Kamis, 29 November 2018

Psikologi Islam


ilustrasi hiasan:


Pengarang:






Tentang Penulis

Sayyid Mujtaba Musawi Lari lahir pada tahun 1935 di Lar, ibu kota Iran utara propinsi Laristan. Ayah nya Sayyid Ali Asghar Musawi dan kakek nya Sayyid Abdul Husein Musawi, termasuk di antara ulama terkemuka dalam teologi lslam. Sayyid Abdul Husein adalah juga salah seorang revolusioner besar awal perjuangan Iran untuk menggulingkan tirani Qajar dan memulai langkah nya demi kebebasan dan kemakmuran rakyat Iran.

Penulis kita ini belajar di sekolah-sekolah di Lar dengan mengikuti program pendidikan klasik dan juga menguasai spesialisasi studi-studi Islam. Dalam usia delapan belas tahun beliau pindah ke kota suci Qum untuk melanjutkan studi-studi nya di bawah bimbingan para profesor maupun guru, termasuk para marja’ (maraji'). Kota Qum terkenal dengan kubah emas, makam suci puteri dari Imam Musa Al-Kadzim, Fatimah Al-Ma'sumah, yang wafat pada tahun 816 sewaktu berada dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara nya, Imam Ali Ar-Ridha di Tus. Di kota ini Mujtaba Musawi Lari mengikuti studi-studi teologi lslam selama sepuluh tahun di mana saat itu beliau telah mencapai kelas tertinggi.

Sayang sekali air di daerah Lar pada waktu itu tidak disuling dan memiliki tingkat polusi yang tinggi. sehingga beliau terjangkit gangguan pencernaan yang serius dan segala usaha pun dikerahkan untuk mengobati beliau. Pada usia dua puluh sembilan tahun, atas anjuran para dokter beliau masuk rumah sakit di Jerman. Beliau menetap lama di negeri itu di bawah perawatan medis untuk menghilangkan penyakit beliau. Tetapi dengan keteguhan hati beliau bangkit mengatasi kelemahan dan mengabdikan bakat besar beliau dalam intelektualisme, patriotisme dan dedikasi. Setelah kembali ke Iran beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Face of Western Civilization. Buku ini memuat pembahasan komparatif tentang peradaban Barat dan lslam, dan di dalamnya beliau dengan cara komparatif, dalil dan perbandingan yang tepat, membuktikan keunggulan peradaban lslam yang luas dan multi dimensional dibandingkan dengan peradaban Barat. Buku ini telah dicetak sebanyak tujuh kali. Dalam tahun 1970 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang Orientalis Inggris, F.G. Goulding dan menarik perhatian di Eropa. Artikel-artikel mengenai buku ini muncul secara berkala di Barat, dan BBC pun mengadakan wawancara dengan penerjemah mengenai alasan nya menerjemahkan buku tersebut. Edisi Inggris nya hingga kini telah dicetak tiga kali di Inggris, lima kali di Iran dan dua kali di Amerika.

Sekitar tiga tahun setelah publikasi penerjemahan dalam bahasa Inggris, Rudolf Singler, seorang profesor universitas di Jerman, menterjemahkan nya ke dalam bahasa Jerman. Salah seorang pemimpin Partai Sosial Demokratik memberitahu penerjemah dalam surat nya bahwa buku tersebut telah memberi pengaruh yang mendalam pada dirinya sehingga menyebabkan nya merubah berbagai pandangan nya tentang lslam dan ia pun menganjurkan kepada teman-teman nya untuk membaca buku ini. Terjemahan dalam bahasa Jerman hingga kini telah dicetak sebanyak tiga kali.
Edisi Inggris dan Jerman dicetak ulang oleh Departemen Pembinaan lslam untuk disebarluaskan ke luar negeri melalui Departemen Urusan Luar Negeri dan Asosiasi-asosiasi pelajar lslam di luar negeri.

Pada saat cetakan pertama berbahasa Jerman diterbitkan, seorang Ulama Muslim India yang bernama Maulana Raushan Aji menterjemahkan nya ke dalam bahasa Urdu untuk dibagi-bagikan di India dan Pakistan. Terjemahan Urdu ini kini telah dicetak sebanyak lima kali.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari juga telah menulis artikel untuk sebuah brosur tentang Tauhid, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan beberapa kali di Amerika.

Beliau adalah juga penyumbang tetap untuk majalah bulanan yang diterbitkan oleh para pemuka Islam di Qum, "Maktab-i-Islam", dan juga untuk terbitan-terbitan berkala lainnya yang berkaitan dengan ajaran-ajaran .Islam. Beliau telah memprakarsai sejumlah yayasan lembaga umum dan memperoleh kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat sehingga sejumlah besar dana mengalir kepada beliau untuk mendirikan yayasan-yayasan ini. Itu semua meliputi sekolah-sekolah, klinik-klinik kesehatan, pusat-pusat pendidikan agama, dan masjid masjid; kebanyakan dana tersebut berasal dari penduduk asli Lar. Beliau juga mengorganisir suatu amanah yang bersifat amal bakti untuk membantu orang-orang kekurangan, sakit, janda dan pelajar-pelajar miskin. Banyak yang telah terselamatkan melalui usaha-usaha beliau dan banyak orang yang telah ditolong untuk memajukan kehidupan mereka, dan melalui orang-orang yang bertanggung jawab dengan bantuan yang diberikan mereka melalui kepercayaan ini.

Beliau melanjutkan pembahasan nya tentang etika lslam dengan menulis artikel-artikel baru. Dalam tahun 1974 kumpulan artikel ini menjadi sebuah buku yang berjudul The Function of Ethics in Human Development. Buku ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali.

Tahun 1978 beliau berkunjung ke Amerika atas undangan sebuah organisasi lslam di negeri itu. Kemudian beliau ke Inggris dan Perancis dan setelah itu kembali ke Iran dengan mulai menulis serangkaian artikel tentang Ideologi lslam untuk majalah Soroush. Artikel-artikel ini terkumpul dalam empat jilid berisi akidah lslam (tauhid, keadilan Ilahi, nubuwah, imamah, dan kebangkitan) dengan judul The Foundation of Islamic Doctrine.

Keempat jilid buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, beberapa bagian telah dicetak ulang beberapa kali. Terjemahan bahasa Inggris dalam jilid pertama nya telah diterjemahkan dan dipublikasikan. Terjemahan dalam bahasa Urdu, India dan Perancis telah dikerjakan; dua jilid berbahasa Perancis pun telah terbit.

Dalam tahun 1980 Sayyid Mujtaba Musawi Lari mendirikan sebuah organisasi di kota suci Qum yang disebut Lembaga untuk Penyebaran Budaya lslam ke Luar Negeri. Lembaga ini membagi-bagikan terjemahan karya-karya beliau kepada orang-orang yang berminat di seluruh dunia. Lembaga ini juga membagi-bagikan AI-Quran kepada kaum Muslimin, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan di Afrika.



Pendahuluan

Setiap orang di dunia ini berusaha untuk mencapai 'kebahagiaan' dan 'ketenangan'; siang malam mereka berjuang untuk meraih cita-cita ini di berbagai sudut kehidupan yang tampak seperti medan perang. Dalam banyak hal, ia rela bertarung dalam arena ini dengan mengorbankan segalanya, demi menyaksikan merpati kebahagiaan terbang di atas kepala nya, sehingga ia dapat hidup di bawah bayang-bayang kehidupan nya.

Adalah menyedihkan melihat banyak individu yang memiliki berbagai bakat yang dengan hal itu dapat merubah diri mereka kepada suatu kehidupan bahagia dan memuaskan, harus hidup menderita; jiwa mereka menjadi permainan rasa gelisah dan khawatir yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda. Akibatnya, individu-individu ini menjadi korban dari mimpi palsu, bahwa hidup bahagia itu tidak lain kecuali khayalan semata, dan akhir yang tak terelakkan pun terjadi bagai jerami yang terhempas oleh gelombang-gelombang penderitaan dan kandas di dasar kubur kekecewaan dan kesengsaraan.

Rasa sakit dan penderitaan ini tidak lain merupakan akibat dari memilih bayang-bayang palsu di balik fakta dan kenyataan. Mereka tidak mengikuti sinar kebenaran, dan tidak mengambil bagian yang dapat dipercaya dari jalan kehidupan. Sesungguhnya pantulan baying-bayang yang diserap pikiran manusia ini berada dalam gelombang kegelisahan, dan cita-cita mereka yang kosong serta harapan mereka yang tidak realistis, merupakan faktor-faktor yang mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan dan membuat mereka mengalami penderitaan yang membingungkan.

Manusia yang adalah makhluk tertinggi, diciptakan dari dua kekuatan yang berbeda, kekuatan rohani dan kekuatan mekanis. Selain karakteristik-karakteristik fisik yang terdapat pada hewan ini, manusia banyak memiliki kebutuhan rohani yang jika dipenuhi, akan memberi nya suatu kesempatan yang sangat besar dalam pencapaian kesempurnaan. Setiap salah satu dari dua sisi manusia menjadi lebih kuat dari yang lain, maka sisi yang satu nya akan melemah, dan karenanya terkalahkan.

Melihat kenyataan yang ada, adalah penting untuk dicatat bahwa industri benar-benar telah mengubah ciri-ciri kehidupan. Kemajuan industri, bersamaan dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan nya dalam segala aspek kehidupan, telah memberi kejelasan atas berbagai ketidakpastian yang membingungkan, serta telah memecahkan persoalan-persoalan sulit yang tak terhitung jumlahnya. Kini, banyak bagian dari alam semesta, dari kedalaman laut sampai kepada kegelapan angkasa, telah menjadi wilayah-wilayah perjalanan dan petualangan manusia. Di lain pihak, berbagai kebutuhan rohani manusia menjadi lemah; di darat dan di laut pun timbul kerusakan akibat berbagai kejahatan yang dilakukan manusia di segala sudut kehidupan. Jumlah malapetaka dan kejahatan yang tidak manusiawi telah mencapai tingkat yang tidak dapat dipercaya. Faktor-faktor keselamatan telah menjadi lemah di hadapan gejala kerusakan dan kehancuran sosial, dan sisa-sisa kehidupan spiritual sedang terbakar di tengah-tengah api nafsu, kejalangan, dan kekotoran.

Hari ini secara jelas kita lihat, bahwa berbagai keuntungan materi merupakan prioritas utama di atas kebajikan. Manusia telah melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental, dan telah menolak manfaat-manfaat baik yang diharapkan dan dibutuhkan untuk melindungi jiwa manusia dari kehancuran di bawah kaki kejahatan nafsu dan berbagai keinginan yang tidak terkendali. Bahkan emosi-emosi manusia sedang berjuang antara hidup dan mati.
Dusta, kikir, kemunafikan, penindasan, individualitas dan berbagai sifat rendah lainnya, menyerupai sebuah bendungan raksasa yang menghadang sungai kecil kebahagiaan dan kesempurnaan manusia; mereka telah merantai tangan-tangan manusia dan menjatuhkan nya ke dalam gelombang samudera kekotoran yang keras. Kemenangan para ksatria, kesepian, penderitaan pribadi, malapetaka sosial dan berbagai macam kesengsaraan pada umumnya, merupakan akibat dari jatuhnya nilai-nilai kebajikan manusia. Baik sosiolog maupun psikolog membuktikan suatu fakta, bahwa tanpa budi luhur dan bimbingan rohani, manusia akan menyimpang dari jalan keadilan yang menuntun nya ke puncak kebesaran dan kesempurnaan.

Individu-individu yang unggul di tengah masyarakat, dan yang namanya direkam dalam lembaran-lembaran tebal sejarah, semuanya memiliki berbagai kebajikan yang murni dan dihargai. Masyarakat yang tidak dilengkapi dengan senjata tatakrama yang baik, tidak dikendalikan oleh kaidah-kaidah yang bermanfaat, sebenarnya tidak berhak menerima hidup sebagaimana mestinya seorang manusia. Karena alasan inilah, kehancuran peradaban-peradaban besar dahulu kala tidak terjadi atas dasar krisis politik atau ekonomi, tetapi disebabkan oleh kemerosotan tingkah laku yang baik.

Hukum dan sistem buatan manusia tidak mampu menembus jiwa manusia, dan tidak dapat menjamin hubungan yang konstruktif antara masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda, sebaik seperti yang dilakukan oleh cara-cara kerohanian. Hukum-hukum buatan manusia, yang merupakan perwujudan dari gagasan-gagasan manusia, tidak memenuhi syarat untuk menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada umat manusia; hal ini karena manusia mempunyai kemampuan berpikir yang terbatas.

Jadi mereka tidak dapat memahami segala fenomena yang mengelilingi hidup mereka. Tambahan pula, bahkan jika manusia mengetahui kedalaman fenomena yang mengelilingi nya, ia selalu berada di luar pengaruh yang kemudian menjauhkan nya dari menerima kebenaran. Atas dasar ini kita amati bahwa hukum-hukum buatan manusia, selalu berubah bersama waktu dan kondisi-kondisi yang mengelilingi nya. Sebenarnya, timbul nya kerusakan dan kesengsaraan tidak lain merupakan akibat dari lemah nya hukum-hukum semacam ini.

Di lain pihak, kita memiliki ajaran suci dari para Nabi yang diilhami dengan mata air indah dari sinar wahyu, yang bergantung kepada Ilmu Ilahi yang tidak terbatas. Karenanya, hukum ini tidak mudah diterpa oleh pasang surut nya waktu, perubahan atau transformasi. Karena keluasan realitas kehidupan dan keberadaan nya, ajaran kenabian menawarkan kepada manusia suatu sistem yang paling akurat untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan akhlak serta moral, dan menyeru umat manusia agar mengarahkan jiwa kepada kebesaran. Dampak-dampak keyakinan yang positif dan bernilai atas manusia tidak dapat dipungkiri lagi, karena jelas, bahwa jika manusia tidak memiliki motif yang kuat dalam diri mereka yang sanggup mencegah mereka untuk tidak menjadi korban nafsu dan berbagai keinginan yang tidak ada atasnya, maka setiap langkah yang ia ambil pun akan menuju kepada kerusakan. Dengan alasan itu, tidaklah mungkin membangun suatu masyarakat yang tenteram dan sempurna tanpa melengkapi para anggota nya dengan akhlak dan kerohanian.
Atas dasar apakah akidah lslam yang kekal itu dibangun? Pada pribadi besar di segala zaman, Nabi Besar Muhammad Saw., yang sejak hari pertama nya mengandalkan ketakwaan, terdapat kebahagiaan yang mampu membawa kepada ketenangan di dunia ini dan di akhirat kelak.

Sesungguhnya seruan lslam dibangun di atas dasar-dasar yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat nilai rohani nya hingga titik tertinggi; menaikkan tingkat kepercayaan nya kepada suatu rantai kemurnian dan nilai-nilai yang patut dipuji. Secara keras lslam melarang manusia mengorbankan akhlak nya yang mulia demi nafsu dan keinginan nya. lslam berdiri tegak menentang orang-orang yang berakhlak rendah. dan memerangi mereka secara keras. Oleh karena itu suatu masyarakat yang berada dalam ikatan individu dan sosial yang dibangun atas dasar nilai-nilai lslam dapat merasakan ketenteraman. ketenangan dan kepercayaan dalam segala aspek kehidupan. Semua anggota nya menikmati hak-hak yang sama. dan menjalankan hubungan antar pribadi yang didasarkan pada iman. Maka berikan lah kepada masyarakat suatu kesempatan untuk mencapai hal yang sama, yang merupakan suatu langkah sempurna menuju revolusi rakyat oleh umat manusia.
Dalam buku ini kami menyajikan beberapa persoalan penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia serta bagaimana lslam berurusan dengan mereka.

Adalah wajib bagi saya untuk menyebutkan, bahwa bagian dari isi buku ini sebelumnya telah diterbitkan dalam majalah The Islamic Ideology yang terbit dalam bahasa Persia di kota suci Qum. Saya serahkan kepada para pembaca yang budiman untuk menilai buku ini yang telah dipuji oleh banyak ulama. Saya berharap kita semua maju dalam mengembangkan diri kita di atas jalan para ulama lslam dan menyelamatkan jiwa kita agar tidak tenggelam ke dalam noda-noda nafsu yang menyesatkan.

 Sayyid Mujtaba Musawi Lari





1. Sifat Buruk

Nilai Persahabatan
• Rasa Benci, Individu Berwatak Buruk
• Rasulullah: Teladan Sempurna



Nilai Persahabatan

Cinta adalah fitrah alamiah manusia. Atas dasar inilah kita melihat, bahwa setiap manusia tertarik kepada anggota-anggota lain, di antara jenisnya dengan suatu kekuatan internal (batiniah). Jadi, Kebutuhan naluriah ini harus dipenuhi, dan setiap orang harus membangun hubungan persaudaraan dengan individu atau kelompok-kelompok lainnya sehingga bermanfaat secara sosial.

Cinta merupakan landasan dari rasa aman dan rasa senang. Ia merupakan kebutuhan rohani yang paling dapat dirasakan, dan tumbuh berkembang bersama waktu. Tidak ada yang bernilai di dunia ini lebih daripada cinta.

Kesengsaraan dan penderitaan yang berasal dari perasaan kehilangan sesuatu yang dicintai, merupakan malapetaka bagi manusia; jiwa membutuhkan teman untuk tempat berlindung, atau kita akan dicabik oleh tangan-tangan ketidakamanan dan kegelisahan, dan menjadi korban penindasan dunia kita sendiri. Dalam hal ini seorang ulama mengatakan, "Rahasia kebahagiaan adalah memelihara hubungan persaudaraan dengan dunia kita dengan tidak menciptakan kekacauan. Orang-orang yang tidak dapat mencintai sesama nya, tidak dapat hidup bebas dari kegelisahan dan ketidakamanan."

Tali ikatan yang terbaik antara satu sama lain dalam suatu masyarakat, adalah ikatan yang dibangun atas dasar perasaan dan cinta yang sesungguhnya. Keharmonisan yang ada antara dua jiwa akan membuat mereka berpadu dalam dunia cinta dan persatuan. Dari sini lah dasar kebahagiaan yang kekal itu tumbuh. Agar kebahagiaan Ini tetap terpelihara, masing-masing orang harus menyingkirkan berbagai perselisihan dan berkompromi tentang berbagai persoalan, mengenai apa yang mesti mereka tolak dengan sepantasnya.

Persahabatan yang paling bernilai adalah persahabatan yang tidak dibangun atas dasar kepentingan pribadi tetapi di atas kepentingan bersama dengan cinta, persaudaraan, dan mampu memuaskan jiwa manusia yang membutuhkan cinta dan kesenangan. Seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang sahabat yang setia, tidak semestinya menimbulkan masalah yang dapat menggoncangkan perasaan sahabat nya; semestinya ia berusaha untuk menghilangkan berbagai penderitaan dan petaka yang menimpa hati sahabat nya, dan menunjukkan taman-taman harapan dan kemenangan kepada nya. Orang-orang yang mengharapkan cinta dari orang lain, mesti mempunyai kemampuan untuk memberikan hal yang sama lebih dari yang mereka bayangkan. Menurut seorang ulama, "Hidup kita seperti suatu daerah pegunungan, setiap seorang yang berteriak akan mendengar kembali gema nya, orang-orang yang hatinya penuh dengan kecintaan kepada orang lain akan mengalami hal yang serupa dari mereka. Memang benar, bahwa kehidupan materi terjadi karena ada saling memberi antara sesama manusia. Kami tidak bermaksud mengatakan kehidupan rohani itu juga dibangun di atas landasan yang sama, tetapi bagaimana mungkin mengharapkan kepercayaan dari orang lain tanpa juga bersikap amanah kepada mereka? Dan bagaimana mungkin seseorang mengharapkan cinta dari orang lain tanpa terlebih dahulu mencintai mereka?"

Sikap saling mempengaruhi satu sama lain bisa memburuk jika tidak dibangun di atas cinta dan kejujuran dari kedua belah pihak.

Jika kemunafikan menguasai hati dan kehidupan manusia; jika penjilatan menggantikan kejujuran dan persahabatan, keharmonisan dan simpati akan menjadi lemah dan semangat kerja sama akan terampas dari kehidupan masyarakat.

Tidak diragukan lagi, banyak di antara kita yang pernah bertemu dengan orang lain dalam masyarakat yang di dalam hatinya terdapat cinta atau emosi yang palsu; mereka menyembunyikan diri mereka yang sesungguhnya di balik topeng cinta. Tetapi seringkali kita mampu melihat yang sebenarnya ada di balik topeng nya, dan akibatnya. hubungan kita yang terus menerus dengan mereka dapat merusak topeng-topeng mereka.

Sesungguhnya, salah satu prasyarat kebahagiaan dan metode yang efektif dalam mengembangkan rohani adalah persahabatan yang sesungguhnya dengan orang-orang yang berbudi luhur. Karena berbagai pemikiran pribadi itu berkembang di bawah bayang persahabatan semacam ini, maka di dalamnya rohani akan tumbuh sampai ke tingkat kesalehan dan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, adalah penting untuk secara hati-hati menguji orang-orang yang akan menjadi sahabat, Adalah suatu kesalahan yang tidak dapat dimaafkan bila membangun persahabatan dengan orang-orang yang kejujuran dan kesucian nya tidak teruji, sebab manusia mudah sekali terbentuk oleh watak-watak orang lain melalui hubungan timbal balik di antara mereka. Hubungan yang negatif merupakan suatu ancaman atas kebahagiaan umat manusia.



Rasa Benci

Berbagai watak tertentu dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dikehendaki akan melemahkan ikatan cinta, bahkan kadang-kadang memutuskan hubungan yang baik. Individu-individu yang berwatak keras, yang tidak mampu memelihara cinta orang lain, sebenarnya membangun dinding yang tidak dapat dihancurkan di antara mereka dan masyarakat nya; ia menghalangi mereka dalam menyadari adanya sinar cinta. Oleh karenanya, watak buruk itu menghancurkan dasar kebahagiaan dan menghilangkan watak manusia yang sesungguhnya.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa perilaku-perilaku yang tidak baik dapat menjauhkan manusia satu sama lain. Perilaku buruk memaksa manusia untuk meninggalkan berbagai kemampuan nya, yang sebenarnya sangat berguna dalam memajukan mereka kepada suatu kehidupan yang sopan dan mulia.
Perlu lah bagi seseorang yang hendak berhubungan dengan masyarakat nya, untuk terlebih dahulu menyadari tentang seni berhubungan (the art of interaction), dan setelah memahami nya, gunakan lah sesuai dengan peraturan-peraturan sosial yang dapat diterima. Tanpa adanya proses ini seseorang tidak dapat hidup secara harmonis dengan masyarakat nya, serta tidak dapat mendorong tingkah laku antar pribadi dalam masyarakat menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, akhlak yang baik merupakan landasan utama kebahagiaan umat manusia. Akhlak yang baik juga merupakan faktor penting dalam memperbaiki kepribadian seseorang.

Sebenarnya, akhlak yang baik mendorong manusia untuk dapat menggunakan berbagai kemampuan nya, dan menjadi sesuatu yang efektif dalam mengelola masyarakat. Tidak ada watak atau sifat lain yang sebanding dengan akhlak yang baik dalam menarik cinta dan kasih sayang orang lain, serta dalam mengurangi penderitaan yang mungkin dihadapi dalam kehidupan ini.

Orang-orang yang memiliki perilaku seperti ini tidak menampakkan rasa sedih nya kepada orang lain. Orang-orang seperti ini berjuang menciptakan suatu pelangi kebahagiaan dan kasih sayang di sekeliling diri mereka, sehingga orang lilin yang berhubungan dengan mereka lupa akan penderitaan nya, karena mereka membuat orang lain merasa tenteram dan aman. Meskipun mereka mengalami berbagai kesulitan, namun mereka tetap menampilkan ketenteraman dalam diri mereka sendiri. Oleh karenanya, sikap ini meningkatkan mereka dalam meraih keberhasilan dan kemenangan.

Bagi semua orang, akhlak mulia merupakan umur yang kuat dalam memelihara keberhasilan. Tidak perlu kami katakan, bahwa keberhasilan suatu perusahaan komersial secara langsung berkaitan dengan tingkah laku yang baik dari para karyawan nya.

Seorang manajer sebuah perusahaan yang memiliki perilaku yang baik, biasanya aktif dan banyak memperoleh hubungan atau koneksi-koneksi penting dan vital. Kesimpulan nya, perilaku yang baik merupakan rahasia yang dapat membuat seseorang dapat diterima orang lain. Orang tidak suka terhadap sifat buruk seseorang, tidak peduli apa pun kedudukan nya. Berkenaan dengan ini, seorang sarjana Barat menulis pengalaman nya sebagai berikut:

"Suatu hari aku memutuskan untuk melakukan eksperimen tentang bagaimana wajah yang penuh perhatian dan kegembiraan berpengaruh dalam hidup ku. Sebelumnya, hari itu aku merasa sedih dan tertekan, akhirnya pagi itu aku meninggalkan rumah dengan niat untuk bergembira. Aku mengerti, menurut pengalaman ku selama ini, bahwa wajah yang penuh perhatian dan penuh kegembiraan mampu memberi ku kekuatan. Aku ingin mencoba apakah diriku juga mampu mempengaruhi orang lain dengan cara yang sama. Aku ulangi hal ini terus menerus sambil bekerja, yakni ketetapan ku agar menjadi orang yang penuh perhatian dan berwajah ceria; aku bahkan meyakinkan diri, bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung. Alhasil, aku merasakan suatu perasaan bahagia. merasuki tubuh ku. Aku seolah-olah sedang terbang melayang. Aku memandang ke sekeliling ku dengan senyum lebar di wajah ku; aku masih melihat wajah-wajah di sekeliling ku yang menampakkan ciri-ciri kesedihan. Haiku terbakar melihat orang-orang ini, dan aku berharap dapat memberi mereka secercah sinar dari dalam hati ku.

"Pagi itu aku memasuki kantor dan memberi salam kepada akuntan dengan cara yang tidak seperti biasanya. Sebelumnya jarang sekali aku tersenyum, dan tidak pernah menyambut mereka dengan cara seperti ini. Sang akuntan memberikan salam yang hangat dan ramah. Pada saat itu aku merasa bahwa kebahagiaan ku benar-benar mempengaruhi nya.

"Presiden di tempat aku bekerja ada orang yang tidak pernah mengangkat kepala nya bila berbicara dengan orang lain; ia tidak ramah. Pada hari itu, dengan kasar ia memarahi ku, bahkan hampir setiap hari. Aku tidak tahan dengan hal ini, karena ketetapan ku bahwa aku tidak ingin terganggu oleh apa pun juga. Aku pun menjawab dengan cara yang dapat membuat kerut di wajah nya hilang. Ini merupakan kejadian yang kedua kalinya pada hari itu. Kemudian pada hari itu juga aku berusaha untuk tetap bersikap penuh perhatian dan berwajah ceria.

"Aku pun mampu mempraktekkan cara ini terhadap keluarga ku sehingga membawa hasil yang positif. Walhasil aku menjadi aktif, bahagia dan membuat orang lain di sekeliling ku merasakan hal yang serupa.

"Hal ini juga mungkin bagi Anda. Bertemu dengan orang Jain dengan wajah ceria, pasti bunga-bunga kebahagiaan akan mekar dalam kehidupan Anda, seperti bunga mawar yang berkembang di musim semi, dan Anda akan banyak memperoleh sahabat yang membawa kedamaian dan ketenangan kepada kehidupan Anda selama-lamanya".

Tiada seorang pun dapat menyangkal pengaruh besar sikap ini dalam melembutkan hati musuh. Rasa hormat dan perilaku yang baik juga memainkan peranan penting dalam meyakinkan lawan agar tunduk kepada ideologi.

Dalam hal ini penulis Barat lainnya mengatakan:

"Semua gerbang terbuka bagi orang-orang yang berwajah ceria dan berperilaku mulia, sedang bagi orang-orang yang berkelakuan buruk, harus mendobrak gerbang itu untuk membuka nya, seperti para gangster. Yang terbaik di antara berbagai persoalan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebaikan, akhlak yang baik, dan keceriaan".

Selain itu saya ingin menambahkan, bahwa perilaku yang baik itu menjamin kebahagiaan dan membimbing tingkah laku yang baik menuju kesempurnaan; tetapi hanya jika cara-cara dan perilaku seperti ini benar-benar mengakar ke dalam lubuk hati seseorang yang jauh dari sifat munafik dan pura-pura.

Dengan kata lain, perasaan cinta harus merupakan manifestasi dari apa yang ada di dalam hati. Penampilan nya di luar tidak perlu mencerminkan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Mungkin saja beberapa perilaku baik seseorang bertentangan dengan hatinya yang terganggu dan tersesat. Memang banyak orang-orang jahat menghiasi diri mereka dengan pakaian malaikat, dengan cara itu mereka menyembunyikan wajah yang menakutkan di balik tirai kecantikan.



Rasulullah : Suri Teladan yang Sempurna

Kita semua tahu, bahwa salah satu faktor terpenting dari kemajuan lslam adalah akhlak mulia Rasulullah Saw. Ini adalah fakta yang dinyatakan dalam AI-Quran, di mana Allah Yang Maha Perkasa berfirman:

"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu".
(Ali-Imran. 3:159)

Rasulullah Saw memperlakukan semua orang secara sama. Cinta nya yang mendalam dan tak terlukis kan atas umat manusia tercermin secara sempurna di dalam dirinya, Beliau memenuhi segala kebutuhan kaum Muslimin secara sama.

"Dan Rasulullah Saw. membagi waktunya di antara para sahabat nya; beliau akan hadir untuk ini dan itu secara sama".
(Raudah AI-Kafi, hal. 268)

Beliau juga mengecam sifat buruk, berulangkali beliau berkata:

"Sifat buruk itu kejahatan, dan yang terburuk di antara kamu adalah yang bersifat buruk".
(Nahjul Fasahah, hal. 371)

dan:
"Wahai putera-putera Abdul Muthalib, sesungguhnya kalian tidak akan (sanggup) untuk memuaskan umat dengan uang kalian, oleh karena itu temui lah mereka dengan wajah ceria dan tingkah laku yang menyenangkan".
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 222)

Anas bin Malik, hamba sahaya Rasulullah Saw., berkata tatkala ia ingat akan akhlak mulia Rasulullah Saw.:

Aku telah membantu Nabi Saw selama sepuluh tahun, selama itu beliau tidak pernah berkata 'uh'(seolah-olah mengeluh) kepada ku sehubungan dengan memandang apa-apa yang aku kerjakan atau tidak aku kerjakan.
(Fadhail Al-Khamsah, jilid I, hal. 119)

Selain itu akhlak yang baik dan wajah ceria merupakan penyebab yang memanjangkan umur. Dalam hal ini Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Kebaikan dan tingkah laku yang baik membuat tanah menjadi subur dan memanjangkan umur.
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)

Berkenaan dengan ini Dr. Sanderson menulis:

Kebaikan merupakan faktor penting dalam berperilaku dan ia mencegah keburukan penyakit. Banyak obat yang mempunyai efek sampingan yang tidak diinginkan bersamaan dengan penyembuhan nya yang bersifat sementara; sedangkan kebaikan menyebabkan kesembuhan untuk selama-lamanya terhadap semua bagian tubuh... Kebaikan menggerakkan segala kekuatan tubuh. Peredaran darah pada orang-orang yang berkelakuan baik itu bagus, dan pernafasan mereka pun lebih baik....
(Pirozi Fikr)

Ada suatu pernyataan yang indah dari Imam Ja'far a.s. Beliau berkata, bahwa ada suatu hubungan langsung antara kebaikan dan perilaku yang baik, keduanya berada di antara faktor-faktor yang memperpanjang kehidupan. Alasan di balik ini adalah, bahwa orang-orang yang baik merasakan suatu perasaan bahagia dan puas, jadi kebaikan dan perilaku yang baik itu memiliki efek-efek yang sama. Imam Ja'far as. juga memandang unsur-unsur tingkah laku ini guna mencapai kebahagiaan tatkala beliau' berkata:

Bagian dari kebahagiaan manusia adalah akhlak nya yang baik.
(Mustadrak Wasa'il, jilid II, hal. 83)

Dalam hal ini Samuel Smiles menambahkan:

Perilaku yang baik dan emosi yang seimbang mempunyai efek atas perkembangan dan kebahagiaan manusia, seperti kekuatan dan naluri lainnya. Sebenarnya kebahagiaan seseorang sebagian besar berhubungan dengan kasih sayang dan perilaku yang baik.
(Akhlaq)

Di samping itu perilaku yang baik memudahkan kehidupan dan meningkatkan nafkah atau penghidupan dan keharmonisan. Imam Ali a.s. berkata:

Tingkah laku yang baik memberikan penghidupan secara royal dan membuat para sahabat (lebih) dekat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 279)

S. Marden menulis dalam buku nya sebagai berikut:

Saya kenal, manajer restauran yang menjadi sangat kaya dan populer karena tingkah laku nya yang baik. Saya perhatikan, bahwa para pelancong dan turis datang dari tempat yang jauh untuk mencapai restaurannya, mereka berbuat demikian karena mereka menyukai lingkungan nya yang leluasa dan menyenangkan dalam restauran ini. Ketika para pelanggan tiba di restauran, sang manajer dengan wajah yang ceria menyambut mereka dengan cara yang tidak ada bandingnya. Mereka tidak mengeluh sebagaimana biasa Anda temukan di restauran-restauran lainnya. Di restauran ini karyawan nya mencoba menunjukkan sifat ramah dan membina hubungan secara akrab dengan para pelanggan nya. Para karyawan nya banyak tersenyum dan memberikan perhatian khusus dalam melayani para pelanggan, perhatian ini berangkat dari cinta dan kasih terhadap para tamu nya. Para karyawan ini membina suatu hubungan dengan para tamu nya sedemikian rupa, sehingga para tamu tidak hanya merasa bahwa mereka pasti kembali lagi, tetapi juga berharap membawa teman-teman mereka. Jelas, betapa metode ini efektif dalam menarik para pelanggan baru.

Ia menambahkan:

Perilaku yang baik tidak begitu memainkan peranan penting di sepanjang sejarah dibandingkan dengan saat ini. Ia telah menjadi modal bagi orang-orang yang hendak membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup mereka.
(Khisthan Sazi)

Imam Ja'far a.s. memasukkan sifat ceria di antara tanda-tanda seseorang yang berakal. Beliau berkata:
Orang-orang yang memiliki akal yang paling sempurna di antara manusia, adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku yang paling baik.
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 201)

Samuel Smiles berkata:

Sejarah menunjukkan kepada kita, bahwa orang-orang yang paling jenius adalah orang-orang yang bahagia dan optimis, karena mereka menyadari makna hidup yang sesungguhnya, dan mereka mencoba mewujudkan akal budi mereka di dalam daging mereka. Bila seseorang berpikir tentang berbagai prestasi mereka, secara jelas dapat dipahami jiwa dan pemikiran mereka yang sehat serta kebaikan dan antusiasme mereka. Orang-orang yang berjiwa besar dan orang-orang yang paling cerdas memiliki wajah ceria dan bahagia. Tingkah laku mereka merupakan teladan bagi orang-orang yang setia kepada mereka, dan terpengaruh oleh tingkah laku mereka, karenanya mengikuti sinar kebaikan mereka dan kebahagiaan yang alami.
(Akhlaq)

Yang mulia Rasulullah Saw. bersabda:

"Sifat yang paling penting yang akan membawa umat ke surga, adalah takut kepada Allah dan Akhlak yang mulia."
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)

Maka dari itu, adalah suatu kewajiban atas siapa pun yang mempunyai akal, dan yang berkeinginan untuk membina hidup mulia untuk mencapai modal spiritual yang tak ternilai ini, yaitu akhlak yang baik. Untuk menghapus sifat yang tidak diinginkan, manusia membutuhkan dorongan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan ini. Pandangan sekilas terhadap orang-orang yang merugi -yakni yang memiliki perilaku buruk- akan memberikan dorongan kepada nya untuk berjuang keras menghapus perilaku-perilaku buruk semacam itu.




2. Optimisme

Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran
• Efek-efek Sifat Optimis
• Seruan lslam Kepada Sifat Optimis dan Kepercayaan




Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini, menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan ketenangan.
Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia. Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara, jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada kepuasan sepenuhnya.

Apictatus berkata:

Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan seseorang.

Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta dan kekayaan tak terhingga.
Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar.

Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu, manusia harus mencari kebahagiaan yang sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka sendiri.

Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai ketidakpastian.

Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.

Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras, yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas. Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara pandang yang positif.

Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.

Seorang sarjana Barat berkata:

Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita, tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita. Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih cara berpikir yang benar dan menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai tujuan yang paling agung, karena rahasia keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam pemikiran yang benar.



Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis

Demikian pula, dalam sistem tubuh yang rusak karena berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang dimiliki seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor yang berbeda-beda dan sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada kekuatan berpikir, namun ia tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bebas dari sikap perilaku seseorang. Oleh karena itu, manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk mencabut akar dari sifat-sifat yang menggelapi kesenangan dan kebahagiaannya.

Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap kehidupan dan lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan yang positif tentang hal-hal di sekeliling Anda, merupakan jaminan kesenangan atas mereka yang hidup dalam lingkungan kemanusiaan.

Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran yang buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir secara benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke arah kesempurnaan. Sifat optimis dapat digambarkan sebagai cahaya dalam kegelapan dan memperluas wawasan berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan tumbuh di dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru dalam pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi kemampuan kepada manusia untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu sinar dan kekuatan baru guna memutuskan secara sama dan adil satu sama lain. Derita orang yang optimis akan sirna dan harapannya bertambah, jika memelihara bubungan lahiriah dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat melalui perilaku yang paling baik.

Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang diperankan optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak pada wajah-wajah orang yang optimis, tidak saja dalam hal kepuasan tetapi juga seluruh kehidupan, baik dalam situasi yang positif maupun negatif. Di setiap saat sinar kebahagiaan menerangi jiwa orang yang optimis.
Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain itu penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka sikap optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ini merupakan fakta yang memiliki pengaruh langsung atas kebahagiaan individu dan masyarakat. Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut. Lawan dari sifat ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat menjadi unsur yang merusak di masa mendatang. Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam unsur dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan kemajuan lebih cepat. Di antara akibat dari sikap optimis adalah keharmonisan, kerja sama atau gotong royong dan kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam kehidupan sosial hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.
Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:

Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa kepercayaan dan harapan.

Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang lain, maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah salah satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam masyarakat. Hingga di sini jangan sampai kita tidak mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan besar antara sifat optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas percaya yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa seorang muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang yang tidak ia kenal, atau mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya dan mengujinya. Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara jelas kejahatan dan kezaliman mereka. Dengan kata lain, kepercayaan memiliki kekecualian dan harus memisahkan beberapa anggota masyarakat di bawah kondisi-kondisi tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah berbagai kesimpulan yang diharapkan dalam setiap masalah. Oleh karana itu, tingkah laku nya dibangun di atas jalan pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai tindakannya bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran yang mendalam.



Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri

Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan, bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.

lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya bukti-bukti yang jelas.

Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu, kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu memutuskan sebaliknya; dan janganlah mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila masih ada kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)

Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya sifat percaya melalui berbagai cara.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)

Dr. Mardin dikutip mengatakan:

Bila anda membina suatu persahabatan dengan seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah anda dapatkan darinya. Jika anda mampu memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda, seraya mencoba untuk memikat persahabatan bersama anda.
(Piruzi Fikr)

Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.

Imam Ali a.s, berkata:

Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:

Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant. Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya tidak pernah memberi bon penagihan kepada para pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah selesai makan mereka sendiri yang menghitung biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu: 'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda tidak dapat begitu saja percaya kepada semua pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak, kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang selama separuh abad terakhir". Para pelanggan restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama diharapkan dari mereka.

Mr. Louis, seorang psikolog berkata:

Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan, cobalah membuatnya merasa bahwa anda memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil, untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang anda berikan.
(How To Win Friends)

Dr. Gilbert Roben menulis:

Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah, berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk memberikan tugas-tugas penting kepada orang-orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap tugas baru yang anda berikan kepada mereka buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan individu.

Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan menjamin kesenangan kepada seseorang.

Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)

Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam kehidupan.

Imam Ali a.s. menyatakan:

Kepercayaan mengurangi depresi.

Dr. Mardin berkata:

Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-indah dalam pandangan kita yang mengurangi penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap pemikiran-pemikiran yang menyakitkan, sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya. Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)

Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti) telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)

Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia, berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain. Beliau berkata:

Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)

Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis. Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam Ali a.s. berkata:

Orang yang menolak prasangka buruk terhadap saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Samuel Smiles berkata:

Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya. Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang bijak melihat sinar matahari akan segera menembus setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik setiap kemalangan dan penderitaan terdapat kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa problema baru dan menemukan harapan dalam setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, dan para penyokongnya adalah keberuntungan. Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat segalanya dengan mata pemahaman dan dengan warna yang mereka kehendaki.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:

Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)

Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah, akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.



3. Pesimisme

Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan
• Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis
• Sikap lslam Terhadap Sifat Pesimis



Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara sedih dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara kesedihan dan kemudahan.

Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua terserah kepada setiap orang untuk memilih arah pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup yang ia kehendaki.

Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan, sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan kesengsaraan.

Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara. mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini, atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal yang bermanfaat.
Seorang pemikir terkenal menulis:

Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.

Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita percaya bahwa orang bin telah memperoleh kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis. Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka memahami fakta-fakta dan membuang apa yang mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.

Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata para pembidiknya di setiap saat.

Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis, yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.

Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di dunia ke dalam kejahilan yang fatal.

Menurut seorang ulama:

Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram. Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk anda.

Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak kenal takluk ke puncak kesempurnaan manusia.



Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak terhapus.

Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.

Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.

Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya, dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.

Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah. Menurut seorang dokter medis:

Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada menolong orang yang melompat ke laur mencoba untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar membantu, adalah penting bagi si penderita untuk memelihara rasa senang dan percayanya.

Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor utama dalam penyebab bunuh diri.

Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya, sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut manusia dari saling percaya serta mengarah kepada penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis; mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.



Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis

Al-Quran secara jelas memasukkan sifat pesimis dan pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan memperingatkan kaum Muslimin dari berpikir secara negatif satu sama lain.
"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa".
(QS.49:12)

Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:

"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain: darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang Muslim untuk berpikir secara negatif terhadap yang lain."
(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)

Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga mencurigai orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum membuktikan kesalahannya dengan bukti yang meyakinkan. Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat dipercaya hanya atas dasar spekulasi.
(Nahjul Balaghah, hal. 174)

Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:

Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa menjadi lebih besar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)

Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat yang menindas.
Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik) merupakan dosa yang paling buruk dan jenis penindasan yang paling buruk.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)

Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada orang yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih buruk dan pada akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as. menyatakan:
Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara dia dan yang dicintainya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)

Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan batin dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang berprasangka. Kadang-kadang sifat prasangka menyeret orang-orang tersangka dari jalan yang lurus dan mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan. Imam Ali a.s. berkata:

Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)

Dr. Mardin menulis:

Beberapa pemilik usaha mencurigai para karyawannya mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa tersangka untuk menjadi apa yang mereka sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam kata-kata atau perbuatan, ia mempengaruhi batin si tersangka dan mengarahkannya untuk melakukan apa yang disangkakan kepadanya.
(Pirozi Fikr)

Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:

Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal ini memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan orang yang tidak berdosa kepada keraguan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)

Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan rohaninya:

Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat ditemukan dalam keadaan sehat.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)

Dr. Carl menulis mengenai hal ini:

Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan mencurigai orang, mengurangi kemampuan seseorang untuk hidup. Kebiasaan perilaku yang. negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang tersebut dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia juga menyebabkan kerusakan praktis pada tubuh.
(Rah Wa Rasm Zindaqi)

Dr. Mardin menambahkan:

Prasangka menghilangkan kesehatan dan melemahkan kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa yang seimbang tidak pernah mendambakan kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap saat. karena mereka tahu bahwa kebaikan merupakan kenyataan yang kekal. dan bahwa kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang melemahkan kekuatan kebaikan. Karena kegelapan merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka carilah jalan yang terang, karana ia menghapus kegelapan hati.
(Pirozi Fikr)

Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:

Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut kepada siapa saja.
Dr. Farmer mengatakan:

Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di mana justru setiap orang secara terang-terangan menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung lorong untuk menghindari pertemuan dengan para sahabatnya (yang berkumpul) di jalan-jalan yang lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai oleh rasa takut, prasangka dan pesimis.
(Raz Khusbbakhti)

Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam batin seseorang. Imam Ali a.s, berkata:

Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati membencinya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)

Dr. Haleem Shakhter berkata:

Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan mengalami penderitaan-penderitaan hanya dari hal-hal kecil.

Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka dan mempengaruhi berbagai tindakan, ucapan dan pemikiran mereka. Segera setelah itu mereka jatuh menjadi korban penyakit prasangka dan tidak menyadari alasan di balik berbagai penderitaan mereka.

Berbagai kenangan yang menyakitkan menyembunyikan diri ke dalam perasaan kita dan sangar sulit bagi kita untuk mengetahuinya. Dengan kata lain, memang wajar bagi manusia untuk menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit dan mencoba menghilangkannya dari pikiran. Musuh yang bersembunyi ini tidak pernah berhenti menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa, tingkah dan perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita mendengar atau menemukan kata-kata atau tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka jika kira dengan hati-hati memeriksa diri, kira dapat menemukan bahwa itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-ingatan yang buruk.
(Rusdhe Shahkhsiat)

Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka menjadi hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali a.s. menunjukkan fakta ini ketika beliau berkata:

Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik tentang orang lain karena mereka melihat orang lain dengan wataknya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)

Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:

Beberapa orang menguruk orang lain dengan mengeluh tentang perbuatan-perbuatan mereka sedangkan mereka, diri mereka sendiri, melakukan perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini untuk menebus kekurangan-kekurangan mereka sendiri dan untuk semacam pertahanan diri. Sikap ini digambarkan sebagai suatu cara menghindari rasa gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya merupakan suatu tindakan kemarahan. Ketika keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada situasi 'kerusakan mental'. Sistem pertahanan ini dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru yang secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya menciptakan suatu 'perasaan ingin' menghubung-hubungkannya dengan orang lain.
(Ushul e Ravanshenashi)

Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah setelah berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah orang-orang baik, mereka semua baik; engkau celah melakukan suatu hal' yang tepat dengan datang ke sini". Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu: "Engkau berkata benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan berkata:

“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan lebih baik bila engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah berkata: "Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar jawaban Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun bertanya kepada beliau. Nabi memberi jawaban kepada mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan apa yang ada dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap dirinya masing-masing.”

Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat dipahami sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai kecenderungan jiwa kepada pemikiran yang buruk serta bersikeras terhadapnya. Yang lebih dilarang daripada jenis prasangka ini adalah berbuat atasnya. Karena, berbagai pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap berada di bawah wewenang hukum fiqih. Pemikiran-pemikiran ini muncul di luar kemauan, menghindarinya juga di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu untuk mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-tindakan.

Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal dari kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah wajib bagi orang-orang yang dapat menunjukkan dengan tepat suatu alasan yang menyebabkan mereka menjadi terlalu berprasangka demi mengobati dan melepaskan diri mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.


4. Dusta

Kedudukan Akhlak Dalam Masyarakat
• Mudarat-mudarat Berdusta
• Berdusta Dilarang Agama



Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat

Akhlak merupakan faktor terpenting dalam masyarakat dan dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai bagian dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal peranan vital yang dimainkan oleh akhlak dalam membawa kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rohani manusia; dan juga tiada seorang pun meragukan manfaat dan pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan pemikiran, baik pada pergaulan maupun masyarakat. Dapatkah anda menemukan orang yang jujur dan benar mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang pengkhianatan dan dusta? Akhlak sedemikian pentingnya sehingga bahkan bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak itu penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran etika agar mampu maju menembus jalan kehidupan yang berbelit-belit ini. Masyarakat, di mana pun dan dengan segala macam perilakunya, mempunyai beberapa kesamaan.

Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles mengatakan:

Akhlak adalah salah satu kekuatan yang menggerakkan dunia ini. Dengan pengertiannya yang paling baik, akhlak merupakan suatu perwujudan fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi, karena akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah manusia untuk kemanusiaan (humanity). Orang-orang yang unggul dalam segala segi kehidupan berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada mereka melalui setiap cara yang mulia dan terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini dan meniru kesempurnaan mereka, karana masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki segala bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan bernilai. Jika ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik perhatian dan penghargaan manusia, maka akhlak menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-orang yang berkelakuan baik. Hal ini karena perangkat karakteristik yang pertama adalah karya dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini meni pakan akal (mind) yang menguasai kita serta mengatur berbagai urusan kita di sepanjang hidup kita.

Orang-orang yang telah mencapai puncak keunggulan dan kebesaran adalah seperti sinar terang yang membersihkan jalan bagi kemanusiaan dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral dan keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di mana saja, kekurangan perilaku yang baik, mereka tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang mereka rasakan. Tidaklah penting bagi bangsa-bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang luas agar hidup secara terhormat, karena banyak bangsa-bangsa dengan populasi besar yang memiliki wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi mereka jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika moralitas suatu bangsa menjadi rusak, pada akhirnya bangsa itu akan punah.

Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan sarjana ini, namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu perbedaan besar antara mengenal fakta-fakta dengan bertindak atasnya. Banyak orang yang mengganti perilaku baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani nya. Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya, seperti gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di atas permukaan air.

Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik kehidupan dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu perjuangan yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah pertama untuk menghapus sifat jahat manusia adalah menanam nafsu-nafsu dan amarahnya dalam medan perang ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan hewani manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi kemubaziran dan menghindarkan diri dari berbagai kecenderungan berbahaya yang muncul dari sifat-sifat semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa sebagian besar manfaat manusia berasal dari perasaan ini, tetapi perasaan semacam ini hanya rampak baik jika ia patuh kepada perintah-perintah akal.

Menurut seorang psikolog:

Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi pertama menyerang dan yang kedua bertahan. Jika manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber tahannya agar berada di atas perasaan yang menyerang, maka ia akan memperoleh kendali atas eksistensinya dan membimbing perasaan ini sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan perasaannya.
Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-kekuatan batin dengan nafsu-nafsunya dan yang memiliki cita-cita yang lebih baik dan telah menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran dan hatinya, tidak syak lagi ia telah menempuh jalan kebahagiaan di antara berbagai problema kehidupan dan mengikuti kehendak untuk bebas dari kelemahan, kegagalan atau kekalahan. Memang benar bahwa kemampuan manusia telah mencapai tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi yang memberikan manusia kesempatan untuk mencapai ke kedalaman lautan dan samudera dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun apa yang kami amati sekarang kesengsaraan dan kegundahan yang terus-menerus di jantung peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di tangan sang problema dan penderitaan. Kesalahan ini terjadi karena penyimpangan yang dilakukan dari jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.

Dr. Roman menulis:

llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak dan perasaan maju bersama dengan akal dan pikiran, maka mungkin kita dapat menyatakan bahwa manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.

Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan persamaan, nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai kesengsaraan dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala jenis masyarakat adalah suatu fenomena tentang berbagai kebutuhan manusia akan nilai-nilai moral, yakni nilai-nilai yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam daging peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu kekuatan yang memang ia butuhkan.



Mudarat-mudarat Berdusta

Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat yang ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk. Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang membara.

Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan. Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya, dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa dengan dusta-dusta yang beracun.

Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-kenangan yang buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:

Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam, adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying) memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran "kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat. Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah fitrah manusia dalam memandang segalanya yang mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.

Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat.

Al-Ghozali telah berkata:

Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan tidak taat. Baik kafir maupun beriman, terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah atau keingkaran yang penghabisan.

Kemudian beliau menambahkan:

Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya demi agama, yang mampu menghindari kejahatan. Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)

Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan terjungkir oleh penyakit yang sama.

Morris T. Yash berkata:

Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga anak-anak.



Dusta Dilarang Agama

Secara eksplisit Al-Quran mengkategorikan para pendusta sebagai orang-orang kafir:
"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya kepada firman-firman Allah, dan inilah para pendusta"

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.

Rasulullah Saw. menyatakan:

Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing ke Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata benar dan mencarinya hingga ia dicatat sebagai orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka, Manusia selalu berdusta hingga ia dicatat sebagai seorang pendusta di sisi Allah.
(Nahj Al-Fashahah, hal. 418)

Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah Saw. berkata:

Sesungguhnya orang-orang yang paling sering dipercayai manusia adalah yang paling sering berkata benar; dan orang-orang yang paling ragu adalah orang-orang yang paling sering berdusta".

Dr. Samuel Smiles menulis:

Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka yang rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-watak lainnya, sedangkan sebenarnya kita tahu bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan buruk yang kita lihat pada diri orang lain tidak lain kecuali suatu cerminan dari apa yang ada dalam kesadaran kita.

Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan hati dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat menerima kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh kotoran semacam ini. Para pendusta itu menderita gangguan mental yang selaju menjauhkan diri mereka dari berkata benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di muka orang-orang yang lemah dan pengecut.

Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:

jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud, sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama keberanian; kekecutan akan berdiri bersama dusta.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 605)

Dr. Raymond Peach berkata:

Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari bahaya. Dalam banyak hal dusta merupakan suatu reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika anda bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu menyentuh gula-gula ini?' atau 'Apakah kamu yang memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak mengetahui bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena hukuman, maka nalurinya berkata padanya untuk menyangkalnya.

Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:

Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal: kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang lain). Janganlah disesatkan oleh shalat dan puasa mereka, karena seseorang bisa saja kuat dalam shalat dan puasa sehingga jika ia akan meninggalkannya, ia merasa kesepian. Sebaiknya, cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan memenuhi kepercayaan (amanah).
(Ushul Al-Kafi, jilid I, hal. 460)

Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:

Dusta adalah sifat yang paling buruk.
(Ghurar AI-Hikam. hal. 175)

Dr. Samuel Smiles menulis:

Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan. Adalah penting bila manusia bercita-cita untuk menjadi benar dan jujur di seluruh tahap-tahap kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak meninggalkan maksud atau tujuan lainnya. Islam melandaskan semua proses perilaku dan koreksi pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi kebahagiaan manusia.

Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya menjelaskan:

Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia layu dan mati. Jika sifat-sifat mulia tidak dimotivasi oleh iman, ia laksana panen yang mati di dekat orang yang hidup.

Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia adalah arena dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-perasaan keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi dan membangun sebuah tembok yang tidak dapat dilalui di antara iman dan kerendahan. Orang-orang yang mantap dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai tujuan dan perasaan dengan tenang.

"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa tenang."
(Al-Quran)

Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan tingkat keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam telah menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi keabsahan pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia mengangkat sumpah. Menurut hukum lslam, dalam keadaan-keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat merupakan bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam menyelesaikan perselisihan. Islam juga telah menjadikan kesaksian (syahadah) manusia sebagai cara untuk membuktikan hak-haknya.
Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut yang sangat -dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku semacam ini.
Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak dapat diampuni.

"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".
(Al-Quran)

Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas berhubungan dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah dan kesaksian itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun lebih keras.

Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala sifat jahat lainnya.
Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:

Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.
(Jami’ Sa'adat, jilid II, hal. 318)

Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan, kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:

"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan kebenaran (amanah)."

Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.

Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang jujur dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun tindakan, akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi, pikiran dan rohani mereka akan bercahaya dengan keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan ketakutan, dan dari pemikiran yang kabur.

Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah yang berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan memberikan suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa saja yang ingin sekali membina kehidupan yang mulia dan luhur. Dampak-dampak dari berdusta tidak lain kecuali cambukan-cambukan peringatan.

Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah bayang-bayang akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini tak terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu kesempatan untuk tetap hidup.

5. Kemunafikan

Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda
• Munafik: Sifat Yang Paling Buruk
• Bakar Habis Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan




Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda

Unsur terpenting dalam kebahagiaan dan watak tertinggi yang dapat dirasakan manusia adalah kesempurnaan. Permata rohani yang bernilai ini memberikan kebesaran dan kemurnian kepada kehidupan. dan membimbing manusia ke puncak kemuliaan dan keluhuran. Semua manusia secara manusiawi sama. Namun mereka berbeda dalam kemampuan untuk bernalar dan berpikir. Kebiasaan-kebiasaan rohani dan watak-watak perilaku manusia juga berbeda. Watak-watak seorang individu adalah semua yang membedakan individu-individu satu dengan lainnya dan ia menetapkan kemampuan dan kedudukan sosial setiap orang. Di samping itu. watak manusia secara langsung mempengaruhi kita lebih daripada faktor lainnya.

Manusia ditempatkan di alam semesta ini untuk berusaha mengembangkan berbagai kemampuannya dan memperluas wawasan berpikir dan kesadarannya yang riil; sehingga akan meningkatkan pengetahuannya dan memperkuat ruhnya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, manusia berada di dunia ini untuk membekali diri guna memenuhi berbagai tugas khususnya. Dengan mengingat hal ini, adalah tanggung jawab setiap individu untuk membangun suatu kepribadian yang sehat dan jujur, dan berbuat di atas jalan kebahagiaan. Seorang pekerja keras yang bekerja pada jalan ini lebih menyadari makna keberhasilan yang sesungguhnya. Tidak ada yang mampu memberinya kekuatan untuk terjun ke dasar lautan lebih daripada kepribadian yang sehat.

Menurut Schopenhaure:

Variasi-variasi di antara kepribadian merupakan peranan yang alami dalam membawa kesedihan dan kebahagiaan kepada kehidupan manusia lebih daripada apa yang dibawa oleh perbedaan di antara berbagai macam perbedaan manusia. Ini karena watak-watak suatu kepribadian (seperti pemikiran produktif dan kasih yang tulus) tidak pernah dapat dibandingkan dengan apa yang dapat diperoleh manusia dari barang-barang materi. Bagi seorang yang layak, mampu menciptakan kehidupan yang menyenangkan bagi dirinya bahkan bila ia hidup terpisah. Di lain pihak, orang yang jahil tidak dapat membuang kemalasan dari dirinya sekalipun ia dapat memperoleh segala kemewahan hidup, bahkan jika ia menghabiskan sejumlah besar uang untuk itu. Pemikiran, kepemimpinan, dan kemampuan untuk mengasihi, termasuk faktor penting yang membawa manusia lebih dekat untuk mencapai tujuan hidupnya dan membuka gerbang-gerbang kebahagiaan baginya. Oleh karena itu, adalah tugas kita untuk memberikan perhatian khusus bagi pengembangan faktor-faktor ini lebih daripada pengembangan pendapatan-pendapatan materi.

Semua watak dan kebiasaan ikut ambil bagian dalam menentukan masa depan manusia, dan setiap pemikiran dan perasaan sangat mempengaruhi watak dan kebiasaan ini. Terutama akhlak dan tingkah laku setiap orang secara terus menerus berubah menuju kesempurnaan, atau sebaliknya.

Langkah pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian adalah mempelajari cara-cara menggali daya dan kemampuan tersembunyi di dalam diri, dan mempersiapkan diri untuk menghilangkan segala faktor yang dapat menimbulkan berbagai problema dalam jalan kesempurnaan. Maka manusia pun dapat mensucikan dirinya dari segala kerendahan. Jika seseorang tidak mampu menghargai diri sendiri, ia tidak akan pernah mampu membawa kehidupan kepadanya, ia juga tidak akan pernah mampu menciptakan segala perubahan yang bermanfaat baginya.

Kata-kata dan tindakan tidak memiliki nilai yang riil kecuali bila ia berangkat dari kedalaman eksistensinya sendiri. Kata-kata mengejawantahkan cerapan pikiran. Ketika kata-kata bertentangan dengan tindakan, ucapan-ucapan ini keluar dari kepribadian yang tidak stabil dan mengakibatkan kehancuran diri individu tersebut.



Munafik : Sifat yang Paling Buruk

Tidak syak lagi, sifat munafik adalah salah satu sifat yang menjijikkan. Adalah fitrah manusia untuk menerima kebahagiaan dan kebebasan; dan untuk meningkatkan diri kepada tingkat martabat yang paling tinggi. Namun ketika manusia terkotori oleh dusta, pengingkaran janji dan pelanggaran-pelanggaran persetujuan, kemunafikan menemukan sendiri suatu arena yang luas dan siap untuk merasuki watak-watak yang kotor seperti ini. Kemunafikan berkembang dalam keadaan-keadaan seperti ini hingga akhirnya ia menjadi suatu penyakit yang gawat. Kemunafikan tidak saja menghalangi seseorang dari mencapai kebenaran. bahkan mencoba untuk menutup-nutupinya , ia juga menjadi sebuah bendungan yang tidak dapat dihancurkan. yang berada di tengah jalan pencapaian watak-watak yang mulia. Tentu saja. untuk menghadapinya bergantung kepada perilaku yang bijaksana dan integritas psiko logis yang bersandar pada kesempurnaan rohani.

Sifat munafik adalah wabah penyakit berbahaya yang mengancam kemuliaan dan martabat manusia. ia mengarahkan kepada sifat-sifat yang tidak bertanggung jawab dan rendah, dan menggantikan kepercayaan diri dengan prasangka, pesimisme dan kegelisahan.

Orang-orang yang mencapai titik yang berbahaya ini, dalam perilaku jahat mereka tampak seolah mereka menginginkan yang terbaik bagi semua orang. Ketika pribadi yang kacau ini (munafik) berurusan dengan pasangan yang tidak harmonis, ia mengajukan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan seorang penasehat yang setia, kemudian setelah itu ia berbalik dan menjatuhkan mereka, mengecamnya, padahal sebenarnya ia tidak mempunyai hubungan rohani atau moral dengan mereka.
Pujian-pujian yang keliru, penerimaan-penerimaan tanpa syarat atas berbagai ideologi dan penahanan diri dari membela yang benar ketika dibutuhkan, semua ini adalah watak orang-orang munafik.
Menurut seorang ulama besar, orang-orang munafik lebih berbahaya daripada musuh-musuh yang membelot:

Musuh mempunyai watak, baik itu musuh tersembunyi atau musuh terang-terangan; karena rasa benci hanya memiliki satu warna: Saya berharap bahwa teman itu seperti musuh sejauh adanya sifat pura-pura. Tak syak bahwa teman yang munafik adalah lebih buruk dari kemunafikan itu sendiri.
Karena orang yang munafik itu tidak mampu menarik hati orang yang berurusan dengannya, atau memperoleh cinta dan hormat darinya, kehidupannya pun penuh dengan kehinaan dan kebencian, Usaha-usahanya untuk menyembunyikan fakta membuat kehidupannya tidak aman, tidak stabil dan gelisah; karena ia berada dalam rasa takut yang terus menerus akan terbongkarnya kedok yang sesungguhnya.

Salah satu unsur penderitaan sosial adalah berkembangnya kemunafikan dan kurangnya kejujuran dan keikhlasan di antara lapisan masyarakat. Jika kemunafikan merasuki struktur masyarakat dan meliputi hati para anggotanya, ditambah dengan kebohongan dan kerendahan yang tampak di antara mereka; masyarakat semacam ini akan menghadapi kehancuran yang tidak dapat dielakkan.
Seorang sarjana Inggris, S. Smiles berkata:

Perilaku para politisi kontemporer berada pada jalan pengerusakan dan kekacauan. Berbagai pendapat yang mereka berikan dalam ruang-ruang resepsi berbeda dari apa yang mereka berikan dalam pidato-pidato publik. Misalnya, politisi-politisi ini memuji orang karena perasaan-perasaan patriot is mereka dan kemudian pada saat yang sama berbalik dan tertawa dalam rapat-rapat pribadi mereka. Turun naik (fluktuasi) pemikiran yang ada di zaman kita lebih daripada yang ada di zaman mana pun di masa lalu, dan berbagai prinsip berubah dan berbeda-beda sebagaimana berubahnya berbagai kepentingan. Saya percaya bahwa kemunafikan lama kelamaan akan menjalar keluar dari tempurungnya dan pada akhirnya menjadi sifat yang patut dipuji; karena jika kelas atas dari suatu masyarakat menjadi munafik, semua kelas lainnya akan turut mengangkat pandangan-pandangan yang sama, sebab mereka mengambil berbagai kebiasaan dan perilaku mereka dari kelas yang lebih tinggi. Kemasyhuran yang diperoleh hari ini adalah ketika sifat-sifat jahat manusia dibeberkan, dengan melecehkan segala sifat yang mulia.

Ada seorang Rusia yang mempunyai pepatah bahwa:

Barangsiapa yang memiliki tulang punggung yang kuat, ia tidak dapat dipromosikan ke kedudukan yang lebih tinggi.

Tulang punggung orang-orang yang memuja kemasyhuran pada akhirnya menjadi lemah dan lemas karena mengikuti turun-naiknya reputasi dengan menipu manusia, menyembunyikan fakta-fakta dari publik dan berbicara persis seperti kelas-kelas rendah. Namun yang lebih buruk lagi adalah mengeksploitasi perselisihan dan kemunafikan yang mungkin terjadi di antara kelas masyarakat yang berbeda-beda. Kemasyhuran semacam ini tidak dapat dianggap oleh orang yang bijak kecuali dengan kejijikan dan kebencian, dan para pena sehatnya pun tidak menaruh hormat alau kemuliaan.

Ketulusan dan kejujuran merupakan pengejawantahan dari kesadaran yang murni dan merupakan sifat-sifat kehidupan yang paling mulia. Sifat-sifat ini, yang ditemukan dalam jiwa-jiwa yang benar-benar suci, akan memadukan kepribadian dan membawa kedamaian, persatuan dan kekuatan kepada masyarakat. Sewajarnyalah bagi manusia untuk mencintai teman-temannya yang setia lebih daripada yang meragukan, dan karena kecintaan terhadap orang-orang yang beriman itu meningkat, kebencian terhadap orang-orang yang munafik pun meningkat pula.



Memberantas Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan

Ketika Islam mulai berkembang pesat, partai orang-orang munafik yang merasa terancam lebih daripada partai oposisi lainnya, mencoba menghancurkan pilar-pilar pemerintahan Islam. Mereka membuat sumpah kepada Nabi Saw., kemudian menolak untuk memenuhi tugas-tugas ketika tiba saatnya bagi mereka untuk melaksanakannya. Mereka juga mengecam orang-orang yang beriman.
Kelompok minoritas yang destruktif dan merusak ini tidak sanggup untuk bersabar menghadapi orang-orang yang setia dan taat kepada Rasulullah Saw. Pemimpin orang-orang munafik ini ialah Abu Amir (seorang pendeta), yang adalah Ketua Masyarakat Al-Kitab di Madinah, di mana ia memperoleh reputasi di antara masyarakatnya karena menjadi seorang yang relijius. Ia meramalkan tentang datangnya Nabi Saw. terutama tentang risalah beliau dan selama tahap awal kenabian beliau. Kemudian ia tidak tahan menghadapi hancurnya reputasi karena berkembangnya Islam, sehingga ia hijrah ke Makkah dan menyertai orang-orang munafik berperang melawan Nabi Saw. di Badar dan Uhud.

Kemudian Abu Amir melarikan diri ke Romawi dan mulai berkomplot untuk melenyapkan lslam. Adalah atas anjuran dia para sahabatnya membangun "Masjid Perselisihan (dzirar)" di Madinah. Pada saat itu Masjid ini didirikan, namun tidak ada seorang pun diperbolehkan untuk membangun sebuah masjid tanpa persetujuan dari Rasulullah Saw. Nabi Saw. memberi izin kepada mereka untuk membangun masjid tersebut dan ketika beliau kembali dari perang Tabuk, jamaah masjid itu memanggil Nabi Saw. untuk meresmikannya. Sebelum itu, Allah SWT telah memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang adanya niat-niat jahat mereka dan Nabi menolak untuk pergi serta memerintahkan kepada pasukan beliau untuk menghancurkan masjid tersebut.

"Hanya yang hendak mengunjungi masjid-masjid Allah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk".
(QS. 9:10)

Dengan cara ini khianat mereka untuk berkomplot digagalkan, dan tempat pertama bagi orang munafik tersebut dibakar.

Dalam banyak ayat, AI-Quran sangat mengutuk kelompok ini dan mengecam mereka:
Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah dan hari Kiamat.”, dan mereka bukan orang-orang yang sama sekali beriman, Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, dan mereka tidak merasa, ada penyakit di dalam hati mereka, maka Allah menambah penyakit mereka dan mereka akan mendapat hukuman yang pedih karena mereka berdusta. Dan ketika dikatakan kepada mereka, 'Janganlah membuat kerusakan di muka bumi', mereka berkata: 'Kami tidak lain adalah pembuat kedamaian.' Sekarang sesungguhnya mereka sendirilah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa.
(QS 2:8-J2)

Sifat munafik adalah penyakit rohani; inilah yang telah Imam Ali a.s. tunjukkan ketika beliau berkata:

Sadarlah akan orang-orang munafik karena mereka itu tersesat, menyesatkan, dan pemimpin kepada jalan yang batil. Hati mereka, sakit, namun penampilan mereka suci.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 146)

Dr, H, Shakhter berkata:

Ada beberapa orang berdebat tentang, tidak adanya alasan lain kecuali menjadi orang yang terkenal. Orang-orang ini tidak percaya terhadap keyakinan mereka, juga terhadap apa yang mereka perdebatkan; mereka mengecam orang lain agar supaya tutup mulut karena sulit bagi mereka untuk bersabar terhadap orang lain yang berbeda dengan mereka. Jenis lain dari orang semacam ini adalah bahwa ketika mereka melihat ketidaksesuaian orang dengan mereka, mereka mengikuti cara yang munafik untuk menciptakan perselisihan sehingga akan membuktikan eksistensi mereka.
(Rushd Shakhsiyyat)

Imam Ali a.s. kata-katanya:
Seorang munafik: Kata-katanya indah dan batinnya (kesadarannya) sakit.
(Ghurar AI-Hikam, hal 60)

Orang munafik tidak mempunyai kelompok yang dapat dijadikan sandarannya, oleh karena itu secara terus menerus ia hidup dalam kebingungan. Rasulullah Saw. menggambarkan orang munafik dengan mengatakan:

"Seorang munafik adalah seperti seekor domba yang bingung di antara dua kawanan."
(Nahj Al-Fashahah, hal. 562)

Nabi Saw. memberitahukan kita tentang tiga tanda orang munafik ketika beliau berkata:
Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah dan hari Kiamat”, dan mereka bukan orang-orang yang sama percaya mengkhianati”.
(Bihar AI-Anvar, jilid XV, hal. 30)

Imam AI-Baqir a.s. berkata:
Adalah suatu kejahatan bila seorang yang suka beribadah memiliki dua wajah dan dua lidah, memuji saudaranya di saat ada dan menghujatnya di saat ia tidak ada. Jika ia memberi kepada saudaranya, ia mendengkinya, dan jika saudaranya diuji, ia membiarkan (tidak menolongnya).
(Bihar AI-Anwar, jilid XV, hal. 172)

Imam Ali a.s. menunjukkan watak lain dari orang-orang munafik di mana beliau menyatakan bahwa mereka selalu bersikap defensif tetapi kritis terhadap orang lain:

Orang munafik adalah pemuja dirinya, dan pencemar nama baik orang lain.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 88)

Dr. S. Smiles berkata:
Penyanjung dan orang-orang munafik selalu memikirkan diri sendiri dan tidak pernah prihatin terhadap orang lain. Mereka disibukkan oleh perbuatan dan urusan mereka sendiri hingga eksistensi mereka yang kecil dan rendah menjadi alam dan berhala mereka yang besar.
(Akhlaq)

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. menjelaskan tentang nasehat Luqman kepada puteranya:
Seorang munafik mempunyai tiga tanda: lidahnya bertentangan dengan hatinya, hatinya bertentangan dengan perilakunya, penampilannya bertentangan dengan batinnya (kepercayaannya).
(Bihar Al-Anwar, jilid XV, hal. 30)

Pemikiran-pemikiran manusia mengungkapkan dirinya yang sesungguhnya. Orang-orang yang mencoba menyembunyikan apa yang ada di dalam hati mereka di bawah kemunafikan dan penjilatan tidak akan pernah menjadi orang yang berhasil, karena realitas dan kebenaran mereka pada akhirnya akan terungkap. Seseorang berkata kepada Imam Ash-Shadiq a.s.:

Ketika seseorang berkata kepadaku: 'Aku suka padamu.' Bagaimana aku tahu kalau ia berkata benar?
Imam a.s. menjawabnya:

Periksalah hatimu, jika kamu menyukainya, maka ia menyukaimu. Perhatikanlah hatimu, jika ia menolak sahabatmu maka salah seorang di antara kamu telah berbuat sesuatu.

(AI-Wafi, jilid III, hal. 106)

Dr. Mardin berkata:
Jika anda benar-benar mengira bahwa anda dapat memperkenalkan diri anda dengan kata-kata, maka anda telah menipu diri anda sendiri. Karena orang lain tidak akan menghukum anda dengan norma-norma yang anda harapkan untuk diterapkan. Mereka akan mengenal anda melalui perbuatan, kata-kata, kondisi, kesadaran dan batin anda sendiri. Orang-orang yang anda ajak bicara akan melihat kekuatan dan kelemahan gagasan-gagasan anda, kemunafikan dan realitas anda dari ucapan anda dan bahkan dalam diamnya anda. Orang-orang di sekeliling anda akan menemukan harapan dan niat anoa, kemudian mereka membentuk pendapat mereka tentang anda; bahkan jika anda berkeberatan terhadap beberapa pandangan mereka tentang anda, mereka tidak akan berkehendak untuk merubahnya. Kadang-kadang kita mendengar orang berkata: 'Saya bahkan tidak dapat melihat pribadi tertentu'. Orang-orang ini tidak dapat bersabar menghadapi orang-orang yang dibencinya, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa sifat yang patut dihargai atau memiliki penampilan yang menyenangkan. Orang-orang yang merasa seperti ini adalah karena mereka telah membaca berbagai pemikiran dan perasaan orang lain. Kita juga merasakan hal ini terhadap beberapa orang. Inilah dampak dari pemikiran. Semua pemikiran dan perasaan kira menyebar di sekeliling kita dan dengan sinar pemikirannya orang lain pun merasakannya.

Imam Ali a.s, berkata:
Kesadaran yang sehat lebih memiliki kesaksian yang benar daripada lidah-lidah yang mengesankan.
(Piruzi Fikr)

Ketika 'kami berkata munafik, maksud kami dalam pengertian yang luas ketimbang sekadar kemunafikan ideologis, tingkah laku, moral, atau lisan, karena lslam telah menyeru semua pengikutnya terhadap persatuan yang total dan luas, agar dapat membimbing mereka kepada kehidupan yang tulus, bebas dari kemunafikan, pertikaian dan pengkhianatan.


6. Fitnah

Masyarakat yang Ternodai Fitnah
• Mudarat-mudarat Fitnah
• Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang
• Agama Terhadap Akhlak yang Buruk



Masyarakat yang Ternodai Fitnah

Tidak syak lagi bahwa saat sekarang ini masyarakat manusia menderita berbagai macam penyelewengan rohani dan korupsi sosial dan telah lalai dalam mengembangkan akhlak mereka, pada langkah yang sama mereka mampu menjaga kemewahan-kemewahan materi bagi diri mereka: Hari demi hari masyarakat semacam ini menghadapi sejumlah besar penyakit gawat yang telah membanjiri lautan kehidupan dengan berbagai penderitaan yang fatal. Orang-orang yang bersungguh-sungguh berjuang untuk menghindari berbagai penderitaan pun menyudahi keracunan mereka dengan dosa-dosa dan' mencari tempat berlindung dalam pangkuan kerendahan guna mengurangi berbagai penderitaan rohani dan kegelisahan mereka. Namun sinar matahari kebahagiaan tidak akan pernah mengalihkan cahayanya yang menerangi kehidupan mereka.

Orang-orang ini telah menipu diri sendiri dengan meyakini bahwa mereka telah bebas dari segala pembatasan dan peraturan-peraturan, dan kini mereka berlomba-lomba di medan-medan kerendahan dan kelalaian, Bila secara hati-hati kita memeriksa kehidupan orang-orang yang tanpa akhlak ini, kita temukan bahwa mereka menggunakan cara-cara peningkatan materi yang cepat terhadap berbagai tujuan yang mereka ciptakan untuk kepentingan itu. Mereka telah menjadikan fenomena materi sebagai suatu poros bagi berbagai hasrat dan keinginan mereka, dan mendung dosa-dosa pun telah membayangi masyarakat mereka.

Akan lebih produktif lagi jika mereka menggunakan harta kekayaan mereka yang melimpah, yang mereka habiskan untuk penyelewengan dan kekacauan, di wilayah akhlak yang baik yang tidak dapat dirubah. Meskipun begitu norma-norma perilaku yang mereka terima, secara terus menerus berubah.
Tiada gunanya untuk mengatakan bahwa kalau sifat-sifat yang mulia menjadi hakim bagi kepribadian-kepribadian yang baik, para anggota masyarakat tidak akan melaksanakannya melainkan akan selalu dipengaruhi oleh pikiran sosial yang mengarahkan mereka untuk meniru perbuatan-perbuatan masyarakat lain, mereka pun tidak tahu menahu tentang adanya kemungkinan pengaruh-pengaruh yang merugikan. Atas dasar ini kita harus menyadari bahwa peradaban kontemporer kurang mampu menciptakan watak-watak yang sehat dan mulia, mereka juga tidak dapat menjamin keselamatan atau kebahagiaan bagi masyarakat mana pun. Dr. Carl, seorang sarjana Perancis terkenal berkata:

Kira membutuhkan suatu dunia di mana setiap orang dapat menemukan suatu tempat yang pantas bagi dirinya tanpa membeda-bedakan antara kebutuhan materi atau kebutuhan rohani. Dengan ini kita mampu menyadari bagaimana kita bisa hidup, kemudian kita menyadari pula bahwa kemajuan pada jalan kehidupan tanpa suatu pedoman yang benar adalah suatu hal yang berbahaya. Kini kita menyadari bahaya ini, namun mengherankan betapa kita telah lalai untuk mencari cara-cara berpikir yang benar. Kenyataannya bahwa hanya sedikit yang benar-benar mengetahui bahaya ini. Kebanyakan manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu mereka dan mereka begitu mabuk dengannya yang, tanpa menghiraukan seberapa tinggi teknologi mereka, mereka tidak berkehendak untuk menghentikan segala kesenangan yang haram itu demi suatu peradaban yang layak.

Kehidupan hari ini seperti sungai indah yang mengalir dari lereng yang curam, menghanyutkan harapan dan mimpi-mimpi kira ke dalam lautan kerusakan dan penyelewengan demi memuaskan keinginan-keinginan sementara dan kebutuhan-kebutuhan sesaat. Banyak orang telah menemukan kebutuhan-kebutuhan baru dan kini berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan ini. Di samping kebutuhan ini, ada hal-hal lainnya yang membawa kebahagiaan sementara kepada mereka, seperti fitnah, bergunjing, perbincangan tanpa arah tujuan, dan lain-lainnya yang sebenamya lebih berbahaya daripada alkohol terhadap kesehatan.

Salah satu penyelewengan sosial yang hendak kami uraikan adalah fitnah; tidaklah perlu untuk menjelaskan makna teknis dari fitnah, karena setiap orang telah mengetahuinya.




Mudarat-mudarat Fitnah

Mudarat fitnah yang paling berbahaya adalah pengrusakan kepribadian rohani dari kesadaran orang yang memfitnah. Orang-orang yang menyimpang dari jalan pemikiran alami mereka akan kehilangan keseimbangan berpikir dan sistem perilaku mereka yang mulia; di samping itu juga merusak perasaan-perasaan manusia dengan menyingkap rahasia dan kesalahan mereka.

Fitnah menghancurkan singgasana moralitas manusia dan merampas martabat dan sifat-sifatnya yang tinggi dengan kecepatan yang menakjubkan. Sebenarnya, fitnah membakar lapisan-lapisan moralitas di dalam hati pemfitnah hingga menjadi abu. Fitnah menggelapkan pemikiran yang jernih hingga akhirnya gerbang-gerbang akal dan pemahaman menjadi mati. Bila kita berpikir tentang bahaya fitnah terhadap masyarakat, kira temukan bahwa fitnah telah membuat kerusakan besar terhadap para anggota masyarakat.

Fitnah memainkan suatu peranan yang menghancurkan dalam menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian di antara para anggota masyarakat yang berbeda-beda. Jika fitnah dibiarkan berkembang dalam masyarakat, akan merampas kebesarannya, reputasi baiknya dan menciptakan perselisihan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di antara anggota masyarakat.

Patut disayangkan bahwa kita harus mengakui kenyataan bahwa fitnah telah menemukan jalannya menuju semua kelas sosial. Hal ini menunjukkan suam kenyataan bahwa berbagai peristiwa kehidupan itu saling terkait, sehingga penyelewengan-penyelewengan psikologis yang mungkin timbul dalam suatu kelas sosial akan merasuk ke semua kelas lainnya. Sebagai akibat dari berkembangnya fitnah ini; sifat pesimis dan prasangka pun membayang-bayangi masyarakat; manusia kehilangan kepercayaan satu sama lain dan berubah menjadi kecurigaan. Mengingat hal ini, kita dengan aman dapat mengatakan bahwa tanpa mencerahkan diri dengan berpikir secara bersaudara dan dengan sifat-sifat yang mulia, masyarakat tidak akan pernah memperoleh keharmonisan atau persatuan di dalamnya. Sebuah masyarakat yang kurang akan karunia sifat-sifat yang mulia sudah pasti jauh dari watak-watak kehidupan yang sesungguhnya.



Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang

Dengan tidak menghiraukan fakta bahwa fitnah merupakan suatu pengejawantahan dari dosa-dosa praktis, ia secara langsung berhubungan dengan rohani manusia. Fitnah adalah suatu tanda dari bahaya yang mendasari kekacauan jiwa, yang karena itu kita harus mencari alam rohani dan kejiwaan.

Para sarjana behavioris menyebutkan sejumlah alasan bagi berkembangnya fitnah. Hal terpenting adalah: dengki, amarah, sombong, egois dan prasangka. Tidak syak lagi, setiap perbuatan yang dilakukan individu berangkat dari keadaan tertentu yang berada dalam kesadarannya, dan sebagai akibat dari pengejawantahan keadaan-keadaan semacam ini, yang adalah seperti bara api di bawah abu yang dingin, yakni lidah; penerjemah perasaan-perasaan manusia, mengeluarkan fitnah.
Ketika watak-watak tertentu secara mendalam telah berakar dalam kesadaran manusia, ia membutakan matanya dan menguasai pemikirannya. Salah satu alasan fitnah yang berkembang luas adalah bahwa para pemfitnah tidak mempedulikan dampak-dampak bahaya sesudahnya. Kita melihat orang-orang yang menahan diri dari dosa-dosa lainnya tetapi tidak berpikir dua kali terhadap perbuatan jahat yang menyengsarakan ini. Pengulangan fitnah tanpa mempertimbangkan dampak-dampak sesudahnya akan merampas kendali kemampuan manusia Untuk menahan diri dari mengikuti nafsu-nafsunya tanpa menghiraukan pengetahuannya tentang realitasnya yang berbahaya. Orang-orang ini berusaha untuk meraih integritas dan kesempurnaan. Orang-orang seperti ini melarikan diri dari realitas dan menolak untuk menanggung sedikit penderitaan dalam mencapai kebahagiaan. Dengan demikian mereka menjadi korban kekuasaan nafsu-nafsu mereka yang rendah.

Orang-orang yang tidak memperhatikan martabat dirinya sendiri atau orang lain, tidak patuh kepada hukum etika; dan seseorang yang membuat kehidupan sebagai arena bagi nafsu-nafsunya, akan menerima kesengsaraan akibat melanggar batas hak-hak orang lain.

Sifat akhlak yang miskin ini berasal dari keimanan yang lemah, sedangkan akhlak merupakan buah dari keimanan. Jika seseorang tidak mempunyai iman, ia tidak mempunyai motif untuk berkelakuan baik atau menjalankan moral yang mulia.

Setiap orang memiliki pendapat mengenai cara terbaik dalam menolong orang dari penyelewengan dan pengrusakan moral. Menurut pendapat saya cara yang paling efektif adalah mendorong, kehendak baik mereka dengan menyadarkan terhadap seruan-seruan kepada kebaikan dan berbagai naluri manusiawi serta mengarahkan mereka untuk menggali kekayaan pikiran manusia dalam meraih kebahagiaan. Dengan menarik perhatian manusia. kepada dampak-dampak akhlak yang buruk dan dengan memperkuat kehendak mereka, kita dapat mengalahkan segala watak buruk dan mengganti rel kegelapan dengan sifat-sifat yang mulia.

Dr. Jago menulis:

Bila kita berniat memerangi kebiasaan yang tidak baik pertama-tama kita harus menyadari akibat-akibat buruknya. Kemudian kita harus mengakui kebiasaan tersebut dan akhirnya merenungkan kejadian-kejadian yang membuat kita menjadi korban kebiasaan semacam ini. Jika kita mengenal diri kita sendiri melalui tahap-tahap kebiasaan ini. kita akan mengalahkan niat buruk itu dan merasa senang dalam menyingkirkannya.

Dengan adanya benih-benih integritas dalam jiwa manusia dan dengan tersedianya cara-cara untuk bertahan, kita mampu menyadari sebab-sebab di balik kesesatan dan kebingungan serta menyingkirkannya dari jiwa dan kesadaran kita membangun tembok yang kuat dalam menghadapi berbagai keinginan dan nafsu yang tiada habis-habisnya.

Berbagai tindakan merupakan gambaran dari si pelaku dan oleh karenanya merupakan pencerminan dari martabat dan realitas mereka. Dengan alasan ini jika seseorang mendambakan kebahagiaan, ia harus. memilih tindakan-tindakan yang benar guna merubahnya menjadi benih-benih kebahagiaan yang berharga. Manusia juga harus menyadari bahwa Allah mengetahui semua tindakannya, tidak pandang seberapa pun kecilnya.

Menurut seorang filosof:

Janganlah mengatakan bahwa alam semesta ini tidak memiliki akal atau perasaan, karena dengan berkata demikian berarti anda menuduh diri anda sendiri tidak berakal dan atau berperasaan. Jika alam semesta tidak berakal atau berperasaan, maka anda juga tanpa perasaan dan akal.

Dengan cara yang sama, masyarakat membutuhkan barang-barang materi agar mampu untuk terus hidup, ia membutuhkan sejumlah keharmonisan tertentu untuk memelihara berbagai ikatan rohani di antara anggotanya. Suatu masyarakat yang dengan teliti mengamati beban yang berat di antara tugas-tugas sosialnya dapat memanfaatkannya dalam memperoleh integritas.

Bagi kita. untuk mengeluarkan jiwa kita dari kegelapan kepada cahaya, kita harus memperkuat segala pemikiran yang mulia di dalam hati kita guna menangkis berbagai gagasan atau niat yang merusak. Dengan menjaga lidah kita dari fitnah, berarti kita mengambil langkah pertama untuk kebahagiaan. Bagi kita, menangkis berkembang pesatnya pengrusakan adalah wajib untuk menciptakan suatu revolusi psikologis di antara umat ini. Kita dapat melaksanakan ini dengan memperhatikan hak-hak orang lain yang nantinya akan menumbuhkan akar-akar kemanusiaan dan kerohanian, kemudian mengambil langkah lagi untuk membela sifat-sifat yang mulia, yang kepadanyalah perjuangan hidup setiap masyarakat bergantung.



Agama Terhadap Akhlak yang Buruk

Al-Quran mengungkapkan realitas fitnah dalam sebuah ayat yang singkat namun mengesankan:
“Apakah salah seorang di antara kamu senang memakan daging mayat saudaranya? Tentu kamu tidak menyukainya.”

Oleh karena itu, sewajarnyalah jika manusia menolak memakan daging orang yang telah mati, akalnya pasti membenci fitnah. Para pemimpin agama begitu banyak memberikan perhatian kepada perbaikan perasaan dan watak kejiwaan manusia sebanyak yang mereka berikan kepada perjuangan untuk menyingkirkan politeisme dan ateisme.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akblak yang mulia."
Manusia telah dibimbing kepada moralitas oleh mazhab besar lslam dan didukung dengan pemahaman yang kuat dan logis. lslam memandang segala pelanggaran batas dari sudut moralitas sebagai suatu dosa besar dan tercela.

Sesungguhnya, Islam tidak hanya berhenti pada penunjukan fitnah sebagai dosa yang mengerikan, tetapi juga mewajibkan kepada semua kaum Muslimin untuk mempertahankan martabat orang-orang yang terkena fitnah.

“Jika seseorang difitnah sementara kamu ada di sana, maka jadilah penolong orang tersebut, celalah pemfitnah dan asingkanlah kelompoknya.” (Nahj Al-Fasahah, hal. 48)

Rasulullah Saw. bersabda:
"Barangsiapa yang mempertahankan martabat saudaranya di saat ketidakhadirannya, maka adalah haknya atas Allah untuk melindunginya dari api neraka." (Nahj Al-Fasahah, hal. 613)

Rasulullah Saw. juga bersabda:
"Barangsiapa yang memfitnah seorang Muslim selama bulan Ramadhan, tidak akan ada pahala bagi puasanya." (Bihar Al-Anwar, jilid XVI, hal. 179)

Rasulullah Saw. juga menggambarkan tentang kedudukan seorang Muslim sebagai berikut:
"Seorang Muslim adalah orang yang menjaga Muslim yang lain dari tangan dan lidahnya."
Jelaslah bahwa jika seseorang membiarkan lidahnya memfitnah saudara Muslimnya yang lain maka ia telah melanggar aturan-aturan moralitas dan menjadi seorang kriminal di mata kemanusiaan dan lslam. Semua mazhab Islam dengan suara bulat setuju bahwa fitnah merupakan dosa besar; karena pemfitnah melanggar perintah-perintah Ilahi dan melanggar hak-hak orang lain dan tidak mengindahkan perintah-perintah Sang Pencipta.

Sebagaimana seorang yang tidak hadir tidak dapat mempertahankan martabat dan kehormatannya, orang yang telah mati pun tidak dapat mempertahankan diri, oleh karena itu, adalah tugas setiap orang untuk menghormati hukum mengenai kehormatan orang yang telah mati.
Fitnah dan gunjingan adalah semacam tekanan rohani. Imam Ali a.s. berkata:
Fitnah adalah suara orang yang lemah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 38)

Dr. H. Shakhter berkata:
Kekecewaan dalam memperoleh berbagai kebutuhan mengakibakan siksaan rohani. Siksaan rohani ini menghasut kita untuk melukiskan suatu bentuk pertahanan. Dalam keadaan seperti ini manusia berbeda-beda dalam jenis perbuatan yang mereka lakukan. Jika seseorang merasa bahwa orang lain tidak memberinya perhatian yang ia harapkan, karena merasa takut akan ditolak, ia memilih jalan pengasingan dan penyendirian dari hidup bermasyarakat. Ia mungkin duduk di sudut suatu perkumpulan dengan berdiam diri dan terpisah, tidak berbicara kepada siapa pun, mengkritik mereka, atau tertawa sendiri tanpa ada alasan. Atau mungkin ia berdebat dengan orang lain, memfitnah yang tidak hadir dan mengecam sampai ia membuktikan kehadirannya dengan cara seperti ini.
(Rushd e Syakhshiat)

Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:
Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.

Kesimpulannya, untuk Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:

Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.

Kesimpulannya, untuk mengembangkan sifat-sifat yang baik, kita harus memperhatikan diri kita dan memelihara niat-niat yang bersih kita harus memulai dari diri kita sendiri sehingga kita dapat memperoleh landasan yang tepat bagi kebahagiaan kita dan bagi kebahagiaan masyarakat kita di segala bidang.


7. Mencari-Cari Kesalahan

Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri
• Sindiran dan Para Penghina
• Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir




Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri

Salah satu perilaku manusia yang paling lemah adalah ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahan-kesalahannya sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu akan suatu sifat yang tidak dikehendaki, yang akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang menjadi budak kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas di dalam dirinya. Setelah itu menjadi korban berbagai kecenderungan dan beragam nafsunya yang mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan. Di bawah keadaan seperti ini, baik petunjuk maupun nasehat yang bersifat membangun tidak akan berpengaruh.

Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan agar manusia dapat menyingkirkan akhlak-akhlak buruknya dan menolong dirinya dari berbagai bahaya dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak semacam ini.

Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah penting menuju integritas rohani dan perilaku. Renungan diri membuat seseorang menyadari berbagai kelemahan dan hal-hal positifnya, menghapus sifat-sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin jiwanya dari noda dosa-dosa dengan mengadakan penyucian akhlak.

Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui cerminan sesungguhnya dari diri kita di dalam cermin perbuatan-perbuatan kita. Adalah tanggung jawab kita untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang tanpa terasa telah tumbuh di dalam diri kita. Tidak syak lagi, kita akan mampu mencabut akar-akar sifat semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang melawannya. Bagaimanapun juga, pencapaian sifat-sifat mulia memerlukan kesabaran melalui kerja keras yang tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan.

Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar menyadarinya tetapi juga harus memiliki kehendak yang kuat ke arah sana. Lebih baik lagi bila kita mengerahkan tindakan-tindakan kita juga pemikiran kita menjadi lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil dari setiap langkah dalam proses ini akan membawa kira maju ke tahap selanjutnya.

Dr. Carl menulis:

Cara yang paling efektif untuk mengubah program harian kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau kembali hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan cara yang sama pula kita menyelesaikan tugas tertentu pada kesempatan khusus; kita harus memasukkan ke dalam jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu sehingga orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai aktivitas kita. Dalam tingkah laku kita harus fair dan adil.

Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya membersihkan tubuh kita dari kotoran seperti mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur; demikian juga pentingnya merenungkan akhlak dan pemikiran kita sepenting gerak badan ini. Dengan mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya untuk memperhatikan batas-batas kira yang ditandai, kita dapat melihat kenyataan kira sendiri tanpa adanya penghalang. Keberhasilan kita dalam membuat keputusan secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri. Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda, kaya atau miskin, terpelajar atau jahil, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dalam pengeluaran dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis menulis tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan menggunakan cara seperti ini secara cermat dan sabar, jasmani dan rohani kita akan berubah ke arah yang lebih baik.



Sindiran dan Para Penghina

Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan, kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan mengecam mereka atas dasar kelemahan-kelemahan ini. Namun dalam banyak hal, berbagai kesalahan dan kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan mendudukkan diri mereka di atas berbagai kemalangan orang lain.

Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak perilakunya.

Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk menjatuhkan orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai dengan kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-kerumitan perilaku ini menghasut manusia untuk membuat keputusan-keputusan yang keliru dan berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang benar.

Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah menyia-nyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak dapat diterima oleh akal maupun hukum. Mereka terlalu bernafsu melihat berbagai kesalahan temannya untuk menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya membuang kesempatan untuk melihat kesalahannya sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak melihat adanya syariat atau tidak menghormati martabat orang lain; mereka tidak dapat hidup secara harmonis dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka. Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran untuk menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat dan teman mereka; dengan alasan tadi orang-orang ini tidak mampu mendapatkan sahabat-sahabat yang sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat mereka rasakan.

Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan; oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang lain tidak bisa menyadari jumlah kerusakan yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri, mereka tidak dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka. Perbuatan-perbuatan salah yang mereka lakukan tidak lain akan menimbulkan kebencian, permusuhan dan kejijikan. Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan, "Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya bila ia telah terbang jauh".
Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan orang lain harus menentukan berbagai tugas dan tanggung jawabnya sendiri, salah satu darinya adalah dengan selalu mencari sifat-sifat luhur dan perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat memuliakan mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang menghina martabat orang lain dan yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta, karena cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling menghormati dan saling menaati di antara kedua kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan menyembunyikan berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.
Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak menarik perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-titik lemahnya sehingga orang tersebut mempunyai kesempatan untuk berubah. Tentu saja perlu bagi individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya kepada sifatnya yang tidak menyenangkan dengan menggunakan keahlian khusus agar tidak menghina atau "menyakiti perasaannya".

Menurut seorang pendidik:

Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda kepada kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas atau gerak isyarat, biasanya tidak perlu untuk berbicara secara langsung. Jika anda berkata kepada seseorang, 'Anda membuat kesalahan', maka ia tidak akan pernah setuju dengan anda karena anda telah menghina akalnya, kemampuannya untuk berpikir dan kepercayaannya.

Menentangnya secara terang-terangan akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar. Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak mengawalinya dengan, 'Saya akan membuktikannya kepadamu,' atau 'Saya akan membenarkan itu', ini berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut ketika anda berupaya dalam bidang ini: 'Ajarlah orang tanpa harus menjadi guru.'



Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir

Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang berbagai akibat perbuatan jahat mereka.
Tertulis dalam Al-Quran:
"Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik".

lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku yang baik guna memelihara persatuan lslam juga melarang memfitnah dan menyindir untuk menghindari permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh karena itu, adalah tugas setiap Muslim untuk memperhatikan hak-hak orang lain dan menjauhkan diri dari sifat menghina dan merendahkan mereka.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang kehausan ketika menemukan air yang sejuk.
(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)

Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia mengalaminya, mengkritik orang lain karena sesuatu hal yang ia sendiri mengerjakannya, atau menyakiti sahabat karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin padanya.
(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)

Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:

Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena persahabatan dengan mereka akan menjadikan tidak aman dari makar-makar mereka.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)

Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap kritik yang bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang nasehat yang membangun kita mampu mempersiapkan berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya Allah.

Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:
Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan) kelemahan-kelemahanmu, dan membantumu melawan berbagai inspirasi mu yang keliru. (Ghurar AI-Hikam, hal. 558)

Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People:
Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya, karena jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari tindakan dan pemikiran kira benar. Albert Einstein mengakui bahwa sembilan puluh sembilan persen dari gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi defensif bahkan tanpa mengetahui apa yang ingin ia katakan; namun ketika hal ini terjadi, setelah itu saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan kritikan tanpa memperhatikan tingkat ketepatan dan keakuratan berbagai ulasannya. Sesungguhnya kita bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan. Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar yang dilambungkan oleh gelombang perasaan di tengah laut yang gelap. Saat ini banyak di antara kita yang percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita pun tertawa terhadap berbagai tindakan dan pemikiran kita.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus memulai dari dirinya.
(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)

Dr. H. Shakhter berkata:

Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai ucapan atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan berbagai problem dan penderitaan anda sendiri, dan bila mungkin memperbaikinya. Adalah wajib atas tiap orang di antara kita untuk merenungkan berbagai problem kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan kelemahan kita, dan memecahkannya jika mampu.
(Roshd e Shakhsiat)

Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya.

Menurut Imam Ali a.s.:

Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain dan tidak melihat apa yang tersembunyi tentang kesalahannya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)

Dr. Auibuty berkata:
Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di balik kerudung kejahilan dan ketidaksadaran yang membujuk diri kita dengan cara ini. Adalah mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa pernah mencoba untuk menghapusnya. Namun ketika salah satu dari kesalahan mereka terungkap dan mereka tidak dapat menyembunyikannya, mereka pun menciptakan ribuan alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain. Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri tentang berbagai kesalahan mereka di mata orang lain, mereka lupa bahwa hari demi hari gengsi terhadap kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata. Tepatnya seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang perkasa.
(Dar Jostojuye Khushbakhti)

Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara yang diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan mengobati berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s. menasehati manusia dengan cara yang sama. Beliau berkata:

Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk menunjukkan secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam agama, pendapat, perilaku dan akhlak, serta mengumpulkannya di dalam hati mereka atau dalam .sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)

Juga menurut seorang psikolog:

Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah keluargamu agar tidak mengizinkan orang lain mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan lebih mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik; karena apa yang ingin kita lakukan memerlukan hukum dasar yang tidak mengizinkan pemikiran anda terganggu dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama. Juga, jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhan-kebutuhan jasmaniah anda.

Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan sebuah pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut kertas buram yang murah agar mengizinkan anda untuk menggunakan jumlah yang besar tanpa mengkhawatirkan biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah karena anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan psikologis ketika anda mempelajari diri anda, anda akan membutuhkan sebuah pena yang tidak akan mengganggu anda.

Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis perasaan dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada hari ini dan hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah kembali masing-masing darinya, berpikirlah secara mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai perasaan ini tanpa adanya syarat-syarat atau batasan-batasan. Janganlah khawatir jika hal ini banyak memakan waktu.

Bila anda telah menuliskan semua tindakan, pemikiran, perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri cinta diri, keterasingan, kesombongan... dan seterusnya. Sekarang cocokkanlah setiap tindakan atau pemikiran dengan naluri yang mendorongnya dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda: naluri manakah yang mendorong tindakan atau ucapan ini?

Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah untuk mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian rohaninya sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai kekuatan rohani yang bersifat membangun dapat menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar merasa bahwa ia adalah seorang pribadi yang baru. Oleh karenanya, ia akan menyadari tujuan-tujuan dan makna-makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil jalan baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada kehidupan sebelumnya.
(Ravankavi)


8. Dengki

Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan
• Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian
• Agama terhadap Sifat Dengki



Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan

Manusia hidup dalam gerakan yang terus-menerus di antara gelombang permasalahan dan kesengsaraan dalam kehidupan yang tidak stabil ini. Ia berjuang guna mengurangi ketegangan dari berbagai kesulitan pada jiwa dan raganya, sehingga ia dapat memungut bunga-bunga harapannya dan mewujudkan harapan itu dalam kehidupannya, satu demi satu. Selama hubungan erat manusia dengan kehidupan tidak terputus oleh kematian, dan ia melihat suatu jalan menuju harapan, maka ia akan selalu berupaya mencapai kebahagiaan. Pada akhirnya, sinar harapan itulah yang memberi manusia kehidupan dan membuat kepahitannya menjadi manis.

Beberapa di antara kita berhasrat ingin menjadi kaya dan berharap memperoleh kekayaan serta berjuang untuk meraihnya dengan cara yang tidak kenal batas. Sedang yang lainnya mencari ketenaran dan kedudukan. Berbagai kebutuhan manusia terkait dengan keinginan-keinginan fisik (materi) dan derajat keutuhan rohaniah serta psikologis yang mereka capai. Berbagai dorongan keinginan. yang bermacam-macam, sejalan dengan berubah-ubahnya pemikiran. Tetapi kita harus menyadari, bahwa harapan-harapan membawa kebahagiaan kepada kehidupan kita tatkala harapan itu mengisi berbagai kebutuhan ruhaniah kita, memenuhi kebutuhan-kebutuhan mental kita, mengembangkan tingkat informasi kita, menerangi kehidupan kira, dan menyelamatkan kita dari penderitaan dan kesengsaraan.

Sifat, seperti kikir atau sombong, dapat menjadi akar dari berbagai kesengsaraan dalam hidup. Dengki, merupakan salah satu sifat naluriah semacam ini, yang menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan kesadaran dengan menghalangi manusia dalam mencapai harapan-harapan yang realistis. Orang-orang yang dengki merasakan tekanan yang kuat, yang berakar dari pandangan yang pesimis terhadap keberuntungan orang lain.

Diriwayatkan bahwa Socrates mengatakan:

Orang-orang yang dengki menghabiskan hari-harinya dengan menghancurkan dirinya dengan perasaan duka terhadap apa yang dapat diraih orang lain sedangkan dirinya tidak dapat. Ia merasa sedih dan menyesal, dan menginginkan semua orang hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan seraya berencana untuk merampas kebahagiaan mereka (yang berhasil).

Dia melanjutkan:

Jiwa kita adalah seperti sebuah kota yang berada di tengah-tengah padang pasir tanpa benteng atau dinding untuk melindunginya ia adalah korban-korban para pencuri kebahagiaan. Angin terlembut pun dapat mengirim gelombang-gelombang lautan atas jiwa yang tidak mempunyai keserasian, dan lebih dari satu musuh jiwa pun memasuki kedalaman ruhani kita untuk memerintah dan melarang hingga hembusan nafas kita yang terakhir. Setiap orang awam pun tahu bahwa mereka harus pergi ke dokter jika mereka menderita sakit kepala. Tetapi orang yang menderita penyakit dengki akan menolaknya dan tidak akan pernah menemui siapa pun untuk berobat.

Orang-orang yang dengki menjadikan keberuntungan orang lain sebagai sasaran mereka. mereka menggunakan segala cara untuk merampasnya. Dengan tanpa disadari, mereka mencari mangsa untuk memenuhi berbagai keinginan mereka yang rendah. Orang-orang dengki mewujudkan niat-niat jahat mereka dengan menyebarkan tuduhan-tuduhan dan kebohongan-kebohongan atas orang yang mereka tuju. Dan jika mereka merasa bahwa hawa nafsu mereka tidak terpuaskan dengan berbuat demikian, maka mereka akan berbuat melampaui batas terhadap kebebasan lawannya atau bahkan merampas hak hidupnya, hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka yang tiada habis-habisnya.
Sesungguhnya inilah kecenderungan. Apakah kecenderungan-kecenderungan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya? Dan apakah hal ini alamiah?

Orang-orang dengki bukan sekadar tidak manusiawi. tetapi mereka itu lebih rendah dari binatang. Sebab orang yang tidak peduli terhadap perasaan luka orang lain, tidak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya.



Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian

Salah satu unsur yang paling efektif dalam peningkatan dan pengembangan diri di arena kehidupan adalah memikat hati orang lain dan mempengaruhinya. Orang-orang yang mempunyai kemampuan atau kecakapan mengendalikan hati orang lain dengan perilaku dan perbuatan mereka yang mulia akan memperoleh dukungan dari masyarakat untuk kemajuan mereka dalam hidup ini; oleh sebab itulah mereka memperoleh kunci menuju keberhasilan. Orang-orang yang bijak adalah laksana cahaya di masyarakat, mereka menerangi dan membimbing pemikiran para anggotanya dengan meninggalkan pengaruh-pengaruh yang membekas dalam perilaku mereka.

Di lain pihak, sifat iri hati menyebabkan rusaknya perbuatan-perbuatan baik dan perilaku-perilaku mulia, dan menghalangi manusia dari kawan-kawan yang baik atau melarang orang lain dalam menemukan bintang cinta yang bersinar di langit-langit kehidupan mereka. Oleh karena itu, sifat iri hati menjegal manusia dari menikmati rasa kerja sama dan saling tolong-menolong. Lebih dari itu. ketika orang-orang dengki mengungkapkan perasaannya dengan lidah dan tindakan mereka dan mempertontonkan ketelanjangan dan kecabulan mereka kepada umat, mereka hanya akan memperoleh cemooh dan kemarahan. Dengan adanya kegelisahan yang tampak dan kesedihan yang mendalam dalam dirinya, maka kedengkian pun menekan jiwanya dan menyalakan api yang membakar jiwa yang dicintainya.

Alasan mengapa jiwa orang-orang dengki terbakar dalam kobaran rasa gelisah dan resah adalah jelas. Karena, orang yang dengki itu terus-menerus merasa sedih dan sakit hati. Sifat iri hati adalah seperti badai perusak yang mencabut pohon-pohon akhlak sampai ke akarnya, sehingga tidak ada jalan lagi untuk menghentikannya.

Ketika Qabil melihat bahwa pengorbanan Habil diterima sedangkan ia tidak, maka ia merasa iri dan berencana untuk membunuhnya. Sifat iri hari telah menancapkan cakar-cakarnya di hati Qabil dan mencabik rasa persaudaraan dan kemanusiaannya. Sifat ini mendorongnya untuk meremukkan kepala saudaranya dengan batu besar dan melumuri jasad yang Suci itu dengan darah. Qabil berbuat demikian karena tiada alasan lain kecuali karena Habil (saudaranya). mempunyai kehendak dan perilaku yang mulia. Alam semesta menjadi saksi atas kejahatan pertama sifat dengki ini sebagai suatu akibat dari kejahatan tercela yang dilakukan oleh putera Nabi Adam a.s. Qabil merasa menyesal setelah melakukan kejahatan yang mengerikan itu. tetapi kesedihan yang dideritanya tidak pernah membantunya. karena di sepanjang hidupnya ia tidak pernah menyadari perbuatannya yang tercela. yang telah menimbulkan korban. Jika Qabil merenung dengan pikiran yang jernih dan benar, ia akan menemukan alasan atas hilangnya Rahmat Allah dari dirinya, karena:

"Allah hanya menerima dari orang-orang yang saleh."

Menurut Schopenhauer:
Sifat iri hati adalah yang paling berbahaya di ancam sitar-sifat manusia. Maka perlulah manusia memandangnya sebagai jejak musuh, dan berusaha menghapusnya dari jalan kebahagiaannya. Tambahan pula, jika sifat iri hati telah berkembang dalam masyarakat, maka akan banyak gejala yang muncul di dalam umat ini, seperti munculnya berbagai macam percekcokan, dan lain-lain. Dalam suatu masyarakat yang penuh dengan kesengsaraan dan problema, setiap orang menjadi rintangan atas jalan kebahagiaan orang lain, hal ini menggantikan unsur kesempurnaan dan kemanunggalan sosial. Ketika sifat iri hati memasuki suatu masyarakat, ia menghalangi kesejahteraan sosial, karena semangat kerja sama, kebahagiaan dan saling percaya di antara para anggota masyarakat terhapuskan olehnya, akhirnya hal ini akan mengarah kepada pengrusakan, bahkan terhadap peradaban dan perkembangan mereka.

Menurut Dr. Carl:

Dengki merupakan akibat dari kekikiran kita, karena ia merupakan rintangan untuk jalan pengembangan dari negara-negara industri kepada Dunia Ketiga. Dengki juga menghalangi banyak orang yang mumpuni dalam mengembangkan negara-negara mereka.

Kebanyakan kejahatan-kejahatan sadis yang terjadi akhir-akhir ini bermula dari sifat iri hati atau dengki. Hal ini mesti menjadi bahan telaah yang serius berkenaan dengan peristiwa-peristiwa sosial.



Agama Terhadap Sifat Dengki

Allah Yang Mahakuasa telah berfirman dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat naluri untuk mencinta dan memperoleh manfaat bagi dirinya. Manusia diminta untuk berlaku sesuai dengan hukum-hukum agama, logika: akal, dan kesejahteraan sosial, yaitu ketika ia berupaya menanggapi seruan naluriah tersebut.

Oleh karena itu, ketika Allah memberikan anugerah kepada seseorang, tidak ada seorang pun yang dapat melanggar atau mencabut karunia ini dengan alasan untuk memenuhi dorongan rasa iri atau untuk mengambil keuntungan darinya. Manusia dianjurkan untuk mengikuti jalan yang logis dan dapat diterima sesuai dengan harapan-harapannya dalam kehidupan ini. Allah Yang Mahakuasa berfirman.

"Dati janganlah kamu iri hati terhadap yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS.4:32)

Jadi kita harus berbuat sebaik-baiknya dan berdoa kepada Allah agar memberi kita dari kekayaan-Nya yang kekal, agar kesulitan-kesulitan kita menjadi kemudahan, dan agar membawa kita lebih dekat kepada berbagai tujuan dan harapan kita.

Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan kepada kita oleh para Imam, yang memperingatkan kita terhadap perbuatan yang menyedihkan ini dan menyeru kita agar berlindung dari akibat-akibatnya yang berbahaya. Berikut ini adalah hadis dari Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. Beliau menunjukkan dua faktor yang membayangi sifat dengki:

Dengki berasal dari kebutaan hati dan pengingkaran terhadap rahmat Allah SWT, ia memiliki dua ikatan (dua faktor) keingkaran. Kedengkianlah yang membuat putra Adam menjatuhkan korban, yang membuat kesedihan yang kekal dan mendapat hukuman yang abadi sehingga ia tidak akan pernah tertolong.

Salah satu unsur yang menyebabkan sifat dengki adalah tidak terdidiknya seseorang di rumah (kurang perhatian). Jika orang tua meminta salah seorang di antara anak-anaknya dan memberikan cinta dan kasih sayang yang khusus padanya, sementara yang lainnya tidak mendapatkan perlakuan yang sama, maka anak-anak yang tidak diperhatikan akan tumbuh dengan perasaan hina dan memberontak. Jenis kedengkian yang diderita kebanyakan orang berasal dari rumah mereka dan menyebabkan kesedihan dan kemalangan bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya. Dampak seperti ini pasti akan terjadi bila dasar-dasar peraturan dibangun atas dasar ketidakadilan, penindasan, rasisme, sektarianisme, fanatisme dalam masyarakat. Para anggora masyarakat semacam ini akan diliputi dengan pertikaian, dan kobaran api kebencian serta kedengkian akan menyala-nyala di lubuk hati mereka.

Rasulullah Saw. melarang umat lslam bersikap tidak adil terhadap anak-anak mereka, agar terhindar dari dosa dengki dan dosa lainnya sehingga tidak mengotori kehidupan mereka. Beliau bersabda:
“Perlakukanlah anak-anakmu secara sama ketika memberi mereka hadiah.”
(Nahjul Fashahah, hal. 366)

Professor Bertrand Russell mengutip penulis buku the Fairchila Family ketika beliau menulis bab mengenai metode menghindari dosa-dosa tersembunyi:

Lucy diberi sebuah buku kecil untuk mencatat segala pikiran buruk yang merasuki hatinya. Orang tuanya memberikan sebuah gelas kepada saudara lelakinya dan sebuah tape kepada saudara perempuannya di meja makan saat sarapan pagi, sedangkan Lucy tidak mendapatkan apa-apa. Dalam buku catatannya Lucy menulis bahwa pikiran buruk telah merasuki hatinya sebentar. Ia mengira bahwa orang tuanya kurang mencintainya ketimbang saudara lelaki dan saudara perempuannya ...
Imam Ali a.s. menjelaskan tentang kerusakan pada tubuh yang dapat ditimbulkan oleh sifat dengki:
Yang membuatku heran adillah ketidaktahuan orang-orang yang dengki tentang kesehatan tubuh mereka.
(Ghurar Al-Hikam. hal. 494)

Dr. Frank Haurk juga berkata:

Lindungilah dirimu dan pemikiran-pemikiranmu dari penyakit kejiwaan, karena ia adalah setan-setan jiwa yang tidak puas yang kemudian menghancurkan sistem pemikiran di dalam diri manusia dan juga menyebabkan kerusakan yang fatal pada tubuh. Penyakit seperti ini memperlambat jalannya peredaran darah, melemahkan sistem, menghambat aktivitas jasmani dan ruhani, merintangi salah satu tujuan dan harapannya dalam kehidupan, dan merendahkan -tingkat berpikir. Manusia harus membebaskan lingkungannya dari musuh-musuh ini, karena hal ini berakibat fatal. Ia harus dipenjarakan jauh dari kehidupan manusia. Orang-orang yang menjauhkan diri darinya akan menemukan bahwa kemauan mereka semakin kuat, dan akan membawa keberhasilan atas segala rintangan dalam kehidupan.
(Pirozi Fikr)

Imam Ali a.s. berkata:

Kedengkian menghambat (perkembangan) tubuh.
(Ghurar Al-Hikam. hal, 32)

Beliau a.s. juga menyebutkan tentang rusaknya jiwa akibat sifat dengki:
Jagalah dirimu dari sifat dengki, karena merendahkan jiwa.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 141)

Menurut seorang psikolog:

Kedengkian yang kuat merupakan salah satu dari penyakit jiwa yang gawat, yang menciptakan banyak penyakit, kesalahan-kesalahan yang tidak dapat diperbaiki serta menciptakan penindasan dan kezaliman terhadap jiwa. Ketahuilah bahwa banyak di antara tindakan orang yang dengki itu tidak didasari oleh kehendaknya, tetapi menurut perintah-perintah jahat sifat dengki.

Janganlah kita memberi peluang dalam diri kita kepada berbagai harapan dan dorongan nafsu yang rendah, yang merubah manisnya kehidupan menjadi pahit, membendung tujuan-tujuan dan harapan yang mulia untuk mencapai perbuatan-perbuatan manusia yang paling tinggi dan agung. Perbuatan-perbuatan seperti ini, yakni kemampuan mengarahkan pemikiran ke jalan yang benar, pada akhirnya akan membimbing manusia kepada tujuan-tujuan yang mulia.

Imam Ali a.s. berkata:

Berlombalah dalam berbuat baik, dalam cita-cita yang besar dan dalam gagasan-gagasan yang mulia, maka balasanmu akan lebih besar pula.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 355)

Dr. Mardin berkata:

Jika anda memusatkan pikiran anda untuk mencapai perbuatan-perbuatan tertentu, pada akhirnya pasti akan tercapai. Kesatuan lahir alamiah adalah anak dari pikiran-pikiran alamiah. Oleh karena itu, jika anda bercita-cita hidup dengan harmonis, bahagia dan aman, maka anda harus hidup demikian. Jika anda mempunyai pandangan-pandangan yang suram dan melihat segala sesuatunya secara negatif, anda dapat membantu diri anda dari kelemahan ini sesingkat mungkin dengan mengarahkan pemikiran anda kepada yang berlawanan dengan sikap negatif, yakni dengan pemikiran yang mengharuskan aktivitas, kebahagiaan, dali keselamatan hidup. Kejarlah perbuatan-perbuatan mulia, ikutilah dengan ketegasan dan pemecahan, karena dengan adanya desakan untuk meraih itulah anda akan mempersiapkan pikiran-pikiran anda untuk menerima perbuatan-perbuatan mulia, dan konsekuensinya, anda dapat meraih ya. Janganlah ragu-ragu untuk mengulangi niat-niat anda untuk mencapai tujuan-tujuan dan cita-cita anda. Biarkan niat-niat anda itu tampak di wajah anda dan lihatlah setelah jangka waktu yang singkat, bagaimana secara magnetis pemikiran-pemikiran anda menarik anda ke tujuan-tujuan anda.

Dalam bukunya Dr. Mann menguraikan persoalan ini:

Kita telah mengalami dan menjelajahi bahwa pemikiran tentang suatu tindakan tertentu mengharuskan tindakan itil terjadi sebelum terjadi. Misalnya, jika kita berpikir tentang mengepal tinju kita, kita dapati bahwa otot-otot di tangan kita menjadi agak menegang dan urat syaraf bersiap-siap berkontraksi yang tampak pada alat docolanometer. Ada beberapa orang yang dapat membuat bulu mereka berdiri, membuat pupil mata mereka membesar, atau berkontraksi, atau menyempitkan pembuluh darah tangan mereka hanya dengan membayangkan bahwa mereka sedang berada di dalam air dingin. Semua ini dilakukan dengan konsentrasi.
(Ushul e Ravanshenashi)

Dengan melihat kenyataan-kenyataan ini, kita dapat membantu pikiran, kehendak dan kecenderungan-kecenderungan kita. Adalah selubung hawa nafsu yang membutakan pikiran-pikiran kita dan menciptakan kekacauan di dalamnya. Maka, merupakan tugas manusia untuk menjaga cermin berbagai kenyataan dan realitasnya. Ia juga harus menghapus jiwanya dari rasa benci yang menekan jiwa sehingga menjadi bebas dari berbagai penyakitnya. Kemudian ia harus mengimbangi jiwanya dengan berbuat baik kepada orang lain sesuai dengan tuntutan kemanusiaan.


9. Sifat Sombong

Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan
• Sombong Mengundang Kebencian Manusia
• Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati



Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan

Cintalah yang menerangi horison kehidupan. Cinta memainkan peranan yang mendalam dan luas dalam perkembangan materi dan rohani; ia memiliki kekuatan yang besar dan mengagumkan. Kekuatan ini muncul dalam kesadaran manusia dan terus tumbuh, hingga dalam beberapa hal menjadi seperti lautan yang tiada bertepi.

Jika kita mematikan sinar cinta dari horison kehidupan, gelapnya kekecewaan dan ngerinya kesendirian akan hadir membayangi rohani manusia, dan wajah dunia pun akan berubah suram.
Manusia diciptakan untuk dapat bermasyarakat, oleh karena itu, hidup bermasyarakat perlu bagi perjuangan hidupnya. Karenanya, yang membuat manusia membenci masyarakat dan lebih suka menyendiri dan terasing berangkat, dari ketidakseimbangan mental. Adalah suatu fakta yang jelas bahwa seseorang tidak dapat meraih kebahagiaan tanpa orang lain. Karena, sebagaimana berbagai kebutuhan jasmani mendorongnya untuk bermasyarakat dengan orang lain, jiwa juga mempunyai berbagai tuntutan bagi ketahanan hidupnya, yang adalah hidup bermasyarakat. Jiwa membutuhkan cinta, dan manusia terus mencari pemenuhan kebutuhan rohaninya.

Manusia berada dalam kebutuhan yang terus menerus akan cinta dan kasih sayang sejak hari pertama ia memasuki dunia ini dan memulai keberadaannya, hingga saat-saat gerbang kehidupan tertutup di jalannya. Manusia merasakan buah-buah cinta di dalam dirinya dan dalam kesadarannya, Ketika berbagai tujuan hidup menguasainya, kemalangan pun menimpa jiwanya; dan ketika terisi dengan kesedihan, sinar harapan pun berhenti menerangi kehidupannya. Pada saat ini, rasa haus manusia akan cinta dan kasih sayang meningkat pesat. Rasa haus ini adalah apa yang menyinari hati manusia dengan harapan akan pertolongan dan ketenteraman. Adalah setelah itu ia tidak akan menjamin ketenangan dan kesenangan untuk menyelamatkan kesadarannya dalam bayangan cinta. Benarlah jika dikatakan bahwa tidak ada obat bagi penderitaan, kesedihan dan kesengsaraan kecuali cinta.
Cinta manusia kepada saudaranya merupakan pengejawantahan sesungguhnya dari rasa kasih sayang manusia. Bahkan ia dapat dianggap sebagai akar segala moral yang mulia dan berbagai manfaatnya yang patut dihargai. Cinta dapat diberikan dan digunakan kepada siapa saja. Gara, yang dengan itu kita mampu memperoleh cinta dari orang lain adalah dengan bermurah hati untuk berbuat baik kepada mereka, dan dengan menyadari bahwa tanggung jawab kita terhadap kebaikan kita sendiri adalah memberi mereka cinta dan kasih sayang.

Menunjukkan kasih sayang kepada orang lain sangatlah berguna, karena jika seseorang memberikan seporsi perasaan yang mulia ini kepada orang lain, maka sebaliknya ia akan merasakan hal yang sama. Kunci semua ini berada di tangan manusia. Orang yang berharap mengikuti suatu jalan menuju permata yang indah ini harus mengisi hatinya dengan sinar ketenteraman dan kejujuran, serta menghapus segala kebencian.

Para filosof meyakini bahwa kesempurnaan suatu kesatuan lahir diwujudkan dalam berbagai kepelikan dan pengaruhnya, dan kepelikan manusia berada dalam hidup bermasyarakat dan cinta. Hubungan cinta dan rohani yang ada di antara manusia merupakan dasar kehidupan yang stabil dan sekaligus damai.

Menurut Dr. Carl:

Agar suatu masyarakat mencapai kebahagiaan adalah penting bahwa semua anggotanya hidup secara harmonis satu sama lain, seperti batu bara dalam strukturnya. Cintalah satu-satunya yang memberikan keharmonisan kepada masyarakat seperti: kebaikan yang ada di antara para anggota seluruh keluarga manusia. Ada dua bagian cinta seseorang kepada orang lain: yang pertama membutuhkannya untuk mencinta, dan yang kedua membimbingnya untuk mencoba memperoleh cinta mereka pada tingkat yang sama. Namun tanpa setiap orang bersungguh-sungguh mencoba membuang segala kebiasaan yang penuh kebencian, pertukaran cinta tidaklah dapat dicapai. Kita tidak dapat mencapai tujuan ini dengan membebaskan diri kita melalui revolusi psikologis terhadap pengrusakan yang mengasingkan kita dari orang lain. Kita akan merasakan para tetangga bergaul dengan murah hati satu sama lain, dan para karyawan dan atasan saling menghormati. Cinta adalah satu-satunya unsur yang menyebabkan terciptanya suatu tatanan yang ada dalam masyarakat semut dan lebah selama berjuta-juta tahun.



Sombong Mengundang Kebencian Manusia

Cinta diri merupakan naluri dasar manusia. Ia adalah suatu faktor yang sangat penting bagi perjuangan hidup, karena hubungan luas manusia dengan alam semesta muncul dari naluri ini. Meskipun demikian, kendati ia menjadi suatu kekuatan yang berguna, yang mana dari sifat ini muncul sifat-sifat mulia lainnya, jika sumber alamiah ini dibesar-besarkan, banyak pula dosa dan berbagai macam tindakan amoral yang akan timbul darinya.

Ancaman pertama terhadap akhlak adalah berlebih-lebihan dalam cinta diri. Karena ia dapat mencapai suatu titik di mana tidak ada lagi tempat di dalam hati untuk mencintai orang lain. Keberlebihan inilah yang menghalangi manusia untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, atau menerima fakta-fakta, yang adalah tidak sesuai dengan kesombongan emosional mereka.
Profesor Robinson berkata:

Seringkali terjadi bahwa kita merubah pemikiran atau cara-cara tingkah laku kita tanpa adanya kegelisahan atau gangguan, namun jika seseorang menemukan berbagai kesalahan atau kelemahan kita, kira mengalami suatu revolusi rohani yang membuat kita bersikap defensif terhadapnya. Dengan mudah kita pindah kepada ideologi-ideologi baru. Tetapi ketika seseorang. mencoba untuk merubah kita, secara membuta kita menentangnya, sedangkan sebenarnya, secara jujur kita tidak memiliki perasaan yang kuat semacam ini terhadap keyakinan kita. Kita merasa bahwa perasaan-perasaan kita sangat terancam jika seseorang berkata kepada kita: 'Jam anda lambat' atau 'mobil anda tua'. Kemudian kita menderita lebih daripada jika dikatakan kepada kita: 'Pengetahuan anda mengenai Mars' atau 'peradaban Mesir itu salah'.

Bahaya paling fatal terhadap kebahagiaan dan musuh manusia yang paling buruk adalah sifat sombong dan sifat percaya diri yang berlebihan. Kebencian manusia akan segala sifat yang buruk tidak menandingi kebencian mereka terhadap sifat sombong. Tidak saja kesombongan itu menyebabkan tali cinta dan keharmonisan di antara persaudaraan menjadi putus, tetapi juga merubah mereka kepada perasaan bermusuhan dan membuka gerbang kebencian terhadap kesombongan. Dengan cara yang sama orang yang mengharapkan cinta dan rasa hormat dari orang lain, harus mencoba memperhatikan martabat mereka.

Masyarakatlah yang menjamin hak-hak dan tanggung jawab setiap orang. Tiap-tiap individu merasakan cinta dan rasa hormat dari masyarakatnya sebanyak kecakapan dan kemampuan yang ia berikan. Orang yang hanya mencintai dirinya saja, hanya melihat apa yang ia inginkan dan lalai terhadap berbagai perasaan dan urusan orang lain. Ia terus menerus mencoba membuat dirinya tunduk kepada keharuman nama dan kemasyhuran, dan memaksakan kesewenang-wenangannya dengan berlaku sombong terhadap orang lain.

Pengharapan yang besar terhadap rasa hormat orang lain tidaklah pantas, karena ada kontradiksi yang tajam antara pengharapannya terhadap orang lain dan kesombongan perilakunya. Reaksi masyarakat seperti ini hanya akan menyebabkan orang yang sombong menderita dan mengalami kegelisahan dan ketidaktenteraman.

Di antara berbagai akibat sifat buruk sombong lainnya adalah prasangka dan rasa pesimis. Rohani orang. yang sombong terbakar di dalam kobaran api pesimisme dan prasangka; sehingga ia merasa setiap orang berniat untuk merugikannya. Ia juga tidak dapat melihat kelalaiannya, kebenciannya dan kehinaannya yang terus menerus yang ia peroleh dari orang lain. Secara sadar maupun tidak, ia mendapatkan perlakuan seperti ini. yang dari keadaan ini berakibat munculnya perasaan benci dan perasaan dendam terhadap masyarakatnya dengan setiap kemungkinan. Jiwanya tidak pernah merasa tenang sampai ia membalas dendam dan setelah itu revolusi rohaninya pun akan padam.

Keburukan sifat sombong tidak mendekati kesadaran manusia, ketika manusia menderita perasaan rendah yang menimbulkan kekacauan yang merendahkan. Kekacauan ini penuh penderitaan dan bersifat merusak, dan dari keadaan ini banyak bahaya dan kejahatan muncul. Inilah sesuatu yang menyebabkan orang yang sombong menderita kesengsaraan.

Tinjauan singkat atas sejarah dunia mengungkapkan bahwa orang-orang sombonglah yang selalu menghalangi seruan para nabi dan rasul dan telah menolak untuk menerima seruan-seruan mereka yang hak, sementara itu orang-orang ini mencegah orang lain untuk berbuat demikian. Juga. kebanyakan di antara pembantaian biadab yang terjadi selama perang dunia yang berdarah itu akibat dari kesombongan dan keangkuhan para pemimpin yang keras kepala.

Kebanyakan orang-orang yang sombong adalah orang-orang lalai yang dibesarkan di dalam rumah yang tidak stabil dan tidak mampu memperoleh kedudukan di masyarakat. Orang-orang ini mencoba mengharapkan suatu sifat mulia bagi diri mereka dan berusaha mengungkapkan martabat mereka yang khayali dengan mementaskan kesombongan dan keangkuhan. Orang dengan mudah bertemu, di mana saja dengan jenis orang semacam ini.

Pribadi agung yang merasakan martabat dan kehormatan yang nyata, tidak merasakan adanya kebutuhan untuk bersikap angkuh terhadap orang lain, karena ia menyadari bahwa sombong atau angkuh tidak dapat memberikan seseorang suatu penghargaan yang sesungguhnya. Ia juga memahami bahwa watak ini tidak memberikan suatu karakter yang asli.

Sesuai dengan nasehat seorang psikolog:

Batasilah berbagai harapan dan dambaan anda, kurangilah hasrat dan penantian anda, bebaskanlah diri anda dari berbagai nafsu dan keinginan, jauhkanlah diri anda dari kesombongan dan keangkuhan, dan hindarilah khayalan-khayalan untuk menjamin diri anda kepada kedamaian yang lebih aman dan lebih lama.



Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati

Salah satu. moral tertinggi yang dapat dipandang sebagai simbol cinta dan jalan terbaik dalam pencapaiannya adalah kerendahan hati. Dengan melaksanakan tugas-tugas mereka terhadap masyarakat melalui pengamalan akhlak yang baik, orang-orang yang rendah hati menunjukkan martabat kepada masyarakatnya dan menambah besarnya kecintaan di dalam hati umatnya.
Walau demikian, kita harus menyadari perbedaan besar antara kerendahan hati dan kerendahan diri, karena rendah hati merupakan pengejawantahan sifat mulia dari watak yang agung dan percaya diri, sedangkan rendah diri berasal dari moral yang rendah dan hilangnya sifat percaya diri.

Luqman a.s., sebagaimana firman AI-Quran, mengingatkan putranya akan kesombongan:

"Dan janganlah memalingkan wajahmu dari manusia dengan sombong, dan jangan pula berjalan di muka bumi dengan angkuh; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang menyombongkan diri."
(AI-Quran)

Imam Ali a.s. berkata:

Jika Allah mengizinkan kesombongan bagi para penyembah-Nya, Dia akan mengizinkannya kepada para Nabi dan auliya'-Nya yang paling dekat dengan-Nya; tetapi Dia SWT, menjadikan mereka benci terhadap kesombongan dan menerima kerendahan hati. Oleh karena itu, mereka menundukkan dahi mereka ke bumi, merobohkan wajah mereka ke debu (dalam sujud), dan berendah hati terhadap orang-orang yang beriman.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Hindarilah sombong, karena adakalanya seorang 'abid menuntut kesombongan hingga AIlah SWT berfirman, 'catatlah penyembah-Ku di antara orang-orang yang angkuh'. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 12)

Imam Ash-Shadiq a.s. menunjukkan akar rohaniah sifat sombong dalam suatu pernyataan yang singkat ketika beliau berkata:

Tidak ada seseorang tersesat kecuali karena kerendahan yang ia dapatkan di dalam dirinya.
(Al-Kafi, jilid III, hal. 461)

Menurut Dr. M. Brid:

Keangkuhan seorang individu atau suatu bangsa atas yang lainnya sama dengan kehinaan individu atau bangsa itu. Kebanyakan di antara perselisihan dan pertentangan yang terjadi hari ini timbul dari perasaan rendah. Oleh karenanya, mengambil ide kesombongan tidak lain kecuali suatu percobaan untuk memenuhi lingkungan di mana seorang yang sombong merasa puas dalam kehidupannya. Tiada individu, bangsa, kelas, ras, rakyat, atau sebaliknya, dengan kesadaran yang jelas merasakan adanya perbedaan antara diri mereka dan orang lain.
('Uqde e Hiqarat)

Orang-orang yang sombong dan angkuh selalu melihat kata -kata dan perbuatan mereka dengan ketinggian dan kepuasan. Di samping itu, mereka memandang kelemahan-kelemahan mereka sebagai amal perbuatan yang baik. Imam Musa bin Ja'far a.s. menjelaskan hal ini:

Sombong berada pada beberapa derajat di anrara perbuatan-perbuatan jabat manusia yang dihiasi kepadanya sehingga ia melihatnya sebagai kebaikan, karenanya ia percaya bahwa ia melakukan perbuatan yang baik.  (Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid I, hal. 74)

Juga menurut seorang psikolog:

Orang-orang yang sombong memandang kelemahan-kelemahan mereka sebagai kebajikan dan memandang kekurangan-kekurangan mereka sebagai kebaikan. Misalnya, mereka memandang amarah mereka yang tiba-tiba terhadap orang lain sebagai bukti kepribadian mereka yang kuat. kelemahan mereka sebagai pengejawantahan rohani mereka yang agung dan sensitif, berat badan mereka yang berlebihan sebagai tanda kesehatan. Sesungguhnya akal yang sehat terletak pada tubuh yang sehat, dan kebergantungan pada yang lemah merupakan ciri bagi mereka yang mudah jengkel dan tidak berpendirian.
(Ravankavi)

Sekarang mari kita memperhatikan beberapa pernyataan Amirul Mukminin Ali a.s. dalam hal ini:
Jauhilah kesombongan atau jumlah orang-orang yang membencimu akan bertambah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 147)

Sombong meruntuhkan pikiran.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 28)

Menurut para psikolog, orang-orang yang sombong menderita kelemahan pikiran.
Imam Ali a.s. juga berkata:

Orang yang pikirannya melemah, kebanggaan dirinya menguat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 651)

Kerendahan hati adalah puncak dari akal dan kesombongan adalah puncak kejahilan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 102)

Beliau juga berkata:

Sombong adalah penyakit terparah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

dan:
Barangsiapa yang mengagumi keadaannya (dirinya), kurang dalam memakai kemampuannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Dr. H. Shakhter berkata:

Salah satu cara menarik perhatian manusia kepada kita ketika kita sedang merasa kecewa atau gagal adalah dengan memuja dan meninggikan diri kita, dan membayangkan hal-hal yang kita harapkan seolah-olah telah terjadi dan memberi diri kita dengan bualan tentang saat-saat di mana kita berhasil di masa lalu, atau dengan membesar-besarkannya kepada orang lain. Orang-orang yang menyerah memikat diri mereka untuk menerima perhiasan-perhiasan batil buatan mereka sendiri, kemudian menarik diri mereka dari kesempatan untuk berubah.
(Rushde Shakhsiyyat)

Orang-orang semacam ini tidak mampu menyadari bahwa ada kekurangan pada diri mereka dan kesempurnaan atau keberhasilan pada diri orang lain.

Imam Ali a.s. berkata:
Orang-orang yang merasa puas dengan dirinya, berbagai kelemahannya tersembunyi darinya; dan jika ia mengakui keutamaan orang lain, akan mencukupi berbagai kekurangan dan kelalaiannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 95)

Islam, yang menyeru kepada peradaban manusia yang tinggi dan yang memberi peluang bagi manusia untuk berada dalam kehidupan yang mulia, tidak menghalalkan segala perbedaan yang tidak wajar. Islam mengakui sifat suci dan luhur.

Imam Ali a.s. berkata:

Carilah perlindungan kepada Allah dari sifat mabuk kekayaan, karena sesungguhnya ia memiliki suatu kekhidmatan yang jauh.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 138)

Suatu hari seorang yang kaya datang mengunjungi Rasulullah Saw. Sementara orang kaya ini berada di sana, masuklah seorang yang miskin dan duduk di dekatnya; melihat hal itu si kaya mengangkat pakaiannya dan menjauhi si miskin. Nabi Saw. melihat kejadian ini dan berkata:
"Betapa apakah kamu takut kalau kemiskinannya akan menjalar kepadamu?"
Kesimpulannya, jika orang-orang yang sombong ingin mencari kebahagiaan, mereka harus membersihkan diri mereka dati penyakit ini dan membebaskan diri mereka dari sifat semacam ini yang menyesatkan watak mereka yang sesungguhnya. Jika tidak, mereka akan menghadapi suatu kekecewaan dan deprivasi yang tak terelakkan, yang merupakan masalah-masalah yang mesti dihindari.


10. Penindasan

Peranan Keadilan dalam Masyarakat
• Kobaran Api Penindasan yang Merusak
• Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas



Peranan Keadilan dalam Masyarakat

Telaah atas sejarah berbagai revolusi menunjukkan adanya faktor-faktor penting yang berharga, yang-di atasnya dibangun-dasar bagi berbagai kebangkitan dan revolusi di seluruh dunia dan di antara berbagai ragam bangsa, Faktor itu tiada lain adalah keadilan. Berkali-kali kata ini lelah membangkitkan orang-orang yang hidupnya dipenuhi oleh penindasan, yang hak-hak dan martabatnya dilanggar. Orang-orang tertindas memberontak melawan semua bentuk kejahatan, dan berusaha untuk mencapai mutiara murni kebebasan dan keadilan dengan menyingkirkan binatang-binatang zalim. Dalam banyak hal orang-orang tertindas rela mengorbankan hidup mereka dengan, harapan dapat menyapu penindasan terhadap kita.

Sangat disayangkan bahwa kebanyakan revolusi dan kebangkitan tidak mampu mencapai tujuan-tujuan mereka yang suci dan para revolusioner itu tidak dapat meraih cita-cita mereka dalam melenyapkan penderitaan dari kehidupan mereka.

Rahasia di balik kegagalan mereka akan terungkap dengan sedikit renungan atas suatu persoalan yang penting. Katakanlah bahwa suatu masyarakat yang kehilangan jejak perkembangan alamiah nya dan telah terbiasa gagal dan terbelakang, tidak akan mampu menanggung suatu sistem yang adil dan bersabar menghadapi tatanan yang adil. Tegaknya keadilan hanya mungkin terjadi dalam suasana yang tepat, jadi tanpa hal itu keadilan tidak akan terwujud dalam cakrawala kehidupan.

Suatu hukum yang adil merupakan kebutuhan mendasar bagi struktur sosial. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua kelas dan individu dalam kaitannya dengan kesejahteraan umum, disertai dengan pelaksanaan perilaku di antara berbagai macam peraturannya.

Keadilan adalah sunnatullah yang terlihat di segala sudut alam semesta, Allah Yang Mahakuasa telah menitahkan sketsa dunia ber gantung kepada keadilan, sehingga dengan segala cara apa pun ia tidak dapat dilanggar. Keharmonisan yang menakjubkan dan seksama yang ada di antara organ-organ rubuh kira yang beraneka macam, termasuk di antara begitu banyak manifestasi hukum keadilan yang akurat di alam semesta ini. Dengan memperhatikan diri pun kita dapat memulai suatu pemahaman atas alam semesta.

Keseimbangan yang mengatur alam semesta adalah wajib dalam pengertian alamiahnya. Karena manusia diberi kebebasan berkehendak dan berpikir, menjadi tugasnya untuk mendirikan pilar-pilar keadilan di masyarakatnya.

Memang benar bahwa dalam beberapa hal, kekuatan akal manusia membutuhkan petunjuk syariat, tetapi dapat juga tanpa nya; karena manusia secara bebas dapat mencapai banyak perkara. Dalam beberapa hal, akal dapat melampaui keputusan tentang kebaikan atau ketidakbaikan suatu urusan.
Keadilan memiliki suatu posisi penting dalam kehidupan manusia, karena keadilan adalah sumber segala sifat yang mulia. Dengan kata lain, keadilan merupakan pendorong di balik perilaku yang agung. Keadilan juga merupakan unsur yang menciptakan keharmonisan dan keren teraman di antara masyarakat manusia. Sesungguhnya, keadilan merupakan suatu langkah yang penting untuk mempersatukan masyarakat di jalan kebenaran.

Plato, filosof terkenal Yunani berkata:

Jika keadilan menemukan jalannya ke dalam rohani manusia, cahaya akan menerangi segala kekuatan rohaniahnya, karena semua sifat mulia dan moral manusia keluar dari mata air keadilan. la memberi manusia kemampuan untuk sebaik-baiknya melaksanakan pekerjaan pribadinya, yang merupakan kebahagiaan puncak manusia dan puncak kedekatannya kepada Pencipta Yang Maha kuasa.

Cukup aman bila mengatakan bahwa keadilan adalah unsur pokok dalam mengorganisir kehidupan bermasyarakat. Dengan keadilan suatu babak baru kehidupan pun terbuka, masyarakat menemukan ruh baru, dan ia menerangi kehidupan manusia dengan kemuliaan dan keindahan. Suatu masyarakat di mana kehidupan merasakan indahnya keadilan, mendapatkan berbagai tuntutan hidup, dan karenanya ia mampu menanggulangi segala problema.



Kobaran Api Penindasan yang Merusak

Tidak syak lagi, peranan penindasan dalam merusak masyarakat, meruntuhkan tingkah laku dan mengganggu keamanan sosial. Bahkan orang-orang yang tidak taat kepada agama pun tidak dapat menyangkal kenyataan ini. Penindasan menyebabkan perselisihan dan merusak hubungan sosial dalam masyarakat. Praktek kejahatan dan berbagai kekuatan jahat menutupi halaman-halaman dalam sejarah pemerintahan-pemerintahan yang kuat dan menghancurkan peradaban mereka.

Terdapat moral-moral agung di masa hidup para penindas. Misalnya, Muhammad ibnu Abdul Malik yang menikmati tempat khusus di antara para khalifah Abbasiyah. Menteri ini membuat sebuah tungku baja yang di dalamnya dipenuhi dengan duri-duri tajam. Bila tahanan politik dibawa kepadanya, ia akan memasukkan orang tak berdosa itu ke dalamnya dan nyala kobaran api menjilati orang itu hingga berpisah dari tubuhnya.

Ketika Al-Mutawakil sampai ke kantor kekhalifahan, ia memerintahkan untuk memasukkan Ibnu Malik ke dalam penjaranya sendiri. Ketika maut sudah dekat, Ibnu Malik menulis sebuah syair bahwa di dunia ini orang yang berbuat sesuatu akan dihukum karenanya. Ketika Al-Mutawakil membaca syair itu ia memerintahkan untuk membebaskannya, tetapi ketika perintah sang raja sampai di penjara, Ibnu Malik telah mati di dalam tungkunya sendiri dalam keadaan yang mengerikan.
(Muruj Adb-Dhahab, jilid lV, hal. 88)

Sesungguhnya, orang-orang yang menyatakan bahwa kehidupan hanyalah perjuangan dari hari ke hari demi hidup, secara terus menerus mencoba menghancurkan yang lemah dengan perampasan; mereka berharap perbuatan demikian dapat memperkuat kekuasaannya dan dapat melindungi kedudukannya. Mereka pun berbuat kejahatan dengan tidak berperikemanusiaan dalam memuaskan diri. Tetapi sebagaimana hari hari berlalu, kobaran rasa marah pun berkecamuk di dalam hati orang-orang yang tertindas, yang kemudian menimbulkan bencana besar atas kehidupan sang tiran.

Bagaimanapun juga penindasan tidak terbatas pada kedudukan atau kelas-kelas tertentu. Orang yang berada dalam kedudukan apa pun yang dengan disengaja maupun tidak disengaja, mencoba mengeksplorasi kehidupan orang lain demi kepentingannya sendiri, atau mencoba melanggar batas-batas hukum akal atau syariat, dapat diklasifikasi sebagai seorang penindas.

Sayang sekali, hari ini penindasan telah sampai ke puncaknya; kobaran api penindasan dan kezaliman menyelusup ke berbagai macam kelas masyarakat dan mengancam struktur peradaban manusia dengan pengrusakan liang serius. Agen-agen penindasan menyalahgunakan hak-hak masyarakat manusia dan merampok sumber-sumber dan kekayaan mereka dengan segala cara yang ada, sementara undang-undang keadilan tampak tak berdaya.

Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas Al-Quran Suci menyatakan tentang hukuman dahsyat yang tidak dapat dihindari bagi para penindas ketika Allah SWT berfirman:
"Dan (terhadap) negeri itu, Kami telah menghancurkan mereka ketika mereka berbuat zalim dan Kami telah menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka."
(QS.18:59)

Semua pemimpin agama telah meyakini keberlangsungan masyarakat manusia, oleh karenanya mereka menegakkan keadilan demi tujuan utama kehidupan mereka. Setiap kali mereka melihat kekacauan dalam proses pembangunan manusia, mereka berusaha merubah kekacauan ini dengan memberontak melawan perbuatan jahat para penindas. Dalam banyak kasus, para pemimpin ini mampu mengatasi dan menyingkirkan para penindas.

Menurut Al-Quran, perilaku para pemimpin agama merupakan faktor penting dalam menyadarkan umat terhadap penindasan:

"Sesungguhnya Kami mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan."
(QS.57:25)

Oleh karena tujuan puncak lslam adalah keadilan menyeluruh, ia memerintahkan kepada semua pengikutnya un wk melaksanakan keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan yang lainnya tanpa memandang pertimbangan gelar atau pribadi. Ia juga melarang penindasan dan perampasan hak-hak semua kelompok manusia.

"Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat kepada taqwa."
(QS.5:8)

Kemudian:

"Dali apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan adil."
(QS.4:58)

lslam memberikan tekanan khusus kepada keadilan yang dengan demikian dapat membatalkan orang-orang yang tidak adil untuk menduduki kedudukan seorang hakim, meskipun ia memiliki segala kemampuan lainnya. Islam juga mewajibkan kepada para orangtua untuk memandang anak-anak mereka dengan adil, hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk juga berlaku adil dan menolak penindasan serta kebencian. Di samping itu, salah satu landasan dalam mendidik anak adalah bersikap adil dalam segala keadaan, karena ketika mereka menyaksikan penindasan terjadi di antara ayah dan ibu, mereka tidak dapat diharapkan menjadi orang yang adil atau fair bila berhubungan dengan orang lain. Jika penindasan ditampakkan kepada anak-anak, sifat ini akan tumbuh di dalam watak mereka. mereka pun akan menjadi unsur-unsur perusak dalam masyarakat. Ketidakadilan yang diperoleh itu lama-kelamaan akan mempengaruhi masyarakat mereka, atau bahkan melawan orangtua mereka.

Rasulullah Saw membawa perhatian para pengikutnya kepada masalah penting ini ketika beliau berkata:

"Bersikap adillah kepada anak-anakmu dalam pemberian jika kamu menginginkan mereka bersikap adil terhadapmu dalam kebaikan."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 66)

Profesor Bertrand Russel berkata:

Rohani manusia adalah seperti sungai kecil, lama kelamaan melebar. Dan tujuan pendidikan yang memadai adalah untuk membuat tindakan dari luar tampak dalam bentuk pemikiran. perilaku dan kasih sayang tidak dalam bentuk siksaan atau hukuman. Gagasan yang dibutuhkan di sini adalah suatu masalah di mana kira harus menanamkan secara bertahap pada pikiran dan perilaku anak-anak.
Cara yang benar dalam mengajar keadilan kepada anak-anak adalah mungkin ketika anak-anak bergaul dengan orang lain. Persaingan yang terjadi di antara anak-anak menyangkut mainan yang hanya dapat digunakan oleh seorang saja (sepeda, misalnya) pada satu saat, dapat memberi kira harapan dalam mengajar mereka bersikap adil. Memang mengagumkan bagaimana anak-anak menggugurkan sifat egois mereka ketika anak yang tertua mementaskan keadilan dengan menawarkan mainannya kepada anak-anak lainnya. Pada awalnya saya tidak percaya bahwa keadilan adalah perasaan alamiah atau naluri manusia, saya terkejut ketika melihat bahwa perasaan adil dapat dengan mudah dididik pada anak-anak. Adalah penting melnksanakan keadilan keci ka mendidik anak. Yakni:

tidak mendahulukan anak yang satu di atas anak yang lain. Jika, anda mencintai seorang anak lebih daripada yang lainnya, berhati hatilah untuk tidak membedakan dalam pembagian kebahagian dan kesejahteraan di antara mereka.

Praktek yang pada umumnya diterima adalah memberikan mainan kepada anak-anak secara sama, Upaya untuk tidak berlaku adil terhadap anak-anak, dengan segala cara apa pun, merupakan usaha yang keliru.
(On Education)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Takutlah kepada Allah dan bersikap adillah di antara anak-anakmu sebagaimana kamu menghendaki mereka berbuat baik kepadamu.”
(Nahj Al-Fasahah)

Imam Ali a.s. menulis sebuah nasehat berikut ini kepada Muhammad Ibnu Abu Bakar ketika beliau menunjuknya sebagai gubernur Mesir:

Para duta Ilahi adalah para penegak keadilan yang sesungguhnya dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah merencanakan jalan kesempurnaan manusia bagi umat manusia.
Imam Husain a.s. juga mengejawantahkan makna keadilan yang sesungguhnya dan kepercayaan manusia yang sebenarnya ketika beliau bangkit melawan penindasan. Lembaran-lembaran sejarah masih bersinar atas riwayat hidup manusia ini dan akan terus bersinar selamanya.


11. Permusuhan dan kebencian

Kenapa Harus Tidak Memaafkan?
• Kemerosotan Akibat Permusuhan
• Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya



Kenapa Harus Tidak Memaafkan?

Tidak pelak lagi, manusia tidak dapat menjauhkan diri dari masyarakatnya dan hidup dalam pengasingan. la adalah makhluk yang saling bergantung dan yang kebutuhannya tidak kenal batas. Kenyataannya manusia bergantung secara sosial; hal ini sepenuhnya sesuai dengan watak dan berbagai kebutuhannya, dan menjadikannya untuk hidup di bawah semangat untuk kerja sama atau gotong royong. Kehidupan sosial mempunyai beragam keperluan yang membuatnya melakukan berbagai peraturan-peraturan dan tugas-tugas tertentu dan kepadanyalah keberhasilan dalam kehidupan bersandar.

Kehidupan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perkembangan watak manusia, tidak saja terbatas kepada hal-hal materi; lebih dari itu, hubungan tersebut akan membuahkan kesatuan jiwa; hubungan manusia merupakan pengejawantahan dari kesatuan semacam ini. Jika suatu masyarakat merasakan persatuan lahir dan batin yang berbentuk kesatuan jiwa yang menyeluruh, sudah pasti kehidupan ini tidak mungkin kehilangan keindahan dan ketenteraman.

Salah satu kewajiban kita dalam hal berhubungan dengan orang lain adalah mampu untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. Tugas ini diperintahkan kepada kita oleh suatu kebutuhan terhadap hubungan manusia yang terus menerus.

Jalan terbaik menuju hidup penuh kedamaian adalah benar-benar hidup dengan damai bersama orang lain.

Jangan sampai kita tidak peduli terhadap kenyataan bahwa tiada seorang pun di dunia ini yang sempurna, dan bahwa manusia yang sepenuhnya stabil dan memiliki watak serta akhlak yang normal jarang ditemukan. Kita juga harus mengingat bahwa bahkan yang paling berwatak mulia pun tidak sepenuhnya suci. Oleh karena itu, setiap insan mesti memaklumi kekeliruan-kekeliruan yang tidak dapat diramalkan yang dilakukan orang lain. Dalam kebanyakan kasus, pengakuan adalah suatu bagian yang sangat penting dalam menemukan kedamaian yang kekal dan berakar dalam.
Seorang penyair tua berkata, bahwa andil setiap orang atas waktunya adalah apa yang telah terbiasa olehnya. Namun, apa yang membiasakan dirinya untuk bangkit dad keadaan rohani dan akhlaknya. Sifat pemaaf adalah pengejawantahan lahiriah dari kehendak yang kuat dan mawas diri, yang merupakan perbedaan antara keteguhan hati dan kekuatan.

Orang-orang yang mau memaafkan merasakan ketenangan rohani yang tak ternilai. Mereka memiliki kehendak kuat dan kedewasaan rohani yang merupakan sumber-sumber kebaikan; suatu faktor yang menentukan dalam membebaskan manusia dari rantai-rantai perbudakan rohani. Memaafkan kekurangan-kekurangan orang lain adalah suatu beban yang berat bagi fitrah manusia. Memang sulit bagi manusia yang memiliki watak-watak yang penuh kebencian; bagaimanapun juga, semakin kuat ia masuk dalam situasi ini, setidak-tidaknya ia akan mengalami kegelisahan jiwa. Kemudian pada akhirnya ia akan menjadi orang yang berbelas kasih kepada dunia.

Pokok utama lainnya mengenai hal ini adalah, bahwa tidak syak lagi sifat pemaaf mempengaruhi perasaan musuh, ia menciptakan perubahan yang cepat dalam pemikiran dan tingkah laku musuh. Banyak kasus mengenai hubungan yang renggang menjadi baik karena pengaruh sifat pemaaf; kebencian dan rasa bermusuhan yang berakar dalam berubah menjadi ketenteraman dan ketaatan, 'dan banyak lagi kasus rentang musuh yang tunduk kepada orang yang menghiasi dirinya dengan kebaikan dan pemikiran yang mau memaafkan.

Menurut para ulama:

Bakat terbesar manusia yang tidak dimiliki hewan adalah sifat pemaaf dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain. Ketika anda dirugikan oleh orang lain, anda memiliki kesempatan yang baik untuk memaafkan dan menikmati perasaan batin aras sifat yang mulia ini, Kita diajak untuk memaafkan musuh-musuh kita, tetapi kira tidak pernah diminta untuk memaafkan kekurangan-kekurangan ayah dan sahabat-sahabat kita, karena sewajarnyalah setiap orang mall memaafkan kesalahan-kesalahan.

Ketika anda membalas dendam atas musuh anda, anda menempatkan diri anda pada tempat yang sama dengan musuh anda, karena anda telah memperlakukannya dengan cara yang sama seperti dia telah berlaku terhadap anda. Tetapi anda akan mendapatkan kemuliaan jika anda mau memaafkan kesalahannya. Bila kita membalasnya, mungkin saja orang itu lebih kuat dari kita. Tetapi bila kita memaafkan musuh, pasti kita pemenangnya. Dengan sifat pemaaf, kita mampu mengalahkan musuh-musuh tanpa pertikaian dan memaksa mereka untuk rendah hati terhadap kita. Menolak persaingan dan menghindari perselisihan dengan mereka merupakan cara pencegahan terbaik yang dapat kita ambil untuk melawan mereka, karena kekalahan mereka adaIah keunggulan.

Adalah wajib bagi kita untuk bersikap baik ketika orang lain melanggar, karena kebaikan merupakan kebijakan surgawi, yang dengan itu bumi dan para penghuninya dapat hidup dalam kedamaian dan keharmonisan.



Kemerosotan Akibat Permusuhan

Tidak ada beban yang lebih berat atau perilaku atau kekacauan jiwa yang lebih berbahaya yang membebani manusia lebih daripada permusuhan dan tindakan memendam perasaan benci terhadap orang lain. Benci adalah salah satu perasaan yang paling merugikan yang mempengaruhi kebahagiaan dan ketenangan manusia. Benci berangkat dari sifat amarah dan merusak keseimbangan rohani manusia. Ketika seseorang marah, beberapa alasan dapat menyebabkannya tenang kembali dan menghilangkan kegelisahan jiwanya dengan memadamkan kobaran api di dalam hatinya. Walau demikian, bunga api dari api kebencian mungkin tetap ada di dalam hati untuk membakar kebahagiaannya dan mengganggu ketenangannya.

Bertentangan dengan sifat pemaaf yang merupakan unsur kebaikan, keseimbangan jiwa, kedamaian dan keharmonisan, kebencian dan permusuhan adalah penyebab perselisihan dan pertentangan. Ia merupakan pengejawantahan kejahatan rohani. Marah menghilangkan kegelisahan dan keresahan emosi, tetapi penderitaan yang didapat oleh orang yang mencoba berbuat jahat dengan kejahatan jauh lebih besar daripada penderitaan yang ditimbulkan oleh sebab-sebab lainnya. Alasan untuk ini adalah bahwa jenis penderitaan yang kedua biasanya: hanya sementara, tetapi ketika "ksatria" permusuhan muncul, ia menghasut untuk memendam kebencian guna melukai kesadaran selama-lamanya. Di samping itu, permusuhan tidak dimunculkan hanya dengan satu tindakan jahat: ia memperlebar luka di hati yang menyebabkan musuh mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan pertahanan atau balasan.

Permusuhan, jika terjadi, memiliki akibat-akibat dan kekacauan-kekacauan yang menyakitkan yang bisa menjadi penyakit yang tidak dapat diobati. Seseorang dapat menjadi korban kesadaran sebagai akibat tindakan yang tidak masuk akal yang berasal dari kebencian atau permusuhan. Ia dapat merambah jauh hingga menimbulkan bencana atas dirinya sendiri.

Ada beberapa orang yang semasa hidupnya tidak mau memaafkan atau tidak bermurah hari, karena mereka tidak melupakan suatu kekurangan atau adanya kesalahan kecil terhadap mereka. Perasaan yang berlebih-lebihan ini menghasut mereka untuk menghamburkan energi dan kemampuan mereka dalam mencari pembalasan, walaupun hal ini mengarahkannya untuk menjatuhkan dirinya ke dalam amukan api.

Orang-orang yang mudah marah terhadap berbagai peristiwa dengan cepat cenderung membantah. Mereka tidak kuat mendengar kritik, walau sekecil apa pun, atas tingkah lakunya; di lain pihak, orang-orang yang kuat dan dewasa mempelajari kritik yang bersifat membangun dan, oleh karena itu, membenahi diri mereka dengan faktor-faktor yang dapat membimbing mereka kepada akhlak-akhlak yang lebih baik.

Menurut seorang ulama:

Reaksi yang kuat (terhadap kritik) menunjukkan kurangnya kedewasaan, karena pada mulanya seringkali tidak ada keadaan yang memadamkan atau sindiran yang menimbulkan reaksi semacam ini.

Orang boleh membayangkan berbagai alasan atas penghinaan yang sebenarnya tidak ada; atau mungkin penghinaan yang terjadi tidak secara disengaja. Dalam kedua kasus ini, tidak semestinya ada alasan untuk bersedih atau mengeluh. Jika penghinaan itu terjadi dengan disengaja, terhadap kekurangan yang memang ada sehingga ia merasa menderita dalam hal ini tidak semestinya ia mengeluh tetapi berupaya untuk menghilangkan kekurangannya; atau tidaklah beralasan bila lantas ia bertindak melampaui batas, terapi ia harus menyadari bahwa orang yang menghinanya itu dengki dan penuh dengan niat buruk, orang yang gagal dan ceroboh lah yang mencoba membalasnya, atau orang yang bodoh yang mencoba menjatuhkan orang lain dengan mengada-ada berbagai urusan batil terhadap mereka. Bagaimanapun juga orang yang bijak tidak pernah merasa sakit hanya karena tindakan orang-orang yang jahil.

Tindakan balas dendam terjadi dari perasaan meremehkan orang, sebagai akibat memendam rasa benci dari trauma masa kanak-kanak, atau dari lingkungan sosial di mana in mengalami berbagai peristiwa menyedihkan. Dengan kata lain, balas dendam merupakan suatu cara yang dengan itu orang yang menderita "pelecehan" mencoba untuk memperbaiki perasaan gagal dan rendahnya. Orang tersebut mencari segala cara yang memungkinkan dengan merugikan orang lain dan berbuat kejahatan.

Di antara faktor-faktor pendukung yang membantu orang semacam ini untuk menolak kejahatan adalah ketaatan terhadap tujuantujuan suci dalam kehidupan. Karena, orang yang mensucikan jiwa dan akhlaknya serta tidak menghiraukan tujuan-tujuan orang lain, nantinya tidak akan mempedulikan penganiayaan orang lain.

Sejauh mana kita bereaksi terhadap penganiayaan orang lain sepenuhnya berada di tangan kita. Juga terserah kita untuk mengubah jalan pemikiran kita; oleh karena itu mungkin bagi kita mengubah berbagai pengaruh dalam memperkuat diri kita untuk menyingkirkan rasa dendam yang terus menekan jiwa kita. Walau demikian, jika kita tidak tahu tanggung jawab moral kita, orang lain tidak akan mampu menolong kita mengubah kekurangan-kekurangan kita.

Sifat dendam memiliki beragam bentuk. Beberapa orang membuat lawan-lawannya tertimpa berbagai kemalangan dengan berpura-pura membimbing mereka kepada ketaatan dan kejujuran. Dendam seperti ini mencari orang untuk berkomplot secara hati-hati.

Menurut seorang sarjana Barat:

Benci dan permusuhan berangkat dari kegoncangan mental, terutama ketika tidak ada sebab-sebab yang terlibat. Kira dapat memecahkan banyak persoalan dengan cara-cara persaudaraan, tetapi sifat sombong dan angkuh menghalangi kita ke arah itu. Kita sering menolak teman-teman kita dan mencintai yang lainnya hanya karena kesalahan kecil yang kita terima dari mereka. Kadang-kadang kita mengetahui bahwa mereka tidak bersalah, namun kita tetap menolak untuk memaafkan mereka. Saya berharap kita mampu memperkecil ketidakadilan kita terhadap mereka.

Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya
Kehidupan para pemimpin agama merupakan pelajaran-pelajaran tentang kehormatan, martabat, pemaafan dan kemanusiaan. Kebaikan-kebaikan rohani mereka tercermin dalam pelajaran-pelajaran praktis dengan lukisan yang sangat indah.

Suatu hari Imam Ali Ibnu AI-Husain As-Sajjad a.s. sedang duduk bersama para sahabat beliau ketika seorang lelaki mendekati beliau dan mulai mencerca Imam a.s. Nama lelaki ini adalah Hassan Ibnu AI-Mutsanna. Imam Ali a.s, tidak mengenal lelaki ini dan ketika ia telah pergi, beliau berkata kepada para sahabat:

"Kalian dengar apa yang dikatakan orang itu kepadaku. Aku ingin kalian ikut bersamaku untuk mendengar jawabanku padanya."

Para sahabat Imam Ali a.s. kemudian berkata:
"Kami akan ikut bersamamu, walau kami ingin engkau atau kami mengatakan sesuatu (suatu tanggapan yang sama) terhadapnya."

Imam a.s. berjalan menuju rumah lelaki itu seraya membacakan:

"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji alau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan adakah yang mengampuni selain daripada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbualan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
(QS.3:J35)

Para sahabat beliau mendengarkan kesimpulan ini bahwa Imam a.s. hanya ingin mengatakan kata-kata yang baik kepada lelaki itu. Sesampai di rumah AI-Hassan Ibnu Mutsanna, Imam a.s. berkata:
"Katakan padanya bahwa aku adalah Ali Ibnu Al-Husain."

Lelaki itu mendengar kata-kata ini dan keluar bersiap-siap untuk menemuinya. la yakin bahwa Imam As-Sajjad a.s, datang hanya untuk membalas tindakannya. Ketika Al-Hassan Ibnu Al-Mutsanna muncul, Imam As-Sajjad a.s. berkata:

"Saudaraku! kamu telah datang kepadaku dan telah mengatakan sesuatu. Jika kamu mengatakan sesuatu tentang kebohonganku, aku memohon ampunan kepada Allah; dan jika kamu menuduhku padahal aku tidak bersalah, aku memohon kepada Allah untuk mengampunimu!"

Ketika lelaki itu mendengar kata-kata Imam a.s. ia mencium kening beliau dan berkata:

"Sesungguhnya aku menuduhmu padahal engkau tidak bersalah. Kata-kata ini menggambarkan aku."
(Irshad Al-Mufid, hal. 257)

Kata-kata Imam As-Sajjad a.s. mempengaruhi rohani lelaki ini; kata-kata itu membebaskannya dari penderitaan dan menampakkan padanya tanda-tanda kesedihan dan penyesalan.

Imam mengajarkan kepada para sahabatnya tentang sifat pemaaf dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain. Beliau juga menceritakan tentang penyesalan yang membahagiakan yang dialami lelaki itu sebagai akibat dari sifat pemaafnya.

Imam Ali a.s. berkata:

Kurangnya sifat pemaaf adalah yang paling buruk di antara segala kekurangan, dan ketergesaan dalam membalas dendam adalah dosa yang paling besar.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 768)

Al-Quran selalu menasehati kaum Muslimin untuk mau memaafkan.

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dari orang-orang yang berhijrah di jalan AIIah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS 24:22)

Allah SWT juga berfirman:

"Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang terbaik, maka orang-orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."
(QS. 41 :34)

Ketika seseorang memiliki kekuatan dendam, sifat pemaaf merupakan sifat yang sangat dibutuhkan. Imam Ash-Shadiq a.s. menempatkannya di antara sifat para nabi dan orang-orang bertakwa.
(Safinah Al-Bihar, jilid 11, hal. 702)

Imam Ali a.s. memandang sifat pemaaf termasuk di antara senjata pertahanan terbaik melawan persekongkolan para pelaku kejahatan:

Tegurlah saudaramu dengan melaksanakan amal perbuatan yang baik terhadapnya dan belokkanlah kejahatannya dengan memberinya kebaikan hati.
(Nahj Al-Balaghah, hal. 115)

Imam Ali a.s. menyingkap kebenaran-kebenaran yang sensitif dan tersembunyi mengenai kebencian dengan pernyataan yang singkat namun mengesankan. Beliau menyatakan secara tidak langsung bahwa orang-orang yang dengki dibebani dengan sejenis perasaan tanpa belas kasih dan kurangnya sifat pemurah:

Hati yang sangat menderita karena haus akan dendam adalah hati pendengki.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 178)

Pandangan psikologi menyatakan bahwa:

Orang-orang yang iri hati mudah marah dan tiada bermurah hati; sifat ini dapat membakar habis sebuah toko hanya karena orang tersebut kehilangan sapu tangannya. Meskipun penampilan pendendam berakhlak baik dan lembut hati, di dalam diri mereka bersembunyi gejolak lautan api kebencian dan dendam suatu perasaan seperti gunung berapi yang siap meletus. Gunung berapi ini meletus begitu ada kesempatan dengan membakar habis yang hijau dan yang kering, teman dan musuh.
(Ravankavi)

Pendengki tersiksa oleh penderitaan rohani yang mendalam dan terus menerus:
Jiwa pendengki itu tersiksa dan keresahannya berlipatganda.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 85)

Dr. Dale Carnegie menulis di dalam bukunya, How to Win Friends and Influence People:
Ketika kita menyembunyikan kebencian dan permusuhan di dalam hati terhadap musuh-musuh kita, sebenarnya kita memberi mereka kontrol terhadap makan, minum, tidur, kesehatan, kebahagiaan kita, dan bahkan darah kita dan tekanannya. Sesungguhnya kita membuat mereka mengendalikan hal ini melalui diri kita. Kebencian kita terhadap mereka tidaklah melukai mereka sedikit pun, kecuali justru mengubah kehidupan kita menjadi neraka yang tidak tertanggungkan.

Para psikolog masa kini mendiagnosis gangguan jiwa dan mental lewat eksperimen, kemudian mereka mencoba untuk menghilangkannya. Di masa lalu, Imam Ali a.s, mengatakan hal yang sama kepada umatnya:

Ketika kesadaran itu dihilangkan, kehendak buruk pun muncul.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 490)

Salah satu watak pendengki adalah, bahwa kobaran kebenciannya tidak berhenti sampai mereka membalas lawannya. Imam Ali a.s. berkata:

Kebencian adalah api tersembunyi yang tidak padam kecuali dengan kemenangan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 106)

Menurut seorang psikolog:

Pendengki memaksa orang lain untuk patuh dan tunduk kepada mereka dengan ancaman, cacian dan kata-kata tanpa belas kasih. Cara ini dilakukan di antara para pendendam. Bahkan pendendam memandang ini sebagai hal yang mudah dan penting, padahal cara ini merupakan dosa besar di sisi Allah.

Saya mengenal seorang perwira tentara yang suatu hari ketika sedang berkendaraan bertabrakan dengan sepeda motor yang dikendarai oleh seorang lelaki miskin. Pengendara motor ini menaruh dua guci dari tanah liat di dalam keranjang yang berada di atas roda belakang. Sebagai akibat dari tabrakan ini guci dan roda belakang motor rusak berat. Jalan tersebut menjadi putih karena tumpahan susu yang bocor dari guci yang pecah itu.

Kejadian ini menjadi kesalahan lelaki miskin itu, tetapi keadaan lelaki ini benar-benar sepatutnya mendapatkan belas kasihan dan kebaikan sebagai ganti dari cacian tanpa belas kasih yang dilemparkan oleh tentara "terdidik" kepadanya. Lelaki miskin itu perlahan mengangkat kakinya karena kesakitan; ia pasrah dan mulai sekarat. Lelaki miskin itu menuding si tentara seolah-olah ia seorang instruktur yang sudah lama ia kenal sewaktu ia sedang berbicara padanya. Pada saat itu ia mengeluarkan kebenciannya yang telah lama terpendam terhadap seorang instruktur penindas dan berkuasa. Teman saya (instruktur) ingin mencela lelaki miskin itu karena berani menghina seorang perwira tinggi, tetapi saya dan seorang teman menahannya untuk tidak berbuat demikian. Malam itu kami habiskan dengan ngobrol bersamanya, ia tidak henti-hentinya mengecam kami dan dirinya sendiri karena tidak mencari pembalasan atas "kejahatan" itu. Ia tidak pernah memaafkan kami dan juga dirinya karena kelemahannya!!! dan tidak membalas dendam terhadap lelaki miskin itu.
(Ravankavi)

Imam a.s. berkata:

Dengki mendorong amarah.
(Ghurar Al-Hikam, bal. 21)

Seorang psikolog juga berkata:

Jika anda tidak memenuhi permintaan pendengki, bahkan jika permintaan itu tidak masuk akal, ia akan merasa gagal dan tidak akan pernah istirahat sampai ia berhasil membalas orang yang tidak patuh dengan kehendaknya.
(Ravankavi)

Manusia hanya memperoleh keharmonisan rohani, kesadaran dan mental ketika ia menghapus noda kebencian dari hatinya.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang menghapus kebencian, hati dan akalnya akan senang.
(Ghurar Al-Hikam)

Menurut psikolog lainnya:

Semakin manusia menjauhkan dirinya dari kemubaziran dan pengumbaran amarah dan kebencian, semakin ia melindungi dirinya dari gangguan rasa gelisah yang menyebabkan ketimpangan rohani.
(Selection journal. Psychological Section)

Orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan dirinya dari perselisihan dan dendam.
Imam Ali a.s. berkata:

Kebahagiaan seseorang datang ketika hatinya bebas dari hasad dan dengki.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 399)

Kini kita simpulkan pokok yang penting: yakni, dalam beberapa hal Islam melarang pengabaian beberapa tindakan. Memang benar bahwa tujuan lslam adalah untuk memperoleh keamanan dan ketertiban, tetapi Islam juga memandang hukuman itu penting ketika terjadi usaha berupa suatu pelanggaran terhadap berbagai urusan masyarakat dan keamanannya. Pasal-pasal peraturan hukum merupakan hak-hak manusia yang dapat dipraktekkan atau ditolak oleh manusia sendiri. Peraturan-peraturan ini adalah hak-hak Allah atas manusia.




12. Amarah

Manfaat Pengendalian Diri
• Akibat-akibat Amarah
• Petunjuk Para Pemimpin Agama


Manfaat Pengendalian Diri

Di sekeliling diri manusia terdapat banyak rahasia-rahasia yang menakjubkan. Ia merupakan makhluk yang dilengkapi dengan dua kekuatan besar, yaitu akal dan kehendak atau kemauan. Akal adalah cahaya yang menentukan nasib jiwa manusia dalam kehidupan. Akal dipandang sebagai wakil kepribadian yang nyata dari manusia dan merupakan cahaya yang menerangi kehidupan. Oleh sebab itu, tanpa petunjuk serta pengawasan akal, kita tidak dapat berkembang dalam kehidupan yang serba rumit.

Manusia dituntut untuk berusaha keras mengendalikan berbagai perasaan dalam dirinya, yaitu dengan menekannya kuat-kuat atau menganggap remeh perasaan-perasaan itu. Akal adalah sebuah kekuatan, dan yang telah menunjukkan kepada kira satu metode rasional dalam mempergunakan perasaan-perasaan yang sehat dan mencegah nafsu guna mengarahkan kita untuk menaati perintah-perintahnya. Sebenarnya, jika cahaya akal memantulkan sinarnya kepada perasaan atau nafsu, maka hal itu menjamin bahwa kebahagiaan akan menyinari kehidupan. Tetapi sebaliknya, jika manusia diperbudak oleh nafsu, maka dirinya akan dilemahkan dan kalah dalam setiap langkah kehidupan.

Mengenai kehendak manusia, yang merupakan salah satu faktor moral yang paling berpengaruh serta jalan terkuat untuk mewujudkan harapan yang mulia dan cita-cita yang baik, ia memiliki hubungan dengan dasar-dasar kebahagiaan manusia. Kehendak manusia juga akan menjaga kepribadiannya dari keburukan.

Kehendak yang kuat akan menemukan kebahagiaan hidup, karena ia dapat mendorong diri manusia untuk menolak keinginan-keinginan yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Semakin banyak usaha untuk memelihara kekuatan yang sangat penting ini, maka semakin banyak pula tenaga yang kita dapatkan untuk meraih kebaikan moral serta menghindarkan diri dari kerusakan. Kemudian jiwa kira menjadi tenang dan tetap terlindung dari kekacauan.

Seorang pemikir Barat telah memberikan komentarnya sebagai berikut:

Terdapat satu definisi akal yang baik di mana ia juga menyiratkan keseimbangannya, yaitu, akal merupakan satu kekuatan yang terorganisir. Kekuatan ini laksana sistem kemudi jenis terbaru untuk kendaraan sehingga ia dapat mencegah kaum pria dan wanita bertabrakan satu sama lainnya. Kekuatan ini juga merupakan satu sistem yang dapat menahan guncangan akibat tabrakan yang tiba-tiba atau yang disebabkan oleh ketidakteraturan jalan. Ta juga memberikan kenyamanan serta jaminan bagi para penumpangnya, walaupun di atas jalan yang paling buruk.

Kejahatan merupakan perwujudan dari kepribadian yang tidak seimbang. Ketika seorang individu kehilangan pengawasan atas akalnya, maka ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan dirinya sendiri. Manusia tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi juga kehilangan peranannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan dan pada gilirannya berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.

Amarah mengubah manusia laksana sungai kecil yang mengalir di antara gunung-gunung yang tinggi sehingga menciptakan suara-suara bising. Manusia mulia yang memiliki keunggulan moral adalah laksana sungai besar yang mengalir di antara rawa-rawa dan bermuara di laut tanpa menimbulkan gelombang.

Sifat-sifat buruk membutuhkan kehendak yang kuat untuk mencegahnya mempengaruhi jiwa. Jika tidak, ia dapat memaksa seorang individu untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa pada saat merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah tekanan, dengan demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang tidak menentu.

Seorang individu untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa pada saat merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah tekanan, dengan demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang tidak menentu.



Akibat-akibat Amarah

Keadaan psikologis yang dapat menggiring sifat manusia dari keadaannya yang wajar ke arah penyelewengan adalah sifat marah. Ketika amarah menguasai serta melingkupi diri manusia, maka ia akan mengambil bentuk sifat yang angkuh atau sombong serta menyingkirkan segala hambatan yang dapat mencegahnya mempengaruhi kehendak manusia, karena itu ia dapat menghasut manusia agar mencelakakan lawan-lawannya tanpa pertimbangan sama sekali. Selubung amarah juga membutakan pikiran dan mengubah jiwa manusia menjadi buas tanpa menghiraukan kenyataan. Hal itu juga mendorong diri manusia untuk melakukan segala kejahatan yang mengandung berbagai akibat fatal dalam kehidupan. Namun, ketika ia menyadari kesalahan-kesalahan tersebut, terutama tatkala menghadapi akibat yang tak diinginkan, maka ia baru merasa sedih dan cemas.

Sifat jahat hanya menyebabkan penderitaan. karena pada akhirnya ia tidak dapat menyelamatkan jiwa dan mengubah perbuatan-perbuatan yang rendah menjadi kemarahan hingga sesuai pertimbangan akal dan hati nurani, menyebabkan kepercayaannya hilang. Jika berbagai akibat pertimbangan akal muncul pada diri orang yang marah, maka gelombang penderitaan disertai rasa penyesalan yang hebat akan menggerogoti hatinya. Bahkan rubuh pun mudah terserang penyakit akibat amarah tersebut, karena tubuh merupakan tempat kediaman bagi ketenangan dan kebahagiaan jiwa.
Memang benar bahwa kekuatan amarah dalam proporsi yang benar juga sangat diperlukan. Dalam proporsi tersebut amarah merupakan suatu unsur kekuatan dan unsur usia muda. Jenis amarah yang mengharuskan manusia melawan penindasan serta mempertahankan hak-haknya adalah salah satu sifat dasar kemanusiaan.

Pembalasan dendam yang berbaur dengan sifat amarah akan membuat hidup penuh dengan kesuraman. Jika kita bermaksud melawan kejahatan dengan kejahatan dalam setiap kejadian, serta membalas dendam dengan penghinaan yang tidak sopan, maka berarti kita telah menghabiskan sebagian hidup ini dalam perdebatan dan persengketaan. Selain itu kita akan kehilangan kekuatan dan melemahkan sifat rendah hati.

Manusia adalah tempat kesalahan dan sifat pelupa. Karena itu jika tindakan-tindakan kita mengundang kemarahan orang lain, maka cara terbaik untuk mendapatkan ampunan ialah dengan mengakui kesalahan-kesalahan tersebut.

Menurut Dr. Dale Carnegie:

Jika ternyata menjadi jelas bahwa kita patut menerima hukuman atau celaan, lalu tidakkah lebih baik untuk mengakui kesalahan-kesalahan itu? Apakah celaan yang kita tujukan langsung kepada diri kita lebih pantas dan tepat dibandingkan jika orang lain yang melakukannya? Karena itu marilah kita mulai mengakui tindakan-tindakan yang tercela agar dapat mengalahkan 'senjata-senjata' lawan kita. Dalam sikap seperti ini dapat dijamin hingga 90 persen bahwa kita akan memperoleh ampunan dan keinginan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan itu. Setiap orang dapat dengan mudah menyembunyikan kesalahan atau kekurangannya, tetapi manusia yang mulia akan mendapatkan rasa kehormatan serta kebanggaan khusus ketika ia mengakui berbagai kesalahannya. Jika kita yakin bahwa kebajikan berada di sisi kita, maka menjadi suatu kewajiban untuk menciptakan suasana yang baik guna memikat hati orang lain dengan kebajikan yang kita miliki. Sebaliknya, jika kita berada dalam kesalahan, maka adalah suatu kewajiban moral untuk segera mengakuinya. Setelah mengakui berbagai kesalahan, maka tidak hanya akan memperoleh hasil yang baik, tetapi juga merasa lebih lega dibandingkan jika kita membalas dendam.

Dengan memaafkan, hati manusia terisi oleh cahaya kebahagiaan yang sejati serta gelombang perasaan mulia. Bahkan kita pun dapat mempengaruhi musuh serta memaksanya untuk tunduk dengan memaafkan berbagai kesalahannya. Hal yang demikian juga memberikan rasa percaya dalam diri dan kepada orang lain, yang dengannya cahaya cinta dan keharmonisan memancarkan sinarnya. Di samping itu, memberi maaf menyebabkan kita dan musuh-musuh saling berpadu dan mengabaikan perselisihan serta pertikaian.

Pengetahuan merupakan sarana untuk mengurangi kekerasan dan memperbaiki sikap. Semakin pengetahuan seseorang bertambah, maka semakin luaslah jangkauan pemikirannya serta memberikan kekuatan untuk melawan berbagai perangkap nafsu. Ia juga akan menjadi sabar dan lebih pemaaf.



Petunjuk Para Pemimpin Agama

Pengobatan paling efektif bagi penyimpangan yang dikenal sebagai amarah adalah ketaatan kepada ajaran-ajaran para Nabi dan imam-imam. Kajian serta kesimpulan yang dilakukan oleh para dokter, ahli ilmu jiwa dan para ahli filsafat bukan berarti tidak berguna sama sekali, tetapi mereka pada umumnya tidak dapat dengan sempurna menghapus penyimpangan-penyimpangan itu.
Para pemimpin agama telah menggugah perhatian kira dengan kata-kata mereka yang bijaksana tentang akibat-akibat amarah yang berbahaya serta manfaat yang luar biasa dalam mengendalikannya.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. telah berkata:

Hindarilah amarah, karena hal itu akan menyebabkan kamu tercela.

Dr. Mardin telah menguraikan hal itu sebagai berikut:

Seseorang yang sedang marah, apa pun alasannya, akan menyadari ketidakberartian hal itu segera setelah ia tenang, dan dalam kebanyakan kasus ia akan merasa harus meminta maaf kepada mereka yang telah ia hina. Jika anda membiasakan diri untuk mengakui ketidakgunaan amarah tatkala ia muncul, maka anda dapat mengurangi tingkatan dari berbagai akibat yang tidak diinginkan.
(Pirozi Fikr)

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Amarah membinasakan hati dan kebijaksanaan, barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan pikirannya.
(Ushul Kafi, bab II, hal. 305)

Amarah dan kekecewaan yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Menurut para ahli kesehatan, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu mencapai tingkat intensitas (kehebatan) tertentu.

Imam Ali a .s. berkata:

Barangsiapa yang tidak dapat menahan amarahnya, akan mempercepat kematian.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 625)

Dr. Mardin berkata:

Apakah mereka yang memiliki hati lemah menyadari bahwa beberapa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya? Mereka mungkin tidak mengetahui, terapi harus disadari bahwa banyak individu yang sehat menjadi korban akibat amarah yang hebat, sehingga ia mati oleh serangan jantung. Amarah juga dapat berakibat hilangnya nafsu makan serta mengganggu otot dan syaraf selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Amarah, secara merugikan, mempengaruhi seluruh fungsi spiritual dan rubuh. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat meng-akibatkan peracunan yang berbahaya terhadap air susunya.
(Pirozi Ftkr)

Dr. Mann menambahkan:

Penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh fisiologis akibat kecemasan telah mengungkapkan adanya berbagai perubahan dalam seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon Adrenalin dan hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.
(Psychology oleh Dr. Mann)

Imam Ali a.s. berkata:

Hindarkanlah sifat marah, karena awalnya adalah ketidakwajaran dan akhirnya penderitaan. Amarah adalah api yang mengamuk. Barangsiapa dapat mengendalikannya berarti ia memadamkan api itu dan barangsiapa membiarkan, berarti dia yang pertama kali terbakar.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 71)

Amirul Mukminin Imam Ali a.s. telah memerintahkan sabar sebagai alat untuk melawan amarah dan juga untuk menghindarkan akibat-akibatnya. Selanjutnya beliau berkata:
Berhati-hatilah terhadap kejahatan amarah dan lindungilah dirimu dengan sifat sabar agar dapat menghadapinya. Mengendalikan diri pada saat-saat amarah akan melindungimu dari kehancuran total.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 131,462)

Imam Muhammad Al-Baqir a.s. juga menegaskan bahwa sangat mungkin seseorang melakukan pembunuhan pada saat marah. Ia berkata:

Apakah yang lebih jahat dibandingkan dengan amarah? Sesungguhnya manusia dapat marah dan pada gilirannya akan membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah.
(Al-Wafi, bab lll, hal. 148)

Menurut John Markoist:

Beberapa individu, dengan berbagai masalah kejiwaan tertentu akan mengalami adegan (pemandangan) kejahatan secepat pemutaran film.

Sifat khas penderita semacam ini ialah, pada saat mereka berpikir untuk melakukan kejahatan, dia kemudian melakukannya tanpa ragu-ragu. Dengan kata lain, mereka adalah para pembunuh seketika.
(Chi Midanam)

Rasulullah Saw. juga memerintahkan umatnya, jika amarah menguasai diri mereka, agar melakukan hal-hal berikut. Beliau berkata:

"Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian mendapatkan amarah dalam dirimu, maka apabila engkau sedang berdiri duduklah dan apabila engkau sedang duduk, maka engkau harus berbaring. Jika engkau masih marah, maka lakukanlah wudhu atau mandi, karena sesungguhnya amarah itu api dan api dapat dipadamkan dengan air."
(lhya Al-Ulum, bab II, hal. 151)

Dr. Victor Pashi berkata:

Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa anda memarahinya dengan kasar, maka anda dapat menekan amarah tersebut dengan memandikannya dengan air dingin atau menyelimutinya dengan kain yang lembab atau basah.
(Rah e Khosbhakbti)

Dr. C. Robbin mengatakan:

Kebersihan tubuh memiliki pengaruh yang baik terhadap tingkah laku. Mandi menggunakan air hangat setiap pagi dan sore selain dapat membersihkan tubuh juga mengendurkan otot-otot. Hal itu juga dapat menghilangkan kebosanan serta menghilangkan nafsu makan. Mandi dengan air hangat juga dapat menekan amarah yang mungkin timbul oleh kebiasaan (rutinitas) sehari-hari. Oleh sebab itu kita dapat memberikan penekanan akan pentingnya hal itu bagi tubuh dan pikiran.
(Chi Midanam)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa para pemimpin agama telah menetapkan contoh-contoh serta ajaran yang baik untuk kita. Dalam kisah berikut ini, telah diceritakan oleh Ibnu Syahr Ashoub dalam kitabnya Al-Manaqib, di mana Mubarad dan Ibnu Aisya mengisahkan bahwa seorang lelaki yang berasal dari Syria melihat Imam Hasan a.s. sedang mengendarai seekor kuda. Pada saat itu si lelaki mulai menghinanya. Imam Hasan a.s. tidak menjawab hinaan orang tersebut, dan setelah lelaki itu berhenti ia pun berjalan ke arahnya. Setelah memberi salam, sang Imam berkata:

Wahai orang tua, saya yakin bahwa engkau adalah orang asing. Boleh jadi engkau telah salah mengiraku karena orang lain. Jika engkau memohon maaf, maka saya akan berikan. Jika engkau membutuhkan pertolongan saya akan membantumu. Jika engkau sedang mencari petunjuk, saya akan menjadi pemandunya. Jika engkau membutuhkan kendaraan, saya akan memberikan untukmu. Jika engkau lapar saya akan memberimu makanan. Jika engkau buruh pakaian. saya akan menyediakannya. Jika engkau dalam pencarian. maka saya akan memberikan perlindungan. Jika engkau memiliki beberapa kebutuhan, maka saya akan memenuhinya. Dan jika engkau ingin melanjutkan kafilahmu,jadilah tamuku hingga kau pergi. Hal ini lebih berguna bagimu karena aku memiliki kedudukan yang baik, kemuliaan serta harta yang sangat banyak.

Setelah mendengar kata-kata Imam Hasan a.s., lelaki tua itu menangis lalu berkata:
Aku bersaksi bahwa engkau adalah pewaris ajaran Allah di muka bumi. Sesungguhnya Allah mengetahui kepada siapa Dia menyerahkan risalah-Nya. Kau dan ayahmu adalah makhluk yang paling kusakiti hatinya, tetapi sekarang engkau adalah hamba Allah yang paling kucintai.
Kemudian lelaki itu mengurus kafilahnya dan menjadi tamu di kota itu hingga keberangkatannya. Dan, kini, ia yakin akan kecintaan mereka (Ahlul Bait Nabi Saw.).




13. Melanggar Janji

Berbagai Tanggung Jawab
• Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya
• lslam Melarang Pelanggaran Janji


Berbagai Tanggung Jawab

Manusia menyadari tanggung jawabnya hanya ketika dia sampai pada tahap-tahap mampu membedakan antara yang hak dan yang batil. Setelah itu ia dapat memperhatikan berbagai perintah dari sistem kehidupan dan mematuhi serangkaian keputusan yang menentukan dan kepada keputusan inilah kebahagiaan dan integritas manusia bergantung. Dengan kata lain, ia mampu menciptakan keharmonisan antara perilaku dan berbagai kebutuhan jasmani dan rohaninya.

Pelaksanaan tanggung jawab materi dan rohani merupakan suatu kebutuhan, baik bagi akal maupun kesadaran; tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan, dan menguruk faktor-faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan. Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Kendati dalam beberapa kepercayaan (agama), tanggung jawab bukan merupakan perbudakan melainkan kebebasan yang sesungguhnya. Tanggung jawab menarik manusia kepada tara nan perilaku yang sesuai dengan sistem kehidupan yang paling memadai. Tanggung jawab manusia itu ada selama manusia ada, tetapi dalam bentuknya yang berbeda-beda. Sudah sepantasnyalah mengharapkan seseorang untuk memenuhi tanggung jawabnya jika ia mampu dan berkehendak untuk memenuhinya.

Ketiadaan rasa tanggung jawab dan pelanggaran berbagai peraturan hanya akan menunjukkan kejahilan akan asas-asas kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada pelecehan terhadap para anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus mencegah pelanggaran kewajiban individual yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi nafsu-nafsu kita.

Orang-orang yang menjadi tawanan hawa nafsunya sendiri lebih mengutamakan hasrat-hasrat dan berbagai kepentingan pribadi, di atas tugas-tugas mereka, yang adalah akar kerusakan dan ketidakmampuan dalam mencapai integritas manusia seutuhnya.

Menurut Dr. CarI:

Seseorang yang memandang dirinya bebas untuk berbuat segala sesuatu bukanlah seperti elang yang menjelajah langit yang tiada bertepi, melainkan seperti anjing pelarian yang menemukan dirinya di tengah-tengah keramaian lalu lintas. Orang ini dapat dibandingkan dengan anjing yang berbuat apa saja sekehendaknya, namun orang ini lebih tersesat daripada anjing karena ia tidak tahu ke mana ia pergi atau bagaimana menjauhkan dirinya dari semua bahaya yang ada di sekelilingnya.

Kita semua sepakat bahwa fitrah tunduk kepada hukum-hukum tertentu. Kita juga harus menyadari bahwa kehidupan manusia mengandung serangkaian hukum dan undang-undang. Kita mengkhayalkan diri kita sebagai makhluk yang sepenuhnya merdeka dan berbuat apa saja yang kita kehendaki. Kita tidak ingin mengakui bahwa kendali atas hidup kita tidaklah berbeda dengan mengendarai mobil dari sudut pandang bahwa keduanya tunduk kepada peraturan-peraturan tertentu. Kita berpikir seolah-olah tujuan sesungguhnya bagi manusia adalah makan, minum, tidur, berhubungan seks, serta memiliki mobil, radio, dst ...

Menaati peraturan adalah penting bagi masyarakat manusia, dan ini tidak dapat dilakukan tanpa benar-benar memperhatikan peraturan-peraturan tersebut. Orang-orang yang mengandalkan kemampuan sendiri dapat memperhatikan kenyataan-kenyataan hidup dengan kaca mata akal dan logika; dan oleh karena itu, dapat menunaikan berbagai kewajiban mereka. Mereka mengatur hidupnya sesuai dengan asas-asas keadilan dan kebenaran serta menerima semua kewajibannya tanpa adanya keluhan. Jika seseorang gagal, bagaimanapun ia masih dapat menemukan alasan untuk merasa bangga, karena kelalaian semacam ini tidak muncul melainkan setelah ia memenuhi berbagai tanggungjawabnya.

Kita harus mencari kebahagiaan dalam wujud yang sesungguhnya.

Kebahagiaan bersama, keselamatan menjadikan orang-orang yang menaati panggilan kesadarannya mencapai keberhasilan, Imbalan bagi orang-orang yang memperhatikan tanggung jawabnya adalah munculnya rasa percaya diri dan keharmonisan antara pikiran dan kesadaran. Perasaan yang menyenangkan ini berangkat dari jiwa orang-orang yang melaksanakan berbagai tanggung jawabnya dalam kehidupan.



Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya

Salah satu kewajiban penting manusia dalam kehidupan adalah memperhatikan sumpahnya. Adalah fitrah manusia untuk merasa kesal bila melanggar sumpahnya dan merasakan kepuasan dan kebaikan ketika memenuhinya, baik individu maupun masyarakat, tanpa memandang agamanya. Asas-asas yang mendidik seseorang memainkan suatu peranan penting dalam tingkah lakunya di masa mendatang. Maka perlunya didikan yang memadai dan pengembangan akan keberhasilannya serta penjauhan diri dari hal-hal yang merusak fitrah manusia, sangatlah jelas. Pendidikan yang tepat merupakan kunci kepada kesempurnaan akhlak.

Moralitas dipandang perlu untuk memperhatikan dan menghargai semua sumpah lisan (persetujuan, janji) yang dilakukan di antara berbagai kelompok, bahkan jika mereka kekurangan akan jaminan-jaminan yang sah. Pelanggaran sumpah dianggap sebagai penolakan terhadap peraturan-peraturan tentang martabat dan harga diri.

Menurut Buzarjumehr:

Pelanggaran sumpah menjauhkan martabat.

Orang-orang yang menyelewengkan dirinya dari jalan yang benar dengan melanggar sumpahnya, akan menanam benih-benih penolakan dan kebencian di dalam hati orang lain: Pada akhirnya tindakan pelanggaran akan mempermalukan nya, kemudian ia akan mencoba untuk menutupi berbagai tindakannya dengan macam-macam alasan dan kontradiksi, sehingga orang-orang yang mengetahui orang ini akan melihat bahwa ia adalah seorang munafik yang tersesat.

Sesungguhnya pelanggaran sumpah termasuk di antara unsur yang paling aktif dalam menciptakan perselisihan sosial dan melemahkan ikatan di antara manusia. Tak syak lagi, suatu masyarakat yang diliputi oleh perselisihan dan saling tidak percaya lama kelamaan akan kehilangan keseimbangan dalam kehidupan sosialnya dan akibatnya para anggotanya tidak akan dapat mempercayai bahkan terhadap kerabat terdekatnya sekalipun.

Ada tipe individu yang tidak hanya lalai dalam memegang janjinya, juga memandang pengkhianatan (khianat akan amanah) sebagai tindakan yang bijaksana dan baik; orang-orang ini bahkan merasa bangga dengan tindakan-tindakannya kepada orang lain.

Pemenuhan janji itu penting bagi seseorang yang ingin hidup ber-masyarakat; ia adalah landasan bagi kebahagiaan, perkembangan dan keberhasilan sosial.

Diriwayatkan bahwa sekelompok orang Khawarij ditangkap di masa lalu yang meninjau kembali kasus-kasus mereka dan menghukum mereka sekehendaknya. Ketika orang terakhir berdiri di depan Hajjaj untuk menunggu hukumannya, waktu shalat pun tiba. Hajjaj mendengar adzan dan mengembalikan tawanan itu kepada seorang bijak serta berkata padanya untuk membawanya kembali esok pagi.
Orang bijak itu meninggalkan istana bersama sang tawanan. Sewaktu mereka berjalan, tawanan itu berkata: "Aku bukanlah salah seorang Khawarij. Aku memohon kepada Allah dengan rahmat-Nya untuk membuktikan kebenaranku, karena aku adalah tawanan yang tidak bersalah. Aku mohon padamu untuk membiarkanku menghabiskan malam ini bersama isteri dan anak-anakku sehingga aku dapat memuaskan keinginanku kepada mereka. Aku berjanji bahwa aku akan kembali sebelum ayam berkokok di pagi hari." Setelah hening sesaat, akhirnya orang bijak itu setuju dengan usul si tawanan dan mengizinkan dia pulang untuk semalam. Beberapa waktu kemudian, orang bijak itu mulai merasa takut dan membayangkan bahwa ia akan menjadi korban kemarahan Hajjaj. Malam itu orang tersebut terjaga penuh ketakutan dan heran pada sang tawanan, yang telah berjanji untuk kembali, mengeruk pintunya. Orang bijak ini kaget dan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berseru:

"Kenapa kamu datang kembali?"

Sang tawanan menjawab: "Orang yang mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah, dan menjadikan-Nya saksi terhadap sumpahnya, harus memenuhi janjinya."

Orang bijak itu pun berjalan bersama tawanannya menuju istana Hajjaj, dan menceritakan segala perihalnya. Hajjaj, yang terkenal dengan kekejamannya, begitu tergerak dengan lelaki yang jujur itu dan mengizinkannya untuk membebaskannya.

Sekarang anggaplah suatu perusahaan komersial mengabaikan janjinya dalam memenuhi kewajiban dan undang-undangnya. Perilaku ini tidak akan menyebabkan kemajuan melainkan kemunduran, karena perusahaan ini akan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat.

Tidak ada faktor yang lebih mapan daripada sifat saling percaya di antara para anggota masyarakat. Hubungan antar pribadi tidak akan stabil, dan sifat saling percaya tidak akan terwujud di masyarakat mana pun tanpa setiap orang memberikan perhatian yang besar kepada janji-janji lisannya, sebagaimana yang ia lakukan terhadap karyawan nya dan kontrak-kontrak sahnya. Misalnya, seorang pedagang harus mengirim barang kepada pelanggarannya tepat waktu; seorang peminjam harus mengembalikan pinjamannya dst.

Selain itu perselisihan pun dapat dihapus dan kehidupan dapat mencapai tujuan utamanya.
Adalah penting bagi seseorang untuk meninjau kembali kemampuan nya sebelum membuat berbagai janji, dan menjauhkan diri dari janji-janji yang berada di luar jangkauannya, sebab jika seseorang tidak dapat memenuhi janjinya ia bertanggung jawab atasnya. Maka, jika seseorang tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkannya, ia akan menjadi korban kutukan dan kritikan.



lslam Melarang Pelanggaran Janji

Manusia wajib berperilaku baik sehingga dipandang sebagai manusia. Keberhasilan masyarakat manusia sepenuhnya bergantung kepada kemanunggalan para anggota nya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap orang dalam kehidupan nya bertingkah laku sesuai dengan asas-asas kebenaran dan keadilan, dan sepenuh hati berupaya untuk menjauhkan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan perselisihan atau perpecahan. Lebih jauh lagi, jika kesucian sumpah dan janji-janji berangkat dari keimanan dan moralitas, maka hal ini lebih memungkinkan untuk diperhatikan.
lslam sangat mengutuk pelanggaran janji; lslam memandang tidak sah dan tidak etis bagi para pengikutnya dalam melanggar sumpah bahkan jika sumpah itu dibuat dengan para tiran. Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Ada tiga urusan yang baginya Allah tidak memberikan izin (izin untuk melanggarnya): Pemberian kepercayaan kepada orang yang benar dan yang batil. Pemenuhan janji kepada orang yang benar dan yang batil. Dan kebaikan kepada orangtua, baik mereka itu benar ataupun berdosa.
(AI-Kafi, jilid II, hal. 162)

Al-Quran menggambarkan orang-orang beriman dengan kata-kata berikut ini:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanatnya, dan janji-janjinya.”
(QS.23:8)

Di samping itu, Rasulullah Saw. memasukkan pelanggaran janji di antara tanda-tanda kemunafikan. Beliau bersabda:

"Ada empat sifat yang jika seseorang memilikinya ia dianggap sebagai seorang munafik. Jika salah satu darinya didapati pada seseorang, ia memiliki sifat munafik, kecuali bila ia menolaknya: (empat sifat itu adalah):

Orang yang berdusta ketika berbicara;

Orang yang melanggar janjinya;

Orang yang berkhianat ketika bersumpah, dan Orang yang meledak-ledak ketika berselisih (dengan seseorang)."

Imam Ali a.s. menulis kata-kata berikut kepada Malik Al-Asytar:

Jauhilah sifat menyombongkan diri terhadap bawahanmu tentang kebaikanmu (kepada mereka), dan dari lebih menyukai dirimu (sebagai gubernur) daripada bawahanmu, atau menjanjikan mereka dan mengikuti janjimu dengan khianat; karena menyombongkan diri menghalangi kebaikan, cinta diri menyembunyikan cahaya kebenaran, dan khianat patut menerima murka Allah dan manusia. Allah SWT berfirman: "Adalah suatu kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."
(Mustadrak Al-Wasa'il. jilid 11, hal. 85)

Imam Ali a.s. berkata:

Pemenuhan (janji) itu kembar dengan sifat amanah, dan aku tahu tidak ada perisai yang lebih baik daripadanya (amanah). (Ghurar AI-Hikam, hal. 228)

Islam memberikan perhatian khusus kepada pertumbuhan anak. lslam telah menjelaskan kepada para orangtua tentang tugas-tugas moral terhadap anak-anak mereka melalui perintah-perintah yang tegas dan lengkap. Tanpa orangtua melaksanakan kewajibannya menurut prinsip-prinsip moral ini, mereka tidak akan dapat mengajarkan anak-anak mereka untuk mematuhi kemuliaan moral.
Ini semua karena berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. melarang manusia melanggar janji kepada anak mereka. Beliau bersabda:

"Dan seseorang tidak semestinya membuat janji kepada anaknya dan tidak memenuhinya."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 201)

Dr. Alindi berkata:

Anak usia enam belas tahun yang setiap hari mencuri dibawa kepada saya untuk berobat. Saya temukan bahwa ketika anak itu berusia tujuh atau delapan tahun telah dipaksa ayahnya untuk memberikan mainannya kepada putri seorang aristokrat, karena si ayah bekerja padanya. Mainan itu bagi si anak melambangkan impiannya. Si ayah berjanji untuk membelikan mainan pengganti terapi secara tidak disengaja si ayah lupa. Anak yang tiada daya itu melampiaskan dendam dengan mencuri permen dari kantong ayahnya. Hari berikutnya anak itu membongkar sebuah rumah dan mencuri barang-barangnya. Tidaklah sulit mengobati anak itu bila ia dibawa kepada saya. Mungkin saja anak itu akan menjadi seorang penjahat yang berbahaya jika tidak diobati selayaknya. Namun sekarang kesempatannya untuk menjadi orang yang berakal dan percaya diri menjadi lebih besar.
(Ma Wa Farzand e Ma)

Imam Ali a.s. menekankan cara bergaul yang semestinya antara seseorang dengan sahabat-sahabatnya. Beliau berkata:

Jika kamu mengangkat seorang menjadi sahabat karib, jadilah pelayannya dan berilah ia iman yang mumi dan ketulusan yang benar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 223)

Hanya orang-orang yang memiliki sifat yang mulia dan moral yang baik yang memenuhi syarat bagi cinta dan persahabatan (relationship).

Rasulullah Saw. bersabda:

"Bila kamu bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat mulia, kamu akan merasakan suatu kekuatan yang tak terkalahkan memanggil jiwa dan akhlakmu kepada kemuliaan dan keagungan. Persahabatan dengan orang-orang yang memiliki akal yang kuat, sifat yang mulia, dan lebih berpengalaman, adalah suatu hal yang sangat bernilai, karena bubungan seperti ini memberikan suatu kesempatan untuk mencapai rohani yang tinggi, mengajarkan kita cara-cara baru tentang perilaku yang layak, dan mengarabkan pandangan kita tentang orang lain kepada jalan yang benar."
Pergaulan dengan orang-orang yang baik mengajarkan kita tentang kebaikan dan kebajikan, karena akhlak yang baik itu laksana cahaya yang menerangi sekelilingnya dan semua yang berada di dekatnya. Kesimpulannya, semua insan harus mengetahui tanggung jawab mereka terhadap sumpah dan janji-janji mereka.



14. Khianat

Saling Percaya dan Penunaian Tugas
• Khianat dan Keburukannya
• Agama Mengutuk Pengkhianatan



Saling Percaya dan Penunaian Tugas

Sifat saling percaya merupakan unsur terpenting bagi perjuangan hidup suatu masyarakat yang sehat dan bersatu. Suatu masyarakat dianggap bahagia dan sentosa apabila hubungan di antara para anggotanya didasarkan pada sifat percaya (amanah). Jadi, jika manusia melanggar batas kewajiban-kewajiban mereka dan tidak peduli terhadap hak-hak orang lain, mereka kelak akan turun ke lembah kerusakan sosial.

Ada beberapa macam hukum yang mengatur berbagai urusan manusia. Setiap manusia memiliki andil atas hukum-hukum yang ditetapkan kepadanya oleh akal, fitrah dan agama untuk diikuti. Tujuan hukum-hukum ini adalah untuk mewujudkan sinar kepercayaan dan keharmonisan dalam kehidupan manusia. Tanpa hukum ini manusia tidak akan mengetahui atau lalai akan dosa-dosanya kepada Allah dan masyarakatnya. Manusia, sebagai makhluk sosial, tidak mempunyai pilihan lain kecuali berinteraksi dengan lingkungannya, yang oleh karenanya terciptalah berbagai hubungan sosial yang terhitung jumlahnya. Sebagai akibat dati hubungan-hubungan ini lahirlah serangkaian hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini melindungi masyarakat dari perselisihan, dan meratakan jalan bagi pemecahan segala problema yang umumnya terjadi dalam suatu hubungan.

Tanpa menghiraukan kesulitan dan pengorbanan yang muncul bersama kewajiban-kewajiban sosial, bagaimanapun harus dipenuhi guna memberi manusia kesenangan dan kebahagiaan. Memang sudah fitrah manusia mencari kebahagiaan dan berharap dapat meraihnya tanpa menanggung beban penderitaan, tetapi ia harus menyadari bahwa kebahagiaan tidak dapur diperoleh secara mudah dengan hanya melaksanakan berbagai kewajiban. Pernah dikatakan bahwa: "Kebahagiaan adalah imbalan bagi terlaksananya kewajiban."

Tidak saja kebahagiaan masyarakat lebih penting daripada kebahagiaan individu, tetapi juga kebahagiaan individu sepenuhnya bersandar pada kesejahteraan sosial. juga sudah jelas bahwa pengkhianatan atas hak-hak sosial adalah melanggar ruh keadilan sosial dan menciptakan kekacauan dalam sistem sosial. Setiap manusia bertanggung jawab dalam menghargai kehidupan dan kebebasan orang lain.

Orang-orang yang membiasakan diri taat dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan mengambil tanggung jawab mereka kepada Allah dan masyarakat secara serius, akan menambah kebahagiaan orang lain dan membantu mereka untuk berhasil dalam berbagai urusannya Mereka juga memperoleh kepercayaan dari orang lain dan berhasil dalam kehidupan.

Dr. S. Smiles berkata:

Kewajiban-kewajiban (tugas) adalah hutang manusia. Orang yang cenderung untuk menjaga dirinya dari kecemaran dan nilai-nilai amoral di mata orang lain harus membayar hutangnya, Namun, tindakan-tindakan seperti ini hanya dapat dilaksanakan dengan perjuangan yang terus menerus dan serius. Pelaksanaan kewajiban merupakan masalah pokok yang membebani manusia sejak pertama ia memasuki dunia ini hingga berpisah darinya. Oleh karenanya, semakin seseorang berkuasa dan mampu, ia lebih dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya; karena manusia itu laksana pramuniaga yang tugasnya melayani. Tugas ini didasarkan pada cinta keadilan, dan itu tidak hanya merupakan kewajiban ideologis tetapi juga suatu kebutuhan mendasar kehidupan manusia. Sekalipun begitu, sifat-sifat tersebut menunjukkan pengaruhnya dalam kata-kata dan amal perbuatannya. Rasa tanggung jawab merupakan suatu pembawaan besar bangsa-bangsa; dan suatu bangsa memiliki harapan akan keberhasilan jika para anggotanya memiliki rasa tanggung jawab yang mulia dengan kesombongan, keangkuhan dan keegoisan. Jenis tindakan ini pantas menerima belasungkawa, karena cepat atau lambat fitrah akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas untuk terus hidup.



Khianat dan Keburukannya

Tidak seorang pun ragu bahwa banyak faktor yang sangar mempengaruhi berkembangnya kerusakan, Ketika diadakan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ketiadaan moral dan kemerosotan sosial, menjadi jelas bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah merasuknya pengkhianatan ke dalam hati dan pemikiran manusia. Kita juga menemukan bahwa bahaya yang menimpa masyarakat yang ditimbulkan oleh pengkhianatan dan akibat-akibatnya yang menghancurkan ruh sosial, melebihi segala faktor lainnya.

Khianat menjadikan ruh manusia suram dan mengarah kan pemikiran dan rasa kasih sayangnya kepada kesesatan dan kerugian total. Ancaman ini muncul karena merasuknya nafsu-nafsu; ketika pemikiran-pemikiran jahat mendorong untuk menerima kerendahan dan kehinaan sebagai ganti dari menerima berbagai inspirasi akal dan iman.

Setiap orang membutuhkan orang lain untuk mempercayainya. Seorang buruh atau pedagang dapat memperoleh pendapatan materi melalui berbagai macam pengkhianatan; dan mungkin ia mampu untuk menyembunyikan komplotan dan pemalsuannya untuk sementara waktu, tetapi suatu hari kelak masalahnya akan terungkap yang menyebabkan ia kehilangan kepercayaan yang merupakan modal utamanya. Dengan tindakan semacam ini juga ia akan menodai martabat dari kelas sosialnya.
Para pengkhianat terus-menerus hidup dalam ketakutan. Mereka merasa gelisah dan goncang serta kebanyakan dari mereka merasa pesimis.

Kenyataannya bahwa ketenteraman dan tatanan umum bergantung kepada keamanan umum. Keresahan dan kegelisahan yang mematikan -akibat pengkhianatan- akan memukul lingkungan sosial, juga mengancam hakikat kehidupan sosial. Sebenarnya, setiap tidak ada keamanan akibat pengkhianatan, tidak akan ada kebebasan, persaudaraan, atau kemanusiaan.

Khianat tidak terbatas kepada urusan-urusan tertentu saja, juga meliputi segala tindakan manusia. Bila kita mengucapkan kata-kata dan atau perbuatan, kita menemukan batas-batas yang jelas dan gamblang; dan jika seseorang sedikit saja menyimpang dari perbatasan ini, berarti ia menolak keberadaan sifat amanah, dan ia pun masuk ke daerah pengkhianatan dan kebatilan.

Diceritakan bahwa seorang berjiwa besar memberikan nasihat berikut ini kepada putranya:
Anakku, jadilah orang miskin dan terampas sementara orang-orang menjadi kaya dan berharta lewat pengkhianatan. Hiduplah tanpa ketenaran dan kedudukan dan biarkanlah orang lain mencapai kedudukan yang tinggi dengan desakan dan perjuangan. Pikullah penderitaan, keletihan dan kerugian; biarlah orang-orang meraih cita-cita dan harapan mereka dengan penyombongan diri dan permohonan. Jauhilah persahabatan dengan orang terkemuka yang semua orang berlomba-lomba untuk dekat kepadanya. Kenakanlah pakaian takwa dan moral hingga rambutmu memutih, tetapi jangan biarkan rasa malu yang menyuramkan menodaimu, Maka bersyukurlah kepada Tuhanmu dan tunduklah kepada-Nya dengan hati yang suci dan kesadaran yang baik.

Kejujuran adalah modal manusia dalam kehidupan. Manusia memberi kepercayaan dan menyandarkan diri mereka kepada orang yang jujur, mereka mengizinkan orang yang jujur untuk membina suatu kehidupan yang bersih dan mulia. Ketika kita menyandarkan diri kita kepada orang jujur, kita akan melihat kejujuran dalam setiap sektor kehidupan dan dapat meraih berbagai hikmah serta mempelajari berbagai pengalaman; dengan demikian kita dapat meningkatkan kehidupan dengan perasaan aman dan bahagia.



Agama Mengutuk Pengkhianatan

Allah Yang Mahakuasa -merujuk hukum-hukum yang Dia syariatkan bagi makhluk-makhluk-Nya sebagai "Amanah"- memberi banyak perumpamaan di dalam AI-Quran untuk memperingatkan manusia terhadap khianat:

"Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
(QS.8:27)

"Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyerahkan amanat (kepercayaan) kepada yang berhak menerimanya."
(QS.4:58)

Amirul Mukminin, Imam Ali a.s. berkata:

Yang terburuk di antara pengkhianatan adalah mengkhianati teman karib dan kepercayaan serta melanggar janji.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 501)

Beliau juga, sebagaimana dikutip, mengatakan:

Yang terburuk di antara manusia adalah orang-orang yang tidak percaya kepada amanah dan tidak menjauh dari pengkhianatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 446)

Dan:

Hindarilah khianat karena ia adalah yang terburuk di antara dosa-dosa; sesungguhnya para pengkhianat akan disiksa di dalam api khianat mereka.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 150)

Imam Ash-Shadiq a.s. menasihati salah seorang sahabatnya:

Jangan pernah mengatakan selamat jalan kepada kami tanpa menasihati kami tentang dua sifat: Taat menyampaikan kebenaran, dan menyampaikan amanat-amanat kepada orang yang benar dan berdosa karena mereka (dua sifat ini) adalah kunci kepada makanan.
(Safinah Al-Bihar. jilid I, hal. 41)

Islam menyeru semua manusia untuk hidup stabil dan bahagia di bawah peraturan tentang pelaksanaan kewajiban yang ditetapkan sesuai dengan perintah-perintahnya yang mulia. Islam juga menekankan pentingnya menyampaikan amanah.

Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:

Taatilah penyampaian amanah. Karena dengan amanah Dia mengurus Muhammad Saw. sebagai seorang Nabi yang benar, bahkan jika seorang yang membunuh ayahku menitipkan kepadaku pedang yang digunakannya untuk membunuhnya, aku akan mengembaIikan kepadanya.
(Amali Ash-Shadiq, hal. 149)

Tidak ada tenggang rasa dalam lslam terhadap para pengkhianat. Di bawah keadaan tertentu Islam bahkan mensyariatkan untuk memotong tangan orang yang mencuri harta kaum Muslimin. Secara keras lslam melaksanakan hukuman terhadap para pengkhianat guna melindungi hak-hak sosial dan memelihara keamanan umum. Prosedur ini menempatkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat dan membantu menciptakan suatu masyarakat yang baik.

Setiap kesalahan yang dilakukan mempunyai dampak-dampak yang buruk di dunia ini dan di akhirat, di samping itu ia juga menjadi faktor yang meruntuhkan kemanusiaan.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang berbuat jahat akan dihukum karenanya di dunia ini.”
(Nahj Al-Fasahah)

Menurut Dr. Rose Keen:

Setiap kesalahan yang saya lakukan dalam hidup saya akan menghadang jalan saya dan menjauhkan saya dari kebahagiaan; ia akan mengganggu pemahaman dan realisasi saya. Sebaliknya juga benar; setiap mencoba kebenaran atau tindakan yang benar menyertai dan mendorong saya untuk mencapai segala cita-cita dan harapan saya.

Teori Mesin mengatakan:

"Aksi dan reaksi adalah sama" bila digunakan kepada psikologi tingkah laku. Tindakan baik dan buruk memiliki pengaruh berlawan yang sama atas individu-individu dan orang-orang sekitarnya atau yang menirunya.

Imam Ali a.s. berkata:

Penyampaian amanat merupakan ciri orang-orang yang benar-benar beriman.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 453)

Iman adalah senjata defensif rohani. Ia merupakan salah satu dari faktor-faktor penting yang dapat mencapai kedalaman jiwa, ia mengatur amal perbuatan dan perilaku manusia dengan tatanan yang tepat. Iman juga membangun kembali rasa tanggung jawab individu dan sosial, memperingatkan manusia terhadap pengaruh kerusakan sosial, dan membimbing masyarakat kepada keadilan dan kebenaran.

Iman mencegah kerusakan dan pengkhianatan. Ia menjadi tanggung jawab orangtua untuk meratakan jalan bagi anak-anak mereka agar hidup bahagia dengan memelihara kebiasaan anak-anak mereka secara hati-hati sejak awal; menanamkan iman ke dalam hati mereka dan mendukung sifat-sifat mereka yang patut dipuji.

Imam Zainal Abidin a.s. berkata:

Kamu bertanggung jawab atas orang yang kamu jaga; akhlaknya, petunjuknya kepada Tuhannya SWT, dan membantu untuk menaati (Tuhannya).

Dr. Raymund Peach berkata:

Tidaklah cukup (bila) secara umum mematuhi aturan-aturan agama. Karena perhatian yang terus menerus dan tepat kepada setiap rinci mengenai tingkah laku dan emosi anak berkenaan dengan agama, penting untuk menanamkan iman di dalam hati mereka. Penanaman asas-asas agama dan genggamannya yang kuat di dalam kemurnian dan kebaikan hatinya menciptakan kesiapan untuk menerima nasehat dan teguran anda. Lakukanlah hal itu tanpa batas. Hal ini akan melindungi iman dan keyakinan mereka, serta menjaganya dari kesesatan dan kerusakan.
(Ma Wa Farzandane Ma)

Imam Ali a.s. berkata:

Sesungguhnya di dalam akal manusia ada suatu kebutuhan akan moral sebagaimana panen memburuh kan hujan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 224)

Dr. C. Robin berkata:

Beberapa orang yang mungkin membantah fakta bahwa akhlak itu seperti berjalan dan berbicara, adalah tindakan-tindakan alamiah. Dengan kata lain, ia berada di antara masalah-masalah awal yang kita pelajari dalam kehidupan. Harus pula diketahui bahwa akal tidak membantu manusia mempelajari akhlak yang baik; namun, akhlak mengatur manusia sebelum ia menyadari kepentingannya, lebih daripada tanda-tanda kedewasaan mental. Dengan kata lain, akhlak tidak bergantung kepada akal tetapi merupakan kegunaan baginya. Oleh karena itu, saya merasa tidak enak ketika mendengar seorang ibu berkata tentang perilaku putranya: 'Dia akan bangkit sendiri mempelajari hal yang benar.' Jika anak-anak tidak dibawa kepada akhlak yang baik dari usia muda, mereka tidak akan mampu mendapatkannya melalui akal dan pemahaman. Memang, kita dapat mengatakan bahwa akhlak adalah alat yang membimbing kita dan membuka gerbang-gerbang jalan terdekat menuju keadilan. Alat ini melindungi kita dari kemalasan, walau demikian ia juga memiliki nafsu dan keinginan yang berlimpah ruah; akal menjaga kita dari permusuhan, kebencian dan dendam. Dengan kata lain, ia menjadikan kita dapat hidup bermasyarakat dan memperingatkan kita akan kelalaian terhadap orang lain dan terhadap egoisme. Individu-individu berakhlak baik tidak pernah menyendiri; mereka dapat mewakili masyarakat dan membantu menyadarkan manusia kepada kebenaran.
(Chi Madanam)

Kendati segala upaya tengah dibuat untuk mensyariatkan hukum-hukum yang keras guna mengurangi kejahatan pengkhianatan, dan juga dibuat program-program pendidikan guna menyadarkan manusia akan berbagai akibatnya, dan meskipun dibuat berbagai hukum dan cara penerapannya untuk memerangi pengkhianatan, tindakan khianat terus menerus meningkat jumlahnya dan cenderung menjadi sesuatu yang mengerikan.




15. Sifat Kikir

Kerja Sama dan Bantuan
• Bakhil Meniadakan Kasih Sayang
• Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Bakhil


Kerja Sama dan Bantuan

Secara alamiah setiap manusia memiliki bakat-bakat khusus dan kita membutuhkan kerja sama dengan orang lain untuk menyempurnakan dan agar bakat-bakat kita menjadi produktif. Kerja sama merupakan suatu unsur yang efektif dalam proses peningkatan dan keberhasilan individu dan masyarakat.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, oleh karena itu sudah menjadi watak manusia untuk turut serta dalam tugas memecahkan berbagai problema kehidupan.

Peristiwa-peristiwa alam dan keinginan menciptakan sejumlah problema bagi manusia. karenanya membuat mereka menghadapi berbagai kesulitan, karena faktor inilah manusia terus menerus membutuhkan pertolongan orang lain. Ditinjau dari segi hukum alam (sunnatullah), kewajiban tidak terbatas kepada satu individu saja tetapi untuk semua tingkatan dalam masyarakat. Membantu seseorang, tidak pandang seberapa kecil dan besarnya kewajiban itu, sangatlah bermanfaat bagi perkembangan masyarakat dan akan mencakupi satu di antara berbagai kebutuhannya.

Karena keadaan-keadaan sosial terwujud melalui para anggota masyarakat -dari banyak sisi - kita dapat mengumpamakan struktur sosial dengan tubuh manusia. Sebagaimana tubuh manusia terdiri dari anggota-anggota yang secara alamiah saling berhubungan satu sama lain dan di atasnya pula perjuangan hidup (survival) manusia bersandar, masyarakat juga terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda, yang menjadikannya utuh. Jadi, tiap-tiap anggota masyarakat harus mengetahui kewajiban-kewajibannya yang vital dan melaksanakan sesuai kemampuannya sehingga masyarakat dapat tumbuh dengan subur. Para anggota harus menyelami segala kemampuan materi dan rohani mereka, dan mengerahkan demi kepentingan masyarakatnya dengan terus menerus memperhatikan untuk selalu berada dalam lingkup kemampuan dan peraturan sosial.

Bagaimanapun juga ketenteraman dan keamanan menyeluruh bagi masyarakat, dan penanggulangan berbagai kesulitan hanya dapat dicapai jika ada rasa kerja sama dalam perhubungan (relationship) manusia satu sama lain. Hanya dengan kerja sama, kehidupan menjadi lebih manis, tindakan menjadi lebih berfaedah, dan kereta masyarakat bergerak maju di jalan kemuliaan.



Kikir Meniadakan Kasih Sayang

Ada perasaan-perasaan tertentu yang berasal dari dalam hati manusia, buah-buah dari perasaan ini tidak terhingga nilainya; inilah akar-akar dari kerja sama manusia. Perasaan  ini, yang terwujud dalam menolong orang-orang miskin, termasuk sifat rohaniah khusus dan sifat-sifat mulia manusia. Inilah perasaan yang membuat manusia bereaksi ketika melihat kesengsaraan atau penderitaan yang dialami orang lain; ia mengilhami manusia untuk mau berkorban dan melupakan berbagai keinginan pribadi guna mengurangi penderitaan orang lain. Manusia tersebut babu at demikian tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Dr. Carl mengatakan:

Peningkatan di segala bidang membutuhkan tingkat pengorbanan tertentu, kebesaran, dan ketulusan; kemurnian jiwa hanya dapat dicapai dengan mengorbankan materi dan popularitas demi kepentingan negara atau tujuan yang lebih besar. Pengorbanan diri adaIah kebiasaan orang-orang yang memahami keindahan keadilan dan kebenaran iman kepada Allah. Inilah orang-orang yang mengorbankan jiwa mereka untuk melaksanakan keadilan, cinta dan keharmonisan di seluruh dunia. Akal saja tidak dapat membimbing manusia menuju kesempurnaan. Cinta dan kasih sayang juga merupakan faktor yang penting dalam urusan ini. Hal ini benar, karena jiwa mengatasi perasaan daripada akal dan renungan. Setiap orang dapat maju pada jalan ini melewati mega ke puncak cahaya dan mencapai kebenaran.
Ada suatu sifat yang dapat menghancurkan akar-akar kasih sayang, yang dapat bersembunyi di bawah sadar manusia.

Sifat ini dikenal sebagai kikir. Kikir meratakan jalan bagi fitrah manusia untuk menyingkirkan moral-moral baiknya.

Kikir adalah sifat jahat yang selalu menyusup ke dalam akhlak dan rohani. Di samping kikir dapat mengarahkan orang menjadi berpikiran sempit, ia juga menjerumuskan manusia kepada kehinaan dan kebencian masyarakat. Sebagai akibat dari sifat kikir dan egois. pikiran si kikir terpusat di sekitar materialisme dan kekayaan. Oleh karena itu, mereka terasing dari kebebasan berpikir dan sesudah itu terasing dari fakta-fakta kehidupan dan nilai-nilai akhlak dan rohani. Orang kikir tidak menganggap kekayaan merupakan suatu cara mengamankan kebutuhan materi dalam kehidupan. Sesudah mengamankan kebutuhan mendasar kehidupan dalam kesenangan, keharmonisan atau dalam menanggulangi kegelisahan dan penderitaan-penderitaan psikologis, maka tidak ada suatu peran pun bagi kekayaan.

Rasa takut miskin yang terbayang-bayang merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pikiran orang kikir. Karena alasan inilah si kikir tidak pernah dapat menjauhkan dirinya dari kekhawatiran dan depresi. Kendati orang kikir itu memiliki harta kekayaan. ia terasing dari kesenangan dan ketenteraman.

Menurut seorang sarjana Inggris:

Ada beberapa orang mengharapkan kekayaan seolah-olah tidak ada lagi selainnya yang berharga. Bahkan ada yang menjauhkan diri mereka dari pengetahuan dan tidur karena tujuan utama mereka adalah memperoleh kekayaan. Orang-orang seperti ini menjauhkan diri mereka dari kebenaran karena membayangkan harta sebagai tujuan dan bukan sebagai alat. Harta adalah laksana jembatan yang membantu kita dari kerusakan. Betapa kelirunya orang-orang yang menghabiskan hidup mereka dalam memperkuat jembatan itu sementara tidak mengetahui tujuannya. Jangan sampai kita menyerahkan diri kita demi uang, sebaliknya kita harus menyerahkan uang demi kita Banyak orang yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari uang dan saat mereka mendapatkannya, mereka membutuhkan kehidupan yang lain untuk menghabiskannya tetapi saat-saat yang sangat mereka inginkan tidak pernah datang.

Tampaknya ada hubungan langsung antara kekayaan dan sifat kikir. Kebanyakan orang-orang kaya adalah orang-orang yang kikir. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa bantuan kepada orang-orang miskin pada umumnya dilakukan oleh kelas menengah dan tidak kaya.

Orang kaya yang kikir. yang menjadi korban rasa frustrasi dan amarah orang miskin, adalah pokok dari beberapa kerusakan sosial. Tekanan yang berada di atas orang miskin, dan akibat komplikasi psikologis yang menimpa mereka. merupakan faktor-faktor yang menyuburkan kerusakan dan kekacauan. Tiada seorang pun mengingkari peranan yang sangat merusak ini, dan problema ini telah menyebabkan kejahatan dan permusuhan.

Banyak orang kaya yang melewati batas kemanusiaan sebagai akibat kecenderungan mereka yang kuat untuk memperoleh kekayaan. sehingga menambah penindasan mereka dengan merampas hak-hak orang-orang miskin. Para penindas seperti ini sudah pasti kehilangan sinar kemanusiaannya dari diri mereka.

Di lain pihak kita memiliki sifat murah hati, faktor ketulusan manusia. Ia merupakan perwujudan dari kemurnian perasaan manusia dan sebagai tanda dari pemikiran yang mapan. Kemurahan hati juga merupakan sifat yang paling baik di antara segala sifat murni lainnya.

Kemurahan hati menduduki suatu tingkatan yang sangat tinggi di antara sifat-sifat lainnya. Nama Hatim Ta'i masih tetap bersinar di seluruh negeri karena kemurahan hatinya yang termasyhur.
Sudah jelas bahwa sifat murah hati hanya dapat dipuji jika kedekatan kepada Allah dicari dengan mengurangi penderitaan orang-orang miskin sebagai tujuannya. Menyombongkan diri dan ingin terkenal jangan sampai menyusup ke dalam kemurahan hati.



Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Kikir

Islam menekankan semua aspek masyarakat manusia. la menganjurkan pengorbanan dan kemurahan dalam memberi untuk memperkuat ikatan cinta dan kasih sayang antara si kaya dan si miskin. lslam juga sangat membenci kekikiran dan ketiadaan moral.

Islam menanamkan akar-akar cinta dalam masyarakat Islami dengan mengatur perasaan-perasaan manusia dan rasa kerja sama di antara sesama Muslim. Islam melarang Muslim yang kaya bersikap acuh tak acuh terhadap yang miskin; ia juga melarang sifat kikir yang menghalangi kaum Muslimin dari membayar zakat yang diwajibkan bagi mereka untuk kaum Muslimin yang miskin.

Rasulullah Saw. bersabda:

"lslam tidak membenci sesuatu lebih daripada kekikiran. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 549)

Kikir adalah sifat jahat yang menjauhkan seseorang dari kebahagiaan dan ketenteraman dan meninggalkannya dalam penderitaan.

Rasulullah Saw. juga bersabda:
"Sedikit-dikitnya keharmonisan (kerukunan) di antara manusia adalah orang-orang yang kikir. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 21)

Seorang sarjana Barat berkata:

Orang yang kekurangan cinta dan mencarinya (bahkan di bawah sadarnya) selalu mengutuk dirinya dan tidak pernah puas dengannya; karena alasan ini banyak di antara kita bernafsu terhadap kehidupan orang lain dan sangat iri terhadap mereka. Perasaan ini tidak terbatas kepada orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya: dengki mempengaruhi kita semua karena adanya suatu unsur dalam kehidupan setiap orang di mana mereka merasa lemah. Misalnya, seseorang yang mempunyai isteri, anak dan kedudukan yang baik, merasa tamak melebihi orang-orang yang jauh dari keadaannya yang seperti ini. Orang-orang seperti itu memandang pakaian, misalnya, sebagai bukti dari kelebih-unggulan mereka; atau seseorang mungkin melihat orang lain yang pakaiannya lebih bagus dan berpikir bahwa orang yang berpakaian lebih bagus itu lebih bahagia daripadanya, karena jika ia tidak lebih bahagia ia tidak akan memiliki pakaian-pakaian yang lebih bagus ...
(Ravankavi)

Rasulullah Saw. diperintahkan oleh Allah SWT agar mengasihi orang-orang yang tidak mencintai harta untuk dirinya sendiri tetapi mengeluarkan kelebihan (harta) itu kepada orang-orang yang kekurangan. Beliau bersabda:

"Semoga Allah memberi rahmat atas orang-orang yang menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu dan yang mengeluarkan kelebihan dari apa yang dimilikinya."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 81)

Nabi Saw. juga bersabda:

"Hindarilah kekikiran karena akan menyebabkan kamu binasa dan mengarahkan meraka kepada pertumpahan darah serta menodai kesucian mereka."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 8)

Imam Ali a.s. berkata:

Aku heran kepada orang-orang kikir yang sengsara, karena mereka merasa miskin padahal daripadanya mereka lari lebih cepat. dan merasa kehilangan harta yang mereka cari. Dalam kehidupan ini mereka hidup dari kehidupan orang-orang miskin dan akan dihukum di akhirat dengan hukuman orang-orang kaya.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 497)

Seorang sarjana Inggris menyatakan:

Beberapa orang tampak kaya tetapi sebenarnya miskin. Mereka memiliki uang tetapi tidak dapat mengeluarkannya untuk dirinya sendiri. Kekayaan mereka menjadi seperti rantai emas yang mencekik leher mereka sehingga daripadanya mereka tidak memperoleh apa-apa kecuali penderitaan dan siksaan. Di sini uang menjadi kemalangan dan kekayaan menjadi bencana.
(Dar Aghushe Khush Bakhti)

Bahkan anak dari orang-orang kikir mengeluh tentang ayah mereka. Kenyataan ini dijelaskan oleh Imam Ali a.s. yang mengatakan:

Kemurahan hati seseorang membuat musuhnya mencintainya, dan kekikiran membuat anak-anaknya membenci nya.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 368)

Beliau juga berkata:
Tamak dan kikir dibangun atas keraguan dan kurangnya keyakinan.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 488)

Dr. Farmer telah berkata:

Sifat murah hati dan percaya diri lahir dari keharmonisan dan mempercayai diri dan orang lain, ketika anda menemukannya sekaligus di dalam diri seseorang, ia akan menyempurnakan akhlak masyarakat dan memberi peluang kepada kesempurnaan untuk menempati kehidupan sosial. Yang berlawanan dengan itu yakni ketika sifat ini sedang kekurangan, keutuhan akhlak masyarakat tidaklah mungkin sehingga seseorang tidak mampu menikmati kehidupan sosial.
(Raz Khusbhakhti)

Imam Musa Al-Kazim a.s. menjelaskan nilai sifat murah hati dengan mengatakan:
Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu berada di bawah lindungan Allah. Allah tidak menjauhi mereka tetapi membimbing mereka ke sorga. Allah SWT tidak mengutus seorang nabi atau penggantinya kecuali seorang yang murah hati; tidak ada orang adil (benar) yang tidak murah hati. Hingga saat-saat kematiannya, ayahku memerintahkanku agar menjadi orang yang murah hati.
(Furu’ Al-Kafi, jilid IV, hal. 38)

Suatu kali ketika Imam Ali a.s. sedang bertempur di medan laga, seseorang yang sedang beliau serang meminta pedang beliau. Imam Ali a.s. memberikan kepadanya sehingga membuatnya terheran-heran. Kemudian Imam Ali a.s. mengatakan bahwa orang-orang kikir sangat membutuhkan bimbingan agama, dan jika mereka jauh dari bimbingan itu, mereka akan terap berada dalam perangkap materialisme, kerugian dan kesengsaraan.




16. Sifat Tamak

Berbagai Kebutuhan Hidup
• Orang Tamak Tidak Pernah Puas
•Pembagian yang Adil dalam lslam


Berbagai Kebutuhan Hidup

Dalam kehidupan ini keberadaan kita dikelilingi oleh berbagai kebutuhan tertentu yang melekat sejak kita dilahirkan. Beberapa kebutuhan ini seperti makanan, pakaian, dan rumah merupakan kebutuhan dasar, dan kelangsungan sistem kehidupan pun bergantung kepadanya. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini bersifat alami dan tidak berubah. Jenis kebutuhan lainnya tidak penting sekali dan terus menerus berubah serta tidak pernah dapat diraih sepenuhnya.

Sesuai dengan kecenderungan alami dan rasa saling membutuhkan, manusia mencari uang dan berjuang dengan segala cara melawan berbagai problema dan kesulitan yang mungkin menghadang jalannya untuk mencari uang lebih banyak lagi; karena bagi kebanyakan manusia kekayaan adalah keindahan hidup.

Perubahan-perubahan keadaan manusia dalam hidup adalah sesuatu yang alami. Umpamanya, jika seseorang dikelilingi oleh kemiskinan dan kelemahan, ia mencari makan dengan segala cara untuk mencoba menghapus kemiskinan yang mengelilinginya. Jika seseorang memperoleh kekayaan, ia pun dijangkiti kesombongan dan keangkuhan, seolah-olah ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan sifatsifat ini. Terakhir, jika seseorang memperoleh kekayaan dan keamanan bagi dirinya, ia mabuk dengan kesombongan dan keangkuhan, dan ide-ide jahat pun tak henti-hentinya mengepung pikirannya.

Kehidupan mengambil berbagai bentuk bergantung kepada bagaimana seseorang memandangnya dan kemampuan akal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, banyak orang yang tidak menyadari kebenaran atau mencapai tingkat yang dengannya mereka dapat membedakan nntarn yang aman dan yang berbahaya. Perwujudan kebenaran-kebenaran kehidupan dan pencapaian keadaan bahagia memerlukan perenungan terhadap berbagai rahasia eksistensi, terutama rahasia "mengenal diri" yang hanya dapat dilakukan dalam wewenang akal dan logika.

Manusia harus memahami mengapa ia berada di dunia ini untuk memulai mencari kebahagiaan. Ia harus memilih cara, yang dengan ini ia dapat maju sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan alami dan rohaninya seraya menjauhkan diri dari berbagai keburukan yang memisahkan jiwa dari pertumbuhan pribadi yang sesungguhnya.

Memang, keberhasilan dan kebahagiaan tidak berarti manusia harus selalu mengungguli yang lainnya dengan memanfaatkan sumbersumber materi, karena masalah-masalah materi bukanlah tujuan utama dalam hidup dan manusia tidak semestinya melanggar batas-batas moralitas dan keluhuran untuk memperoleh materi.

Menurut Dr. Carl:

Materialisme liberal ditemukan dalam atmosfir ideologis yang berisi berbagai kepentingan pribadi yang menguasai pikiran kita. Kekayaan telah datang sebagai tujuan utama di mata kita, dan keberhasilan kini diukur dengan peredaran rekening. Suatu masyarakat yang memberikan prioritas kepada urusan-urusan ekonomi tidak pernah dapat dibimbing ke arah moralitas yang memerlukan ketaatan sepenuhnya kepada hukum-hukum kehidupan. Tidak pelak lagi, moralitas membimbing kira kepada kebenaran dan mengatur semua aktivitas jiwa dan raga kita sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kemuliaan moral dapat diibaratkan dengan mesin yang kuat yang berfungsi secara tepat. Perselisihan dalam suatu masyarakat tidak lain merupakan akibat dari ketiadaan moral.
Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah untuk mencapai tingkatan rohaniah. Rohaniah merupakan masalah paling penting dan bernilai yang dapat diraih manusia. Orang yang memelihara jiwanya senantiasa terikat dengan mutiara-mutiara rohani dan jarang memburuh kan dunia ini, karena ia memperoleh kepuasan rohani dalam bayang-bayang rohaniah yang menyertainya selama hidupnya. Orang seperti ini dalam keadaan bagaimanapun tidak akan mau menukar kekayaan rohaninya demi materi.


Orang Tamak Tidak Pernah Puas

Iri terhadap apa yang dimiliki orang lain merupakan keadaan psikologis yang memaksa seseorang menjadi materialis dan menjadikan materi sebagai poros tempat berputarnya pikiran.

Kecenderungan materi lahir dari sifat tamak yang tak terkendali. Lantaran kebahagiaan khayali yang ia ciptakan, tamak dianggap sebagai faktor yang membawa kesengsaraan dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia tidak lagi menghiraukan segalanya dan mengorbankannya, semua sifat moral dalam pencariannya mengumpulkan harta, hingga akhirnya perasaan ingin berakar kuat di dalam jiwanya.

Dr. Shaupenhaur berkata:

Agak sulit untuk membatasi kecenderungan-kecenderungan yang ada hubungannya dengan pencarian kekayaan, karena kepuasan individu sangat berbeda-beda dan tidak ada tolok ukurnya yang dengannya berbagai keinginan manusia dapat diputuskan. Beberapa orang puas dengan sedikit uang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka, sementara yang lainnya mengeluh tentang ketidakbahagiaan kendati kekayaan mereka berlimpah-limpah (yang jauh melebihi kebutuhan mereka). Oleh karena itu, setiap orang memiliki.



16. Sifat Tamak


Berbagai Kebutuhan Hidup
• Orang Tamak Tidak Pernah Puas
•Pembagian yang Adil dalam lslam

Berbagai Kebutuhan Hidup

Dalam kehidupan ini keberadaan kita dikelilingi oleh berbagai kebutuhan tertentu yang melekat sejak kita dilahirkan. Beberapa kebutuhan ini seperti makanan, pakaian, dan rumah merupakan kebutuhan dasar, dan kelangsungan sistem kehidupan pun bergantung kepadanya. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini bersifat alami dan tidak berubah. Jenis kebutuhan lainnya tidak penting sekali dan terus menerus berubah serta tidak pernah dapat diraih sepenuhnya.

Sesuai dengan kecenderungan alami dan rasa saling membutuhkan, manusia mencari uang dan berjuang dengan segala cara melawan berbagai problema dan kesulitan yang mungkin menghadang jalannya untuk mencari uang lebih banyak lagi; karena bagi kebanyakan manusia kekayaan adalah keindahan hidup.

Perubahan-perubahan keadaan manusia dalam hidup adalah sesuatu yang alami. Umpamanya, jika seseorang dikelilingi oleh kemiskinan dan kelemahan, ia mencari makan dengan segala cara untuk mencoba menghapus kemiskinan yang mengelilinginya. Jika seseorang memperoleh kekayaan, ia pun dijangkiti kesombongan dan keangkuhan, seolah-olah ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan sifatsifat ini. Terakhir, jika seseorang memperoleh kekayaan dan keamanan bagi dirinya, ia mabuk dengan kesombongan dan keangkuhan, dan ide-ide jahat pun tak henti-hentinya mengepung pikirannya.

Kehidupan mengambil berbagai bentuk bergantung kepada bagaimana seseorang memandangnya dan kemampuan akal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, banyak orang yang tidak menyadari kebenaran atau mencapai tingkat yang dengannya mereka dapat membedakan nntarn yang aman dan yang berbahaya. Perwujudan kebenaran-kebenaran kehidupan dan pencapaian keadaan bahagia memerlukan perenungan terhadap berbagai rahasia eksistensi, terutama rahasia "mengenal diri" yang hanya dapat dilakukan dalam wewenang akal dan logika.

Manusia harus memahami mengapa ia berada di dunia ini untuk memulai mencari kebahagiaan. Ia harus memilih cara, yang dengan ini ia dapat maju sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan alami dan rohaninya seraya menjauhkan diri dari berbagai keburukan yang memisahkan jiwa dari pertumbuhan pribadi yang sesungguhnya.

Memang, keberhasilan dan kebahagiaan tidak berarti manusia harus selalu mengungguli yang lainnya dengan memanfaatkan sumbersumber materi, karena masalah-masalah materi bukanlah tujuan utama dalam hidup dan manusia tidak semestinya melanggar batas-batas moralitas dan keluhuran untuk memperoleh materi.

Menurut Dr. Carl:

Materialisme liberal ditemukan dalam atmosfir ideologis yang berisi berbagai kepentingan pribadi yang menguasai pikiran kita. Kekayaan telah datang sebagai tujuan utama di mata kita, dan keberhasilan kini diukur dengan peredaran rekening. Suatu masyarakat yang memberikan prioritas kepada urusan-urusan ekonomi tidak pernah dapat dibimbing ke arah moralitas yang memerlukan ketaatan sepenuhnya kepada hukum-hukum kehidupan. Tidak pelak lagi, moralitas membimbing kira kepada kebenaran dan mengatur semua aktivitas jiwa dan raga kita sesuai dengan harkat kemanusiaan. Kemuliaan moral dapat diibaratkan dengan mesin yang kuat yang berfungsi secara tepat. Perselisihan dalam suatu masyarakat tidak lain merupakan akibat dari ketiadaan moral.
Tujuan hidup yang sesungguhnya adalah untuk mencapai tingkatan rohaniah. Rohaniah merupakan masalah paling penting dan bernilai yang dapat diraih manusia. Orang yang memelihara jiwanya senantiasa terikat dengan mutiara-mutiara rohani dan jarang memburuh kan dunia ini, karena ia memperoleh kepuasan rohani dalam bayang-bayang rohaniah yang menyertainya selama hidupnya. Orang seperti ini dalam keadaan bagaimanapun tidak akan mau menukar kekayaan rohaninya demi materi.


Orang Tamak Tidak Pernah Puas

Iri terhadap apa yang dimiliki orang lain merupakan keadaan psikologis yang memaksa seseorang menjadi materialis dan menjadikan materi sebagai poros tempat berputarnya pikiran.
Kecenderungan materi lahir dari sifat tamak yang tak terkendali. Lantaran kebahagiaan khayali yang ia ciptakan, tamak dianggap sebagai faktor yang membawa kesengsaraan dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia tidak lagi menghiraukan segalanya dan mengorbankannya, semua sifat moral dalam pencariannya mengumpulkan harta, hingga akhirnya perasaan ingin berakar kuat di dalam jiwanya.

Dr. Shaupenhaur berkata:

Agak sulit untuk membatasi kecenderungan-kecenderungan yang ada hubungannya dengan pencarian kekayaan, karena kepuasan individu sangat berbeda-beda dan tidak ada tolok ukurnya yang dengannya berbagai keinginan manusia dapat diputuskan. Beberapa orang puas dengan sedikit uang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka, sementara yang lainnya mengeluh tentang ketidakbahagiaan kendati kekayaan mereka berlimpah-limpah (yang jauh melebihi kebutuhan mereka). Oleh karena itu, setiap orang memiliki batasan-batasan tertentu dari berbagai keinginnya, yang dengannya ia memenuhi harapannya. Namun, ketika manusia mengalami kesulitan pada jalan ini, ia mengeluh dan mungkin menyerah. Harta yang melimpah dari si kaya tidak memperdaya si miskin. Kekayaan itu laksana air garam, semakin banyak anda meminumnya akan semakin kehausan.
Memang benar. orang yang tamak tidak akan pernah merasa puas dengan harta benda dunia, bagaikan api yang membakar habis semua bahan bakar yang tersedia.

Ketika ketamakan menguasai suatu bangsa ia mengubah kehidupan sosialnya menjadi wilayah perselisihan dan pertikaian di tempat keadilan, keamanan, dan kerukunan. Biasanya dalam masyarakat seperti ini keunggulan akhlak dan rohani tidak mempunyai tempat.

Harus diingat bahwa bagaimanapun juga ada suatu perbedaan besar antara penyembahan uang dan hasrat untuk maju, yang juga bersifat materi. Oleh karena itu, penting untuk menarik suatu garis di antara kedua aspek ini, karena tidak ada hukum yang jelas yang mencegah masyarakat manusia dari mencari kemajuan dan keunggulan dalam bayang-bayang fitrah dan tujuan.

Perbuatan orang tamak menciptakan serangkaian kesengsaraan bagi masyarakatnya, karena ia bermaksud memenuhi nafsu-nafsunya dengan cara-cara yang zalim termasuk cara-cara yang dapat membawa kemiskinan kepada orang lain. Orang-orang yang iri merampas sumber-sumber kekayaan bagi dirinya untuk memperoleh lebih banyak lagi, dan akibatnya menciptakan berbagai problema ekonomi yang gawat.

Beberapa orang mengatakan bahwa kekayaan adalah suatu sumber yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan, sehingga mereka memberikan perhatian yang besar atasnya. Padahal sebenarnya, orang-orang miskinlah yang lebih unggul dalam semua momen bersejarah yang mulia dan agung. Para penulis, pencipta dan saintis kebanyakan dari kelas miskin.

Di samping itu, kekayaan yang melimpah akan merusak banyak manusia. Misal, ketika seseorang mewarisi sejumlah besar uang, umumnya mereka tidak menghiraukan segala kesempatan bagi pendidikan dan pengetahuan, mereka malah menenggelamkan diri dalam dosa dan nafsu karena tidak membutuhkan pekerjaan atau pengembangan.

Suatu kali seorang kaya mengunjungi seorang filosof terkenal Yunani. Sang filosof memandang remeh si kaya sehingga ia tidak membuat persiapan khusus atas kedatangannya. Filosof itu berkata kepada si kaya:

Sesungguhnya kamu tidak datang kepadaku untuk belajar tetapi untuk menjatuhkanku atas dasar kondisi keuanganku, benarkah begitu?

Orang kaya itu menjawab:

Jika aku mengikuti jalanmu dalam meraih ilmu, aku tidak akan mempunyai harta, istana, pelayan-pelayan, dsb.

Kemudian filosof itu berkata:

Tanpa memandang harta milikmu, aku lebih kaya daripada kamu. Aku tidak membutuhkan pelayan-pelayan untuk melindungiku, karena aku tidak merasa takut kepada siapa pun, terhadap Kaisar sekalipun. Kamu akan selalu miskin, karena kamu bergantung kepada orang lain. Aku mempunyai akal, kepuasan dan kebebasan untuk berpikir sebagai ganti dari emas dan perak, sedangkan kamu membuang-buang waktumu untuk berpikir tentang piring-piring emas. Gagasan-gagasanku adalah kerajaanku yang luas di mana aku tinggal dengan bahagia, sedangkan kamu menghabiskan waktumu dalam kegelisahan dan keresahan. Semua yang kamu miliki itu tidaklah berharga bagiku, tetapi apa yang kumiliki berlimpah-limpah, bagimu tidak akan mungkin memenuhi semua harapan dan keinginanmu, tetapi kebutuhan-kebutuhanku selalu terpenuhi dengan menggunakan akalku.
Sesungguhnya setiap orang harus bersandar kepada ilmu dan bukan kepada emas dan perak; karena hanya orang-orang yang bodoh sajalah yang bersandar kepadanya.

Tidak syak lagi, kebahagiaan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari kehidupan, masing-masing memiliki tempatnya sendiri dalam berbagai peristiwa kehidupan. Setiap orang yang memasuki dunia ini akan mengalami sebagian dari keduanya tanpa melihat banyaknya harta yang dimilikinya. Di sinilah dapat kira katakan bahwa kekayaan, yang melebihi kebutuhan seseorang tidak akan ada manfaatnya dalam menemukan kebahagiaan. Menurut Socrates banyak orang yang tidak memiliki uang, permata, pakaian kebesaran atau istana, namun hidup mereka seribu kali lebih bahagia daripada kehidupan orang-orang kaya.

Sesungguhnya orang tamak itu orang yang hina, orang miskin yang menghamba kepada dunia uan hartanya. Ia telah mencekik lehernya dengan rantai kekayaan dan telah tunduk kepada ketidakdewasaan berpikir. Orang tamak membayangkan bahwa kekayaannya, yang cukup bagi generasi-generasi dari keturunannya, tidak lain merupakan persediaan bagi hari-harinya yang suram. Hanya ketika lonceng-lonceng bahaya dan maut berdering seorang tamak baru menyadari kesalahan-kesalahannya. Ketika lonceng berbunyi untuk memberitahukan detik-detik terakhir kehidupannya, ia melihat kekayaannya, yang karena kekayaannya itu ia telah menghabiskan seluruh umurnya; dengan kesedihan dan kekecewaan ia menyadari bahwa itu semua tiada bermanfaat baginya di dalam kubur, sebuah tempat yang membawanya kepada kesedihan dari banyak kesalahan yang telah ia lakukan di sepanjang hidupnya.



Pembagian yang Adil dalam lslam

Bersamaan dengan seruannya atas manusia untuk berjuang dan maju, lslam memberikan peringatan keras terhadap fanatisme buta kepada materialisme. Islam menyatakan bahwa ketaatan seperti ini menjauhkan manusia dari mencari tujuan hidup yang sebenarnya, yakni kebahagiaan yang kekal. Imam Al-Baqir a.s. memberikan gambaran tentang orang yang tamak sebagai berikut:

Sebuah contoh tentang orang yang tamak terhadap dunia ini adalah ulat sutera. Semakin banyak sutera lalu melilit dirinya, semakin sedikit kesempatannya untuk hidup hingga akhirnya mencekik dirinya sendiri.
(Ushul Al-Kafi, jilid 11)

Rasulullah Saw, bersabda:

"Jauhilah tamak, karena orang-orang sebelum kamu binasa sebagai akibat sifat tamak. Tamak memerintahkan mereka untuk kikir (bakhil) dan mereka pun taat; dan ia memerintahkan mereka kepada dosa dan mereka pun (berbuat) dosa."
(Nahj Al-Fasahah, hal. J 99)

Imam Ali a.s. menunjukkan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh rasa iri ketika beliau berkata:
Hindarilah tamak karena pelakunya adalah mangsa kehinaan dan kepayahan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 135)

Dr. Mardin berkata:

Kekayaan bukanlah segalanya dalam kehidupan manusia, kebahagiaan yang sesungguhnya pun bukan terletak pada pengumpulan harta. Bagaimanapun juga, banyak pemuda yang membuat suatu kesalahan dengan mempercayai bahwa uang adalah sesuatu yang paling penting dalam hidup. Dengannya, mereka membuang kemuliaan hidupnya untuk mencari kekayaan, sementara hal itu menjauhkan diri mereka dari segalanya. Ini adalah jalan pemikiran yang sangat keliru dan merupakan salah satu alasan di balik begitu banyak kesengsaraan manusia. Kita berjuang untuk mendapatkan istana-istana yang menyenangkan, mobil, pakaian kebesaran, dan sebagainya dengan mengira bahwa itu semua adalah jalan menuju kebahagiaan, padahal sebenarnya semua itu membawa kekecewaan dan kerugian bagi kita.
(Khistan Sazi)

Imam Ali a.s. berkata:

Orang yang tamak adalah tawanan kehinaan dan yang tawanannya tidak berhenti.
(Ghurar At-Hikam, hal. 50)

Kebenaran ajaran lslam, yang sesuai dengan fitrah manusia, secara sama membagi materialisme dan kerohanian. Dengan demikian, ia telah memilih suatu jalan bagi para pengikutnya yang dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani. Orang-orang yang taat memiliki rohani yang bijak dan benar, karena mereka memahami kebenaran-kebenaran ilahiah.

Kepuasan adalah harta yang tidak pernah habis, karena para pemiliknya tidak berhenti berusaha hingga memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan alasan ini mereka mengatur kehidupan dan menghindari pengotoran atas kebahagiaan rohani mereka melalui usaha-usaha yang keliru dengan mengumpulkan kekayaan dan kerendahan. Orang-orang yang puas merasa senang dengan apa yang ia peroleh secara halal. Cara yang baik ini mengizinkan kita untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya (kemuliaan akhlak); dalam hal ini ia meraih kekayaan yang sesungguhnya (yakni rasa puas) yang membawanya kepada keharmonisan dan tidak perlu meminta apa yang ada di tangan orang lain. Imam Ali a.s. berkata:

Yang terbaik adalah runduk dan paruh kepada kepuasan dan kesalehan, dan membebaskan diri dari sifat iri dan tamak, karena tamak dan iri menimbulkan kemiskinan, sedang ketaatan dan rasa puas menampakkan kekayaan.
(Ghumr AI-Hikam, hal. 255)

Beliau juga menunjukkan gangguan rohani dan psikologis yang mempengaruhi orang yang iri ketika beliau berkata:

Orang yang iri membawa penyakit.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 544)

Or. Mardin berkata:

Pemikiran-pemikiran tertentu yang timbul dari sifat tamak. iri dan segala reaksi psikologis lainnya tidak hanya berlawanan dengan jasmani tetapi juga rohani. Sehingga mereka akan menjauhkan kita dari kehidupan yang baik dan mengubah jalan kehidupan yang harmonis. Tamak dan iri menghancurkan segala sifat alami manusia.
(Pirozi Fikr)

Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. berkata:

Tamak mengotori jiwa, merusak agama dan menghancurkan jiwa muda.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 77)

Rasulullah Saw. menjelaskan tentang berbagai penderitaan dan bencana yang timbul dari sifat tamak. Beliau berkata:

"Orang yang tamak menghadapi tujuh masalah sulit:

1) Khawatir, yang mengganggu tubuhnya dan merugikannya.
2) Kemurahan (depresi) yang tiada akhirnya.
3) Kepayahan, kematian adalah satu-satunya pelarian baginya dan dengan pelarian itu orang-orang yang tamak akan lebih kepayahan.
4) Ketakutan, yang selalu mengganggu hidupnya.
5) Kesedihan, yang selalu membayangi hidupnya,
6) Pengadilan, yang tidak menyelamatkannya dari siksa Allah kecuali bila Allah mengampuninya
7) Hukuman, yang darinya tidak ada tempat untuk berlindung dan menghindar."
(Mustadrak AI-Wasa'il, jilid II, hal. 435)

Ketamakan adalah suatu keinginan jahat yang mengarahkan manusia kepada kehinaan dan dosa. Imam Ali a.s. berkata:

Tamak adalah suatu motif bagi kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 16)

Beliau juga berkata:

Buah dari sifat iri adalah mengeluh tentang berbagai kekurangan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 360)

Dr. S .M. Caughaust berkata:

Pencurian berasal dari sifat tamak. Para pencuri mencuri apa yang tidak dimilikinya karena mereka iri terhadapnya. Orang yang mencuri sepasang kaus kaki dari seorang pedagang, atau sepeda, berbuat demikian hanya karena pengaruh sifat iri untuk memiliki barang-barang. Jadi motif pencuri untuk mencuri adalah sifat iri.
(Chi Midanam)

Akhirnya kita berkesimpulan bahwa tamak -gangguan jiwa yang berbahaya ini- dapat diobati dengan beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Kepuasan hanya dapat dicapai dengan memperkuat rohani dan membangun akhlak yang mulia.



17. Perselisihan


Cinta Diri yang Berlebihan
• Apa yang Kim Peroleh dari Perselisihan
• Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin



Cinta Diri yang Berlebihan

Iri hati terhadap harta benda merupakan fitrah dasar manusia. la adalah naluri yang tertanam dalam diri manusia sejak pertama dilahirkan. Ia adalah motif yang mengizinkan manusia untuk berjuang secara terus menerus dan melindungi dirinya. Sebagai akibat dari naluri ini. kita melihat bahwa manusia menghindari apa yang merugikannya dan tertarik dengan hal-hal yang menguntungkan. Oleh karena itu, ketika bergerak maju ia menjadi sandera fenomena psikologis. Fenomena ini memainkan suatu peranan dalam memajukan tingkat peradaban.

Namun, kebahagiaan manusia hanya dapat dicapai jika pada saat berjuang terhadapnya ia melindungi diri mereka dari ketidakwajaran dan kelalaian: dan pada saat yang sama menjauhkan diri dari perbudakan berbagai keinginan. Oleh sebab itu, jika manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan nalurinya dengan suatu cara yang baik, di mana sifat-sifat terpuji dan akhlak-akhlak yang mulia dapat berkembang, ia harus menggunakan akalnya dalam setiap segi kehidupan. Sebab hanya akal yang mampu membimbing manusia dan bukan naluri. Akallah yang mencegah naluri dari kemubaziran dan kejumudan. la adalah unsur yang membuat kita dapat membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Kekuatan akal, yang memiliki tugas penting dalam mengembangkan kepribadian manusia, adalah kemampuan untuk melindungi kita dari kesesatan dan memberi kita ketelitian dalam berbagai urusan.
Jika naluri cinta diri melanggar batas-batas kewajaran dan berspekulasi memasuki wilayah kemubaziran, ia secara merugikan mempengaruhi cara berpikir manusia; dengan demikian akan mencegah dia untuk menyadari kenyataan-kenyataan hidup. Orang-orang yang menjadi korban kekacauan semacam ini pada akhirnya akan ditarik ke dalam rawa kesesatan dan kerusakan. Namun, naluri tersebut dapat dianggap berbahaya hanya ketika ia berada dalam keadaan yang melampaui batas. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan mengecam cinta diri adalah untuk menunjukkan mudarat-mudarat yang muncul karena mengikutinya dalam melanggar batas-batas akal.

Keberhasilan dan kegagalan seseorang berhubungan dengan keadaan rohani dan moralnya. Kekacauan akhlak, yang berkembang lewat berbagai tingkat kehidupan, seringkali berangkat dari problema yang timbul karena keinginan-keinginan yang tidak benar dan tidak dapat dibenarkan.
Manusia telah dianugerahi bakat-bakat dan kemampuan yang besar. Setiap orang memiliki daya untuk mengikuti kemurnian dan keutuhan kasih sayang. Bagaimanapun juga, tampaknya tidak ada yang lebih berat bagi manusia dari pada menundukkan nalurinya atau keinginan-keinginannya, termasuk cinta diri, sombong dan angkuh.

Oleh karena itu, kita dipaksa untuk lebih berusaha menundukkan naluri ini atau kita tidak akan mampu meraih akhlak yang mulia. Tanpa sikap mawas diri, kita tidak dapat membina suatu kehidupan yang baik dan terpuji.



Apa yang Kita Peroleh dari Perselisihan

Keberhasilan dalam perilaku sosial secara langsung berhubungan dengan aturan-aturan tertentu yang harus kita pelajari dan di atasnya kita bangun akhlak kita. Hal ini disebabkan peranan manusia dalam hubungannya dengan orang lain, dan pengetahuannya rentang batas-batas kewajibannya berada di antara persoalan-persoalan yang merupakan takdir bagi kesengsaraan atau kebahagiaannya.

Kebutuhan akan keharmonisan dan terciptanya hubungan cinta merupakan suatu sifat yang secara mendalam tertanam di dalam fitrah manusia. Setiap orang condong kepada cinta dan keharmonisan; oleh sebab itu ia membenci kesendirian dan pengasingan. Namun, tanpa memperoleh pikiran dan jiwa yang tenteram, seseorang tidak akan mampu hidup secara damai dengan orang lain atau dengan dirinya sendiri.

Kedamaian, keharmonisan dan kerja sama merupakan faktorfaktor penting bagi kesehatan dan kedamaian kehidupan sosial; serta menghormati hak-hak dan perasaan orang lain merupakan langkah awal dalam seni membangun ikatan kasih sayang. Dalam hal ini, hubungan antar individu akan merasakan kekuatan dan keberlangsungan. Orang-orang yang kekurangan akan sifat-sifat tersebut biasanya jauh dari hubungan-hubungan yang seimbang dengan orang lain, dan dasar cinta dan keharmonisan mereka pun lemah. Mereka tidak dapat -dalam keadaan bagaimana pun- memelihara hubungan mereka dengan orang lain pada tingkat yang dapat diterima.

Salah satu sifat jahat, yang secara keji melukai perasaan orang lain dan menghancurkan ikatan cinta di antara manusia, adalah berselisih. Orang-orang yang berselisih harus menyadari bahwa cinta diri yang kelewat batas merupakan salah satu dari faktor-faktor yang menciptakan sifat jahat ini; ia hanya tumbuh ketika diairi oleh aliran naluri terkutuk ini.

Seorang yang suka berselisih (pendapat) -untuk memuaskan rasa kesombongannya- menentang setiap pendapat yang mungkin terjadi dalam setiap perkumpulan, tidak untuk menghadirkan suatu gagasan yang benar atau menghapus konsep yang keliru, tetapi untuk menghancurkan kepribadian lawannya dengan tuduhan-tuduhan yang batil. Dengan berbuat demikian ia mencoba menciptakan rasa keunggulan yang haram bagi dirinya. Orang semacam ini dapat menyembunyikan niat-niatnya di balik kedahsyatan atau keindahan perbendaharaan kata. Dengan cara ini mereka kehilangan keputusan yang adil dan berani melakukan segala macam penindasan dan pelanggaran batas hak-hak orang lain.

Di samping itu, reaksi seseorang tidak semestinya diabaikan ketika kebanggaannya dilanggar, tidak dapat dihindari ia akan bereaksi terhadapnya. Oleh karena itu, ia mungkin mencari kesempatan yang tepat untuk membalas dengan segala daya upayanya. Nah, jika sifat ini berkembang luas dalam suatu bangsa, dapat mengakibatkan perpecahan baik dalam cara berpikir maupun dalam cara berperilaku.
Seorang ulama berkomentar mengenai hal ini dengan mengatakan:

Akal adalah sinar terang yang membimbing manusia dari gelapnya kejahilan dan membebaskannya dari berbagai problema. Kita menyombongkan diri tentang fakta bahwa kita satu-satunya makhluk yang memiliki akal dengan mengatakan bahwa dengan itu kita dapat memahami berbagai masalah, sebab-sebabnya, akibat-akibatnya dan hubungannya dengan makhluk yang lain. Namun, sengsaralah jika kita mencoba untuk membuka selubung kebenaran melalui diskusi dan perselisihan-perselisihan; karena hal itu tidak menghasilkan apa pun kecuali kegelisahan mental. Perselisihan juga menyingkap kejahilan orang-orang yang berselisih dan mengungkap kesalahan-kesalahan mereka dalam bidang.



Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin

lslam dengan teliti memandang segala aspek kehidupan sosial, dan meneliti dengan cermat unsur cinta dan keharmonisan, oleh sebab itu ia secara tegas mengutuk segala hal yang menciptakan permusuhan di antara kaum Muslimin dan menggoncangkan fondasi persatuan mereka. Para pemimpin agama telah menunjukkan kepada para pengikutnya bagaimana cara mengikuti jalan penyucian dan melindungi hati mereka dari noda segala ketidakjelasan.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Adalah suatu kebajikan bila seseorang mendengarkan saudaranya ketika sedang berbicara kepadanya. "
(Nahj Al-Fasahah, hal. 633)

Imam AI-Baqir a.s. berkata:

…dan belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana kamu belajar menjadi pembicara yang baik, dan janganlah memotong perkataan orang lain.

Para pemimpin agama telah berulang kali mengecam perselisihan dan mengingatkan manusia terhadap dampak-dampak buruknya, serta melarang para pengikutnya dari perselisihan bahkan dalam persoalan-persoalan yang benar.

Imam Ash-Shadiq a.s. berkata:

Seorang ahli ibadah tidak mencapai hakikat keimanan hingga ia meninggalkan semua bualannya bahkan ketika benar…
(Safinah Al-Bihar, jilid II, hal. 522)

Tidak ada yang menjadi pemenang dalam arena perselisihan. Imam Al-Hadi a.s. memberikan nasihat berikut kepada orang-orang yang membela kekalahannya dengan cara perselisihan:

Bualan meruntuhkan hubungan yang sudah lama terjalin; dan mengakhiri hubungan yang erat, dan setidak-tidaknya kejahatannya adalah persaingan (dalam mencoba mengungguli lawannya), dan persaingan adalah (faktor) utama dalam keterasingan.

Dr. Dak Carnegie menulis:

Dalam setiap sepuluh perselisihan, sembilan dari sepuluh kasus keluar dengan lebih percaya kepada pendapat-pendapat mereka sendiri dan mengklaim lawannyalah yang salah. Tidak ada pemenang dalam perselisihan ini di mana yang satu kalah dan menyerah. Ya, anda berpikir tentang keadaan lawan anda! Anda membuatnya merasa bodoh dan melukai perasaannya dengan meninggalkan bekas luka di hatinya. Berselisih adalah suatu hal yang tidak pantas dalam meyakinkan orang lain dan dalam mempengaruhi cara berpikir orang lain. Sebenarnya, tidak ada hubungan antara meyakinkan dan membantah, atau tidak mungkin kesalahpahaman diganti dengan perselisihan. Nasihat dan pendekatan damai merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam hal ini. Adalah kewajiban manusia untuk bersimpati dengan lawannya.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Hindarilah sifat menyombongkan diri karena tidak ada kebaikannya, dan hindarilah sifat menyombongkan diri karena sedikit faedahnya dan ia menghasut permusuhan di antara saudara."
Suatu ketika seorang doktor terkenal berkata:

Tidak ada faedahnya berselisih. Nafsu besar seseorang dalam berselisih dapat membuka sisi lawannya, karena perasaan dapat meledak selama berselisih. Tidak pandang bagaimana tenangnya pembicaraan itu, akan tetap terasa pengaruh-pengaruh yang merugikan hati lawannya. Maka, setiap kira mencoba mengunggulinya, ia tetap bertahan pada pendapatnya. Satu kata dapat menghancurkan suatu hubungan cinta selamanya. Di samping itu, berselisih tidak pernah menyebabkan orang lain mengakui cara berpikir kita.
(Dar Jostojue Kusbhakhti)

Para pendebat selalu memiliki rasa gelisah di dalam hati mereka. Imam Ash-Shadiq a.s, berkata:
Hindarilah perselisihan karena ia menguasai lalu menimbulkan kemunafikan dan menciptakan perasaan susah.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan ajaran-ajaran lslam kita dapat meratakan jalan bagi diri kita untuk menciptakan revolusi rohani dalam watak-watak rohani kita dengan berupaya meraih akhlak yang mulia. Allah Maha Penolong dan kepada-Nya-lah kita bergantung.




Daftar Isi

PSIKOLOGI ISLAM 1

Membangun Kembali Moral Generasi Muda  1

Sayyid Mujtaba Musavi Lari1

Tentang Penulis 2

Pendahuluan 6

1. Sifat Buruk 11

Nilai Persahabatan 11

Rasa Benci13

Rasulullah: Suri Teladan yang Sempurna 17

2. Optimisme 22

Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran 22

Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis 25

Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri28

3. Pesimisme 34

Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan 34

Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis 37

Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis 40

4. Dusta 46

Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat46

Mudarat-mudarat Berdusta 49

Dusta Dilarang Agama 53

Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda 58

Munafik: Sifat yang Paling Buruk 60

Memberantas Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan  63

6. Fitnah 69

Masyarakat yang Ternodai Fitnah 69

Mudarat-mudarat Fitnah 71

Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang 72

Agama Terhadap Akhlak yang Buruk 75

7. Mencari-Cari Kesalahan 79

Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri79

Sindiran dan Para Penghina 81

Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir84

8. Dengki89

Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan  89

Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian  91

Agama Terhadap Sifat Dengki94

9. Sifat Sombong 100

Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan 100

Sombong Mengundang Kebencian Manusia 102

Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati106

10. Penindasan 111

Peranan Keadilan dalam Masyarakat111

Kobaran Api Penindasan yang Merusak 113

11. Permusuhan dan kebencian  119

Kenapa Harus Tidak Memaafkan? 119

Kemerosotan Akibat Permusuhan 122

12. Amarah 132

Manfaat Pengendalian Diri132

Akibat-akibat Amarah 134

Petunjuk Para Pemimpin Agama 137

13. Melanggar Janji142

Berbagai Tanggung Jawab 142

Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya  144

lslam Melarang Pelanggaran Janji147

14. Khianat152

Saling Percaya dan Penunaian Tugas 152

Khianat dan Keburukannya 154

Agama Mengutuk Pengkhianatan 156

15. Sifat Kikir161

Kerja Sama dan Bantuan 161

Kikir Meniadakan Kasih Sayang 162

Sekilas Pandang atas Berbagai Pandangan Para Pemimpin tentang Sifat Kikir165

16. Sifat Tamak 170

Berbagai Kebutuhan Hidup 170

Orang Tamak Tidak Pernah Puas 172

Pembagian yang Adil dalam lslam 179

17. Perselisihan 183

Cinta Diri yang Berlebihan 183

Apa yang Kita Peroleh dari Perselisihan 184

Sekilas Pandang pada Kata-kata Para Pemimpin 185 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...