Ruhani Muslim-Cendekia Kristen
Imam Jawad Chirri-Wilson H. Guertin, Ph.D
Sekapur Sirih
Dr. Wilson
Pada abad-abad yang silam orang-orang Katolik
mengusir kaum Muslimin dan ajaran-ajaran Muhammad keluar dari Eropa dan
dari Dunia Barat. Apabila hal itu tidak terjadi maka orang-orang (Barat)
akan lebih sedikit memerlukan orang-orang Arab yang terpelajar dan
guru-guru seperti Imam Mohamad Jawad Chirri untuk membawa pesan Tuhan ke
dunia Barat ini.
Orang ini meninggalkan keluarganya dan kerabatnya
lantaran mereka melihat adanya kebutuhan penjelasan ajaran agama yang
dibutuhkan oleh manusia dan tidak dipenuhi di Amerika.
Saya adalah salah satu di antara orang-orang yang
beruntung yang dapat mengecap kelezatan dialog dari Muhammad Jawad
Chirri. Saya adalah orang pertama yang ditata dan dirobah, kendati saya
tidak pernah mempercayai ajaran Kristen, akan lebih jelas bila saya
katakan bahwa saya belajar mempercayai Tuhan untuk yang pertama kali
melalui Islam oleh imam saya (Chirri).
Bila anda adalah seorang Muslim bacalah buku ini di
luar kewajiban untuk memperoleh pengetahuan. Jika Anda adalah seorang
Yahudi atau Kristen bacalah buku ini untuk hal yang sama yaitu belajar
mempercayai Tuhan.
Mempelajari perbandingan agama mungkin akan
menggoyahkan bila Anda mempercayai Tuhan didasarkan pada alasan-alasan
yang tidak rasional (menurut akal). Dan juga dapat memperoleh hasil lain
yang diinginkan yaitu memperkokoh fondasi kepercayaan.
Kepercayaan pada Tuhan seperti digambarkan dalam
argumen yang saya beberkan harus di arahkan sesuai dengan arah/tujuan
yang diajarkan oleh ajaran agama itu. Bila Anda tidak dapat menyatakan
bahwa Anda percaya pada Tuhan, Anda masih dapat memperoleh nilai dalam
mempelajari agama.
Pada halaman-halaman yang berikut tentang dialog
ini, Anda akan dibimbing kepada beberapa hal-hal penting yang bertautan
dengan kemanusiaan dan sejarah. Pemikiran dan peristiwa-peristiwa
sejarah adalah sangat penting, dan barangkali Anda juga menginginkan,
seperti saya, menemukan jalan untuk mempercayai Tuhan melalui pemikiran
dan sejarah.
Negara Inggris lebih beruntung daripada kita di
Amerika dalam memiliki sejarah dan ajaran-ajaran Islam. Tiga penulis
terkenal di Inggris mengakui kebesaran dan nilai Islam. Orang-orang
tersebut adalah:
a. Arnold Toynbee, Sejarawan.
b. Bertrand Russell, Filosof.
c. George Bernard Shaw, Pengarang.
Di samping gambaran di atas, kita ingin mengetahui lebih lanjut tentang kebesaran dan nilai Islam melalui dialog antar iman ini.
Wilson H. Guertin, Ph.D.
University of Florida.
Sekapur Sirih
Imam Jawad Chirri
Imam Mohammad Jawad Chirri adalah orang Libanon dan
memperoleh ijazah dari Hauzah Ilmiah Najaf (Seminary School), di Iraq.
Dia adalah seorang Ulama dan Dosen. Masyarakat Islam mengundang dia ke
Detroit, Michigan di tahun 1949. Imam Chirri adalah direktur dan Ketua
Kerohanian di Islamic Centre di Detroit (15571 Joy Road). Ruang lingkup
kerjanya cukup luas, termasuk Afrika Barat dan Timur Tengah.
Pada waktu diadakan tour dosen-dosen dari Afrika
Barat dan Timur Tengah, tahun 1959, Imam Chirri diundang oleh Syaikh
al-Azhar di Cairo, untuk mengenal sekolah-sekolah yang lain.
Sehubungan dengan diundangnya Imam Chirri, pemimpin
mayoritas mengeluarkan pernyataan historis bahwa pengajaran untuk kedua
mazhab itu harus mempunyai suara yang sama dan bahwa orang-orang Islam
berhak untuk memilih satu di antaranya.
Dr. Wilson H. Guertin adalah seorang sarjana (cendekia) dan seorang yang terkemuka dalam bidang Psikologi.
Dia adalah orang yang menghormati agama dan memiliki ilmu pengetahuan tentang agama yang sangat luas.
Perhatiannya pada agama menggambarkan kesungguhan
tipe seorang cendekia yang memikirkan bahwa agama pada umumnya,
berisikan kebenaran, meskipun diselubungi oleh kesuraman yang disebabkan
oleh orang-orang yang tidak mengerti dan salah mengartikan.
Kita akan mendapat kesukaran-kesukaran apabila kita
mengharapkan seorang cendekia atau scientist, yang selalu berkecimpung
dalam dunia serba empirik dan selalu mencoba menguak rahasia alam dan
kehidupan, untuk mempercayai ajaran agama yang tidak sesuai dengan
realitas empiris di alam atau tidak sesuai dengan sains yang telah ada.
Seorang cendekia (scientist) bila dihadapkan dengan ajaran agama yang
berlawanan dengan kenyataan empiris atau dengan sains, mungkin mengambil
sikap-sikap berikut ini:
A. Dia mungkin akan mengambil sikap yang radikal dengan samasekali menolak agama apa pun bentuknya.
B. Dia mungkin mencoba menyesuaikan konsep agama
dengan sains yang ada dengan mengarahkan ajaran agama pada jalan yang
tidak akan bertentangan dengan sains.
C. Dia mungkin mencoba belajar agama lain yang
berbeda dengan agamanya untuk mendapatkan agama yang tidak bertentangan
dengan akal dan ilmu pengetahuan (sains).
Dr. Guertin mengambil sikap yang ketiga dan mencoba
untuk mendapatkan kebenaran dengan melakukan riset dan penyelidikan
agama. Penyelidikannya bersifat intensif. Dia menguji berbagai jenis
agama,dan yang terakhir menguji ajaran agama Islam.
"Saya beragama Kristen sejak lahir," dia katakan
pada saya, "Tetapi sejak saya menjadi orang yang berpendidikan, saya
menjadi sangsi."
"Sebagai seorang cendekia (saintis), saya tidak
dapat menerima ajaran agama yang tidak sesuai dengan sains (ilmu
pengetahuan). Saya mencoba untuk memuaskan kebimbangan saya dengan
mencari beberapa ajaran agama yang lain dari agama saya. Saya telah
mencoba beberapa agama tetapi saya tidak pernah dapat memuaskan
kebimbangan saya."
"Akhirnya, saya membaca beberapa buku tentang
Islam, dan hal ini membuat saya berminat memperoleh pengetahuan yang
lebih banyak tentang agama ini."
"Sekarang saya datang pada Anda, saya mengharapkan bahwa saya akan dapat memperoleh gambaran yang jelas dari kepercayaan Anda."
"Saya mengerti bahwa Anda mendalami ilmu Islam, dan Anda adalah spesialis dalam bidang ini."
"Saya ingin mengaji dan meriset Islam melalui Anda, dan saya percaya bahwa Anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya."
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada saya
mungkin juga akan terdapat pada setiap orang yang berpendidikan yang
mencoba mendapatkan kebenaran tentang Islam.
Oleh karena itu, saya mengira,
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang dilontarkan harus dicatat
dan diterbitkan, dan buku yang berisikan dialog-dialog ini akan sangat
berguna pada setiap pribadi yang memiliki kebimbangan-kebimbangan dan
mencoba mendapatkan jawaban-jawabannya.
Beberapa dari mereka yang pura-pura tidak tahu, dan
sebagian yang lain menjaga hubungannya dengan agama lain dengan tidak
adanya kesungguhan mencari kebenaran.
Sebenarnya buku ini diutamakan untuk orang-orang
yang merasa dahaga akan ilmu pengetahuan agama dan yang cukup giat untuk
mencoba menghilangkan dahaganya.
Untuk orang-orang ini, saya perkenalkan dan
menganjurkan buku untuk dibaca dan silahkan memperoleh kegunaan dan
manfaat dari membaca buku ini.
Mohammad Jawad Chirri
Dialog Ke-1
Kebebasan Berdiskusi dalam Islam
Wilson: Beberapa agama melarang adanya sikap kritis
dan gemar bertanya berkenaan dengan ajaran agama mereka. Mereka
menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengikuti instruksi-instruksi
mereka tanpa pengujian dan pengkajian. Mereka menuntut iman dan
melarang mereka untuk bergaul dengan orang yang memeluk agama lain yang
boleh jadi menuntunnya kepada keraguan. Bagaimana sikap Islam terhadap
pertanyaan yang tertuju kepada ajaranya dan membandingkan ajarannya
dengan keyakinan yang lain.
Chirri: Islam sangat liberal, free dan terbuka
dalam masalah ini. Ia boleh jadi menuntut seseorang untuk beriman kepada
ajaran-ajaran tertentu, namun pada saat yang sama ia menasihatinya
untuk mencoba membangun keyakinannya berdasarkan dalil dan argumen.
Islam memberinya kebebasan untuk mengajukan pertanyaan dan tidak
mencelanya ketika ia memiliki keraguan, jika keraguannya diikuti oleh
usaha intensif untuk menemukan kebenaran. Jika agama lainnya
menasihatkan pengikutnya untuk menghindari diskusi ihwal masalah-masalah
prinsipil selain darinya dan membuatnya takut bahwa ia telah
memprovokasi murka Tuhan dengan melakukan hal tersebut, Islam membuat
orang merasa aman dari murka Tuhan jika ia menindaklanjuti penelitiannya
mencari kebenaran. Pada kenyataannya, Islam tidak pernah menasihatkan
orang untuk menghindari diskusi yang menuntun kepada pengetahuan baru
dan sebuah penemuan baru tentang kebenaran. Tapi jangan takut, Islam
menganjurkan untuk mendiskusikan setiap prinsip-prinsip ajaran agama,
apakah itu ajaran Islam atau non-Islam. Tidak pernah merasa risau dan
kuatir akan murka Tuhan lantaran Dia merupakan Tuhan kebenaran.
Sebaliknya, semakin orang mencari kebenaran dan melakukan penelitian
intensif, semakin banyak ganjaran yang ia dapatkan dari Tuhan menurut
pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ganjaran yang paling bernilai
dan sikap yang paling berharga, adalah melakukan pendekatan terhadap
isu-isu keagamaan dengan semangat dan spirit seorang ilmuan dan saintis
yang menyambut setiap dalil yang dapat membuktikan atau membatalkan
teorinya (atau teori yang ia dapatkan).
Wilson: Apakah Islam memiliki aturan spesifik atau anjuran berkenaan dengan riset dan pengkajian agama?
Chirri: Ada beberapa aturan tertentu yang tercantum
dalam al-Qur'an yang harus digunakan dalam riset agama demi terjaminnya
setiap kesimpulan yang boleh jadi dicapai.
1. Tidak dibenarkan memeluk sebuah doktrin ketika
dalil dan argumen telah dibangun yang berseberangan dengan doktrin
tersebut, dan tidak dibenarkan mengikuti sebuah prinsip tanpa adanya
dalil.
Jika Tuhan menghendaki seseorang untuk beriman
kepada sebuah doktrin, Dia membuatnya jelas dan berdalil. Dia adalah
Mahaadil lagi Bijaksana. Dia mengetahui bahwa keyakinan dan iman bukan
merupakan sebuah hal yang bersifat dipaksakan. Seseorang tidak dapat
meyakini atau mengingkari segala sesuatu yang ia tidak pilih. Raga
manusia berada di bawah kontrol perintah tapi jiwanya tidak demikian.
Saya menaati sebuah titah yang memerintahkan untuk menggerakkan tanganku
ke atas dan ke bawah, berjalan atau duduk, bahkan jika perintah
tersebut nampaknya tidak bijaksana. Namun saya tidak dapat menaati
sebuah perintah, misalnya, yang menitahkan aku bahwa dua kali dua sama
dengan lima, atau angka tiga merupakan angka satu, atau api itu dingin
atau salju itu panas. Pengetahuan manusiawi kita datang dari dalil
langsung dan tidak langsung, dan ia tidak mengikuti kehendak dan kemauan
kita sendiri. Keyakinan dan iman yang dapat diterima haruslah
berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Ketika Tuhan menghendaki aku untuk
mengetahui sesuatu, Dia membuat ilmu tersebut mungkin bagiku dengan
menyediakan petunjuk dan jalan untuknya. Jika Dia menuntut aku untuk
meyakini sesuatu sementara ada dalil yang bertentangan dengannya, Dia
memintaku untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Dan hal ini
berseberangan dengan keadilan-Nya. Islam tidak pernah mencela seseorang
apabila ia tidak meyakini sebuah ajaran lantaran kurangya dalil;
sebaliknya, Islam mencela seseorang ketika ia mengikuti sebuah ajaran
sementara ia meraba-raba dalam kegelapan tanpa adanya petunjuk yang
menerangi, atau apabila ajaran tersebut tidak sesuai dengan kebenaran.
Mengikuti sebuah ajaran yang bertetangan dengan petunjuk, atau kurangnya
dalil, adalah ibarat sebuah pengadilan mahkamah yang memutuskan perkara
ke atas terdakwa tanpa adanya bukti. Sikap semacam ini bukan merupakan
sebuah perbuatan terpuji. Al-Qur'an menegaskan: "Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya." (Qs. al-Isra' [17]:36)
2. Tidak pernah menerima populeritas secara lahir.
Seorang periset dalam bidang agama tidak dibenarkan menerima populeritas
sebuah doktrin agama dalam masyarakatnya sebagai sebuah bukti atas
kebenarannya. Banyak ide dan gagasan populer yang terbukti kesalahannya.
Pada suatu waktu, diyakini bahwa bumi ini datar dan matahari yang
mengelilingi bumi. Orang-orang meyakini masalah ini selama ribuan tahun,
tetapi kita ketahui bahwa tidak satupun ide dan gagasan ini yang benar.
Terlebih, apa yang populer pada suatu komunitas belum tentu populer di
komunitas lain. Kebalikannya juga benar. Jika populeritas merupakan
simbol kebenaran, seluruh ide yang populer yang bertentangan satu sama
lain akan menjadi benar, namun kebenaran tidak pernah bertentangan
dengan dirinya. Tatlkala nabi pertama datang untuk memproklamasikan
konsep tauhid (keesaan Tuhan), risalahnya tidak populer di setiap
masyarakat lantaran masyarakat dunia ketika itu adalah kafir dan
musyrik. Tidak populernya risalah Ilahi seperti itu tidak mencegah
risalah itu dari kebenarannya. Pada kenyataannya, seluruh nabi datang ke
masyarakatnya dengan risalah-risalah yang tidak populer. Maksud mereka
adalah mengoreksi hal-hal yang keliru dan bersifat populer dan
menggantinya dengan kebenaran yang bersifat tidak populer. Al-Qur'an
menandaskan, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka
bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka
tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain
hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. al-An'am [6]:116).
3. Ajaran-ajaran agama yang bersifat warisan harus
dikaji. Islam menganjurkan setiap orang dewasa untuk mengkaji agama yang
ia warisi dari orang tuanya. Agama yang diwariskan, seperti agama yang
lain, harus dibuktikan dengan dalil dan argumen. Seseorang dapat
bersandar kepada penilaian orang tuanya selama ia masih kecil dan tidak
mampu mengambil keputusan sendiri. Tatkala ia mencapai masa dewasa,
agamanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Santun dan hormat kepada
orang tua merupakan salah satu perintah Islam, namun hal itu tidak
berarti menerima pendapat mereka dalam suatu perkara penting seperti
agama jika pendapat mereka merupakan pendapat keliru. Sebenarnya, ketika
orang tua memeluk sebuah ajaran agama yang salah dan menuntut
anak-anaknya untuk mengikuti mereka, mereka tidak boleh ditaati lantaran
tindakan tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan; artinya, jika
seseorang menaati orang tuanya ketika mereka melakukan kesalahan, ia
telah membangkang perintah Tuhan. Senada dengan hal ini, al-Qur'an
berkata, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
kedua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qs.
Luqman [31]:14-15)
Islam memerintahkan setiap orang untuk menguji
ajarannya sebagaimana ia memerintahkan setiap orang untuk mengkaji dan
menguji ajaran lain. Dengan demikian, seseorang dapat menilai Islam
lebih dari yang sebelumnya.
4. Tidak dibenarkan adanya keragu-raguan pada diri
seseorang. Ketika seseorang tidak komitmen terhadap satu agama dan
meragukan seluruh konsep agama, ia tidak boleh puas dengan keraguannya.
Adalah tugasnya melindungi dirinya dan kepentingan vitalnya di dunia ini
dari segala bentuk musibah dan petaka. Sama saja, ia memiliki tanggung
jawab dan tugas yang sama dalam melindungi kepentingan spiritual dari
kerusakan. Pencarian seriusnya tentang apa yang menimpa atas kehidupan
spritualnya sama pentingnya dengan pencariannya terhadap apa yang
menimpa kehidupan fisikalnya. Supaya seseorang menunaikan tanggun jawab
dan mengerjakan tugasnya, diwajibkan baginya untuk mencari, dan mencari
secara serius tentang keraguan yang ia miliki tentang agamanya.
Barangkali terdapat banyak fakta-fakta yang dapat diakses dalam wilayah
keraguan; oleh karena itu, ia harus menemukannya. Ketika ia melakukan
riset dan berupaya sekuat tenaga lalu gagal menemukan kebenaran, ia akan
diampuni di hadapan Tuhan. Tuhan meminta setiap orang untuk melakukan
apa yang dapat mereka lakukan. Al-Qur'an menyatakan, "Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)
5. Ketika Anda melakukan riset agama, jangan
biarkan orang lain memutuskan sesuatu untuk Anda. Jangan bersandar
kepada peniliaian setiap orang, meski ia merupakan seorang tulus dan
cerdik cendikia. Di setiap keyakinan terdapat beberapa guru yang tulus
dan cendikia. Jika seseorang membolehkannya untuk membuat keputusan
tentang agama baginya, ia akan terbiasi lantaran guru-guru ini pasti
berbeda satu dengan yang lainnya. Jika ia bersandar kepada penilaian
para guru hanya dalam satu bidang iman, melupakan guru-guru yang lain,
ia akan memiliki bias dan subyektifitas. Seorang guru yang tulus dan
cendikia dapat salah, dan seseorang tidak akan dimaafkan apabila ia
mengikuti penilaian gurunya. Agama seseorang adalah tanggungjawabnya dan
setelah ia melakukan pencarian yang bersifat ekstensif, ia adalah
seorang penilai tunggal untuk mencapai kesimpulan dan membentuk beragam
pendapat. Dalam al-Qur'an disebutkan, Dan orang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. (Qs. 35:18, 53:38)
Dengan demikian, kita dapat melihat kelima ayat
al-Qur'an dimana Islam tidak takut untuk ditanyai atau dianalisa. Hanya
mereka yang takut gagal yang melarang diskusi secara bebas terhadap
ajaran agama mereka dan menghindari pengujian dari para periset dan
peneliti.
Dialog Ke-2
Definisi Islam
Wilson: Salah satu masalah penting dalam setiap
pembahasan adalah mendefinisikan subyek sebuah pembahasan. Lantaran kita
ingin membahas Islam, saya ingin mendengarkan sebuah definisi ihwal
Islam, karena kalimat ini bersumber dari bahasa Arab. Saya telah
mendengar lebih dari satu definisi tentang kalimat ini; saya ingin
mendengarkan definisi Anda ihwal Islam. "Muslim" merupakan kalimat yang
lain yang harus didefinisikan untuk didengarkan oleh kalangan non-Arab
yang boleh jadi membacanya berulang kali tanpa mengerti makna yang
sebenarnya dari kata itu, atau kebingungan dengan kata Islam.
Chirri: Makna asli "Islâm" adalah penerimaan sebuah
pendapat atau sebuah kondisi yang sebelumnya tidak diterima. Dalam
bahasa al-Qur'an, Islam bermakna kesediaan seseorang untuk menerima
titah dan perintah dari Tuhan dan mengikutinya. "Muslim" adalah kata
yang diambil dari kata Islam. Kata ini digunakan pada seseorang yang
telah menerima dan mengikuti titah dari Tuhan.
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula)
seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus, lagi
berserah diri Musliman dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan
orang-orang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]:67)
Dua kata yang dimaksud, bagaimanapun, dua makna
spesifik yang diperoleh setelah pengenalan risalah yang dibawah oleh
Nabi Muhammad Saw. Risalah yang diwahyukan kepada Muhamamad disebut
sebagai Islam, dan beriman kepada risalah yang dibawanya juga disebut
Islam. Muslim, juga berarti orang yang mengikuti risalah Muhammad dan
meyakini akan kebenarannya.
Wilson: Apa hubungan antara makna asli Islam dan makna spesifik yang diambil setelah kedatangan Muhammad?
Chirri: Makna baru dari kata tersebut adalah
berdekatan dengan makna aslinya lantaran Muhammad menyebutkan bahwa
ajarannya mengandung ajaran-ajaran para nabi sebelumnya dan seluruh
perintah-perintah Tuhan. Ketika seseorang beriman kepada kebenaran
Muhammad dan berikrar untuk mengikuti risalahnya, ia sesungguhnya,
menyatakan kesediaannya untuk mentaati perintah dan titah dari Tuhan
tanpa syarat.
Wilson: Ada prosedur tertentu yang diatur,
misalnya, oleh Kristen bagi seseorang yang ingin memeluk Kristen.
Contohnya, Baptis yang merupakan salah satu sakramen (penyucian) yang
menurut hampir seluruh sekte dalam Kristen, harus dijalankan oleh
seseorang muallaf untuk menjadi seorang Kristian. Apakah ada prosedur
yang dianjurkan bagi seseorang untuk beriman kepada ajaran Islam?
Chirri: Tidak ada sakramen atau prosedur yang
ditentukan bagi seseorang untuk memeluk Islam. Yang diperlukan oleh
seseorang ketika ia ingin memeluk Islam hanyalah pengucapan atau iman
kepada syahadah (Deklarasi Iman), "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
Wilson: Mengapa pengucapan semacam itu memadai bagi seseorang untuk dapat memeluk Islam?
Chirri: Tatkala seseorang menyatakan bahwa ia
beriman kepada kebenaran Muhamamad, ia benar-benar menyatakan beriman
kepada seluruh yang diperkenalkan oleh Muhammad dan seluruh ajarannya.
Hal ini termasuk seluruh ajaran al-Qur'an, seluruh perbuatan dan sabda
Muhammad, baik dalam masalah aqidah atau masalah hukum syariat.
Ketika seseorang beriman kepada syahadah (deklarasi
iman), ia secara otomatis menjadi seorang Muslimin. Ucapan syahadah
merupakan sebuah bukti bagi Muslim yang lain bahwa ia adalah seorang
yang beriman kepada Islam. Lantaran hal ini, tidak seorang Muslim yang
dapat mengingkarinya, karena ia merupakan seorang yang beriman kepada
Islam dan tidak memerlukan hal yang lain untuk membuktikan hal itu.
Wilson: Apakah seorang muallaf dipandang sama dan ekual dengan seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir?
Chirri: Seorang muallaf adalah ekual dan sama
derajatnya dengan Muslim yang lain dalam pandangan al-Qur'an. Lebih dari
itu, seorang muallaf memiliki banyak keuntungan daripada seorang yang
menjadi Muslim semenjak lahir karena dua alasan:
1. Seorang muallaf mendapatkan ganjaran yang lebih
besar dari Tuhan ketimbang seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir.
Seorang muallaf yang menjadi Muslim biasanya setelah ia mengadakan riset
yang panjang dan detail serta harus menghadapi berbagai tekanan
psikologis, lantaran mengganti agama bukanlah sebuah pekerjaan mudah.
Hal ini menuntut keberanian dan usaha si muallaf, sementara orang yang
semenjak kecilnya telah memeluk Islam (Muslim) menerima agamanya melalui
warisan dari orang tuanya.
2. Seorang muallaf dipandang, dengan masuknya ia ke
dalam Islam, suci dan terbebas dari dosa-dosa sebelumnya. Seluruh
dosa-dosa yang ia kerjakan semasa ia memeluk Kristen dihapus secara
keseluruhan. Ia hanya akan bertanggung jawab dengan dosa-dosa yang ia
lakukan setelah ia menjadi seorang Muslim. Oleh karena itu, jika
seseorang menjadi Muslim pada pagi hari, setelah matahari terbit,
kemudian ia meninggal pada siang harinya, ia berhak memasuki surga tanpa
melakukan atau mengerjakan ritual-ritual keagamaan yang diwajibkan bagi
setiap Muslim. Ia tidak harus mengerjakan shalat subuh lantaran ia
memeluk Islam setelah matahari terbit, juga tidak harus mengerjakan
shalat Zhuhur karena ia meninggal sebelum waktu shalat Zhuhur tiba.
Wilson: Kadang-kadang saya menemukan bahwa Islam
disebut sebagai "Din at-Tauhid" dan terkadang "Din-al-Fitrah." Karena
kedua istilah tersebut merupakan istilah Arab, keduanya harus
didefinisikan untuk kepentingan orang-orang non-Arab. Alasan-alasan
mengapa Islam disebut dengan istilah ini juga harus dijelaskan.
Chirri: "Din at-Tauhid" bermakna agama yang beriman
kepada Keesaan Tuhan, dan "Din al-Fitrah" berarti agama yang sesuai dan
selaras dengan tabiat manusia. Islam disebut sebagai agama Tauhid
lantaran muatan utama yang terkandung di dalamnya adalah keesaan Tuhan.
Doktrin Tuhan Esa merupakan doktrin yang sangat ditekankan dan berulang
kali diulas dalam al-Qur'an. Tatkala Islam diperkenalkan kepada dunia,
hampir kebanyakan orang-orang adalah penyembah berhala. Beberapa agama
mendakwahkan Keesaan Tuhan namun dalam bentuk yang kurang jelas.
Beberapa dari mereka menisbahkan Tuhan sebagai sosok yang berbentuk
(anthropomorphic image). Poin yang paling penting dari kandungan risalah
samawi baru ini adalah membenarkan dan mengoreksi para penyembah
berhala dan menghilangkan segala kabut keburaman konsep Keesaan Tuhan.
Islam disebut sebagai agama fitrah lantaran ajarannya dapat diterima
oleh akal manusia ketika akal manusia bebas dari segala bentuk berpikir
takhayul dan tidak logis. Nabi Muhamamad Saw bersabda: "Setiap manusia
lahir dalam keadaan fitrah; pengaruh ibu bapaknyalah yang menjadikan ia
sebagai non-Muslim."
Tatkala seseorang bebas dari pemikiran yang tidak
logis, ia dapat dengan mudah, hanya dengan melihat tatanan semesta,
menyimpulkan bahwa semesta ini memiliki hanya Satu Pencipta. Adalah
mudah diterima sebuah ajaran yang menyeru kita untuk meyakini bahwa
semesta yang berusia lebih dari empat milyar tahun lamanya telah dicipta
oleh Pencipta Tua Yang Tak-Terbatas. Namun tidak mudah atau tidak
gampang mengidentifikasi bahwa Pencipta itu fana yang kelahirannya
terjadi empat billion tahun setelah penciptaan semesta. Adalah natural
menerima sebuah ajaran yang menyeru meyakini bahwa Pencipta semesta
adalah Mutlak Adil dan Pengasih. Bahwa Pencipta yang Mahaadil dan
Pengasih itu tidak akan membebani setiap jiwa dengan dosa orang lain;
dan bahwa Dia tidak meminta setiap orang untuk membayar dosa orang lain.
Ajaran Islam nampaknya dapat diterima akal manusia, kalaulah akal
tersebut belum terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang tidak logis. Atas
alasan inilah mengapa Islam disebut sebagai agama fitrah.
Dialog Ke-3
Mengapa Islam Sedemikian Mendunia?
Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa Islam tersebar
pada masa-masa awalnya di belahan dunia Asia, Afrika dan Eropa dengan
sangat cepat. Barangkali tidak ada agama yang tersebar di seluruh
penjuru dunia dengan sangat cepat dan pesat sebagaimana Islam. Pasti
terdapat faktor-faktor tertentu dalam Islam yang menyebabkan
perkembangan pesatnya dan membuatnya sedemikian fenomenal. Saya ingin
tahu faktor-faktor tersebut yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan pesat itu.
Chirri: Terdapat banyak faktor yang memberikan
kontribusi, dan masih memberikan kontribusi bagi penyebaran Islam. Di
antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kitab Suci Al-Qur'an
Merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat
dinafikan bahwa Qur'an merupakan sebuah kitab hidup yang telah
mempengaruhi jutaan manusia melalui keindahan dan pesonanya. Ketinggian
wacana Qur'an melemparkan tantangan dan bahkan masih melemparkan
tantangan. Qur'an sendiri menyeru orang-orang yang menentangnya untuk
mengajukan sebuah wacana yang dapat menandingi wacana yang ia
sampaikannya. Al-Qur'an berulang kali menyatakan bahwa jika orang-orang
yang menentangnya dapat menyuguhkan wacana yang sebanding dengan
kandungan al-Qur'an, mereka secara otomatis telah menggugurkan seluruh
tatanan keyakinan Islam. Qur'an masih tetap bertengger di atas dan di
atas seluruh perbandingan literatur Arab semenjak pewahyuannya pada abad
ketujuh. Dengan demikian, Kitab Suci al-Qur'an masih tetap bertahan
semenjak awal diperkenalkannya hingga sekarang menjadi sumber atraktif
bagi keyakinan Islam.
2. Pesona Pribadi Nabi Muhammad Saw
Muhammad lahir di bawah pendar cahaya sejarah.
Tidak ada awan yang menyelimuti kelahiran, keberadaan dan hidupnya di
antara bangsanya. Jika para nabi yang lain dipandang sebagai bagian dari
sejarah agama, Muhammad merupakan bagian dari keduanya, sejarah agama
dan dunia.
Muhammad lahir di Mekkah dari seorang ayah dan ibu
yang terkenal dan hidup dengan bangsanya selama empat puluh tahun
sebelum ia terlantik sebagai seorang Nabi Allah. Ia disaksikan oleh
bangsanya selama masa kecil dan dewasanya. Ia diperhatikan oleh seluruh
kerabatnya sebagai seorang teladan dalam kejujuran dan integritas.
Masyarakat Arab tidak pernah mendapatkannya berbuat salah. Mereka
memanggilnya al-Amin, orang yang terpercaya.
Muhammad tidak hidup sebagai seorang yang terasing.
Sebaliknya, ia senantiasa bergaul dengan masyarakat. Sebagai seorang
peniaga, Muhammad mengadakan perjalanan dan bergaul dengan masyarakat
dari seluruh lapisan, namun ia tidak pernah terpengaruh oleh nafsu
rendah dan ambisi duniawi mereka. Ia hidup di tengah masyarakat kafir,
yang didominasi oleh para penyembah berhala, namun ia tidak pernah
tunduk terhadap pemikiran mereka, juga tidak toleran dengan mereka dalam
keimanan. Ia hidup di dunia itu sebagai sebuah dunia bagi dirinya. Ia
dihormati oleh musuh-musuhnya dan dipuja oleh sahabatnya, dan tidak ada
nabi dalam sejarah yang menerima ketaatan secara spontan oleh
sahabat-sahabatnya sebagaimana yang diterima oleh Muhammad.
3 Kekuatan Iman Kaum Muslimin Pada Masa-Masa Awal
Berkat kejujuran dan pengaruh pribadi Muhammad yang
mempesona, iman para sahabatnya kepadanya luar biasa kuat. Hal ini
bersandar kepada perkenalan pertama mereka dengan kehidupannya yang
menjadi teladan.
Disebutkan bahwa para pengikut Musa menolak
memasuki Yerusalem tatkala diperintahkan kepada mereka untuk melakukan
hal tersebut dan berkata kepadanya bahwa ia dan Tuhannya yang harus
memasuki kota itu dan berperang dengan musuh. Disebutkan bahwa banyak
orang yang berkumpul di sekeliling Isa meninggalkannya tatkala kesusahan
datang menerjang. Bahkan murid-muridnya sendiri yang meninggalkannya.
Murid utamanya mengingkarinya selama tiga kali sebelum fajar menyingsing
pada malam yang amat menentukan itu. Keadaan yang sama terjadi pada
hampir kebanyakan para nabi. Tidak ada seorang pun dari mereka yang
mendapatkan sokongan sejati dari para pengikut mereka ketika mereka
menghadapi musibah dan petaka.
Para sahabat Muhammad, bagaimanapun, adalah berbeda
dengan para sahabat nabi-nabi sebelumnya. Tatkala Muhammad berada di
Mekkah, ia dan ratusan pengikutnya tidak berdaya dan tanpa perlindungan
hukum. Semuanya berdiri di hadapan ujian musibah, dan tidak ada seorang
pun yang menanggalkan imannya kepada Sang Nabi. Tindakan dan perbuatan
kaum Muslimin ini membuktikan iman mereka kepada Islam dan Nabi Saw.
Kesemuanya mendakwahkan Islam dan mengamalkan apa yang mereka dakwahkan,
dan setiap Muslim yang asli memberikan iman mereka sebagai sokongan
asli dalam ucapan dan perbuatan.
4. Ajaran Islam Merupakan Sumber Ketertarikan Lantaran Ajaran Tersebut Merupakan Ajaran Logis Dan Jelas
Dengan pemikiran serius, seseorang dapat dengan
mudah menerima ajaran agama yang mendeklarasikan hal berikut ini: Tiada
Tuhan selain Allah Yang menciptakan seluruh semesta; Tiada yang patut
disembah selain-Nya; Dialah satu-satunya Tuhan, tanpa sekutu, mitra atau
anak; Dia tidak beranak juga tidak diperanakkan dan tiada yang
menyerupai-Nya; Dialah yang Mahaadil, Mahapengasih, dan Mahakuasa, tidak
bersifat fisikal atau antropomorpis (berbentuk, jasmani); kekuasaan-Nya
meliputi seluruh semesta.
Monotheisme sederhana dan tanpa kompromi semacam
ini dapat diterima oleh akal sehat manusia yang mencari sebuah
penjelasan bagi keberadaan dunia ini. Ia tidak membingungkan pikiran
manusia dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dan Dia pada saat yang
sama, lebih dari satu. Juga tidak mencitrakan Tuhan sebagai manusia yang
lahir dari manusia lainnya.
5. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Yang Konsisten Dan Kohesif
Ajaran Islam tidak bertentangan satu dengan yang
lain, dan juga tidak kontradiksi dengan kebenaran yang lain. Ajaran
Kristen, Yahudi dan Islam mengajarkan keadilan Tuhan. Islam, betapapun,
memegang konsep fundamental ini dan mengamalkannya secara keseluruhan.
Konsep ini membangun konsep-konsep keagamaan lainnya yang mengikuti
konsep keadilan. Tatkala Tuhan adalah adil dan bijaksana, Dia tidak
memaksakan setiap jiwa untuk melakukan sesuatu yang berada di luar
kemampuannya. Islam mengajarkan kita juga bahwa Sang Mahaadil tidak
membebankan tanggung jawab kepada setiap orang atas apa yang ia lakukan
kecuali ia lakukan dengan ikhtiar. Dia tidak membebani seseorang dengan
tanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh orang tuanya atau kakek
buyutnya lantaran ia tidak memiliki kendali atas perbuatan mereka.
Islam mengajarkan kepada kita bahwa karena Tuhan
tidak membebankan seseorang tanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh
ayahnya, Dia tidak mencela seluruh umat manusia lantaran sebuah dosa
yang dikerjakan sebelum keberadaan generasi umat manusia. Celaan semacam
ini adalah bertentangan dengan konsep keadilan Ilahi. Alih-alih
membebani manusia dengan dosa warisan, Islam mengajarkan bahwa setiap
manusia lahir dalam keadaan suci dan kudus dari segala bentuk dosa, akan
berlaku demikian, hingga ia mengerjakan dosa sebagai seorang dewasa.
6. Ajaran Islam Memiliki Sikap Positif Terhadap Seluruh Aspek Kehidupan Manusia
Islam, tidak seperti agama lainnya, menekankan
pentingnya aspek spiritual dan material kehidupan manusia. Tuhan,
menurut Islam, tidak menghendaki manusia melupakan kebutuhan
biologisnya, juga tidak menginginkan adanya konflik intrinsik antara
tanggapan kita terhadap kebutuhan ini dan pertumbuhan spiritual kita.
Sebaliknya, kedua sisi masing-masing saling bergantung satu dengan yang
lainnya. Keduanya berhimpun satu dengan yang lain dan dapat disatukan
dalam kebanyakan kegiatan manusia. Seorang manusia yang kekurangan
kebutuhan makanan, kehangatan, perlindungan, dan melakukan meditasi,
mengerjakan tugas-tugas ibadah, atau mengerjakan kebaikan kepada manusia
lainnya. Namun, tatkala kebutuhan tersebut terpuaskan, manusia dapat
dengan mudah mengarahkan dirinya secara langsung kepada Tuhannya.
Oleh karena itu, pekerjaan yang diniatkan dengan
baik untuk memenuhi kebutuhan ragawinya menjadi sebuah porsi dalam tugas
keagamaan kita. Agama, menurut ajaran Islam, tidak bermaksud untuk
menekan nafsu-nafsu biologis; agama bermaksud untuk membina nafsu-nafsu
biologis tersebut dan mencegah setiap orang untuk berlaku ekstrim dan
merugikan dirinya sendiri atau masyarakatnya.
7. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Universal
Universalitas ajaran Islam dapat terlihat dari
ajarannya yang tak memandang bulu dan berlaku diskriminatif terhadap
umat manusia, dan ia mengakui seluruh nabi-nabi sebelumnya.
Semenjak kedatangannya, Islam telah membawa merek
universalitas. Ia mengalamatkan dirinya kepada seluruh umat manusia,
tidak memandang bulu di antara seluruh bangsa dan kelompok etnis. Setiap
umat manusia merupakan sebuah anggota dari sebuah keluarga besar. Tidak
ada seorang invidu atau bangsa yang merupakan pilihan Tuhan atau
ciptaan favorit karena kelahirann, kebangsaan, atau keyakinan terhadap
sebuah dogma tertentu. Manusia adalah sama dan setara di hadapan Tuhan,
dan setiap orang memiliki akses terhadap kerajaan Tuhan, jika ia
merupakan seorang yang benar.
Sebuah kebenaran tidak pernah bertentangan dengan
kebenaran yang lain. Oleh karena itu, Islam memproklamirkan bahwa hanya
ada satu agama samawi yang telah diwahyukan pada waktu yang berbeda
kepada para nabi yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan risalah
kepada umat manusia. Merupakan sebuah hal yang tidak dapat diterima
bahwa Tuhan akan mewahyukan sebuah doktrin tertentu kepada seorang rasul
atau nabi dan kemudian mewahyukan ajaran yang lain kepada nabi yang
lain yang menentang ajaran sebelumnya. Tuhan telah mewahyukan ajaran
samawi-Nya, perintah-perintah dan hukum pada tingkatan peradaban yang
berbeda sesuai dengan kapasitas pemahaman dan pemikiran manusia.
Pewahyuan berikutnya merupakan pelengkap, dan tidak menentang pewahyuan
sebelumnya. Oleh karena itu, Islam berkata bahwa merupakan tugas setiap
Muslimin untuk mengenal dan menghormati Isa, Musa dan seluruh nabi-nabi
dan ajaran-ajarannya yang benar. Hal ini secara berulang terekam dalam
al-Qur'an, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada
Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi
dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka
dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. al-Baqarah [2]:136)
Kaum Krisitian yang bersinggungan dengan kaum
Muslimin pada masa-masa awal kedatangan Islam menyaksikan penghormatan
kaum Muslimin terhadap Nabi Isa. Sebagai hasilnya, jutaan dari mereka
memeluk Islam, bukan karena mereka meninggalkan ajaran Isa, namun karena
mereka menghendaki tetap melanjutkan ketaatan mereka terhadap ajarannya
yang benar secara lekat dalam ajaran Islam.
Wilson: Apakah Islam menganjurkan pengutusan
misionaris untuk mengislamkan orang-orang non-Muslim sebagaimana yang
dilakukan dan dipraktikkan dalam ajaran Kristen selama ini?
Chirri: Islam, sebagaimana Kristen, mengajak
orang-orang kepada ajarannya dan menyeru kepada non-Muslim untuk
bergabung dengan para pengikutnya. Namun, Islam tidak pernah
mengorganisir misi-misi seperti yang dilakukan oleh Kristen. Manakala
seorang non-Muslim menunjukkan ketertarikan untuk mengkaji Islam,
merupakan tugas setiap Muslim untuk memberi tahu ihwal Islam kepadanya.
Pekerjaan semacam ini, bagaimanapun, adalah jauh dari misi yang
terorganisir.
Ketiadaan ulama Islam merupakan salah satu sebab
ketiadaan misi yang terorganisir ketika dibandingkan dengan Kristen.
Faktor lain adalah bahwa sekelompok besar kaum Muslimin cenderung
meyakini bahwa Islam akan tersebar tanpa misionaris. Kecendrungan ini
merupakan sebuah hasil dari ragam prestasi spektakuler yang dicapai oleh
Islam tanpa usaha dan kerja keras dari kaum Muslimin.
Jutaan orang di berbagai negara memeluk Islam,
bukan melalui misi yang terorganisir, tapi melalui kontak mereka dengan
beberapa Muslim yang meninggalkan kesan terhadapnya dengan integritas
dan kebenaran ajarannya. Orang-orang Muslim yang menanamkan gagasan iman
mereka terhadap yang lain, bukan karena mereka diutus oleh beberapa
lembaga berpengaruh sebagai misionaris, tapi karena mereka percaya bahwa
Islam merupakan urusan setiap Muslimin.
Berapa kali, saya mengadakan muhibah ke Afrika
Barat. Saya jumpai banyak misionaris Kristen di belahan dunia tersebut,
namun saya tidak melihat adanya misi kaum Muslimin yang terorganisir.
Kendati demikian, hasil pendapat dalam lingkaran ini mengabarkan bahwa
Islam lebih berkembang dengan pesat daripada Kristen di daerah tersebut.
Wilson: Apakah Anda memiliki data ihwal jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia?
Chirri: Jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia
(menurut harian Detroit News yang terbit hari Minggu, April 2, 1961)
adalah 212,250. Angka ini termasuk 170.000 misionaris Katolik dan 42,250
misionaris Protestan. (Coba Anda bayangkan dialog ini terjadi empat
puluh lima tahun yang lalu, sekarang pasti lebih banyak dan lebih besar
jumlahnya, AK). Serdadu besar misionaris ini didukung oleh ribuan
organisasi keagamaan yang menghabiskan triliunan Dolar setiap tahunnya
untuk pelaksanaan misi ini. Dibandingkan dengan kenyataan ini, kaum
Muslimin memiliki sentral-sentral penerangan yang di seluruh dunia tidak
mencapai ribuan jumlahnya. Sentral-sentral ini tidak menikmati dukungan
finansial sebagaimana yang diterima oleh misionaris Kristen. Juga tidak
bermaksud untuk mengganti agama orang lain. Pekerjaan mereka hanyalah
memberikan informasi, dalam keterbatasan mereka, kepada mereka yang
mencari informasi tentang Islam.
Wilson: Beberapa orang menisbahkan bahwa penyebaran
Islam terlaksana berkat kelonggarannya. Mereka berpikir bahwa Islam
tidak banyak menuntut para pengikutnya sebagaimana agama yang lain
seperti Kristen. Apa komentar Anda?
Chirri: Saya pikir gagasan ini tidak benar. Islam
menuntut lebih dari para pengikutnya daripada agama-agama lain. Islam
menuntut kaum Muslimin untuk beribadah sebanyak lima kali sehari:
sebelum fajar, tengah hari, petang dan senja dan malam hari. Islam
meminta kaum Muslimin untuk berpuasa 30 puluh hari berturut-turut selama
bulan Ramadhan. Seorang yang berpuasa diminta untuk tidak makan, minum
dan merokok semenjak waktu subuh hingga matahari tenggelam. Islam
meminta setiap orang dewasa yang mampu secara fisikal dan finansial
untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dan seluruh tempat suci di
dalamnya dan sekitarnya, dimana manusia meninggalkan seluruh kemewahan
dan harta benda duniawi termasuk pakaian yang terjahit untuk beberapa
waktu tertentu.
Islam juga meminta setiap Muslim untuk memberikan
sebagian harta kekayaannya setiap tahun untuk ia dermakan. Ia
mengharamkan minuman keras dan babi. Tidak ada satu pun dari aturan ini
yang mudah, dan tidak ada yang menunjukkan bahwa adanya kelonggaran
dalam ajaran Islam. Juga tidak ada kelonggaran dalam tuntutannya
terhadap pengikutnya untuk melayani yang lain dengan sebuah perlakuan
yang penuh persaudaraan, melindungi martabatnya dan mencegahnya dari
perkataan yang dapat menyingkap keburukannya, bahkan pada mereka yang
melakukan keburukan terhadapnya.
Wilson: Beberapa orang mengkritisi bahwa Islam
menjanjikan kaum Muslimin yang berbuat baik firdaus yang di dalamnya
mereka akan mendapatkan kesenangan segala sesuatu yang mereka senangi.
Para pengkritik ini berpikir bahwa Islam melebihi Kristen dalam
mengumbar janji, dan dengan demikian, menarik orang-orang dengan
janjinya.
Chirri: Sebuah janji menjadi atraktif hanya jika
berasal dari sebuah sumber yang terpercaya. Jika sebuah perusahaan yang
memiliki reputasi menawarkan seseorang dengan sebuah pekerjaan yang
bergaji lumayan besar, ia akan senang menerima posisi tersebut. Di sisi
lain, jika orang yang sama ditawari sebuah kedudukan dari sebuah
perusahaan yang tidak dapat dipercaya atau sebuah perusahaan yang
menderita kepailitan, ia pasti menolak tawaran tersebut lantaran ia
tidak akan memiliki kepercayaan dalam reliabilitas keuangan perusahaan.
Sama halnya, saya pikir bahwa sebuah pergantian
agama tidak akan menunaikan sedemikian banyak tugas agama dan
meninggalkan banyak hal yang disenangi demi segepok janji jika ia tidak
memiliki kepercayaan terhadap Islam. Bukan janji yang menarik jika
ditawarkan oleh sebuah sumber yang tidak dapat dipercaya. Menariknya
sebuah janji merupakan sebuah hasil dari kepercayaan. Iman terhadap
Islam, oleh karena itu, mendahului menariknya sebuah janji, bukan
sebaliknya.
Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa kaum Muslimin
pada masa-masa awal merupakan serdadu dan orang-orang yang militan.
Banyak konflik bersenjata yang terjadi antara kaum Muslimin dan
non-Muslim di Suriah, Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan banyak tempat
lainnya. Beberapa orang melontarkan kritik bahwa Islam disebarkan dengan
kekuatan, bukan dengan dakwah dan diskusi.
Chirri: Kekuatan boleh jadi menundukkan raga, tapi
ia tidak mampu menjinakkan jiwa. Anda dapat menundukkan seseorang atau
sebuah komunitas dengan menggunakan kekuataan, tapi Anda tidak dapat
membuatnya percaya bahwa Anda benar. Orang-orang Aljazair yang dikuasai
oleh penjajah Prancis selama ratusan tahun, tapi tidak membuat mereka
mencintai kaum penguasa. Segera setelah mereka mendapatkan kesempatan,
mereka angkat senjata melawan tuan mereka dan mengenyahkan penindasan
yang dilakukan oleh bangsa penjajah.
Merupakan sebuah hal yang tidak logis untuk
diyakini bahwa Islam tersebar dengan kekuatan. Muhammad, sebagai seorang
pribadi, tidak dapat memaksa ribuan atau ratusan orang untuk memeluk
agama yang ia yakini. Sejarah membuktikan bahwa Muhamamad hidup selama
13 tahun di Mekah setelah memproklamasikan iman yang ia yakini, ia
senantiasa mendapat ancaman dari musuh-musuhnya yang merupakan mayoritas
penduduk Mekah. Setiap orang yang ingin masuk Islam didera, diancam dan
dianiaya oleh penduduk Mekah; dan kendati demikian, jumlah populasi
kaum Muslimin naik secara mantap. Dapatkah kita menerima bahwa Muhammad
di bawah keadaan seperti ini dapat merubah agama seseorang dengan
kekuatan sementara ia sendiri merupakan sasaran penganiayaan?
Pada tingkatan berikutnya, kaum Muslimin telah
menjadi kekuatan yang diperhitungkan untuk berperang melawan musuh-musuh
mereka; dan sejarah menunjukkan bahwa mereka berjuang demi membela
Islam. Tapi hal ini tidak bermakna bahwa Islam telah merubah agama
seseorang dengan kekuataan dan paksaan. Kini terdapat lebih 100 juta
kaum Muslimin di Indonesia dan jutaan lainnya di Afrika Barat. Keseluruh
jumlah populasi yang mencapai jutaan ini menjadi pemeluk Islam melalui
kontak dan hubungan damai antara kaum Muslimin yang datang ke
daerah-daerah ini sebagai peniaga atau pengajar.
Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk mengingkari
bahwa kaum Muslimin merupakan orang-orang militan. Kaum Muslimin
sebenarnya merupakan pembela yang baik atas kebebasan mereka yang
miliki. Kita tahu bahwa tidak ada ideologi akan tersebar atau hidup pada
sebuah komunitas yang tidak bebas. Kebebasan beriman, beramal dan
berbicara adalah diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap
ideologi. Tiadanya sebuah perlindungan konstitusional bagi kebebasan,
akan menjadi tugas orang-orang yang menganut ideologi untuk melindungi
dan mengamankan kebebasan yang mereka punyai. Jika hal ini tidak dapat
dijadikan sebagai justifikasi kekuatan kaum Muslimin pada masa-masa
awal, maka tidak ada jalan untuk menjustifikasi kekuatan militer setiap
bangsa pada masa kini yang bangkit dan angkat senjata untuk membela
kebebasan dan kedaulatannya tatkala mendapat ancaman dari
musuh-musuhnya.
Dialog Ke-4
Bagaimana Islam Memandang Penciptaan Semesta?
Wilson: Dengan kemajuan sains, banyak pertanyaan
yang dapat dilontarkan seputar masalah penciptaan semesta.
Pertanyaan-pertanyaan ini nampaknya tidak memiliki jawaban dalam Injil,
dan terkadang kami temukan beberapa ayat dalam Injil yang bertentangan
dengan pengetahuan modern dewasa ini. Saya penasaran jika kita dapat
menemukan jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan serup dalam kitab
suci umat Islam. Alam semesta kini telah dibuktikan bahwa ia telah
menginjak usia lanjut. Usianya diperkirakan triliunan tahun.
Kelihatannya Injil mengurangi usia semesta dengan hanya beberapa ribu
tahun. Apakah al-Qur’an mengandung penjabaran tentang usia semesta ini?
Chirri: Kitab Suci al-Qur’an tidak menjabarkan usia
semesta ini dalam bentuk apapun. Sains juga sejauh ini tidak mampu
mengatakan dengan tepat kapan semesta ini bermula. Kitab Suci al-Qur’an
telah diperkenalkan pada masa dimana masyarakatnya bukanlah masyarakat
ilmiah, masa tatkala orang-orang tidak mampu menerima jangka dan
bilangan waktu milyaran atau jutaan tahun. Jika al-Qur’an menyatakan
bahwa bintang-bintang bersumber dari milyaran tahun yang lalu,
orang-orang telah menolak konsep Islam secara keseluruhan. Al-Qur’an,
dengan demikian, secara bijak berdiam diri dalam masalah ini. Untuk
menjadi benar, Anda tidak perlu mengatakan seluruh apa yang Anda ketahui
ihwal kebenaran; yang Anda perlukan hanyalah mencegah orang-orang tidak
menerima informasi dan berita yang salah serta menyesatkan. Oleh karena
itu, pintu tetap terbuka untuk setiap teori ilmiah, sehingga informasi
dan warta keagamaan tidak berbenturan dengan setiap pengetahuan ilmiah.
Wilson: Benda-benda angkasa, bintang-gemintang, dan
planet-planet yang kini terhitung sebanyak miliaran dan ratusan miliar
banyaknya. Jumlah dari kesemua itu sangatlah fantastis dan terkadang di
luar imaginasi kita. Untuk membentuk benda-benda yang tak terhitung
semacam itu, hal itu akan mengambil sejumlah material yang berada di
luar kemampuan kita untuk menghitungnya. Apakah kita memiliki ayat dalam
al-Qur’an tentang dari jenis materi apa benda-benda ini terbuat?
Chirri: Kitab Suci al-Qur’an menyatakan bahwa
benda-benda itu terbuat dari benda semacam gas. Hal ini sesuai dengan
teori modern yang mengatakan bahwa benda-benda angkasa terbuat dari gas
hidrogen. Dari al-Qur’an kita membaca, “Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan
suka hati”. (Qs. Fusshilat [41]:11)
Wilson: Apakah al-Qur’an mengandung ayat tentang materi pertama yang dicipta?
Chirri: Ayat yang dinukil di atas menunjukkan bahwa
asap atau apa yang membentuk molekul-molekul dan atom-atom asap
merupakan benda pertama yang hadir di dunia ini.
Wilson: Dari materi apa Allah Yang Mahakuasa menciptakan kehidupan?
Chirri: Al-Qur’an menyatakan bahwa Tuhan
menciptakan seluruh makhluk hidup dari air: “Dan Apakah orang-orang yang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka
tiada juga beriman?” (Qs. al-Anbiya [21]:30)“Dan Allah telah menciptakan
semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (Qs. an-Nur [24]:45)
Tatanan Penciptaan
Wilson: Apakah Qur’an menegaskan ayat dalam Injil
yang termaktub dalam kitab Kejadian (Genesis) ihwal tatanan dalam
penciptaan semesta?
Chirri: Al-Qur’an tidak memuat ayat semacam itu
tentang tatanan dalam penciptaan. Namun, kaum Muslimin tidak menerima
kandungan bagian pertama dalam kitab Kejadian (Genesis) lantaran dalam
buku itu terdapat kontrakdiksi dan ketidak selarasan.
Wilson: Coba berikan beberapa contoh dari kontradiksi yang Anda sebutkan itu.
Chirri: Silahkan perhatikan beberapa contoh berikut ini:
1. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu
terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu
dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu
siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
pertama.” (Kejadian, 1:3-5) Ayat Kejadian ini menunjukkan bahwa hal
pertama yang dicipta adalah siang dan malam. Namun kita ketahui bahwa
siang dan malam dapat hadir setelah keberadaan matahari dan melalui
terbit dan terbenamnya. Bagaimanapun, ayat 14 dari surah yang sama
mengindikasikan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat:
“Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi
tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari serta
tahun-tahun. Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu
menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua
benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai
siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi
bumi dan untuk menguasai siang dan malam dan untuk memisahkan terang
dari gelap. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.”
(Kejadian 1:14-19) Redaksi pada ayat ini menunjukkan bahwa matahari
dicipta pada hari keempat, dan dari sinilah seharusnya hari bermula. Hal
ini, tentu saja, berseberangan dengan ayat 3 yang mengabarkan kepada
kita permulaan hari ketiga tahap sebelum pembentukan matahari.
2. Pada Surah yang sama disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan, tanaman
yang memiliki benih, dan pepohonan yang berbuah diciptakan dan tumbuh
pada hari ketiga: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah tanah menumbuhkan
tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pepohonan
buah-buahan yang menghasilkan berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan yang
berbiji. Allah melihatnya semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari ketiga.” (Kejadian 1:11-13) Namun kita tahu bahwa
tidak satu pun tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman ini dapat tumbuh
berkembang tanpa matahari, sementara pada surah yang sama disebutkan
bahwa matahari diciptakan pada hari keempat sebagaiamana yang disebutkan
sebelumnya.3. Pada surah yang sama disebutkan bahwa Tuhan, pada hari keenam, menciptakan manusia dalam citra dan rupa-Nya sendiri: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 27) Kaum Muslimin meyakini bahwa Tuhan tidak memiliki rupa dan bentuk. Dia adalah tak terbatas Yang meliputi seluruh semesta. Dia tidak memiliki raga, juga tidak berbentuk materi, juga pandangan tidak mampu mencerap-Nya. Berpikir bahwa Tuhan memiliki bentuk dan rupa manusia, bagi kaum Muslimin adalah meruntuhkan seluruh tatanan konsep Ketuhanan.
4. Surah kedua (dari kitab Kejadian) bertolak
belakang dengan surah pertama. Pada surah pertama, sebagaiamana Anda
ketahui, telah disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan dan tanaman serta
pepohonan diciptakan pada hari ketiga, sebelum penciptaan manusia, yang
diciptakan pada hari keenam. Surah kedua mengatakan bahwa manusia
diciptakan sebelum penciptaan tumbuh-tumbuhan dan tanaman: “Demikianlah
riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Allah menjadikan
bumi dan langit… belum ada semak apapun di bumi, belum timbul
tumbuh-tumbuhan apapun di ilalang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan
hujan di bumi, dan belum ada yang mengusahakan tanah itu; tetapi ada
kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu.
Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di
Eden; di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang
dibentuk-Nya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari
bumi, yang menarik dan yang baik untuk makan buahnya; dan pohon
kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang buruk.”(Kejadian 2:49) Pada ayat ini disebutkan
secara terang bahwa tidak ada tanaman sebelum penciptaan manusia.
Terdapat poin lain dalam ayat ini, yaitu, adanya pohon pengetahuan ihwal
baik dan buruk. Namu yang kita ketahui bahwa pengetahuan tidak tumbuh
di atas pohon; ia didapatkan melalui pengalaman dan pembelajaran.
5. Pada surah pertama (dari kitab Kejadian) telah
disebutkan bahwa kerajaan binatang diciptakan pada hari kelima: “Dan
Tuhan berfirman, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup,
dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.”
Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala
jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan
segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat semuanya itu baik. Lalu
Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan
bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah
burung-burung di bumi bertambah banyak. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan segala
jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan binatang melata dan
segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya
baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:20-26) Ayat
ini secara jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan setelah penciptaan
ikan, burung-burung, binatang liar dan melata, namun pada surah kedua
disebutkan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan makhluk tersebut:
“Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri
saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala
burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk
melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan
manusia itu kepada tiap-tiap makhluk hidup, demikianlah nanti nama
makhluk hidup itu.” (Kejadian 2:18-19)
6. Kita jumpai pada surah ketiga kitab Kejadian
bahwa Hawa dikecoh oleh ular yang membujuknya untuk memakan pohon
terlarang: “Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah
berfirman, “Semua pohon dalam taman ini jangan kamu memakan buahnya,
bukan? ….Namun ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu
tidak akan mati. Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu
memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah,
tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:1-5) Tapi kita tahu
bahwa seekor ular tidak mampu berbicara, mengecoh atau membujuk. Seekor
ular tidak dianugerahi kemampuan mental atau mengucapkan kata-kata dan
bercakap-cakap.
7. Pada surah yang sama kita jumpai hal yang
menunjukkan keterbatasan pengetahuan Tuhan, dan Dia adalah raga yang
berjalan dan bahwa Adam dan Hawa mampu bersembunyi dari-Nya:“Dan ketika
mereka mendengar suara langkah Tuhan, yang berjalan-jalan dalam taman
itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu dari
Tuhan Allah di antara pepohonan dan taman. Tetapi Tuhan Allah memanggil
manusia itu dan berfirman kepadanya, “Dimanakah engkau?” Ia menjawab:
“Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi
takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya,
“Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah
engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” (Kejadian
3:8-11) Tiada satu pun yang tersembunyi dari Tuhan yang Mahahadir dan
Mahatahu segala sesuatu. Tuhan tidak perlu bertanya kepada Adam dimana
gerangan ia berada dan juga tidak perlu bertanya apakah ia telah memakan
pohon itu.
Dialog Ke-5
Pencipta Semesta
Wilson: Saya tahu bahwa beriman kepada Tuhan, Sang
Pencipta semesta merupakan hal pertama dan utama dalam keyakinan Islam,
dan bahwa pengingkaran terhadap keberadaan-Nya mengeluarkan seseorang
dari agama Islam. Tapi saya tidak tahu apakah Islam menawarkan bukti
konkrit tentang eksistensi Wujud Agung atau apakah ia menasihati para
pengikutnya untuk bersandar kepada ayat-ayat otoritatif Qur’an dan
hadis-hadis Nabi.
Chirri: Islam menuntut setiap pengikutnya untuk
beriman kepada Tuhan, Sang Pencipta Semesta, tapi ia tidak menasihatkan
mereka untuk menyandarkan keyakinan tersebut kepada ayat-ayat Qur’an
atau hadis-hadis Nabi Saw. Keyakinan kami kepada sebuah kitab suci,
seperti al-Qur’an, atau kepada seorang nabi suci, seperti Muhammad,
harus didahului oleh keyakinan kami kepada Tuhan. Sebuah kitab religius
adalah suci lantaran diperkenalkan oleh seorang yang kita pandang
sebagai nabi. Kenabian dapat diterima bilamana ada Tuhan karena seorang
nabi merupakan seorang utusan Tuhan. Keyakinan kami kepada Tuhan, dengan
demikian, harus hadir sebelum keyakinan kami terhadap sebuah kitab
agama atau seorang nabi, bukan sebaliknya. Tidak ada kitab agama yang
diyakini oleh setiap orang, dan tidak ada nabi yang dikenali secara
universal. Oleh karena itu, akan menjadi sia-sia bersandar kepada sebuah
hadis otoritatif seorang nabi atau sebuah kitab suci tatkala berurusan
dengan seorang atheis yang menolak seluruh pewahyuan samawi dan
mengingkari seluruh konsep tentang Tuhan.
Wilson: Apakah harus saya pahami dari komentar Anda
bahwa Islam menawarkan beberapa bukti (argumen) universal untuk
menyokong keberadaan Tuhan yang boleh jadi dipertimbangkan bahkan oleh
mereka yang tidak memeluk satu agama pun, seperti kaum atheis dan
agnostis? Jika ini yang Anda maksud, apa buktinya (argumen)?
Chirri: Tatkala keyakinan kita kepada Tuhan
mendahului keyakinan keagamaan yang lain, bukti yang menghasilkan
keyakinan semacam ini harus bercorak universal dan tersedia bagi setiap
makhluk rasional, apakah ia mengikuti sebuah agama tertentu atau tidak.
Kitab Suci al-Qur’an menawarkan semesta sebagai bukti keberadaan
Penciptanya. Dunia material, benda-benda angkasa, bumi, dan
planet-planet lainnya, dipandang oleh Islam sebagai bukti utama Pencipta
materi dan energi. Dunia materi dapat diamati oleh atheis demikian juga
oleh kaum beriman, bagi mereka yang tak terpelajar dan juga bagi
filosof. Seseorang dapat merefleksikan susunan benda-benda angkasa dan
keberadaan materi dan energi tanpa menganut suatu agama tertentu atau
mengenal setiap kitab-kitab agama.
Wilson: Namun mengapa seseorang harus memandang
keberadaan dunia mater sebagai bukti keberadaan pencipta materi?
Anggaplah seseorang memandang bahwa materi atau energi telah berusia
lanjut secara tak terbatas, dan ia tidak pernah didahului oleh
ketiadaan. Mampukah Anda mematahkan pandangannya?
Chirri: Sangat sukar diterima gagasan yang
menyatakan bahwa materi berusia lanjut secara tak terbatas. Ketika
seseorang berkata bahwa materi atau energi telah berusia lanjut secara
tak terbatas, ia beranggapan bahwa materi yang darinya miliaran
bintang-bintang tercipta, hadir secara simultan. Tatkala kita sadari
bahwa setiap bintang memuat miliaran ton materi, dan bahwa keseimbangan
materi mentah lebih banyak dari materi yang terkandung dalam
bintang-bintang dan planet-planet, kita sadari kemustahilan gagasan ini.
Kita tidak dapat menerima bahwa seluruh kuantitas materi ini hadir
dalam sekejap dan tiada satu pun darinya yang didahului oleh ketiadaan.
Ketika Anda berkata bahwa hanya satu porsi dari materi itu yang berusia
lanjut secara tak terbatas, dan porsi lainnya mewujud pada tingkatan
selanjutnya, artinya Anda menerima kebutuhan pencipta, karena materi
yang tidak hidup tidak berkembang melalui swa-reproduksi. Hanya makhluk
hidup yang mampu memperbanyak jenis mereka melalui swa-reproduksi.
Membolehkan adanya perkembangan gradual dalam kuantitas materi artinya
menerima kebutuhan terhadap seorang pencipta.
Wilson: Saya boleh jadi setuju dengan Anda bahwa
materi dan energi harus didahului oleh ketiadaan. Namun hal ini tidak
begitu jelas bagi manusia. Apakah ajaran Islam menyarankan pertimbangan
segala sesuatu dalam tabiat bahwa secara pasti didahului oleh ketiadaan?
Chirri: Iya, ada sesuatu yang kita ketahui semuanya, dan ia lahir setelah keberadaan bumi, namanya:kehidupan.
Para ilmuan kita mengatakan bahwa bumi terlalu
panas (dan sebagian dari mereka berkta terlalu dingin) bagi setiap jenis
kehidupan untuk mengada. Bumi memerlukan jutaan tahun lamanya hingga ia
menjadi tempat yang layak untuk kehidupan. Oleh karena itu, tanpa ragu,
kehidupan adalah sebuah kelahiran baru. Ilmu pengetahuan, bagaimanapun,
mengatakan kepada kita bahwa kehidupan tidak bermula dari non-makhluk
hidup. Eksperimen Pasteur, yang terjadi pada abad kesembilanbelas, masih
berlaku hingga sekarang. Melalui sup yang ia sterilkan, ia membuktikan
tanpa adanya keraguan bahwa kehidupan tidak bermula dari materi
non-animatif (yang tidak hidup). Kaum ilmuan dewasa ini masih tidak
mampu untuk mematahkan kesimpulannya. Bumi, beserta atmosfirnya, pada
saat pembentukannya adalah steril dan tidak produktif. Transformasi
materi-materi yang non-animatif seperti, karbon, hidrogen, nitrogen,
kalsium dan besi, tidak dapat dilakukan melalui proses natural. Ia harus
dilakukan melalui mukjizat. Hal ini bermakna bahwa keberadaan hidup di
atas planet merupakan bukti yang terang akan keberadaan sosok Cerdas,
Pencipta yang bersifat supernatural.
Wilson: Anda telah membuatnya jelas. Pada
kenyataannya, para ilmuan selama beberapa dekade telah mencoba tanpa
henti untuk menyingkap misteri kehidupan dan menjelaskan permulaannya
pada planet ini. Namun usaha mereka yang tak kenal lelah sejauh ini
tidak menghasilkan pengetahuan yang bersifat substansial dalam bidang
ini. Keberadaan kehidupan di planet ini, tanpa disangsikan, sebuah
keajaiban besar yang tidak dapat terjadi tanpa adanya sebab
supernatural. Manusia telah banyak menyingkap rahasia di alam semesta,
maju dalam pengetahuan teknis dan ilmiahnya, dan bahkan telah mendarat
di bulan; namun di samping semua ini, ia masih tidak mampu menghasilkan
selembar daun dari sebuah tanaman atau sebiji benih dari apel. Kini,
saya ingin bertanya apakah al-Qur’an menyebutkan keberadaan kehidupan di
planet kita dalam menyokong keberadan Tuhan?
Chirri: Iya, Qur’an menyebutkan transformasi bumi
yang tidak hidup menjadi hidup sebagai sebuah tanda keberadaan Tuhan:
“…Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya
kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata
air.” (Qs. Yasin [36]:33-34)
Wilson: Sejauh ini, Anda telah menjawab banyak
pertanyaan penting ihwal keberadaan Tuhan, namun ada satu lagi
pertanyaan penting lainnya yang Anda tidak singgung: Mengapa kita tidak
dapat melihat Tuhan?
Chirri: Dari diskusi kita yang sebelumnya, telah
menjadi jelas bahwa Pencipta semesta haruslah bersifat Mutlak dan
Tak-terbatas. Dia meliputi seluruh semesta. Dia Mahaberada dan tidak
pernah alpa dari manapun. Dengan ke-Mahaberadaan-Nya, penampakannya
tidak akan membuat kita percaya kepada-Nya atau mengenal-Nya.
Penampakannya akan menjadi sangat merugikan bagi kita. Sebelum kita
mengenal-Nya dengan ke-Mahaberadaan-Nya, kita akan binasa. Penampakannya
akan membutakan seluruh manusia. Anggaplah bahwa udara (yang wujud
hanya pada ruang yang terbatas) dapat dilihat. Ia akan memiliki warna,
dan kita tidak akan melihat apapun kecuali udara yang telah mengisi
seluruh atmosfir. Sekiranya hal ini terjadi, kita tidak akan mampu
mendapatkan makanan atau minuman, juga tidak akan mampu menemukan jalan
atau perlindungan. Jika penampakan udara yang wujud hanya pada atmosfir
planet kita akan membutakan dan membinasakan, apatah lagi penampakan
Sang Pencipta yang meliputi seluruh alam semesta? Tatkala memikirkan hal
ini, kita sadari bahwa betapa beruntungnya kita tidak mampu melihat
Tuhan, Pencipta kita.
Wilson: Jika Tuhan tidak dapat dilihat, bagaimana
kita dapat yakin akan keberadaan-Nya? Bagaimana mungkin seorang atheis
percaya kepada Tuhan yang ia tidak lihat?
Chirri: Untuk meyakini sesuatu, Anda tidak perlu
harus melihatnya. Anda percaya kepada listrik, namun Anda tidak
melihatnya. Anda meyakininya hanya karena Anda melihat produknya seperti
cahaya, panas dan sebagainya. Jika hal ini memadai untuk membuat Anda
menjadi seorang beriman kepada keberadaan listrik, semesta raya
seharusnya memadai bagi setiap manusia untuk percaya kepada keberadaan
Sang Pencipta.
Wilson: Tolong Anda sebutkan contoh selain listrik.
Chirri: Eksistensi Anda sendiri merupakan sebuah
bukti agung tentang keberadaan Adam dan Hawa, atau kita katakan dua
manusia pertama. Anda tidak melihat Adam dan Hawa, namun Anda yakin
bahwa mereka pernah ada. Untuk membuatnya lebih jelas: Anda datang
melalui kedua orangtua Anda. Kedua orang tua Anda datang melalui kedua
orang tua mereka, dan kedua orang tua mereka datang melalui kedua orang
tua mereka, dan seterusnya. Anda dapat melanjutkannya kembali hingga
Adam dan Hawa. Jika Anda mengingkari kedua manusia pertama, Anda akan
melenyapkan generasi pertama dari anak-anak mereka. Dengan menghilangkan
generasi pertama, Anda menghilangkan generasi kedua dan seterusnya. Dan
pada akhirnya, Anda harus melenyapkan kedua orang tua Anda. Namun Anda
berkata kepada diri sendiri: Saya tidak dapat melakukan hal itu karena
saya ada di sini. Oleh karena itu, Anda harus berkata: Adam dan Hawa
dulu ada.
Wilson: Anda telah membuat persoalan ini menjadi
jelas. Kita harus percaya kepada Tuhan. Namun bagaimana kita dapat
percaya bahwa Dia tidak memiliki permulaan sementara segala sesuatu yang
lain selainnya memiliki permulaan?
Chirri: Sang Pencipta semesta tidak dapat didahului
oleh ketiadaan; kalau tidak, Dia akan memerlukan tuhan yang lain untuk
menciptakannya; dan tuhan itu, jika ia didahului oleh ketiadaan, ia akan
memerlukan tuhan yang lain dan demikian seterusnya. Dengan demikian,
kita akan memiliki mata rantai yang tak berujung tanpa mencapai sebuah
sebab yang tak bersebab yang menjadi sumber keberadaan semesta. Lalu
kita harus mengingkari keberadaan semesta. Juga kita harus mengingkari
diri kita sendiri sebagai bagian dari semesta ini.
Dialog Ke-6
Satu Pencipta
Wilson: Anda telah menyebutkan sebelumnya bahwa
keesaan Tuhan (dialog kedua) merupakan tema yang sangat ditekankan dalam
Kitab Suci al-Qur’an; bahwa Islam, atas alasan ini, juga disebut
sebagai “Din at-Tauhid (agama yang meyakini keesaan Tuhan); dan bahwa
bersaksi terhadap keesaan-Nya merupakan redaksi pertama dalam Deklarasi
Keimanan: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah.” Apakah Islam menyuguhkan bukti-bukti atas
prinsip penting ini?
Chirri: Kitab Suci al-Qur’an menyebutkan hubungan
di antara bagian-bagian semesta sebagai bukti keesaan Penciptanya. Ia
menasihatkan kita untuk melihat tatanan yang ada di alam semesta, dan
kenyataan bahwa tatanan semacam itu tidak dapat mewujud jika terdapat
lebih dari Satu Pencipta. Lebih dari satu administrasi bagi semesta
adalah lebih mirip dengan satu administrasi untuk satu kota, negeri atau
bangsa. Tentu saja hal ini akan menimbulkan kekacauan dan disorder
(amburadul). “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah
yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Qs. al-Anbiya
[21]:22) “Dan ketahuilah, wahai putraku,” sabda Imam Ali bin Abi Thalib
kepada putranya al-Hasan, “bahwa bila Tuhanmu memiliki sekutu, nabi-nabi
dari sekutu-Nya akan datang kepadamu. Namun Dialah satu-satunya Tuhan,
sendiri tanpa sekutu.” (Nahjul Balagha, bagian 3)
Wilson: Bagaimana pandangan Islam ihwal doktrin Trinitas?
Chirri: Islam dengan sangat tegas mengingkari dan
menolak doktrin ini. Kitab Suci al-Qur’an mendeklarasikan: “Katakanlah:
“Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan.Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Qs.
al-Ikhlas [112]:1-4)“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah
mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena
Ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, Karena mereka
mendakwahkan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak
bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (Qs. Maryam
[19]:88-92)
Wilson: Mengapa Islam menolak sedemikian tegas doktrin Trinitas?
Chirri: Islam menolak Trinitas lantaran kebapakan
Tuhan bagi seluruh makhluk hidup atau non-makhluk hidup tidak dapat
diterima dan mendegradasi konsep ketuhanan. Dia tidak terbatas dan
terangkum dalam bentuk raga, dan Dia meliputi segala sesuatu di alam
semesta ini. Dia tidak memiliki sekutu untuk memiliki anak sebagaimana
tabiat makhluk hidup. Ruh kebapakannya juga tidak dapat diterima bagi
setiap jiwa atau ruh apabila hal ini bermakna selain menjadi Pencipta
jiwa dan ruh. Tidak ada hubungan yang dapat diterima antara Pencipta dan
ciptaan-Nya. Kalau tidak, wujud yang lain akan mandiri dan merdeka dari
Tuhan, dan akan menjadi sekutu-Nya. Kini, jika kita menisbahkan anak
menyatu dengan Tuhan, urusannya seolah-olah saya mengatakan bahwa anakku
dan aku adalah satu. Jika statmen itu benar adanya, aku akan menjadi
ayah bagi diriku, lantaran aku sendiri adalah putraku sendiri. Dan
putraku akan menjadi putra bagi dirinya sendiri, lantaran ia adalah aku.
Oleh karena itu, Tuhan akan menjadi bapak bagi dirinya sendiri, dan
putra-Nya menjadi putra bagi dirinya sendiri. Tuhan tidak, dan tidak
dapat menjadi bapak dari makhluk hidup atau non-hidup jika kebapakan
digunakan dengan makna yang sesungguhnya. Jika kata yang digunakan
memiliki arti majazi (figuratif), bermaksud bahwa Tuhan adalah pengasih
terhadap makhluknya sebagaimana pengasihnya seorang ayah, maka Dia tidak
hanya akan menjadi ayah bagi satu orang tetapi bagi seluruh umat
manusia. Dan hal ini merupakan sesuatu yang dapat dipahami dari doa kaum
Krisitan, “Bapa kami, Engkau di surga…”Akan tetapi, bahkan penggunaan
ini juga tertolak bagi Islam, lantaran kalimat ini menyesatkan dan
membingungkan orang. Oleh karena itu, kaum muslimin, tidak menggunakan
kalimat figuratif ini untuk Tuhan.
Wilson: Ucapan Anda menunjukkan bahwa kaum Muslimin
tidak meyakini keilahian Isa. Apakah Anda memiliki bukti jelas terhadap
klaim yang menentang keilahian Isa?
Chirri: Anda tidak perlu mematahkan bukti keilahian
Isa atau Muhammad atau manusia lainnya. Namun jika Anda mengklaim
keilahian seseorang selain Tuhan, Anda harus membuktikan klaim tersebut.
Jika seseorang mengklaim bahwa Anda merupakan seorang malaikat, ia
harus membuktikan klaim itu. Saya tidak perlu membuktikan bahwa Anda
merupakan seorang manusia lantaran penampilan Anda sebagai seorang
manusia dan memiliki seluruh atribut seorang manusia. Orang yang
mengklaim Anda sebagai seorang malaikat yang harus membuktikan klaimnya,
lantaran klaimnya itu berlawanan dengan akal sehat dan dengan kenyataan
faktual yang terlihat. Tatkala seseorang berkata bahwa Isa atau
Muhammad adalah manusia, bukan seorang Tuhan, ia sejalan dengan definisi
yang diterima. Isa hidup sebagaimana manusia, memiliki rupa seperti
manusia, tidur dan makan sebagaimana laiknya manusia dan dianiaya
sebagaimana manusia. Tidak ada satu pun dari fakta ini yang memerlukan
bukti. Hal ini tidak seperti kasusnya dengan orang yang mengklaim
keilahiannya. Klaimnya bertentangan dengan pengetahuan umum. Oleh karena
itu, ia dan bukan orang lain, yang harus menghadirkan bukti untuk
menyokong klaim tersebut. Meski kaum Muslimin tidak sepatutnya
menyuguhkan bukti untuk mengingkari keilahian Isa, mereka dapat
menghadirkan bukti dan argumen lebih dari satu:
1. Isa merupakan seorang yang ahli ibadah. Tentu
saja, ia beribadah kepada Tuhan, bukan kepada dirinya. Hal ini
membuktikan bahwa ia bukanlah tuhan namun seorang hamba Tuhan.
2. Sesuai dengan tiga kitab Injil, ucapan terakhir
yang disampaikan Isa adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau
meninggalkanku?” Seseorang yang memiliki tuhan bukanlah Tuhan.
3. Tuhan adalah abadi, sementara Isa adalah fana; Tuhan Mahakuasa, tapi Isa dianiaya.
Wilson: Mengapa kita tidak dapat melihat Isa
sebagai seorang tuhan dari sisi spiritual dan seorang manusia yang fana
dari sisi keragaannya?
Chirri: Memiliki dua sisi, raga dan ruhani, tidak
hanya dimiliki oleh Isa secara eksklusif, karena setiap manusia memiliki
kedua sisi ini. Anda memiliki dua sisi, ruhani dan ragawi dan demikian
juga saya. Dan ruh kita tidak ada satu pun yang berisifat fana, karena
ruh kita akan tetap hidup setelah kematian kita. Namun hal ini tidak
membuat kita menjadi Tuhan, demikian juga bagi Isa.
Wilson: Namun Isa tidak seperti kita. Ia, menurut
al-Qur’an dan Injil, lahir dari seorang ibu perawan tanpa ayah. Bukankah
hal ini bermakna bahwa ia lebih dari seorang manusia biasa?
Chirri: Terlahir dari seorang ibu tanpa seorang
ayah tidak akan membuat Isa lebih dari seorang manusia biasa. Adam
dicipta tanpa ayah dan ibu, dan hal itu tidak membuatnya melebihi
manusia biasa. Dari al-Qur’an kita membaca: “Sesungguhnya misal
(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59)
Isa bukanlah tuhan, demikian juga Adam karena tidak satu pun dari mereka
yang merupakan Sang Pencipta semesta.
Wilson: Bagaimana kita tahu bahwa ia bukan Pencipta semesta?
Chirri: Para ilmuan berkata bahwa usia
bintang-bintang adalah lebih dari empat miliar tahun lamanya, dan Isa
lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Bagaimana mungkin usia
semesta yang sedemikian tuanya dicipta oleh seorang pencipta muda?
Wilson: Anda tepat. Dan saya pikir Anda telah
membuat masalahnya menjadi jelas untuk meyakinkan setiap orang yang
berpikiran jujur dan jernih. Sebenarnya, fakta-fakta yang Anda beberkan
telah masyhur bagi setiap orang. Namun menakjubkan bagaimana orang-orang
melalaikannya. Saya pikir mereka melakukan hal ini karena mereka
diajarkan keilahian Isa semenjak kecil. Ajaran ini diulang-ulang di
rumah dan di gereja yang tetap lekat dalam ingatan anak-anak; dan ketika
mereka tumbuh dewasa, mereka tumbuh seiring dengan pikiran mereka.
Mereka tidak mempersoalkan masalah ini karena mengangggap masalah ini
sudah seperti ini adanya (taken for granted). Dari apa yang telah
didialogkan selama ini, telah jelas bagiku pandangan tanpa kompromi
Islam ihwal keesaan Tuhan yang merupakan hal yang sangat rasional. Oleh
karena itu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Mahakuasa,
Esa tanpa sekutu, mitra dan anak.
Dialog Ke-7
Persamaan dan Perbedaan Islam-Kristen ihwal Isa
Wilson: Seluruh masalah tauhid dan monoteisme dalam
Islam, sesuai dengan penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Ajaran Islam
berkenaan dengan Isa juga telah menjadi terang. Kini saya ingin
mendengar poin secara ringkas tentang persamaan Islam dan Kristen ihwal
Isa.
Chirri: Islam sejalan dengan Kristen, secara umum, sebagaimana pada poin-poin berikut ini:
1. Islam mendakwahkan kesucian Isa As.
Pada kenyataannya, hal ini menjadi bagian penting
dalam ajaran Islam untuk mengagungkan dan meyakini kesucian Isa As, dan
bahwa ia hidup di dunia ini sebagai seorang yang bebas dari segala
bentuk dosa. Dari al-Qur’an kita membaca, “(ingatlah), ketika Malaikat
berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di
dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah).” (Qs. Ali Imran [3]:45)
2. Islam mendeklarasikan kesucian Maria, ibunda Isa.
Tidak ada seorang Muslim yang dapat meragukan
kesucian dan kesusilaan Maria. Ia, sesuai dengan al-Qur’an,merupakan
wanita tersuci di antara bangsa-bangsa, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang
semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (Qs. Ali Imran [3]:42-43)
3. Islam menyatakan bahwa Isa dengan mukjizat lahir dari seorang ibu perawan tanpa seorang ayah.
Al-Qur’an menegaskan, “Dan Ceritakanlah (kisah)
Maryam di dalam Al-Qura'n, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari
keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia Mengadakan tabir
(yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya,
Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan
yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril)
berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana
akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang
manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril
berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiku;
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai
rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan”. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan
anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata:
“Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang
yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu
melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Qs. Maryam
[19]:16-26) 4. Al-Qur’an mengatributkan kepada Isa banyak mukjizat yang
disebutkan dalam Injil. Menurut al-Qur’an, Isa diberikan kekuasaan oleh
Allah untuk menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan
membuat orang buta menjadi melihat, “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani
Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang
kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku
membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya,
Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan
orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak;
dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Qs. Ali Imran
[3]:49) Di samping itu, Kitab Suci al-Qur’an menisbahkan kepada Isa
sebuah mukjizat yang tidak tercatat dalam kitab-kitab Injil: Isa
berbicara dengan jelas tatkala ia masih dalam buaian (ayunan), “Maka
Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya
berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang
amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. Maka
Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana Kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Berkata Isa:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan
Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Dan
berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong
lagi celaka. Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan
hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33)
Wilson: Titik-titik persamaan, berkat penjelasan
Anda, telah menjadi jelas. Saya tahu bahwa para pengikut banyak agama
memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah Isa. Sebagian dari mereka
dapat dipandang sebagai anti-Isa lantaran mereka mengingkari kesucian
Isa dan Maria, tidak meyakini mukjizat-mukjizatnya dan menolak
kebenarannya; sebagian dari mereka bersikap netral, juga tidak bersikap
anti-Isa; dan beberapa dari mereka pro terhadap Isa, meyakini
kesuciannya dan menerima seluruh ajarannya dan meyekini seluruh
mukjizatnya. Sesuai dengan penjelasan Anda, kaum Muslimin harus
dipandang sebagai pro-Isa, sebagaimana kaum Kristian sendiri. Apa yang
tertinggal kini adalah melihat titik-titik perbedaan antara kaum
Muslimin dan kaum Kristian berkenaan dengan Isa.
Chirri: Wilayah perbedaan antara Islam dan Kristen,
dalam melihat Isa, termasuk dalam beberapa poin-poin berikut ini: 1.
Kendati Islam menerima kesucian Isa, namun ia mengingkari keilahian Isa.
Menurut ajaran Islam, Isa tidak memiliki sifat ketuhanan. Ia bukan
Tuhan, juga tidak menyatu dengan Tuhan. Ia layak mendapatkan
pengagungan, takzim dan penghormatan, namun ia tidak patut untuk
disembah. Islam bersikap non-kompromi dalam tauhidnya. Tuhan hanya Satu,
tiada Tuhan selain Dia, Mahakuasa, Abadi, Swa-Ada, Nir-batas dalam
pengetahuan, hidup dan kekuasaan. Isa tidak abadi. Ia hidup kurang lebih
2000 tahun yang lalu, dan menurut kitab-kitab Injil, usianya tidak
panjang. Ia bukan mahakuasa lantaran mendapatkan penganiayaan; juga
tidak nir-batas. Ia tidak dapat menjadi Sang Pencipta semesta lantaran
semesta telah berusia lebih dari empat miliar tahun lamanya, sementara
ia lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Ia tidak layak disembah
karena ia sendiri merupakan hamba yang beribadah kepada Tuhan.
2. Isa, sesuai dengan ajaran Islam, bukan merupakan
anak Tuhan. Tuhan tidak memiliki putra atau anak, karena Dia di atas
semua itu. Sejatinya, kebapakan merupakan sesuatu yang tidak diterima
dalam urusan Tuhan lantaran Dia tidak berbentuk fisikal. Kebapakan
spiritual juga tidak dapat diterima karena Dia merupakan Pencipta setiap
wujud spiritual dan material. Dalam al-Qur’an kita dapat menemui poin
ini dengan jelas, “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu
sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan
mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak
laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci
Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta
langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak
mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah
Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu,
Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (Qs.
al-An’am *6+: 100-102)
3. Islam mengingkari kruksifisi (penyaliban) Isa.
Isa tidak mati di atas salib. Dalam al-Qur’an kita
dapat menjumpai poin ini dengan jelas, “Dan karena Ucapan mereka:
“Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah “, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi
mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh
itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. an-Nisa [4]:157-158)
Wilson: Pandangan ini adalah berseberangan secara
tajam dengan ayat-ayat dalam seluruh kitab Injil. Keempat Injil secara
terang menyatakan bahwa Isa mati di atas salib. Bagaimana kita dapat
merekonsiliasi ayat al-Qur’an ini yang mengingkari dengan tegas kematian
Isa di atas salib?
Chirri: Ada sebuah jalan untuk merekonsiliasi ayat
Qur’ani dan ayat-ayat dalam kitab-kitab Injil: Perbedaan keduanya dapat
menjadi sebuah perbedaan antara penampilan dan realitas. Tidak ada
keraguan, beberapa peristiwa yang terjadi pada masa apa yang dipandang
sebagai masa penyaliban Isa dan kematiannya di atas salib. Kehidupan Isa
merupakan kehidupan yang penuh dengan mukjizat. Boleh jadi bahwa orang
lain (seperti Yudas, orang yang mengkhianatinya) yang secara mukjizat
diserupakan dengannya, dan ia, bukan Isa, yang mati di atas salib. Ada
jalan lain juga untuk merekonsiliasi antara ayat Qur’ani dan ayat-ayat
Injil tanpa berujung pada asumsi terhadap mukjizat: Anggaplah Isa
ditaruh di atas salib, dan ia pingsan, sehingga ia kelihatannya mati,
sementara ia masih hidup. Asumsi ini bukan tanpa bukti dari kitab-kitab
Injil: kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa tidak bertahan lama di
atas salib. Ia diturunkan dengan segera, tanpa dipatahkan kakinya,
sementara sudah merupakan kebiasaan untuk mematahkan kaki orang yang
disalib. Orang-orang Yahudi mempersiapkan untuk merayakan kepergiannya.
Mereka tidak ingin ia tinggal di atas salib hingga hari berikutnya,
Sabtu, pada hari dimana mereka tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun
termasuk penguburan. Karena Isa tidak bertahan lama di atas salib, ia
boleh jadi tetap hidup. Kitab-kitab Injil juga menyatakan bahwa setelah
Isa kelihatan mati, seseorang menghajarnya dengan sebuah tombak, dan
darah mengucur keluar dari badannya. Kita tahu bahwa darah tidak akan
mengucur dari badan yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa Isa masih
hidup. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa diletakkan di atas
kuburnya, dan sebuah batu berat ditaruh di atas pusaranya, dan pada hari
Minggu, tubuh itu lenyap, dan bahwa batu itu tersingkir dari mulut
pusara itu. Kita memiliki hak untuk curiga bahwa beberapa orang murid
Isa menyingkirkan batu itu dan menyelamatkannya. Jika Isa dibangkitkan
dengan mukjizat, maka tidak akan perlu adanya penyingkiran batu itu.
Tuhan mampu untuk membangkitkan dari kuburnya dan tetap membiarkan batu
itu tak bergerak. Penyingkiran batu itu nampaknya merupakan perbuatan
manusia, bukan pekerjaan Tuhan. Di samping itu, kitab-kitab Injil
menyatakan bahwa Isa muncul beberapa kali di hadapan muridnya setelah
kejadian penyaliban. Seluruh kemunculan ini nampaknya terjadi secara
rahasia, dan bahwa Isa tidak ingin muncul secara terang-terangan. Jika
ia dibangkitkan dengan mukjizat, ia tidak perlu menyembunyikan dirinya
dari musuh-musuhnya. Rahasia kemunculannya mengindikasikan bahwa ia
masih hidup sebagaimana sebelumnya, dan bahwa hidupnya tidak diganggu
oleh kematian singkat, dan bahwa ia masih merasa takut akan kejaran
musuh-musuhnya. Masyarakat internasional Kafan Suci akhir-akhir ini
telah menyimpulkan bahwa noda-noda darah pada kain kafan Isa menunjukkan
bahwa Isa masih hidup ketika ia diturunkan dari salib. Kalau tidak,
maka tidak akan ada darah pada lembaran kain yang menutupi tubuhnya.
Seorang Kristian, yang beriman kepada penyaliban Isa, akan kesusahan
untuk mendamaikan antara dua prinsip yang ia yakini, yaitu: Isa adalah
Tuhan dan Isa disalib. Seorang yang disalib tidak dapat menjadi Tuhan
lantaran ia tidak mampu melindungi dirinya, apatah lagi untuk menjadi
mahakuasa. Seorang Muslim, di sisi lain, tidak menghadapi problem
semacam ini. Ia yakin bahwa Isa merupakan seoarang nabi dan tidak lebih.
Seorang nabi boleh jadi dianiaya dan disalib, lantaran seorang nabi
tidak harus menjadi mahakuasa. Meski Islam tidak memiliki problem
kontradiksi, ia telah memecahkan problem yang sebenarnya tidak ia
miliki. Isa tidak disalib. Tuhan yang telah melindunginya.
4. Islam tidak sejalan dengan Kristen dalam hal
doktrin penebusan dosa. (Doctrine of Redemption). Doktrin penebusan
adalah bersandar pada doktrin dosa semula (original sin): bahwa umat
manusia telah dikutuk oleh Tuhan karena dosa Adam dan Hawa yang secara
konsekuensial diwarisi oleh anak-anak mereka. Islam menafikan seluruh
doktrin dosa semula; Tuhan tidak mengutuk manusia lantaran sebuah dosa
yang dilakukan oleh sepasang manusia yang hidup pada masa-masa awal
penciptaan. (Hal ini dapat dibuat jelas dalam poin-poin berikut ini)
Tidak ada dosa asli; oleh karena itu, tidak perlu pada penebusan bagi
manusia dari dosa yang sebenarnya tidak ada. Terlebih, anggaplah bahwa
terdapat dosa semula. Untuk memaafkan umat manusia dari dosa asal
mereka, Tuhan tidak perlu kepada seorang yang tanpa dosa, sepert Isa,
untuk disalib. Dia dapat memaafkan umat tanpa menyebabkan penderitaan
seorang yang tak berdosa. Berkata bahwa Tuhan tidak memaafkan umat
manusia kecuali menyalib Isa, adalah menempatkan Dia pada posisi seorang
penguasa yang tidak ditaati oleh warganya. Tatkala anak-anak meminta
penguasa untuk memaafkan dosa ayah mereka, ia menolak untuk melakukan
hal itu kecuali ia membunuh salah seorang yang ia cintai. Jika mereka
melakukan kejahatan yang serius, ia akan memaafkannya; kalau tidak, ia
tidak akan melakukannya. Saya kira bahwa pendakwahan dosa asal tidak
akan menempatkan Tuhan dalam posisi seperti itu. Tuhan, Maha Adil dan
Maha Pengasih, tidak mengutuk manusia lantaran dosa para nenek moyang
mereka.. Dia dapat mengampuni dosa-dosa mereka tanpa meminta mereka
untuk melakukan dosa yang lebih besar.
Dialog Ke-8
Keadilan Ilahi
Wilson: Saya tahu bahwa al-Qur'an sangat jelas berkisah ihwal sifat-sifat tertentu Tuhan seperti, Mahapengasih, Mahabijaksana, Mahapemurah, Baqa, Pencipta semesta, Esa tanpa sekutu, mitra atau anak. Tapi saya ingin tahu apakah "Adil" merupakan salah satu sifat Tuhan. Sebab saya diberitahu oleh beberapa orang Muslim bahwa ia merupakan salah satu sifat Tuhan, dan beberapa Muslim lainnya berkata tidak.Chirri: Tiada agama yang logis yang dapat menanggung pengingkaran atau keraguan terhadap keadilan Tuhan dan kemahabijakan-Nya. Mengingkari keadilan-Nya adalah sama dengan merongrong konsep keagamaan secara keseluruhan. Tidak ada satu keyakinan agama, bahkan keyakinan terhadap keberadaan Wujud Suprim, akan berguna bagi kita tanpa keyakinan terhadap keadilan-Nya.
Seorang penguasa tiran boleh jadi memberi ganjaran kepada pelaku kejahatan dan menghukum orang yang berbuat kebaikan. Jika seseorang menaatinya, ia tidak mesti menjamin kepuasan baginya. Jika seseorang membangkang titahnya, hal itu tidak mesti menjadikannya orang yang dibenci. Terlebih, kita meyakini pesan-pesan langit dan utusan-utusan Tuhan karena kita pikir bahwa Dia adalah adil untuk berkata kepada para hamba-Nya apa yang diinginkan-Nya. Namun Tuhan yang tidak adil boleh jadi tidak berkata apa pun kepada kita atau boleh jadi Dia berkata sesuatu yang sebenarnya Dia tidak ingin katakan. Dengan demikian, seluruh doktrin kenabian akan sia-sia.
Pengingkaran terhadap keadilan Tuhan juga akan bermuara kepada pengingkaran akhirat, lantaran hari akhirat merupakan dunia yang mengimplementasikan keadilan dengan memberi ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebaikan dan mengazab orang-orang yang berbuat jahat.
Singkatnya, konsep keadilan Tuhan, bagi kami, merupakan masalah yang penting sebagaimana pentingnya konsep keberadaan Tuhan dan Keesaan-Nya; dan pengingkaran atasnya sedemikian merusak agama sebagaimana pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan dan ke-Esa-an-Nya; Oleh karena itu, konsep keadilan Tuhan harus dipandang sebagai fondasi agama dimana tanpanya tidak ada agama yang dapat dibangun secara rasional.
Islam secara keseluruhan sejalan dan selaras dengan cara berpikir logis dan benar seperti ini. Kitab Suci al-Qur'an menyatakan keadilan Tuhan sedemikian tegasnya sebagaimana ia menyatakan ke-Esa-an Tuhan dan keberadaan-Nya. Dalam banyak ayat al-Qur'an, perbuatan tiran dicela dan dikutuk. Sementara itu, banyak ayat lainnya, Tuhan dijelaskan sebagai adil, dan bahwa Dia tidak ingin melakukan kezaliman kepada para hamba-Nya, atau tidak akan menyia-nyiakan perbuatan setiap pelakunya, atau bahwa Dia tidak ingin menyebabkan orang kehilangan sebiji atom kebaikan yang ia lakukan.
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Ali Imran [3]:18)
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (Qs. al-Zalzalah [99]:7-8)
Wilson: Ucapan Anda tentang keadilan Tuhan merupakan ucapan yang paling rasional yang pernah saya dengar. Pada kenyataannya, pentingnya doktrin keagamaan ini tidak dapat dibesar-besarkan karena konsep ketuhanan tanpa keadilan-Nya tidak akan berguna bagi kita. Kita tidak dapat mempercayai juga jika ada agama yang rela terhadap tuhan yang zalim. Agama Yahudi dan Kristen memiliki pandangan yang sama dengan Islam dalam hal ini, dan tidak ada seorang Kristian atau Yahudi yang meragukan keadilan Tuhan. Doktrin keadilan Tuhan, dengan demikian, dalam pandangan Kristen dan Yahudi adalah sama dalam pandangan Islam, dan saya tidak melihat perbedaan antara tiga keyakinan ini dalam masalah tersebut.
Chirri: Perbedaan Islam dan keyakinan yang lain bukan tentang konsep keadilan Tuhan itu sendiri, namun tentang konsep yang bersumber dari konsep ini. Islam tidak menganut doktrin apa pun yang bertentangan dengan doktrin Keadilan Ilahi. Islam mendakwahkan dan mengukuhkan setiap doktrin yang boleh jadi bersumber dari konsep keadilan Tuhan.
Wilson: Dapatkah Anda menyebutkan beberapa contoh dari doktrin yang bersumber dari keadilan Tuhan?
Chirri: Saya akan menyebutkan tiga prinsip yang bersumber dari doktrin keadilan Ilahi:
1. Tuhan tidak meminta manusia sebagai makhluk-Nya untuk melakukan apa yang mereka tidak dapat melakukannya. Kita dapat menjumpai poin ini dalam al-Qur'an: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)
Apa yang berada di luar kekuasaanmu merupakan hal yang mustahil bagimu untuk melakukannya. Tuhan Yang Mahadadil tidak meminta yang mustahil.
2. Tuhan hanya menuntut tanggung jawab setiap orang dari perbuatan yang ia lakukan di bawah kontrolnya. Tidak ada orang yang bertanggung jawab atas perbuatan orang lain, bahkan jika mereka itu merupakan sahabat atau kerabat, dan termasuk perbuatan yang dilakukan di luar kontrol. Poin ini dapat dijumpai dalam al-Qur'an:
"Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (Qs. al-An'am [6]:164)
3. Jika hal ini benar adanya, umat manusia tidak dapat dibebankan perbuatan yang dilakukan Adam dan Hawa. Ketika berkata bahwa seluruh umat manusia dibebankan dengan warisan dari perbuatan tak terpuji Adam dan Hawa artinya bahwa ribuan umat manusia berbagi dengan Adam dan Hawa tanggung jawab atas perbuatan mereka, dan bahwa mereka mendapatkan kutukan dari Tuhan atas kesalahan yang terjadi sebelum kelahiran generasi dari mereka. Hal ini, tentu saja, tidak sejalan dengan keadilan Tuhan.
Mahkamah manusia tidak mengutuk seorang anak atas
perbuatan dosa yang dilakukan oleh ayahnya. Bagaimana kita dapat
menerima keadilan Tuhan yang menempatkan kesalahan yang dibuat oleh
orang tua kepada anak-anak mereka atau cucu-cucu mereka?
Oleh karena itu, Islam dengan tegas menolak doktrin
dosa asal, dan memandang setiap umat manusia suci pada saat
kelahirannya dan bebas dari segala macam dosa. Sebenarnya, Islam
menawarkan bayi manusia sebagai contoh sempurna dari wujud suci dan
tanpa dosa. Setiap manusia, menurut ajaran Islam, lahir suci dan bebas
dari segala bentuk dosa dan tetap berlanjut suci hingga ia melakukan
dosa sebagai seorang dewasa.
Dengan melakukan dosa pada usia dewasa, manusia
kehilangan kesuciannya, namun ia dapat meraih kembali kesucian tersebut
melalui tobat yang tulus. Tatkala seseorang secara tulus merubah
sikapnya dan dengan ikhlas berniat untuk tidak mengulang lagi perbuatan
dosanya, dan sebenar-benarnya bersumpah untuk menaati titah Tuhan, Tuhan
Yang Mahapengasih akan mengampuni dan menghapus dosa yang telah ia
lakukan.
Wilson: Biarkan saya melantur sejenak: Adam dan
Hawa merupakan orang-orang seperti adanya kita. Mari kita berasumsi
bahwa mereka bertobat dengan tulus setelah mereka berbuat kesalahan.
Apakah hal itu tidak berarti bahwa kesalahan mereka dihapus?
Chirri: Jika Anda berasumsi bahwa Adam telah
bertobat setelah ia melakukan perbuatan yang tidak layak ia lakukan,
Anda benar. Anda juga tidak keliru jika Anda meyakini bahwa Adam telah
mendapatkan ampunan dari Tuhan atas tobat yang ia lakukan. Kitab Suci
al-Qur'an mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menerima
tobat Adam, dan dengan demikian, perbuatan Adam dimaafkan: "…Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(Qs. al-Baqarah [2]:37)
Wilson: Jika Adam dimaafkan, mengapa ia diusir dari firdaus?
Chirri: Tergelincirnya Adam dari surga tidak mesti
berarti sebuah hukuman bagi sebuah dosa. Boleh jadi bermakna hasil dari
perubahan statusnya. Pada permulaan, Adam memiliki nilai untuk
berkomunikasi dengan Tuhan kapan saja, dan pada masa-masa seperti ini
adalah kebahagian dan surga baginya. Dengan bertindak yang tidak patut,
ia menjadi rawan untuk tergelincir lagi; artinya, ia telah kehilangan
imunitas (kekebalan) dari perbuatan yang tidak patut. Dengan menjadi
tidak imun, ia tidak lagi berada pada posisi tinggi yang membuat ia
dapat berkomunikasi dengan Tuhannya setiap waktu. Kini ia dapat
melakukan hal itu pada masa ia telah bersuci. Kesuciannya, tentu saja,
tidak bersifat permanen seperti sebelum ia tergelincir, lantaran ia
boleh jadi tergelincir lagi.
Wilson: Perjanjian Lama mengabarkan kepada kita
bahwa dosa Adam adalah memakan dari sebuah pohon, dan bahwa pohon itu
merupakan pohon ilmu pengetahuan yang dititahkan Tuhan kepadanya untuk
ia hindari. Bagaimana versi Qur'an dalam masalah ini?
Chirri: Kitab Suci al-Qur'an menyatakan bahwa ada
sebuah pohon yang dilarang menyentuhnya dan bahwa kesalahan Adam adalah
memakan buah dari pohon tersebut. Namun al-Qur'an tidak spesifik dalam
pohon jenis apa yang ia makan. Dengan mengetahui spirit logis Islam,
saya yakin bahwa pohon itu bukan pohon ilmu pengetahuan lantaran
pengetahuan diperoleh dari belajar dan pengalaman, dan ia tidak tumbuh
di atas pohon. Boleh jadi tidak ada yang signifikan yang menempel pada
pohon itu atau jenisnya secara keseluruhan. Masalah signifikan yang
dapat menjadi larangan itu sendiri adalah titah Tuhan untuk menguji
keinginan hamba-Nya Adam dan Hawa. Terlebih, Tuhan, menurut al-Qur'an,
cinta kepada pengetahuan; bagaimana mungki Dia melarangnya?
Wilson: Mari kita kembali kepada topik utama pembahasan kita.
Kini saya yakin bahwa Islam berdiri di atas
landasan yang kokoh dalam mendakwahkan kesucian umat manusia dan bahwa
ajarannya dalam bidang ini sangat benar dan konsisten. Islam, sejauh
ini, menganut prinsip keadilan Tuhan dan menjunjung tinggi prinsip
tanggun jawab individu yang tidak dapat dilepaskan dari keadilan Tuhan.
Tatkala kaum Kristian mendakwahkan doktrin dosa
asal, mereka sebenarnya menkonstruksi dasar sebuah doktrin lainnya,
yaitu: doktrin penebusan. Umat manusia, mereka katakan, adalah berdosa
dan terkutuk karena dosa asal. Dengan kata lain, dengan mewarisi dosa
Adam dan Hawa, kami bernoda dosa; oleh karena itu, dosa-dosa kita perlu
ditebus. Seseorang harus membayar dosa kita. Isa membayarnya dengan
disalib. Dengan demikian, Isa menjadi penebus dan penyelamat umat
manusia.
Dengan mengingkari dosa asal, doktrin penebusan
tersisa tanpa dasar dan fondasi. Anda telah berbicara tentang
permasalahan ini, dan kini telah menjadi terang bahwa doktrin penebusan
merupakan salah satu prinsip yang tidak sesuai dan sejalan dengan konsep
keadilan Tuhan.
Chirri: Seluruh doktrin dosa asal adalah, sejauh
yang kita diskusikan, secara keseluruhan bertentangan dengan doktrin
keadilan Tuhan. Bahkan bila kita melupakan inkonsistensinya dengan
keadilan Tuhan, kita tidak dapat menerima bahwa Sang Mahaadil membuat
seseorang, seorang yang tak berdosa, Isa, membayar dosa seluruh umat
manusia. Lagi, bagaimana kita dapat mencuci sebuah dosa kecil, seperti
dengan memakan setiap apel, melalui dosa yang paling keji, pembunuhan
seorang manusia suci, seperti Isa. Dosa boleh jadi dicuci oleh sebuah
perbuatan baik, bukan dengan pembunuhan. Terlebih, bagaimana kita dapat
menerima bahwa Tuhan, Sang Mahabijaksana, akan menuntut darah utusan-Nya
sebagai harga sebuah pengampunan?
Dialog Ke-9
Freewill atau Determinisme?
Wilson: Terdapat satu isu penting yang terdapat
dalam konsep Keadilan Ilahi, dan hal ini merupakan masalah kontroversial
dalam filsafat sekaligus dalam bidang agama; yaitu, kebebasan manusia.
Para filosof dan juga para ulama berbeda dalam menghadapi permasalahan
ini. Beberapa dari mereka mendakwahkan kebebasan manusia, dan bahwa apa
saja yang ia lakukan, ia kerjakan berdasarkan kepada kebebasan yang
dimilikinya; beberapa dari mereka mengingkari kebebasan ini, dan
berpikir bahwa apa yang kelihatannya sebuah aksi bebas atau non-aksi
adalah telah diatur atau sebuah hasil dari sebab tertentu atau dari mata
rantai sebab-sebab.
Saya telah membaca literatur Islam yang mengatakan
bahwa Islam mendakwahkan predestinasi, dan bahwa seluruh pekerjaan
manusia telah ditentukan oleh Tuhan, dan bahwa manusia tidak dapat
merubah jalur yang ia ambil. Saya juga membaca, sebuah pandangan Islami
yang berbeda dan mengingkari konsep predestinasi (keterpaksaan) atau
jabariyah dalam aksi dan non-aksi manusia. Kini, saya ingin
mendiskusikan dengan Anda permasalahan ini dan mencari tahu apa yang
sebenarnya Islam ajarkan dalam masalah yang penting ini.
Chirri: Untuk mendefinisikan subjek pembahasan
kita, perlu kiranya kita memperjelas bahwa diskusi yang kita lakukan
tidak termasuk kondisi-kondisi tertentu yang tidak disebabkan oleh
kehendak manusia sendiri, seperti jatuh sakit, menderita kebutaan, dan
kematian. Dalam wilayah ini tidak adanya kebebasan manusia nampak dengan
jelas. Tidak ada yang dapat mengklaim bahwa manusia memiliki kebebasan
dalam menghadapi kondisi semacam itu, karena hal ini tidak datang
lantaran manusia memilihnya demikian. Diskusi kita hanya termasuk pada
wilayah pekerjaan dan perbuatan manusia dimana manusia sepertinya
bertindak atas pilihan dan kehendaknya sendiri. Di sini ikhtilaf lama
masih menyala dan membagi orang-orang ke dalam dua kelompok: kelompok
yang menganjurkan dan mendakwahkan kebebasan, dan kelompok yang
mempropagandakan predestinasi, determinisme atau jabariyah.
Islam, sebagaimana Anda tahu, mengabarkan kepada
kita bahwa Tuhan telah mewahyukan perintah-perintah tertentu; bahwa Dia
akan mengganjari mereka yang menaati perintah-perintah-Nya; dan bahwa
Dia akan mengazab mereka yang tidak menjalankan perintah-perintah-Nya.
Agama yang mendakwahkan masalah ini dapat menjadi konsisten hanya
bilamana ia menganjurkan kebebasan manusia, kalau tidak, agama semacam
ini mengingkari konsep keadilan Tuhan.
Agama yang mendakwahkan keduanya baik keadilan
Tuhan dan predestinasi (jabariyah) akan secara jelas bertentangan dengan
dirinya sendiri tatkala disebutkan bahwa Tuhan akan mengganjari
hambanya yang taat dan mengazab yang membangkang. Ketika aksi atau
non-aksi manusia diatur sebelumnya oleh Tuhan, manusia tidak akan mampu
mengubah jalur hidupnya. Ia tidak akan mampu melakukan sesuatu tatkala
ia telah ditakdirkan untuk melakukan sesuatu yang lain. Manusia akan
seperti sebuah mesin. Sebuah mesin tidak mampu, dengan sendirinya,
mengubah jalur hidupnya, dan akan menjadi konyol ketika dikatakan bahwa
sebuah mesin tunduk patuh terhadap sebuah perintah tertentu, kemudian
mendapat ganjaran atau mendapat hajaran.
Menghilangkan kebebasan manusia, seluruh tatanan
konsep agama akan runtuh dan rusak. Pada kenyataannya, jika kita
mengingkari kebebasan manusia, maka tidak akan perlu pewahyuan dari
langit. Pengutusan para nabi yang mengajar dan membimbing umat manusia
akan menjadi sia-sia. Tatkala seseorang ditakdirkan untuk menjadi
seorang atheis, ia tidak akan menjadi seorang yang beriman, dan tidak
akan ada seorang nabi yang mampu mengubah hatinya. Seorang ditakdirkan
menjadi jahat tidak akan menjadi warga yang baik, terlepas dari ajaran
apapun yang ia terima.
Kebebasan manusia, pada kenyataannya, menjadi dasar seluruh konsep agama, dan Islam secara jelas menganjurkan kebebasan manusia.
Wilson: Dari diskusi kita yang sebelumnya, saya
tahu bahwa Islam menganjurkan dengan kuat doktrin Keadilan Tuhan. Oleh
karena itu, Islam, diharapkan mendakwahkan kebebasan manusia dan
menentang gagasan predistinasi atau apa yang disebut dalam filsafat
sebagai "Determinisme." Saya ingin tahu apakah al-Qur'an menunjukkan
kebebasan manusia secara jelas.
Chirri: Kitab Suci al-Qur'an telah mengindikasikan,
lebih dari satu cara, bahwa manusia merupakan seorang pelaku yang
merdeka dan bebas. Indikasi al-Qur'an itu menjelaskan bahwa manusia
mampu merubah kondisi dan keadaan hidupnya, "Sesungguhnya Allah tidak
merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri." (Qs. ar-Ra'ad [13]:11)
Jika manusia ditakdirkan untuk mengambil satu jalur
tertentu, ia tidak akan mampu merubah jalur tersebut. Apa saja yang ia
lakukan atau hindari akan dilakukan atau dihindari, tidak melalui
pilihan, tapi melalui paksaan.
Kitab Suci al-Qur'an, juga mendeklarasikan bahwa
Tuhan tidak meminta manusia untuk melakukan sesuatu yang mustahil, juga
tidak meletakkan sesuatu yang sukar bagi hamba-Nya, "Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Qs.
al-Baqarah [2]:286)
Sebagai contoh, jika manusia ditakdirkan untuk
berdoa atau melakukan pembunuhan dan Tuhan berkata kepadanya untuk tidak
membunuh atau berdoa, Dia akan meletakkan kesulitan besar kepadanya,
dan Dia akan memintanya untuk melakukan sesuatu yang mustahil baginya.
Dia tidak akan memintanya untuk melakukan apa yang ia mampu lakukan
karena ia telah ditakdirkan untuk, sebelum ia lahir, membunuh dan bukan
untuk shalat. Kemudian, ia tidak mampu mematuhi perintah Tuhan.
Kenyataannya bahwa ia diperintahkan untuk shalat dan dilarang untuk
membunuh, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memandang manusia hamba-Nya
sebagai makhluk yang bebas, dan bahwa apa saja yang diperintahkan atau
tidak atasnya adalah berada dalam kemampuannya.
Kitab Suci al-Qur'an juga, menunjukkan kebebasan
manusia dengan menyebut dan menekankan tanggung jawab setiap individu
atas apa yang ia lakukan:
"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu al-Kitab
(al-Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat
petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat
maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya
sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab
terhadap mereka." (Qs. az-Zumar [39]:41)
"(Yaitu) bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (Qs. an-Najm [53]:38)
"Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu kebenaran (al- Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu
barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu)
untuk kebaikan dirinya sendiri. dan barangsiapa yang sesat, maka
sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri." (Qs. Yunus
[10]:39)
Konsep tanggung jawab individu menunjukkan secara
jelas bahwa individu merupakan pelaku bebas. Kalau tidak, ia tidak
memikul tanggung jawab atas segala sesuatu yang boleh jadi dihasilkan
olehnya. Tanggung jawab adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kebebasan.
Wilson: Ayat-ayat yang Anda nukil dari Kitab Suci
al-Qur'an menunjukkan bahwa manusia dianugerahi kebebasan yang memadai
yang membuat ia dapat memikul tanggung jawab dan pantas untuk
mendapatkan ganjaran atau azab atas perbuatannya. Bagaimanapun, terdapat
beberapa ayat yang dinukil dari al-Qur'an yang menunjukkan
predestinasi. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan manusia
dikontrol oleh Tuhan. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
"Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya
dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh
jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Qs. al-Insan [76]:29-30)
"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan
dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk
kepada siapa yang Engkau kehendaki." (Qs. al-A'raf [7]:155)
Ayat-ayat ini berseberangan dengan ayat-ayat yang Anda nukil. Hal ini membuat bingung dan menciptakan dilema.
Chirri: Bagi seorang Muslim, Kitab Suci al-Qur'an
merupakan kitab wahyu. Ia mengandung kebenaran, dan seluruh kandungan
al-Qur'an haruslah benar. Sebuah kebenaran tidak akan bertentangan
dengan kebenaran yang lain. Apa saja yang nampak kontradiksi namun pada
hakikatnya tidaklah demikian. Hal itu hanya secara lahir tampak
kontradiktif.
Tatkala dua bagian ayat-ayat kelihatannya
bertentangan dengan yang lain, mereka harus diperlakukan dengan sebuah
perlakuan khusus. Tatkala salah satu dari dua bagian itu memiliki
indikasi yang lebih jelas dari indikasi bagian yang lain dalam masalah
yang sama, bagian yang memiliki indikasi yang lebih jelas harus diikuti.
Kelompok lain harus diinterpretasikan dengan sebuah jalan yang tidak
berseberangan dengan yang pertama. Perlakuan ini nampaknya perlu
dilakukan tatakala bagian yang lebih jelas adalah lebih sesuai dengan
sisi logis dari masalah tersebut. Dan beginilah perkara dari dua
permasalahan yang disebutkan di atas.
Camkan hal ini baik-baik, kita boleh jadi dapat
memahami dua kelompok tersebut dan mengintepretasi yang pertama dengan
sebuah jalan yang tidak akan berseberangan dengan yang terakhir. Kita
boleh memahami dari dua ayat pertama pada kelompok kedua bahwa kemampuan
manusia untuk memilih adalah bersumber dari Tuhan. Manusia boleh jadi
memilih jalur tertentu, namun kemampuannya untuk memilih adalah anugerah
Tuhan. Tuhan mampu menghilangkan darinya kebebasan ini dan turut campur
dengan kehendak-Nya. Namun Tuhan tidak biasanya melakukan hal tersebut.
Dua ayat kedua, juga dapat diinterpretasikan dengan
sebuah jalan yang tidak berseberangan dengan kebebasan manusia: Tuhan
boleh jadi menuntun seseorang kepada jalan yang benar, dan Dia boleh
jadi meninggalkan yang lain pada jalan yang salah. Namun kita tidak
dapat mengharap dari Tuhan untuk menganugerahkan tuntunan kepada
seseorang dan meninggalkan yang lain dalam kesalahan berdasarkan pada
sistem acak.
Dia boleh jadi menolong seseorang dengan
menganugerahkan untuk mencoba menemukan kebenaran dan keinginan untuk
mengikutinya. Dia boleh jadi meninggalkan seseorang dalam kesalahan
tatkala orang itu tidak ingin menerima kebenaran. Dengan penafsiran ini,
tidak akan ada dilema. Bagian pertama dari ayat-ayat itu akan tetap
demikian adanya tanpa pertentangan, yang menunnjukkan secara jelas
kebebasan manusia.
Wilson: Tuhan merupakan Pencipta seluruh semesta,
seluruh segmen dan kejadiannya. Tidak ada kejadian apa pun di luar
penciptaan-Nya. Keinginan manusia merupakan salah satu kejadian yang
berlaku di dunia ini. Manusia, dengan demikian, tidak memiliki
kebebasan.
Chirri: Apabila hal ini benar adanya, kita harus
menisbahkan kepada Tuhan seluruh kezaliman, tirani dan kejahatan yang
dilakukan manusia. Namun tidak seorang pun orang yang beriman kepada
Tuhan akan mengatributkan seluruh kejahatan dan dosa kita kepada Tuhan.
Yang benar adalah bahwa Tuhan telah menciptakan
manusia dengan kekuatan untuk memilih, dan hal ini berarti bahwa Dia
menganugerahkan kepadanya sebuah kebebasan. Tuhan dapat mengarahkan
kehendak manusia dan membuat ia memilih jalur tertentu jika Dia
menghendaki, namun tidak ada dalam kehidupan kita yang mengindikasikan
bahwa Tuhan biasanya turut campur dalam keinginan kita. Lantaran Dia
menganugerahkan kepada kita kekuasaan untuk memilih tanpa interfensi
dari-Nya. Hal ini bermakna bahwa Dia mengharapkan kita untuk menggunakan
kekuasaan kita untuk memilih dan memiliki pilihan sendiri.
Wilson. Tuhan mengetahui masa depan kita
sebagaimana Dia mengetahui masa kini dan masa lalu kita. Dia mengetahui
apa yang akan saya lakukan di masa datang seperti Dia mengetahui apa
yang saya lakukan sekarang. Dia mengetahui sebelum kita lahir jalan apa
yang akan kita ambil setelah kelahiran kita dan di masa mendatang.
Lantaran segala sesuatu diketahui oleh-Nya, perbuatan kita haruslah
telah ditentukan sebelum kita berbuat atau bertindak.
Kita tidak akan dapat mengambil sebuah jalan baru
yang tidak diketahui oleh Tuhan, juga kita tidak akan keliru mengambil
jalan yang telah diketahui sebelumnya oleh Tuhan. Kekeliruan kita untuk
mengambil jalan yang Dia ketahui, akan bermakna kekeliruan dalam
pengetahuan-Nya. Pengetahuan Tuhan tidak pernah salah dan keliru.
Chirri: Pengetahuan kita terhadap kejadian-kejadian
tertentu tidak menentukan kejadian-kejadian tersebut, juga tidak karena
pengetahuan kita peristiwa itu terjadi. Saya tahu, misalnya, bahwa
seluruh pekerja pada sebuah pabrik khusus menyantap makan siang mereka
pada siang hari. Hal ini tidak berarti bahwa pengetahuankulah yang
menyebabkan mereka menyantap makan siang mereka pada saat itu. Tuhan,
tanpa sangsi, mengetahui masa depan kita, tapi hal ini tidak harus
berarti bahwa seluruh perbuatan kita di masa depan disebabkan oleh
pengetahuan-Nya. Seluruh perbuatan yang kita kerjakan masing-masing
memiliki sebabnya sendiri-sendiri, dan faktor utamanya adalah kehendak
manusia yang menghendaki terlaksananya sebuah tindakan atau perbuatan.
Di samping itu, Tuhan mengetahui bahwa saya akan
melakukan suatu perbuatan tertentu didorong oleh kehendak bebasku
sendiri. Lantaran pengetahuan Tuhan tidak keliru, perbuatanku harus
merupakan sebuah perbuatan bebas yang disebabkan oleh kehendak bebasku.
Jika perbuatanku merupakan sebuah produk dari keterpaksaan (bukan
kebebasan), pengetahuan Tuhan akan keliru. Pengetahuan Tuhan tidak
pernah keliru; oleh karena itu, saya tidak akan keliru dalam membuat
keputusanku sendiri, melalui kehendak bebas yang aku miliki.
Wilson: Diskusi ini telah membuat seluruh
permasalahan menjadi jelas. Poin yang Anda sebutkan terakhir merupakan
poin yang sangat penting. Pada kenyataannya, argumen terakhir yang saya
ajukan adalah keliru karena mencampur aduk antara pengetahuan terhadap
sebuah perisitwa dan sebabnya, namun setiap kejadian biasanya memiliki
sebabnya sendiri. Kita tahu bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatan
kita yang merupakan produk dari kehendak bebas. Dan karena Tuhan telah
memberikan kepada kita kekuasaan untuk memilih, kehendak kita haruslah
merupakan sebuah produk bebas dari kekuasaan tersebut. Pengetahuan Tuhan
tidak pernah keliru. Oleh karena itu, kita tidak akan pernah keliru
untuk mendapatkan seluruh perbuatan kita sebagai produk dari kehendak
bebas yang kita miliki.
Ketika kita menisbahkan doktrin kebebasan manusia,
kita akan konsisten dan terjaga dari kontradiksi. Doktrin keadilan Tuhan
tidak dapat dipertemukan dengan doktrin keterpaksaan. Kita tidak dapat
berkata bahwa perbuatan manusia dipaksa oleh Tuhan, kecuali kita
mengingkari keadilan Ilahi. Karena kita tidak ingin mengingkari doktrin
keadilan Tuhan, juga tidak mau menerima kontradiksi, kita harus
menegasikan, secara bulat, doktrin keterpakasaan (predestinasi).
Dialog Ke-10
Selayang Pandang Sejarah Kenabian
Wilson: Sejarah agama-agama tauhid menunjukkan
bahwa seluruh nabi mereka berasal dari ras Semitik dan kebanyakan dari
mereka merupakan keturunan Nabi Ibrahim, baik dari keturunan Nabi Ishak
atau putra-putri Ismail. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai sebuah
keistimewaan yang dengannya Bani Israil dan Bani Ismail unggul dari
keseluruhan manusia. Namun hal yang sukar dipercaya untuk diyakini bahwa
Tuhan menghadirkan pesan langit hanya kepada dua komunitas ini. Tuhan
merupakan Tuhan seluruh bangsa dan pesan-Nya harus diwahyukan kepada
seluruh bangsa juga. Jika sejarah agama benar adanya, harus terdapat
beberapa alasan kenapa kenabian hanya dibatasi kepada dua komunitas ini
saja.
Chirri: Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa
pemahaman manusia, pada masa-masa awal, tidak mampu mengangkat isu-isu
metafisis, atau menerima ide-ide universal dan tinggi. Adapun interaksi
manusia, masing-masing individu terbatas hanya kepada kecintaan terhadap
keluarga dan kekerabatan. Seluruh suku yang lain, adalah asing dan
kafir baginya. Konsep kebangsaan dan kemanusiaan jarang terlintas dalam
benaknya.
Namun demikian, beberapa orang yang berbakat hidup
di kalangan manusia pada saat itu, mampu memahami matlab-matlab yang
mendalam, dapat mencerap apa yang berada di atas indra, siap untuk
menerima tanggung jawab dalam membimbing dan mengajar manusia kala itu.
Dengan mengetahui kapasitas luar biasa mereka, Tuhan Mahakasih
mewahyukan kepada mereka kebenaran dan membebankan kepada mereka tugas
yang paling berat, membimbing umat manusia.
Orang-orang ini dipilih atas asas kepatutan mereka,
bukan lantaran hubungan mereka kepada ras atau komunitas tertentu.
Sebagaimana diharapkan, orang-orang ini berhadapan dengan kesulitan dan
kesukaran yang tak teratasi. Orang-orang tidak siap mengikuti atau
menerima ajaran mereka, dan kebanyakan dari mereka seperti Nabi Nuh
hanya memperoleh sejumlah kecil pengikut, atau seperti Nabi Ibrahim,
yang hampir sepanjang hidupnya sebagai seorang nabi tanpa seorang pun
pengikut.
Karena masyarakat menolak untuk berubah, dituntut
seorang nabi seperti Ibrahim menjamin keberlangsungan agamanya melalui
anak-anaknya, Ismail dan Ishak, yang dengan penuh iman mengikuti
keyakinan ayah mereka dan menyampaikannya kepada anak-anak mereka.
Ajaran agama berlanjut tersebar hampir sepanjang garis kesukuan. Abad
dan kurun berlalu, keyakinan tidak memperoleh para pengikut dari luar,
juga tidak diyakini oleh seluruh keturunan Ibrahim.
Tujuan Ilahi, bagaimanapun, tidak membatasi iman
dalam konteks kesukuan atau batasan negara. TuhanMahakasih dan
Mahasayang bertujuan untuk menyebarkan iman di seantero penjuru dunia
dan menunjukkan kepada seluruh manusia jalan lurus. Tuhan Yang Mahakuasa
mengurus alam semesta melalui jalur-jalur natural dan wajar. Seluruh
kejadian di dunia berlaku menurut hukum sebab dan akibat. Dia menjaga
iman yang diwahyukan dan memeliharanya untuk tetap hidup, meski pada
titik perhentian, melalui sebuah komunitas kecil, yang diberkati dengan
mewarisi iman tersebut dari ayah sucinya. Dia yang menyebabkan iman itu
tetap menyala dan menyebar tatkala komunitas itu tumbuh berkembang dan
memperoleh kekuasaan yang memadai untuk penyebarannya dan menjaganya
untuk tetap ada dan hidup, meskipun hanya terbatas, melalui suatu
masyarakat kecil, yang mendapat berkah warisan dari kekudusan iman sang
ayah. Dia menyebabkan iman itu membakar dan menyebar ketika masyarakat
itu tumbuh dan memperoleh kekuasaan yang memadai untuk mengemban tugas
besar dalam penyebaran keimanan.
Masyarakat kecil itu diperuntukkan untuk bertumbuh
melalui dua garis keturunan, melalui Bani Ismail dan Bani Israil. Mereka
berdua diberkati dan kedua-duanya diuji dan dibebankan tugas yang besar
untuk memelihara dan menyebarkan iman, kendati ujian tersebut tidak
berlangsung bersamaan. Meskipun [demikian] Ismail adalah putra yang
pertama Ibrahim dan memperoleh suatu warisan dalam bentuk iman dan
saudaranya Ishak juga mendapat berkah seperti itu, dan Allah
menangguhkan ujian dari keturunan-keturunan Ismail selama berabad-abad.
Ia sedang menyiapkan mereka untuk melanjutkan misi dimana misi tersebut
telah dimulai melalui keturunan-keturunan Ishak.
Dengan memulai generasi Ishak, Tuhan Yang Mahakuasa
mengikat perjanjian dengannya. Dari Perjanjian Lama kita membaca:
"Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati,
Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas
raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. (Kejadian
17:20)
Wilson: Sesuai dengan ucapan Anda, tujuan Ilahi
bukan bermaksud untuk membatasi keimanan kepada seseorang atau dua
komunitas atau bangsa tetapi untuk menyebarkan keimanan yang benar ke
seluruh penjuru dunia dan memperkenalkan ajaran-ajaran Tuhan kepada
seluruh bangsa. Namun, hal ini bukan menjadi persoalan. Perjanjian Lama
secara berulang menyebut bangsa Israil sebagai bangsa pilihan Tuhan. Ia
menyebut bangsa lain sebagai kafir (bukan bangsa Yahudi). Hal ini
menunjukkan bahwa Bani Israil mendapatkan perhatian utama dari risalah
langit ini.
Chirri: Dengan perjanjian yang dirajut antara Tuhan
dan Ishak, Bani Israil seharusnya memeluk dan mengikut dengan tulus
perintah dan titah Tuhan dan menuntun seluruh bangsa di dunia ke jalan
Tuhan. Namun Bani Israil tidak memenuhi harapan ini. Hanya sebagian
kecil yang mengikuti ajaran langit dan kelompok minoritas itu tidak
mampu menerima keimanan sebagai sesuatu yang universal atau manusiawi.
Sebagai hasilnya, nabi-nabi Bani Israil yang datang berikutnya berbicara
kepada umat mereka berdasarkan kepada pemahaman dan pengetahuan mereka.
Dalam keadaan ini, keimanan diberi warna sifat kesukuan atau
kebangsaan; Tuhan adalah Tuhannya Bani Israil, dan Bani Israil merupakan
bangsa pilihan-Nya. Para nabi telah berusaha untuk membuat masyarakat
Yahudi memeluk keimanan mereka secara tulus. Perhatian seluruh nabi Bani
Israil berpusat pada umat Yahudi, tidak ada umat lain yang menjadi
perhatian mereka. Bahkan Isa, sesuai dengan Mathius, memiliki sikap yang
sama:
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari
daerah itu dan berseru: Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena
anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita. Tetapi Yesus sama
sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta
kepada-Nya: Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan
berteriak-teriak. Jawab Yesus: Aku diutus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel. Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia
sambil berkata: Tuhan, tolonglah aku. Tetapi Yesus menjawab: Tidak
patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya
kepada anjing.” (Matius 15:22-26)
Wilson: Kitab Injil mengatakan bahwa Tuhan telah
memerintahkan Ibrahim untuk memperingatkan, istrinya, dan membuang
Ismail di sahara Paran, dimana di tempat itu tidak tersedia makanan dan
minuman. Perintah ini tidak hanya kelihatan kejam, tapi juga menyiratkan
bahwa Tuhan tidak memiliki tujuan apa pun untuk Ismail dan
keturunannya.
Chirri: Persiapan yang dilakukan untuk Ismail telah
dimulai semenjak Tuhan menasihati hamba utama-Nya Ibrahim untuk
memperingatkan istrinya, Sarah, dengan membawa Ismail dan ibunya Hajar
pergi ke dataran kering Paran. Para pembaca Perjanjian Lama mesti merasa
takjub akan hikmah nasihat sedemikian itu yang nampaknya secara lahir
kejam dan tak berbelas kasih. Namun tatkala kita merenungi apa yang
ditimbulkan dari peristiwa yang terjadi dalam sejarah ini, kita boleh
jadi mengerti hikmah dan kebijaksanaan tersebut.
Tugas untuk menyebarkan sebuah agama yang benar
merupakan tugas mentransformasi karakter-karakter individual dan merubah
kehidupan seluruh bangsa. Hal yang pertama dihadapi oleh tugas ini
adalah sebuah ketidaksepakatan antara guru sebuah ideologi baru dan
orang-orang yang ia coba untuk pengaruhi. Usaha semacam ini biasanya
menjumpai perlawanan dan resistensi, dan merupakan hal yang wajar bahwa
resistensi dapat menuntun kepada sebuah konflik bersenjata. Dalam kasus
seperti ini, kebebasan untuk meyakini, mendakwahkan dan mengamalkan
terancam, dan dapat diselamatkan dan dilindungi hanya ketika ideologi
baru ini siap menerima tantangan dan menghadapi kekerasan dengan
kekerasan. Misi ini, kemudian, memerlukan seorang pemimpin Ilahi yang
didukung oleh masyarakat yang memiliki kekuatan, keprawiraan dan
ketakwaan yang siap melakukan pengorbanan tanpa ragu-ragu.
Dari seluruh bangsa dan umat di Timur-Tengah,
bangsa Arab, selama beberapa abad, telah teruji dan oleh karena itu,
memenuhi kualifikasi untuk menunaikan tugas tersebut. Semenanjung Arab
tetap tidak dapat ditembus untuk ditaklukkan dan dijajah oleh kekuatan
asing. Orang Arab menikmati sebuah kebebasan yang jarang diperiksa oleh
penguasa. Ia menjadi percaya diri (self-confident), siap melindungi
dirinya dan kebebasannya dengan kekuatannya sendiri dan mencetuskan
keinginannya dengan perbuatan. Sebuah bangsa atau umat yang terdiri
orang-orang semacam ini memenuhi syarat untuk menunaikan sebuah misi
besar; dan ketika mereka diilhami oleh seorang pemimpin langit, ia akan
mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Untuk menanamkan agama Ibrahim kepada umat yang
seberani dan sekuat itu dan untuk mempersiapkan bangsa tersebut untuk
masa depan yang gemilang, Tuhan menasihatkan hamba-Nya Ibrahim untuk
mendengarkan istrinya, Sarah, dengan mengutus putranya Ismail pergi
sehingga ia dapat bermukim di tengah-tengah masyarakat Arab. Melalui
perkawinan antar mereka, keturunan Ismail bersatu dan menjadi sebuah
bangsa besar yang ditakdirkan untuk memikul misi besar ini di masa yang
akan datang.
"Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat
Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: Apakah yang
engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar
suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu,
dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang
besar. Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur;
ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu
minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap
di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggallah ia di
padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari
tanah Mesir." (Kejadian 21:17-21)
Dengan menempatkan Ismail di semenanjung Arabia ,
Ibrahim telah menanamkan biji keimanannya di bumi Arab. Untuk membuat
benih ini tumbuh dan keimanan berlanjut, ia membangun bangunan masa
depan dengan membangun Rumah Suci, Ka'bah, di tengah-tengah wilayah
Arab, sebagai candi pertama Tuhan di dunia. Karena Tuhan telah
mengatakan sebelumnya kepada Ibrahim dan sebagaimana yang telah
diharapkan Ibrahim, Ka'bah menarik para penduduk Arab dan menjadi markaz
suci di negeri itu. Kota suci Mekkah kemudian dibangun di
sekelilingnya, dan kemudian setelah itu panggilan Ibrahim setiap
tahunnya dipenuhi oleh sejumlah besar peziarah yang mengungjungi Rumah
Suci dan beribadah kepada Tuhan di candi-Nya. Dari al-Qur'an kita
membaca:
"Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat
kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu
memperserikatkan sesuatupun dengan aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi
orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang
yang ruku' dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan
haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir." (Qs. Hajj [22]:26-28)
Berat bagi Ibrahim meninggalkan putra pertamanya di
sahara Arabia dimana di tempat itu tiada buah, tiada air, dan juga
tiada kota Namun ia memiliki dua tujuan yang ingin ia capai, dan
masing-masing merupakan tujuan besar yang membuat Ibrahim rela
mempersembahkan pengorbanan semacam itu dan ia melakukannya dengan
segala upaya dan kesungguhan. Tujuan pertama dari dua tujuan tersebut
adalah segera membangun Rumah Suci dan mengangkat putranya sebagai
penjaga Rumah Suci tersebut yang akan beribadah kepada Tuhan, menunaikan
perkhidmatan sesuai dengan agama benar Tuhan, dan mengajarkan putranya
dan masyarakat di tempat itu ajaran-ajaran yang benar. Dengan melakukan
hal ini, Ibrahim tidak hanya meluaskan wilayah keimanannyan tapi juga
menjamin kontinuitas keyakinannya. Sekiranya keturunan Ishak gagal dalam
menunaikan tugas-tugas keagamaan yang dibebankan kepadanya, keimanan
dapat berlanjut melalui anak-anak Ismail di negeri Arab. Dari al-Qur'an
kita membaca, "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur."(Qs. Ibrahim [14]:37)
Kita tidak tahu keluasan perkembangan iman Ibrahim
di tanah Arab. Sejarah tidak memberitahukan kepada kita secara jelas
suasana agama di bumi Arab selama masa panjang yang terbentang semenjak
masa Ibrahim hingga akhir abad kelima masa Kristen. Pada abad keenam,
kita dapatkan mayoritas masyarakat ketika itu adalah para penyembah
berhala Arabia Namun demikian, kita jumpai, pada saat yang sama,
beberapa ritual dan praktik yang hanya dapat diatributkan kepada ajaran
Ibrahim. Di antara ritual tersebut adalah ziarah ke Baitullah di Mekkah
dan sirkumsisi (sunat/khitan) yang dilakukan dan dipraktikan oleh
seluruh kabilah Arab yang bukan beragama Kristen.
Di sepanjang ritual dan pratik ini, kita temukan
sebagian kecil masyarakat Arab, beriman kepada Tuhan, beribadah
kepada-Nya dan menolak menyembah berhala.
Tujuan kedua Ibrahim adalah menyiapkan putra-putra
Ismail dan umat dimana mereka bersatu, untuk masa depan yang gemilang
dan jauh -tatkala orang-orang yang berbahasa Arab diutamakan dan
dihormati untuk mendapatkan Nabi Pamungkas di antara mereka-; ketika
mereka siap menerima pesan agungnya dan menyebarkan firman Tuhan ke
seantero jagad. Dari al-Qur'an kita membaca:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan
(membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya
Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan Kami, Jadikanlah
Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami,
dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang
Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah
(As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. al-Baqarah [2]:127-129)
Doa Nabi Ibrahim diterima (dan menjadi kenyataan)
pada abad ketujuh. Nabi yang diramalkan datang dengan sebuah metode yang
baru yang mampu menopang kebenaran, menjamin kebebasan yang dibutuhkan
dan membuka jalan bagi ajaran-ajaran samawi. Metode yang menggunakan
logika sebagai media utama untuk meyakinkan dan menunjukkan kekuatan di
hadapan setiap orang yang mengancam kebebasan-kebebasan suci tersebut.
Pada abad ketujuh, dunia diberkati dengan
kemunculan Nabi Terakhir dan Universal Muhammad Saw, yang bangkit dari
Mekkah, pusat tanah Arab, menyinari Timur dan Barat.
Dialog Ke-11
Mengapa Kita Memerlukan Nabi?
Wilson: Mengapa manusia memerlukan seorang nabi
atau rasul Tuhan? Manusia dianugerahi dengan kemampuan mental yang
dengannya ia dapat membedakan antara baik dan buruk. Seseorang dapat
berkata bahwa tidak ada perlunya kita bimbingan langit untuk mengatakan
kepada kita apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita
lakukan. Rata-rata orang mampu berlaku rasional untuk dirinya, sehingga
ia bisa berhubungan dengan orang lain dan keluarganya secara rasional
tanpa perlu adanya hukum Ilahi.
Chirri: Kenabian diperlukan karena beberapa alasan:
1. Adanya Kebutuhan untuk Mengingatkan Manusia Kepada Tuhan
Secara teoritis, manusia mampu berargumen secara
deduktif (menggunakan silogisme) akan keberadaan Sang Pencipta melalui
pengamatannya terhadap ciptaan-ciptaan Tuhan di muka bumi. Manusia yang
berfikiran bebas mampu memahami hal-hal yang abstrak dan ide-ide
universal. Lantaran nafsu atau kebutuhan, kita nyaris lekat dan terikat
dengan dunia materi. Ketertarikan kepada materi dunia telah membuat kita
berpaling. Kendatipun orang kebanyakan tidak mampu melepaskan
pemahamannya ihwal penciptanya, namun kita juga tidak dapat berharap
kepada orang kebanyakan menalak dirinya dari dunia materi untuk berpikir
jelas dan jernih tentang Tuhan.
Tatanan yang menakjubkan yang terdapat pada alam
semesta menandakan keberadaan Sang Penata, Tuhan Yang Mahakuasa. Namun
manusia terpikat perhatiannya terhadap yang kecil dalam memperhatikan
hukum-hukum natural. Manusia menjadi terbiasa mengapa matahari terbit di
belahan timur bumi. Umat manusia kurang menaruh perhatian terhadap
pentingnya pengenalan terhadap Sang Pencipta. Pengenalan universal
manusia akan keberadaan-Nya bukan merupakan hasil pemikiran umum, namun
berdasarkan kepada ajaran orang-orang yang dianugerahi yang berhasil
membawa manusia kepada kesimpulan seperti ini.
2. Kebutuhan Terhadap Seseorang Yang Memiliki Otoritas Yang Tak Terbantahkan
Manusia berbeda dalam pendidikan, kemampuan,
perasaan dan latar belakang; sehingga mereka berbeda dalam cara pandang.
Banyak isu penting berkenaan dengan perbuatan manusia yang sangat
kontroversial di kalangan setiap individu dan kelompok. Etika dan akhlak
sangat diperdebatkan. Pembenaran filosofis dapat dijumpai pada hampir
sudut pandang. Alih-alih menjelaskan isu-isu ini sehingga seseorang
menemukannya untuk membuat sebuah pilihan rasional, pembenaran filosofis
justru semakin menambah kebingungan. Akal dan filsafat telah gagal
menjadi sebuah solusi bagi pertanyaan-pertanyaan moral dan etika.
Pelbagai jawaban yang kita cari harus dicari dari seseorang yang
memiliki otoritas yang tak terbantahkan, dimana kepadanyalah setiap
individu dan kelompok harus berserah diri. Pemiliki otoritas itu adalah
Tuhan.
3. Kebutuhan Ibadah Kepada Tuhan
Kendati seorang pemikir bebas boleh jadi mengenali
Tuhan dan kebesaran-Nya, ia biasanya melalaikan pentingnya penyembahan
dan pemujaan. Bahkan jika seseorang perlu kepada penyembahan, ia tidak
tahu bagaimana melakukannya. Sebagian orang boleh jadi berpikir
pentingnya berkorban dan membakar binatang dan hewan, sebagian lainnya
memburu binatang atas nama Tuhan. Sebagian orang percaya hidup zuhud dan
asketik dicintai oleh tuhan-tuhan, sementara sebagian lainnya meyakini
bahwa kehidupan merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Tuhan dan
destruktif bagi umat manusia. Sebagian orang memuja Tuhan dengan
bernyanyi dan memainkan alat-alat musikal, sementara yang lain meyakini
kepada penyerahan diri dan bertekuk lutut sebagai bentuk pengabdian.
Bentuk yang diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan
berdasarkan kepada keinginan dan anggapan kita. Tuhan membuat
kehendak-Nya jelas kepada kita melalui seorang nabi atau rasul.
4. Kebutuhan untuk Mengendalikan Gejolak Nafsu
Manusia yang tak terbimbing dan terbina, mirip
dengan binatang dalam bangunan instingnya. Akal akan tunduk dalam
pelayanan memuaskan nafsu, kecuali diperkenalkan sebuah elemen yang
mampu mengendalikan dan mencegahnya untuk tidak tunduk di bawah pengaruh
nafsu. Filsafat tidak banyak membantu dalam mengendalikan hawa nafsu,
ia hanya dapat sedikit membantu dalam hal ini; juga tidak terdapat
konsistensi dalam filsafat yang menyerukan kita untuk mengontrol hawa
nafsu. Beberapa orang mencari kesimpulan bahwa kita harus berjuang untuk
memenuhi kepuasan instingtif. Kini kita berjuang melawan ideologi
ultra-materialistik semacam ini, doktrin yang melemahkan kendali nafus
dikarenakan alasan-alasan moral. Standar moral dan etika semuanya berada
bersama Tuhan. Ketika para nabi-Nya menyampaikan firman-Nya, itu akan
menjadi basis kuat untuk menghentikan pertikaian seputar masalah ini.
5. Kebutuhan Informasi akan Hari Kiamat
Bagi seseorang yang percaya kepada Tuhan,
kemungkinan besar ia akan percaya bahwa hidupnya akan berlanjut setelah
kematian dalam beberapa bentuk. Mungkin juga ia akan percaya bahwa akan
ada sebuah hari perhitungan yang di dalamnya manusia akan diberi
ganjaran dan balasan. Bilamana ada kehidupan semacam itu setelah
kehidupan ini, manusia harus mempersiapkan dirinya untuk perhitungan
tersebut. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui kehidupan pada hari kiamat.
Filsafat tidak dapat membantu dalam hal ini; juga manusia tidak akan
mampu mendeduksi keberadaannya setelah kehidupan ini melalui observasi
atau pengalaman di dunia ini. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tentang hal
ini. Dia dapat menyampaikan kabar ini melalui seorang nabi sehingga
manusia mengetahui masalah ini dan mendapatkan peringatan.
Jawaban atas pertanyaan di atas terletak di tangan
Tuhan. Dia dapat membagi pengetahuan ini kepada manusia sesuai dengan
yang Dia kehendaki. Salah satunya adalah mengutus seorang nabi yang
menjawab dengan jelas setiap pertanyaan tersebut sebagai mediator antara
Tuhan dan manusia. Ajaran-ajaran dari nabi samawi ini menyuguhkan
beberapa tujuan berikut ini:
A. Untuk menarik perhatian manusia kepada
signifikansi riil dari tatanan agung alam semesta, yang menjadi
non-signifikan bagi manusia biasa, karena familiarnya mereka dengan
masalah ini. Alam semesta yang penuh keajaiban dan tak-terbatas; dan
jika direnungi secara seksama, akan menuntun kepada iman yang dalam dan
kuat kepada Sang Pencipta. Perhatian manusia dapat ditarik kepada
ayat-ayat natural ini melalui ajaran dan bimbingan nabi.
B. Mengekspresikan standar moral dan kode etik yang
dapat dihadapi dan diselesaiakan oleh manusia dalam menghadapi isu-isu
kontroversial dalam masalah etika.
C. Membuat perintah dan titah Tuhan untuk beribadah menjadi jelas dan mengajarkan kepada kita untuk menunaikan ibadah tersebut.
D. Menyampaikan aturan kepada kita yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan kita dan menstimulir aspirasi kita untuk
ketinggian dan kesucian yang bilamana meningkat secara progressif dapat
mendudukkan kita setingkat dengan para malaikat.
E. Menginformasikan kepada kita secara jelas bahwa
ada atau tiadanya kehidupan setelah mati. Informasi ini hanya dapat
diperoleh dari Sang Pencipta melalui orang yang mengetahui bahwa Dia
akan menciptakan dunia lain.
Wilson: Ajaran samawi ini sama sekali tidak
menyuguhkan tujuan-tujuan ini, karena kita masih bercekcok dalam isu-isu
moral dan etika. Ketidaksesuaian masih terdapat dalam masalah tata cara
ibadah kepada Sang Pencipta, Keberadaan-Nya dan kehidupan setelah
kematian.
Chirri: Tujuan-tujuan ini telah disajikan secara
memuaskan, karena sebagian besar manusia telah bersepakat dalam isu-isu
moral dan meyakini Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Dengan penerimaan
prinsip-prinsip samawi ini oleh sebagian besar umat manusia, manusia
dapat membatasi gejolak nafsunya dan memoralisasi dunia hingga pada
tingkatan tertentu.
Terlebih, warta samawi ini tetap diperlukan
meskipun jika tidak untuk melayan tujuan-tujuan ini. Hal ini benar
adanya lantaran Sang Pencipta seyogyanya menyediakan kesempatan ini demi
membuat kita mampu untuk mengenal-Nya dan membantu untuk meninggikan
moralitas kita, yang menarik garis aktual antara manusia dan hewan.
Tatkala Tuhan menciptakan dunia lain atau berencana
untuk menciptakannya, Dia harus membuatnya masyhur bagi manusia melalui
warta samawi-Nya ini, yang merupakan satu-satunya jalan yang dapat
membuat kita mengenalnya. Jika Sang Pencipta tidak mengutus nabi-Nya
untuk menyampaikan warta ini kepada manusia, kita dapat dimaafkan ketika
kita tidak mengetahuinya, dan kita tidak akan memiliki kesempatan untuk
menggapai kesempurnaan. Terlebih, jika Dia mencipta dunia lain, dan
membuatnya misterius bagi kita, ciptaan-Nya dapat disebut sebagai
sesuatu yang sia-sia. Tuhan tidak melalaikan manusia karena mereka
berada pada tingkatan yang sangat sederhana. Oleh karena itu, banyak
orang-orang pilihan yang dipilih oleh Sang Pencipta untuk menunaikan
tugas agung dan mulia ini, mengadakan perbaikan dan mengajarkan manusia
ajaran samawi.
Wilson: Dari kata "nabi" kita mengetahui bahwa
seorang nabi harus berkomunikasi dengan Tuhan dan menerima firman-Nya.
Corak komunikasi manusia adalah fisikal, baik melalui audio atau membaca
beberapa kata yang tertulis. Seorang nabi seperti manusia sebagaimana
kita. Ia dapat mendengar suara melalui indra pendengaran dan melihat
tulisan melalui indra penglihatan. Tapi Tuhan tidak bersifat fisikal.
Dia tidak berfirman dengan suara, juga tidak menulis dengan tangan.
Bagaimana seorang nabi berkomunikasi dengan Tuhan?
Chirri: Seorang nabi dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui salah satu jalan di bawah ini:
1. Ia menerima wahyu secara mental. Tuhan
menunjukkan kepadanya secara ruhani kebenaran, dengan menciptakan
pengetahuan tentang kebenaran itu dalam benaknya.
2. Tuhan menciptakan beberapa firman yang dapat
didengar oleh nabi, dalam objek yang tak-terkatakan. Wahyu pertama yang
diterima oleh Musa melalui jalan ini. Ia mendengar firman Tuhan yang
datang dari sebuah pohon.
3. Seorang nabi dapat menerima sebuah pesan jelas
dari Tuhan melalui malaikat utusan. Nabi Muhammad menerima al-Qur'an
melalui Malaikat Jibril. Dari al-Qur'an kita membaca:
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu seorang ruh
dengan perintah Kami (sebagaimana Kami juga telah mengutus seorang ruh
kepada para nabi sebelummu). Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah
al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi
Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Qs. asy-Syura
[42]:51)
Tidak satu pun dari jalan ini yang digunakan oleh
seorang nabi dalam berkomunikasi dengan Tuhan merupakan sesuatu yang
biasa bagi manusia selainnya. Dan tiada satu pun dari hal ini mustahil
adanya bagi orang lain. Sang Pencipta dapat berkomunikasi dengan
hamba-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Betapapun, penerima wahyu harus
memiliki kualifikasi tertentu yang menempatkannya lebih qualified secara
spiritual dari manusia lainnya.
Wilson: Sejarah menyaksikan betapa banyak orang
yang mengklaim dirinya sebagai nabi. Orang-orang ini tampil di pelataran
sejarah dalam masa yang berbeda, dan beberapa dari mereka masih hidup.
Kita tahu bahwa beberapa dari mereka merupakan nabi yang sebenarnya, dan
sebagian lainnya adalah palsu. Bagaimana kita dapat membedakan antara
nabi yang benar dan nabi palsu?
Chirri: Seorang nabi merupakan utusan Tuhan. Ia
merupakan duta Tuhan bagi manusia. Seorang duta harus memiliki
surat-surat kredensial, beberapa tanda-tanda yang membuktikan
kebenarannya.
Tidak seorang pun yang diterima sebagai seorang
duta berdasarkan klaimnya sendiri. Terlebih, kita jumpai bahwa
orang-orang tersebut yang diyakini sebagai para nabi dibekali dengan
beberapa kekuatan luar biasa yang tidak dapat dijumpai pada orang-orang
selainnya.
Musa dibekali kekuatan oleh Tuhan untuk merubah
tongkatnya menjadi seekor ular, mengganti air menjadi darah, dan memecah
lautan dengan sebuah pukulan tongkatnya. Isa dimodali kekuatan untuk
menyembuhkan tanpa obat, dan menurut al-Qur'an, berbicara kepada
orang-orang selagi ia masih dalam buaian. Muhammad dibekali dengan
bahasa yang agung, Kitab Suci al-Qur'an, yang menantang manusia untuk
memproduksi yang serupa dengan yang dimiliki al-Qur'an.
Wilson: Haruskah seorang nabi dalam bentuk seorang
manusia atau dapatkah Tuhan mengutus seorang nabi yang bukan manusia
(seperti malaikat) kepada manusia?
Chirri: Seorang nabi merupakan sebuah teladan bagi
umat manusia. Ia harus memiliki tabiat yang sama seperti dengan mereka,
kemampuan yang sama, dan keterbatasan yang sama. Keteladanan yang
menarik bagi manusia harus dapat dicapai. Ia harus memiliki kemampuan
menarik manusia untuk mengikutinya. Jika seorang nabi berbeda tabiatnya
dengan manusia, manusia tidak akan berupaya mengikutinya dan
menjadikannya sebagai teladan. Kesempurnaan relativ ditunjukkan oleh
seorang nabi harus menjadi mungkin bagi seluruh pengikutnya. Jika
seorang manusia menunjukkan kepadaku sebuah derajat kemuliaan hidup,
saya boleh jadi tergoda untuk mencapai derajat tersebut. Ia dan aku
adalah sama sebagai manusia. Apa yang menjadi mungkin baginya adalah
menjadi mungkin bagiku. Tapi jika seorang malaikat menunjukkan kepadaku
sebuah kemuliaan moral, saya barangkali tidak tergoda untuk mengikutinya
sebagai teladan. Apa yang menjadi mungkin baginya boleh jadi mustahil
bagiku. Lantaran ia tidak berasal dari tabiat yang sama denganku.
Ada alasan lain yang diyakini bahwa umat manusia
harus menerima nabi manusia: Kita telah mengemukakan bahwa seorang nabi
diharapkan membenarkan kejujurannya dengan menunjukkan sebuah perbuatan
yang tidak biasa. Dengan melakukan hal itu manusia akan tahu bahwa ia
dibekali oleh Tuhan, lantaran apa yang ia lakukan adalah di luar
kemampuan naturalnya. Hal ini tidak akan berfungsi jika seorang nabi
adalah bukan manusia -katakanlah seorang malaikat-. Seorang nabi manusia
boleh jadi, sebagai contoh, menunjukkan kebenarannya dengan terbang
tanpa ada alat bantuan. Jika seorang malaikat melakukan hal yang sama,
hal itu tidak akan menunjukkan kebenarannya. Terbangnya tidak mesti di
luar kemampuan naturalnya, lantaran ia boleh jadi tidak terpengaruh
secara natural oleh gaya gravitasi.
Wilson: Keyakinan kepada kenabian termasuk apa saja dalam pandangan Islam?
Chirri: Keyakinan kepada kenabian, dari sudut pandang Islam, termasuk beberapa poin berikut ini:
1. Kepada kenabian Muhammad. Muhamamd adalah nabi
agung yang tidak diutus hanya kepada bangsa tertentu, tapi diutus kepada
seluruh umat manusia. Dari al-Qur'an kita membaca ayat yang menegaskan
poin ini. Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka
berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, nabi ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu
mendapat petunjuk.” (Qs. al-A'raf [7]:158)
2.Keyakinan kepada kenabian dari seluruh nabi yang datang sebelum Nabi Muhamad lantaran mereka dikenali oleh al-Qur'an:
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman
kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang
telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan (para nabi
dari) anak cucunya, serta kepada apa yang telah diberikan kepada Musa,
Isa, dan kepada nabi-nabi (lain) dari Tuhan mereka. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya.” (Qs. al-Baqarah [2]:136)
3. Keyakinan kepada Muhammad sebagai Nabi terakhir
yang kematiannya menutup pintu kenabian. Kita membaca dari al-Qur'an
demikian:
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan
penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs.
al-Ahzab [33]:40)
Redaksi khatam (pamungkas, terakhir) bermakna segel
yang menutup sebuah kontainer atau segel yang stampnya menegaskan
otensisitas kandungan dari sebuah dokumen tertulis atau sebuah pesan.
Menyegel untuk menutup atau menegaskan diletakkan pada akhir dari apa
yang ditutup atau ditegaskan.
Nabi Muhammad bersabda kepada saudaranya Ali:
"Kedudukanmu bagiku adalah seperti kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi selepasku."
Dialog Ke-12
Nabi Muhammad
Wilson: Sejarah kehidupan Nabi Muhammad mewartakan
kepada kita bahwa pada usia keempat puluh, selagi ia beribadah di gua
Hira, cahaya Tuhan bersinar ke atasnya dan ia mendengar suara kebenaran.
Pada saat itulah penugasannya sebagai seorang Nabi Allah kepada manusia
dimulai. Pesan apa yang disampaikan kepada Muhammad di gua Hira?
Chirri: Risalah atau pesan Hira yang diwahyukan
kepada nabi baru adalah realitas-realitas yang bersumber dari konsep
kebenaran dari Tuhan yang Haq. Kekuasaan mencipta, kekuasaan
mentransformasi lempung menjadi manusia, dan kekuasaan membuat sesuatu
menyadari dirinya sendiri dan dunianya. Kekuasaan yang menjadikan
sesuatu menyadari dirinya sendiri adalah secara jelas dibuktikan oleh
ilmu pengetahuan manusia dan kemampuan manusia menulis, yang merupakan
fondasi dari peradaban dunia. Dari al-Qur'an kita membaca, "Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (dengan perantaraan
tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
(Qs. al-Alaq [96]:1-5)
Wilson: Bagaimana kedudukan Muhammad di antara para nabi?
Chirri: Kedudukannya tercatat sebagai nabi-nabi utama dengan perbedaan-perbedaan yang jelas:
1. Ia merupakan bagian dari sejarah dunia dan
agama. Risalahnya merupakan faktor penting dalam mengubah sejarah dunia,
dan tiada sejarawan yang meragukan keberadaannya dan perannya dalam
peristiwa-peristiwa dunia.
2. Ia adalah satu-satunya nabi yang menyaksikan
dengan mata-kepala sendiri perkembangan agamanya hingga agama tersebut
dianut oleh seluruh bangsa selama masa hidupnya.
3. Ia merupakan nabi semesta yang diutus, tidak
hanya kepada umat tertentu, seperti Arab atau Yahudi, tapi kepada
seluruh manusia. Dari al-Qur'an kita membaca: "Katakanlah: "Hai manusia!
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi" (Qs. al-A'raf [7]:158)
4. Risalahnya secara jelas menentang segala jenis
diskriminasi sosial. Menghapus seluruh rintangan sosial merupakan bagian
penting dari risalahnya. Hitam, putih, merah dan kuning adalah sama dan
sederajat.
Tiada ras lebih unggul dan superior atas ras
lainnya, dan tiada bangsa lebih rendah atau inferior atas bangsa
lainnya. Manusia dipuji atau dicela atas apa yang ia pilih secara bebas.
Menjadi bagian dari satu bangsa atau ras tertentu bukan pilihan kita,
juga tidak terjadi atas perbuatan kita sendiri. Perbedaan kita hanya
dapat ditelusuri melalui perbuatan baik dan amal shaleh kita.
Dari al-Qur'an kita membaca:
"Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling takwa." (Qs. al-Hujurat [49]:13)
5. Ia membangun dan mendirikan, selama masa
hidupnya, sebuah negara yang berkuasa, berdasarkan kepada cita-cita
tinggi. Negara Muslim lahir pada saat dan masa dimana pemerintah
diterima sebagai sebuah ruling body (anggota yang berkuasa), lebih
unggul dari masyarakat dan memaksakan kehendak-kehendaknya tanpa
masyarakat dapat memilih. Masyarakat sendiri tidak pernah menerima
kesederajatan mereka di hadapan para penguasa, juga tidak meyakini
persamaan mereka dari yang lain. Dalam ajaran Islam kenyataan ini
berbanding terbalik. Pemerintah merupakan buah dari keyakinan masyarakat
dalam sebuah prinsip-prinsip yang menuntun. Pemerintah merupakan halal
jadah dari spontanitas kebersamaan mereka dalam mendeklarasikan
prinsip-prinsip tersebut. Lalu, para pendeklarasi prinsip-prinsip
tersebut berhubungan satu dengan yang lain dan mereka dirangkum dalam
satu persaudaraan.
6. Ia menaklukkan seluruh penentang dan musuhnya, dan tidak ada satu kelompok pun yang mampu menaklukkanya.
7. Ia merupakan nabi yang mendeklarasikan kebebasan
beragama ketika ia berkuasa, dimana sebelumnya banyak orang
tercampakkan dari kebebasan seperti itu Ia dan para pengikutnya disiksa
selama tiga belas tahun karena pilihan agamanya. Sebelumnya,
penguasa-penguasa tidak pernah berbicara tentang kebebasan beragama dan
mereka melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang meninggalkan agama
berhalanya dan memeluk agama Muhammad. Namun, ia (Muhammad) tatkala
menaklukkan seluruh penentangnya dan mampu untuk menghukum para
penindas, ia mengumumkan deklarasi berikut ini: "Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui." (Qs. al-Baqarah [2]:256)
8. Ia merupakan satu-satunya nabi yang
mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi Pamungkas yang dengan wafatnya
mengakhiri sejarah panjang kenabian. Adapun kenabian-kenabian yang
diklaim oleh banyak orang setelah Muhammad, tidak satupun dari mereka
yang mampu menopang klaimnya. Dan kini, setelah berapa abad semenjak
wafatnya, ia masih duduk pada altar sejarah sebagai penutup para nabi.
9. Ia merupakan satu-satunya nabi yang
memperkenalkan kepada dunia sebuah kitab yang tidak memuat satu pun
ucapan manusia. Al-Qur'an bukan merupakan dialog antara Tuhan dan
manusia, sebagaimana kitab-kitab suci lainnya; al-Qur'an merupakan
firman-firman Tuhan yang Dia letakkan pada lisan Muhammad untuk
diteruskan kepada manusia.
Wilson: Cukup membingungkan bahwa nabi-nabi sebelum
Muhammad seperti Musa dan Isa telah dibekali dengan kekuasaan untuk
mempertunjukkan pekerjaan luar biasa dan supra-natural, sementara
Muhammad tidak menunjukkan hal tersebut, atau bahkan ia tidak bersandar
kepada perbuatan-perbuatan mukjizat. Ia hanya bersandar, dalam
membuktikan kenabiannya, pada al-Qur'an. Mengapa ia tidak
mempertontonkan mukjizat-mukjizat sebagaimana yang dilakukan oleh Musa
dan Isa?
Chirri: Adua dua alasan atas perbedaan gaya mukjizat Muhammad dan gaya mukjizat nabi-nabi sebelumnya:
1. Mukjizat-mukjizat Isa dan Musa, benar sangat
luar biasa; namun, kenyataannya, kendatipun mukjizat itu luar biasa,
tapi tidak mengajak manusia pada masanya untuk beriman kepada mereka
atau memeluk ajarannya. Sejarah mengatakan kepada kita bahwa Bani Israil
tidak mengikut Musa setelah ia mempertontonkan seluruh mukjizatnya.
Setelah melintasi laut dengan kaki mereka, mereka tidak menjadi pengikut
setia kepada ajaran Musa. Setelah ia pergi ke gunung untuk menerima
firman-firman (commandments), setelah turun gunung, ia mendapati mereka
tersesat dari jalan Tuhan. Isa banyak diikuti oleh orang-orang, namun
tatkala krisis melanda, ia ditinggalkan bahkan oleh murid-muridnya
sendiri. Masyarakat, secara umum, tidak pernah diyakinkan oleh
mukjizat-mukjizat tersebut untuk memeluk ajaran-ajaran samawi. Ketika
mereka menyaksikan pertunjukan supranatural, mayoritas dari masyarakat
ketika itu menyebut Isa dan Musa sebagai tukang sihir dan penipu. Jika
mukjizat yang sama diulang pada masa Muhammad, hal itu tidak akan
membuahkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Atas alasan ini, gaya
mukjizat harus diganti.
2. Anggaplah mukjizat-mukjizat Musa dan Isa sangat
produktif, membuat mereka meyakini kebenaran atas apa yang mereka
saksikan. Kenyataannya adalah mukjizat-mukjizat tersebut tidak bersifat
permanen dan hanya berlangsung sementara. Tiada satu perbuatan yang
dapat disaksikan dua kali. Tiada perbuatan yang akan berlangsung lama.
Membuat orang buta melihat atau mengembalikan orang mati menjadi hidup
merupakan perbuatan yang sangat luar biasa, namun perbuatan tersebut
lenyap segera setelah dilakukan. Segera setelah perbuatan itu berakhir,
ia menjadi sejarah. Mereka yang tidak melihat perbuatan ini secara
langsung harus bersandar kepada bukti-bukti dari mereka yang melihatnya.
Seorang nabi yang akan diikuti oleh nabi yang lain
boleh jadi bersandar kepada sebuah pertunjukan yang luar biasa dalam
meyakinkan orang-orang yang hidup semasanya. Ia tidak perlu kuatir akan
generasi mendatang yang tidak akan melihat mukjizatnya, lantaran ia
dapat bersandar kepada nabi yang datang selepasnya pada masa yang lain.
Nabi yang datang selepasnya akan mempertunjukkan mukjizatnya sendiri,
dan ia akan memperkenalkan nabi yang akan datang setelahnya.
Adapun dalam kasus Muhammad, kasusnya berbeda. Ia
merupakan Nabi Terakhir. Ia tidak dapat bersandar kepada setiap
perbuatan mukjizat, lantaran perbuatannya tersebut tidak akan
berlangsung lama untuk dilihat oleh generasi selanjutnya. Ia juga tidak
bersandar kepada pendelegasian seorang nabi yang akan datang setelahnya,
lantaran ia merupakan Nabi Pamungkas. Ia harus bersandar kepada
beberapa mukjizat, namun mukjizatnya harus dalam bentuk yang lain.
Mukjizatnya harus merupakan mukjizat abadi yang akan disaksikan dan
diuji oleh generasi-generasi mendatang sebagaimana yang disaksikan oleh
orang-orang semasanya.
Pada masa dimana tidak ada kamera atau film yang
dapat membuat satu perbuatan dapat disaksikan oleh manusia pada masa
yang beragam, kita tidak dapat menerima mukjizat abadi jenis apapun
kecuali dalam bentuk ucapan. Tatkala sebuah ucapan tinggi dan agung
tercatat dalam sebuah buku atau kitab, keunggulannya dapat disaksikan
dan diuji oleh setiap manusia pada setiap generasi. Jika ia tiada
tertandingi, ia akan bertahan selamanya, dan keunggulannya dapat dinilai
oleh setiap generasi. Mukjizat jenis ini adalah jenis mukjizat yang
cocok dan tepat bagi seorang nabi terakhir, dan atas alasan inilah
mengapa Muhammad dibekali dengan Kitab Suci al-Qur'an sebagai bukti atas
kebenarannya.
Dialog Ke-13
Bukti-bukti Lain Kenabian Muhammad:
Nubuat Masa Depan Qur'an
Wilson: Dengan apresiasi terhadap orang-orang yang
berbahasa Arab dan penghormatan mereka terhadap al-Qur'an, saya
cenderung meyakini superioritasnya. Pada kenyataannya, sejarah tidak
mencatat usaha-usaha yang berhasil yang dilakukan setiap orang atau
kelompok untuk menandingi al-Qur'an. Kita tahu bahwa orang-orang Arab
bukanlah seluruh kaum Muslimin. Kita juga tahu bahwa orang-orang Arab
pada masa hidup Muhammad adalah orang-orang yang fasih dalam orasi, dan
kita tahu bahwa mayoritas dari mereka secara tegas membenci Islam.
Al-Qur'an menantang mereka dan generasi-generasi selanjutnya untuk
menandinginya, namun nampaknya musuh-musuh Islam itu tidak memenuhi
tantangan tersebut sepanjang masa.
Superioritas al-Qur'an merupakan sebuah kenyataan
dan di luar dari segala keraguan rasional. Namun saya ingin tahu apakah
al-Qur'an memiliki segalanya, di samping superioritasnya dan gaya
bahasanya yang memukau, yang menopang keberadaannya sebagai wahyu
benar-benar bersumber dari Tuhan dan bahwa Muhammad adalah benar-benar
Nabi-Nya. Chirri: Ada ayat-ayat al-Qur'an yang lebih dari satu nubuat
yang berkenaan dengan masa depan, dan nubuat-nubuat tersebut menjadi
kenyataan. Pengetahuan tentang masa depan adalah mungkin hanya bagi
Tuhan dan tidak tersedia bagi setiap manusia.
Manusia telah mengalami kemajuan pesat dalam bidang
sains dan teknologi hingga pada tingkatan yang belum tercapai
sebelumnya. Dengan segala kemajuannya dalam bidang ilmu pengetahuan, ia
masih belum mampu untuk memprediksi masa depan. Bangsa-bangsa yang
berperadaban angkat senjata melawan yang lain, dan tiada satu pun dari
mereka yang memberikan jaminan kemenangan. Jika pengetahuan ihwal masa
depan tersedia bagi mereka, mereka akan menghindari peperangan yang
destruktif. Sebuah bangsa yang memprediksi kekalahannya akan mencegah
dirinya untuk memasuki perang mana pun yang dapat berujung pada
kekalahannya. Untuk mengenali kemampuan manusia dalam memprediksi masa
depan, kita perlu hanya mengingat kampanye pemilihan kita. Meski dengan
segala informasi yang diperoleh melalui media modern dan metode-metode
ilmiah, tidak satu pun kandidat yang yakin akan kemenangan atau
kekalahannya, hingga perhitungan suara dilakukan. Terdapat banyak kabar
yang termuat dalam kitab suci al-Qur'an berkaitan dengan masa depan yang
tidak dapat diprediksi oleh manusia. Prediksi-prediksi tersebut
terpenuhi, terpenuhinya pelbagai prediksi tersebut menunjukkan bahwa
al-Qur'an benar merupakan sebuah wahyu Ilahi dan bahwa Muhammad adalah
benar utusan Tuhan.
Beberapa dari nubuat tersebut bertalian dengan masa depan al-Qur'an itu sendiri. Nubuat-nubuat tersebut antara lain:
1. "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qs. al-Hijr [15]:9)
Ayat ini mengabarkan bahwa al-Qur'an tidak akan
binasa. Ia tidak akan sirna dari dunia ini dan akan berlangsung dan
berlanjut untuk selamanya. Nubuat ini sebenarnya berlawanan dengan apa
yang diramalkan oleh manusia. Al-Qur'an diperkenalkan oleh seorang nabi
yang tidak pernah mengenyam pendidikan dan tidak mampu membaca atau
menulis. Ia memperkenalkannya dalam sebuah bangsa yang tidak
berpendidikan. Orang-orang Arab pada masa Nabi Saw, dalam hitungan juta,
hanya seratus orang yang dapat membaca. Di samping itu, mayoritas
bangsa tersebut berposisi melawan Nabi Saw dan kitabnya, dan demikian
juga pada belahan dunia lainnya. Dalam kondisi dan keadaan ini, kitab
semacam ini diharapkan binasa dan sirna untuk selamanya. Kesempatan
keberlanjutannya untuk generasi-generasi mendatang sangat tipis.
2. Ayat berikut ini menjelaskan:
"Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang
mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari
depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Qs. Fushshilat [41]:41-42)
Ayat ini mengabarkan kepada dunia bahwa Qur'an
tidak akan disisipkan oleh kata-kata yang telah dikatakan sebelumnya
sebelum masa pewahyuannya juga tidak oleh kata-kata yang akan dikatakan
setelah masa pewahyuannya. Ia murni dan akan berlanjut sedemikian
sepanjang masa. Hal ini, juga merupakan sebuah nubuat berbanding
terbalik dari apa yang diharapkan oleh manusia. Sebuah kitab,
diperkenalkan dalam keadaan diajukan, tidak dapat diharapkan oleh
manusia untuk tetap murni tanpa adanya sisipan. Tidak ada mesin printer
pada masa pewahyuan, juga tidak ada mesin yang diciptakan hingga
beberapa abad setelah Muhammad. Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa
tidak ada kitab suci yang tetap dalam keadaan murni tanpa adanya
sisipan. Kitab-kitab suci telah mengalami banyak perubahan dalam
beberapa abad. Al-Qur'an diharapkan terkecualikan dalam masalah ini.
Dua nubuat tersebut telah terpenuhi. Terpenuhinya
nubuat pertama adalah sangat jelas dan swa-bukti: Al-Qur'an tidak sirna.
Ia hidup, lestari dan tetap menjadi sebuah kitab yang hidup. Sejatinya
kehidupan al-Qur'an sangat kaya sehingga ia boleh jadi merupakan kitab
yang paling sering dibaca oleh masyarakat di dunia. Setiap Muslim
diharapkan untuk mengerjakan shalat lima kali sehari, dan masing-masing
dari setiap shalat tersebut termasuk sebuah bacaan dari al-Qur'an.
Ratusan juta kaum Muslimin mengerjakan shalat mereka sehari-hari, dan
ratusan juta orang membaca al-Qur'an setiap hari.
Terpenuhinya nubuat kedua adalah cukup jelas. Kitab
Suci al-Qur'an tetap tidak berubah. Tidak ada ucapan dan perkataan
manusia yang diselipkan di dalamnya. Bahkan orang-orang yang mengkritisi
Islam memberikan kesaksian akan kesucian teks yang sangat luar biasa
dari kitab besar ini. Kata-kata al-Qur'an yang kita baca sekarang adalah
persis kata-kata yang sama yang dibaca oleh Nabi Muhamamad sendiri,
tanpa adanya penambahan dan pengurangan.
3. Al-Qur'an memuat banyak statmen dimana para
penentang Islam diundang untuk menyuguhkan setiap wacana Arab yang akan
menandingi wacana Qur'ani. Salah satu statmen tersebut adalah sebagai
berikut:
"Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Qs. al-Isra' [17]:88)
Stetmen ini tidak hanya menantang manusia untuk
menggubah pidato dan menyusun wacana yang dapat menandingi al-Qur'an,
namun juga dinubuatkan secara jelas bahwa usaha semacam itu akan gagal,
dan al-Qur'an akan tetap superior atas seluruh wacana Arab.
Statmen ini sangat sulit untuk dijangkau. Ia
mengatakan bahwa kitab suci al-Qur'an tiada taranya, tidak pada masa
kini juga tidak pada masa akan datang. Statmen semacam ini merupakan
sebuah nubuat yang mengandung multi ruang dan waktu. Kita tahu bahwa
talenta dan keahlian manusia senantiasa mengalami kemajuan dan
perbaikan. Hal ini adalah benar adanya pada setiap bidang. Sebuah
penemuan ilmiah, terlepas dari penemuan tersebut merupakan penemuan
besar atau tidak, selalu diharapkan untuk membaik dan berkembang melalui
ilmu dan teknologi tambahan. Pesawat pertama yang mendarat di tanah,
tanpa sangsi, merupakan sebuah penemuan yang luar biasa, tapi ia tidak
dapat dibandingkan dengan setiap jenis pesawat apa pun hari ini.
Mari kita berasumsi bahwa penemu pesawat pertama
tersebut telah menubuatkan bahwa pesawatnya tidak dapat disamakan dengan
pesawat di masa mendatang. Nubuat dan prediksi semacam ini akan sangat
konyol dan akan terbukti gagal dalam satu dekade karena ia bertentangan
dengan alur kewajaran. Muhammad membacakan statmen ini yang bertentangan
dengan alur kewajaran. Ia menyebutkan ayat-ayat ini kira-kira empat
belas abad silam, namun ucapannya tetap berlaku, dan
perisitiwa-peristiwa dunia tidak dapat menggagalkan bukti ini.
Sebaliknya, statmen ini kini kelihatannya lebih berarti dari waktu-waktu
sebelumnya. Semakin tua nubuat ini, kebenaran yang terkandung di
dalamnya semakin muncul.
Ada poin lain yang menakjubkan dari nubuat ini.
Dapat dibayangkan apabila seseorang menantang sebuah kelas tertentu pada
sebuah bidang yang tidak semua orang memiliki akses ke bidang itu,
seperti dalam bidang ilmiah yang spesifik. Kita boleh jadi membayangkan
seorang saintis yang berbakat, menemukan sebuah rumus-rumus ilmiah yang
tidak dapat dijangkau oleh pakar lainnya dalam bidang tersebut. Jika
saintis semacam ini mengklaim sebuah superioritas permanen dalam
penemuannya, ia akan ditantang hanya oleh saintis-saintis dalam jumlah
yang terbatas.
Dalam masalah al-Qur'an kasusnya berbeda. Tidak ada
yang spesifik di dalamnya; wacananya terangkai dari kata-kata dan
kalimat-kalimat dengan tatanan yang diketahui, tidak hanya oleh jumlah
terbatas para pakar, namun oleh seluruh orang-orang yang berbahasa Arab.
Tidak ada rumus yang tersembunyi di dalamnya bagi seluruh manusia.
Seluruhnya diketahui oleh manusia. Oleh karena itu, tantangan, tidak
dialamatkan hanya kepada jumlah terbatas manusia; ia mengalamatkan
tantangan ini kepada ratusan juta manusia di setiap generasi. Dengan
tantangan universal semacam ini, -bukan pada bidang spesialisasi
tertentu- kegagalan untuk menghasilkan sebuah tandingan baginya adalah
lebih luar biasa dari kegagalan sejumlah pakar dalam satu bidang
spesialisasi tertentu.
Hal ini akan lebih menakjubkan tatkala kita
mengingat bahwa tidak ada rumusan atau penemuan ilmiah yang tetap tidak
tertandingi. Rumusan yang paling tinggi di abad ini adalah rumusan bom
atom. Rumusan ini merupakan penemuan yang paling penting di abad ini.
Kendati demikian hebatnya, tidak dapat disimpan secara eksklusif bagi
negara yang memproduksinya. Negara-negara lain telah mencoba untuk
memproduksi hal yang sama dan mencapai sukses dalam memproduksinya.
Mengapa al-Qur'an tetap superior dan berada beyond
(di luar) wacana Arab yang lain? Bagaimana manusia menolak menerima
tantangan al-Qur'an?
Baik al-Qur'an adalah benar-benar superior dan di
luar jangkauan kelompok dan individu yang berbakat pada setiap generasi
(dan hal ini bermakna bahwa kitab ini merupakan sebuah kitab yang
mengandung mukjizat) atau ia berada dalam jangkuan manusia, namun Tuhan
dengan mukjizat mencegah manusia untuk memproduksi wacana yang serupa,
nubuatnya (al-Qur'an) terpenuhi, dan al-Qur'an masih tetap berjaya tak
tertandingi dan tiada tara.
Dialog Ke-14
Bukti Tambahan: Nubuat Masa Depan Islam
Wilson: Dari membaca sejarah Islam, nampaknya masa
depan iman yang baru dan para pengikutnya sangat meragukan pada
masa-masa pewahyuan. Kesuksesan Islam setelah itu dan perkembangan
jumlah para pengikutnya tidak disangka-sangka. Saya sering penasaran
apakah kesuksesan yang tak disangka-sangka dan perkembangan pesat Islam
telah diprediksikan oleh Nabi dan dinubuatkan oleh al-Qur'an?
Nubuat ini akan menjadi bukti yang impresif pada
kebenaran ajaran Muhammad, lantaran masa depan seluruh keimanan dan para
pengikutnya nampaknya sangatlah buram pada masa-masa pewahyuan.
Chirri: Kitab suci al-Qur'an mengandung nubuat yang tepat berkenaan dengan masa depan Islam dan para pengikutnya.
Salah satu nubuat tersebut bertalian dengan masa
depan kaum Muslimin. Nubuat tersebut menjaminkan kepada kaum Muslimin
sebuah agama masa depan yang bebas dan menjanjikan mereka sebuah negara
yang kuat:
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik." (Qs. al-Nur [24]:55)
Ketika nubuat ini diwahyukan, para pengikut Islam
merupakan penduduk yang minoritas di negeri Hijaz. Ia diwahyukan,
kira-kira, pada tahun kelima Hijriah tatkala ribuan kaum Muslimin,
secara getir dibenci oleh penduduk Hijaz dan sebagian penduduk
semenanjung Arabia. Tidak satu pun kaum Muslimin pada saat itu merasakan
keamanan, juga mereka tidak mampu mempraktikkan secara bebas agama
mereka. Tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa agama yang
secara sengit dibenci, diperangi dan berjumlah kecil ini akan survive,
juga masa depan dari agama ini tidak dapat diprediksikan.
Kendati demikian, nubuat ini diwahyukan dalam
sebuah bentuk yang pasti dan mutlak. Banyak nubuat yang terkandung dalam
ayat-ayat berikut ini yang memprediksikan kemenangan Islam dan
kekalahan para musuh-musuhnya.
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai." (Qs. at-Taubah [9]:32, ash-Shaf [61]:8)
"Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala
agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (Qs. at-Taubah
[9]:33, ash-Shaf [61]:9, al-Fath [48]:28)
Ayat pertama menubuatkan bahwa musuh-musuh Islam
tidak akan berjaya memadamkan cahaya Tuhan, juga dengan serangan mereka
tidak akan dapat menghalangi kemajuannya.
Tuhan membuat cahaya-Nya, Islam, sempurna, kendati
musuh-musuhnya akan menentangnya dengan sengit. Mereka boleh jadi
membantah, memerangi, menyerang dan memobilisasi seluruh kekuatan
intelektual dan material, bertekad untuk mencerabut akar Islam, namun
semua itu tidak akan mampu memadamkan cahayanya, juga tidak mampu
mencegah cahaya itu menjadi penuh.
Kedua ayat di atas secara pasti dan mutlak
menubuatkan kemenangan Islam atas musuh-musuhnya. Ketika nubuat ini
diwahyukan, komunitas kecil Muslimin sedang membela diri melawan kaum
Musyrikin dan elemen-elemen lain yang memusuhinya di negeri Arab.
Setelah itu, mereka harus mempertahankan diri melawan emperium Persia
dan Byzantium.
Masing-masing kekuatan ini sangat tidak dapat
dibandingkan dari sisi kekuatan dan kekayaan dengan kekuatan kaum
Muslimin. Emperium Persia dan Byzantium merupakan kekuatan adikuasa di
dunia ketika itu. Untuk mengalahkan mereka keduanya adalah sebanding
dengan menaklukkan seluruh kekuatan adikuasa di dunia dan akan menjadi
kekuatan superior dunia. Hal ini memenuhi secara lengkap makna nubuat,
namun hal ini nampaknya mustahil. Kita senantiasa menyaksikan kekalahan
lasykar yang relativ lemah dan tunggal ketika dipaksa untuk berperang
lebih dari satu medan peperangan. Hal ini menjadi jelas tatkala kita
mengingat tentara Jerman yang kuat dikalahkan sebanyak dua kali pada
abad keduapuluh, hanya karena diperangi oleh negara-negara sekutu yang
lebih kuat pada lebih dari satu medan pertempuran.
Hal ini boleh menjadi perisitwa militer yang paling
hebat, dimana masyarakat Madina dan Mekkah, yang jumlahnya tidak
melebihi beberapa ribu, dapat membela diri mereka, setelah wafatnya Nabi
Besar Islam, melawan serangan kaum Munafikin Arab. Dengan pengecualian
kaum Muslimin di kedua kota ini, hampir seluruh bangsa Arab telah
berpaling setelah wafatnya Nabi Saw.
Negeri-negeri Muslimin terpaksa juga kemudian
bertempur melawan emperium Persia dan Byzantium. Kedua emperium adikuasa
ini memerangi kaum Muslimin secara bersamaan pada dua front pertempuran
yang berbeda. Kekuatan kecil kaum Muslimin terpaksa membagi dirinya
untuk tetap bertahan. Hasilnya adalah kejadian militer yang sangat luar
biasa. Dua kekuatan besar ini binasa dan Persia kalah telak. Dalam
rentang waktu seratus tahun, wilayah yang sangat luas terbentang dari
Samudera Atlantik hingga India, berada di bawah kekuasaan Islam.
Orang-orang miskin dan tak berdaya itu, pada saat pewahyuan nubuat ini,
tiba-tiba menjadi kekuatan super power di dunia. Nabi Saw, bersandar
kepada berita samawi, telah menubuatkan kemenangan ini yang terjadi
sebelum wafatnya. Berbicara kepada Odey bin Hatam (seorang kepala suku
Kristen yang memeluk agama baru ini kemudian), Nabi Muhammad menuturkan
kalimat berikut ini:
"…Engkau tidak tertarik untuk memeluk Islam,"
lanjut Muhammad, "karena engkau melihat kami adalah orang-orang miskin."
Barangkali engkau menolak melihat sekelompok kecil kaum Muslimin
dibandingkan jumlah musuh-musuh mereka. Demi Allah, dalam waktu yang
tidak terlalu lama, seorang Muslimah akan mampu melakukan ziarah,
menunggangi untanya, sendiri tanpa rasa takut, dari Kadesia (daerah di
Iraq) menuju Baitullah, di Mekkah. Engkau berpikir, barangkali, bahwa
kekuasaan berada di tangan orang-orang Kafir; ketahuilah bahwa suatu
masa, yang tidak terlalu lama, akan datang dimana kami akan mengibarkan
bendera di istana-istana Babylon."(Life of Mohammad, Washington Irving,
chapter 32.)
Dialog Ke-15
Nubuat Masa Depan Nabi dan Kenabian
Wilson: Hingga kini kita telah membicarakan dua
jenis pernyataan al-Qur'an tentang masa depan yang tidak
disangka-sangka: Satu tipe mengenai nasib al-Qur'an itu sendiri, dan
yang lain mengenai masa depan Islam. Apakah al-Qur'an mengemukakan
nubuat dan ramalan tentang masa depan Nabi?
Chirri: Kitab Suci al-Qur'an berisikan penjelasan-penjelasan yang amat jelas mengenai keamanan Nabi Muhammad.
"Hai Rasul! Sampaikan apa yang diwahyukan kepada
engkau dari Tuhan. Dan kalau itu tidak engkau kerjakan, maka berarti
engkau tidak menyampaikan (menjalankan) tugas perutusan dari Tuhan.
Tuhan memelihara engkau dari manusia. Sesungguhnya Tuhan tidak memberi
petunjuk kepada kaum yang tidak beriman." (Qs. al-Maidah [5] : 67)
Ayat itu menjamin Nabi Muhammad mendapatkan
perlindungan terhadap seluruh manusia. Tidak ada kekuatan manusia,
sesuai dengan ramalan itu, dapat menghancurkan kehidupan Muhammad.
Apabila Nabi meninggal di medan peperangan atau dibunuh, pernyataan ini
akan menjadi tidak benar dan kenabian akan dibuktikan
kesalahannya.Dengan kondisi di mana Nabi hidup (tinggal), nubuat itu
bertentangan dengan harapan manusia. Dari saat Islam diproklamirkan,
Nabi dihadapkan dengan pelagai kusumat dan permusuhan.
Dia dipilih sebagai satu-satunya musuh orang-orang
Mekkah. Hidupnya dikelilingi dengan bahaya-bahaya. Dia hidup di bawah
ancaman, dan untuk selama beberapa tahun tanpa perlindungan fisik. Pada
saat pembelanya, Abu Thalib, meninggal, dia bahkan tidak mendapatkan
perlindungan di tempat suci guna membawa pesannya kepada orang-orang
yang berziarah. Pemimpin-pemimpin penting dengan siasat yang halus
memburu dia dan berniat membunuhnya.
Bila dia lolos, hadiah besar diumumkan untuk
penangkapannya, hidup atau mati. Sebelum berangkat ke Madinah, Muhammad
dipastikan ditangkap, dan Islam diharapkan hilang sampai ke
akar-akarnya.
Setelah sampai di Madinah, peperangan terjadi dan
orang-orang Islam dihadapkan dengan suatu perang yang hebat, yang mana
musuh selalu jauh lebih besar jumlahnya.
Orang-orang Mekkah menyuruh penduduk padang pasir
untuk melawan orang-orang Islam. Lebih lanjut, pemerintah-pemerintah
dari bangsa-bangsa yang bukan Arab marah karena bahasa Muhammmad yang
sangat kuat yang digunakan mengundang mereka untuk memeluk Islam.
Suatu contoh ialah pesannya kepada Heraclius, Kaisar Byzantium (Roma):
"Dengan nama Tuhan Pengasih dan Penyayang. Dari
Muhammad, anak Abdullah, Rasul Tuhan, untuk Heraclius, Kaisar Romawi.
Sudah tentu saya mengajak anda memeluk Agama Islam. Jadilah orang Islam,
dan anda akan selamat. Tuhan akan rnenghadiahi anda dua kali. Bila anda
mengelak, anda akan dibebani dengan dosa. Marilah bersepakat antara
kita dan anda: bahwa kita akan memuja tidak lain kecuali Tuhan dan bahwa
kita akan tunduk dihadapan-Nya, dan bahwa kita tidak akan mengakui
Tuhan di samping Tuhan Yang Maha Kuasa."
Meskipun mara-bahaya mengelilingi Nabi, dia tetap
hidup secara biasa. Dia tidak memiliki pengawal-pengawal dan angkat
senjata di medan perang, kadang-kadang di front terdepan. Dia berjalan
di jalan tengah malam dan tinggal tanpa penjagaan. Ada banyak kesempatan
baik untuk membunuhnya, dan banyak percobaan telah dilakukan.
Beberapa percobaan pembunuhan di bawah ini akan saya sebutkan:
Pada suatu hari dia sedang tidur sendiri di bawah
pohon, tidak jauh dari perkemahannya. Dia dibangunkan oleh suara! Dia
melihat Durthur, prajurit musuh, sedang berdiri di hadapannya dengan
mencabut pedang. "Hai Muhammad" dia berseru, "Siapa yang akan
menyelamatkan anda?" "Tuhan" jawab Nabi. Untuk beberapa alasan yang
tidak diketahui, Durthur menjatuhkan pedangnya, yang langsung dipegang
oleh Nabi.
Sambil melambaikan pedangnya, dia berseru
sebaliknya, "Siapa yang akan menyelamatkan anda, wahai Durthur?" "Tak
seorang pun" jawab prajurit itu. "Maka belajarlah dari saya untuk
menjadi pengasih." Sambil berkata dia mengembalikan pedangnya pada
prajurit itu.
Prajurit itu sangat terharu. Dia mengakui Muhammad
sebagai seorang Nabi dan memeluk Islam. (Life of Mohammad, Washington
Irving, chapter 18)
Pada kesempatan lain, Muhammad pergi membawa
beberapa pengikut-pengikutnya untuk mengunjungi suku yang bukan Islam.
Santapan diselenggarakan di ruang terbuka, berdekatan tempat tinggal
kepala suku. Nabi mengetahui bahwa dia diberi umpan untuk dikhianati,
dan akan dibunuh ketika dia duduk di pesta itu. Dia dilempar batu dari
atap rumah bertingkat. Tanpa menerangkan pengkhianatan ini pada
rekan-rekannya ia meninggalkan pesta dan kembali ke Medinah. (Life of
Mohammad, Washington Irving, chapter 21)
Lebih dari sekali, Muhammad ditinggalkan oleh
prajurit-prajuritnya sendiri di dalam peperangan melawan ribuan lasykar
musuh. Pada saat-saat demikian, dia adalah sasaran kekuatan musuh.
Muhammad yakin akan perlindungan Tuhan, dan ramalan telah dipenuhi.
Wilson: Apakah al-Qur'an mengemukakan beberapa penjelasan tentang masa depan kenabian umumnya?
Chirri: Pernyataan yang mengatakan bahwa Nabi
Muhammad adalah Nabi pamungkas adalah keterangan yang jelas tentang masa
depan kenabian. "Muhammad itu bukan bapak seorangpun dari laki-laki di
antara kamu, tetapi dia Rasul Allah dan penutup Nabi-nabi. Dan Tuhan itu
Maha Tahu atas segala sesuatu." (Qs. Fusshilat [33]: 40)
Kata khatam (penutup), artinya cap (tanda) yang
menutup tempat penyimpan sesuatu atau stamp (tanda) yang mengakui
keaslian isi-isi tertentu dari surat-surat penting atau pesan.
Nabi Muhammad berkata pada saudara sepupunya Ali:
"Kedudukanmu di sisiku sama dengan kedudukan Harun di sisi Musa, tetapi
tidak akan ada nabi setelahku."
Menyatakan bahwa Muhammad adalah penutup dari
nabi-nabi, sebenarnya suatu keterangan tentang masa depan dari kenabian.
Hal itu menyatakan bahwa dunia tidak akan menyaksikan seorang nabi
setelah meninggalnya Muhammad, dan bahwa Tuhan tidak akan mengirimkan
pesuruhnya lagi kepada manusia. Jadi sejarah yang panjang dari kenabian
akan ditutup dengan kematiannya: Muhammad.
Ini adalah suatu ramalan yang benar-benar tidak
disangka-sangka. Kita menyangka bahwa Tuhan melanjutkan pengiriman
Nabi-nabi-Nya untuk manusia. Dia sudah mengirim banyak nabi-nabi,
sebelum Muhammad, dan kita lazimnya mengharap Dia melanjutkan pengiriman
yang demikian setelah meninggalnya Nabi Muhammad.
Sebenarnya, Materialisme di dalam abad-abad modern
ini jauh lebih besar dari pada sebelum Muhammad, karena itu sebuah wahyu
ruhani (a spiritual revelation) kelihatannya akan lebih diperlukan
daripada sebelumnya.
Kesulitan dari sebab-sebab pada masalah ini adalah
benar-benar di luar ilmu manusia. Tak seorangpun dapat mengetahui
bagaimana Tuhan menetapkan untuk mengirim seorang nabi untuk manusia.
Ilmu ini hanya dimiliki Tuhan.
Wilson: Ramalan-ramalan yang mengagumkan biasanya
berhubungan dengan beberapa peristiwa yang akan terjadi pada waktu
tertentu. Pemberitahuan yang terdapat dalam ayat tidak berhubungan
dengan suatu kejadian yang akan terjadi pada waktu khusus. Hal itu tidak
mengatakan pada kita sesuatu yang akan terjadi. Sekedar pemberitahuan
dalam bentuk negasi, yang mengatakan pada kita bahwa tidak akan ada Nabi
yang datang setelah Muhammad.
Chirri: Untuk memberi informasi yang berbentuk
afirmasi jauh lebih mudah dari pada memberi informasi yang berbentuk
negasi. Mari kita gambarkan dengan suatu contoh informasi atau
pemberitahuan yang berhubungan dengan masa lalu dan masa akan datang.
Jauh lebih mudah mengatakan bahwa Mr. Smith mengendarai mobil dari pada
mengatakan Mr. Johnson tidak pernah mengendarai mobil. Untuk menjadi
benar secara positif, perlu melihat Mr. Smith mengendarai mobil. Untuk
mengatakan kebenaran bahwa Mr. Johnson tidak pernah mengendarai mobil,
Anda perlu mengetahui seluruh masa lalunya Mr. Johnson.
Mari kita telaah pemberitahuan masa akan datang.
Anda boleh meramalkan bahwa akan ada dalam masa lima tahun, seorang
sarjana yang genius di antara orang-orang Detroit. Ini jauh lebih mudah
daripada mengatakan bahwa tidak akan ada sarjana genius di Detroit dalam
masa lima tahun. Pemberitahuan yang demikian membutuhkan ilmu
pengetahuan yang luas tentang berjuta-juta orang yang akan hidup di
Detroit dalam periode itu. Ilmu yang demikian adalah benar-benar di luar
jangkauan kita.
Andaikata kita membuat ramalan yang lebih luas,
marilah kita mengatakan bahwa Amerika Serikat atau seluruh dunia tidak
akan mempunyai sarjana genius selama lima puluh tahun. Ramalan yang
demikian akan mustahil (tidak masuk akal); bila kita meramalkan bahwa
dunia tidak akan memiliki seorang sarjana yang demikian untuk
selama-lamanya, sudah tentu ramalan kita tak masuk akal. Pernyataan
akhir kenabian dari Muhammad adalah demikian.
Hal itu tidak hanya berhubungan dengan suatu
pembatasan masa depan dari sesuatu bangsa khusus, tapi berhubungan
dengan masa depan yang tak terbatas, dari seluruh dunia, hal itu
dikatakan sesungguhnya, tidak akan menyaksikan nabi setelah Muhammad,
sampai akhir dunia. Muhammad sendiri sebagai manusia tidak dapat
meramalkan suatu masa depan yang demikian.
Ramalan tidak dari dia. Hal ini merupakan suatu
wahyu dari yang mengetahui masa depan manusia. Ramalan telah dipenuhi,
dunia pada masa 13 abad ini tidak didatangi oleh seorang nabi lagi.
Wilson: Banyak individu-individu yang datang
setelah Muhammad mengklaim diri mereka nabi. Beberapa di antara mereka
hidup di abad ini dan beberapa di antaranya malahan masih hidup. Apakah
klaim mereka tidak mempengaruhi kebenaran dari ramalan itu?
Chirri: Klaim kenabian tidak banyak dan tidak akan
mempengaruhi kebenaran dari ramalan ini, kecuali jika telah dibuktikan.
Kecuali kenyataan bahwa beratus-ratus individu menyatakan kenabian
mereka, dan beberapa dari mereka hidup pada masa Nabi Muhammad sendiri.
Dan kenyataan tak seorangpun dari mereka dapat membuktikan kenabiannya.
Semuanya telah dibuktikan kesalahannva, dan klaim mereka mati bersama
mereka.
Dialog Ke-16
Nubuat Kemenangan Kristen
Wilson: Saya sering bertanya-tanya ihwal ayat-ayat
Qur'an yang termaktub pada surah ar-Rum (surah 30). Ayat-ayat dalam
surah tersebut berhubungan dengan masa depan orang-orang Roma dan nubuat
kemenangan mereka atas musuh-musuhnya:
Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang.
Dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka kalah dan menang itu). Dan di hari itu orang-orang yang beriman
bergembira (lantaran suatu kemenangan yang lain). Karena pertolongan
Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang. Sebagai janji yang sebenar-benarnya dari
Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (Qs. Rum [30]:1-6)
Saya ingin mendengar ulasan Anda tentang ayat-ayat
ini yang nampaknya mengandung sebuah nubuat yang tepat, sebagaiman saya
ingin tahu apakah nubuat ini benar-benar terjadi.
Chirri: Pada dekade pertama abad ke-VII, sebuah
peperangan meletus antara dua kekuatan besar pada waktu itu, emperium
Persia dan Byzantium (Roma). Perang tersebut berlanjut hingga lebih dari
dua puluh dua tahun, dan emperium Persia yang keluar sebagai pemenang.
Encyclopaedia Britannica melukiskan situasi yang berkembang pada masa
itu:
"Lasykar emperium Persia menaklukkan Suriah dan
Asia Kecil, dan pada tahun 608 bergerak maju hingga Chaledon. Pada tahun
613 dan 614, Damaskus dan Yerusalem diambil oleh Jendral Shahaboraz,
dan Salib Suci dibawa dalam kemenangan. Tidak lama berselang, bahkan
Mesir pun dapat ditakalukkan. Orang-orang Roma (penduduk emperium
Byzantium) hanya dapat menunjukkan perlawanan kecil, karena menderita
pertikaian internal dan ditekan oleh Avars dan Slavs. "
Ayat-ayat al-Qur'an dinukil mewahyukan enam atau
tujuh tahun pasca pewahyuan pertama yang datang kepada Muhammad. (Hal
ini bermakna bahwa ayat-ayat ini diwahyukan pada tahun 615 atau 616).
Nubuat yang terkandung di dalamnya adalah bersifat definitif dan mutlak.
Ayat-ayat tersebebut menyebutkan orang-orang Roma
yang binasa akan mencapai kemenangan yang gemilang atas orang-orang
Persia yang meraih kemenangan dalam jangka waktu sembilan bulan semenjak
pewahyuan ini.
Sekali lagi nubuat ini dibuat dalam arah yang
berlawanan dengan hasil yang dicapai dari konflik bersenjata tersebut.
Diperkirakan bahwa orang-orang Roma akan menderita kekalahan telak,
karena lasykar emperium Persia telah terlebih dahulu mencapai gerbang
Konstantinopel. Pada masa itu bahkan pemimpin-pemimpin Roma berhati
kecut untuk mendapatkan kemenangan kemudian.
Para pemimpin Roma, dengan segala kemahiran dan
pengetahuan tempur mereka, tidak dapat mengira kemenangan yang mereka
capai. Informasi jelas tidak tersedia bagi Muhammad karena radio, TV,
dan alat-alat pos belum lagi tercipta waktu itu. Muhammad, hidup di
Mekkah dan sangat jauh dari Konstantinopel, membuat nubuat kemenangan
pada waktu yang telah ditentukan.
Nubuat terpenuhi dalam waktu sembilan tahun setelah
ia dibuat. Heraclius, kaisar Roma, bergerak maju ke Northern Media,
dimana ia menghancurkan candi besar Gondzak; kemudian pada tahun 623 ia
merebut kembali tanah-tanah yang telah diambil oleh pihak musuh.
Wilson: Ayat-ayat yang dinukil di atas
mengindikasikan bahwa kaum Muslimin sangat konsern terhadap kekalahan
orang-orang Roma di tangan orang-orang Persia. Nubuat tersebut nampaknya
telah diwahyukan sebagai sebuah ungkapan duka bagi kaum Muslimin,
lantaran pada ayat tersebut dikatakan bahwa kaum Mukminin dalam Islam
akan bersuka cita atas kemenangan orang-orang Roma. Hal ini sebenarnya
mengumumkan sebuah cinta sejati dari kaum Muslimin kepada kaum Kristian.
Chirri: Ucapan Anda benar. Kaum Muslimin sebenarnya
sangat bersedih mendengar berita kekalahan kaum Kristian pada saat itu.
Kaum Kristian adalah Ahli Kitab, dan kaum Muslimin merupakan pengikut
dari kitab yang baru, al-Qur'an. Keduanya adalah orang-orang beriman.
Oleh karena itu, Kaum Muslimin merasa bahwa ada ikatan erat antara
mereka dan kaum Kristian. Mereka merasa bahwa kaum Kristian adalah
saudara-saudara mereka dalam agama.
Berita kekalahan bangsa Roma merupakan sebuah
berita gembira bagi para penyembah berhala. Mereka bersuka cita atas
kekalahan kaum Kristian dan menggolongkan mereka dengan kaum Muslimin,
musuh mereka, lantaran kaum Muslimin dan Kristian keduanya merupakan
Ahlul Kitab dan menentang penyembahan berhala.
Hubungan antara kaum Kristian dan Muslimin
merupakan sebuah hubungan yang bersifat natural. Jika kaum Kristian
menerima Muhammad dan kebenarannya dengan hati yang terbuka, sebagaimana
kaum Muslimin menerima kebenaran Isa (Yesus), hubungan persaudaraan
dapat tetap berlanjut antara para pengikut dua ajaran ini. Namun sayang,
kaum Kristian menolak untuk mengakui kenabian Muhammad dan menerima
kebenarannya. Peristiwa ini dan yang terjadi selanjutnya pasca wafatnya
Nabi Saw merubah suasana natural antara kaum Muslimin dan Kristian.
Dialog Ke-17
Penjelasan Kitab Suci Ihwal Sains
Wilson: Apakah Kitab Suci Qur'an berisikan penjelasan mengenai beberapa peristiwa-peristiwa yang disingkap oleh ilmu pengetahuan kita sekarang, yang tidak diketahui pada masa Muhammad? Adanya penjelasan ihwal hal ini, akan menambah bukti bagi kenabian Muhammad. Adalah mustahil bagi seseorang yang tidak mengeyam pendidikan formal seperti Muhammad, yang hidup pada abad ketujuh, mengetahui apa yang akan didapat oleh saintis-saintis modern. Beberapa penjelasan seperti ini akan sangat meyakinkan kebenaran Islam.Chirri: Orang-orang yang membaca al-Qur'an akan mendapatkan penjelasan lebih dari satu mengenai peristiwa-peristiwa tertentu, beberapa di antaranya telah ditemukan akhir-akhir ini, dan beberapa di antaranya masih dalam tingkat ekspektasi (harapan).
Ilmu pengetahuan modern kini menyaksikan, meskipun tanpa kepastian, yaitu datangnya suatu waktu ketika kita akan mendapatkan berita tentang adanya kehidupan (mahluk hidup) pada beberapa planet-planet lain. Sarjana-sarjana sekarang tidak yakin adanya kehidupan secara biologis (biological life) pada planet-planet lain, tetapi bagi orang-orang yang membaca al-Qur'an hal ini adalah sangat mungkin.
Sebenarnya salah seorang saintis Rusia mengaku bahwa ia menerima sinyal-sinyal dari ruang angkasa (space), dan ia mengira bahwa sumber sinyal-sinyal itu adalah beberapa mahluk hidup yang terdapat di planet yang berbeda. Saintis boleh jadi akan, dalam waktu dekat atau di masa mendatang, mendapatkan dan menjumpai mahluk hidup lain yang menghuni planet-planet lain.
Apa yang kita harapkan untuk kita peroleh pada masa ilmu pengetahuan kita sekarang adalah telah dinubuatkan tiga belas abad yang lalu oleh kitab suci al-Qur'an:
"Dan di antara keterangan-keterangan Tuhan itu, ialah tercipta langit dan bumi, dan mahluk hidup yang bertebaran di dalamnya; dan Tuhan itu Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (Qs. 42: 29).
Ayat ini memberitahukan pada kita adanya kehidupan atau mahluk hidup secara biologis (biological living being) yang berjalan dengan kakinya di langit dan di bumi, dan adalah mungkin untuk mahluk hidup yang ditempatkan pada planet kita untuk berhubungan dengan yang ditempatkan di langit.
Salah satu penemuan secara ilmiah dari abad modern kita ini adalah adanya sex pada tumbuh-tumbuhan sama seperti pada binatang. Semua butir-butir tepung sari, para sarjana mengatakan, disusun oleh sel-sel yang telah memperkecil jumlah choromosom-choromosom.
Dua dari sel-sel ini adalah sel-sel jantan. Berlaku pada pembiakan, tepung sari harus jauh pada stigma beberapa bunga dan mengembangkan pembuluh melalui stigma dan jaringan-jaringan yang lain sampai hal itu mencapai telur. Dua sel-sel jantan jalan melalui pembuluh (pipa) ini, biasanya dekat tempat pembiakannya. Salahsatu di antaranya menyuburkan telur ini, dan dari campuran sel-sel, suatu embrio tumbuh. Sel jantan yang lain biasanya dengan dua sel-selnya yang lain dekat telur ini, di tengah-tengah kandung embrio, dan hasil rangkap tiga membentuk bagian yang mengandung zat hara dari benih (biji).
Adanya jantan dan betina pada tumbuh-tumbuhan benar-benar tidak diketahui sebelum majunya ilmu pengetahuan modern. Tetapi Kitab Suci Qur'an dengan jelas mengatakan adanya sex pada tumbuh-tumbuhan:
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan pada diri mereka sendiri dan apa-apa yang tiada mereka ketahui." (Qs. Yasin [36]: 36)
Pada saat Nabi Muhammad, tak seorang pun memiliki pengetahuan tentang keadaan ruang angkasa. Orang-orang biasanya berpikir bahwa semakin naik manusia ke angkasa, semakin banyak ia akan mendapatkan udara dan semakin banyak dia dapat bernafas. Sekarang kita mengetahui bahwa ruang angkasa tidak berisikan udara, dan bahwa bila seseorang naik ke angkasa, dia akan mati lemas karena kekurangan oxygen.
Kitab Suci Qur'an mempunyai suatu pertanda untuk kenyataan ini:
"Sebab itu, siapa yang hendak dipimpin oleh Tuhan, niscaya dibukakanNya hatinya menganut Islam, dan siapa yang hendak disesatkan Tuhan, dijadikanNya dadanya sesak dan sempit, seperti orang naik ke langit. Begitulah, Tuhan meletakkan kekejian kepada orang-orang yang tidak beriman." (Qs. al-An'am [6]: 125)
Kesempitan dada seseorang yang melesak ke angkasa luar bermakna ketidakmampuan orang bernafas dimana hal ini berlawanan dengan konsep tentang ruang angkasa pada masa Muhammad.
Dialog Ke-18
Injil Saksi bagi Muhammad
Wilson: Bukti-bukti yang telah kita diskusikan
adalah sangat meyakinkan dan memberikan suatu dukungan yang besar
terhadap kenabian Muhammad. Keulungan Qur'an itu sendiri adalah
kenyataan yang terpenting dari kebenaran ini dan banyak ramalan-ramalan
yang lain. Saya ingin tahu apakah Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama
berisikan ramalan tentang kehadiran Nabi Muhammad.
Chirri: Dalam Injil ada lebih dari satu pernyataan
yang menunjukkan dinantikannya Nabi Muhammad. Namanya tidak disebutkan,
tetapi melukiskan Muhammad. Kita dapat menjumpai dalam Kitab Ulangan
(Deuteronomy), pernyataan sebagai berikut:
"Saya akan mengangkat untuk mereka (Bani Israel)
seorang nabi seperti anda dari di antara saudara-saudara mereka; dan
saya akan meletakkan kata-kata saya pada mulutnya, dan dia akan
berbicara kepada mereka semua yang saya perintahkan padanya. Dan
barangsiapa tidak akan memberikan perhatiannya kata-kata saya yang dia
katakan atas nama saya, saya akan menuntut hal itu dari dia." (Ulangan
18: 18-19)
Pernyataan ini menjanjikan bahwa Tuhan akan
mengangkat seorang nabi dari Bani Israel, bahwa nabi yang akan seperti
Musa sendiri; bahwa Tuhan akan meletakkan kata-kata-Nya sendiri pada
lisan nabi itu, dan bahwa nabi itu akan berbicara dengan nama Tuhan yang
meletakkan kata-kata itu pada mulutnya.
Jadi perkiraan nabi ini mempunyai tiga gambaran, tak seorangpun dari mereka yang dapat mengenai melainkan Nabi Muhammad:
1. Nabi yang dijanjikan akan berasal dari saudara
Bani Israel. Bani Israel dihubungkan hanya dengan orang-orang Arab.
Tidak ada bangsa di dunia ini yang akan dinamai sebagai saudara-saudara
Bani Israel kecuali orang-orang Arab, sebab Bani Israel adalah turunan
Ishak, dan orang-orang Arab adalah turunan Ismail, saudara Ishak.
2. Nabi itu akan seperti Musa. Musa adalah seorang
nabi dari suatu peraturan baru dan dia adalah pemimpin duniawi dan
ruhani untuk bangsanya. Lukisan ini hanya patut untuk Muhammad, di
antara seluruh nabi-nabi yang datang setelah Musa. Tak seorang pun dari
nabi-nabi itu, termasuk Yesus (Isa), dikirimkan dengan
peraturan-peraturan yang baru. Yesus mengikuti peraturan-peraturan Musa,
dan tidak memperkenalkan hukum Agama yang baru. Juga ia tidak merupakan
pemimpin yang sekuler (keduniawian) bagi orang-orang Israel.
Selanjutnya, semua nabi-nabi itu, kecuali Muhammad, datang dari
orang-orang Israel sendiri dan bukan dari saudara-saudara mereka.
3. Pernyataan itu menyatakan Nabi yang dijanjikan
sebagai seorang Nabi yang tidak akan berbicara darinya sendiri. Firman
Tuhan akan diletakkan pada lisannya. Tak ada Nabi kecuali Muhammad yang
telah mengklaim bahwa bukunya berisikan firman-firman dari Tuhan. Musa
sendiri menerima wahyu, tetapi dia menyampaikan pesan-pesan itu dengan
kata-katanya sendiri. Apa yang kita baca pada lima kitab Musa dianggap
menjadi sabda-sabda dari Musa, bukan firman-firman dari Tuhan. Seluruh
kitab yang menurut Perjanjian Lama adalah ditulis dan dikatakan oleh
penulis-penulis manusia, dan demikian pula empat Injil. Yesus (Isa)
berbicara kebenaran yang ia terima, tetapi dia berbicara dengan
kata-katanya sendiri. Kitab Injil (Bible) yang terbaik, dianggap sebagai
suatu dialog antara Tuhan dan manusia.
Hanya Qur'an berisikan firman-firman dari Tuhan dan
Muhammad sebagai perantaranya. Muhammad tidak pernah mengklaim setiap
ayat Qur'an sebagai perkataannya sendiri. Dia menceriterakan ayat-ayat
Qur'an sebagai firman-firman dari Tuhan yang meletakkannya pada lisan
Muhammad.
Dengan demikian, lukisan itu nampaknya pantas hanya untuk Muhammad, dan bukan untuk yang lain.
Stetmen yang lain, yang menunjukkan nubuat untuk Muhammad dapat dijumpai dalam kitab Ulangan (Deuteronomy):
"Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu,
kepada Bani Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: Tuhan datang dari
Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari
pegunungan Parang dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang
kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.”
(Ulangan 33:1-2).
Kedatangan Tuhan bermakna kedatangan wahyu-Nya.
Perkataan Musa ihwal manifestasi dan penampakan Tuhan (tajalli) kepada
tiga nabi di tiga tempat. Penampakan di Sinai yang melambangkan kenabian
Musa sendiri.
Penampakan yang lain adalah wahyu yang diterima di
Seir. Penampakan ini menandakan pewahyuan yang diterima oleh Yesus
lantaran Seir merupakan daerah yang terletak di Yordan.
Penampakan yang ketiga adalah cahaya Tuhan yang
bersinar dari pegunungan Paran. Penampakan ini merupakan perlambang
kenabian Muhammad. Pegunungan Paran terletak di wilayah Hijaz, tempat
Muhammad lahir dan hidup. Kata-kata berikut ini lebih memberikan
petunjuk dan indikasi terhadap kenyataan ini:
"Ia datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala."
Muhammad adalah seorang Nabi yang memasuki Mekkah,
ibukota Hijaz, yang memimpin bala tentara sejumlah sepuluh ribu pasukan
Muslimin untuk menundukkan para penyembah berhala Mekkah.
Perjanjian Baru, juga mengandung nubuat yang jelas tentang kemunculan Muhammad:
"Yesus berkata kepada mereka (Bani Israel): “Belum
pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari
pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata
kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan
diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu.
Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa
ditimpa batu itu, ia akan remuk.” (Matius 21:42-44)
Stetment di atas ini merupakan sebuah nubuat yang
mewartakan kepada kaum Yahudi bahwa kerajaan Tuhan akan diambil dari
mereka, dan akan diberikan kepada bangsa yang lain. Tiada bangsa lain
setelah Yesus yang mengklaim pesan langit kecuali bangsa Arab yang
menyampaikan kepada dunia pesan Islam yang diwahyukan kepada Muhammad.
Yesus menyebut bangsa yang menggatikan Bani Israel ini sebagai: "Batu
yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan." Hal ini merupakan sebuah
referensi terhadap perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Ishak, pada
masa Ibrahim, dimana Ismail tidak termasuk dari perjanjian ini. Dari
Perjanjian Lama kita membaca:
"Tentang Ismail, Aku telah mendengarkan
permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak.
Ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi
bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang
akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti
ini juga." (Perjanjian Lama, Kejadian 17:20-21)
Ismail dan keturunannya, sesuai dengan ayat ini,
tidak dimasukkan, pada masa Ibrahim, dari perjanjian ini, dan atas
alasan ini, Yesus menyebut mereka Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan. Kini Yesus mengabarkan Bani Israel bahwa batu yang sama yang
telah dibuang itu telah menjadi batu penjuru.
Muhammad dan bangsa Arab merupakan keturunan Ismail, dan bangsa inilah yang dinantikan Yesus untuk menggantikan bangsa Israel.
Yesus menggambarkan bangsa yang menggantikan ini
sebagai batu yang dibuang; Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia
akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Hal ini
berarti bahwa bangsa yang menerima kerajaan Tuhan ini akan menjadi
sebuah bangsa pemberani, dapat menaklukkan setiap musuhnya yang
menyerang dan meremukkan setiap musuh yang diserangnya. Gambaran ini
hanya dapat diterapkan pada bangsa Arab saja yang telah terpilih dari
seluruh bangsa dengan membawa pesan ruhani, prawira dalam membela diri
dan menaklukkan musuh-musuhnya. Sejara, pasca Yesus, telah menyaksikan
banyak bangsa prawira, namun tidak ada satu pun dari mereka yang
digerakkan dan dimotivasi oleh wahyu kecuali bangsa Muhammad.
Dialog Ke-19
Hari Kiamat
Wilson: Sekarang sampai waktunya membicarakan
tentang keabadian. Perjanjian Lama tidak begitu jelas mengulas Hari
Kiamat. Agama Yahudi tidak menekankan hidup setelah mati. Perjanjian
Baru telah berhubungan dengan masalah itu, dan membicarakan dengan jelas
dari Hari Kiamat. Oleh karena itu, Kristen, pada umumnya, mempercayai
Hari Akhirat. Saya tahu bahwa Kitab Suci al-Qur'an mengakui Hari Kiamat,
tetapi saya ingin tahu lebih jeluk bahwa apakah hal ini dianggap salah
satu dari pokok kepercayaan Islam?
Chirri: Azas dari kebangkitan kembali adalah suatu
bab penting dalam kepercayaan Islam. Islam menyatakan bahwa keberadaan
umat manusia akan berhenti di planet ini dan pada suatu hari tertentu,
ditentukan oleh Tuhan dan diketahui hanya oleh Dia, ia dibangkitkan
lagi, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan selama
hidupnya.
Setiap orang akan pada hari itu menerima ganjaran
atau hukuman sesuai dengan perbuatannya baik atau jelek: "Segenap apa
yang dibumi akan musnah, dan wajah Tuhan-mu akan tetap tinggal
(selamanya), Yang Besar dan Mulia." (Qs. ar-Rahman [55]:26-27)
"Dan mereka telah pernah mengatakan: Apakah ketika
kami telah mati, dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, akan
dibangkitkankah kami kembali? Katakan: Sesungguhnya orang-orang yang
dahulu dan orang-orang kemudian, semuanya sudah tentu akan dikumpulkan
bersama-sama di waktu yang ditentukan, di hari yang terkenal." (Qs.
al-Waqiah [56]: 47)
Wilson: Konsepsi (pengertian) tentang Hari Kiamat
sangat jauh dari lingkungan pengalaman empirik manusia. Tidaklah mudah
untuk memikirkan bahwa seseorang yang meninggal secara fisik akan
melanjutkan hidup secara rohani atau bahwa dia akan hidup kemudian, jauh
setelah dia meninggal. Sains, tidak dapat membuktikan kemungkinan hidup
setelah mati, dan juga tidak menyokong konsep yang sedemikian.
Chirri: Meskipun konsepsi Hari Kiamat di luar
lingkungan pengalaman empiris kita, hal itu nampak logis. Untuk
membuktikan konsepsi ini, kita harus menyetujui azas ini bahwak kita
percaya pada Tuhan dan keadilanNya. Tuhan yang Adil, Yang Perkasa, tidak
mungkin membiarkan orang yang melakukan kebaikan tanpa suatu hadiah
(ganjaran), juga tidak mungkin Dia membiarkan orang-orang yang menindas
untuk tidak dihukum.
Berjuta orang yang berbuat baik, menindas dan
menggoda, hidup dan meninggal tanpa dibalas. Berjuta-juta orang yang
berbuat kesalahan, pembunuhan, dan kekejaman hidup dan meninggal tanpa
dihukum di dunia ini. Tuhan Yang Adil yang Perkasa, tidak akan
membiarkan orang-orang yang melakukan kesalahan lepas dari hukumanNya,
juga Dia tidak membiarkan orang-orang yang berbuat baik untuk tidak
diberi balasan. Harus ada dunia lain dimana akan ada waktu untuk
mempergunakan keadilan Tuhan
Kitab Suci Qur'an mendasarkan kebutuhan terhadap
Hari Kiamat pada konsep keadilan Tuhan: "Di hari itu manusia berangkat
dalam beberapa rombongan, supaya kepada mereka diperlihatkan
perbuatannya. Dan siapa yang mengerjakan perbuatan baik seberat atom,
akan dilihatnya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat atom, akan
dilihatnya." (Qs. al-Zalzalah [99]: 6-8)
Wilson: Argumen Anda yang mendukung doktrin Hari
Akhirat tidak mencapai tujuan pokok. Argumen tersebut merupakan argumen
yang baik, tetapi seluruhnya adalah yang akan kita harapkan suatu dunia
di masa datang dimana Tuhan mengganjar orang-orang yang berbuat baik dan
menghajar orang-orang yang berbuat salah, tetapi hal itu bukan bukti
bahwa harapan akan adanya Hari Kiamat akan terwujud. Ada perbedaan besar
antara apa yang harus terjadi dan apa yang akan terjadi.
Tujuan kita tidak hanya menunjukkan kebutuhan untuk
dunia masa depan, tetapi untuk membuktikan, bahwa dunia itu akan
menjadi kenyataan.
Chirri: Adanya dunia masa depan tak dapat
dibuktikan secara langsung dan empiris. Hal itu di luar lingkungan
penglihatan atau pengertian dan pengalaman kita.
Hal itu adalah suatu masa depan yang tidak
berhubungan dengan masa kita sekarang. Kenyataan dan bukti langsung pada
masa depan yang demikian adalah tidak ada, tetapi kenyataan (bukti)
secara tidak langsung pada masa depan itu ada.
Nabi-nabi dari Tuhan telah meramalkan dunia masa
depan, dan kita boleh percaya pada penjelasan-penjelasan mereka.
Bukti-bukti kebenaran nabi-nabi itu adalah bukti yang tidak langsung
mengenai Hari Akhirat.
Kita boleh percaya pada pernyataan-pernyataan
seorang nabi seperti Muhammad, sebab kenabiannya disokong oleh
bukti-bukti nyata. Seorang nabi tidak menyesatkan rakyat, juga tidak
akan menerangkan yang salah kepada mereka.
Kita harus menerima pernyataan-pernyataannya
tentang masa depan sama seperti kita menerima pernyataannya tentang masa
kini. Untuk menerima kenabiannya, dan meragukan penjelasannya merupakan
suatu hal yang bertentangan.Oleh karena itu kedua-duanya harus
diterima.
Wilson: Pentingkah bab kepercayaan dan iman kepada Hari Akhirat dalam Islam menurut al-Qur'an?
Chirri: Dalam banyak pelajaran-pelajaran dari Kitab
Suci al-Qur'an, iman dan kepercayaan pada Hari Akhirat diletakkan
setelah iman dan kepercayaan pada Tuhan, hal ini menunjukkan bahwa iman
dan kepercayaan pada Hari Akhirat adalah lebih penting dari pada setiap
masalah-masalah atau bab yang lain dari kepercayaan Islam setelah
beriman kepada Tuhan:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen dan Shabiin, yaitu
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan mengerjakan
perbuatan baik, mereka akan memperoleh pahala dari Tuhannya; mereka
tidak merasa ketakutan dan tidak menaruh dukacita." (Qs. Al-Baqarah [2]:
62: 5: 60).
"Mereka beriman kepada Tuhan dan hari kemudian,
mereka menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang berbuat yang salah
dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka itulah yang termasuk orang-orang
yang baik." (Qs. Ali Imran [3]: 114)
Wilson: Muhammad telah memberitahukan kepada
manusia tentang Hari Kiamat. Penjelasannya jelas dan positif. Yesus,
sebelum dia, menganjurkan beberapa penjelasan tentang masalah ini.
Musa nampaknya diam dalam hal ini. Hal ini
menimbulkan pertanyaan: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini di
dalam kitab Musa adalah membingungkan. Bila azas (doktrin) pembangkitan
adalah sangat penting, hal itu akan diberikan juga pada Musa,
sebagaimana yang terdapat pada Muhammad dan Yesus.
Chirri: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini
pada kitab Musa tidak berarti bahwa Tuhan tidak memberikan padanya
penjelasan tentang Hari Kiamat (Akhirat), juga hal itu membuktikan bahwa
Musa tidak pernah memberitahukan pada rakyatnya tentang hidup di masa
akan datang.
Lima kitab-kitab Musa barangkali telah mengalami beberapa perubahan-perubahan (distorsi) dan penghapusan.
Kitab Suci Qur'an memberitahukan pada kita bahwa Musa telah berbicara tentang Hari Kiamat (Akhirat).
"Dan seorang yang beriman itu (pada pesan dari
Musa) berkata: Hai Kaumku! Turutlah aku! Kamu akan kupimpin kepada jalan
kebenaran. Hai kaumku! Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan
sementara, dan akhirat itulah kampung yang kekal." (Qs. al-Mu’min
*40+:38-39)
"Dan Musa memilih tujuh puluh orang laki-laki dari
kaumnya untuk perjanjian (pertemuan) Kami. Dan ketika mereka digoncang
gempa bumi, dia mengatakan: Wahai Tuhanku! Kalau Engkau menghendaki,
Engkau binasakan sajalah mereka dan aku sebelum ini! Apakah Engkau
hendak membinasakan kami, karena perbuatan orang-orang yang bodoh
diantara kami? Hal ini adalah ujian Engkau, akan menyesatkan siapa yang
Engkau kehendaki dan memimpin siapa yang Engkau sukai. Engkaulah
Pemimpin kami! Sebab itu, ampunilah kami, dan berilah kami rahmat, dan
Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya. Dan tuliskanlah untuk kami
kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali kepada
Engkau. Tuhan mengatakan: Siksaku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki, dan RahmatKu meliputi segala sesuatu, sebab itu akan Aku
tuliskan rahmat, untuk mereka yang bertakwa, mereka yang membayar zakat
dan yang mempercayai keterangan-keterangan Kami." (Qs. al-A’raf *7+:
155-156)
Kitab Suci Qur'an juga memberitahukan kepada kita
bahwa Nabi Ibrahim telah berbicara dengan jelas tentang Hari Akhirat,
dan bahwa dia meminta pada Tuhan untuk menunjukkan padanya bagaimana Dia
menghidupkan yang telah mati:
"Dan ketika Ibrahim berkata: Tuhanku! Perlihatkan
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati! Kata Tuhan: Tidaklah
engkau percaya? Kata Ibrahim: Percaya, tetapi untuk menenteramkan
hatiku." (Qs. Ali Imran [2]:260)
Wilson: Anda telah menerangkan bahwa Islam
mengajarkan bahwa setiap manusia, pada suatu hari yang telah ditentukan
dan hanya diketahui oleh Tuhan akan dibangkitkan kembali. Hari itu
adalah hari pengadilan. Sekarang, bolehkah saya bertanya tentang masa
yang panjang yang memisahkan hidup (kehidupan) kita ini dari Hari
Akhirat?
Apakah manusia melanjutkan hidup, dalam beberapa
bentuk, setelah dia meninggal sampai Hari Pengadilan? Adakah pernyataan
yang jelas dalam al-Qur'an tentang kehidupan kita atau kematian,
kemudian terhadap kematian kita dan sebelum dibangkitkan?
Chirri: Jiwa manusia, sesuai dengan ajaran Islam,
tidak akan dilenyapkan (dimatikan) oleh kematian. Jiwa itu akan
melanjutkan hidup terus melalui periode yang panjang yang memisahkan
kematian jasmani kita dari hari pembangkitan kita, dan hidup yang
demikian dikehendaki untuk pembangkitan.
Kita tidak dapat memikirkan pembangkitan manusia
bila hidupnya akan sama sekali diakhiri oleh kematian. Pembangkitan
berarti membangkitkan orang yang mati menjadi orang yang hidup kembali.
Bila hidup berhenti setelah kematian, maka tidak akan ada cara untuk
membangkitkan kembali orang yang sama.
Tujuan Hari Akhirat adalah untuk memberi ganjaran
bagi yang berbuat baik dan menghajar yang berbuat jelek. Seseorang yang
diciptakan pada Hari Pengadilan tidak akan sama dengan orang yang hidup
sebelumnya. Dia tidak akan menerima suatu ganjaran dan juga suatu
hajaran, sebab dia tidak sama dengan yang hidup sebelumnya, juga dia
tidak melakukan baik atau jelek.
Jadi, kita harus mengerti semua pesan-pesan Qur'an, yang bertalian dengan Hari Akhirat, bahwa manusia akan tetap hidup.
Mengenai Hari Pengadilan, Kitab Suci Al-Qur'an adalah jelas mengenai masalah ini:
"Janganlah kamu katakan orang-orang yang terbunuh
di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu orang-orang hidup, sayang
kamu tidak mengerti." (Qs. Al-Baqarah [2]:154)
"Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang
terbunuh di jalan Allah itu! Tidak! Mereka itu hidup, mereka mendapat
rezeki dari sisi Tuhan. Mereka gembira karena kurnia yang telah
diberikan Tuhan kepada mereka, dan mereka merasa girang terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka, bahwa mereka tiada
merasa takut dan tidak pula menanggung duka cita. Mereka girang karena
kurnia dan pemberian Tuhan. Dan sesungguhnya Tuhan itu tidak akan
menghilangkan pahala orang-orang yang beriman." (Qs. Ali Imran [3]:
169-171)
Wilson: Orang-orang yang menyetujui azab Hari
Akhirat berbeda dalam beberapa hal penting: beberapa di antara mereka
percaya bahwa hidup di Hari Akhirat hanya spiritualnya dan yang lain
percaya bahwa hidup manusia pada Hari Pembangkitan akan hidup baik
fisiknya maupun ruhnya. Bagaimana pandangan Islam mengenai masalah ini?
Chirri: Ajaran Islam sangat jelas tentang masalah
ini. Manusia akan dibangkitkan kembali hidup pada Hari Pengadilan baik
fisiknya ataupun rohaninya. Wujud manusia tidak hanya berdimensi rohani.
Penciptaan kembali manusia memerlukan kedua-dua
badan (fisik) dan jiwa (ruh); kalau tidak, ia namanya malaikat dan bukan
manusia.
Ada alasan-alasan lain untuk berpendapat tentang
pembangkitan keduanya baik, fisik dan juga jiwa: Konsep pembangkitan
tidak dapat dimengerti atau dilaksanakan tanpa membentuk kembali badan
manusia itu. Karena manusia akan melanjutkan hidup ruhnya setelah
kematiannya, pembangkitannya tidak dapat diartikan menciptakan kembali
ruhnya sebab ruhnya tidak mati. Jadi, kehidupan ruh itu sendiri pada
Hari Kiamat tidak dapat dikatakan pembangkitan, sebab hal itu tidak
menambah sesuatu terhadap hidup dari seseorang yang telah melanjutkan
didalam bentuk spiritual.
Pembangkitan hanya dapat dimengerti oleh
menciptakan wujud lagi. Ini maksudnya pembangunan kembali badan yang
sudah bercerai-berai dan menyatukan kembali dengan jiwa yang masih ada.
Bahasa Qur'an sangat jelas dalam masalah ini dan tidak menerima setiap
perbedaan penafsiran:
"Dan sangkakala ditiup, ketika itu lihatlah mereka
bangun dari kubur, dan segera datang, kepada Tuhannya. Mereka akan
berkata: Ah, nasib kami! Siapakah yang membangunkan kami dari tempat
tidur kami? (Ada suara yang menyahut): Inilah dia yang dijanjikan oleh
Tuhan Yang Pemurah, dan benarlah perkataan-perkataan Rasul-rasul!
(Yang terdengar) hanyalah satu suara keras, dan
ketika itu lihatlah, mereka semuanya dibawa ke hadapan kami." (Qs. Yasin
[36]: 51-53)
"Sebab itu, berpalinglah engkau dari mereka! Di
hari orang yang menyeru memanggil (mereka) kepada sesuatu yang tiada
menyenangkan. Pemandangan mereka menekur ke bawah, mereka dikeluarkan
dari kubur bagai belalang yang beterbangan. Dengan cepat mereka datang
kepada orang yang memanggil. Orang-orang yang tiada beriman itu berkata:
Inilah hari yang penuh kesulitan!" (Qs. al-Qamar [54]: 6-8)
Wilson: Konsep pembangkitan yang berhubungan dengan
fisik sarat dengan isykalan dan objeksi; Sekiranya seorang kanibal
(orang yang makan orang) memakan badan seorang. Badan yang dimakan akan
dijadikan satu dengan badan yang memakan. Bila badan atau jasmani
dibangkitkan pada hari pengadilan, hal itu tidak akan mungkin untuk
mengupas atau memutuskan apakah badan itu milik yang makan atau yang
dimakan. Sekiranya badan seorang dimakan oleh seekor burung atau
binatang. Badan yang memakan akan menjadi satu dengan badan yang
dimakan.
Apa yang akan dibangkitkan pada Hari Kebangkitan (resurrection)? Apakah burung dan binatang atau badan manusia?
Chirri: Tidak ada makanan yang akan menjadi satu
dengan badan yang memakan, dan pembangkitan tidak membutuhkan adanya
semua elemen-elemen (unsur-unsur) dari badan. Selama zat atau beberapa
zat dari badan tinggal tidak menjadi satu dengan badan yang memakan,
pembentukan kembali dari masing-masing badan akan mungkin.
Selanjutnya, Tuhan mempunyai kekuasaan terhadap
segala sesuatu. Dia kuasa membedakan antara bagian-bagian asli dari
badan pemakan dan apa yang dijadikan satu dengan itu dari badan lain.
Dia dapat memisahkan dan membentuk kembali dua badan yang terpisah.
Sekiranya pemisahan tidak mungkin terjadi, Tuhan
dapat menciptakan suatu badan dari elemen-elemen yang berbeda lain dari
pada yang hilang dan menyatukan badan yang diciptakan dengan jiwa
manusia pada Hari Pengadilan.
Wilson: Beberapa Agama mengajarkan bahwa nyawa
manusia adalah tunggal dan tidak dapat dibagi, dan beberapa filosof
menyetujui pandangan ini. Apakah Islam mengajarkan hal yang sama atau
Islam mempunyai ajaran yang berbeda mengenai hal ini?
Chirri: Al-Qur'an diam dalam masalah ini (tidak
membahasnya, AK). Al-Qur’an tidak membenarkan juga tidak menyangkal
ketunggalan, tidak terbaginya atau tidak dapat diubahnya nyawa manusia.
Juga tidak menyatakan bahwa nyawa manusia adalah suatu zat atau bahwa
hal itu adalah jasmani atau bukan jasmani. Qur'an benar-benar diam dalam
semua dari segi ini, dan Qur'an menghentikan semua
pertanyaan-pertanyaan ini.
Hal itu berada di luar ilmu pengetahuan manusia dan
jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan memuaskan
maksud beragama.
Dari Kitab Suci Qur'an: "Mereka bertanya kepada
engkau tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan, dan kepada
kamu hanyalah sedikit diberikan pengetahuan tentang ruh itu." (Qs.
al-Israa [17]: 85)
Wilson: Beberapa agama mengajarkan bahwa ruh
manusia setelah mati akan menempati seorang anak yang haru dilahirkan
atau akan menempati badan dari beberapa binatang. Apakah Islam
menyetujui konsep reinkarnasi?
Chirri: Kitab Suci al-Qur'an dengan jelas menolak
konsep reinkarnasi. Ruh manusia, meninggalkan badan pada saat mati dan
tidak akan dibiarkan hidup kembali ke dunia ini melalui bentuk lain.
Dari kitab suci Qur'an: "Ketika kematian telah
datang kepada seseorang di antara mereka, dia berkata: Wahai Tuhanku!
Kembalikanlah aku (hidup)! Supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang
telah aku tinggalkan itu. Jangan! Sesungguhnya perkataan itu hanya
sekedar dapat diucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang
membatasi sampai hari mereka dibangkitkan." (Qs. al-Mu’minun *23+:
99-100)
Dengan demikian, kitab suci Qur'an menyatakan bahwa
ruh manusia tidak akan hidup dua kali di dunia ini, dengan demikian ruh
itu tidak akan dibiarkan menempati badan hidup yang lain, baik manusia
ataupun bukan manusia. Beberapa kenyataan faktual mendukung ajaran ini.
Bila ruh manusia menempati badan-badan manusia yang baru, maka tidak
akan menambah kepadatan penduduk, sebab ruh seseorang dapat menempati
hanya satu badan. Kepadatan penduduk pada abad yang lalu sekitar satu
milyar. Sekarang sekitar tiga milyar (sekarang kurang lebih 6 miliar,
AK). Bagaimana kita dapat bertambah dua miliar bila tidak ada ruh-ruh
baru diciptakan. Sesungguhnya bila konsep reinkarnasi adalah benar
adanya, jumlah penduduk tidak akan lebih dari dua orang, sebab pada
mulanya hanya ada dua ruh manusia yaitu Adam dan Hawa.
Dialog Ke-20
Perintah dan Larangan dalam Islam
Wilson: Baik agama Kristen dan Yahudi mendakwahkan
Sepuluh Perintah yang diwahyukan kepada Musa dan hal ini tercatat dalam
Perjanjian Lama. Apakah Islam juga memiliki perintah-perintah dan apakah
perintah-perintah tersebut sama atau serupa?
Chirri: Sepuluh Perintah hanyalah bagian kecil dari perintah-titah al-Qur’an.
Islam menitahkan para pengikutnya untuk menjauhi
banyak hal. Beberapa dari perintah tersebut adalah haram lantaran
bertentangan dengan doktrin-doktrin yang harus diyakini oleh seorang
Muslim. Beberapa dari perintah tersebut dilarang (haram) lantaran
bersifat tidak bermoral atau tidak etis atau tidak sehat atau hal
tersebut melambangkan pembangkangan terhadap tugas-tugas ritual.
Larangan-larangan ini dipandang dalam Islam sebagai perintah-perintah,
melanggar larangan ini bermakna perbuatan dosa. Seorang Muslim dilarang
untuk:
1. Menisbatkan seorang sekutu atau mitra bagi Tuhan:
“Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping
Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).”
(Qs. Al-Isra [17]:22)
2. Mengingkari diturunkannya wahyu Ilahi kepada para nabi-Nya.
3. Mengingkari setiap nabi yang diperkenalkan
al-Qur’an, seperti Yesus, Musa, Ibrahim, Nuh. Pengingkaran terhadap 4.
wahyu atau setiap nabi yang diperkenalkan oleh al-Qur’an bermakna
pengingkaran terhadap Islam.
5. Merasa aman dari azab Allah:
“Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang
tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi.” (Qs. Al-A’raf *7+:99)
5. Berputus asa dari rahmat Allah:
“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.” (Qs. Yusuf [12]:87)
6. Bersumpah palsu atas nama Allah:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? orang-orang itu
bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan
mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui.
Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, Sesungguhnya
Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-Mujadilah
[58]:14-15)
7. Memutuskan perjanjian dengan sengaja :
“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu
berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat.” (Qs. An-Nahl [16]:91)
8. Membunuh manusia dengan sengaja:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan
Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Qs. Al-Israa [17]:33)
Nabi bersabda: “Jiwa dan hartamu adalah suci dan
tak terlanggar di antara kalian, hingga kalian berdiri di hadapan Tuhan
kalian.”
9. Berkhianat kepada bangsanya sendiri.
10. Membantu mengalahkan bangsanya secara militir
dengan membelakangi (mundur) ketika bangsa membela diri dalam menghadapi
agresi musuh:
“Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di
waktu itu, kecuali berbelok untuk (bersiasat) perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu
kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka
Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.” (Qs. An-Nahl [8]:16)
11. Mencuri.
12. Berlaku curang dalam mengukur atau menimbang atau menjual atau membeli:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka kurangi.” (Qs. Al-Muthaffifin [83]:1-3)
13. Menggunakan harta anak yatim bukan untuk kepentingan anak yatim tersebut.
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim,
kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.” (Qs. Al-Israa [17]:34)
14. Menghina kedua orang tuanya sendiri:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan
yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Qs. Al-Israa
[17]:23-24)
15. Berzina:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
(Qs. Al-Israa [17]:32)
16. Menyebarkan skandal, khususnya wanita:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (Qs. An-Nur [24]19)
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang
baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat
di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari
(ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan
memberi mereka Balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah
mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala
sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).” (Qs. An-Nur [24]:23-25)
17. Memata-matai orang lain bukan untuk keperluan melindungi bangsa atau diri sendiri.
18. Menggunjing orang lain, menceritakan kepada orang yang tidak mengetahui beberapa hal yang memalukan.
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. (Qs. Al-Hujurat [49]:12)
19. Berjudi
20. Meminum minuman keras:
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya Allah
akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat
oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut
kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang
melanggar batas sesudah itu, Maka baginya azab yang pedih.” (Qs.
Al-Maidah [5]:93-94)
21. Memakan babi atau setiap produk yang mengandung babi.
22. Memakan atau meminum darah (Hal ini tidak termasuk transfusi darah untuk kebutuhan)
23. Memakan daging seekor hewan yang mati dengan
sendirinya (tanpa disembelih) atau daging hewan yang tidak disebut nama
Allah tatkala disembelih:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. (Qs. Al-Baqarah [2]:173)
24. Berdusta dengan sengaja atau bersaksi palsu atau mendustakan firman Allah Swt dengan sengaja:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan,
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka Itulah orang-orang pendusta.” (Qs. An-Nahl [16]:105)
25. Menyembunyikan persaksian ketika diminta untuk bersaksi dalam sebuah sidang pengadilan:
“Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia
adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah [2]:283)
26. Dengan sengaja menumpuk dan menimbun barang-barang yang dibutuhkan masyarakat.
27. Menyebarkan kebencian dengan menyampaikan kata-kata cela dan keji kepada seseorang:
“Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak
bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur
fitnah. Yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas
lagi banyak dosa. Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal
kejahatannya.” (Qs. Al-Qalam [68]:10-13)
28. Melanggar wasiat orang yang meninggal:
“Maka Barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah
ia mendengarnya, Maka Sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang
mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(Qs. Al-Baqarah [2]:181)
29. Menindas manusia.
30. Membantu penindasan:
“Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram (pada
peristiwa Hudaibiyah), mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."
(Qs. Al-Maidah [5]:2)
31. Bersikap angkuh dan pongah, memandang rendah orang-orang:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (Qs. Luqman [31]:18)
32. Iri dan dengki, menghendaki kecelakaan seseorang:
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang
menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang
sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki
bila ia dengki." (Qs. Al-Falaq [113]:1-5)
33. Memutuskan kekerabatan dan tali silaturahmi tanpa alasan yang benar:
“Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?”
(Qs. Muhammad [47]:22)
34. Melalaikan shalat lima waktu.
35. Berbuka puasa pada siang hari di bulan Ramadhan tanpa alasan yang sah.
36. Menahan zakat yang menjadi saham orang-orang miskin.
37. Mengabaikan kewajiban berziarah ke Mekkah yang
harus dilakukan sekali dalam seumur hidup bagi setiap orang yang mampu
secara fisik dan finansial.
38. Mengabaikan tugas amar makruf dan nahi mungkar.
Lima yang terakhir dipandang sebagai dosa-dosa
besar, lantaran shalat, puasa, membayar zakat, haji dan beramar makruf
dan nahi mungkar merupakan kewajiban Qur’ani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar