dan
membina hubungan secara akrab dengan para pelanggan nya. Para karyawan
nya banyak tersenyum dan memberikan perhatian khusus dalam melayani para
pelanggan, perhatian ini berangkat dari cinta dan kasih terhadap para
tamu nya. Para karyawan ini membina suatu hubungan dengan para tamu nya
sedemikian rupa, sehingga para tamu tidak hanya merasa bahwa mereka
pasti kembali lagi, tetapi juga berharap membawa teman-teman mereka.
Jelas, betapa metode ini efektif dalam menarik para pelanggan baru.
Ia menambahkan:
Perilaku yang baik tidak begitu memainkan peranan
penting di sepanjang sejarah dibandingkan dengan saat ini. Ia telah
menjadi modal bagi orang-orang yang hendak membawa kebahagiaan dan
keberhasilan dalam hidup mereka.
(Khisthan Sazi)
Imam Ja'far a.s. memasukkan sifat ceria di antara tanda-tanda seseorang yang berakal. Beliau berkata:
Orang-orang yang memiliki akal yang paling sempurna
di antara manusia, adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku yang
paling baik.
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 201)
Samuel Smiles berkata:
Sejarah menunjukkan kepada kita, bahwa orang-orang
yang paling jenius adalah orang-orang yang bahagia dan optimis, karena
mereka menyadari makna hidup yang sesungguhnya, dan mereka mencoba
mewujudkan akal budi mereka di dalam daging mereka. Bila seseorang
berpikir tentang berbagai prestasi mereka, secara jelas dapat dipahami
jiwa dan pemikiran mereka yang sehat serta kebaikan dan antusiasme
mereka. Orang-orang yang berjiwa besar dan orang-orang yang paling
cerdas memiliki wajah ceria dan bahagia. Tingkah laku mereka merupakan
teladan bagi orang-orang yang setia kepada mereka, dan terpengaruh oleh
tingkah laku mereka, karenanya mengikuti sinar kebaikan mereka dan
kebahagiaan yang alami.
(Akhlaq)
Yang mulia Rasulullah Saw. bersabda:
"Sifat yang paling penting yang akan membawa umat ke surga, adalah takut kepada Allah dan Akhlak yang mulia."
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Maka dari itu, adalah suatu kewajiban atas siapa
pun yang mempunyai akal, dan yang berkeinginan untuk membina hidup mulia
untuk mencapai modal spiritual yang tak ternilai ini, yaitu akhlak yang
baik. Untuk menghapus sifat yang tidak diinginkan, manusia membutuhkan
dorongan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan ini. Pandangan
sekilas terhadap orang-orang yang merugi -yakni yang memiliki perilaku
buruk- akan memberikan dorongan kepada nya untuk berjuang keras
menghapus perilaku-perilaku buruk semacam itu.
2. Optimisme
• Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran
• Efek-efek Sifat Optimis
• Seruan lslam Kepada Sifat Optimis dan Kepercayaan
Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran
Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia
lebih membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-orang yang
mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan demi mencapai berbagai
tujuan, bila tidak diperlengkapi dengan senjata kestabilan akan menemui
kegagalan dan kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang
bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan ketenangan pun
bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini, menjadi tugas setiap insan
untuk mempelajari bagaimana menghindari kegelisahan dan kembali kepada
kestabilan dan ketenangan.
Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan,
popularitas dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain merupakan
kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha yang dibuat untuk ini akan
mengarah kepada sesuatu yang sia-sia, karena, kebahagiaan manusia
terletak di dalam jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk
hati yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini ada di
dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat menemukan dampak yang
sama dari pengaruh luar; ia terletak di dalam sumber-sumber kekuatan
jiwa manusia. Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara,
jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada kepuasan sepenuhnya.
Apictatus berkata:
Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat
menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di tempat-tempat yang secara
sembarang mereka cari sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya
tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan seseorang.
Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang
sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar. Demikian pula,
kebahagiaan tidak terletak pada harta dan jumlah uang yang banyak.
Croesus misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta dan kekayaan
tak terhingga.
Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar.
Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar.
Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui
hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan Aghamnin, dikenal dengan
tangisan mereka yang terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan
di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala harta, kekuasaan dan
popularitas. Oleh karena itu, manusia harus mencari kebahagiaan yang
sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka sendiri.
Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai
persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan yang pesat
dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk membawa kepada suatu
kehidupan yang bebas dari rasa khawatir. Mesin baru ini bukan hanya
tidak mampu mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga
telah menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai ketidakpastian.
Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari
derita hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan hitam yang
menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar.
Pikiran dapat mengamankan kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa
berbagai kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan
berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan pengaruhnya yang
mengagumkan atas kehidupan manusia.
Pikiran yang jernih merupakan mata air yang
mengalir deras, yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia
ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat memperkenalkan manusia kepada
dunia baru yang luas. Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan
agar tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-orang yang
kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat eksistensi, dengan tabah
dapat berdiri tegak ketika penderitaan menimpanya dan mereka mengambil
cara pandang yang positif.
Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi
korban berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita dari
gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-lebihan, maka kita harus
membangun suam pola berpikir bagi diri kita, sehingga dengan cara itu
kita dapat memutuskan arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh
karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada pemikiran yang benar
yang dapat melengkapi kita dengan kekuatan rohani untuk mengalahkan
kegelisahan.
Seorang sarjana Barat berkata:
Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang yang
sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita, tetapi kita bebas untuk
memilih cara berpikir kita. Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita
dapat memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-sebab dan pengaruh
yang datang dari luar yang kita perhatikan bukanlah bagian dari kita,
bahwa itu semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk berpikir dengan
suatu cara tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih cara berpikir
yang benar dan menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa kita
diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan kata lain, berbagai
pemikiran kita mengarahkan kita dengan suatu cara yang ia kehendaki;
oleh karena itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita mengambil
segala pemikiran yang buruk. Pemikiran semacam ini dapat menangkap kita,
dan menjadikan kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan yang
berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus menerus guna meraih
kesempurnaan, dan mencapai berbagai cita-cita yang paling mulia dan
berbagai tujuan yang paling agung, karena rahasia keberhasilan dan
kebahagiaan hanya terletak dalam pemikiran yang benar.
Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis
Demikian pula, dalam sistem tubuh yang rusak karena
berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang dimiliki seseorang
juga akan rusak karena berbagai faktor yang berbeda-beda dan
sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada kekuatan berpikir, namun ia tidak
dapat berdiri sendiri dan tidak bebas dari sikap perilaku seseorang.
Oleh karena itu, manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan
cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan
antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk mencabut akar dari
sifat-sifat yang menggelapi kesenangan dan kebahagiaannya.
Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang
harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap kehidupan dan
lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan yang positif tentang hal-hal
di sekeliling Anda, merupakan jaminan kesenangan atas mereka yang hidup
dalam lingkungan kemanusiaan.
Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran
yang buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir secara
benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke arah kesempurnaan.
Sifat optimis dapat digambarkan sebagai cahaya dalam kegelapan dan
memperluas wawasan berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan
tumbuh di dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru dalam
pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi kemampuan kepada manusia
untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki
kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu sinar dan kekuatan
baru guna memutuskan secara sama dan adil satu sama lain. Derita orang
yang optimis akan sirna dan harapannya bertambah, jika memelihara
bubungan lahiriah dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat
melalui perilaku yang paling baik.
Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi
jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang diperankan
optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak pada wajah-wajah orang
yang optimis, tidak saja dalam hal kepuasan tetapi juga seluruh
kehidupan, baik dalam situasi yang positif maupun negatif. Di setiap
saat sinar kebahagiaan menerangi jiwa orang yang optimis.
Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain
itu penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka sikap
optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ini merupakan
fakta yang memiliki pengaruh langsung atas kebahagiaan individu dan
masyarakat. Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan
sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut. Lawan dari sifat
ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat menjadi unsur yang merusak
di masa mendatang. Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam
unsur dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan kemajuan lebih
cepat. Di antara akibat dari sikap optimis adalah keharmonisan, kerja
sama atau gotong royong dan kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam
kehidupan sosial hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota
nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan
prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.
Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:
Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa kepercayaan dan harapan.
Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang
lain, maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah salah
satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam masyarakat. Hingga di
sini jangan sampai kita tidak mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan
besar antara sifat optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas
percaya yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa seorang
muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang yang tidak ia kenal, atau
mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya
dan mengujinya. Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep
kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara jelas kejahatan
dan kezaliman mereka. Dengan kata lain, kepercayaan memiliki kekecualian
dan harus memisahkan beberapa anggota masyarakat di bawah
kondisi-kondisi tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan
mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah berbagai kesimpulan
yang diharapkan dalam setiap masalah. Oleh karana itu, tingkah laku nya
dibangun di atas jalan pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai
tindakannya bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran
yang mendalam.
Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri
Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang
beriman dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan cara
seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya kepada ketenteraman
dan kestabilan. AI-Quran menyatakan, bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin
hingga orang-orang munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.
lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk
saling percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat orang lain
adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan bagi siapa pun juga
untuk memutuskan hukuman kepada seorang muslim sebagai orang yang
bersalah sebelum adanya bukti-bukti yang jelas.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,
kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu memutuskan sebaliknya; dan
janganlah mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila masih ada
kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)
Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal
ini akan meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan membawa
mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para Imam kaum Muslimin
mengungkapkan tentang pentingnya sifat percaya melalui berbagai cara.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)
Dr. Mardin dikutip mengatakan:
Bila anda membina suatu persahabatan dengan
seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang positif saja; lalu
cobalah dengan kesadaran anda untuk menghargai perilaku-perilaku baik
yang telah anda dapatkan darinya. Jika anda mampu memusatkan nasehat ini
ke dalam benak anda, anda akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta
akan menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-sisi yang baik dan
menyenangkan kepada anda, seraya mencoba untuk memikat persahabatan
bersama anda.
(Piruzi Fikr)
Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu
akan mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang tersesat.
Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan landasan bagi
keselamatan orang-orang semacam ini.
Imam Ali a.s, berkata:
Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:
Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer
suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant. Ikatan khusus restauran
ini disebut "The Honorable Deal" (Transaksi Mulia). Dalam
restaurant-restauran ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya
tidak pernah memberi bon penagihan kepada para pelanggan nya. Sebaliknya
para pelanggan memesan apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah
selesai makan mereka sendiri yang menghitung biayanya dan membayar
kepada kasir tanpa ada persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer
itu: 'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda tidak dapat begitu
saja percaya kepada semua pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab:
'Tidak, kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami tahu bahwa cara
kami ini tepat. Sebelum ini kami tidak pernah mampu untuk maju dan
berkembang selama separuh abad terakhir". Para pelanggan restauran ini
merasa, bahwa mereka mengadakan transaksi dengan cara yang dihargai, hal
ini berangkat dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan
pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri dengan tingkah laku yang
baik yang sama-sama diharapkan dari mereka.
Mr. Louis, seorang psikolog berkata:
Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak
Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba membimbingnya menuju
kebaikan dan kestabilan, cobalah membuatnya merasa bahwa anda memberikan
kepercayaan kepada nya, perlakukanlah dia seperti orang yang dihormati
dan dihargai. Anda akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga kepercayaan
yang telah anda berikan. Walhasil, untuk itu ia akan membuktikan bahwa
ia menghargai kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa yang
membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang anda berikan.
(How To Win Friends)
Dr. Gilbert Roben menulis:
Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,
berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka tidak pernah membuat suatu
kesalahan. Dengan kata lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah
perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk memberikan tugas-tugas penting
kepada orang-orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap tugas
baru yang anda berikan kepada mereka buatlah seolah-olah mereka telah
memperbaiki tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah memenuhi syarat
bagi tugas yang anda berikan. Hal ini memungkinkan untuk menyingkirkan
berbagai rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang baik dan
memberi kepercayaan kepada mereka. Dari sini dapat kami katakan bahwa
kebanyakan di antara berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan
reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan individu.
Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan
kepada anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan memberi
mereka tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan orang-orang yang malas.
Kepercayaan menjamin kesenangan kepada seseorang.
Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)
Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam kehidupan.
Imam Ali a.s. menyatakan:
Kepercayaan mengurangi depresi.
Dr. Mardin berkata:
Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan
lebih-indah dalam pandangan kita yang mengurangi penderitaan-penderitaan
kita dan meratakan jalan bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis
dan kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap
pemikiran-pemikiran yang menyakitkan, sebagaimana anda berhati-hati
terhadap penyakit-penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.
Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang optimis, dan anda akan
melihat betapa mudahnya anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai
pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)
Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap
satu sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang bagi
dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai hal ini Imam Ali a.s.
menasehati kaum Muslimin agar berpikir secara positif terhadap satu sama
lain, dan bertindak dengan cara yang tidak membuat orang lain curiga.
Beliau juga mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari
hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti) telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)
Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia, berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain. Beliau berkata:
Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)
Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain
negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis. Penolakan
mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum Muslimin adalah tanda dari
kekuatan spiritual mereka. Imam Ali a.s. berkata:
Orang yang menolak prasangka buruk terhadap saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Samuel Smiles berkata:
Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki
perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan bahagia dan penuh
harapan dalam kehidupan nya. Mereka melihat setiap orang dan segala
sesuatunya dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang bijak melihat
sinar matahari akan segera menembus setiap mendung, dan menyadari bahwa
di balik setiap kemalangan dan penderitaan terdapat kebahagiaan yang
mereka rindukan. Orang-orang ini akan menemukan kekuatan baru setiap
tertimpa problema baru dan menemukan harapan dalam setiap depresi atau
kesedihan. Perilaku seperti ini akan merasakan kebahagiaan yang
sesungguhnya, dan para penyokongnya adalah keberuntungan. Cahaya
kegembiraan bersinar di mata mereka, dan mereka selalu terlihat
tersenyum. Hati orang-orang ini berkilauan laksana bintang, dan mereka
melihat segalanya dengan mata pemahaman dan dengan warna yang mereka
kehendaki.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:
Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)
Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan
kepada manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila semua
orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Hari
Kiamat, akan mudah bagi setiap orang untuk benar-benar saling percaya.
Kurangnya iman di antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya
penyakit curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang hatinya
senang dalam beriman dan percaya kepada Allah, akan bergantung kepada
kekuatan yang tak terbatas bila dirundung kelemahan. Selama menderita,
ia mencari perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan
secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.
3. Pesimisme
• Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan
• Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis
• Sikap lslam Terhadap Sifat Pesimis
Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan
Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara
sedih dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia ini.
Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan menjadi korban rasa
sedih dan senang atas berbagai problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai
dengan fakta yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah
antara kesedihan dan kemudahan.
Kita sebagai manusia tidak dapat merubah
Sunnatullah yang menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak
kita sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam dari
kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada sisi
eksistensi yang indah dan membuang sesuatu yang buruk yang menyuramkan
fakta kehidupan di alam semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang
dipenuhi dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang penuh
keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita bahwa setiap makhluk yang
ada memiliki suatu tujuan bagi penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi
kita tidak tahu atau lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta
dan hanya terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua
terserah kepada setiap orang untuk memilih arah pemikirannya, ia dapat
memilih warna dan pandangan hidup yang ia kehendaki.
Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri
guna menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi kita untuk
menghindari faktor-faktor yang merugikan, sehingga kita tidak kehilangan
kemampuan untuk bermawas diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi
kemalangan yang tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan
kesengsaraan.
Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika
rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan menjadi
orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-orang ini tidaklah
berhubungan dengan berbagai peristiwa dalam hidup mereka tetapi
berhubungan dengan cara-cara. mereka bergelut di dalamnya. Adalah
mungkin bagi kita untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam
ini, atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal yang
bermanfaat.
Seorang pemikir terkenal menulis:
Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian
dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh dan menangis. Alasan di
balik tangisan ini berada dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara
semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan jalan yang tidak
sesuai dengan jiwa dan rohani kita.
Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada
sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar tidak mengetahui apa
yang kita inginkan. Kita percaya bahwa orang bin telah memperoleh
kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka karena kita hidup
menderita. Kita adalah seperti anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang
mem buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis. Jiwa kita
menderita terhadap tangisan mereka dan kita tidak bisa tenang hingga
kita membuat mereka memahami fakta-fakta dan membuang apa yang mereka
bayangkan secara keliru sena meninggalkan berbagai keinginan mereka yang
sukar dikendalikan.
Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka
yang banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali kesengsaraan.
Adalah kewajiban kita untuk membuka mata mereka terhadap sisi kehidupan
yang baik. Kita harus membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang
pun kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap taman
kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan mawar-mawarnya, sementara
orang-orang yang buta tidak akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri.
Jika kita sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta
melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa bahkan di
saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh ke dalam lubang
yang menakutkan, masih ada mawar-mawar dan bunga-bunga di taman
kehidupan yang memanggil mata para pembidiknya di setiap saat.
Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap
kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang paling
efektif untuk kebahagiaan manusia adalah kemampuannya dalam berpikir dan
bercalar. Suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah
dapat ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang yang
pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis, yang melihat
segalanya dengan cara yang positif, kejadian semacam ini tidak membuat
mereka takluk dan tidak menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam
segala keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan kerendahan
hati, kendali diri dan kesabaran.
Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros
kejahatan mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan mereka
menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan kehilangan banyak kekuatan
dan kemampuan diri sebagai akibat kepekaan perasaan mereka yang
berlebih-lebihan, dan akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang
baik di dunia ke dalam kejahilan yang fatal.
Menurut seorang ulama:
Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia
berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa pada dunia, ia akan
tertawa dengan anda. Jika anda melihat dunia secara suram, ia akan
tampak suram. Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap anda di
antara para petapa, dan jika anda bermurah hati dan benar, anda akan
dapati orang-orang di sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta
karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk anda.
Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia
menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan jiwa. Kemampuan rohani
manusia menjadi lebih jelas terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan
ruh manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan yang terus menerus dan
dalam perjuangan yang tak kenal takluk ke puncak kesempurnaan manusia.
Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis
Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang
berbahaya. Ia penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat
pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang menyiksa jiwa
manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang tidak dapat diterima oleh
kepribadian manusia dan tidak terhapus.
Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan,
manusia cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat pesimis
dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan yang kuat di dalam emosi
dan perasaan seseorang. Sifat pesimis yang memasuki pikiran dengan cara
seperti ini meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.
Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang
yang cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang pesimisme. Lebih
jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak sebagai kejenuhan dan bencana,
dan cara berpikirnya yang negatif tidak dapat memahami perilaku
orang-orang yang tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat.
Orang-orang yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan
kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana dengan
imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan banyak problema bagi
diri mereka sendiri; oleh karenanya mereka membuang percuma bakat-bakat
mereka dengan terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang
tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.
Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak
sifat optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan rohaninya
dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis mendiktekan kegelisahan dan
kesedihan ke sekelilingnya, dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan
yang membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.
Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak
hanya terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi tubuh.
Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita pesimisme memiliki
tingkar penyembuhan lebih rendah. Menurut seorang dokter medis:
Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga
terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada menolong orang yang
melompat ke laur mencoba untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang
yang selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam minyak yang
mendidih. Agar supaya segala obar membantu, adalah penting bagi si
penderita untuk memelihara rasa senang dan percayanya.
Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas
mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga ketika berurusan dengan
orang lain. Sebagai akibat dari keadaan yang tidak menyenangkan ini,
orang-orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka untuk maju dan
berkembang; dan menakdirkan diri mereka kepada kehidupan yang tidak
diinginkan. Dari kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor
utama dalam penyebab bunuh diri.
Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat
manusia, kita akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari
sifat prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri dan mau
berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan dan berimajinasi luas,
mereka sering mendakwa orang lain tanpa membuktikan pokok masalah yang
terkait. Orang-orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,
sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat diketahui.
Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan dan hubungan yang tulus
menjadi putus, dan mencabut manusia dari saling percaya serta mengarah
kepada penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci
dan dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat,
merupakan hasil dari prasangka yang berbeda dengan kenyataannya.
Prasangka berkembang di masyarakat bahkan dapat merasuki pikiran para
filosof dan ulama. Kami dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah
ketika para ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan memandang
masyarakat mereka dari sudut pesimistis; mereka membuat gagasan-gag3san
atas dasar kritik dan mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya.
Mereka bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama bingung ini
malah meracuni ruh masyarakat dengan pemikiran mereka yang berbahaya.
Mereka juga menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama
yang pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif terhadap
kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari pergaulan untuk
memusnahkan umat manusia; walhasil menanggung sendiri berbagai
penderitaan hidup ini.
Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis
Al-Quran secara jelas memasukkan sifat pesimis dan
pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan memperingatkan
kaum Muslimin dari berpikir secara negatif satu sama lain.
"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa".
(QS.49:12)
Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:
"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain:
darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang Muslim untuk berpikir
secara negatif terhadap yang lain."
(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)
Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang
kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga mencurigai
orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum membuktikan kesalahannya
dengan bukti yang meyakinkan. Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat dipercaya hanya atas dasar spekulasi.
(Nahjul Balaghah, hal. 174)
Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:
Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa menjadi lebih besar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)
Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat yang menindas.
Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik) merupakan dosa yang paling buruk dan jenis penindasan yang paling buruk.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)
Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada
orang yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih buruk dan pada
akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as. menyatakan:
Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara dia dan yang dicintainya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)
Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan
batin dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang berprasangka.
Kadang-kadang sifat prasangka menyeret orang-orang tersangka dari jalan
yang lurus dan mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan. Imam
Ali a.s. berkata:
Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)
Dr. Mardin menulis:
Beberapa pemilik usaha mencurigai para karyawannya
mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa tersangka untuk menjadi apa yang
mereka sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam kata-kata atau
perbuatan, ia mempengaruhi batin si tersangka dan mengarahkannya untuk
melakukan apa yang disangkakan kepadanya.
(Pirozi Fikr)
Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:
Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal
ini memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan orang yang tidak
berdosa kepada keraguan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)
Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan rohaninya:
Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat ditemukan dalam keadaan sehat.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)
Dr. Carl menulis mengenai hal ini:
Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan
mencurigai orang, mengurangi kemampuan seseorang untuk hidup. Kebiasaan
perilaku yang. negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang tersebut
dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia juga menyebabkan kerusakan
praktis pada tubuh.
(Rah Wa Rasm Zindaqi)
Dr. Mardin menambahkan:
Prasangka menghilangkan kesehatan dan melemahkan
kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa yang seimbang tidak pernah
mendambakan kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap saat.
karena mereka tahu bahwa kebaikan merupakan kenyataan yang kekal. dan
bahwa kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang melemahkan kekuatan
kebaikan. Karena kegelapan merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka
carilah jalan yang terang, karana ia menghapus kegelapan hati.
(Pirozi Fikr)
Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:
Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut kepada siapa saja.
Dr. Farmer mengatakan:
Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai
gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di mana justru setiap orang
secara terang-terangan menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang
mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung lorong untuk
menghindari pertemuan dengan para sahabatnya (yang berkumpul) di
jalan-jalan yang lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai oleh
rasa takut, prasangka dan pesimis.
(Raz Khusbbakhti)
Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah
kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam batin seseorang.
Imam Ali a.s, berkata:
Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati membencinya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)
Dr. Haleem Shakhter berkata:
Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai
kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan mengalami
penderitaan-penderitaan hanya dari hal-hal kecil.
Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam
ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka dan mempengaruhi
berbagai tindakan, ucapan dan pemikiran mereka. Segera setelah itu
mereka jatuh menjadi korban penyakit prasangka dan tidak menyadari
alasan di balik berbagai penderitaan mereka.
Berbagai kenangan yang menyakitkan menyembunyikan
diri ke dalam perasaan kita dan sangar sulit bagi kita untuk
mengetahuinya. Dengan kata lain, memang wajar bagi manusia untuk
menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit dan mencoba
menghilangkannya dari pikiran. Musuh yang bersembunyi ini tidak pernah
berhenti menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa, tingkah dan
perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita mendengar atau menemukan
kata-kata atau tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya
kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka jika kira dengan hati-hati memeriksa diri, kira dapat menemukan
bahwa itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-ingatan yang
buruk.
(Rusdhe Shahkhsiat)
Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka
menjadi hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai
kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali a.s. menunjukkan
fakta ini ketika beliau berkata:
Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik tentang orang lain karena mereka melihat orang lain dengan wataknya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)
Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:
Beberapa orang menguruk orang lain dengan mengeluh
tentang perbuatan-perbuatan mereka sedangkan mereka, diri mereka
sendiri, melakukan perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini untuk
menebus kekurangan-kekurangan mereka sendiri dan untuk semacam
pertahanan diri. Sikap ini digambarkan sebagai suatu cara menghindari
rasa gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya merupakan suatu
tindakan kemarahan. Ketika keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri
semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada situasi 'kerusakan
mental'. Sistem pertahanan ini dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru
yang secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya menciptakan
suatu 'perasaan ingin' menghubung-hubungkannya dengan orang lain.
(Ushul e Ravanshenashi)
Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah
setelah berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan
berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah orang-orang
baik, mereka semua baik; engkau celah melakukan suatu hal' yang tepat
dengan datang ke sini". Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu:
"Engkau berkata benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan
berkata:
“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan
lebih baik bila engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah
berkata: "Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar jawaban
Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun bertanya kepada beliau.
Nabi memberi jawaban kepada mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan
apa yang ada dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang
Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap dirinya
masing-masing.”
Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat
dipahami sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai kecenderungan
jiwa kepada pemikiran yang buruk serta bersikeras terhadapnya. Yang
lebih dilarang daripada jenis prasangka ini adalah berbuat atasnya.
Karena, berbagai pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa
ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap berada di bawah
wewenang hukum fiqih. Pemikiran-pemikiran ini muncul di luar kemauan,
menghindarinya juga di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu
untuk mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-tindakan.
Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal
dari kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah wajib bagi
orang-orang yang dapat menunjukkan dengan tepat suatu alasan yang
menyebabkan mereka menjadi terlalu berprasangka demi mengobati dan
melepaskan diri mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.
4. Dusta
• Kedudukan Akhlak Dalam Masyarakat
• Mudarat-mudarat Berdusta
• Berdusta Dilarang Agama
Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat
Akhlak merupakan faktor terpenting dalam masyarakat
dan dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai bagian
dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal peranan vital yang
dimainkan oleh akhlak dalam membawa kedamaian, kebahagiaan dan
kesejahteraan rohani manusia; dan juga tiada seorang pun meragukan
manfaat dan pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat
fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan pemikiran, baik pada
pergaulan maupun masyarakat. Dapatkah anda menemukan orang yang jujur
dan benar mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang pengkhianatan dan
dusta? Akhlak sedemikian pentingnya sehingga bahkan bangsa-bangsa yang
tidak percaya kepada agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak
itu penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran etika agar
mampu maju menembus jalan kehidupan yang berbelit-belit ini.
Masyarakat, di mana pun dan dengan segala macam perilakunya, mempunyai
beberapa kesamaan.
Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles mengatakan:
Akhlak adalah salah satu kekuatan yang menggerakkan
dunia ini. Dengan pengertiannya yang paling baik, akhlak merupakan
suatu perwujudan fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi, karena
akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah manusia untuk kemanusiaan
(humanity). Orang-orang yang unggul dalam segala segi kehidupan berusaha
untuk menarik perhatian manusia kepada mereka melalui setiap cara yang
mulia dan terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini dan meniru
kesempurnaan mereka, karana masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki
segala bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi
orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan bernilai. Jika
ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik perhatian dan penghargaan
manusia, maka akhlak menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-orang
yang berkelakuan baik. Hal ini karena perangkat karakteristik yang
pertama adalah karya dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil
dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini meni pakan akal (mind)
yang menguasai kita serta mengatur berbagai urusan kita di sepanjang
hidup kita.
Orang-orang yang telah mencapai puncak keunggulan
dan kebesaran adalah seperti sinar terang yang membersihkan jalan bagi
kemanusiaan dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral dan
keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di mana saja, kekurangan
perilaku yang baik, mereka tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun
banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang mereka rasakan. Tidaklah
penting bagi bangsa-bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang
luas agar hidup secara terhormat, karena banyak bangsa-bangsa dengan
populasi besar yang memiliki wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi
mereka jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika moralitas suatu
bangsa menjadi rusak, pada akhirnya bangsa itu akan punah.
Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan
sarjana ini, namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu perbedaan
besar antara mengenal fakta-fakta dengan bertindak atasnya. Banyak orang
yang mengganti perilaku baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani
nya. Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya, seperti
gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di atas permukaan air.
Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik
kehidupan dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan
nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu perjuangan
yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah pertama untuk
menghapus sifat jahat manusia adalah menanam nafsu-nafsu dan amarahnya
dalam medan perang ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan
hewani manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang
berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi kemubaziran dan
menghindarkan diri dari berbagai kecenderungan berbahaya yang muncul
dari sifat-sifat semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan
yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa sebagian besar
manfaat manusia berasal dari perasaan ini, tetapi perasaan semacam ini
hanya rampak baik jika ia patuh kepada perintah-perintah akal.
Menurut seorang psikolog:
Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah
kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi pertama menyerang dan yang
kedua bertahan. Jika manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber
tahannya agar berada di atas perasaan yang menyerang, maka ia akan
memperoleh kendali atas eksistensinya dan membimbing perasaan ini
sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan perasaannya.
Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-kekuatan
batin dengan nafsu-nafsunya dan yang memiliki cita-cita yang lebih baik
dan telah menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran dan hatinya,
tidak syak lagi ia telah menempuh jalan kebahagiaan di antara berbagai
problema kehidupan dan mengikuti kehendak untuk bebas dari kelemahan,
kegagalan atau kekalahan. Memang benar bahwa kemampuan manusia telah
mencapai tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi yang
memberikan manusia kesempatan untuk mencapai ke kedalaman lautan dan
samudera dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun apa yang kami
amati sekarang kesengsaraan dan kegundahan yang terus-menerus di jantung
peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di tangan sang problema
dan penderitaan. Kesalahan ini terjadi karena penyimpangan yang
dilakukan dari jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.
Dr. Roman menulis:
llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi
akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak dan perasaan maju
bersama dengan akal dan pikiran, maka mungkin kita dapat menyatakan
bahwa manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.
Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan
persamaan, nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan
menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai kesengsaraan
dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala jenis masyarakat adalah
suatu fenomena tentang berbagai kebutuhan manusia akan nilai-nilai
moral, yakni nilai-nilai yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam
daging peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu kekuatan yang
memang ia butuhkan.
Mudarat-mudarat Berdusta
Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat
yang ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling
indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk. Lidah
menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia keluar, oleh karena itu
jika dusta itu berangkat dari dengki dan atau benci, maka ini merupakan
salah satu tanda yang berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu
berangkat dari kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini
berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang membara.
Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta,
kotorannya akan tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin
musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan. Dusta memadamkan cahaya
eksistensi manusia dan menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga
memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan persatuan
dan keharmonisan di antara manusia serta mengembangkan kemunafikan.
Sebenarnya, penyebab besar menyangkut kesesatan bersumber dari
pernyataan-pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia yang
memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang terbuka untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan menyembunyikan fakta-fakta di
balik kata-kata magisnya, dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak
berdosa dengan dusta-dusta yang beracun.
Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir
atau merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak akan pernah ada
orang yang membongkar rahasia-rahasia mereka". Di dalam kata-kata mereka
kita temukan banyak kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus
diliputi oleh rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah
jika dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-kenangan yang
buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:
Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi
sifat tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini untuk
membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini jahil tentang dalil dan
hukum berkenaan dengan persoalan itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa
jika jiwa, martabat seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting
terancam, adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara yang
mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang sah yang mengatakan,
"berbagai kebutuhan menghalalkan yang diharamkan". Dusta seperlunya
(necessary lying) memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di
perbatasan keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran "kepembangunan"
(constructiveness) untuk melibatkan dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak
akan ada dusta tanpa sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah
seorang ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi
kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan atas segala tindakan
kita. Bahkan para kriminal profesional pun mempunyai alasan bagi
kejahatan-kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat dan
kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat. Dengan kata lain, setiap dusta
yang diucapkan itu mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik jika
ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya sehingga tidak ada alasan
untuk menyembunyikan fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah
fitrah manusia dalam memandang segalanya yang mungkin bermanfaat baginya
itu baik. Jika manusia berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan
pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau kejujuran atau
membayangkan ada kebaikan di dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa
adanya keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam kebenaran dan
kebaikan di dalam dusta.
Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada
kebebasan berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan ketika
melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya orang itu saja yang
dirugikan. Di lain pihak, ketika melaksanakan kebebasan berbicara,
kesejahteraan masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat
kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat.
Al-Ghozali telah berkata:
Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah
makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan ukurannya yang kecil ia
melaksanakan tugas yang sangat penting ketika ia ingin taat dalam
keadaan tidak taat. Baik kafir maupun beriman, terejawantahkan melalui
lidah, dan ia adalah ibadah atau keingkaran yang penghabisan.
Kemudian beliau menambahkan:
Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya demi
agama, yang mampu menghindari kejahatan. Orang-orang ini tidak pernah
membebaskan lidahnya kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan
tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)
Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan
kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak memasuki
hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana berbuat dan berbicara lewat
keluarga dan orang-orang sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta
dan atau menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan keluarga,
anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan terjungkir oleh penyakit yang
sama.
Morris T. Yash berkata:
Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk
mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh orang-orang yang dididik
olehnya, demikian juga anak-anak.
Dusta Dilarang Agama
Secara eksplisit Al-Quran mengkategorikan para pendusta sebagai orang-orang kafir:
"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya kepada firman-firman Allah, dan inilah para pendusta"
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.
Rasulullah Saw. menyatakan:
Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing ke
Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata benar dan mencarinya
hingga ia dicatat sebagai orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah
kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka, Manusia selalu
berdusta hingga ia dicatat sebagai seorang pendusta di sisi Allah.
(Nahj Al-Fashahah, hal. 418)
Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah Saw. berkata:
Sesungguhnya orang-orang yang paling sering
dipercayai manusia adalah yang paling sering berkata benar; dan
orang-orang yang paling ragu adalah orang-orang yang paling sering
berdusta".
Dr. Samuel Smiles menulis:
Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka yang
rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-watak lainnya, sedangkan
sebenarnya kita tahu bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku
mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan buruk yang kita lihat
pada diri orang lain tidak lain kecuali suatu cerminan dari apa yang ada
dalam kesadaran kita.
Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan
hati dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat menerima
kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh kotoran semacam ini.
Para pendusta itu menderita gangguan mental yang selaju menjauhkan diri
mereka dari berkata benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari
kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di muka orang-orang
yang lemah dan pengecut.
Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:
jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud,
sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama keberanian; kekecutan akan
berdiri bersama dusta.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 605)
Dr. Raymond Peach berkata:
Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang
yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari bahaya. Dalam banyak hal
dusta merupakan suatu reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika
anda bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu menyentuh gula-gula
ini?' atau 'Apakah kamu yang memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak
mengetahui bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena hukuman, maka
nalurinya berkata padanya untuk menyangkalnya.
Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:
Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal:
kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang lain). Janganlah
disesatkan oleh shalat dan puasa mereka, karena seseorang bisa saja kuat
dalam shalat dan puasa sehingga jika ia akan meninggalkannya, ia merasa
kesepian. Sebaiknya, cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan
memenuhi kepercayaan (amanah).
(Ushul Al-Kafi, jilid I, hal. 460)
Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:
Dusta adalah sifat yang paling buruk.
(Ghurar AI-Hikam. hal. 175)
Dr. Samuel Smiles menulis:
Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah
sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan. Adalah penting bila
manusia bercita-cita untuk menjadi benar dan jujur di seluruh
tahap-tahap kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak meninggalkan
maksud atau tujuan lainnya. Islam melandaskan semua proses perilaku dan
koreksi pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi kebahagiaan
manusia.
Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya menjelaskan:
Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di
atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia layu dan mati. Jika
sifat-sifat mulia tidak dimotivasi oleh iman, ia laksana panen yang mati
di dekat orang yang hidup.
Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia
adalah arena dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-perasaan
keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi dan membangun sebuah
tembok yang tidak dapat dilalui di antara iman dan kerendahan.
Orang-orang yang mantap dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai
tujuan dan perasaan dengan tenang.
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa tenang."
(Al-Quran)
Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan
tingkat keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih
berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam telah
menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi keabsahan
pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia mengangkat sumpah. Menurut
hukum lslam, dalam keadaan-keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat
merupakan bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam menyelesaikan
perselisihan. Islam juga telah menjadikan kesaksian (syahadah) manusia
sebagai cara untuk membuktikan hak-haknya.
Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut
yang sangat -dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah
seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku semacam ini.
Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak dapat diampuni.
"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".
(Al-Quran)
Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas
berhubungan dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa
semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah dan kesaksian
itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun lebih keras.
Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala sifat jahat lainnya.
Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:
Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.
(Jami’ Sa'adat, jilid II, hal. 318)
Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan, kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:
"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan kebenaran (amanah)."
Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.
Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang
jujur dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun tindakan,
akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi, pikiran dan rohani mereka
akan bercahaya dengan keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan
ketakutan, dan dari pemikiran yang kabur.
Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah
yang berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan memberikan
suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa saja yang ingin sekali
membina kehidupan yang mulia dan luhur. Dampak-dampak dari berdusta
tidak lain kecuali cambukan-cambukan peringatan.
Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah
bayang-bayang akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini
tak terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu kesempatan
untuk tetap hidup.
5. Kemunafikan
• Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda
• Munafik: Sifat Yang Paling Buruk
• Bakar Habis Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan
Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda
Unsur terpenting dalam kebahagiaan dan watak
tertinggi yang dapat dirasakan manusia adalah kesempurnaan. Permata
rohani yang bernilai ini memberikan kebesaran dan kemurnian kepada
kehidupan. dan membimbing manusia ke puncak kemuliaan dan keluhuran.
Semua manusia secara manusiawi sama. Namun mereka berbeda dalam
kemampuan untuk bernalar dan berpikir. Kebiasaan-kebiasaan rohani dan
watak-watak perilaku manusia juga berbeda. Watak-watak seorang individu
adalah semua yang membedakan individu-individu satu dengan lainnya dan
ia menetapkan kemampuan dan kedudukan sosial setiap orang. Di samping
itu. watak manusia secara langsung mempengaruhi kita lebih daripada
faktor lainnya.
Manusia ditempatkan di alam semesta ini untuk
berusaha mengembangkan berbagai kemampuannya dan memperluas wawasan
berpikir dan kesadarannya yang riil; sehingga akan meningkatkan
pengetahuannya dan memperkuat ruhnya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan
kata lain, manusia berada di dunia ini untuk membekali diri guna
memenuhi berbagai tugas khususnya. Dengan mengingat hal ini, adalah
tanggung jawab setiap individu untuk membangun suatu kepribadian yang
sehat dan jujur, dan berbuat di atas jalan kebahagiaan. Seorang pekerja
keras yang bekerja pada jalan ini lebih menyadari makna keberhasilan
yang sesungguhnya. Tidak ada yang mampu memberinya kekuatan untuk terjun
ke dasar lautan lebih daripada kepribadian yang sehat.
Menurut Schopenhaure:
Variasi-variasi di antara kepribadian merupakan
peranan yang alami dalam membawa kesedihan dan kebahagiaan kepada
kehidupan manusia lebih daripada apa yang dibawa oleh perbedaan di
antara berbagai macam perbedaan manusia. Ini karena watak-watak suatu
kepribadian (seperti pemikiran produktif dan kasih yang tulus) tidak
pernah dapat dibandingkan dengan apa yang dapat diperoleh manusia dari
barang-barang materi. Bagi seorang yang layak, mampu menciptakan
kehidupan yang menyenangkan bagi dirinya bahkan bila ia hidup terpisah.
Di lain pihak, orang yang jahil tidak dapat membuang kemalasan dari
dirinya sekalipun ia dapat memperoleh segala kemewahan hidup, bahkan
jika ia menghabiskan sejumlah besar uang untuk itu. Pemikiran,
kepemimpinan, dan kemampuan untuk mengasihi, termasuk faktor penting
yang membawa manusia lebih dekat untuk mencapai tujuan hidupnya dan
membuka gerbang-gerbang kebahagiaan baginya. Oleh karena itu, adalah
tugas kita untuk memberikan perhatian khusus bagi pengembangan
faktor-faktor ini lebih daripada pengembangan pendapatan-pendapatan
materi.
Semua watak dan kebiasaan ikut ambil bagian dalam
menentukan masa depan manusia, dan setiap pemikiran dan perasaan sangat
mempengaruhi watak dan kebiasaan ini. Terutama akhlak dan tingkah laku
setiap orang secara terus menerus berubah menuju kesempurnaan, atau
sebaliknya.
Langkah pertama dalam mengembangkan dan
menyempurnakan kepribadian adalah mempelajari cara-cara menggali daya
dan kemampuan tersembunyi di dalam diri, dan mempersiapkan diri untuk
menghilangkan segala faktor yang dapat menimbulkan berbagai problema
dalam jalan kesempurnaan. Maka manusia pun dapat mensucikan dirinya dari
segala kerendahan. Jika seseorang tidak mampu menghargai diri sendiri,
ia tidak akan pernah mampu membawa kehidupan kepadanya, ia juga tidak
akan pernah mampu menciptakan segala perubahan yang bermanfaat baginya.
Kata-kata dan tindakan tidak memiliki nilai yang
riil kecuali bila ia berangkat dari kedalaman eksistensinya sendiri.
Kata-kata mengejawantahkan cerapan pikiran. Ketika kata-kata
bertentangan dengan tindakan, ucapan-ucapan ini keluar dari kepribadian
yang tidak stabil dan mengakibatkan kehancuran diri individu tersebut.
Munafik : Sifat yang Paling Buruk
Tidak syak lagi, sifat munafik adalah salah satu
sifat yang menjijikkan. Adalah fitrah manusia untuk menerima kebahagiaan
dan kebebasan; dan untuk meningkatkan diri kepada tingkat martabat yang
paling tinggi. Namun ketika manusia terkotori oleh dusta, pengingkaran
janji dan pelanggaran-pelanggaran persetujuan, kemunafikan menemukan
sendiri suatu arena yang luas dan siap untuk merasuki watak-watak yang
kotor seperti ini. Kemunafikan berkembang dalam keadaan-keadaan seperti
ini hingga akhirnya ia menjadi suatu penyakit yang gawat. Kemunafikan
tidak saja menghalangi seseorang dari mencapai kebenaran. bahkan mencoba
untuk menutup-nutupinya , ia juga menjadi sebuah bendungan yang tidak
dapat dihancurkan. yang berada di tengah jalan pencapaian watak-watak
yang mulia. Tentu saja. untuk menghadapinya bergantung kepada perilaku
yang bijaksana dan integritas psiko logis yang bersandar pada
kesempurnaan rohani.
Sifat munafik adalah wabah penyakit berbahaya yang
mengancam kemuliaan dan martabat manusia. ia mengarahkan kepada
sifat-sifat yang tidak bertanggung jawab dan rendah, dan menggantikan
kepercayaan diri dengan prasangka, pesimisme dan kegelisahan.
Orang-orang yang mencapai titik yang berbahaya ini,
dalam perilaku jahat mereka tampak seolah mereka menginginkan yang
terbaik bagi semua orang. Ketika pribadi yang kacau ini (munafik)
berurusan dengan pasangan yang tidak harmonis, ia mengajukan diri
sebagai seorang sahabat yang baik dan seorang penasehat yang setia,
kemudian setelah itu ia berbalik dan menjatuhkan mereka, mengecamnya,
padahal sebenarnya ia tidak mempunyai hubungan rohani atau moral dengan
mereka.
Pujian-pujian yang keliru, penerimaan-penerimaan
tanpa syarat atas berbagai ideologi dan penahanan diri dari membela yang
benar ketika dibutuhkan, semua ini adalah watak orang-orang munafik.
Menurut seorang ulama besar, orang-orang munafik lebih berbahaya daripada musuh-musuh yang membelot:
Musuh mempunyai watak, baik itu musuh tersembunyi
atau musuh terang-terangan; karena rasa benci hanya memiliki satu warna:
Saya berharap bahwa teman itu seperti musuh sejauh adanya sifat
pura-pura. Tak syak bahwa teman yang munafik adalah lebih buruk dari
kemunafikan itu sendiri.
Karena orang yang munafik itu tidak mampu menarik
hati orang yang berurusan dengannya, atau memperoleh cinta dan hormat
darinya, kehidupannya pun penuh dengan kehinaan dan kebencian,
Usaha-usahanya untuk menyembunyikan fakta membuat kehidupannya tidak
aman, tidak stabil dan gelisah; karena ia berada dalam rasa takut yang
terus menerus akan terbongkarnya kedok yang sesungguhnya.
Salah satu unsur penderitaan sosial adalah
berkembangnya kemunafikan dan kurangnya kejujuran dan keikhlasan di
antara lapisan masyarakat. Jika kemunafikan merasuki struktur masyarakat
dan meliputi hati para anggotanya, ditambah dengan kebohongan dan
kerendahan yang tampak di antara mereka; masyarakat semacam ini akan
menghadapi kehancuran yang tidak dapat dielakkan.
Seorang sarjana Inggris, S. Smiles berkata:
Perilaku para politisi kontemporer berada pada
jalan pengerusakan dan kekacauan. Berbagai pendapat yang mereka berikan
dalam ruang-ruang resepsi berbeda dari apa yang mereka berikan dalam
pidato-pidato publik. Misalnya, politisi-politisi ini memuji orang
karena perasaan-perasaan patriot is mereka dan kemudian pada saat yang
sama berbalik dan tertawa dalam rapat-rapat pribadi mereka. Turun naik
(fluktuasi) pemikiran yang ada di zaman kita lebih daripada yang ada di
zaman mana pun di masa lalu, dan berbagai prinsip berubah dan
berbeda-beda sebagaimana berubahnya berbagai kepentingan. Saya percaya
bahwa kemunafikan lama kelamaan akan menjalar keluar dari tempurungnya
dan pada akhirnya menjadi sifat yang patut dipuji; karena jika kelas
atas dari suatu masyarakat menjadi munafik, semua kelas lainnya akan
turut mengangkat pandangan-pandangan yang sama, sebab mereka mengambil
berbagai kebiasaan dan perilaku mereka dari kelas yang lebih tinggi.
Kemasyhuran yang diperoleh hari ini adalah ketika sifat-sifat jahat
manusia dibeberkan, dengan melecehkan segala sifat yang mulia.
Ada seorang Rusia yang mempunyai pepatah bahwa:
Barangsiapa yang memiliki tulang punggung yang kuat, ia tidak dapat dipromosikan ke kedudukan yang lebih tinggi.
Tulang punggung orang-orang yang memuja kemasyhuran
pada akhirnya menjadi lemah dan lemas karena mengikuti turun-naiknya
reputasi dengan menipu manusia, menyembunyikan fakta-fakta dari publik
dan berbicara persis seperti kelas-kelas rendah. Namun yang lebih buruk
lagi adalah mengeksploitasi perselisihan dan kemunafikan yang mungkin
terjadi di antara kelas masyarakat yang berbeda-beda. Kemasyhuran
semacam ini tidak dapat dianggap oleh orang yang bijak kecuali dengan
kejijikan dan kebencian, dan para pena sehatnya pun tidak menaruh hormat
alau kemuliaan.
Ketulusan dan kejujuran merupakan pengejawantahan
dari kesadaran yang murni dan merupakan sifat-sifat kehidupan yang
paling mulia. Sifat-sifat ini, yang ditemukan dalam jiwa-jiwa yang
benar-benar suci, akan memadukan kepribadian dan membawa kedamaian,
persatuan dan kekuatan kepada masyarakat. Sewajarnyalah bagi manusia
untuk mencintai teman-temannya yang setia lebih daripada yang meragukan,
dan karena kecintaan terhadap orang-orang yang beriman itu meningkat,
kebencian terhadap orang-orang yang munafik pun meningkat pula.
Memberantas Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan
Ketika Islam mulai berkembang pesat, partai
orang-orang munafik yang merasa terancam lebih daripada partai oposisi
lainnya, mencoba menghancurkan pilar-pilar pemerintahan Islam. Mereka
membuat sumpah kepada Nabi Saw., kemudian menolak untuk memenuhi
tugas-tugas ketika tiba saatnya bagi mereka untuk melaksanakannya.
Mereka juga mengecam orang-orang yang beriman.
Kelompok minoritas yang destruktif dan merusak ini
tidak sanggup untuk bersabar menghadapi orang-orang yang setia dan taat
kepada Rasulullah Saw. Pemimpin orang-orang munafik ini ialah Abu Amir
(seorang pendeta), yang adalah Ketua Masyarakat Al-Kitab di Madinah, di
mana ia memperoleh reputasi di antara masyarakatnya karena menjadi
seorang yang relijius. Ia meramalkan tentang datangnya Nabi Saw.
terutama tentang risalah beliau dan selama tahap awal kenabian beliau.
Kemudian ia tidak tahan menghadapi hancurnya reputasi karena
berkembangnya Islam, sehingga ia hijrah ke Makkah dan menyertai
orang-orang munafik berperang melawan Nabi Saw. di Badar dan Uhud.
Kemudian Abu Amir melarikan diri ke Romawi dan
mulai berkomplot untuk melenyapkan lslam. Adalah atas anjuran dia para
sahabatnya membangun "Masjid Perselisihan (dzirar)" di Madinah. Pada
saat itu Masjid ini didirikan, namun tidak ada seorang pun diperbolehkan
untuk membangun sebuah masjid tanpa persetujuan dari Rasulullah Saw.
Nabi Saw. memberi izin kepada mereka untuk membangun masjid tersebut dan
ketika beliau kembali dari perang Tabuk, jamaah masjid itu memanggil
Nabi Saw. untuk meresmikannya. Sebelum itu, Allah SWT telah
memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang adanya niat-niat jahat mereka
dan Nabi menolak untuk pergi serta memerintahkan kepada pasukan beliau
untuk menghancurkan masjid tersebut.
"Hanya yang hendak mengunjungi masjid-masjid Allah
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada
Allah. maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk".
(QS. 9:10)
Dengan cara ini khianat mereka untuk berkomplot digagalkan, dan tempat pertama bagi orang munafik tersebut dibakar.
Dalam banyak ayat, AI-Quran sangat mengutuk kelompok ini dan mengecam mereka:
Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman
kepada Allah dan hari Kiamat.”, dan mereka bukan orang-orang yang sama
sekali beriman, Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, dan
mereka tidak merasa, ada penyakit di dalam hati mereka, maka Allah
menambah penyakit mereka dan mereka akan mendapat hukuman yang pedih
karena mereka berdusta. Dan ketika dikatakan kepada mereka, 'Janganlah
membuat kerusakan di muka bumi', mereka berkata: 'Kami tidak lain adalah
pembuat kedamaian.' Sekarang sesungguhnya mereka sendirilah yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa.
(QS 2:8-J2)
Sifat munafik adalah penyakit rohani; inilah yang telah Imam Ali a.s. tunjukkan ketika beliau berkata:
Sadarlah akan orang-orang munafik karena mereka itu
tersesat, menyesatkan, dan pemimpin kepada jalan yang batil. Hati
mereka, sakit, namun penampilan mereka suci.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 146)
Dr, H, Shakhter berkata:
Ada beberapa orang berdebat tentang, tidak adanya
alasan lain kecuali menjadi orang yang terkenal. Orang-orang ini tidak
percaya terhadap keyakinan mereka, juga terhadap apa yang mereka
perdebatkan; mereka mengecam orang lain agar supaya tutup mulut karena
sulit bagi mereka untuk bersabar terhadap orang lain yang berbeda dengan
mereka. Jenis lain dari orang semacam ini adalah bahwa ketika mereka
melihat ketidaksesuaian orang dengan mereka, mereka mengikuti cara yang
munafik untuk menciptakan perselisihan sehingga akan membuktikan
eksistensi mereka.
(Rushd Shakhsiyyat)
Imam Ali a.s. kata-katanya:
Seorang munafik: Kata-katanya indah dan batinnya (kesadarannya) sakit.
(Ghurar AI-Hikam, hal 60)
Orang munafik tidak mempunyai kelompok yang dapat
dijadikan sandarannya, oleh karena itu secara terus menerus ia hidup
dalam kebingungan. Rasulullah Saw. menggambarkan orang munafik dengan
mengatakan:
"Seorang munafik adalah seperti seekor domba yang bingung di antara dua kawanan."
(Nahj Al-Fashahah, hal. 562)
Nabi Saw. memberitahukan kita tentang tiga tanda orang munafik ketika beliau berkata:
Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman
kepada Allah dan hari Kiamat”, dan mereka bukan orang-orang yang sama
percaya mengkhianati”.
(Bihar AI-Anvar, jilid XV, hal. 30)
Imam AI-Baqir a.s. berkata:
Adalah suatu kejahatan bila seorang yang suka
beribadah memiliki dua wajah dan dua lidah, memuji saudaranya di saat
ada dan menghujatnya di saat ia tidak ada. Jika ia memberi kepada
saudaranya, ia mendengkinya, dan jika saudaranya diuji, ia membiarkan
(tidak menolongnya).
(Bihar AI-Anwar, jilid XV, hal. 172)
Imam Ali a.s. menunjukkan watak lain dari
orang-orang munafik di mana beliau menyatakan bahwa mereka selalu
bersikap defensif tetapi kritis terhadap orang lain:
Orang munafik adalah pemuja dirinya, dan pencemar nama baik orang lain.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 88)
Dr. S. Smiles berkata:
Penyanjung dan orang-orang munafik selalu
memikirkan diri sendiri dan tidak pernah prihatin terhadap orang lain.
Mereka disibukkan oleh perbuatan dan urusan mereka sendiri hingga
eksistensi mereka yang kecil dan rendah menjadi alam dan berhala mereka
yang besar.
(Akhlaq)
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. menjelaskan tentang nasehat Luqman kepada puteranya:
Seorang munafik mempunyai tiga tanda: lidahnya
bertentangan dengan hatinya, hatinya bertentangan dengan perilakunya,
penampilannya bertentangan dengan batinnya (kepercayaannya).
(Bihar Al-Anwar, jilid XV, hal. 30)
Pemikiran-pemikiran manusia mengungkapkan dirinya
yang sesungguhnya. Orang-orang yang mencoba menyembunyikan apa yang ada
di dalam hati mereka di bawah kemunafikan dan penjilatan tidak akan
pernah menjadi orang yang berhasil, karena realitas dan kebenaran mereka
pada akhirnya akan terungkap. Seseorang berkata kepada Imam Ash-Shadiq
a.s.:
Ketika seseorang berkata kepadaku: 'Aku suka padamu.' Bagaimana aku tahu kalau ia berkata benar?
Imam a.s. menjawabnya:
Periksalah hatimu, jika kamu menyukainya, maka ia
menyukaimu. Perhatikanlah hatimu, jika ia menolak sahabatmu maka salah
seorang di antara kamu telah berbuat sesuatu.
(AI-Wafi, jilid III, hal. 106)
Dr. Mardin berkata:
Jika anda benar-benar mengira bahwa anda dapat
memperkenalkan diri anda dengan kata-kata, maka anda telah menipu diri
anda sendiri. Karena orang lain tidak akan menghukum anda dengan
norma-norma yang anda harapkan untuk diterapkan. Mereka akan mengenal
anda melalui perbuatan, kata-kata, kondisi, kesadaran dan batin anda
sendiri. Orang-orang yang anda ajak bicara akan melihat kekuatan dan
kelemahan gagasan-gagasan anda, kemunafikan dan realitas anda dari
ucapan anda dan bahkan dalam diamnya anda. Orang-orang di sekeliling
anda akan menemukan harapan dan niat anoa, kemudian mereka membentuk
pendapat mereka tentang anda; bahkan jika anda berkeberatan terhadap
beberapa pandangan mereka tentang anda, mereka tidak akan berkehendak
untuk merubahnya. Kadang-kadang kita mendengar orang berkata: 'Saya
bahkan tidak dapat melihat pribadi tertentu'. Orang-orang ini tidak
dapat bersabar menghadapi orang-orang yang dibencinya, sekalipun mereka
mungkin memiliki beberapa sifat yang patut dihargai atau memiliki
penampilan yang menyenangkan. Orang-orang yang merasa seperti ini adalah
karena mereka telah membaca berbagai pemikiran dan perasaan orang lain.
Kita juga merasakan hal ini terhadap beberapa orang. Inilah dampak dari
pemikiran. Semua pemikiran dan perasaan kira menyebar di sekeliling
kita dan dengan sinar pemikirannya orang lain pun merasakannya.
Imam Ali a.s, berkata:
Kesadaran yang sehat lebih memiliki kesaksian yang benar daripada lidah-lidah yang mengesankan.
(Piruzi Fikr)
Ketika 'kami berkata munafik, maksud kami dalam
pengertian yang luas ketimbang sekadar kemunafikan ideologis, tingkah
laku, moral, atau lisan, karena lslam telah menyeru semua pengikutnya
terhadap persatuan yang total dan luas, agar dapat membimbing mereka
kepada kehidupan yang tulus, bebas dari kemunafikan, pertikaian dan
pengkhianatan.
6. Fitnah
• Masyarakat yang Ternodai Fitnah
• Mudarat-mudarat Fitnah
• Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang
• Agama Terhadap Akhlak yang Buruk
Masyarakat yang Ternodai Fitnah
Tidak syak lagi bahwa saat sekarang ini masyarakat
manusia menderita berbagai macam penyelewengan rohani dan korupsi sosial
dan telah lalai dalam mengembangkan akhlak mereka, pada langkah yang
sama mereka mampu menjaga kemewahan-kemewahan materi bagi diri mereka:
Hari demi hari masyarakat semacam ini menghadapi sejumlah besar penyakit
gawat yang telah membanjiri lautan kehidupan dengan berbagai
penderitaan yang fatal. Orang-orang yang bersungguh-sungguh berjuang
untuk menghindari berbagai penderitaan pun menyudahi keracunan mereka
dengan dosa-dosa dan' mencari tempat berlindung dalam pangkuan
kerendahan guna mengurangi berbagai penderitaan rohani dan kegelisahan
mereka. Namun sinar matahari kebahagiaan tidak akan pernah mengalihkan
cahayanya yang menerangi kehidupan mereka.
Orang-orang ini telah menipu diri sendiri dengan
meyakini bahwa mereka telah bebas dari segala pembatasan dan
peraturan-peraturan, dan kini mereka berlomba-lomba di medan-medan
kerendahan dan kelalaian, Bila secara hati-hati kita memeriksa kehidupan
orang-orang yang tanpa akhlak ini, kita temukan bahwa mereka
menggunakan cara-cara peningkatan materi yang cepat terhadap berbagai
tujuan yang mereka ciptakan untuk kepentingan itu. Mereka telah
menjadikan fenomena materi sebagai suatu poros bagi berbagai hasrat dan
keinginan mereka, dan mendung dosa-dosa pun telah membayangi masyarakat
mereka.
Akan lebih produktif lagi jika mereka menggunakan
harta kekayaan mereka yang melimpah, yang mereka habiskan untuk
penyelewengan dan kekacauan, di wilayah akhlak yang baik yang tidak
dapat dirubah. Meskipun begitu norma-norma perilaku yang mereka terima,
secara terus menerus berubah.
Tiada gunanya untuk mengatakan bahwa kalau
sifat-sifat yang mulia menjadi hakim bagi kepribadian-kepribadian yang
baik, para anggota masyarakat tidak akan melaksanakannya melainkan akan
selalu dipengaruhi oleh pikiran sosial yang mengarahkan mereka untuk
meniru perbuatan-perbuatan masyarakat lain, mereka pun tidak tahu menahu
tentang adanya kemungkinan pengaruh-pengaruh yang merugikan. Atas dasar
ini kita harus menyadari bahwa peradaban kontemporer kurang mampu
menciptakan watak-watak yang sehat dan mulia, mereka juga tidak dapat
menjamin keselamatan atau kebahagiaan bagi masyarakat mana pun. Dr.
Carl, seorang sarjana Perancis terkenal berkata:
Kira membutuhkan suatu dunia di mana setiap orang
dapat menemukan suatu tempat yang pantas bagi dirinya tanpa
membeda-bedakan antara kebutuhan materi atau kebutuhan rohani. Dengan
ini kita mampu menyadari bagaimana kita bisa hidup, kemudian kita
menyadari pula bahwa kemajuan pada jalan kehidupan tanpa suatu pedoman
yang benar adalah suatu hal yang berbahaya. Kini kita menyadari bahaya
ini, namun mengherankan betapa kita telah lalai untuk mencari cara-cara
berpikir yang benar. Kenyataannya bahwa hanya sedikit yang benar-benar
mengetahui bahaya ini. Kebanyakan manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu
mereka dan mereka begitu mabuk dengannya yang, tanpa menghiraukan
seberapa tinggi teknologi mereka, mereka tidak berkehendak untuk
menghentikan segala kesenangan yang haram itu demi suatu peradaban yang
layak.
Kehidupan hari ini seperti sungai indah yang
mengalir dari lereng yang curam, menghanyutkan harapan dan mimpi-mimpi
kira ke dalam lautan kerusakan dan penyelewengan demi memuaskan
keinginan-keinginan sementara dan kebutuhan-kebutuhan sesaat. Banyak
orang telah menemukan kebutuhan-kebutuhan baru dan kini berjuang keras
untuk memenuhi kebutuhan ini. Di samping kebutuhan ini, ada hal-hal
lainnya yang membawa kebahagiaan sementara kepada mereka, seperti
fitnah, bergunjing, perbincangan tanpa arah tujuan, dan lain-lainnya
yang sebenamya lebih berbahaya daripada alkohol terhadap kesehatan.
Salah satu penyelewengan sosial yang hendak kami
uraikan adalah fitnah; tidaklah perlu untuk menjelaskan makna teknis
dari fitnah, karena setiap orang telah mengetahuinya.
Mudarat-mudarat Fitnah
Mudarat fitnah yang paling berbahaya adalah
pengrusakan kepribadian rohani dari kesadaran orang yang memfitnah.
Orang-orang yang menyimpang dari jalan pemikiran alami mereka akan
kehilangan keseimbangan berpikir dan sistem perilaku mereka yang mulia;
di samping itu juga merusak perasaan-perasaan manusia dengan menyingkap
rahasia dan kesalahan mereka.
Fitnah menghancurkan singgasana moralitas manusia
dan merampas martabat dan sifat-sifatnya yang tinggi dengan kecepatan
yang menakjubkan. Sebenarnya, fitnah membakar lapisan-lapisan moralitas
di dalam hati pemfitnah hingga menjadi abu. Fitnah menggelapkan
pemikiran yang jernih hingga akhirnya gerbang-gerbang akal dan pemahaman
menjadi mati. Bila kita berpikir tentang bahaya fitnah terhadap
masyarakat, kira temukan bahwa fitnah telah membuat kerusakan besar
terhadap para anggota masyarakat.
Fitnah memainkan suatu peranan yang menghancurkan
dalam menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian di antara para
anggota masyarakat yang berbeda-beda. Jika fitnah dibiarkan berkembang
dalam masyarakat, akan merampas kebesarannya, reputasi baiknya dan
menciptakan perselisihan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di
antara anggota masyarakat.
Patut disayangkan bahwa kita harus mengakui
kenyataan bahwa fitnah telah menemukan jalannya menuju semua kelas
sosial. Hal ini menunjukkan suam kenyataan bahwa berbagai peristiwa
kehidupan itu saling terkait, sehingga penyelewengan-penyelewengan
psikologis yang mungkin timbul dalam suatu kelas sosial akan merasuk ke
semua kelas lainnya. Sebagai akibat dari berkembangnya fitnah ini; sifat
pesimis dan prasangka pun membayang-bayangi masyarakat; manusia
kehilangan kepercayaan satu sama lain dan berubah menjadi kecurigaan.
Mengingat hal ini, kita dengan aman dapat mengatakan bahwa tanpa
mencerahkan diri dengan berpikir secara bersaudara dan dengan
sifat-sifat yang mulia, masyarakat tidak akan pernah memperoleh
keharmonisan atau persatuan di dalamnya. Sebuah masyarakat yang kurang
akan karunia sifat-sifat yang mulia sudah pasti jauh dari watak-watak
kehidupan yang sesungguhnya.
Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang
Dengan tidak menghiraukan fakta bahwa fitnah
merupakan suatu pengejawantahan dari dosa-dosa praktis, ia secara
langsung berhubungan dengan rohani manusia. Fitnah adalah suatu tanda
dari bahaya yang mendasari kekacauan jiwa, yang karena itu kita harus
mencari alam rohani dan kejiwaan.
Para sarjana behavioris menyebutkan sejumlah alasan
bagi berkembangnya fitnah. Hal terpenting adalah: dengki, amarah,
sombong, egois dan prasangka. Tidak syak lagi, setiap perbuatan yang
dilakukan individu berangkat dari keadaan tertentu yang berada dalam
kesadarannya, dan sebagai akibat dari pengejawantahan keadaan-keadaan
semacam ini, yang adalah seperti bara api di bawah abu yang dingin,
yakni lidah; penerjemah perasaan-perasaan manusia, mengeluarkan fitnah.
Ketika watak-watak tertentu secara mendalam telah
berakar dalam kesadaran manusia, ia membutakan matanya dan menguasai
pemikirannya. Salah satu alasan fitnah yang berkembang luas adalah bahwa
para pemfitnah tidak mempedulikan dampak-dampak bahaya sesudahnya. Kita
melihat orang-orang yang menahan diri dari dosa-dosa lainnya tetapi
tidak berpikir dua kali terhadap perbuatan jahat yang menyengsarakan
ini. Pengulangan fitnah tanpa mempertimbangkan dampak-dampak sesudahnya
akan merampas kendali kemampuan manusia Untuk menahan diri dari
mengikuti nafsu-nafsunya tanpa menghiraukan pengetahuannya tentang
realitasnya yang berbahaya. Orang-orang ini berusaha untuk meraih
integritas dan kesempurnaan. Orang-orang seperti ini melarikan diri dari
realitas dan menolak untuk menanggung sedikit penderitaan dalam
mencapai kebahagiaan. Dengan demikian mereka menjadi korban kekuasaan
nafsu-nafsu mereka yang rendah.
Orang-orang yang tidak memperhatikan martabat
dirinya sendiri atau orang lain, tidak patuh kepada hukum etika; dan
seseorang yang membuat kehidupan sebagai arena bagi nafsu-nafsunya, akan
menerima kesengsaraan akibat melanggar batas hak-hak orang lain.
Sifat akhlak yang miskin ini berasal dari keimanan
yang lemah, sedangkan akhlak merupakan buah dari keimanan. Jika
seseorang tidak mempunyai iman, ia tidak mempunyai motif untuk
berkelakuan baik atau menjalankan moral yang mulia.
Setiap orang memiliki pendapat mengenai cara
terbaik dalam menolong orang dari penyelewengan dan pengrusakan moral.
Menurut pendapat saya cara yang paling efektif adalah mendorong,
kehendak baik mereka dengan menyadarkan terhadap seruan-seruan kepada
kebaikan dan berbagai naluri manusiawi serta mengarahkan mereka untuk
menggali kekayaan pikiran manusia dalam meraih kebahagiaan. Dengan
menarik perhatian manusia. kepada dampak-dampak akhlak yang buruk dan
dengan memperkuat kehendak mereka, kita dapat mengalahkan segala watak
buruk dan mengganti rel kegelapan dengan sifat-sifat yang mulia.
Dr. Jago menulis:
Bila kita berniat memerangi kebiasaan yang tidak
baik pertama-tama kita harus menyadari akibat-akibat buruknya. Kemudian
kita harus mengakui kebiasaan tersebut dan akhirnya merenungkan
kejadian-kejadian yang membuat kita menjadi korban kebiasaan semacam
ini. Jika kita mengenal diri kita sendiri melalui tahap-tahap kebiasaan
ini. kita akan mengalahkan niat buruk itu dan merasa senang dalam
menyingkirkannya.
Dengan adanya benih-benih integritas dalam jiwa
manusia dan dengan tersedianya cara-cara untuk bertahan, kita mampu
menyadari sebab-sebab di balik kesesatan dan kebingungan serta
menyingkirkannya dari jiwa dan kesadaran kita membangun tembok yang kuat
dalam menghadapi berbagai keinginan dan nafsu yang tiada
habis-habisnya.
Berbagai tindakan merupakan gambaran dari si pelaku
dan oleh karenanya merupakan pencerminan dari martabat dan realitas
mereka. Dengan alasan ini jika seseorang mendambakan kebahagiaan, ia
harus. memilih tindakan-tindakan yang benar guna merubahnya menjadi
benih-benih kebahagiaan yang berharga. Manusia juga harus menyadari
bahwa Allah mengetahui semua tindakannya, tidak pandang seberapa pun
kecilnya.
Menurut seorang filosof:
Janganlah mengatakan bahwa alam semesta ini tidak
memiliki akal atau perasaan, karena dengan berkata demikian berarti anda
menuduh diri anda sendiri tidak berakal dan atau berperasaan. Jika alam
semesta tidak berakal atau berperasaan, maka anda juga tanpa perasaan
dan akal.
Dengan cara yang sama, masyarakat membutuhkan
barang-barang materi agar mampu untuk terus hidup, ia membutuhkan
sejumlah keharmonisan tertentu untuk memelihara berbagai ikatan rohani
di antara anggotanya. Suatu masyarakat yang dengan teliti mengamati
beban yang berat di antara tugas-tugas sosialnya dapat memanfaatkannya
dalam memperoleh integritas.
Bagi kita. untuk mengeluarkan jiwa kita dari
kegelapan kepada cahaya, kita harus memperkuat segala pemikiran yang
mulia di dalam hati kita guna menangkis berbagai gagasan atau niat yang
merusak. Dengan menjaga lidah kita dari fitnah, berarti kita mengambil
langkah pertama untuk kebahagiaan. Bagi kita, menangkis berkembang
pesatnya pengrusakan adalah wajib untuk menciptakan suatu revolusi
psikologis di antara umat ini. Kita dapat melaksanakan ini dengan
memperhatikan hak-hak orang lain yang nantinya akan menumbuhkan
akar-akar kemanusiaan dan kerohanian, kemudian mengambil langkah lagi
untuk membela sifat-sifat yang mulia, yang kepadanyalah perjuangan hidup
setiap masyarakat bergantung.
Agama Terhadap Akhlak yang Buruk
Al-Quran mengungkapkan realitas fitnah dalam sebuah ayat yang singkat namun mengesankan:
“Apakah salah seorang di antara kamu senang memakan daging mayat saudaranya? Tentu kamu tidak menyukainya.”
Oleh karena itu, sewajarnyalah jika manusia menolak
memakan daging orang yang telah mati, akalnya pasti membenci fitnah.
Para pemimpin agama begitu banyak memberikan perhatian kepada perbaikan
perasaan dan watak kejiwaan manusia sebanyak yang mereka berikan kepada
perjuangan untuk menyingkirkan politeisme dan ateisme.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akblak yang mulia."
Manusia telah dibimbing kepada moralitas oleh
mazhab besar lslam dan didukung dengan pemahaman yang kuat dan logis.
lslam memandang segala pelanggaran batas dari sudut moralitas sebagai
suatu dosa besar dan tercela.
Sesungguhnya, Islam tidak hanya berhenti pada
penunjukan fitnah sebagai dosa yang mengerikan, tetapi juga mewajibkan
kepada semua kaum Muslimin untuk mempertahankan martabat orang-orang
yang terkena fitnah.
“Jika seseorang difitnah sementara kamu ada di
sana, maka jadilah penolong orang tersebut, celalah pemfitnah dan
asingkanlah kelompoknya.” (Nahj Al-Fasahah, hal. 48)
Rasulullah Saw. bersabda:
"Barangsiapa yang mempertahankan martabat
saudaranya di saat ketidakhadirannya, maka adalah haknya atas Allah
untuk melindunginya dari api neraka." (Nahj Al-Fasahah, hal. 613)
Rasulullah Saw. juga bersabda:
"Barangsiapa yang memfitnah seorang Muslim selama bulan Ramadhan, tidak akan ada pahala bagi puasanya." (Bihar Al-Anwar, jilid XVI, hal. 179)
Rasulullah Saw. juga menggambarkan tentang kedudukan seorang Muslim sebagai berikut:
"Seorang Muslim adalah orang yang menjaga Muslim yang lain dari tangan dan lidahnya."
Jelaslah bahwa jika seseorang membiarkan lidahnya
memfitnah saudara Muslimnya yang lain maka ia telah melanggar
aturan-aturan moralitas dan menjadi seorang kriminal di mata kemanusiaan
dan lslam. Semua mazhab Islam dengan suara bulat setuju bahwa fitnah
merupakan dosa besar; karena pemfitnah melanggar perintah-perintah Ilahi
dan melanggar hak-hak orang lain dan tidak mengindahkan
perintah-perintah Sang Pencipta.
Sebagaimana seorang yang tidak hadir tidak dapat
mempertahankan martabat dan kehormatannya, orang yang telah mati pun
tidak dapat mempertahankan diri, oleh karena itu, adalah tugas setiap
orang untuk menghormati hukum mengenai kehormatan orang yang telah mati.
Fitnah dan gunjingan adalah semacam tekanan rohani. Imam Ali a.s. berkata:
Fitnah adalah suara orang yang lemah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 38)
Dr. H. Shakhter berkata:
Kekecewaan dalam memperoleh berbagai kebutuhan
mengakibakan siksaan rohani. Siksaan rohani ini menghasut kita untuk
melukiskan suatu bentuk pertahanan. Dalam keadaan seperti ini manusia
berbeda-beda dalam jenis perbuatan yang mereka lakukan. Jika seseorang
merasa bahwa orang lain tidak memberinya perhatian yang ia harapkan,
karena merasa takut akan ditolak, ia memilih jalan pengasingan dan
penyendirian dari hidup bermasyarakat. Ia mungkin duduk di sudut suatu
perkumpulan dengan berdiam diri dan terpisah, tidak berbicara kepada
siapa pun, mengkritik mereka, atau tertawa sendiri tanpa ada alasan.
Atau mungkin ia berdebat dengan orang lain, memfitnah yang tidak hadir
dan mengecam sampai ia membuktikan kehadirannya dengan cara seperti ini.
(Rushd e Syakhshiat)
Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:
Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin
mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam
orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam
guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita
tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau
memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin
mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.
Kesimpulannya, untuk Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:
Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin
mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam
orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam
guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita
tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau
memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin
mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.
Kesimpulannya, untuk mengembangkan sifat-sifat yang
baik, kita harus memperhatikan diri kita dan memelihara niat-niat yang
bersih kita harus memulai dari diri kita sendiri sehingga kita dapat
memperoleh landasan yang tepat bagi kebahagiaan kita dan bagi
kebahagiaan masyarakat kita di segala bidang.
7. Mencari-Cari Kesalahan
• Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri
• Sindiran dan Para Penghina
• Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir
Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri
Salah satu perilaku manusia yang paling lemah
adalah ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahan-kesalahannya
sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu akan suatu sifat yang tidak
dikehendaki, yang akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam
ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang menjadi budak
kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas di dalam dirinya. Setelah itu
menjadi korban berbagai kecenderungan dan beragam nafsunya yang
mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan. Di bawah keadaan
seperti ini, baik petunjuk maupun nasehat yang bersifat membangun tidak
akan berpengaruh.
Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah
menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan agar manusia
dapat menyingkirkan akhlak-akhlak buruknya dan menolong dirinya dari
berbagai bahaya dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada
penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak semacam ini.
Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa
manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah penting menuju
integritas rohani dan perilaku. Renungan diri membuat seseorang
menyadari berbagai kelemahan dan hal-hal positifnya, menghapus
sifat-sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin jiwanya dari
noda dosa-dosa dengan mengadakan penyucian akhlak.
Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat
diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui cerminan sesungguhnya
dari diri kita di dalam cermin perbuatan-perbuatan kita. Adalah tanggung
jawab kita untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat
menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang tanpa terasa telah
tumbuh di dalam diri kita. Tidak syak lagi, kita akan mampu mencabut
akar-akar sifat semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam
kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang melawannya. Bagaimanapun
juga, pencapaian sifat-sifat mulia memerlukan kesabaran melalui kerja
keras yang tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dilaksanakan.
Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang
berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar menyadarinya tetapi
juga harus memiliki kehendak yang kuat ke arah sana. Lebih baik lagi
bila kita mengerahkan tindakan-tindakan kita juga pemikiran kita menjadi
lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil dari setiap langkah dalam
proses ini akan membawa kira maju ke tahap selanjutnya.
Dr. Carl menulis:
Cara yang paling efektif untuk mengubah program
harian kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan
memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau kembali
hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan cara yang sama pula kita
menyelesaikan tugas tertentu pada kesempatan khusus; kita harus
memasukkan ke dalam jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu
sehingga orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai aktivitas kita.
Dalam tingkah laku kita harus fair dan adil.
Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan
terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya membersihkan tubuh kita dari
kotoran seperti mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang
melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur; demikian juga
pentingnya merenungkan akhlak dan pemikiran kita sepenting gerak badan
ini. Dengan mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya untuk
memperhatikan batas-batas kira yang ditandai, kita dapat melihat
kenyataan kira sendiri tanpa adanya penghalang. Keberhasilan kita dalam
membuat keputusan secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri.
Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda, kaya atau miskin,
terpelajar atau jahil, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dalam
pengeluaran dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis menulis
tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan menggunakan cara seperti
ini secara cermat dan sabar, jasmani dan rohani kita akan berubah ke
arah yang lebih baik.
Sindiran dan Para Penghina
Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan,
kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan mengecam mereka
atas dasar kelemahan-kelemahan ini. Namun dalam banyak hal, berbagai
kesalahan dan kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat
mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan mendudukkan diri mereka
di atas berbagai kemalangan orang lain.
Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak perilakunya.
Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk
menjatuhkan orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai dengan
kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-kerumitan perilaku ini
menghasut manusia untuk membuat keputusan-keputusan yang keliru dan
berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang benar.
Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah
menyia-nyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak dapat diterima oleh
akal maupun hukum. Mereka terlalu bernafsu melihat berbagai kesalahan
temannya untuk menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu bahwa
dengan berbuat demikian mereka sebenarnya membuang kesempatan untuk
melihat kesalahannya sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan
kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak melihat adanya
syariat atau tidak menghormati martabat orang lain; mereka tidak dapat
hidup secara harmonis dengan orang-orang yang paling dekat dengan
mereka. Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran untuk
menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat dan teman mereka;
dengan alasan tadi orang-orang ini tidak mampu mendapatkan
sahabat-sahabat yang sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat
mereka rasakan.
Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan;
oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang lain tidak bisa
menyadari jumlah kerusakan yang mereka lakukan terhadap diri mereka
sendiri, mereka tidak dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial
terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka. Perbuatan-perbuatan salah
yang mereka lakukan tidak lain akan menimbulkan kebencian, permusuhan
dan kejijikan. Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan,
"Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya bila ia telah
terbang jauh".
Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan
orang lain harus menentukan berbagai tugas dan tanggung jawabnya
sendiri, salah satu darinya adalah dengan selalu mencari sifat-sifat
luhur dan perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat memuliakan
mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang menghina
martabat orang lain dan yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta,
karena cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling menghormati dan
saling menaati di antara kedua kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan
menyembunyikan berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang
dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.
Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak
menarik perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-titik lemahnya
sehingga orang tersebut mempunyai kesempatan untuk berubah. Tentu saja
perlu bagi individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya kepada
sifatnya yang tidak menyenangkan dengan menggunakan keahlian khusus agar
tidak menghina atau "menyakiti perasaannya".
Menurut seorang pendidik:
Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda
kepada kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas atau gerak
isyarat, biasanya tidak perlu untuk berbicara secara langsung. Jika anda
berkata kepada seseorang, 'Anda membuat kesalahan', maka ia tidak akan
pernah setuju dengan anda karena anda telah menghina akalnya,
kemampuannya untuk berpikir dan kepercayaannya.
Menentangnya secara terang-terangan akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar. Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak mengawalinya dengan, 'Saya akan membuktikannya kepadamu,' atau 'Saya akan membenarkan itu', ini berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut ketika anda berupaya dalam bidang ini: 'Ajarlah orang tanpa harus menjadi guru.'
Menentangnya secara terang-terangan akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar. Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak mengawalinya dengan, 'Saya akan membuktikannya kepadamu,' atau 'Saya akan membenarkan itu', ini berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut ketika anda berupaya dalam bidang ini: 'Ajarlah orang tanpa harus menjadi guru.'
Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir
Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib
mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang berbagai akibat
perbuatan jahat mereka.
Tertulis dalam Al-Quran:
Tertulis dalam Al-Quran:
"Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik".
lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk
memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku yang baik guna
memelihara persatuan lslam juga melarang memfitnah dan menyindir untuk
menghindari permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh karena
itu, adalah tugas setiap Muslim untuk memperhatikan hak-hak orang lain
dan menjauhkan diri dari sifat menghina dan merendahkan mereka.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di
dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang kehausan ketika
menemukan air yang sejuk.
(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)
Imam Al-Baqir a.s. berkata:
Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari
kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia mengalaminya,
mengkritik orang lain karena sesuatu hal yang ia sendiri mengerjakannya,
atau menyakiti sahabat karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin
padanya.
(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)
Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:
Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang
mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena persahabatan dengan
mereka akan menjadikan tidak aman dari makar-makar mereka.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)
Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak
kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap kritik yang
bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang nasehat yang membangun kita
mampu mempersiapkan berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya
Allah.
Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:
Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi
orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan) kelemahan-kelemahanmu,
dan membantumu melawan berbagai inspirasi mu yang keliru. (Ghurar AI-Hikam, hal. 558)
Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People:
Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya,
karena jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari tindakan dan
pemikiran kira benar. Albert Einstein mengakui bahwa sembilan puluh
sembilan persen dari gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang
hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi defensif bahkan
tanpa mengetahui apa yang ingin ia katakan; namun ketika hal ini
terjadi, setelah itu saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih
menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan kritikan tanpa
memperhatikan tingkat ketepatan dan keakuratan berbagai ulasannya.
Sesungguhnya kita bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan.
Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar yang dilambungkan
oleh gelombang perasaan di tengah laut yang gelap. Saat ini banyak di
antara kita yang percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita
akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita pun tertawa
terhadap berbagai tindakan dan pemikiran kita.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus memulai dari dirinya.
(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)
Dr. H. Shakhter berkata:
Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai
ucapan atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan berbagai problem
dan penderitaan anda sendiri, dan bila mungkin memperbaikinya. Adalah
wajib atas tiap orang di antara kita untuk merenungkan berbagai problem
kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan kelemahan kita, dan
memecahkannya jika mampu.
(Roshd e Shakhsiat)
Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya.
Menurut Imam Ali a.s.:
Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang
membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain dan tidak
melihat apa yang tersembunyi tentang kesalahannya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)
Dr. Auibuty berkata:
Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui
kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di balik kerudung
kejahilan dan ketidaksadaran yang membujuk diri kita dengan cara ini.
Adalah mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan
kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa pernah mencoba
untuk menghapusnya. Namun ketika salah satu dari kesalahan mereka
terungkap dan mereka tidak dapat menyembunyikannya, mereka pun
menciptakan ribuan alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain.
Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri tentang berbagai
kesalahan mereka di mata orang lain, mereka lupa bahwa hari demi hari
gengsi terhadap kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata. Tepatnya
seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang perkasa.
(Dar Jostojuye Khushbakhti)
Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara
yang diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan mengobati
berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s. menasehati manusia dengan cara
yang sama. Beliau berkata:
Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk
menunjukkan secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam agama,
pendapat, perilaku dan akhlak, serta mengumpulkannya di dalam hati
mereka atau dalam .sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)
Juga menurut seorang psikolog:
Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang
tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah keluargamu agar tidak
mengizinkan orang lain mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan
lebih mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik; karena apa yang
ingin kita lakukan memerlukan hukum dasar yang tidak mengizinkan
pemikiran anda terganggu dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama.
Juga, jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah anda.
Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan
sebuah pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut kertas buram
yang murah agar mengizinkan anda untuk menggunakan jumlah yang besar
tanpa mengkhawatirkan biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah
karena anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan psikologis
ketika anda mempelajari diri anda, anda akan membutuhkan sebuah pena
yang tidak akan mengganggu anda.
Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis
perasaan dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada hari ini dan
hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah kembali masing-masing darinya,
berpikirlah secara mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal
yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai perasaan ini tanpa
adanya syarat-syarat atau batasan-batasan. Janganlah khawatir jika hal
ini banyak memakan waktu.
Bila anda telah menuliskan semua tindakan,
pemikiran, perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri cinta
diri, keterasingan, kesombongan... dan seterusnya. Sekarang cocokkanlah
setiap tindakan atau pemikiran dengan naluri yang mendorongnya dengan
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda: naluri
manakah yang mendorong tindakan atau ucapan ini?
Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah
untuk mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian rohaninya
sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai kekuatan rohani yang bersifat
membangun dapat menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai
keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar merasa bahwa ia
adalah seorang pribadi yang baru. Oleh karenanya, ia akan menyadari
tujuan-tujuan dan makna-makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil
jalan baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada kehidupan
sebelumnya.
(Ravankavi)
8. Dengki
• Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan
• Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian
• Agama terhadap Sifat Dengki
Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan
Manusia hidup dalam gerakan yang terus-menerus di
antara gelombang permasalahan dan kesengsaraan dalam kehidupan yang
tidak stabil ini. Ia berjuang guna mengurangi ketegangan dari berbagai
kesulitan pada jiwa dan raganya, sehingga ia dapat memungut bunga-bunga
harapannya dan mewujudkan harapan itu dalam kehidupannya, satu demi
satu. Selama hubungan erat manusia dengan kehidupan tidak terputus oleh
kematian, dan ia melihat suatu jalan menuju harapan, maka ia akan selalu
berupaya mencapai kebahagiaan. Pada akhirnya, sinar harapan itulah yang
memberi manusia kehidupan dan membuat kepahitannya menjadi manis.
Beberapa di antara kita berhasrat ingin menjadi
kaya dan berharap memperoleh kekayaan serta berjuang untuk meraihnya
dengan cara yang tidak kenal batas. Sedang yang lainnya mencari
ketenaran dan kedudukan. Berbagai kebutuhan manusia terkait dengan
keinginan-keinginan fisik (materi) dan derajat keutuhan rohaniah serta
psikologis yang mereka capai. Berbagai dorongan keinginan. yang
bermacam-macam, sejalan dengan berubah-ubahnya pemikiran. Tetapi kita
harus menyadari, bahwa harapan-harapan membawa kebahagiaan kepada
kehidupan kita tatkala harapan itu mengisi berbagai kebutuhan ruhaniah
kita, memenuhi kebutuhan-kebutuhan mental kita, mengembangkan tingkat
informasi kita, menerangi kehidupan kira, dan menyelamatkan kita dari
penderitaan dan kesengsaraan.
Sifat, seperti kikir atau sombong, dapat menjadi
akar dari berbagai kesengsaraan dalam hidup. Dengki, merupakan salah
satu sifat naluriah semacam ini, yang menyelewengkan manusia dari jalan
yang lurus dan memenjarakan kesadaran dengan menghalangi manusia dalam
mencapai harapan-harapan yang realistis. Orang-orang yang dengki
merasakan tekanan yang kuat, yang berakar dari pandangan yang pesimis
terhadap keberuntungan orang lain.
Diriwayatkan bahwa Socrates mengatakan:
Diriwayatkan bahwa Socrates mengatakan:
Orang-orang yang dengki menghabiskan hari-harinya
dengan menghancurkan dirinya dengan perasaan duka terhadap apa yang
dapat diraih orang lain sedangkan dirinya tidak dapat. Ia merasa sedih
dan menyesal, dan menginginkan semua orang hidup dalam kesengsaraan dan
penderitaan seraya berencana untuk merampas kebahagiaan mereka (yang
berhasil).
Dia melanjutkan:
Jiwa kita adalah seperti sebuah kota yang berada di
tengah-tengah padang pasir tanpa benteng atau dinding untuk
melindunginya ia adalah korban-korban para pencuri kebahagiaan. Angin
terlembut pun dapat mengirim gelombang-gelombang lautan atas jiwa yang
tidak mempunyai keserasian, dan lebih dari satu musuh jiwa pun memasuki
kedalaman ruhani kita untuk memerintah dan melarang hingga hembusan
nafas kita yang terakhir. Setiap orang awam pun tahu bahwa mereka harus
pergi ke dokter jika mereka menderita sakit kepala. Tetapi orang yang
menderita penyakit dengki akan menolaknya dan tidak akan pernah menemui
siapa pun untuk berobat.
Orang-orang yang dengki menjadikan keberuntungan
orang lain sebagai sasaran mereka. mereka menggunakan segala cara untuk
merampasnya. Dengan tanpa disadari, mereka mencari mangsa untuk memenuhi
berbagai keinginan mereka yang rendah. Orang-orang dengki mewujudkan
niat-niat jahat mereka dengan menyebarkan tuduhan-tuduhan dan
kebohongan-kebohongan atas orang yang mereka tuju. Dan jika mereka
merasa bahwa hawa nafsu mereka tidak terpuaskan dengan berbuat demikian,
maka mereka akan berbuat melampaui batas terhadap kebebasan lawannya
atau bahkan merampas hak hidupnya, hanya untuk memenuhi
keinginan-keinginan mereka yang tiada habis-habisnya.
Sesungguhnya inilah kecenderungan. Apakah
kecenderungan-kecenderungan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia yang
sesungguhnya? Dan apakah hal ini alamiah?
Orang-orang dengki bukan sekadar tidak manusiawi.
tetapi mereka itu lebih rendah dari binatang. Sebab orang yang tidak
peduli terhadap perasaan luka orang lain, tidak dapat menjadi perwujudan
kemanusiaan yang sesungguhnya.
Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian
Salah satu unsur yang paling efektif dalam
peningkatan dan pengembangan diri di arena kehidupan adalah memikat hati
orang lain dan mempengaruhinya. Orang-orang yang mempunyai kemampuan
atau kecakapan mengendalikan hati orang lain dengan perilaku dan
perbuatan mereka yang mulia akan memperoleh dukungan dari masyarakat
untuk kemajuan mereka dalam hidup ini; oleh sebab itulah mereka
memperoleh kunci menuju keberhasilan. Orang-orang yang bijak adalah
laksana cahaya di masyarakat, mereka menerangi dan membimbing pemikiran
para anggotanya dengan meninggalkan pengaruh-pengaruh yang membekas
dalam perilaku mereka.
Di lain pihak, sifat iri hati menyebabkan rusaknya
perbuatan-perbuatan baik dan perilaku-perilaku mulia, dan menghalangi
manusia dari kawan-kawan yang baik atau melarang orang lain dalam
menemukan bintang cinta yang bersinar di langit-langit kehidupan mereka.
Oleh karena itu, sifat iri hati menjegal manusia dari menikmati rasa
kerja sama dan saling tolong-menolong. Lebih dari itu. ketika
orang-orang dengki mengungkapkan perasaannya dengan lidah dan tindakan
mereka dan mempertontonkan ketelanjangan dan kecabulan mereka kepada
umat, mereka hanya akan memperoleh cemooh dan kemarahan. Dengan adanya
kegelisahan yang tampak dan kesedihan yang mendalam dalam dirinya, maka
kedengkian pun menekan jiwanya dan menyalakan api yang membakar jiwa
yang dicintainya.
Alasan mengapa jiwa orang-orang dengki terbakar
dalam kobaran rasa gelisah dan resah adalah jelas. Karena, orang yang
dengki itu terus-menerus merasa sedih dan sakit hati. Sifat iri hati
adalah seperti badai perusak yang mencabut pohon-pohon akhlak sampai ke
akarnya, sehingga tidak ada jalan lagi untuk menghentikannya.
Ketika Qabil melihat bahwa pengorbanan Habil
diterima sedangkan ia tidak, maka ia merasa iri dan berencana untuk
membunuhnya. Sifat iri hari telah menancapkan cakar-cakarnya di hati
Qabil dan mencabik rasa persaudaraan dan kemanusiaannya. Sifat ini
mendorongnya untuk meremukkan kepala saudaranya dengan batu besar dan
melumuri jasad yang Suci itu dengan darah. Qabil berbuat demikian karena
tiada alasan lain kecuali karena Habil (saudaranya). mempunyai kehendak
dan perilaku yang mulia. Alam semesta menjadi saksi atas kejahatan
pertama sifat dengki ini sebagai suatu akibat dari kejahatan tercela
yang dilakukan oleh putera Nabi Adam a.s. Qabil merasa menyesal setelah
melakukan kejahatan yang mengerikan itu. tetapi kesedihan yang
dideritanya tidak pernah membantunya. karena di sepanjang hidupnya ia
tidak pernah menyadari perbuatannya yang tercela. yang telah menimbulkan
korban. Jika Qabil merenung dengan pikiran yang jernih dan benar, ia
akan menemukan alasan atas hilangnya Rahmat Allah dari dirinya, karena:
"Allah hanya menerima dari orang-orang yang saleh."
Menurut Schopenhauer:
Sifat iri hati adalah yang paling berbahaya di
ancam sitar-sifat manusia. Maka perlulah manusia memandangnya sebagai
jejak musuh, dan berusaha menghapusnya dari jalan kebahagiaannya.
Tambahan pula, jika sifat iri hati telah berkembang dalam masyarakat,
maka akan banyak gejala yang muncul di dalam umat ini, seperti munculnya
berbagai macam percekcokan, dan lain-lain. Dalam suatu masyarakat yang
penuh dengan kesengsaraan dan problema, setiap orang menjadi rintangan
atas jalan kebahagiaan orang lain, hal ini menggantikan unsur
kesempurnaan dan kemanunggalan sosial. Ketika sifat iri hati memasuki
suatu masyarakat, ia menghalangi kesejahteraan sosial, karena semangat
kerja sama, kebahagiaan dan saling percaya di antara para anggota
masyarakat terhapuskan olehnya, akhirnya hal ini akan mengarah kepada
pengrusakan, bahkan terhadap peradaban dan perkembangan mereka.
Menurut Dr. Carl:
Dengki merupakan akibat dari kekikiran kita, karena
ia merupakan rintangan untuk jalan pengembangan dari negara-negara
industri kepada Dunia Ketiga. Dengki juga menghalangi banyak orang yang
mumpuni dalam mengembangkan negara-negara mereka.
Kebanyakan kejahatan-kejahatan sadis yang terjadi
akhir-akhir ini bermula dari sifat iri hati atau dengki. Hal ini mesti
menjadi bahan telaah yang serius berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
sosial.
Agama Terhadap Sifat Dengki
Allah Yang Mahakuasa telah berfirman dalam Al-Quran
bahwa sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat naluri untuk mencinta
dan memperoleh manfaat bagi dirinya. Manusia diminta untuk berlaku
sesuai dengan hukum-hukum agama, logika: akal, dan kesejahteraan sosial,
yaitu ketika ia berupaya menanggapi seruan naluriah tersebut.
Oleh karena itu, ketika Allah memberikan anugerah
kepada seseorang, tidak ada seorang pun yang dapat melanggar atau
mencabut karunia ini dengan alasan untuk memenuhi dorongan rasa iri atau
untuk mengambil keuntungan darinya. Manusia dianjurkan untuk mengikuti
jalan yang logis dan dapat diterima sesuai dengan harapan-harapannya
dalam kehidupan ini. Allah Yang Mahakuasa berfirman.
"Dati janganlah kamu iri hati terhadap yang
dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang
lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS.4:32)
Jadi kita harus berbuat sebaik-baiknya dan berdoa
kepada Allah agar memberi kita dari kekayaan-Nya yang kekal, agar
kesulitan-kesulitan kita menjadi kemudahan, dan agar membawa kita lebih
dekat kepada berbagai tujuan dan harapan kita.
Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan kepada kita
oleh para Imam, yang memperingatkan kita terhadap perbuatan yang
menyedihkan ini dan menyeru kita agar berlindung dari akibat-akibatnya
yang berbahaya. Berikut ini adalah hadis dari Imam Ja'far Ash-Shadiq
a.s. Beliau menunjukkan dua faktor yang membayangi sifat dengki:
Dengki berasal dari kebutaan hati dan pengingkaran
terhadap rahmat Allah SWT, ia memiliki dua ikatan (dua faktor)
keingkaran. Kedengkianlah yang membuat putra Adam menjatuhkan korban,
yang membuat kesedihan yang kekal dan mendapat hukuman yang abadi
sehingga ia tidak akan pernah tertolong.
Salah satu unsur yang menyebabkan sifat dengki
adalah tidak terdidiknya seseorang di rumah (kurang perhatian). Jika
orang tua meminta salah seorang di antara anak-anaknya dan memberikan
cinta dan kasih sayang yang khusus padanya, sementara yang lainnya tidak
mendapatkan perlakuan yang sama, maka anak-anak yang tidak diperhatikan
akan tumbuh dengan perasaan hina dan memberontak. Jenis kedengkian yang
diderita kebanyakan orang berasal dari rumah mereka dan menyebabkan
kesedihan dan kemalangan bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya.
Dampak seperti ini pasti akan terjadi bila dasar-dasar peraturan
dibangun atas dasar ketidakadilan, penindasan, rasisme, sektarianisme,
fanatisme dalam masyarakat. Para anggora masyarakat semacam ini akan
diliputi dengan pertikaian, dan kobaran api kebencian serta kedengkian
akan menyala-nyala di lubuk hati mereka.
Rasulullah Saw. melarang umat lslam bersikap tidak
adil terhadap anak-anak mereka, agar terhindar dari dosa dengki dan dosa
lainnya sehingga tidak mengotori kehidupan mereka. Beliau bersabda:
“Perlakukanlah anak-anakmu secara sama ketika memberi mereka hadiah.”
(Nahjul Fashahah, hal. 366)
Professor Bertrand Russell mengutip penulis buku
the Fairchila Family ketika beliau menulis bab mengenai metode
menghindari dosa-dosa tersembunyi:
Lucy diberi sebuah buku kecil untuk mencatat segala
pikiran buruk yang merasuki hatinya. Orang tuanya memberikan sebuah
gelas kepada saudara lelakinya dan sebuah tape kepada saudara
perempuannya di meja makan saat sarapan pagi, sedangkan Lucy tidak
mendapatkan apa-apa. Dalam buku catatannya Lucy menulis bahwa pikiran
buruk telah merasuki hatinya sebentar. Ia mengira bahwa orang tuanya
kurang mencintainya ketimbang saudara lelaki dan saudara perempuannya
...
Imam Ali a.s. menjelaskan tentang kerusakan pada tubuh yang dapat ditimbulkan oleh sifat dengki:
Yang membuatku heran adillah ketidaktahuan orang-orang yang dengki tentang kesehatan tubuh mereka.
(Ghurar Al-Hikam. hal. 494)
Dr. Frank Haurk juga berkata:
Lindungilah dirimu dan pemikiran-pemikiranmu dari
penyakit kejiwaan, karena ia adalah setan-setan jiwa yang tidak puas
yang kemudian menghancurkan sistem pemikiran di dalam diri manusia dan
juga menyebabkan kerusakan yang fatal pada tubuh. Penyakit seperti ini
memperlambat jalannya peredaran darah, melemahkan sistem, menghambat
aktivitas jasmani dan ruhani, merintangi salah satu tujuan dan
harapannya dalam kehidupan, dan merendahkan -tingkat berpikir. Manusia
harus membebaskan lingkungannya dari musuh-musuh ini, karena hal ini
berakibat fatal. Ia harus dipenjarakan jauh dari kehidupan manusia.
Orang-orang yang menjauhkan diri darinya akan menemukan bahwa kemauan
mereka semakin kuat, dan akan membawa keberhasilan atas segala rintangan
dalam kehidupan.
(Pirozi Fikr)
Imam Ali a.s. berkata:
Kedengkian menghambat (perkembangan) tubuh.
(Ghurar Al-Hikam. hal, 32)
Beliau a.s. juga menyebutkan tentang rusaknya jiwa akibat sifat dengki:
Jagalah dirimu dari sifat dengki, karena merendahkan jiwa.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 141)
Menurut seorang psikolog:
Kedengkian yang kuat merupakan salah satu dari
penyakit jiwa yang gawat, yang menciptakan banyak penyakit,
kesalahan-kesalahan yang tidak dapat diperbaiki serta menciptakan
penindasan dan kezaliman terhadap jiwa. Ketahuilah bahwa banyak di
antara tindakan orang yang dengki itu tidak didasari oleh kehendaknya,
tetapi menurut perintah-perintah jahat sifat dengki.
Janganlah kita memberi peluang dalam diri kita
kepada berbagai harapan dan dorongan nafsu yang rendah, yang merubah
manisnya kehidupan menjadi pahit, membendung tujuan-tujuan dan harapan
yang mulia untuk mencapai perbuatan-perbuatan manusia yang paling tinggi
dan agung. Perbuatan-perbuatan seperti ini, yakni kemampuan mengarahkan
pemikiran ke jalan yang benar, pada akhirnya akan membimbing manusia
kepada tujuan-tujuan yang mulia.
Imam Ali a.s. berkata:
Berlombalah dalam berbuat baik, dalam cita-cita
yang besar dan dalam gagasan-gagasan yang mulia, maka balasanmu akan
lebih besar pula.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 355)
Dr. Mardin berkata:
Jika anda memusatkan pikiran anda untuk mencapai
perbuatan-perbuatan tertentu, pada akhirnya pasti akan tercapai.
Kesatuan lahir alamiah adalah anak dari pikiran-pikiran alamiah. Oleh
karena itu, jika anda bercita-cita hidup dengan harmonis, bahagia dan
aman, maka anda harus hidup demikian. Jika anda mempunyai
pandangan-pandangan yang suram dan melihat segala sesuatunya secara
negatif, anda dapat membantu diri anda dari kelemahan ini sesingkat
mungkin dengan mengarahkan pemikiran anda kepada yang berlawanan dengan
sikap negatif, yakni dengan pemikiran yang mengharuskan aktivitas,
kebahagiaan, dali keselamatan hidup. Kejarlah perbuatan-perbuatan mulia,
ikutilah dengan ketegasan dan pemecahan, karena dengan adanya desakan
untuk meraih itulah anda akan mempersiapkan pikiran-pikiran anda untuk
menerima perbuatan-perbuatan mulia, dan konsekuensinya, anda dapat
meraih ya. Janganlah ragu-ragu untuk mengulangi niat-niat anda untuk
mencapai tujuan-tujuan dan cita-cita anda. Biarkan niat-niat anda itu
tampak di wajah anda dan lihatlah setelah jangka waktu yang singkat,
bagaimana secara magnetis pemikiran-pemikiran anda menarik anda ke
tujuan-tujuan anda.
Dalam bukunya Dr. Mann menguraikan persoalan ini:
Kita telah mengalami dan menjelajahi bahwa
pemikiran tentang suatu tindakan tertentu mengharuskan tindakan itil
terjadi sebelum terjadi. Misalnya, jika kita berpikir tentang mengepal
tinju kita, kita dapati bahwa otot-otot di tangan kita menjadi agak
menegang dan urat syaraf bersiap-siap berkontraksi yang tampak pada alat
docolanometer. Ada beberapa orang yang dapat membuat bulu mereka
berdiri, membuat pupil mata mereka membesar, atau berkontraksi, atau
menyempitkan pembuluh darah tangan mereka hanya dengan membayangkan
bahwa mereka sedang berada di dalam air dingin. Semua ini dilakukan
dengan konsentrasi.
(Ushul e Ravanshenashi)
Dengan melihat kenyataan-kenyataan ini, kita dapat
membantu pikiran, kehendak dan kecenderungan-kecenderungan kita. Adalah
selubung hawa nafsu yang membutakan pikiran-pikiran kita dan menciptakan
kekacauan di dalamnya. Maka, merupakan tugas manusia untuk menjaga
cermin berbagai kenyataan dan realitasnya. Ia juga harus menghapus
jiwanya dari rasa benci yang menekan jiwa sehingga menjadi bebas dari
berbagai penyakitnya. Kemudian ia harus mengimbangi jiwanya dengan
berbuat baik kepada orang lain sesuai dengan tuntutan kemanusiaan.
9. Sifat Sombong
• Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan
• Sombong Mengundang Kebencian Manusia
• Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati
Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan
Cintalah yang menerangi horison kehidupan. Cinta
memainkan peranan yang mendalam dan luas dalam perkembangan materi dan
rohani; ia memiliki kekuatan yang besar dan mengagumkan. Kekuatan ini
muncul dalam kesadaran manusia dan terus tumbuh, hingga dalam beberapa
hal menjadi seperti lautan yang tiada bertepi.
Jika kita mematikan sinar cinta dari horison
kehidupan, gelapnya kekecewaan dan ngerinya kesendirian akan hadir
membayangi rohani manusia, dan wajah dunia pun akan berubah suram.
Manusia diciptakan untuk dapat bermasyarakat, oleh
karena itu, hidup bermasyarakat perlu bagi perjuangan hidupnya.
Karenanya, yang membuat manusia membenci masyarakat dan lebih suka
menyendiri dan terasing berangkat, dari ketidakseimbangan mental. Adalah
suatu fakta yang jelas bahwa seseorang tidak dapat meraih kebahagiaan
tanpa orang lain. Karena, sebagaimana berbagai kebutuhan jasmani
mendorongnya untuk bermasyarakat dengan orang lain, jiwa juga mempunyai
berbagai tuntutan bagi ketahanan hidupnya, yang adalah hidup
bermasyarakat. Jiwa membutuhkan cinta, dan manusia terus mencari
pemenuhan kebutuhan rohaninya.
Manusia berada dalam kebutuhan yang terus menerus
akan cinta dan kasih sayang sejak hari pertama ia memasuki dunia ini dan
memulai keberadaannya, hingga saat-saat gerbang kehidupan tertutup di
jalannya. Manusia merasakan buah-buah cinta di dalam dirinya dan dalam
kesadarannya, Ketika berbagai tujuan hidup menguasainya, kemalangan pun
menimpa jiwanya; dan ketika terisi dengan kesedihan, sinar harapan pun
berhenti menerangi kehidupannya. Pada saat ini, rasa haus manusia akan
cinta dan kasih sayang meningkat pesat. Rasa haus ini adalah apa yang
menyinari hati manusia dengan harapan akan pertolongan dan ketenteraman.
Adalah setelah itu ia tidak akan menjamin ketenangan dan kesenangan
untuk menyelamatkan kesadarannya dalam bayangan cinta. Benarlah jika
dikatakan bahwa tidak ada obat bagi penderitaan, kesedihan dan
kesengsaraan kecuali cinta.
Cinta manusia kepada saudaranya merupakan
pengejawantahan sesungguhnya dari rasa kasih sayang manusia. Bahkan ia
dapat dianggap sebagai akar segala moral yang mulia dan berbagai
manfaatnya yang patut dihargai. Cinta dapat diberikan dan digunakan
kepada siapa saja. Gara, yang dengan itu kita mampu memperoleh cinta
dari orang lain adalah dengan bermurah hati untuk berbuat baik kepada
mereka, dan dengan menyadari bahwa tanggung jawab kita terhadap kebaikan
kita sendiri adalah memberi mereka cinta dan kasih sayang.
Menunjukkan kasih sayang kepada orang lain
sangatlah berguna, karena jika seseorang memberikan seporsi perasaan
yang mulia ini kepada orang lain, maka sebaliknya ia akan merasakan hal
yang sama. Kunci semua ini berada di tangan manusia. Orang yang berharap
mengikuti suatu jalan menuju permata yang indah ini harus mengisi
hatinya dengan sinar ketenteraman dan kejujuran, serta menghapus segala
kebencian.
Para filosof meyakini bahwa kesempurnaan suatu
kesatuan lahir diwujudkan dalam berbagai kepelikan dan pengaruhnya, dan
kepelikan manusia berada dalam hidup bermasyarakat dan cinta. Hubungan
cinta dan rohani yang ada di antara manusia merupakan dasar kehidupan
yang stabil dan sekaligus damai.
Menurut Dr. Carl:
Agar suatu masyarakat mencapai kebahagiaan adalah
penting bahwa semua anggotanya hidup secara harmonis satu sama lain,
seperti batu bara dalam strukturnya. Cintalah satu-satunya yang
memberikan keharmonisan kepada masyarakat seperti: kebaikan yang ada di
antara para anggota seluruh keluarga manusia. Ada dua bagian cinta
seseorang kepada orang lain: yang pertama membutuhkannya untuk mencinta,
dan yang kedua membimbingnya untuk mencoba memperoleh cinta mereka pada
tingkat yang sama. Namun tanpa setiap orang bersungguh-sungguh mencoba
membuang segala kebiasaan yang penuh kebencian, pertukaran cinta
tidaklah dapat dicapai. Kita tidak dapat mencapai tujuan ini dengan
membebaskan diri kita melalui revolusi psikologis terhadap pengrusakan
yang mengasingkan kita dari orang lain. Kita akan merasakan para
tetangga bergaul dengan murah hati satu sama lain, dan para karyawan dan
atasan saling menghormati. Cinta adalah satu-satunya unsur yang
menyebabkan terciptanya suatu tatanan yang ada dalam masyarakat semut
dan lebah selama berjuta-juta tahun.
Sombong Mengundang Kebencian Manusia
Cinta diri merupakan naluri dasar manusia. Ia
adalah suatu faktor yang sangat penting bagi perjuangan hidup, karena
hubungan luas manusia dengan alam semesta muncul dari naluri ini.
Meskipun demikian, kendati ia menjadi suatu kekuatan yang berguna, yang
mana dari sifat ini muncul sifat-sifat mulia lainnya, jika sumber
alamiah ini dibesar-besarkan, banyak pula dosa dan berbagai macam
tindakan amoral yang akan timbul darinya.
Ancaman pertama terhadap akhlak adalah
berlebih-lebihan dalam cinta diri. Karena ia dapat mencapai suatu titik
di mana tidak ada lagi tempat di dalam hati untuk mencintai orang lain.
Keberlebihan inilah yang menghalangi manusia untuk mengakui
kesalahan-kesalahannya, atau menerima fakta-fakta, yang adalah tidak
sesuai dengan kesombongan emosional mereka.
Profesor Robinson berkata:
Seringkali terjadi bahwa kita merubah pemikiran
atau cara-cara tingkah laku kita tanpa adanya kegelisahan atau gangguan,
namun jika seseorang menemukan berbagai kesalahan atau kelemahan kita,
kira mengalami suatu revolusi rohani yang membuat kita bersikap defensif
terhadapnya. Dengan mudah kita pindah kepada ideologi-ideologi baru.
Tetapi ketika seseorang. mencoba untuk merubah kita, secara membuta kita
menentangnya, sedangkan sebenarnya, secara jujur kita tidak memiliki
perasaan yang kuat semacam ini terhadap keyakinan kita. Kita merasa
bahwa perasaan-perasaan kita sangat terancam jika seseorang berkata
kepada kita: 'Jam anda lambat' atau 'mobil anda tua'. Kemudian kita
menderita lebih daripada jika dikatakan kepada kita: 'Pengetahuan anda
mengenai Mars' atau 'peradaban Mesir itu salah'.
Bahaya paling fatal terhadap kebahagiaan dan musuh
manusia yang paling buruk adalah sifat sombong dan sifat percaya diri
yang berlebihan. Kebencian manusia akan segala sifat yang buruk tidak
menandingi kebencian mereka terhadap sifat sombong. Tidak saja
kesombongan itu menyebabkan tali cinta dan keharmonisan di antara
persaudaraan menjadi putus, tetapi juga merubah mereka kepada perasaan
bermusuhan dan membuka gerbang kebencian terhadap kesombongan. Dengan
cara yang sama orang yang mengharapkan cinta dan rasa hormat dari orang
lain, harus mencoba memperhatikan martabat mereka.
Masyarakatlah yang menjamin hak-hak dan tanggung
jawab setiap orang. Tiap-tiap individu merasakan cinta dan rasa hormat
dari masyarakatnya sebanyak kecakapan dan kemampuan yang ia berikan.
Orang yang hanya mencintai dirinya saja, hanya melihat apa yang ia
inginkan dan lalai terhadap berbagai perasaan dan urusan orang lain. Ia
terus menerus mencoba membuat dirinya tunduk kepada keharuman nama dan
kemasyhuran, dan memaksakan kesewenang-wenangannya dengan berlaku
sombong terhadap orang lain.
Pengharapan yang besar terhadap rasa hormat orang
lain tidaklah pantas, karena ada kontradiksi yang tajam antara
pengharapannya terhadap orang lain dan kesombongan perilakunya. Reaksi
masyarakat seperti ini hanya akan menyebabkan orang yang sombong
menderita dan mengalami kegelisahan dan ketidaktenteraman.
Di antara berbagai akibat sifat buruk sombong
lainnya adalah prasangka dan rasa pesimis. Rohani orang. yang sombong
terbakar di dalam kobaran api pesimisme dan prasangka; sehingga ia
merasa setiap orang berniat untuk merugikannya. Ia juga tidak dapat
melihat kelalaiannya, kebenciannya dan kehinaannya yang terus menerus
yang ia peroleh dari orang lain. Secara sadar maupun tidak, ia
mendapatkan perlakuan seperti ini. yang dari keadaan ini berakibat
munculnya perasaan benci dan perasaan dendam terhadap masyarakatnya
dengan setiap kemungkinan. Jiwanya tidak pernah merasa tenang sampai ia
membalas dendam dan setelah itu revolusi rohaninya pun akan padam.
Keburukan sifat sombong tidak mendekati kesadaran
manusia, ketika manusia menderita perasaan rendah yang menimbulkan
kekacauan yang merendahkan. Kekacauan ini penuh penderitaan dan bersifat
merusak, dan dari keadaan ini banyak bahaya dan kejahatan muncul.
Inilah sesuatu yang menyebabkan orang yang sombong menderita
kesengsaraan.
Tinjauan singkat atas sejarah dunia mengungkapkan
bahwa orang-orang sombonglah yang selalu menghalangi seruan para nabi
dan rasul dan telah menolak untuk menerima seruan-seruan mereka yang
hak, sementara itu orang-orang ini mencegah orang lain untuk berbuat
demikian. Juga. kebanyakan di antara pembantaian biadab yang terjadi
selama perang dunia yang berdarah itu akibat dari kesombongan dan
keangkuhan para pemimpin yang keras kepala.
Kebanyakan orang-orang yang sombong adalah
orang-orang lalai yang dibesarkan di dalam rumah yang tidak stabil dan
tidak mampu memperoleh kedudukan di masyarakat. Orang-orang ini mencoba
mengharapkan suatu sifat mulia bagi diri mereka dan berusaha
mengungkapkan martabat mereka yang khayali dengan mementaskan
kesombongan dan keangkuhan. Orang dengan mudah bertemu, di mana saja
dengan jenis orang semacam ini.
Pribadi agung yang merasakan martabat dan
kehormatan yang nyata, tidak merasakan adanya kebutuhan untuk bersikap
angkuh terhadap orang lain, karena ia menyadari bahwa sombong atau
angkuh tidak dapat memberikan seseorang suatu penghargaan yang
sesungguhnya. Ia juga memahami bahwa watak ini tidak memberikan suatu
karakter yang asli.
Sesuai dengan nasehat seorang psikolog:
Batasilah berbagai harapan dan dambaan anda,
kurangilah hasrat dan penantian anda, bebaskanlah diri anda dari
berbagai nafsu dan keinginan, jauhkanlah diri anda dari kesombongan dan
keangkuhan, dan hindarilah khayalan-khayalan untuk menjamin diri anda
kepada kedamaian yang lebih aman dan lebih lama.
Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati
Salah satu. moral tertinggi yang dapat dipandang
sebagai simbol cinta dan jalan terbaik dalam pencapaiannya adalah
kerendahan hati. Dengan melaksanakan tugas-tugas mereka terhadap
masyarakat melalui pengamalan akhlak yang baik, orang-orang yang rendah
hati menunjukkan martabat kepada masyarakatnya dan menambah besarnya
kecintaan di dalam hati umatnya.
Walau demikian, kita harus menyadari perbedaan
besar antara kerendahan hati dan kerendahan diri, karena rendah hati
merupakan pengejawantahan sifat mulia dari watak yang agung dan percaya
diri, sedangkan rendah diri berasal dari moral yang rendah dan hilangnya
sifat percaya diri.
Luqman a.s., sebagaimana firman AI-Quran, mengingatkan putranya akan kesombongan:
"Dan janganlah memalingkan wajahmu dari manusia
dengan sombong, dan jangan pula berjalan di muka bumi dengan angkuh;
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang menyombongkan diri."
(AI-Quran)
Imam Ali a.s. berkata:
Jika Allah mengizinkan kesombongan bagi para
penyembah-Nya, Dia akan mengizinkannya kepada para Nabi dan auliya'-Nya
yang paling dekat dengan-Nya; tetapi Dia SWT, menjadikan mereka benci
terhadap kesombongan dan menerima kerendahan hati. Oleh karena itu,
mereka menundukkan dahi mereka ke bumi, merobohkan wajah mereka ke debu
(dalam sujud), dan berendah hati terhadap orang-orang yang beriman.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Hindarilah sombong, karena adakalanya seorang
'abid menuntut kesombongan hingga AIlah SWT berfirman, 'catatlah
penyembah-Ku di antara orang-orang yang angkuh'. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 12)
Imam Ash-Shadiq a.s. menunjukkan akar rohaniah sifat sombong dalam suatu pernyataan yang singkat ketika beliau berkata:
Tidak ada seseorang tersesat kecuali karena kerendahan yang ia dapatkan di dalam dirinya.
(Al-Kafi, jilid III, hal. 461)
Menurut Dr. M. Brid:
Keangkuhan seorang individu atau suatu bangsa atas
yang lainnya sama dengan kehinaan individu atau bangsa itu. Kebanyakan
di antara perselisihan dan pertentangan yang terjadi hari ini timbul
dari perasaan rendah. Oleh karenanya, mengambil ide kesombongan tidak
lain kecuali suatu percobaan untuk memenuhi lingkungan di mana seorang
yang sombong merasa puas dalam kehidupannya. Tiada individu, bangsa,
kelas, ras, rakyat, atau sebaliknya, dengan kesadaran yang jelas
merasakan adanya perbedaan antara diri mereka dan orang lain.
('Uqde e Hiqarat)
Orang-orang yang sombong dan angkuh selalu melihat
kata -kata dan perbuatan mereka dengan ketinggian dan kepuasan. Di
samping itu, mereka memandang kelemahan-kelemahan mereka sebagai amal
perbuatan yang baik. Imam Musa bin Ja'far a.s. menjelaskan hal ini:
Sombong berada pada beberapa derajat di anrara
perbuatan-perbuatan jabat manusia yang dihiasi kepadanya sehingga ia
melihatnya sebagai kebaikan, karenanya ia percaya bahwa ia melakukan
perbuatan yang baik. (Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid I, hal. 74)
Juga menurut seorang psikolog:
Orang-orang yang sombong memandang
kelemahan-kelemahan mereka sebagai kebajikan dan memandang
kekurangan-kekurangan mereka sebagai kebaikan. Misalnya, mereka
memandang amarah mereka yang tiba-tiba terhadap orang lain sebagai bukti
kepribadian mereka yang kuat. kelemahan mereka sebagai pengejawantahan
rohani mereka yang agung dan sensitif, berat badan mereka yang
berlebihan sebagai tanda kesehatan. Sesungguhnya akal yang sehat
terletak pada tubuh yang sehat, dan kebergantungan pada yang lemah
merupakan ciri bagi mereka yang mudah jengkel dan tidak berpendirian.
(Ravankavi)
Sekarang mari kita memperhatikan beberapa pernyataan Amirul Mukminin Ali a.s. dalam hal ini:
Jauhilah kesombongan atau jumlah orang-orang yang membencimu akan bertambah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 147)
Sombong meruntuhkan pikiran.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 28)
Menurut para psikolog, orang-orang yang sombong menderita kelemahan pikiran.
Imam Ali a.s. juga berkata:
Orang yang pikirannya melemah, kebanggaan dirinya menguat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 651)
Kerendahan hati adalah puncak dari akal dan kesombongan adalah puncak kejahilan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 102)
Beliau juga berkata:
Sombong adalah penyakit terparah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
dan:
Barangsiapa yang mengagumi keadaannya (dirinya), kurang dalam memakai kemampuannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Dr. H. Shakhter berkata:
Salah satu cara menarik perhatian manusia kepada
kita ketika kita sedang merasa kecewa atau gagal adalah dengan memuja
dan meninggikan diri kita, dan membayangkan hal-hal yang kita harapkan
seolah-olah telah terjadi dan memberi diri kita dengan bualan tentang
saat-saat di mana kita berhasil di masa lalu, atau dengan
membesar-besarkannya kepada orang lain. Orang-orang yang menyerah
memikat diri mereka untuk menerima perhiasan-perhiasan batil buatan
mereka sendiri, kemudian menarik diri mereka dari kesempatan untuk
berubah.
(Rushde Shakhsiyyat)
Orang-orang semacam ini tidak mampu menyadari bahwa
ada kekurangan pada diri mereka dan kesempurnaan atau keberhasilan pada
diri orang lain.
Imam Ali a.s. berkata:
Orang-orang yang merasa puas dengan dirinya,
berbagai kelemahannya tersembunyi darinya; dan jika ia mengakui
keutamaan orang lain, akan mencukupi berbagai kekurangan dan
kelalaiannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 95)
Islam, yang menyeru kepada peradaban manusia yang
tinggi dan yang memberi peluang bagi manusia untuk berada dalam
kehidupan yang mulia, tidak menghalalkan segala perbedaan yang tidak
wajar. Islam mengakui sifat suci dan luhur.
Imam Ali a.s. berkata:
Carilah perlindungan kepada Allah dari sifat mabuk kekayaan, karena sesungguhnya ia memiliki suatu kekhidmatan yang jauh.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 138)
Suatu hari seorang yang kaya datang mengunjungi
Rasulullah Saw. Sementara orang kaya ini berada di sana, masuklah
seorang yang miskin dan duduk di dekatnya; melihat hal itu si kaya
mengangkat pakaiannya dan menjauhi si miskin. Nabi Saw. melihat kejadian
ini dan berkata:
"Betapa apakah kamu takut kalau kemiskinannya akan menjalar kepadamu?"
Kesimpulannya, jika orang-orang yang sombong ingin
mencari kebahagiaan, mereka harus membersihkan diri mereka dati penyakit
ini dan membebaskan diri mereka dari sifat semacam ini yang menyesatkan
watak mereka yang sesungguhnya. Jika tidak, mereka akan menghadapi
suatu kekecewaan dan deprivasi yang tak terelakkan, yang merupakan
masalah-masalah yang mesti dihindari.
10. Penindasan
• Peranan Keadilan dalam Masyarakat
• Kobaran Api Penindasan yang Merusak
• Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas
Peranan Keadilan dalam Masyarakat
Telaah atas sejarah berbagai revolusi menunjukkan
adanya faktor-faktor penting yang berharga, yang-di atasnya
dibangun-dasar bagi berbagai kebangkitan dan revolusi di seluruh dunia
dan di antara berbagai ragam bangsa, Faktor itu tiada lain adalah
keadilan. Berkali-kali kata ini lelah membangkitkan orang-orang yang
hidupnya dipenuhi oleh penindasan, yang hak-hak dan martabatnya
dilanggar. Orang-orang tertindas memberontak melawan semua bentuk
kejahatan, dan berusaha untuk mencapai mutiara murni kebebasan dan
keadilan dengan menyingkirkan binatang-binatang zalim. Dalam banyak hal
orang-orang tertindas rela mengorbankan hidup mereka dengan, harapan
dapat menyapu penindasan terhadap kita.
Sangat disayangkan bahwa kebanyakan revolusi dan
kebangkitan tidak mampu mencapai tujuan-tujuan mereka yang suci dan para
revolusioner itu tidak dapat meraih cita-cita mereka dalam melenyapkan
penderitaan dari kehidupan mereka.
Rahasia di balik kegagalan mereka akan terungkap
dengan sedikit renungan atas suatu persoalan yang penting. Katakanlah
bahwa suatu masyarakat yang kehilangan jejak perkembangan alamiah nya
dan telah terbiasa gagal dan terbelakang, tidak akan mampu menanggung
suatu sistem yang adil dan bersabar menghadapi tatanan yang adil.
Tegaknya keadilan hanya mungkin terjadi dalam suasana yang tepat, jadi
tanpa hal itu keadilan tidak akan terwujud dalam cakrawala kehidupan.
Suatu hukum yang adil merupakan kebutuhan mendasar
bagi struktur sosial. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua kelas dan
individu dalam kaitannya dengan kesejahteraan umum, disertai dengan
pelaksanaan perilaku di antara berbagai macam peraturannya.
Keadilan adalah sunnatullah yang terlihat di segala
sudut alam semesta, Allah Yang Mahakuasa telah menitahkan sketsa dunia
ber gantung kepada keadilan, sehingga dengan segala cara apa pun ia
tidak dapat dilanggar. Keharmonisan yang menakjubkan dan seksama yang
ada di antara organ-organ rubuh kira yang beraneka macam, termasuk di
antara begitu banyak manifestasi hukum keadilan yang akurat di alam
semesta ini. Dengan memperhatikan diri pun kita dapat memulai suatu
pemahaman atas alam semesta.
Keseimbangan yang mengatur alam semesta adalah
wajib dalam pengertian alamiahnya. Karena manusia diberi kebebasan
berkehendak dan berpikir, menjadi tugasnya untuk mendirikan pilar-pilar
keadilan di masyarakatnya.
Memang benar bahwa dalam beberapa hal, kekuatan
akal manusia membutuhkan petunjuk syariat, tetapi dapat juga tanpa nya;
karena manusia secara bebas dapat mencapai banyak perkara. Dalam
beberapa hal, akal dapat melampaui keputusan tentang kebaikan atau
ketidakbaikan suatu urusan.
Keadilan memiliki suatu posisi penting dalam
kehidupan manusia, karena keadilan adalah sumber segala sifat yang
mulia. Dengan kata lain, keadilan merupakan pendorong di balik perilaku
yang agung. Keadilan juga merupakan unsur yang menciptakan keharmonisan
dan keren teraman di antara masyarakat manusia. Sesungguhnya, keadilan
merupakan suatu langkah yang penting untuk mempersatukan masyarakat di
jalan kebenaran.
Plato, filosof terkenal Yunani berkata:
Jika keadilan menemukan jalannya ke dalam rohani
manusia, cahaya akan menerangi segala kekuatan rohaniahnya, karena semua
sifat mulia dan moral manusia keluar dari mata air keadilan. la memberi
manusia kemampuan untuk sebaik-baiknya melaksanakan pekerjaan
pribadinya, yang merupakan kebahagiaan puncak manusia dan puncak
kedekatannya kepada Pencipta Yang Maha kuasa.
Cukup aman bila mengatakan bahwa keadilan adalah
unsur pokok dalam mengorganisir kehidupan bermasyarakat. Dengan keadilan
suatu babak baru kehidupan pun terbuka, masyarakat menemukan ruh baru,
dan ia menerangi kehidupan manusia dengan kemuliaan dan keindahan. Suatu
masyarakat di mana kehidupan merasakan indahnya keadilan, mendapatkan
berbagai tuntutan hidup, dan karenanya ia mampu menanggulangi segala
problema.
Kobaran Api Penindasan yang Merusak
Tidak syak lagi, peranan penindasan dalam merusak
masyarakat, meruntuhkan tingkah laku dan mengganggu keamanan sosial.
Bahkan orang-orang yang tidak taat kepada agama pun tidak dapat
menyangkal kenyataan ini. Penindasan menyebabkan perselisihan dan
merusak hubungan sosial dalam masyarakat. Praktek kejahatan dan berbagai
kekuatan jahat menutupi halaman-halaman dalam sejarah
pemerintahan-pemerintahan yang kuat dan menghancurkan peradaban mereka.
Terdapat moral-moral agung di masa hidup para
penindas. Misalnya, Muhammad ibnu Abdul Malik yang menikmati tempat
khusus di antara para khalifah Abbasiyah. Menteri ini membuat sebuah
tungku baja yang di dalamnya dipenuhi dengan duri-duri tajam. Bila
tahanan politik dibawa kepadanya, ia akan memasukkan orang tak berdosa
itu ke dalamnya dan nyala kobaran api menjilati orang itu hingga
berpisah dari tubuhnya.
Ketika Al-Mutawakil sampai ke kantor kekhalifahan,
ia memerintahkan untuk memasukkan Ibnu Malik ke dalam penjaranya
sendiri. Ketika maut sudah dekat, Ibnu Malik menulis sebuah syair bahwa
di dunia ini orang yang berbuat sesuatu akan dihukum karenanya. Ketika
Al-Mutawakil membaca syair itu ia memerintahkan untuk membebaskannya,
tetapi ketika perintah sang raja sampai di penjara, Ibnu Malik telah
mati di dalam tungkunya sendiri dalam keadaan yang mengerikan.
(Muruj Adb-Dhahab, jilid lV, hal. 88)
Sesungguhnya, orang-orang yang menyatakan bahwa
kehidupan hanyalah perjuangan dari hari ke hari demi hidup, secara terus
menerus mencoba menghancurkan yang lemah dengan perampasan; mereka
berharap perbuatan demikian dapat memperkuat kekuasaannya dan dapat
melindungi kedudukannya. Mereka pun berbuat kejahatan dengan tidak
berperikemanusiaan dalam memuaskan diri. Tetapi sebagaimana hari hari
berlalu, kobaran rasa marah pun berkecamuk di dalam hati orang-orang
yang tertindas, yang kemudian menimbulkan bencana besar atas kehidupan
sang tiran.
Bagaimanapun juga penindasan tidak terbatas pada
kedudukan atau kelas-kelas tertentu. Orang yang berada dalam kedudukan
apa pun yang dengan disengaja maupun tidak disengaja, mencoba
mengeksplorasi kehidupan orang lain demi kepentingannya sendiri, atau
mencoba melanggar batas-batas hukum akal atau syariat, dapat
diklasifikasi sebagai seorang penindas.
Sayang sekali, hari ini penindasan telah sampai ke
puncaknya; kobaran api penindasan dan kezaliman menyelusup ke berbagai
macam kelas masyarakat dan mengancam struktur peradaban manusia dengan
pengrusakan liang serius. Agen-agen penindasan menyalahgunakan hak-hak
masyarakat manusia dan merampok sumber-sumber dan kekayaan mereka dengan
segala cara yang ada, sementara undang-undang keadilan tampak tak
berdaya.
Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para
Penindas Al-Quran Suci menyatakan tentang hukuman dahsyat yang tidak
dapat dihindari bagi para penindas ketika Allah SWT berfirman:
"Dan (terhadap) negeri itu, Kami telah
menghancurkan mereka ketika mereka berbuat zalim dan Kami telah
menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka."
(QS.18:59)
Semua pemimpin agama telah meyakini keberlangsungan
masyarakat manusia, oleh karenanya mereka menegakkan keadilan demi
tujuan utama kehidupan mereka. Setiap kali mereka melihat kekacauan
dalam proses pembangunan manusia, mereka berusaha merubah kekacauan ini
dengan memberontak melawan perbuatan jahat para penindas. Dalam banyak
kasus, para pemimpin ini mampu mengatasi dan menyingkirkan para
penindas.
Menurut Al-Quran, perilaku para pemimpin agama merupakan faktor penting dalam menyadarkan umat terhadap penindasan:
"Sesungguhnya Kami mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka
Alkitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan."
(QS.57:25)
Oleh karena tujuan puncak lslam adalah keadilan
menyeluruh, ia memerintahkan kepada semua pengikutnya un wk melaksanakan
keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan yang lainnya
tanpa memandang pertimbangan gelar atau pribadi. Ia juga melarang
penindasan dan perampasan hak-hak semua kelompok manusia.
"Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu
menjadi orang-orang yang menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
itu lebih dekat kepada taqwa."
(QS.5:8)
Kemudian:
"Dali apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan adil."
(QS.4:58)
lslam memberikan tekanan khusus kepada keadilan
yang dengan demikian dapat membatalkan orang-orang yang tidak adil untuk
menduduki kedudukan seorang hakim, meskipun ia memiliki segala
kemampuan lainnya. Islam juga mewajibkan kepada para orangtua untuk
memandang anak-anak mereka dengan adil, hal ini dapat mempengaruhi
mereka untuk juga berlaku adil dan menolak penindasan serta kebencian.
Di samping itu, salah satu landasan dalam mendidik anak adalah bersikap
adil dalam segala keadaan, karena ketika mereka menyaksikan penindasan
terjadi di antara ayah dan ibu, mereka tidak dapat diharapkan menjadi
orang yang adil atau fair bila berhubungan dengan orang lain. Jika
penindasan ditampakkan kepada anak-anak, sifat ini akan tumbuh di dalam
watak mereka. mereka pun akan menjadi unsur-unsur perusak dalam
masyarakat. Ketidakadilan yang diperoleh itu lama-kelamaan akan
mempengaruhi masyarakat mereka, atau bahkan melawan orangtua mereka.
Rasulullah Saw membawa perhatian para pengikutnya kepada masalah penting ini ketika beliau berkata:
"Bersikap adillah kepada anak-anakmu dalam pemberian jika kamu menginginkan mereka bersikap adil terhadapmu dalam kebaikan."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 66)
Profesor Bertrand Russel berkata:
Rohani manusia adalah seperti sungai kecil, lama
kelamaan melebar. Dan tujuan pendidikan yang memadai adalah untuk
membuat tindakan dari luar tampak dalam bentuk pemikiran. perilaku dan
kasih sayang tidak dalam bentuk siksaan atau hukuman. Gagasan yang
dibutuhkan di sini adalah suatu masalah di mana kira harus menanamkan
secara bertahap pada pikiran dan perilaku anak-anak.
Cara yang benar dalam mengajar keadilan kepada
anak-anak adalah mungkin ketika anak-anak bergaul dengan orang lain.
Persaingan yang terjadi di antara anak-anak menyangkut mainan yang hanya
dapat digunakan oleh seorang saja (sepeda, misalnya) pada satu saat,
dapat memberi kira harapan dalam mengajar mereka bersikap adil. Memang
mengagumkan bagaimana anak-anak menggugurkan sifat egois mereka ketika
anak yang tertua mementaskan keadilan dengan menawarkan mainannya kepada
anak-anak lainnya. Pada awalnya saya tidak percaya bahwa keadilan
adalah perasaan alamiah atau naluri manusia, saya terkejut ketika
melihat bahwa perasaan adil dapat dengan mudah dididik pada anak-anak.
Adalah penting melnksanakan keadilan keci ka mendidik anak. Yakni:
tidak mendahulukan anak yang satu di atas anak yang
lain. Jika, anda mencintai seorang anak lebih daripada yang lainnya,
berhati hatilah untuk tidak membedakan dalam pembagian kebahagian dan
kesejahteraan di antara mereka.
Praktek yang pada umumnya diterima adalah
memberikan mainan kepada anak-anak secara sama, Upaya untuk tidak
berlaku adil terhadap anak-anak, dengan segala cara apa pun, merupakan
usaha yang keliru.
(On Education)
Rasulullah Saw. bersabda:
“Takutlah kepada Allah dan bersikap adillah di antara anak-anakmu sebagaimana kamu menghendaki mereka berbuat baik kepadamu.”
(Nahj Al-Fasahah)
Imam Ali a.s. menulis sebuah nasehat berikut ini
kepada Muhammad Ibnu Abu Bakar ketika beliau menunjuknya sebagai
gubernur Mesir:
Para duta Ilahi adalah para penegak keadilan yang
sesungguhnya dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah
merencanakan jalan kesempurnaan manusia bagi umat manusia.
Imam Husain a.s. juga mengejawantahkan makna
keadilan yang sesungguhnya dan kepercayaan manusia yang sebenarnya
ketika beliau bangkit melawan penindasan. Lembaran-lembaran sejarah
masih bersinar atas riwayat hidup manusia ini dan akan terus bersinar
selamanya.
11. Permusuhan dan kebencian
• Kenapa Harus Tidak Memaafkan?
• Kemerosotan Akibat Permusuhan
• Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya
Kenapa Harus Tidak Memaafkan?
Tidak pelak lagi, manusia tidak dapat menjauhkan
diri dari masyarakatnya dan hidup dalam pengasingan. la adalah makhluk
yang saling bergantung dan yang kebutuhannya tidak kenal batas.
Kenyataannya manusia bergantung secara sosial; hal ini sepenuhnya sesuai
dengan watak dan berbagai kebutuhannya, dan menjadikannya untuk hidup
di bawah semangat untuk kerja sama atau gotong royong. Kehidupan sosial
mempunyai beragam keperluan yang membuatnya melakukan berbagai
peraturan-peraturan dan tugas-tugas tertentu dan kepadanyalah
keberhasilan dalam kehidupan bersandar.
Kehidupan sosial merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam perkembangan watak manusia, tidak saja terbatas kepada
hal-hal materi; lebih dari itu, hubungan tersebut akan membuahkan
kesatuan jiwa; hubungan manusia merupakan pengejawantahan dari kesatuan
semacam ini. Jika suatu masyarakat merasakan persatuan lahir dan batin
yang berbentuk kesatuan jiwa yang menyeluruh, sudah pasti kehidupan ini
tidak mungkin kehilangan keindahan dan ketenteraman.
Salah satu kewajiban kita dalam hal berhubungan
dengan orang lain adalah mampu untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang
lain. Tugas ini diperintahkan kepada kita oleh suatu kebutuhan terhadap
hubungan manusia yang terus menerus.
Jalan terbaik menuju hidup penuh kedamaian adalah benar-benar hidup dengan damai bersama orang lain.
Jangan sampai kita tidak peduli terhadap kenyataan
bahwa tiada seorang pun di dunia ini yang sempurna, dan bahwa manusia
yang sepenuhnya stabil dan memiliki watak serta akhlak yang normal
jarang ditemukan. Kita juga harus mengingat bahwa bahkan yang paling
berwatak mulia pun tidak sepenuhnya suci. Oleh karena itu, setiap insan
mesti memaklumi kekeliruan-kekeliruan yang tidak dapat diramalkan yang
dilakukan orang lain. Dalam kebanyakan kasus, pengakuan adalah suatu
bagian yang sangat penting dalam menemukan kedamaian yang kekal dan
berakar dalam.
Seorang penyair tua berkata, bahwa andil setiap
orang atas waktunya adalah apa yang telah terbiasa olehnya. Namun, apa
yang membiasakan dirinya untuk bangkit dad keadaan rohani dan akhlaknya.
Sifat pemaaf adalah pengejawantahan lahiriah dari kehendak yang kuat
dan mawas diri, yang merupakan perbedaan antara keteguhan hati dan
kekuatan.
Orang-orang yang mau memaafkan merasakan ketenangan
rohani yang tak ternilai. Mereka memiliki kehendak kuat dan kedewasaan
rohani yang merupakan sumber-sumber kebaikan; suatu faktor yang
menentukan dalam membebaskan manusia dari rantai-rantai perbudakan
rohani. Memaafkan kekurangan-kekurangan orang lain adalah suatu beban
yang berat bagi fitrah manusia. Memang sulit bagi manusia yang memiliki
watak-watak yang penuh kebencian; bagaimanapun juga, semakin kuat ia
masuk dalam situasi ini, setidak-tidaknya ia akan mengalami kegelisahan
jiwa. Kemudian pada akhirnya ia akan menjadi orang yang berbelas kasih
kepada dunia.
Pokok utama lainnya mengenai hal ini adalah, bahwa
tidak syak lagi sifat pemaaf mempengaruhi perasaan musuh, ia menciptakan
perubahan yang cepat dalam pemikiran dan tingkah laku musuh. Banyak
kasus mengenai hubungan yang renggang menjadi baik karena pengaruh sifat
pemaaf; kebencian dan rasa bermusuhan yang berakar dalam berubah
menjadi ketenteraman dan ketaatan, 'dan banyak lagi kasus rentang musuh
yang tunduk kepada orang yang menghiasi dirinya dengan kebaikan dan
pemikiran yang mau memaafkan.
Menurut para ulama:
Bakat terbesar manusia yang tidak dimiliki hewan
adalah sifat pemaaf dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain. Ketika
anda dirugikan oleh orang lain, anda memiliki kesempatan yang baik
untuk memaafkan dan menikmati perasaan batin aras sifat yang mulia ini,
Kita diajak untuk memaafkan musuh-musuh kita, tetapi kira tidak pernah
diminta untuk memaafkan kekurangan-kekurangan ayah dan sahabat-sahabat
kita, karena sewajarnyalah setiap orang mall memaafkan
kesalahan-kesalahan.
Ketika anda membalas dendam atas musuh anda, anda
menempatkan diri anda pada tempat yang sama dengan musuh anda, karena
anda telah memperlakukannya dengan cara yang sama seperti dia telah
berlaku terhadap anda. Tetapi anda akan mendapatkan kemuliaan jika anda
mau memaafkan kesalahannya. Bila kita membalasnya, mungkin saja orang
itu lebih kuat dari kita. Tetapi bila kita memaafkan musuh, pasti kita
pemenangnya. Dengan sifat pemaaf, kita mampu mengalahkan musuh-musuh
tanpa pertikaian dan memaksa mereka untuk rendah hati terhadap kita.
Menolak persaingan dan menghindari perselisihan dengan mereka merupakan
cara pencegahan terbaik yang dapat kita ambil untuk melawan mereka,
karena kekalahan mereka adaIah keunggulan.
Adalah wajib bagi kita untuk bersikap baik ketika
orang lain melanggar, karena kebaikan merupakan kebijakan surgawi, yang
dengan itu bumi dan para penghuninya dapat hidup dalam kedamaian dan
keharmonisan.
Kemerosotan Akibat Permusuhan
Tidak ada beban yang lebih berat atau perilaku atau
kekacauan jiwa yang lebih berbahaya yang membebani manusia lebih
daripada permusuhan dan tindakan memendam perasaan benci terhadap orang
lain. Benci adalah salah satu perasaan yang paling merugikan yang
mempengaruhi kebahagiaan dan ketenangan manusia. Benci berangkat dari
sifat amarah dan merusak keseimbangan rohani manusia. Ketika seseorang
marah, beberapa alasan dapat menyebabkannya tenang kembali dan
menghilangkan kegelisahan jiwanya dengan memadamkan kobaran api di dalam
hatinya. Walau demikian, bunga api dari api kebencian mungkin tetap ada
di dalam hati untuk membakar kebahagiaannya dan mengganggu
ketenangannya.
Bertentangan dengan sifat pemaaf yang merupakan
unsur kebaikan, keseimbangan jiwa, kedamaian dan keharmonisan, kebencian
dan permusuhan adalah penyebab perselisihan dan pertentangan. Ia
merupakan pengejawantahan kejahatan rohani. Marah menghilangkan
kegelisahan dan keresahan emosi, tetapi penderitaan yang didapat oleh
orang yang mencoba berbuat jahat dengan kejahatan jauh lebih besar
daripada penderitaan yang ditimbulkan oleh sebab-sebab lainnya. Alasan
untuk ini adalah bahwa jenis penderitaan yang kedua biasanya: hanya
sementara, tetapi ketika "ksatria" permusuhan muncul, ia menghasut untuk
memendam kebencian guna melukai kesadaran selama-lamanya. Di samping
itu, permusuhan tidak dimunculkan hanya dengan satu tindakan jahat: ia
memperlebar luka di hati yang menyebabkan musuh mempersiapkan diri untuk
mengambil tindakan pertahanan atau balasan.
Permusuhan, jika terjadi, memiliki akibat-akibat
dan kekacauan-kekacauan yang menyakitkan yang bisa menjadi penyakit yang
tidak dapat diobati. Seseorang dapat menjadi korban kesadaran sebagai
akibat tindakan yang tidak masuk akal yang berasal dari kebencian atau
permusuhan. Ia dapat merambah jauh hingga menimbulkan bencana atas
dirinya sendiri.
Ada beberapa orang yang semasa hidupnya tidak mau
memaafkan atau tidak bermurah hari, karena mereka tidak melupakan suatu
kekurangan atau adanya kesalahan kecil terhadap mereka. Perasaan yang
berlebih-lebihan ini menghasut mereka untuk menghamburkan energi dan
kemampuan mereka dalam mencari pembalasan, walaupun hal ini
mengarahkannya untuk menjatuhkan dirinya ke dalam amukan api.
Orang-orang yang mudah marah terhadap berbagai
peristiwa dengan cepat cenderung membantah. Mereka tidak kuat mendengar
kritik, walau sekecil apa pun, atas tingkah lakunya; di lain pihak,
orang-orang yang kuat dan dewasa mempelajari kritik yang bersifat
membangun dan, oleh karena itu, membenahi diri mereka dengan
faktor-faktor yang dapat membimbing mereka kepada akhlak-akhlak yang
lebih baik.
Menurut seorang ulama:
Reaksi yang kuat (terhadap kritik) menunjukkan
kurangnya kedewasaan, karena pada mulanya seringkali tidak ada keadaan
yang memadamkan atau sindiran yang menimbulkan reaksi semacam ini.
Orang boleh membayangkan berbagai alasan atas
penghinaan yang sebenarnya tidak ada; atau mungkin penghinaan yang
terjadi tidak secara disengaja. Dalam kedua kasus ini, tidak semestinya
ada alasan untuk bersedih atau mengeluh. Jika penghinaan itu terjadi
dengan disengaja, terhadap kekurangan yang memang ada sehingga ia merasa
menderita dalam hal ini tidak semestinya ia mengeluh tetapi berupaya
untuk menghilangkan kekurangannya; atau tidaklah beralasan bila lantas
ia bertindak melampaui batas, terapi ia harus menyadari bahwa orang yang
menghinanya itu dengki dan penuh dengan niat buruk, orang yang gagal
dan ceroboh lah yang mencoba membalasnya, atau orang yang bodoh yang
mencoba menjatuhkan orang lain dengan mengada-ada berbagai urusan batil
terhadap mereka. Bagaimanapun juga orang yang bijak tidak pernah merasa
sakit hanya karena tindakan orang-orang yang jahil.
Tindakan balas dendam terjadi dari perasaan
meremehkan orang, sebagai akibat memendam rasa benci dari trauma masa
kanak-kanak, atau dari lingkungan sosial di mana in mengalami berbagai
peristiwa menyedihkan. Dengan kata lain, balas dendam merupakan suatu
cara yang dengan itu orang yang menderita "pelecehan" mencoba untuk
memperbaiki perasaan gagal dan rendahnya. Orang tersebut mencari segala
cara yang memungkinkan dengan merugikan orang lain dan berbuat
kejahatan.
Di antara faktor-faktor pendukung yang membantu
orang semacam ini untuk menolak kejahatan adalah ketaatan terhadap
tujuantujuan suci dalam kehidupan. Karena, orang yang mensucikan jiwa
dan akhlaknya serta tidak menghiraukan tujuan-tujuan orang lain,
nantinya tidak akan mempedulikan penganiayaan orang lain.
Sejauh mana kita bereaksi terhadap penganiayaan
orang lain sepenuhnya berada di tangan kita. Juga terserah kita untuk
mengubah jalan pemikiran kita; oleh karena itu mungkin bagi kita
mengubah berbagai pengaruh dalam memperkuat diri kita untuk
menyingkirkan rasa dendam yang terus menekan jiwa kita. Walau demikian,
jika kita tidak tahu tanggung jawab moral kita, orang lain tidak akan
mampu menolong kita mengubah kekurangan-kekurangan kita.
Sifat dendam memiliki beragam bentuk. Beberapa
orang membuat lawan-lawannya tertimpa berbagai kemalangan dengan
berpura-pura membimbing mereka kepada ketaatan dan kejujuran. Dendam
seperti ini mencari orang untuk berkomplot secara hati-hati.
Menurut seorang sarjana Barat:
Benci dan permusuhan berangkat dari kegoncangan
mental, terutama ketika tidak ada sebab-sebab yang terlibat. Kira dapat
memecahkan banyak persoalan dengan cara-cara persaudaraan, tetapi sifat
sombong dan angkuh menghalangi kita ke arah itu. Kita sering menolak
teman-teman kita dan mencintai yang lainnya hanya karena kesalahan kecil
yang kita terima dari mereka. Kadang-kadang kita mengetahui bahwa
mereka tidak bersalah, namun kita tetap menolak untuk memaafkan mereka.
Saya berharap kita mampu memperkecil ketidakadilan kita terhadap mereka.
Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya
Kehidupan para pemimpin agama merupakan
pelajaran-pelajaran tentang kehormatan, martabat, pemaafan dan
kemanusiaan. Kebaikan-kebaikan rohani mereka tercermin dalam
pelajaran-pelajaran praktis dengan lukisan yang sangat indah.
Suatu hari Imam Ali Ibnu AI-Husain As-Sajjad a.s.
sedang duduk bersama para sahabat beliau ketika seorang lelaki mendekati
beliau dan mulai mencerca Imam a.s. Nama lelaki ini adalah Hassan Ibnu
AI-Mutsanna. Imam Ali a.s, tidak mengenal lelaki ini dan ketika ia telah
pergi, beliau berkata kepada para sahabat:
"Kalian dengar apa yang dikatakan orang itu kepadaku. Aku ingin kalian ikut bersamaku untuk mendengar jawabanku padanya."
Para sahabat Imam Ali a.s. kemudian berkata:
"Kami akan ikut bersamamu, walau kami ingin engkau atau kami mengatakan sesuatu (suatu tanggapan yang sama) terhadapnya."
Imam a.s. berjalan menuju rumah lelaki itu seraya membacakan:
"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji alau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan adakah yang mengampuni
selain daripada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbualan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui."
(QS.3:J35)
Para sahabat beliau mendengarkan kesimpulan ini
bahwa Imam a.s. hanya ingin mengatakan kata-kata yang baik kepada lelaki
itu. Sesampai di rumah AI-Hassan Ibnu Mutsanna, Imam a.s. berkata:
"Katakan padanya bahwa aku adalah Ali Ibnu Al-Husain."
Lelaki itu mendengar kata-kata ini dan keluar
bersiap-siap untuk menemuinya. la yakin bahwa Imam As-Sajjad a.s, datang
hanya untuk membalas tindakannya. Ketika Al-Hassan Ibnu Al-Mutsanna
muncul, Imam As-Sajjad a.s. berkata:
"Saudaraku! kamu telah datang kepadaku dan telah
mengatakan sesuatu. Jika kamu mengatakan sesuatu tentang kebohonganku,
aku memohon ampunan kepada Allah; dan jika kamu menuduhku padahal aku
tidak bersalah, aku memohon kepada Allah untuk mengampunimu!"
Ketika lelaki itu mendengar kata-kata Imam a.s. ia mencium kening beliau dan berkata:
"Sesungguhnya aku menuduhmu padahal engkau tidak bersalah. Kata-kata ini menggambarkan aku."
(Irshad Al-Mufid, hal. 257)
Kata-kata Imam As-Sajjad a.s. mempengaruhi rohani
lelaki ini; kata-kata itu membebaskannya dari penderitaan dan
menampakkan padanya tanda-tanda kesedihan dan penyesalan.
Imam mengajarkan kepada para sahabatnya tentang
sifat pemaaf dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain. Beliau juga
menceritakan tentang penyesalan yang membahagiakan yang dialami lelaki
itu sebagai akibat dari sifat pemaafnya.
Imam Ali a.s. berkata:
Kurangnya sifat pemaaf adalah yang paling buruk di
antara segala kekurangan, dan ketergesaan dalam membalas dendam adalah
dosa yang paling besar.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 768)
Al-Quran selalu menasehati kaum Muslimin untuk mau memaafkan.
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan
dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan
memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dari
orang-orang yang berhijrah di jalan AIIah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah
mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS 24:22)
Allah SWT juga berfirman:
"Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang terbaik, maka orang-orang yang
antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia."
(QS. 41 :34)
Ketika seseorang memiliki kekuatan dendam, sifat
pemaaf merupakan sifat yang sangat dibutuhkan. Imam Ash-Shadiq a.s.
menempatkannya di antara sifat para nabi dan orang-orang bertakwa.
(Safinah Al-Bihar, jilid 11, hal. 702)
Imam Ali a.s. memandang sifat pemaaf termasuk di antara senjata pertahanan terbaik melawan persekongkolan para pelaku kejahatan:
Tegurlah saudaramu dengan melaksanakan amal
perbuatan yang baik terhadapnya dan belokkanlah kejahatannya dengan
memberinya kebaikan hati.
(Nahj Al-Balaghah, hal. 115)
Imam Ali a.s. menyingkap kebenaran-kebenaran yang
sensitif dan tersembunyi mengenai kebencian dengan pernyataan yang
singkat namun mengesankan. Beliau menyatakan secara tidak langsung bahwa
orang-orang yang dengki dibebani dengan sejenis perasaan tanpa belas
kasih dan kurangnya sifat pemurah:
Hati yang sangat menderita karena haus akan dendam adalah hati pendengki.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 178)
Pandangan psikologi menyatakan bahwa:
Orang-orang yang iri hati mudah marah dan tiada
bermurah hati; sifat ini dapat membakar habis sebuah toko hanya karena
orang tersebut kehilangan sapu tangannya. Meskipun penampilan pendendam
berakhlak baik dan lembut hati, di dalam diri mereka bersembunyi gejolak
lautan api kebencian dan dendam suatu perasaan seperti gunung berapi
yang siap meletus. Gunung berapi ini meletus begitu ada kesempatan
dengan membakar habis yang hijau dan yang kering, teman dan musuh.
(Ravankavi)
Pendengki tersiksa oleh penderitaan rohani yang mendalam dan terus menerus:
Jiwa pendengki itu tersiksa dan keresahannya berlipatganda.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 85)
Dr. Dale Carnegie menulis di dalam bukunya, How to Win Friends and Influence People:
Ketika kita menyembunyikan kebencian dan permusuhan
di dalam hati terhadap musuh-musuh kita, sebenarnya kita memberi mereka
kontrol terhadap makan, minum, tidur, kesehatan, kebahagiaan kita, dan
bahkan darah kita dan tekanannya. Sesungguhnya kita membuat mereka
mengendalikan hal ini melalui diri kita. Kebencian kita terhadap mereka
tidaklah melukai mereka sedikit pun, kecuali justru mengubah kehidupan
kita menjadi neraka yang tidak tertanggungkan.
Para psikolog masa kini mendiagnosis gangguan jiwa
dan mental lewat eksperimen, kemudian mereka mencoba untuk
menghilangkannya. Di masa lalu, Imam Ali a.s, mengatakan hal yang sama
kepada umatnya:
Ketika kesadaran itu dihilangkan, kehendak buruk pun muncul.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 490)
Salah satu watak pendengki adalah, bahwa kobaran
kebenciannya tidak berhenti sampai mereka membalas lawannya. Imam Ali
a.s. berkata:
Kebencian adalah api tersembunyi yang tidak padam kecuali dengan kemenangan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 106)
Menurut seorang psikolog:
Pendengki memaksa orang lain untuk patuh dan tunduk
kepada mereka dengan ancaman, cacian dan kata-kata tanpa belas kasih.
Cara ini dilakukan di antara para pendendam. Bahkan pendendam memandang
ini sebagai hal yang mudah dan penting, padahal cara ini merupakan dosa
besar di sisi Allah.
Saya mengenal seorang perwira tentara yang suatu
hari ketika sedang berkendaraan bertabrakan dengan sepeda motor yang
dikendarai oleh seorang lelaki miskin. Pengendara motor ini menaruh dua
guci dari tanah liat di dalam keranjang yang berada di atas roda
belakang. Sebagai akibat dari tabrakan ini guci dan roda belakang motor
rusak berat. Jalan tersebut menjadi putih karena tumpahan susu yang
bocor dari guci yang pecah itu.
Kejadian ini menjadi kesalahan lelaki miskin itu,
tetapi keadaan lelaki ini benar-benar sepatutnya mendapatkan belas
kasihan dan kebaikan sebagai ganti dari cacian tanpa belas kasih yang
dilemparkan oleh tentara "terdidik" kepadanya. Lelaki miskin itu
perlahan mengangkat kakinya karena kesakitan; ia pasrah dan mulai
sekarat. Lelaki miskin itu menuding si tentara seolah-olah ia seorang
instruktur yang sudah lama ia kenal sewaktu ia sedang berbicara padanya.
Pada saat itu ia mengeluarkan kebenciannya yang telah lama terpendam
terhadap seorang instruktur penindas dan berkuasa. Teman saya
(instruktur) ingin mencela lelaki miskin itu karena berani menghina
seorang perwira tinggi, tetapi saya dan seorang teman menahannya untuk
tidak berbuat demikian. Malam itu kami habiskan dengan ngobrol
bersamanya, ia tidak henti-hentinya mengecam kami dan dirinya sendiri
karena tidak mencari pembalasan atas "kejahatan" itu. Ia tidak pernah
memaafkan kami dan juga dirinya karena kelemahannya!!! dan tidak
membalas dendam terhadap lelaki miskin itu.
(Ravankavi)
Imam a.s. berkata:
Dengki mendorong amarah.
(Ghurar Al-Hikam, bal. 21)
Seorang psikolog juga berkata:
Jika anda tidak memenuhi permintaan pendengki,
bahkan jika permintaan itu tidak masuk akal, ia akan merasa gagal dan
tidak akan pernah istirahat sampai ia berhasil membalas orang yang tidak
patuh dengan kehendaknya.
(Ravankavi)
Manusia hanya memperoleh keharmonisan rohani, kesadaran dan mental ketika ia menghapus noda kebencian dari hatinya.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang menghapus kebencian, hati dan akalnya akan senang.
(Ghurar Al-Hikam)
Menurut psikolog lainnya:
Semakin manusia menjauhkan dirinya dari kemubaziran
dan pengumbaran amarah dan kebencian, semakin ia melindungi dirinya
dari gangguan rasa gelisah yang menyebabkan ketimpangan rohani.
(Selection journal. Psychological Section)
Orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan dirinya dari perselisihan dan dendam.
Imam Ali a.s. berkata:
Kebahagiaan seseorang datang ketika hatinya bebas dari hasad dan dengki.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 399)
Kini kita simpulkan pokok yang penting: yakni,
dalam beberapa hal Islam melarang pengabaian beberapa tindakan. Memang
benar bahwa tujuan lslam adalah untuk memperoleh keamanan dan
ketertiban, tetapi Islam juga memandang hukuman itu penting ketika
terjadi usaha berupa suatu pelanggaran terhadap berbagai urusan
masyarakat dan keamanannya. Pasal-pasal peraturan hukum merupakan
hak-hak manusia yang dapat dipraktekkan atau ditolak oleh manusia
sendiri. Peraturan-peraturan ini adalah hak-hak Allah atas manusia.
12. Amarah
• Manfaat Pengendalian Diri
• Akibat-akibat Amarah
• Petunjuk Para Pemimpin Agama
Manfaat Pengendalian Diri
Di sekeliling diri manusia terdapat banyak
rahasia-rahasia yang menakjubkan. Ia merupakan makhluk yang dilengkapi
dengan dua kekuatan besar, yaitu akal dan kehendak atau kemauan. Akal
adalah cahaya yang menentukan nasib jiwa manusia dalam kehidupan. Akal
dipandang sebagai wakil kepribadian yang nyata dari manusia dan
merupakan cahaya yang menerangi kehidupan. Oleh sebab itu, tanpa
petunjuk serta pengawasan akal, kita tidak dapat berkembang dalam
kehidupan yang serba rumit.
Manusia dituntut untuk berusaha keras mengendalikan
berbagai perasaan dalam dirinya, yaitu dengan menekannya kuat-kuat atau
menganggap remeh perasaan-perasaan itu. Akal adalah sebuah kekuatan,
dan yang telah menunjukkan kepada kira satu metode rasional dalam
mempergunakan perasaan-perasaan yang sehat dan mencegah nafsu guna
mengarahkan kita untuk menaati perintah-perintahnya. Sebenarnya, jika
cahaya akal memantulkan sinarnya kepada perasaan atau nafsu, maka hal
itu menjamin bahwa kebahagiaan akan menyinari kehidupan. Tetapi
sebaliknya, jika manusia diperbudak oleh nafsu, maka dirinya akan
dilemahkan dan kalah dalam setiap langkah kehidupan.
Mengenai kehendak manusia, yang merupakan salah
satu faktor moral yang paling berpengaruh serta jalan terkuat untuk
mewujudkan harapan yang mulia dan cita-cita yang baik, ia memiliki
hubungan dengan dasar-dasar kebahagiaan manusia. Kehendak manusia juga
akan menjaga kepribadiannya dari keburukan.
Kehendak yang kuat akan menemukan kebahagiaan
hidup, karena ia dapat mendorong diri manusia untuk menolak
keinginan-keinginan yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Semakin banyak
usaha untuk memelihara kekuatan yang sangat penting ini, maka semakin
banyak pula tenaga yang kita dapatkan untuk meraih kebaikan moral serta
menghindarkan diri dari kerusakan. Kemudian jiwa kira menjadi tenang dan
tetap terlindung dari kekacauan.
Seorang pemikir Barat telah memberikan komentarnya sebagai berikut:
Terdapat satu definisi akal yang baik di mana ia
juga menyiratkan keseimbangannya, yaitu, akal merupakan satu kekuatan
yang terorganisir. Kekuatan ini laksana sistem kemudi jenis terbaru
untuk kendaraan sehingga ia dapat mencegah kaum pria dan wanita
bertabrakan satu sama lainnya. Kekuatan ini juga merupakan satu sistem
yang dapat menahan guncangan akibat tabrakan yang tiba-tiba atau yang
disebabkan oleh ketidakteraturan jalan. Ta juga memberikan kenyamanan
serta jaminan bagi para penumpangnya, walaupun di atas jalan yang paling
buruk.
Kejahatan merupakan perwujudan dari kepribadian
yang tidak seimbang. Ketika seorang individu kehilangan pengawasan atas
akalnya, maka ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan dirinya
sendiri. Manusia tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi
juga kehilangan peranannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan
dan pada gilirannya berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.
Amarah mengubah manusia laksana sungai kecil yang
mengalir di antara gunung-gunung yang tinggi sehingga menciptakan
suara-suara bising. Manusia mulia yang memiliki keunggulan moral adalah
laksana sungai besar yang mengalir di antara rawa-rawa dan bermuara di
laut tanpa menimbulkan gelombang.
Sifat-sifat buruk membutuhkan kehendak yang kuat
untuk mencegahnya mempengaruhi jiwa. Jika tidak, ia dapat memaksa
seorang individu untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa pada saat
merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah tekanan, dengan
demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang tidak menentu.
Seorang individu untuk membuat keputusan yang
tergesa-gesa pada saat merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah
tekanan, dengan demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang
tidak menentu.
Akibat-akibat Amarah
Keadaan psikologis yang dapat menggiring sifat
manusia dari keadaannya yang wajar ke arah penyelewengan adalah sifat
marah. Ketika amarah menguasai serta melingkupi diri manusia, maka ia
akan mengambil bentuk sifat yang angkuh atau sombong serta menyingkirkan
segala hambatan yang dapat mencegahnya mempengaruhi kehendak manusia,
karena itu ia dapat menghasut manusia agar mencelakakan lawan-lawannya
tanpa pertimbangan sama sekali. Selubung amarah juga membutakan pikiran
dan mengubah jiwa manusia menjadi buas tanpa menghiraukan kenyataan. Hal
itu juga mendorong diri manusia untuk melakukan segala kejahatan yang
mengandung berbagai akibat fatal dalam kehidupan. Namun, ketika ia
menyadari kesalahan-kesalahan tersebut, terutama tatkala menghadapi
akibat yang tak diinginkan, maka ia baru merasa sedih dan cemas.
Sifat jahat hanya menyebabkan penderitaan. karena
pada akhirnya ia tidak dapat menyelamatkan jiwa dan mengubah
perbuatan-perbuatan yang rendah menjadi kemarahan hingga sesuai
pertimbangan akal dan hati nurani, menyebabkan kepercayaannya hilang.
Jika berbagai akibat pertimbangan akal muncul pada diri orang yang
marah, maka gelombang penderitaan disertai rasa penyesalan yang hebat
akan menggerogoti hatinya. Bahkan rubuh pun mudah terserang penyakit
akibat amarah tersebut, karena tubuh merupakan tempat kediaman bagi
ketenangan dan kebahagiaan jiwa.
Memang benar bahwa kekuatan amarah dalam proporsi
yang benar juga sangat diperlukan. Dalam proporsi tersebut amarah
merupakan suatu unsur kekuatan dan unsur usia muda. Jenis amarah yang
mengharuskan manusia melawan penindasan serta mempertahankan hak-haknya
adalah salah satu sifat dasar kemanusiaan.
Pembalasan dendam yang berbaur dengan sifat amarah
akan membuat hidup penuh dengan kesuraman. Jika kita bermaksud melawan
kejahatan dengan kejahatan dalam setiap kejadian, serta membalas dendam
dengan penghinaan yang tidak sopan, maka berarti kita telah menghabiskan
sebagian hidup ini dalam perdebatan dan persengketaan. Selain itu kita
akan kehilangan kekuatan dan melemahkan sifat rendah hati.
Manusia adalah tempat kesalahan dan sifat pelupa.
Karena itu jika tindakan-tindakan kita mengundang kemarahan orang lain,
maka cara terbaik untuk mendapatkan ampunan ialah dengan mengakui
kesalahan-kesalahan tersebut.
Menurut Dr. Dale Carnegie:
Jika ternyata menjadi jelas bahwa kita patut
menerima hukuman atau celaan, lalu tidakkah lebih baik untuk mengakui
kesalahan-kesalahan itu? Apakah celaan yang kita tujukan langsung kepada
diri kita lebih pantas dan tepat dibandingkan jika orang lain yang
melakukannya? Karena itu marilah kita mulai mengakui tindakan-tindakan
yang tercela agar dapat mengalahkan 'senjata-senjata' lawan kita. Dalam
sikap seperti ini dapat dijamin hingga 90 persen bahwa kita akan
memperoleh ampunan dan keinginan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan
itu. Setiap orang dapat dengan mudah menyembunyikan kesalahan atau
kekurangannya, tetapi manusia yang mulia akan mendapatkan rasa
kehormatan serta kebanggaan khusus ketika ia mengakui berbagai
kesalahannya. Jika kita yakin bahwa kebajikan berada di sisi kita, maka
menjadi suatu kewajiban untuk menciptakan suasana yang baik guna memikat
hati orang lain dengan kebajikan yang kita miliki. Sebaliknya, jika
kita berada dalam kesalahan, maka adalah suatu kewajiban moral untuk
segera mengakuinya. Setelah mengakui berbagai kesalahan, maka tidak
hanya akan memperoleh hasil yang baik, tetapi juga merasa lebih lega
dibandingkan jika kita membalas dendam.
Dengan memaafkan, hati manusia terisi oleh cahaya
kebahagiaan yang sejati serta gelombang perasaan mulia. Bahkan kita pun
dapat mempengaruhi musuh serta memaksanya untuk tunduk dengan memaafkan
berbagai kesalahannya. Hal yang demikian juga memberikan rasa percaya
dalam diri dan kepada orang lain, yang dengannya cahaya cinta dan
keharmonisan memancarkan sinarnya. Di samping itu, memberi maaf
menyebabkan kita dan musuh-musuh saling berpadu dan mengabaikan
perselisihan serta pertikaian.
Pengetahuan merupakan sarana untuk mengurangi
kekerasan dan memperbaiki sikap. Semakin pengetahuan seseorang
bertambah, maka semakin luaslah jangkauan pemikirannya serta memberikan
kekuatan untuk melawan berbagai perangkap nafsu. Ia juga akan menjadi
sabar dan lebih pemaaf.
Petunjuk Para Pemimpin Agama
Pengobatan paling efektif bagi penyimpangan yang
dikenal sebagai amarah adalah ketaatan kepada ajaran-ajaran para Nabi
dan imam-imam. Kajian serta kesimpulan yang dilakukan oleh para dokter,
ahli ilmu jiwa dan para ahli filsafat bukan berarti tidak berguna sama
sekali, tetapi mereka pada umumnya tidak dapat dengan sempurna menghapus
penyimpangan-penyimpangan itu.
Para pemimpin agama telah menggugah perhatian kira
dengan kata-kata mereka yang bijaksana tentang akibat-akibat amarah yang
berbahaya serta manfaat yang luar biasa dalam mengendalikannya.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. telah berkata:
Hindarilah amarah, karena hal itu akan menyebabkan kamu tercela.
Dr. Mardin telah menguraikan hal itu sebagai berikut:
Seseorang yang sedang marah, apa pun alasannya,
akan menyadari ketidakberartian hal itu segera setelah ia tenang, dan
dalam kebanyakan kasus ia akan merasa harus meminta maaf kepada mereka
yang telah ia hina. Jika anda membiasakan diri untuk mengakui
ketidakgunaan amarah tatkala ia muncul, maka anda dapat mengurangi
tingkatan dari berbagai akibat yang tidak diinginkan.
(Pirozi Fikr)
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Amarah membinasakan hati dan kebijaksanaan,
barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia tidak akan dapat
mengendalikan pikirannya.
(Ushul Kafi, bab II, hal. 305)
Amarah dan kekecewaan yang terjadi akan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Menurut para ahli kesehatan, amarah
dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu mencapai tingkat
intensitas (kehebatan) tertentu.
Imam Ali a .s. berkata:
Barangsiapa yang tidak dapat menahan amarahnya, akan mempercepat kematian.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 625)
Dr. Mardin berkata:
Apakah mereka yang memiliki hati lemah menyadari
bahwa beberapa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya? Mereka mungkin
tidak mengetahui, terapi harus disadari bahwa banyak individu yang sehat
menjadi korban akibat amarah yang hebat, sehingga ia mati oleh serangan
jantung. Amarah juga dapat berakibat hilangnya nafsu makan serta
mengganggu otot dan syaraf selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Amarah, secara merugikan, mempengaruhi seluruh fungsi spiritual dan
rubuh. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat
meng-akibatkan peracunan yang berbahaya terhadap air susunya.
(Pirozi Ftkr)
Dr. Mann menambahkan:
Penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh fisiologis
akibat kecemasan telah mengungkapkan adanya berbagai perubahan dalam
seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh darah, perut, otak dan
kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alamiah
berubah pada waktu marah. Hormon Adrenalin dan hormon-hormon lainnya
menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.
(Psychology oleh Dr. Mann)
Imam Ali a.s. berkata:
Hindarkanlah sifat marah, karena awalnya adalah
ketidakwajaran dan akhirnya penderitaan. Amarah adalah api yang
mengamuk. Barangsiapa dapat mengendalikannya berarti ia memadamkan api
itu dan barangsiapa membiarkan, berarti dia yang pertama kali terbakar.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 71)
Amirul Mukminin Imam Ali a.s. telah memerintahkan
sabar sebagai alat untuk melawan amarah dan juga untuk menghindarkan
akibat-akibatnya. Selanjutnya beliau berkata:
Berhati-hatilah terhadap kejahatan amarah dan
lindungilah dirimu dengan sifat sabar agar dapat menghadapinya.
Mengendalikan diri pada saat-saat amarah akan melindungimu dari
kehancuran total.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 131,462)
Imam Muhammad Al-Baqir a.s. juga menegaskan bahwa sangat mungkin seseorang melakukan pembunuhan pada saat marah. Ia berkata:
Apakah yang lebih jahat dibandingkan dengan amarah?
Sesungguhnya manusia dapat marah dan pada gilirannya akan membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah.
(Al-Wafi, bab lll, hal. 148)
Menurut John Markoist:
Beberapa individu, dengan berbagai masalah kejiwaan
tertentu akan mengalami adegan (pemandangan) kejahatan secepat
pemutaran film.
Sifat khas penderita semacam ini ialah, pada saat
mereka berpikir untuk melakukan kejahatan, dia kemudian melakukannya
tanpa ragu-ragu. Dengan kata lain, mereka adalah para pembunuh seketika.
(Chi Midanam)
Rasulullah Saw. juga memerintahkan umatnya, jika amarah menguasai diri mereka, agar melakukan hal-hal berikut. Beliau berkata:
"Oleh karena itu, jika salah seorang di antara
kalian mendapatkan amarah dalam dirimu, maka apabila engkau sedang
berdiri duduklah dan apabila engkau sedang duduk, maka engkau harus
berbaring. Jika engkau masih marah, maka lakukanlah wudhu atau mandi,
karena sesungguhnya amarah itu api dan api dapat dipadamkan dengan air."
(lhya Al-Ulum, bab II, hal. 151)
Dr. Victor Pashi berkata:
Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa
anda memarahinya dengan kasar, maka anda dapat menekan amarah tersebut
dengan memandikannya dengan air dingin atau menyelimutinya dengan kain
yang lembab atau basah.
(Rah e Khosbhakbti)
Dr. C. Robbin mengatakan:
Kebersihan tubuh memiliki pengaruh yang baik
terhadap tingkah laku. Mandi menggunakan air hangat setiap pagi dan sore
selain dapat membersihkan tubuh juga mengendurkan otot-otot. Hal itu
juga dapat menghilangkan kebosanan serta menghilangkan nafsu makan.
Mandi dengan air hangat juga dapat menekan amarah yang mungkin timbul
oleh kebiasaan (rutinitas) sehari-hari. Oleh sebab itu kita dapat
memberikan penekanan akan pentingnya hal itu bagi tubuh dan pikiran.
(Chi Midanam)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa para
pemimpin agama telah menetapkan contoh-contoh serta ajaran yang baik
untuk kita. Dalam kisah berikut ini, telah diceritakan oleh Ibnu Syahr
Ashoub dalam kitabnya Al-Manaqib, di mana Mubarad dan Ibnu Aisya
mengisahkan bahwa seorang lelaki yang berasal dari Syria melihat Imam
Hasan a.s. sedang mengendarai seekor kuda. Pada saat itu si lelaki mulai
menghinanya. Imam Hasan a.s. tidak menjawab hinaan orang tersebut, dan
setelah lelaki itu berhenti ia pun berjalan ke arahnya. Setelah memberi
salam, sang Imam berkata:
Wahai orang tua, saya yakin bahwa engkau adalah
orang asing. Boleh jadi engkau telah salah mengiraku karena orang lain.
Jika engkau memohon maaf, maka saya akan berikan. Jika engkau
membutuhkan pertolongan saya akan membantumu. Jika engkau sedang mencari
petunjuk, saya akan menjadi pemandunya. Jika engkau membutuhkan
kendaraan, saya akan memberikan untukmu. Jika engkau lapar saya akan
memberimu makanan. Jika engkau buruh pakaian. saya akan menyediakannya.
Jika engkau dalam pencarian. maka saya akan memberikan perlindungan.
Jika engkau memiliki beberapa kebutuhan, maka saya akan memenuhinya. Dan
jika engkau ingin melanjutkan kafilahmu,jadilah tamuku hingga kau
pergi. Hal ini lebih berguna bagimu karena aku memiliki kedudukan yang
baik, kemuliaan serta harta yang sangat banyak.
Setelah mendengar kata-kata Imam Hasan a.s., lelaki tua itu menangis lalu berkata:
Aku bersaksi bahwa engkau adalah pewaris ajaran
Allah di muka bumi. Sesungguhnya Allah mengetahui kepada siapa Dia
menyerahkan risalah-Nya. Kau dan ayahmu adalah makhluk yang paling
kusakiti hatinya, tetapi sekarang engkau adalah hamba Allah yang paling
kucintai.
Kemudian lelaki itu mengurus kafilahnya dan menjadi
tamu di kota itu hingga keberangkatannya. Dan, kini, ia yakin akan
kecintaan mereka (Ahlul Bait Nabi Saw.).
13. Melanggar Janji
• Berbagai Tanggung Jawab
• Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya
• lslam Melarang Pelanggaran Janji
Berbagai Tanggung Jawab
Manusia menyadari tanggung jawabnya hanya ketika
dia sampai pada tahap-tahap mampu membedakan antara yang hak dan yang
batil. Setelah itu ia dapat memperhatikan berbagai perintah dari sistem
kehidupan dan mematuhi serangkaian keputusan yang menentukan dan kepada
keputusan inilah kebahagiaan dan integritas manusia bergantung. Dengan
kata lain, ia mampu menciptakan keharmonisan antara perilaku dan
berbagai kebutuhan jasmani dan rohaninya.
Pelaksanaan tanggung jawab materi dan rohani
merupakan suatu kebutuhan, baik bagi akal maupun kesadaran; tanggung
jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan, dan menguruk
faktor-faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan.
Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam
meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Kendati dalam
beberapa kepercayaan (agama), tanggung jawab bukan merupakan perbudakan
melainkan kebebasan yang sesungguhnya. Tanggung jawab menarik manusia
kepada tara nan perilaku yang sesuai dengan sistem kehidupan yang paling
memadai. Tanggung jawab manusia itu ada selama manusia ada, tetapi
dalam bentuknya yang berbeda-beda. Sudah sepantasnyalah mengharapkan
seseorang untuk memenuhi tanggung jawabnya jika ia mampu dan berkehendak
untuk memenuhinya.
Ketiadaan rasa tanggung jawab dan pelanggaran
berbagai peraturan hanya akan menunjukkan kejahilan akan asas-asas
kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Tidak ada
kesalahan yang lebih besar daripada pelecehan terhadap para anggota
masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus mencegah pelanggaran
kewajiban individual yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi
nafsu-nafsu kita.
Orang-orang yang menjadi tawanan hawa nafsunya
sendiri lebih mengutamakan hasrat-hasrat dan berbagai kepentingan
pribadi, di atas tugas-tugas mereka, yang adalah akar kerusakan dan
ketidakmampuan dalam mencapai integritas manusia seutuhnya.
Menurut Dr. CarI:
Seseorang yang memandang dirinya bebas untuk
berbuat segala sesuatu bukanlah seperti elang yang menjelajah langit
yang tiada bertepi, melainkan seperti anjing pelarian yang menemukan
dirinya di tengah-tengah keramaian lalu lintas. Orang ini dapat
dibandingkan dengan anjing yang berbuat apa saja sekehendaknya, namun
orang ini lebih tersesat daripada anjing karena ia tidak tahu ke mana ia
pergi atau bagaimana menjauhkan dirinya dari semua bahaya yang ada di
sekelilingnya.
Kita semua sepakat bahwa fitrah tunduk kepada
hukum-hukum tertentu. Kita juga harus menyadari bahwa kehidupan manusia
mengandung serangkaian hukum dan undang-undang. Kita mengkhayalkan diri
kita sebagai makhluk yang sepenuhnya merdeka dan berbuat apa saja yang
kita kehendaki. Kita tidak ingin mengakui bahwa kendali atas hidup kita
tidaklah berbeda dengan mengendarai mobil dari sudut pandang bahwa
keduanya tunduk kepada peraturan-peraturan tertentu. Kita berpikir
seolah-olah tujuan sesungguhnya bagi manusia adalah makan, minum, tidur,
berhubungan seks, serta memiliki mobil, radio, dst ...
Menaati peraturan adalah penting bagi masyarakat
manusia, dan ini tidak dapat dilakukan tanpa benar-benar memperhatikan
peraturan-peraturan tersebut. Orang-orang yang mengandalkan kemampuan
sendiri dapat memperhatikan kenyataan-kenyataan hidup dengan kaca mata
akal dan logika; dan oleh karena itu, dapat menunaikan berbagai
kewajiban mereka. Mereka mengatur hidupnya sesuai dengan asas-asas
keadilan dan kebenaran serta menerima semua kewajibannya tanpa adanya
keluhan. Jika seseorang gagal, bagaimanapun ia masih dapat menemukan
alasan untuk merasa bangga, karena kelalaian semacam ini tidak muncul
melainkan setelah ia memenuhi berbagai tanggungjawabnya.
Kita harus mencari kebahagiaan dalam wujud yang sesungguhnya.
Kebahagiaan bersama, keselamatan menjadikan
orang-orang yang menaati panggilan kesadarannya mencapai keberhasilan,
Imbalan bagi orang-orang yang memperhatikan tanggung jawabnya adalah
munculnya rasa percaya diri dan keharmonisan antara pikiran dan
kesadaran. Perasaan yang menyenangkan ini berangkat dari jiwa
orang-orang yang melaksanakan berbagai tanggung jawabnya dalam
kehidupan.
Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya
Salah satu kewajiban penting manusia dalam
kehidupan adalah memperhatikan sumpahnya. Adalah fitrah manusia untuk
merasa kesal bila melanggar sumpahnya dan merasakan kepuasan dan
kebaikan ketika memenuhinya, baik individu maupun masyarakat, tanpa
memandang agamanya. Asas-asas yang mendidik seseorang memainkan suatu
peranan penting dalam tingkah lakunya di masa mendatang. Maka perlunya
didikan yang memadai dan pengembangan akan keberhasilannya serta
penjauhan diri dari hal-hal yang merusak fitrah manusia, sangatlah
jelas. Pendidikan yang tepat merupakan kunci kepada kesempurnaan akhlak.
Moralitas dipandang perlu untuk memperhatikan dan
menghargai semua sumpah lisan (persetujuan, janji) yang dilakukan di
antara berbagai kelompok, bahkan jika mereka kekurangan akan
jaminan-jaminan yang sah. Pelanggaran sumpah dianggap sebagai penolakan
terhadap peraturan-peraturan tentang martabat dan harga diri.
Menurut Buzarjumehr:
Pelanggaran sumpah menjauhkan martabat.
Orang-orang yang menyelewengkan dirinya dari jalan
yang benar dengan melanggar sumpahnya, akan menanam benih-benih
penolakan dan kebencian di dalam hati orang lain: Pada akhirnya tindakan
pelanggaran akan mempermalukan nya, kemudian ia akan mencoba untuk
menutupi berbagai tindakannya dengan macam-macam alasan dan kontradiksi,
sehingga orang-orang yang mengetahui orang ini akan melihat bahwa ia
adalah seorang munafik yang tersesat.
Sesungguhnya pelanggaran sumpah termasuk di antara
unsur yang paling aktif dalam menciptakan perselisihan sosial dan
melemahkan ikatan di antara manusia. Tak syak lagi, suatu masyarakat
yang diliputi oleh perselisihan dan saling tidak percaya lama kelamaan
akan kehilangan keseimbangan dalam kehidupan sosialnya dan akibatnya
para anggotanya tidak akan dapat mempercayai bahkan terhadap kerabat
terdekatnya sekalipun.
Ada tipe individu yang tidak hanya lalai dalam
memegang janjinya, juga memandang pengkhianatan (khianat akan amanah)
sebagai tindakan yang bijaksana dan baik; orang-orang ini bahkan merasa
bangga dengan tindakan-tindakannya kepada orang lain.
Pemenuhan janji itu penting bagi seseorang yang
ingin hidup ber-masyarakat; ia adalah landasan bagi kebahagiaan,
perkembangan dan keberhasilan sosial.
Diriwayatkan bahwa sekelompok orang Khawarij
ditangkap di masa lalu yang meninjau kembali kasus-kasus mereka dan
menghukum mereka sekehendaknya. Ketika orang terakhir berdiri di depan
Hajjaj untuk menunggu hukumannya, waktu shalat pun tiba. Hajjaj
mendengar adzan dan mengembalikan tawanan itu kepada seorang bijak serta
berkata padanya untuk membawanya kembali esok pagi.
Orang bijak itu meninggalkan istana bersama sang
tawanan. Sewaktu mereka berjalan, tawanan itu berkata: "Aku bukanlah
salah seorang Khawarij. Aku memohon kepada Allah dengan rahmat-Nya untuk
membuktikan kebenaranku, karena aku adalah tawanan yang tidak bersalah.
Aku mohon padamu untuk membiarkanku menghabiskan malam ini bersama
isteri dan anak-anakku sehingga aku dapat memuaskan keinginanku kepada
mereka. Aku berjanji bahwa aku akan kembali sebelum ayam berkokok di
pagi hari." Setelah hening sesaat, akhirnya orang bijak itu setuju
dengan usul si tawanan dan mengizinkan dia pulang untuk semalam.
Beberapa waktu kemudian, orang bijak itu mulai merasa takut dan
membayangkan bahwa ia akan menjadi korban kemarahan Hajjaj. Malam itu
orang tersebut terjaga penuh ketakutan dan heran pada sang tawanan, yang
telah berjanji untuk kembali, mengeruk pintunya. Orang bijak ini kaget
dan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berseru:
"Kenapa kamu datang kembali?"
Sang tawanan menjawab: "Orang yang mengakui
kebesaran dan kekuasaan Allah, dan menjadikan-Nya saksi terhadap
sumpahnya, harus memenuhi janjinya."
Orang bijak itu pun berjalan bersama tawanannya
menuju istana Hajjaj, dan menceritakan segala perihalnya. Hajjaj, yang
terkenal dengan kekejamannya, begitu tergerak dengan lelaki yang jujur
itu dan mengizinkannya untuk membebaskannya.
Sekarang anggaplah suatu perusahaan komersial
mengabaikan janjinya dalam memenuhi kewajiban dan undang-undangnya.
Perilaku ini tidak akan menyebabkan kemajuan melainkan kemunduran,
karena perusahaan ini akan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat.
Tidak ada faktor yang lebih mapan daripada sifat
saling percaya di antara para anggota masyarakat. Hubungan antar pribadi
tidak akan stabil, dan sifat saling percaya tidak akan terwujud di
masyarakat mana pun tanpa setiap orang memberikan perhatian yang besar
kepada janji-janji lisannya, sebagaimana yang ia lakukan terhadap
karyawan nya dan kontrak-kontrak sahnya. Misalnya, seorang pedagang
harus mengirim barang kepada pelanggarannya tepat waktu; seorang
peminjam harus mengembalikan pinjamannya dst.
Selain itu perselisihan pun dapat dihapus dan kehidupan dapat mencapai tujuan utamanya.
Adalah penting bagi seseorang untuk meninjau
kembali kemampuan nya sebelum membuat berbagai janji, dan menjauhkan
diri dari janji-janji yang berada di luar jangkauannya, sebab jika
seseorang tidak dapat memenuhi janjinya ia bertanggung jawab atasnya.
Maka, jika seseorang tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkannya, ia
akan menjadi korban kutukan dan kritikan.
lslam Melarang Pelanggaran Janji
Manusia wajib berperilaku baik sehingga dipandang
sebagai manusia. Keberhasilan masyarakat manusia sepenuhnya bergantung
kepada kemanunggalan para anggota nya. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi setiap orang dalam kehidupan nya bertingkah laku sesuai
dengan asas-asas kebenaran dan keadilan, dan sepenuh hati berupaya untuk
menjauhkan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan perselisihan atau
perpecahan. Lebih jauh lagi, jika kesucian sumpah dan janji-janji
berangkat dari keimanan dan moralitas, maka hal ini lebih memungkinkan
untuk diperhatikan.
lslam sangat mengutuk pelanggaran janji; lslam
memandang tidak sah dan tidak etis bagi para pengikutnya dalam melanggar
sumpah bahkan jika sumpah itu dibuat dengan para tiran. Imam Al-Baqir
a.s. berkata:
Ada tiga urusan yang baginya Allah tidak memberikan
izin (izin untuk melanggarnya): Pemberian kepercayaan kepada orang yang
benar dan yang batil. Pemenuhan janji kepada orang yang benar dan yang
batil. Dan kebaikan kepada orangtua, baik mereka itu benar ataupun
berdosa.
(AI-Kafi, jilid II, hal. 162)
Al-Quran menggambarkan orang-orang beriman dengan kata-kata berikut ini:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanatnya, dan janji-janjinya.”
(QS.23:8)
Di samping itu, Rasulullah Saw. memasukkan pelanggaran janji di antara tanda-tanda kemunafikan. Beliau bersabda:
"Ada empat sifat yang jika seseorang memilikinya ia
dianggap sebagai seorang munafik. Jika salah satu darinya didapati pada
seseorang, ia memiliki sifat munafik, kecuali bila ia menolaknya:
(empat sifat itu adalah):
Orang yang berdusta ketika berbicara;
Orang yang melanggar janjinya;
Orang yang berkhianat ketika bersumpah, dan Orang yang meledak-ledak ketika berselisih (dengan seseorang)."
Imam Ali a.s. menulis kata-kata berikut kepada Malik Al-Asytar:
Jauhilah sifat menyombongkan diri terhadap
bawahanmu tentang kebaikanmu (kepada mereka), dan dari lebih menyukai
dirimu (sebagai gubernur) daripada bawahanmu, atau menjanjikan mereka
dan mengikuti janjimu dengan khianat; karena menyombongkan diri
menghalangi kebaikan, cinta diri menyembunyikan cahaya kebenaran, dan
khianat patut menerima murka Allah dan manusia. Allah SWT berfirman:
"Adalah suatu kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu
kerjakan."
(Mustadrak Al-Wasa'il. jilid 11, hal. 85)
Imam Ali a.s. berkata:
Pemenuhan (janji) itu kembar dengan sifat amanah, dan aku tahu tidak ada perisai yang lebih baik daripadanya (amanah). (Ghurar AI-Hikam, hal. 228)
Islam memberikan perhatian khusus kepada
pertumbuhan anak. lslam telah menjelaskan kepada para orangtua tentang
tugas-tugas moral terhadap anak-anak mereka melalui perintah-perintah
yang tegas dan lengkap. Tanpa orangtua melaksanakan kewajibannya menurut
prinsip-prinsip moral ini, mereka tidak akan dapat mengajarkan
anak-anak mereka untuk mematuhi kemuliaan moral.
Ini semua karena berbicara lebih nyaring daripada
kata-kata. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. melarang manusia melanggar
janji kepada anak mereka. Beliau bersabda:
"Dan seseorang tidak semestinya membuat janji kepada anaknya dan tidak memenuhinya."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 201)
Dr. Alindi berkata:
Anak usia enam belas tahun yang setiap hari mencuri
dibawa kepada saya untuk berobat. Saya temukan bahwa ketika anak itu
berusia tujuh atau delapan tahun telah dipaksa ayahnya untuk memberikan
mainannya kepada putri seorang aristokrat, karena si ayah bekerja
padanya. Mainan itu bagi si anak melambangkan impiannya. Si ayah
berjanji untuk membelikan mainan pengganti terapi secara tidak disengaja
si ayah lupa. Anak yang tiada daya itu melampiaskan dendam dengan
mencuri permen dari kantong ayahnya. Hari berikutnya anak itu membongkar
sebuah rumah dan mencuri barang-barangnya. Tidaklah sulit mengobati
anak itu bila ia dibawa kepada saya. Mungkin saja anak itu akan menjadi
seorang penjahat yang berbahaya jika tidak diobati selayaknya. Namun
sekarang kesempatannya untuk menjadi orang yang berakal dan percaya diri
menjadi lebih besar.
(Ma Wa Farzand e Ma)
Imam Ali a.s. menekankan cara bergaul yang semestinya antara seseorang dengan sahabat-sahabatnya. Beliau berkata:
Jika kamu mengangkat seorang menjadi sahabat karib, jadilah pelayannya dan berilah ia iman yang mumi dan ketulusan yang benar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 223)
Hanya orang-orang yang memiliki sifat yang mulia
dan moral yang baik yang memenuhi syarat bagi cinta dan persahabatan
(relationship).
Rasulullah Saw. bersabda:
"Bila kamu bergaul dengan orang-orang yang memiliki
sifat-sifat mulia, kamu akan merasakan suatu kekuatan yang tak
terkalahkan memanggil jiwa dan akhlakmu kepada kemuliaan dan keagungan.
Persahabatan dengan orang-orang yang memiliki akal yang kuat, sifat yang
mulia, dan lebih berpengalaman, adalah suatu hal yang sangat bernilai,
karena bubungan seperti ini memberikan suatu kesempatan untuk mencapai
rohani yang tinggi, mengajarkan kita cara-cara baru tentang perilaku
yang layak, dan mengarabkan pandangan kita tentang orang lain kepada
jalan yang benar."
Pergaulan dengan orang-orang yang baik mengajarkan
kita tentang kebaikan dan kebajikan, karena akhlak yang baik itu laksana
cahaya yang menerangi sekelilingnya dan semua yang berada di dekatnya.
Kesimpulannya, semua insan harus mengetahui tanggung jawab mereka
terhadap sumpah dan janji-janji mereka.
14. Khianat
• Saling Percaya dan Penunaian Tugas
• Khianat dan Keburukannya
• Agama Mengutuk Pengkhianatan
Saling Percaya dan Penunaian Tugas
Sifat saling percaya merupakan unsur terpenting
bagi perjuangan hidup suatu masyarakat yang sehat dan bersatu. Suatu
masyarakat dianggap bahagia dan sentosa apabila hubungan di antara para
anggotanya didasarkan pada sifat percaya (amanah). Jadi, jika manusia
melanggar batas kewajiban-kewajiban mereka dan tidak peduli terhadap
hak-hak orang lain, mereka kelak akan turun ke lembah kerusakan sosial.
Ada beberapa macam hukum yang mengatur berbagai
urusan manusia. Setiap manusia memiliki andil atas hukum-hukum yang
ditetapkan kepadanya oleh akal, fitrah dan agama untuk diikuti. Tujuan
hukum-hukum ini adalah untuk mewujudkan sinar kepercayaan dan
keharmonisan dalam kehidupan manusia. Tanpa hukum ini manusia tidak akan
mengetahui atau lalai akan dosa-dosanya kepada Allah dan masyarakatnya.
Manusia, sebagai makhluk sosial, tidak mempunyai pilihan lain kecuali
berinteraksi dengan lingkungannya, yang oleh karenanya terciptalah
berbagai hubungan sosial yang terhitung jumlahnya. Sebagai akibat dati
hubungan-hubungan ini lahirlah serangkaian hak dan kewajiban. Hak dan
kewajiban ini melindungi masyarakat dari perselisihan, dan meratakan
jalan bagi pemecahan segala problema yang umumnya terjadi dalam suatu
hubungan.
Tanpa menghiraukan kesulitan dan pengorbanan yang
muncul bersama kewajiban-kewajiban sosial, bagaimanapun harus dipenuhi
guna memberi manusia kesenangan dan kebahagiaan. Memang sudah fitrah
manusia mencari kebahagiaan dan berharap dapat meraihnya tanpa
menanggung beban penderitaan, tetapi ia harus menyadari bahwa
kebahagiaan tidak dapur diperoleh secara mudah dengan hanya melaksanakan
berbagai kewajiban. Pernah dikatakan bahwa: "Kebahagiaan adalah imbalan
bagi terlaksananya kewajiban."
Tidak saja kebahagiaan masyarakat lebih penting
daripada kebahagiaan individu, tetapi juga kebahagiaan individu
sepenuhnya bersandar pada kesejahteraan sosial. juga sudah jelas bahwa
pengkhianatan atas hak-hak sosial adalah melanggar ruh keadilan sosial
dan menciptakan kekacauan dalam sistem sosial. Setiap manusia
bertanggung jawab dalam menghargai kehidupan dan kebebasan orang lain.
Orang-orang yang membiasakan diri taat dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan mengambil tanggung jawab mereka
kepada Allah dan masyarakat secara serius, akan menambah kebahagiaan
orang lain dan membantu mereka untuk berhasil dalam berbagai urusannya
Mereka juga memperoleh kepercayaan dari orang lain dan berhasil dalam
kehidupan.
Dr. S. Smiles berkata:
Kewajiban-kewajiban (tugas) adalah hutang manusia.
Orang yang cenderung untuk menjaga dirinya dari kecemaran dan
nilai-nilai amoral di mata orang lain harus membayar hutangnya, Namun,
tindakan-tindakan seperti ini hanya dapat dilaksanakan dengan perjuangan
yang terus menerus dan serius. Pelaksanaan kewajiban merupakan masalah
pokok yang membebani manusia sejak pertama ia memasuki dunia ini hingga
berpisah darinya. Oleh karenanya, semakin seseorang berkuasa dan mampu,
ia lebih dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya; karena
manusia itu laksana pramuniaga yang tugasnya melayani. Tugas ini
didasarkan pada cinta keadilan, dan itu tidak hanya merupakan kewajiban
ideologis tetapi juga suatu kebutuhan mendasar kehidupan manusia.
Sekalipun begitu, sifat-sifat tersebut menunjukkan pengaruhnya dalam
kata-kata dan amal perbuatannya. Rasa tanggung jawab merupakan suatu
pembawaan besar bangsa-bangsa; dan suatu bangsa memiliki harapan akan
keberhasilan jika para anggotanya memiliki rasa tanggung jawab yang
mulia dengan kesombongan, keangkuhan dan keegoisan. Jenis tindakan ini
pantas menerima belasungkawa, karena cepat atau lambat fitrah akan
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas untuk terus hidup.
Khianat dan Keburukannya
Tidak seorang pun ragu bahwa banyak faktor yang
sangar mempengaruhi berkembangnya kerusakan, Ketika diadakan suatu
penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketiadaan moral dan
kemerosotan sosial, menjadi jelas bahwa faktor yang paling berpengaruh
adalah merasuknya pengkhianatan ke dalam hati dan pemikiran manusia.
Kita juga menemukan bahwa bahaya yang menimpa masyarakat yang
ditimbulkan oleh pengkhianatan dan akibat-akibatnya yang menghancurkan
ruh sosial, melebihi segala faktor lainnya.
Khianat menjadikan ruh manusia suram dan mengarah
kan pemikiran dan rasa kasih sayangnya kepada kesesatan dan kerugian
total. Ancaman ini muncul karena merasuknya nafsu-nafsu; ketika
pemikiran-pemikiran jahat mendorong untuk menerima kerendahan dan
kehinaan sebagai ganti dari menerima berbagai inspirasi akal dan iman.
Setiap orang membutuhkan orang lain untuk
mempercayainya. Seorang buruh atau pedagang dapat memperoleh pendapatan
materi melalui berbagai macam pengkhianatan; dan mungkin ia mampu untuk
menyembunyikan komplotan dan pemalsuannya untuk sementara waktu, tetapi
suatu hari kelak masalahnya akan terungkap yang menyebabkan ia
kehilangan kepercayaan yang merupakan modal utamanya. Dengan tindakan
semacam ini juga ia akan menodai martabat dari kelas sosialnya.
Para pengkhianat terus-menerus hidup dalam
ketakutan. Mereka merasa gelisah dan goncang serta kebanyakan dari
mereka merasa pesimis.
Kenyataannya bahwa ketenteraman dan tatanan umum
bergantung kepada keamanan umum. Keresahan dan kegelisahan yang
mematikan -akibat pengkhianatan- akan memukul lingkungan sosial, juga
mengancam hakikat kehidupan sosial. Sebenarnya, setiap tidak ada
keamanan akibat pengkhianatan, tidak akan ada kebebasan, persaudaraan,
atau kemanusiaan.
Khianat tidak terbatas kepada urusan-urusan
tertentu saja, juga meliputi segala tindakan manusia. Bila kita
mengucapkan kata-kata dan atau perbuatan, kita menemukan batas-batas
yang jelas dan gamblang; dan jika seseorang sedikit saja menyimpang dari
perbatasan ini, berarti ia menolak keberadaan sifat amanah, dan ia pun
masuk ke daerah pengkhianatan dan kebatilan.
Diceritakan bahwa seorang berjiwa besar memberikan nasihat berikut ini kepada putranya:
Anakku, jadilah orang miskin dan terampas sementara
orang-orang menjadi kaya dan berharta lewat pengkhianatan. Hiduplah
tanpa ketenaran dan kedudukan dan biarkanlah orang lain mencapai
kedudukan yang tinggi dengan desakan dan perjuangan. Pikullah
penderitaan, keletihan dan kerugian; biarlah orang-orang meraih
cita-cita dan harapan mereka dengan penyombongan diri dan permohonan.
Jauhilah persahabatan dengan orang terkemuka yang semua orang
berlomba-lomba untuk dekat kepadanya. Kenakanlah pakaian takwa dan moral
hingga rambutmu memutih, tetapi jangan biarkan rasa malu yang
menyuramkan menodaimu, Maka bersyukurlah kepada Tuhanmu dan tunduklah
kepada-Nya dengan hati yang suci dan kesadaran yang baik.
Kejujuran adalah modal manusia dalam kehidupan.
Manusia memberi kepercayaan dan menyandarkan diri mereka kepada orang
yang jujur, mereka mengizinkan orang yang jujur untuk membina suatu
kehidupan yang bersih dan mulia. Ketika kita menyandarkan diri kita
kepada orang jujur, kita akan melihat kejujuran dalam setiap sektor
kehidupan dan dapat meraih berbagai hikmah serta mempelajari berbagai
pengalaman; dengan demikian kita dapat meningkatkan kehidupan dengan
perasaan aman dan bahagia.
Agama Mengutuk Pengkhianatan
Allah Yang Mahakuasa -merujuk hukum-hukum yang Dia
syariatkan bagi makhluk-makhluk-Nya sebagai "Amanah"- memberi banyak
perumpamaan di dalam AI-Quran untuk memperingatkan manusia terhadap
khianat:
"Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui."
(QS.8:27)
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyerahkan amanat (kepercayaan) kepada yang berhak menerimanya."
(QS.4:58)
Amirul Mukminin, Imam Ali a.s. berkata:
Yang terburuk di antara pengkhianatan adalah mengkhianati teman karib dan kepercayaan serta melanggar janji.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 501)
Beliau juga, sebagaimana dikutip, mengatakan:
Yang terburuk di antara manusia adalah orang-orang yang tidak percaya kepada amanah dan tidak menjauh dari pengkhianatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 446)
Dan:
Hindarilah khianat karena ia adalah yang terburuk
di antara dosa-dosa; sesungguhnya para pengkhianat akan disiksa di dalam
api khianat mereka.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 150)
Imam Ash-Shadiq a.s. menasihati salah seorang sahabatnya:
Jangan pernah mengatakan selamat jalan kepada kami
tanpa menasihati kami tentang dua sifat: Taat menyampaikan kebenaran,
dan menyampaikan amanat-amanat kepada orang yang benar dan berdosa
karena mereka (dua sifat ini) adalah kunci kepada makanan.
(Safinah Al-Bihar. jilid I, hal. 41)
Islam menyeru semua manusia untuk hidup stabil dan
bahagia di bawah peraturan tentang pelaksanaan kewajiban yang ditetapkan
sesuai dengan perintah-perintahnya yang mulia. Islam juga menekankan
pentingnya menyampaikan amanah.
Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:
Taatilah penyampaian amanah. Karena dengan amanah
Dia mengurus Muhammad Saw. sebagai seorang Nabi yang benar, bahkan jika
seorang yang membunuh ayahku menitipkan kepadaku pedang yang
digunakannya untuk membunuhnya, aku akan mengembaIikan kepadanya.
(Amali Ash-Shadiq, hal. 149)
Tidak ada tenggang rasa dalam lslam terhadap para
pengkhianat. Di bawah keadaan tertentu Islam bahkan mensyariatkan untuk
memotong tangan orang yang mencuri harta kaum Muslimin. Secara keras
lslam melaksanakan hukuman terhadap para pengkhianat guna melindungi
hak-hak sosial dan memelihara keamanan umum. Prosedur ini menempatkan
rasa tanggung jawab dalam masyarakat dan membantu menciptakan suatu
masyarakat yang baik.
Setiap kesalahan yang dilakukan mempunyai
dampak-dampak yang buruk di dunia ini dan di akhirat, di samping itu ia
juga menjadi faktor yang meruntuhkan kemanusiaan.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yang berbuat jahat akan dihukum karenanya di dunia ini.”
(Nahj Al-Fasahah)
Menurut Dr. Rose Keen:
Setiap kesalahan yang saya lakukan dalam hidup saya
akan menghadang jalan saya dan menjauhkan saya dari kebahagiaan; ia
akan mengganggu pemahaman dan realisasi saya. Sebaliknya juga benar;
setiap mencoba kebenaran atau tindakan yang benar menyertai dan
mendorong saya untuk mencapai segala cita-cita dan harapan saya.
Teori Mesin mengatakan:
"Aksi dan reaksi adalah sama" bila digunakan kepada
psikologi tingkah laku. Tindakan baik dan buruk memiliki pengaruh
berlawan yang sama atas individu-individu dan orang-orang sekitarnya
atau yang menirunya.
Imam Ali a.s. berkata:
Penyampaian amanat merupakan ciri orang-orang yang benar-benar beriman.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 453)
Iman adalah senjata defensif rohani. Ia merupakan
salah satu dari faktor-faktor penting yang dapat mencapai kedalaman
jiwa, ia mengatur amal perbuatan dan perilaku manusia dengan tatanan
yang tepat. Iman juga membangun kembali rasa tanggung jawab individu dan
sosial, memperingatkan manusia terhadap pengaruh kerusakan sosial, dan
membimbing masyarakat kepada keadilan dan kebenaran.
Iman mencegah kerusakan dan pengkhianatan. Ia
menjadi tanggung jawab orangtua untuk meratakan jalan bagi anak-anak
mereka agar hidup bahagia dengan memelihara kebiasaan anak-anak mereka
secara hati-hati sejak awal; menanamkan iman ke dalam hati mereka dan
mendukung sifat-sifat mereka yang patut dipuji.
Imam Zainal Abidin a.s. berkata:
Kamu bertanggung jawab atas orang yang kamu jaga;
akhlaknya, petunjuknya kepada Tuhannya SWT, dan membantu untuk menaati
(Tuhannya).
Dr. Raymund Peach berkata:
Tidaklah cukup (bila) secara umum mematuhi
aturan-aturan agama. Karena perhatian yang terus menerus dan tepat
kepada setiap rinci mengenai tingkah laku dan emosi anak berkenaan
dengan agama, penting untuk menanamkan iman di dalam hati mereka.
Penanaman asas-asas agama dan genggamannya yang kuat di dalam kemurnian
dan kebaikan hatinya menciptakan kesiapan untuk menerima nasehat dan
teguran anda. Lakukanlah hal itu tanpa batas. Hal ini akan melindungi
iman dan keyakinan mereka, serta menjaganya dari kesesatan dan
kerusakan.
(Ma Wa Farzandane Ma)
Imam Ali a.s. berkata:
Sesungguhnya di dalam akal manusia ada suatu kebutuhan akan moral sebagaimana panen memburuh kan hujan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 224)
Dr. C. Robin berkata:
Beberapa orang yang mungkin membantah fakta bahwa
akhlak itu seperti berjalan dan berbicara, adalah tindakan-tindakan
alamiah. Dengan kata lain, ia berada di antara masalah-masalah awal yang
kita pelajari dalam kehidupan. Harus pula diketahui bahwa akal tidak
membantu manusia mempelajari akhlak yang baik; namun, akhlak mengatur
manusia sebelum ia menyadari kepentingannya, lebih daripada tanda-tanda
kedewasaan mental. Dengan kata lain, akhlak tidak bergantung kepada akal
tetapi merupakan kegunaan baginya. Oleh karena itu, saya merasa tidak
enak ketika mendengar seorang ibu berkata tentang perilaku putranya:
'Dia akan bangkit sendiri mempelajari hal yang benar.' Jika anak-anak
tidak dibawa kepada akhlak yang baik dari usia muda, mereka tidak akan
mampu mendapatkannya melalui akal dan pemahaman. Memang, kita dapat
mengatakan bahwa akhlak adalah alat yang membimbing kita dan membuka
gerbang-gerbang jalan terdekat menuju keadilan. Alat ini melindungi kita
dari kemalasan, walau demikian ia juga memiliki nafsu dan keinginan
yang berlimpah ruah; akal menjaga kita dari permusuhan, kebencian dan
dendam. Dengan kata lain, ia menjadikan kita dapat hidup bermasyarakat
dan memperingatkan kita akan kelalaian terhadap orang lain dan terhadap
egoisme. Individu-individu berakhlak baik tidak pernah menyendiri;
mereka dapat mewakili masyarakat dan membantu menyadarkan manusia kepada
kebenaran.
(Chi Madanam)
Kendati segala upaya tengah dibuat untuk
mensyariatkan hukum-hukum yang keras guna mengurangi kejahatan
pengkhianatan, dan juga dibuat program-program pendidikan guna
menyadarkan manusia akan berbagai akibatnya, dan meskipun dibuat
berbagai hukum dan cara penerapannya untuk memerangi pengkhianatan,
tindakan khianat terus menerus meningkat jumlahnya dan cenderung menjadi
sesuatu yang mengerikan.
15. Sifat Kikir
• Kerja Sama dan Bantuan
• Bakhil Meniadakan Kasih Sayang
• Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Bakhil
Kerja Sama dan Bantuan
Secara alamiah setiap manusia memiliki bakat-bakat
khusus dan kita membutuhkan kerja sama dengan orang lain untuk
menyempurnakan dan agar bakat-bakat kita menjadi produktif. Kerja sama
merupakan suatu unsur yang efektif dalam proses peningkatan dan
keberhasilan individu dan masyarakat.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial,
oleh karena itu sudah menjadi watak manusia untuk turut serta dalam
tugas memecahkan berbagai problema kehidupan.
Peristiwa-peristiwa alam dan keinginan menciptakan
sejumlah problema bagi manusia. karenanya membuat mereka menghadapi
berbagai kesulitan, karena faktor inilah manusia terus menerus
membutuhkan pertolongan orang lain. Ditinjau dari segi hukum alam
(sunnatullah), kewajiban tidak terbatas kepada satu individu saja tetapi
untuk semua tingkatan dalam masyarakat. Membantu seseorang, tidak
pandang seberapa kecil dan besarnya kewajiban itu, sangatlah bermanfaat
bagi perkembangan masyarakat dan akan mencakupi satu di antara berbagai
kebutuhannya.
Karena keadaan-keadaan sosial terwujud melalui para
anggota masyarakat -dari banyak sisi - kita dapat mengumpamakan
struktur sosial dengan tubuh manusia. Sebagaimana tubuh manusia terdiri
dari anggota-anggota yang secara alamiah saling berhubungan satu sama
lain dan di atasnya pula perjuangan hidup (survival) manusia bersandar,
masyarakat juga terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda, yang
menjadikannya utuh. Jadi, tiap-tiap anggota masyarakat harus mengetahui
kewajiban-kewajibannya yang vital dan melaksanakan sesuai kemampuannya
sehingga masyarakat dapat tumbuh dengan subur. Para anggota harus
menyelami segala kemampuan materi dan rohani mereka, dan mengerahkan
demi kepentingan masyarakatnya dengan terus menerus memperhatikan untuk
selalu berada dalam lingkup kemampuan dan peraturan sosial.
Bagaimanapun juga ketenteraman dan keamanan
menyeluruh bagi masyarakat, dan penanggulangan berbagai kesulitan hanya
dapat dicapai jika ada rasa kerja sama dalam perhubungan (relationship)
manusia satu sama lain. Hanya dengan kerja sama, kehidupan menjadi lebih
manis, tindakan menjadi lebih berfaedah, dan kereta masyarakat bergerak
maju di jalan kemuliaan.
Kikir Meniadakan Kasih Sayang
Ada perasaan-perasaan tertentu yang berasal dari
dalam hati manusia, buah-buah dari perasaan ini tidak terhingga
nilainya; inilah akar-akar dari kerja sama manusia. Perasaan
ini, yang terwujud dalam menolong orang-orang miskin, termasuk sifat
rohaniah khusus dan sifat-sifat mulia manusia. Inilah perasaan yang
membuat manusia bereaksi ketika melihat kesengsaraan atau penderitaan
yang dialami orang lain; ia mengilhami manusia untuk mau berkorban dan
melupakan berbagai keinginan pribadi guna mengurangi penderitaan orang
lain. Manusia tersebut babu at demikian tanpa mengharapkan imbalan apa
pun.
Dr. Carl mengatakan:
Peningkatan di segala bidang membutuhkan tingkat
pengorbanan tertentu, kebesaran, dan ketulusan; kemurnian jiwa hanya
dapat dicapai dengan mengorbankan materi dan popularitas demi
kepentingan negara atau tujuan yang lebih besar. Pengorbanan diri adaIah
kebiasaan orang-orang yang memahami keindahan keadilan dan kebenaran
iman kepada Allah. Inilah orang-orang yang mengorbankan jiwa mereka
untuk melaksanakan keadilan, cinta dan keharmonisan di seluruh dunia.
Akal saja tidak dapat membimbing manusia menuju kesempurnaan. Cinta dan
kasih sayang juga merupakan faktor yang penting dalam urusan ini. Hal
ini benar, karena jiwa mengatasi perasaan daripada akal dan renungan.
Setiap orang dapat maju pada jalan ini melewati mega ke puncak cahaya
dan mencapai kebenaran.
Ada suatu sifat yang dapat menghancurkan akar-akar kasih sayang, yang dapat bersembunyi di bawah sadar manusia.
Sifat ini dikenal sebagai kikir. Kikir meratakan jalan bagi fitrah manusia untuk menyingkirkan moral-moral baiknya.
Kikir adalah sifat jahat yang selalu menyusup ke
dalam akhlak dan rohani. Di samping kikir dapat mengarahkan orang
menjadi berpikiran sempit, ia juga menjerumuskan manusia kepada kehinaan
dan kebencian masyarakat. Sebagai akibat dari sifat kikir dan egois.
pikiran si kikir terpusat di sekitar materialisme dan kekayaan. Oleh
karena itu, mereka terasing dari kebebasan berpikir dan sesudah itu
terasing dari fakta-fakta kehidupan dan nilai-nilai akhlak dan rohani.
Orang kikir tidak menganggap kekayaan merupakan suatu cara mengamankan
kebutuhan materi dalam kehidupan. Sesudah mengamankan kebutuhan mendasar
kehidupan dalam kesenangan, keharmonisan atau dalam menanggulangi
kegelisahan dan penderitaan-penderitaan psikologis, maka tidak ada suatu
peran pun bagi kekayaan.
Rasa takut miskin yang terbayang-bayang merupakan
suatu penyakit yang mempengaruhi pikiran orang kikir. Karena alasan
inilah si kikir tidak pernah dapat menjauhkan dirinya dari kekhawatiran
dan depresi. Kendati orang kikir itu memiliki harta kekayaan. ia
terasing dari kesenangan dan ketenteraman.
Menurut seorang sarjana Inggris:
Ada beberapa orang mengharapkan kekayaan
seolah-olah tidak ada lagi selainnya yang berharga. Bahkan ada yang
menjauhkan diri mereka dari pengetahuan dan tidur karena tujuan utama
mereka adalah memperoleh kekayaan. Orang-orang seperti ini menjauhkan
diri mereka dari kebenaran karena membayangkan harta sebagai tujuan dan
bukan sebagai alat. Harta adalah laksana jembatan yang membantu kita
dari kerusakan. Betapa kelirunya orang-orang yang menghabiskan hidup
mereka dalam memperkuat jembatan itu sementara tidak mengetahui
tujuannya. Jangan sampai kita menyerahkan diri kita demi uang,
sebaliknya kita harus menyerahkan uang demi kita Banyak orang yang
menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari uang dan saat mereka
mendapatkannya, mereka membutuhkan kehidupan yang lain untuk
menghabiskannya tetapi saat-saat yang sangat mereka inginkan tidak
pernah datang.
Tampaknya ada hubungan langsung antara kekayaan dan
sifat kikir. Kebanyakan orang-orang kaya adalah orang-orang yang kikir.
Suatu penelitian mengungkapkan bahwa bantuan kepada orang-orang miskin
pada umumnya dilakukan oleh kelas menengah dan tidak kaya.
Orang kaya yang kikir. yang menjadi korban rasa
frustrasi dan amarah orang miskin, adalah pokok dari beberapa kerusakan
sosial. Tekanan yang berada di atas orang miskin, dan akibat komplikasi
psikologis yang menimpa mereka. merupakan faktor-faktor yang menyuburkan
kerusakan dan kekacauan. Tiada seorang pun mengingkari peranan yang
sangat merusak ini, dan problema ini telah menyebabkan kejahatan dan
permusuhan.
Banyak orang kaya yang melewati batas kemanusiaan
sebagai akibat kecenderungan mereka yang kuat untuk memperoleh kekayaan.
sehingga menambah penindasan mereka dengan merampas hak-hak orang-orang
miskin. Para penindas seperti ini sudah pasti kehilangan sinar
kemanusiaannya dari diri mereka.
Di lain pihak kita memiliki sifat murah hati,
faktor ketulusan manusia. Ia merupakan perwujudan dari kemurnian
perasaan manusia dan sebagai tanda dari pemikiran yang mapan. Kemurahan
hati juga merupakan sifat yang paling baik di antara segala sifat murni
lainnya.
Kemurahan hati menduduki suatu tingkatan yang
sangat tinggi di antara sifat-sifat lainnya. Nama Hatim Ta'i masih tetap
bersinar di seluruh negeri karena kemurahan hatinya yang termasyhur.
Sudah jelas bahwa sifat murah hati hanya dapat
dipuji jika kedekatan kepada Allah dicari dengan mengurangi penderitaan
orang-orang miskin sebagai tujuannya. Menyombongkan diri dan ingin
terkenal jangan sampai menyusup ke dalam kemurahan hati.
Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Kikir
Islam menekankan semua aspek masyarakat manusia. la
menganjurkan pengorbanan dan kemurahan dalam memberi untuk memperkuat
ikatan cinta dan kasih sayang antara si kaya dan si miskin. lslam juga
sangat membenci kekikiran dan ketiadaan moral.
Islam menanamkan akar-akar cinta dalam masyarakat
Islami dengan mengatur perasaan-perasaan manusia dan rasa kerja sama di
antara sesama Muslim. Islam melarang Muslim yang kaya bersikap acuh tak
acuh terhadap yang miskin; ia juga melarang sifat kikir yang menghalangi
kaum Muslimin dari membayar zakat yang diwajibkan bagi mereka untuk
kaum Muslimin yang miskin.
Rasulullah Saw. bersabda:
"lslam tidak membenci sesuatu lebih daripada kekikiran. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 549)
Kikir adalah sifat jahat yang menjauhkan seseorang dari kebahagiaan dan ketenteraman dan meninggalkannya dalam penderitaan.
Rasulullah Saw. juga bersabda:
"Sedikit-dikitnya keharmonisan (kerukunan) di antara manusia adalah orang-orang yang kikir. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 21)
Seorang sarjana Barat berkata:
Orang yang kekurangan cinta dan mencarinya (bahkan
di bawah sadarnya) selalu mengutuk dirinya dan tidak pernah puas
dengannya; karena alasan ini banyak di antara kita bernafsu terhadap
kehidupan orang lain dan sangat iri terhadap mereka. Perasaan ini tidak
terbatas kepada orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya: dengki
mempengaruhi kita semua karena adanya suatu unsur dalam kehidupan setiap
orang di mana mereka merasa lemah. Misalnya, seseorang yang mempunyai
isteri, anak dan kedudukan yang baik, merasa tamak melebihi orang-orang
yang jauh dari keadaannya yang seperti ini. Orang-orang seperti itu
memandang pakaian, misalnya, sebagai bukti dari kelebih-unggulan mereka;
atau seseorang mungkin melihat orang lain yang pakaiannya lebih bagus
dan berpikir bahwa orang yang berpakaian lebih bagus itu lebih bahagia
daripadanya, karena jika ia tidak lebih bahagia ia tidak akan memiliki
pakaian-pakaian yang lebih bagus ...
(Ravankavi)
Rasulullah Saw. diperintahkan oleh Allah SWT agar
mengasihi orang-orang yang tidak mencintai harta untuk dirinya sendiri
tetapi mengeluarkan kelebihan (harta) itu kepada orang-orang yang
kekurangan. Beliau bersabda:
"Semoga Allah memberi rahmat atas orang-orang yang
menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu dan yang mengeluarkan
kelebihan dari apa yang dimilikinya."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 81)
Nabi Saw. juga bersabda:
"Hindarilah kekikiran karena akan menyebabkan kamu
binasa dan mengarahkan meraka kepada pertumpahan darah serta menodai
kesucian mereka."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 8)
Imam Ali a.s. berkata:
Aku heran kepada orang-orang kikir yang sengsara,
karena mereka merasa miskin padahal daripadanya mereka lari lebih cepat.
dan merasa kehilangan harta yang mereka cari. Dalam kehidupan ini
mereka hidup dari kehidupan orang-orang miskin dan akan dihukum di
akhirat dengan hukuman orang-orang kaya.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 497)
Seorang sarjana Inggris menyatakan:
Beberapa orang tampak kaya tetapi sebenarnya
miskin. Mereka memiliki uang tetapi tidak dapat mengeluarkannya untuk
dirinya sendiri. Kekayaan mereka menjadi seperti rantai emas yang
mencekik leher mereka sehingga daripadanya mereka tidak memperoleh
apa-apa kecuali penderitaan dan siksaan. Di sini uang menjadi kemalangan
dan kekayaan menjadi bencana.
(Dar Aghushe Khush Bakhti)
Bahkan anak dari orang-orang kikir mengeluh tentang ayah mereka. Kenyataan ini dijelaskan oleh Imam Ali a.s. yang mengatakan:
Kemurahan hati seseorang membuat musuhnya mencintainya, dan kekikiran membuat anak-anaknya membenci nya.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 368)
Beliau juga berkata:
Tamak dan kikir dibangun atas keraguan dan kurangnya keyakinan.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 488)
Dr. Farmer telah berkata:
Sifat murah hati dan percaya diri lahir dari
keharmonisan dan mempercayai diri dan orang lain, ketika anda
menemukannya sekaligus di dalam diri seseorang, ia akan menyempurnakan
akhlak masyarakat dan memberi peluang kepada kesempurnaan untuk
menempati kehidupan sosial. Yang berlawanan dengan itu yakni ketika
sifat ini sedang kekurangan, keutuhan akhlak masyarakat tidaklah mungkin
sehingga seseorang tidak mampu menikmati kehidupan sosial.
(Raz Khusbhakhti)
Imam Musa Al-Kazim a.s. menjelaskan nilai sifat murah hati dengan mengatakan:
Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu
berada di bawah lindungan Allah. Allah tidak menjauhi mereka tetapi
membimbing mereka ke sorga. Allah SWT tidak mengutus seorang nabi atau
penggantinya kecuali seorang yang murah hati; tidak ada orang adil
(benar) yang tidak murah hati. Hingga saat-saat kematiannya, ayahku
memerintahkanku agar menjadi orang yang murah hati.
(Furu’ Al-Kafi, jilid IV, hal. 38)
Suatu kali ketika Imam Ali a.s. sedang bertempur di
medan laga, seseorang yang sedang beliau serang meminta pedang beliau.
Imam Ali a.s. memberikan kepadanya sehingga membuatnya terheran-heran.
Kemudian Imam Ali a.s. mengatakan bahwa orang-orang kikir sangat
membutuhkan bimbingan agama, dan jika mereka jauh dari bimbingan itu,
mereka akan terap berada dalam perangkap materialisme, kerugian dan
kesengsaraan.
16. Sifat Tamak
• Berbagai Kebutuhan Hidup
• Orang Tamak Tidak Pernah Puas
•Pembagian yang Adil dalam lslam
Berbagai Kebutuhan Hidup
Dalam kehidupan ini keberadaan kita dikelilingi
oleh berbagai kebutuhan tertentu yang melekat sejak kita dilahirkan.
Beberapa kebutuhan ini seperti makanan, pakaian, dan rumah merupakan
kebutuhan dasar, dan kelangsungan sistem kehidupan pun bergantung
kepadanya. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini bersifat alami dan tidak
berubah. Jenis kebutuhan lainnya tidak penting sekali dan terus menerus
berubah serta tidak pernah dapat diraih sepenuhnya.
Sesuai dengan kecenderungan alami dan rasa saling
membutuhkan, manusia mencari uang dan berjuang dengan segala cara
melawan berbagai problema dan kesulitan yang mungkin menghadang jalannya
untuk mencari uang lebih banyak lagi; karena bagi kebanyakan manusia
kekayaan adalah keindahan hidup.
Perubahan-perubahan keadaan manusia dalam hidup
adalah sesuatu yang alami. Umpamanya, jika seseorang dikelilingi oleh
kemiskinan dan kelemahan, ia mencari makan dengan segala cara untuk
mencoba menghapus kemiskinan yang mengelilinginya. Jika seseorang
memperoleh kekayaan, ia pun dijangkiti kesombongan dan keangkuhan,
seolah-olah ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan sifatsifat
ini. Terakhir, jika seseorang memperoleh kekayaan dan keamanan bagi
dirinya, ia mabuk dengan kesombongan dan keangkuhan, dan ide-ide jahat
pun tak henti-hentinya mengepung pikirannya.
Kehidupan mengambil berbagai bentuk bergantung
kepada bagaimana seseorang memandangnya dan kemampuan akal yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, banyak orang yang tidak
menyadari kebenaran atau mencapai tingkat yang dengannya mereka dapat
membedakan nntarn yang aman dan yang berbahaya. Perwujudan
kebenaran-kebenaran kehidupan dan pencapaian keadaan bahagia memerlukan
perenungan terhadap berbagai rahasia eksistensi, terutama rahasia
"mengenal diri" yang hanya dapat dilakukan dalam wewenang akal dan
logika.
Manusia harus memahami mengapa ia berada di dunia
ini untuk memulai mencari kebahagiaan. Ia harus memilih cara, yang
dengan ini ia dapat maju sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan alami dan
rohaninya seraya menjauhkan diri dari berbagai keburukan yang memisahkan
jiwa dari pertumbuhan pribadi yang sesungguhnya.
Memang, keberhasilan dan kebahagiaan tidak berarti
manusia harus selalu mengungguli yang lainnya dengan memanfaatkan
sumbersumber materi, karena masalah-masalah materi bukanlah tujuan utama
dalam hidup dan manusia tidak semestinya melanggar batas-batas
moralitas dan keluhuran untuk memperoleh materi.
Menurut Dr. Carl:
Materialisme liberal ditemukan dalam atmosfir
ideologis yang berisi berbagai kepentingan pribadi yang menguasai
pikiran kita. Kekayaan telah datang sebagai tujuan utama di mata kita,
dan keberhasilan kini diukur dengan peredaran rekening. Suatu masyarakat
yang memberikan prioritas kepada urusan-urusan ekonomi tidak pernah
dapat dibimbing ke arah moralitas yang memerlukan ketaatan sepenuhnya
kepada hukum-hukum kehidupan. Tidak pelak lagi, moralitas membimbing
kira kepada kebenaran dan mengatur semua aktivitas jiwa dan raga kita
sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kemuliaan moral dapat diibaratkan
dengan mesin yang kuat yang berfungsi secara tepat. Perselisihan dalam
suatu masyarakat tidak lain merupakan akibat dari ketiadaan moral.
Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah untuk
mencapai tingkatan rohaniah. Rohaniah merupakan masalah paling penting
dan bernilai yang dapat diraih manusia. Orang yang memelihara jiwanya
senantiasa terikat dengan mutiara-mutiara rohani dan jarang memburuh kan
dunia ini, karena ia memperoleh kepuasan rohani dalam bayang-bayang
rohaniah yang menyertainya selama hidupnya. Orang seperti ini dalam
keadaan bagaimanapun tidak akan mau menukar kekayaan rohaninya demi
materi.
Orang Tamak Tidak Pernah Puas
Iri terhadap apa yang dimiliki orang lain merupakan
keadaan psikologis yang memaksa seseorang menjadi materialis dan
menjadikan materi sebagai poros tempat berputarnya pikiran.
Kecenderungan materi lahir dari sifat tamak yang
tak terkendali. Lantaran kebahagiaan khayali yang ia ciptakan, tamak
dianggap sebagai faktor yang membawa kesengsaraan dalam kehidupan
manusia. Akibatnya manusia tidak lagi menghiraukan segalanya dan
mengorbankannya, semua sifat moral dalam pencariannya mengumpulkan
harta, hingga akhirnya perasaan ingin berakar kuat di dalam jiwanya.
Dr. Shaupenhaur berkata:
Agak sulit untuk membatasi
kecenderungan-kecenderungan yang ada hubungannya dengan pencarian
kekayaan, karena kepuasan individu sangat berbeda-beda dan tidak ada
tolok ukurnya yang dengannya berbagai keinginan manusia dapat
diputuskan. Beberapa orang puas dengan sedikit uang untuk memenuhi
berbagai kebutuhan mereka, sementara yang lainnya mengeluh tentang
ketidakbahagiaan kendati kekayaan mereka berlimpah-limpah (yang jauh
melebihi kebutuhan mereka). Oleh karena itu, setiap orang memiliki.
16. Sifat Tamak
• Berbagai Kebutuhan Hidup
• Orang Tamak Tidak Pernah Puas
•Pembagian yang Adil dalam lslam
Berbagai Kebutuhan Hidup
Dalam kehidupan ini keberadaan kita dikelilingi
oleh berbagai kebutuhan tertentu yang melekat sejak kita dilahirkan.
Beberapa kebutuhan ini seperti makanan, pakaian, dan rumah merupakan
kebutuhan dasar, dan kelangsungan sistem kehidupan pun bergantung
kepadanya. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini bersifat alami dan tidak
berubah. Jenis kebutuhan lainnya tidak penting sekali dan terus menerus
berubah serta tidak pernah dapat diraih sepenuhnya.
Sesuai dengan kecenderungan alami dan rasa saling
membutuhkan, manusia mencari uang dan berjuang dengan segala cara
melawan berbagai problema dan kesulitan yang mungkin menghadang jalannya
untuk mencari uang lebih banyak lagi; karena bagi kebanyakan manusia
kekayaan adalah keindahan hidup.
Perubahan-perubahan keadaan manusia dalam hidup
adalah sesuatu yang alami. Umpamanya, jika seseorang dikelilingi oleh
kemiskinan dan kelemahan, ia mencari makan dengan segala cara untuk
mencoba menghapus kemiskinan yang mengelilinginya. Jika seseorang
memperoleh kekayaan, ia pun dijangkiti kesombongan dan keangkuhan,
seolah-olah ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan sifatsifat
ini. Terakhir, jika seseorang memperoleh kekayaan dan keamanan bagi
dirinya, ia mabuk dengan kesombongan dan keangkuhan, dan ide-ide jahat
pun tak henti-hentinya mengepung pikirannya.
Kehidupan mengambil berbagai bentuk bergantung
kepada bagaimana seseorang memandangnya dan kemampuan akal yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, banyak orang yang tidak
menyadari kebenaran atau mencapai tingkat yang dengannya mereka dapat
membedakan nntarn yang aman dan yang berbahaya. Perwujudan
kebenaran-kebenaran kehidupan dan pencapaian keadaan bahagia memerlukan
perenungan terhadap berbagai rahasia eksistensi, terutama rahasia
"mengenal diri" yang hanya dapat dilakukan dalam wewenang akal dan
logika.
Manusia harus memahami mengapa ia berada di dunia
ini untuk memulai mencari kebahagiaan. Ia harus memilih cara, yang
dengan ini ia dapat maju sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan alami dan
rohaninya seraya menjauhkan diri dari berbagai keburukan yang memisahkan
jiwa dari pertumbuhan pribadi yang sesungguhnya.
Memang, keberhasilan dan kebahagiaan tidak berarti
manusia harus selalu mengungguli yang lainnya dengan memanfaatkan
sumbersumber materi, karena masalah-masalah materi bukanlah tujuan utama
dalam hidup dan manusia tidak semestinya melanggar batas-batas
moralitas dan keluhuran untuk memperoleh materi.
Menurut Dr. Carl:
Materialisme liberal ditemukan dalam atmosfir
ideologis yang berisi berbagai kepentingan pribadi yang menguasai
pikiran kita. Kekayaan telah datang sebagai tujuan utama di mata kita,
dan keberhasilan kini diukur dengan peredaran rekening. Suatu masyarakat
yang memberikan prioritas kepada urusan-urusan ekonomi tidak pernah
dapat dibimbing ke arah moralitas yang memerlukan ketaatan sepenuhnya
kepada hukum-hukum kehidupan. Tidak pelak lagi, moralitas membimbing
kira kepada kebenaran dan mengatur semua aktivitas jiwa dan raga kita
sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kemuliaan moral dapat diibaratkan
dengan mesin yang kuat yang berfungsi secara tepat. Perselisihan dalam
suatu masyarakat tidak lain merupakan akibat dari ketiadaan moral.
Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah untuk
mencapai tingkatan rohaniah. Rohaniah merupakan masalah paling penting
dan bernilai yang dapat diraih manusia. Orang yang memelihara jiwanya
senantiasa terikat dengan mutiara-mutiara rohani dan jarang memburuh kan
dunia ini, karena ia memperoleh kepuasan rohani dalam bayang-bayang
rohaniah yang menyertainya selama hidupnya. Orang seperti ini dalam
keadaan bagaimanapun tidak akan mau menukar kekayaan rohaninya demi
materi.
Orang Tamak Tidak Pernah Puas
Iri terhadap apa yang dimiliki orang lain merupakan
keadaan psikologis yang memaksa seseorang menjadi materialis dan
menjadikan materi sebagai poros tempat berputarnya pikiran.
Kecenderungan materi lahir dari sifat tamak yang
tak terkendali. Lantaran kebahagiaan khayali yang ia ciptakan, tamak
dianggap sebagai faktor yang membawa kesengsaraan dalam kehidupan
manusia. Akibatnya manusia tidak lagi menghiraukan segalanya dan
mengorbankannya, semua sifat moral dalam pencariannya mengumpulkan
harta, hingga akhirnya perasaan ingin berakar kuat di dalam jiwanya.
Dr. Shaupenhaur berkata:
Agak sulit untuk membatasi
kecenderungan-kecenderungan yang ada hubungannya dengan pencarian
kekayaan, karena kepuasan individu sangat berbeda-beda dan tidak ada
tolok ukurnya yang dengannya berbagai keinginan manusia dapat
diputuskan. Beberapa orang puas dengan sedikit uang untuk memenuhi
berbagai kebutuhan mereka, sementara yang lainnya mengeluh tentang
ketidakbahagiaan kendati kekayaan mereka berlimpah-limpah (yang jauh
melebihi kebutuhan mereka). Oleh karena itu, setiap orang memiliki
batasan-batasan tertentu dari berbagai keinginnya, yang dengannya ia
memenuhi harapannya. Namun, ketika manusia mengalami kesulitan pada
jalan ini, ia mengeluh dan mungkin menyerah. Harta yang melimpah dari si
kaya tidak memperdaya si miskin. Kekayaan itu laksana air garam,
semakin banyak anda meminumnya akan semakin kehausan.
Memang benar. orang yang tamak tidak akan pernah
merasa puas dengan harta benda dunia, bagaikan api yang membakar habis
semua bahan bakar yang tersedia.
Ketika ketamakan menguasai suatu bangsa ia mengubah
kehidupan sosialnya menjadi wilayah perselisihan dan pertikaian di
tempat keadilan, keamanan, dan kerukunan. Biasanya dalam masyarakat
seperti ini keunggulan akhlak dan rohani tidak mempunyai tempat.
Harus diingat bahwa bagaimanapun juga ada suatu
perbedaan besar antara penyembahan uang dan hasrat untuk maju, yang juga
bersifat materi. Oleh karena itu, penting untuk menarik suatu garis di
antara kedua aspek ini, karena tidak ada hukum yang jelas yang mencegah
masyarakat manusia dari mencari kemajuan dan keunggulan dalam
bayang-bayang fitrah dan tujuan.
Perbuatan orang tamak menciptakan serangkaian
kesengsaraan bagi masyarakatnya, karena ia bermaksud memenuhi
nafsu-nafsunya dengan cara-cara yang zalim termasuk cara-cara yang dapat
membawa kemiskinan kepada orang lain. Orang-orang yang iri merampas
sumber-sumber kekayaan bagi dirinya untuk memperoleh lebih banyak lagi,
dan akibatnya menciptakan berbagai problema ekonomi yang gawat.
Beberapa orang mengatakan bahwa kekayaan adalah
suatu sumber yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan, sehingga mereka
memberikan perhatian yang besar atasnya. Padahal sebenarnya, orang-orang
miskinlah yang lebih unggul dalam semua momen bersejarah yang mulia dan
agung. Para penulis, pencipta dan saintis kebanyakan dari kelas miskin.
Di samping itu, kekayaan yang melimpah akan merusak
banyak manusia. Misal, ketika seseorang mewarisi sejumlah besar uang,
umumnya mereka tidak menghiraukan segala kesempatan bagi pendidikan dan
pengetahuan, mereka malah menenggelamkan diri dalam dosa dan nafsu
karena tidak membutuhkan pekerjaan atau pengembangan.
Suatu kali seorang kaya mengunjungi seorang filosof
terkenal Yunani. Sang filosof memandang remeh si kaya sehingga ia tidak
membuat persiapan khusus atas kedatangannya. Filosof itu berkata kepada
si kaya:
Sesungguhnya kamu tidak datang kepadaku untuk belajar tetapi untuk menjatuhkanku atas dasar kondisi keuanganku, benarkah begitu?
Orang kaya itu menjawab:
Jika aku mengikuti jalanmu dalam meraih ilmu, aku tidak akan mempunyai harta, istana, pelayan-pelayan, dsb.
Kemudian filosof itu berkata:
Tanpa memandang harta milikmu, aku lebih kaya
daripada kamu. Aku tidak membutuhkan pelayan-pelayan untuk melindungiku,
karena aku tidak merasa takut kepada siapa pun, terhadap Kaisar
sekalipun. Kamu akan selalu miskin, karena kamu bergantung kepada orang
lain. Aku mempunyai akal, kepuasan dan kebebasan untuk berpikir sebagai
ganti dari emas dan perak, sedangkan kamu membuang-buang waktumu untuk
berpikir tentang piring-piring emas. Gagasan-gagasanku adalah kerajaanku
yang luas di mana aku tinggal dengan bahagia, sedangkan kamu
menghabiskan waktumu dalam kegelisahan dan keresahan. Semua yang kamu
miliki itu tidaklah berharga bagiku, tetapi apa yang kumiliki
berlimpah-limpah, bagimu tidak akan mungkin memenuhi semua harapan dan
keinginanmu, tetapi kebutuhan-kebutuhanku selalu terpenuhi dengan
menggunakan akalku.
Sesungguhnya setiap orang harus bersandar kepada
ilmu dan bukan kepada emas dan perak; karena hanya orang-orang yang
bodoh sajalah yang bersandar kepadanya.
Tidak syak lagi, kebahagiaan dan ketidakpuasan
merupakan bagian dari kehidupan, masing-masing memiliki tempatnya
sendiri dalam berbagai peristiwa kehidupan. Setiap orang yang memasuki
dunia ini akan mengalami sebagian dari keduanya tanpa melihat banyaknya
harta yang dimilikinya. Di sinilah dapat kira katakan bahwa kekayaan,
yang melebihi kebutuhan seseorang tidak akan ada manfaatnya dalam
menemukan kebahagiaan. Menurut Socrates banyak orang yang tidak memiliki
uang, permata, pakaian kebesaran atau istana, namun hidup mereka seribu
kali lebih bahagia daripada kehidupan orang-orang kaya.
Sesungguhnya orang tamak itu orang yang hina, orang
miskin yang menghamba kepada dunia uan hartanya. Ia telah mencekik
lehernya dengan rantai kekayaan dan telah tunduk kepada ketidakdewasaan
berpikir. Orang tamak membayangkan bahwa kekayaannya, yang cukup bagi
generasi-generasi dari keturunannya, tidak lain merupakan persediaan
bagi hari-harinya yang suram. Hanya ketika lonceng-lonceng bahaya dan
maut berdering seorang tamak baru menyadari kesalahan-kesalahannya.
Ketika lonceng berbunyi untuk memberitahukan detik-detik terakhir
kehidupannya, ia melihat kekayaannya, yang karena kekayaannya itu ia
telah menghabiskan seluruh umurnya; dengan kesedihan dan kekecewaan ia
menyadari bahwa itu semua tiada bermanfaat baginya di dalam kubur,
sebuah tempat yang membawanya kepada kesedihan dari banyak kesalahan
yang telah ia lakukan di sepanjang hidupnya.
Pembagian yang Adil dalam lslam
Bersamaan dengan seruannya atas manusia untuk
berjuang dan maju, lslam memberikan peringatan keras terhadap fanatisme
buta kepada materialisme. Islam menyatakan bahwa ketaatan seperti ini
menjauhkan manusia dari mencari tujuan hidup yang sebenarnya, yakni
kebahagiaan yang kekal. Imam Al-Baqir a.s. memberikan gambaran tentang
orang yang tamak sebagai berikut:
Sebuah contoh tentang orang yang tamak terhadap
dunia ini adalah ulat sutera. Semakin banyak sutera lalu melilit
dirinya, semakin sedikit kesempatannya untuk hidup hingga akhirnya
mencekik dirinya sendiri.
(Ushul Al-Kafi, jilid 11)
Rasulullah Saw, bersabda:
"Jauhilah tamak, karena orang-orang sebelum kamu
binasa sebagai akibat sifat tamak. Tamak memerintahkan mereka untuk
kikir (bakhil) dan mereka pun taat; dan ia memerintahkan mereka kepada
dosa dan mereka pun (berbuat) dosa."
(Nahj Al-Fasahah, hal. J 99)
Imam Ali a.s. menunjukkan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh rasa iri ketika beliau berkata:
Hindarilah tamak karena pelakunya adalah mangsa kehinaan dan kepayahan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 135)
Dr. Mardin berkata:
Kekayaan bukanlah segalanya dalam kehidupan
manusia, kebahagiaan yang sesungguhnya pun bukan terletak pada
pengumpulan harta. Bagaimanapun juga, banyak pemuda yang membuat suatu
kesalahan dengan mempercayai bahwa uang adalah sesuatu yang paling
penting dalam hidup. Dengannya, mereka membuang kemuliaan hidupnya untuk
mencari kekayaan, sementara hal itu menjauhkan diri mereka dari
segalanya. Ini adalah jalan pemikiran yang sangat keliru dan merupakan
salah satu alasan di balik begitu banyak kesengsaraan manusia. Kita
berjuang untuk mendapatkan istana-istana yang menyenangkan, mobil,
pakaian kebesaran, dan sebagainya dengan mengira bahwa itu semua adalah
jalan menuju kebahagiaan, padahal sebenarnya semua itu membawa
kekecewaan dan kerugian bagi kita.
(Khistan Sazi)
Imam Ali a.s. berkata:
Orang yang tamak adalah tawanan kehinaan dan yang tawanannya tidak berhenti.
(Ghurar At-Hikam, hal. 50)
Kebenaran ajaran lslam, yang sesuai dengan fitrah
manusia, secara sama membagi materialisme dan kerohanian. Dengan
demikian, ia telah memilih suatu jalan bagi para pengikutnya yang dapat
menjamin kesehatan jasmani dan rohani. Orang-orang yang taat memiliki
rohani yang bijak dan benar, karena mereka memahami kebenaran-kebenaran
ilahiah.
Kepuasan adalah harta yang tidak pernah habis,
karena para pemiliknya tidak berhenti berusaha hingga memperoleh apa
yang mereka butuhkan. Dengan alasan ini mereka mengatur kehidupan dan
menghindari pengotoran atas kebahagiaan rohani mereka melalui
usaha-usaha yang keliru dengan mengumpulkan kekayaan dan kerendahan.
Orang-orang yang puas merasa senang dengan apa yang ia peroleh secara
halal. Cara yang baik ini mengizinkan kita untuk mencapai tujuan hidup
yang sesungguhnya (kemuliaan akhlak); dalam hal ini ia meraih kekayaan
yang sesungguhnya (yakni rasa puas) yang membawanya kepada keharmonisan
dan tidak perlu meminta apa yang ada di tangan orang lain. Imam Ali a.s.
berkata:
Yang terbaik adalah runduk dan paruh kepada
kepuasan dan kesalehan, dan membebaskan diri dari sifat iri dan tamak,
karena tamak dan iri menimbulkan kemiskinan, sedang ketaatan dan rasa
puas menampakkan kekayaan.
(Ghumr AI-Hikam, hal. 255)
Beliau juga menunjukkan gangguan rohani dan psikologis yang mempengaruhi orang yang iri ketika beliau berkata:
Orang yang iri membawa penyakit.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 544)
Or. Mardin berkata:
Pemikiran-pemikiran tertentu yang timbul dari sifat
tamak. iri dan segala reaksi psikologis lainnya tidak hanya berlawanan
dengan jasmani tetapi juga rohani. Sehingga mereka akan menjauhkan kita
dari kehidupan yang baik dan mengubah jalan kehidupan yang harmonis.
Tamak dan iri menghancurkan segala sifat alami manusia.
(Pirozi Fikr)
Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. berkata:
Tamak mengotori jiwa, merusak agama dan menghancurkan jiwa muda.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 77)
Rasulullah Saw. menjelaskan tentang berbagai penderitaan dan bencana yang timbul dari sifat tamak. Beliau berkata:
"Orang yang tamak menghadapi tujuh masalah sulit:
1) Khawatir, yang mengganggu tubuhnya dan merugikannya.
2) Kemurahan (depresi) yang tiada akhirnya.
3) Kepayahan, kematian adalah satu-satunya pelarian baginya dan dengan pelarian itu orang-orang yang tamak akan lebih kepayahan.
4) Ketakutan, yang selalu mengganggu hidupnya.
5) Kesedihan, yang selalu membayangi hidupnya,
6) Pengadilan, yang tidak menyelamatkannya dari siksa Allah kecuali bila Allah mengampuninya
7) Hukuman, yang darinya tidak ada tempat untuk berlindung dan menghindar."
(Mustadrak AI-Wasa'il, jilid II, hal. 435)
Ketamakan adalah suatu keinginan jahat yang mengarahkan manusia kepada kehinaan dan dosa. Imam Ali a.s. berkata:
Tamak adalah suatu motif bagi kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 16)
Beliau juga berkata:
Buah dari sifat iri adalah mengeluh tentang berbagai kekurangan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 360)
Dr. S .M. Caughaust berkata:
Pencurian berasal dari sifat tamak. Para pencuri
mencuri apa yang tidak dimilikinya karena mereka iri terhadapnya. Orang
yang mencuri sepasang kaus kaki dari seorang pedagang, atau sepeda,
berbuat demikian hanya karena pengaruh sifat iri untuk memiliki
barang-barang. Jadi motif pencuri untuk mencuri adalah sifat iri.
(Chi Midanam)
Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tamak -gangguan
jiwa yang berbahaya ini- dapat diobati dengan beriman kepada Allah dan
Hari Akhir. Kepuasan hanya dapat dicapai dengan memperkuat rohani dan
membangun akhlak yang mulia.
17. Perselisihan
• Cinta Diri yang Berlebihan
• Apa yang Kim Peroleh dari Perselisihan
• Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin
Cinta Diri yang Berlebihan
Iri hati terhadap harta benda merupakan fitrah
dasar manusia. la adalah naluri yang tertanam dalam diri manusia sejak
pertama dilahirkan. Ia adalah motif yang mengizinkan manusia untuk
berjuang secara terus menerus dan melindungi dirinya. Sebagai akibat
dari naluri ini. kita melihat bahwa manusia menghindari apa yang
merugikannya dan tertarik dengan hal-hal yang menguntungkan. Oleh karena
itu, ketika bergerak maju ia menjadi sandera fenomena psikologis.
Fenomena ini memainkan suatu peranan dalam memajukan tingkat peradaban.
Namun, kebahagiaan manusia hanya dapat dicapai jika
pada saat berjuang terhadapnya ia melindungi diri mereka dari
ketidakwajaran dan kelalaian: dan pada saat yang sama menjauhkan diri
dari perbudakan berbagai keinginan. Oleh sebab itu, jika manusia dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan nalurinya dengan suatu cara yang baik, di
mana sifat-sifat terpuji dan akhlak-akhlak yang mulia dapat berkembang,
ia harus menggunakan akalnya dalam setiap segi kehidupan. Sebab hanya
akal yang mampu membimbing manusia dan bukan naluri. Akallah yang
mencegah naluri dari kemubaziran dan kejumudan. la adalah unsur yang
membuat kita dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Kekuatan
akal, yang memiliki tugas penting dalam mengembangkan kepribadian
manusia, adalah kemampuan untuk melindungi kita dari kesesatan dan
memberi kita ketelitian dalam berbagai urusan.
Jika naluri cinta diri melanggar batas-batas
kewajaran dan berspekulasi memasuki wilayah kemubaziran, ia secara
merugikan mempengaruhi cara berpikir manusia; dengan demikian akan
mencegah dia untuk menyadari kenyataan-kenyataan hidup. Orang-orang yang
menjadi korban kekacauan semacam ini pada akhirnya akan ditarik ke
dalam rawa kesesatan dan kerusakan. Namun, naluri tersebut dapat
dianggap berbahaya hanya ketika ia berada dalam keadaan yang melampaui
batas. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan mengecam cinta diri adalah
untuk menunjukkan mudarat-mudarat yang muncul karena mengikutinya dalam
melanggar batas-batas akal.
Keberhasilan dan kegagalan seseorang berhubungan
dengan keadaan rohani dan moralnya. Kekacauan akhlak, yang berkembang
lewat berbagai tingkat kehidupan, seringkali berangkat dari problema
yang timbul karena keinginan-keinginan yang tidak benar dan tidak dapat
dibenarkan.
Manusia telah dianugerahi bakat-bakat dan kemampuan
yang besar. Setiap orang memiliki daya untuk mengikuti kemurnian dan
keutuhan kasih sayang. Bagaimanapun juga, tampaknya tidak ada yang lebih
berat bagi manusia dari pada menundukkan nalurinya atau
keinginan-keinginannya, termasuk cinta diri, sombong dan angkuh.
Oleh karena itu, kita dipaksa untuk lebih berusaha
menundukkan naluri ini atau kita tidak akan mampu meraih akhlak yang
mulia. Tanpa sikap mawas diri, kita tidak dapat membina suatu kehidupan
yang baik dan terpuji.
Apa yang Kita Peroleh dari Perselisihan
Keberhasilan dalam perilaku sosial secara langsung
berhubungan dengan aturan-aturan tertentu yang harus kita pelajari dan
di atasnya kita bangun akhlak kita. Hal ini disebabkan peranan manusia
dalam hubungannya dengan orang lain, dan pengetahuannya rentang
batas-batas kewajibannya berada di antara persoalan-persoalan yang
merupakan takdir bagi kesengsaraan atau kebahagiaannya.
Kebutuhan akan keharmonisan dan terciptanya
hubungan cinta merupakan suatu sifat yang secara mendalam tertanam di
dalam fitrah manusia. Setiap orang condong kepada cinta dan
keharmonisan; oleh sebab itu ia membenci kesendirian dan pengasingan.
Namun, tanpa memperoleh pikiran dan jiwa yang tenteram, seseorang tidak
akan mampu hidup secara damai dengan orang lain atau dengan dirinya
sendiri.
Kedamaian, keharmonisan dan kerja sama merupakan
faktorfaktor penting bagi kesehatan dan kedamaian kehidupan sosial;
serta menghormati hak-hak dan perasaan orang lain merupakan langkah awal
dalam seni membangun ikatan kasih sayang. Dalam hal ini, hubungan antar
individu akan merasakan kekuatan dan keberlangsungan. Orang-orang yang
kekurangan akan sifat-sifat tersebut biasanya jauh dari
hubungan-hubungan yang seimbang dengan orang lain, dan dasar cinta dan
keharmonisan mereka pun lemah. Mereka tidak dapat -dalam keadaan
bagaimana pun- memelihara hubungan mereka dengan orang lain pada tingkat
yang dapat diterima.
Salah satu sifat jahat, yang secara keji melukai
perasaan orang lain dan menghancurkan ikatan cinta di antara manusia,
adalah berselisih. Orang-orang yang berselisih harus menyadari bahwa
cinta diri yang kelewat batas merupakan salah satu dari faktor-faktor
yang menciptakan sifat jahat ini; ia hanya tumbuh ketika diairi oleh
aliran naluri terkutuk ini.
Seorang yang suka berselisih (pendapat) -untuk
memuaskan rasa kesombongannya- menentang setiap pendapat yang mungkin
terjadi dalam setiap perkumpulan, tidak untuk menghadirkan suatu gagasan
yang benar atau menghapus konsep yang keliru, tetapi untuk
menghancurkan kepribadian lawannya dengan tuduhan-tuduhan yang batil.
Dengan berbuat demikian ia mencoba menciptakan rasa keunggulan yang
haram bagi dirinya. Orang semacam ini dapat menyembunyikan niat-niatnya
di balik kedahsyatan atau keindahan perbendaharaan kata. Dengan cara ini
mereka kehilangan keputusan yang adil dan berani melakukan segala macam
penindasan dan pelanggaran batas hak-hak orang lain.
Di samping itu, reaksi seseorang tidak semestinya
diabaikan ketika kebanggaannya dilanggar, tidak dapat dihindari ia akan
bereaksi terhadapnya. Oleh karena itu, ia mungkin mencari kesempatan
yang tepat untuk membalas dengan segala daya upayanya. Nah, jika sifat
ini berkembang luas dalam suatu bangsa, dapat mengakibatkan perpecahan
baik dalam cara berpikir maupun dalam cara berperilaku.
Seorang ulama berkomentar mengenai hal ini dengan mengatakan:
Akal adalah sinar terang yang membimbing manusia
dari gelapnya kejahilan dan membebaskannya dari berbagai problema. Kita
menyombongkan diri tentang fakta bahwa kita satu-satunya makhluk yang
memiliki akal dengan mengatakan bahwa dengan itu kita dapat memahami
berbagai masalah, sebab-sebabnya, akibat-akibatnya dan hubungannya
dengan makhluk yang lain. Namun, sengsaralah jika kita mencoba untuk
membuka selubung kebenaran melalui diskusi dan
perselisihan-perselisihan; karena hal itu tidak menghasilkan apa pun
kecuali kegelisahan mental. Perselisihan juga menyingkap kejahilan
orang-orang yang berselisih dan mengungkap kesalahan-kesalahan mereka
dalam bidang.
Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin
lslam dengan teliti memandang segala aspek
kehidupan sosial, dan meneliti dengan cermat unsur cinta dan
keharmonisan, oleh sebab itu ia secara tegas mengutuk segala hal yang
menciptakan permusuhan di antara kaum Muslimin dan menggoncangkan
fondasi persatuan mereka. Para pemimpin agama telah menunjukkan kepada
para pengikutnya bagaimana cara mengikuti jalan penyucian dan melindungi
hati mereka dari noda segala ketidakjelasan.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Adalah suatu kebajikan bila seseorang mendengarkan saudaranya ketika sedang berbicara kepadanya. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 633)
Imam AI-Baqir a.s. berkata:
…dan belajarlah menjadi pendengar yang baik
sebagaimana kamu belajar menjadi pembicara yang baik, dan janganlah
memotong perkataan orang lain.
Para pemimpin agama telah berulang kali mengecam
perselisihan dan mengingatkan manusia terhadap dampak-dampak buruknya,
serta melarang para pengikutnya dari perselisihan bahkan dalam
persoalan-persoalan yang benar.
Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:
Seorang ahli ibadah tidak mencapai hakikat keimanan hingga ia meninggalkan semua bualannya bahkan ketika benar…
(Safinah Al-Bihar, jilid II, hal. 522)
Tidak ada yang menjadi pemenang dalam arena
perselisihan. Imam Al-Hadi a.s. memberikan nasihat berikut kepada
orang-orang yang membela kekalahannya dengan cara perselisihan:
Bualan meruntuhkan hubungan yang sudah lama
terjalin; dan mengakhiri hubungan yang erat, dan setidak-tidaknya
kejahatannya adalah persaingan (dalam mencoba mengungguli lawannya), dan
persaingan adalah (faktor) utama dalam keterasingan.
Dr. Dak Carnegie menulis:
Dalam setiap sepuluh perselisihan, sembilan dari
sepuluh kasus keluar dengan lebih percaya kepada pendapat-pendapat
mereka sendiri dan mengklaim lawannyalah yang salah. Tidak ada pemenang
dalam perselisihan ini di mana yang satu kalah dan menyerah. Ya, anda
berpikir tentang keadaan lawan anda! Anda membuatnya merasa bodoh dan
melukai perasaannya dengan meninggalkan bekas luka di hatinya.
Berselisih adalah suatu hal yang tidak pantas dalam meyakinkan orang
lain dan dalam mempengaruhi cara berpikir orang lain. Sebenarnya, tidak
ada hubungan antara meyakinkan dan membantah, atau tidak mungkin
kesalahpahaman diganti dengan perselisihan. Nasihat dan pendekatan damai
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam hal ini. Adalah kewajiban
manusia untuk bersimpati dengan lawannya.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Hindarilah sifat menyombongkan diri karena tidak
ada kebaikannya, dan hindarilah sifat menyombongkan diri karena sedikit
faedahnya dan ia menghasut permusuhan di antara saudara."
Suatu ketika seorang doktor terkenal berkata:
Tidak ada faedahnya berselisih. Nafsu besar
seseorang dalam berselisih dapat membuka sisi lawannya, karena perasaan
dapat meledak selama berselisih. Tidak pandang bagaimana tenangnya
pembicaraan itu, akan tetap terasa pengaruh-pengaruh yang merugikan hati
lawannya. Maka, setiap kira mencoba mengunggulinya, ia tetap bertahan
pada pendapatnya. Satu kata dapat menghancurkan suatu hubungan cinta
selamanya. Di samping itu, berselisih tidak pernah menyebabkan orang
lain mengakui cara berpikir kita.
(Dar Jostojue Kusbhakhti)
Para pendebat selalu memiliki rasa gelisah di dalam hati mereka. Imam Ash-Shadiq a.s, berkata:
Hindarilah perselisihan karena ia menguasai lalu menimbulkan kemunafikan dan menciptakan perasaan susah.
Oleh karena itu, dengan memperhatikan ajaran-ajaran
lslam kita dapat meratakan jalan bagi diri kita untuk menciptakan
revolusi rohani dalam watak-watak rohani kita dengan berupaya meraih
akhlak yang mulia. Allah Maha Penolong dan kepada-Nya-lah kita
bergantung.
Daftar Isi
PSIKOLOGI ISLAM 1
Membangun Kembali Moral Generasi Muda 1
Sayyid Mujtaba Musavi Lari1
Tentang Penulis 2
Pendahuluan 6
1. Sifat Buruk 11
Nilai Persahabatan 11
Rasa Benci13
Rasulullah: Suri Teladan yang Sempurna 17
2. Optimisme 22
Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran 22
Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis 25
Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri28
3. Pesimisme 34
Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan 34
Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis 37
Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis 40
4. Dusta 46
Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat46
Mudarat-mudarat Berdusta 49
Dusta Dilarang Agama 53
Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda 58
Munafik: Sifat yang Paling Buruk 60
Memberantas Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan 63
6. Fitnah 69
Masyarakat yang Ternodai Fitnah 69
Mudarat-mudarat Fitnah 71
Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang 72
Agama Terhadap Akhlak yang Buruk 75
7. Mencari-Cari Kesalahan 79
Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri79
Sindiran dan Para Penghina 81
Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir84
8. Dengki89
Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan 89
Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian 91
Agama Terhadap Sifat Dengki94
9. Sifat Sombong 100
Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan 100
Sombong Mengundang Kebencian Manusia 102
Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati106
10. Penindasan 111
Peranan Keadilan dalam Masyarakat111
Kobaran Api Penindasan yang Merusak 113
11. Permusuhan dan kebencian 119
Kenapa Harus Tidak Memaafkan? 119
Kemerosotan Akibat Permusuhan 122
12. Amarah 132
Manfaat Pengendalian Diri132
Akibat-akibat Amarah 134
Petunjuk Para Pemimpin Agama 137
13. Melanggar Janji142
Berbagai Tanggung Jawab 142
Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya 144
lslam Melarang Pelanggaran Janji147
14. Khianat152
Saling Percaya dan Penunaian Tugas 152
Khianat dan Keburukannya 154
Agama Mengutuk Pengkhianatan 156
15. Sifat Kikir161
Kerja Sama dan Bantuan 161
Kikir Meniadakan Kasih Sayang 162
Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Kikir165
16. Sifat Tamak 170
Berbagai Kebutuhan Hidup 170
Orang Tamak Tidak Pernah Puas 172
Pembagian yang Adil dalam lslam 179
17. Perselisihan 183
Cinta Diri yang Berlebihan 183
Apa yang Kita Peroleh dari Perselisihan 184
Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin 185
Tidak ada komentar:
Posting Komentar