Rabu, 17 Juni 2020

KAPAN SUATU PERBUATAN BAIK DISEBUT MA'RUF ?





KAPAN SUATU PERBUATAN BAIK DISEBUT MA'RUF ?



متى يكون المعروف معروفا؟


رُوِيَ عن الامام جعفر بن محمد الصادق عليه السلام أنَّهُ قال: "الْمَعْرُوفُ ابْتِدَاءٌ، وَ أَمَّا مَنْ أَعْطَيْتَهُ بَعْدَ الْمَسْأَلَةِ فَإِنَّمَا كَافَيْتَهُ بِمَا بَذَلَ لَكَ مِنْ وَجْهِهِ، يَبِيتُ لَيْلَتَهُ أَرِقاً مُتَمَلْمِلًا، يَمْثُلُ بَيْنَ الرَّجَاءِ وَ الْيَأْسِ‏، لَا يَدْرِي أَيْنَ يَتَوَجَّهُ لِحَاجَتِهِ، ثُمَّ يَعْزِمُ بِالْقَصْدِ لَهَا فَيَأْتِيكَ وَ قَلْبُهُ يَرْجُفُ وَ فَرَائِصُهُ تُرْعَدُ، قَدْ تَرَى دَمَهُ فِي وَجْهِهِ. لَا يَدْرِي أَ يَرْجِعُ بِكَأْبَةٍ أَمْ بِفَرَحٍ".


الكافي: 4 /23، للشيخ أبي جعفر محمد بن يعقوب بن إسحاق الكُليني، المُلَقَّب بثقة الإسلام، المتوفى سنة: 329 هجرية، طبعة دار الكتب الإسلامية، سنة: 1365 هجرية/شمسية، طهران/إيران.


Kapan suatu perbuatan baik disebut ma'ruf ?


Diriwayatkan dari Imam Ja'far Shodiq as, bahwa beliau bersabda, 
"Yang disebut sebagai "ma'ruf" ialah kebaikan (pemberian) yang diberikan tanpa diminta. Adapun yang Anda berikan setelah datangnya permintaan maka itu adalah pemenuhan (imbalan untuk) air muka (kehormatan/harga diri) yang telah ia pertaruhkan di hadapanmu. 
Dia lewatkan malamnya tanpa tidur dan dengan kegelisahan di atas kasur; tergagap diantara harapan dan keputusasaan; tanpa tahu ke mana mesti pergi untuk memenuhi hajat/kebutuhannya. 
Kemudian (pada akhirnya) dia mengambil keputusan demi hajatnya itu. Maka dia mendatangimu, sementara hatinya berdetak kencang, dan sendi-sendi tubuhnya bergetar. 
Bisa jadi kamu akan melihat (warna) darah pada wajahnya. Dia tidak tahu apakah akan kembali dengan sedih dan galau; ataukah dengan senang dan gembira."


(📚Al-Kafi 4/23.)


Keterangan :


Dalam hadis ini Imam Shodiq as membagi perbuatan baik kepada dua macam. Dalam hal ini, yang beliau tampilkan ialah perbuatan baik berupa pemberian kepada orang lain. 


Dua macam amal baik ini, yang pertama adalah pemberian tanpa permintaan. Inilah yang beliau sebut sebagai perbuatan "ma'ruf". Ketika seseorang memberi sesuatu kepada orang lain, baik uang atau makanan, pakaian, dan yang semacamnya, tanpa orang tersebut meminta, maka yang demikian ini beliau golongkan sebagai "ma'ruf".


Sedangkan pemberian yang dilakukan setelah seseorang memintanya, maka meskipun yang demikian ini merupakan perbuatan baik, namun, menurut Imam Shadiq as, dia bukan "ma'ruf"; atau yang pasti dia tidak sederajat (lebih rendah) nilainya dengan yang pertama itu.


Mengapa demikian?


Karena pemberian yang kedua ini dilakukan setelah adanya permintaan. Imam Ja'far as menggambarkan perjuangan orang yang akan meminta bantuan kepada orang lain ini dengan sangat bagus dan pas; sehingga kita bisa membayangkan dan merasakannya jika hal itu terjadi pada diri kita. 


Ada beberapa hadis lain yang senada dengan hadis ini. Menunjukkan bahwa betapa tingginya nilai, dan tentu saja, pahala pemberian bantuan kepada orang lain, tanpa orang itu bersusah payah, menekan rasa malu, mempertaruhkan harga diri, menghadapi berbagai kemungkinan buruk dan sebagainya.


Hadis ini sekaligus menekankan pentingnya menumbuhkan sensitifitas dan kejelian dalam melihat orang-orang di sekitar kita; siapa diantara mereka yang perlu kita bantu. Lalu kita bantu mereka sebelum mereka memintanya dari kita.

Selasa, 16 Juni 2020

Fitnah-fitnah Terhadap Syiah






BILA KAU KENALI KEBENARAN MAKA KAU AKAN TAU KEPADA SIAPA KAU HARUS BERPIHAK




Menjawab tuduhan dan fitnah dari para pembenci nabi muhammad saww dan ahlulbait as bahwa syiah jika makan tahi imam nya akan masuk syurga.



Waspada terhadap kitab-kitab syiah terjemahan telah banyak yang dipalsukan oleh para pembenci nabi dan ahlulbait as. salah satunya- perihal :



“Syiah makan tahi/kotoran imamnya dijamin masuk surga.”



Yang katanya dinukil dari kitab syiahnya sendiri adalah palsu.



Hal ini senada dengan penuturan tokoh besar ulama syiah ayatullah Sayyid as-Sistani, beliau pernah ditanya mengenai hal ini :




السؤال : 1 – قرأت من صفحة وهابية بأننا نجيز شرب بول الأئمة الأطهار وأن ذلك من موجبات الجنة ؟




الجواب : 1 – هذا كذب وافتراء نعوذ بالله منه



“Persoalan 1. Aku pernah membaca tulisan dari Wahabi bahwa kita boleh meminum kencing para Imam suci dan hal itu akan memasukkan kita ke dalam surga? Lalu beliau menjawab : 1. Hal itu dusta dan mengada-ada, kita berlindung kepada Allah swt darinya.” 

[al-Istifta’at, Sayyid as-Sistani hal 554 persoalan no 2196]



Berikut ini saya kutipkan buktinya pada 1 sumber yang sama dari kitabul anwar wilayah rasul, Bab Thaharah, halaman +440, karangan Zainal Abidin, baik dari kitab syiah yang asli maupun dari kitab syiah terjemahan yang dipalsukan. Dibawah ini pernyataan asli sebelum dirubah oleh tangan-tangan jahil :




ﺍﻟﻬﻴﺌﺔ ﻟﺪﻳﻬﺎ ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻢ ﺃﻛﻦ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺃﻱ ﺷﻲﺀ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﻨﺒﻌﺚ ﻣﻨﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﻨﻔﻂ ﻋﺪﺩ ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﻮﺏ، ﻻ ﻳﺘﻌﺮﺿﻮﻥ ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺑﺖ ﺍﻟﻨﺠﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﻣﻦ ﻧﻌﻢ ﻫﻮ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺗﻨﻘﻴﺔ ﻫﺪﺍﺱ ﻫﺪﺍﺱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ، ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﺤﻴﺚ ﺟﺴﺪﻩ ﻳﺒﻘﻰ ﺍﻟﻤﻘﺪﺳﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻄﻘﻮﺱ



“Tubuh Imam tidak memiliki bau apa – apa melainkan baunya seperti minyak misk, para imam tidak terkena najis sedikitpun dari kotorannya selain ia selalu mensucikannya secara hadas besar maupun hadas kecil, para imam selalu melakukan wudhu sehingga tubuhnya tetap suci dari hadas.“



Sedangkan dibawah ini pernyataan hasil modifikasi oleh tangan – tangan jahil dan para pembenci ahlulbait as :




ليس في بول الأئمة وغائطهم استخباث ولا نتن ولا قذارة بل هما كالمسك الأذفر، بل من شرب بولهم وغائطهم ودمهم يحرم الله عليه النار واستوجب دخول الجنة



“Kencing dan tinja para imam bukanlah sesuatu yang menjijikkan, tidak berbau busuk, tidak pula termasuk kotoran. Bahkan keduanya bagaikan misik yang sangat harum. Barangsiapa yang meminum kencing, tinja, dan darah mereka, Allah akan haramkan padanya api neraka dan wajib baginya masuk surga.”



Kitab dari mazhab syiah dipalsu kan agar dikecam,agar dituduh kafir.bidah dll....Tetapi ternyata hal seperti itu terdapat pada sejumlah hadits referensi sunni yang shahih, nah lho?



Beberapa diantaranya :




ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻮَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻨَﺨَّﻢَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻧُﺨَﺎﻣَﺔً ﺇِﻻَّ ﻭَﻗَﻌَﺖْ ﻓِﻰ ﻛَﻒِّ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﺪَﻟَﻚَ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﺟِﻠْﺪَﻩُ



Miswar dan Marwan berkata : 

‘Demi Allah Setiap Rasulullah SAW berdahak, pasti dahak beliau jatuh ke tangan salah seorang sahabat, lalu ia gosokkan ke wajah dan kulitnya.' 

[HR Bukhari, No 70 dan 2731]




‏( ﻋﻦ ﺃَﺑِﻰ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﺑِﻼَﻝٍ ‏) ﺛُﻢَّ ﺩَﻋَﺎ ﺑِﻘَﺪَﺡٍ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﺎﺀٌ ﻓَﻐَﺴَﻞَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻓِﻴﻪِ ، ﻭَﻣَﺞَّ ﻓِﻴﻪِ ، ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺍﺷْﺮَﺑَﺎ ﻣِﻨْﻪُ ، ﻭَﺃَﻓْﺮِﻏَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮﻫِﻜُﻤَﺎ ﻭَﻧُﺤُﻮﺭِﻛُﻤَﺎ ، ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮَﺍ ‏» . ﻓَﺄَﺧَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘَﺪَﺡَ ﻓَﻔَﻌَﻼَ ‏



“Rasulullah SAW menyuruh kepada Abu Musa dan Bilal untuk mengambil tempat air, lalu beliau membasuh kedua tangan dan wajahnya serta memuntahkan air kumur ke wadah tersebut dan beliau bersabda: ‘Minumlah oleh kalian, siramkan ke wajah dan leher kalian, dan berbahagialah!’ Kemudian dua sahabat itu melakukannya.” 

[HR Bukhari No. 4328; Muslim, No. 6561]




ﻭَﺍﻟْﻐَﺮَﺽ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺇِﻳﺠَﺎﺩ ﺍﻟْﺒَﺮَﻛَﺔ ﺑِﺮِﻳﻘِﻪِ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙ ‏



al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Tujuan diatas karena ludah Rasulullah yang mengandung berkah.” 

[Ibnu Hajar, Fath al-Baari, 1/300]




ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻗَﺎﻝَ ﺩَﺧَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﻓَﻌَﺮِﻕَ ﻭَﺟَﺎﺀَﺕْ ﺃُﻣِّﻰ ﺑِﻘَﺎﺭُﻭﺭَﺓٍ ﻓَﺠَﻌَﻠَﺖْ ﺗَﺴْﻠُﺖُ ﺍﻟْﻌَﺮَﻕَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏« ﻳَﺎ ﺃُﻡَّ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺗَﺼْﻨَﻌِﻴﻦَ ‏» . ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻫَﺬَﺍ ﻋَﺮَﻗُﻚَ ﻧَﺠْﻌَﻠُﻪُ ﻓِﻰ ﻃِﻴﺒِﻨَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻃْﻴَﺐِ ﺍﻟﻄِّﻴﺐِ



“Sahabat Ummu Sulaim mengambil keringat Nabi SAW dan menaruhnya ke dalam botol sebagai minyak wangi. Setelah ditanya oleh Rasulullah SAW, Ummu Sulaim menjawab: ‘Ini adalah keringatmu. Kami jadikan minyak wangi kami. Dan keringat itu adalah minyak yang paling harum.’” 

[HR Muslim, No. 6201]




وأخرج الطبراني والبيهقي بسند صحيح عن حكيمة بنت أميمة عن أمها قالت كان للنبي {صلى الله عليه وسلم} قدح من عيدان يبول فيه ويضعه تحت سريره فقام فطلبه فلم يجده فسأل عنه فقال أين القدح قالوا شربته برة خادم أم سلمة التي قدمت معها من أرض الحبشة فقال النبي {صلى الله عليه وسلم} لقد احتظرت من النار بحظار



“Dan telah dikeluarkan Ath Thabrani dan Baihaqi dengan sanad shahih dari Hukaimah binti Umaimah dari Ibunya yang berkata Nabi SAW memiliki bejana dari pelepah kurma yang beliau gunakan untuk buang air kecil pada waktu malam hari di bawah ranjangnya, suatu hari Nabi meminta bekas itu dan tidak menemuinya lalu bertanya: ‘di manakah bejana itu?’ Dia menjawab: ‘Ia diminum oleh Barrah, pembantu Ummu Salamah yang datang bersama dengannya dari tanah Habsyah’ Maka bekata Nabi SAW: ‘Dia telah diharamkan dari api neraka’” 

[Imam as-Suyuthi, Khasa’is al-Kubra, 2/377; ath-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, 24/205, No. 527; al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, 7/67, No. 13184]




وامتص مالك بن سنان والد أبي سعيد الخدري الدم من وجنته صلى الله عليه وسلم حتى أنقاه، فقال: (مُجَّه)، فقال: والله لا أمجه، ثم أدبر يقاتل، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (من أراد أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فلينظر إلى هذا)، فقتل شهيداً.



“Malik bin Sinan ayah Abu Said al-Khudri telah menyedot darah (yang luka) dari pipi Rasulullah SAW sampai menelannya. Nabi SAW bersabda: ‘Ludahkanlah itu’ Malik bin Sinan menjawab: ‘Demi Allah, aku tidak akan meludahkannya’, Kemudian dia berbalik dan berperang. Berkatalah Nabi SAW: ‘Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk surga, hendaklah ia melihat orang ini’, Malik bin Sinan kemudian mati syahid.” 

[Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, hal 219; Ibn Qayyim, Zadul Ma`ad, jilid 3, hal 94]



Sejumlah hadis yang saya paparkan di atas bukanlah maksud saya ingin menghina atau merendahkan mazhab sunni, tidak ada niat saya untuk berbuat demikian.ana selalu menganggap anthum/ukhti semua sebagai saudara ana sendiri.



Hanya saja hal ini sekedar pemberitahuan agar pihak anti syiah serta para pembenci rasulullah saww dan ahlulbait as itu ‘ngaca’ kalau kitab dari mazhab syiah dipalsukan, tapi ternyata hal seperti itu justru terdapat juga pada sejumlah hadis referensi sunni pegangan mereka sendiri, sehingga dengan hal ini bisa menjadi penyadaran bagi mereka untuk lebih memperhatikan, mengurus dan mempelajari mazhabnya sendiri, dari pada sibuk mengobok-ngobok aliran mazhab lain, yang ada bukannya menambah pahala, malah menambah dosa saja?dan antek antek zionis, Amerika, Israel, Wahabi dan sekutunya akan terus menghasut dan mengadu domba sesama muslim agar terpecah belah.kita adalah umat nabi muhammad saww sudah saat nya kita bersatu.



Oh ya, satu lagi jika anda pernah melihat foto atau video ritual pihak syiah yang membawa dan melumuri tubuhnya dengan sesuatu, sesuatu itu hanyalah lumpur dari tanah karbala, bukanlah tahi sang imam seperti yang diberitakan oleh media bayaran pendukung zionis.


Perlu diketahui juga bahwa istilah imam oleh pihak syiah adalah hanya dari mereka yang terdiri dari 12 imam maksum as saja, sehingga penyebutan imam khomeini dan imam Ali khamenei sebagai imam dijaman ini hanya berarti sebagai makna kiasan saja, alias bukan imam syiah yang sesungguhnya. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pengganti imam maksum as untuk sementara waktu dalam keghaiban guna mengisi kekosongan dari imam suci yang ke 12 yang akan datang suatu saat nanti, yaitu imam Muhammad al Mahdi shohibuzzaman as Dan terkait 12 imam maksum ini merekapun mempunyai hujjah dan dalilnya, bahkan diantaranya terdapat juga pada sejumlah hadits shahih sunni perihal kemunculan Imam Mahdi as.





MENJAWAB TUDUHAN KALAU SYIAH MEMPUNYAI 3 SYAHADAT



Jika anda pernah membaca syahadatnya syiah yang kalimatnya lebih dari 3, dengan tambahan isinya melaknat kepada para sahabat dan istri Rasulullah saww maka itu adalah syahadat syiah yang tidak dibenarkan dan itu adalah fitnah yang diciptakan oleh zionis dan para pembenci Nabi muhammad saww dan ahlulbait as.


Karena dalam syahadat syiah yang pernah ada hanya terdapat 3 kalimat saja, yakni dengan penambahan Ali sebagai wali Allah (wa Aliyyan waliyullah), itupun dinyatakan sebagai bid‘ah menurut jumhur. Adapun kalimat syahadat yang dijadikan rujukan oleh syiah adalah sebagaimana yang telah disetujui oleh ijma’ seluruh kaum muslim, yakni hanya terdapat 2 kalimat diawal saja. Begitupun halnya dalam penyebutan Ali sebagai wali Allah pada kumandang adzan dan iqamat syiah dinyatakan juga sebagai bid‘ah


[Kitab Wasail al-Syiah Bab 19 tentang adzan dan iqamah], tapi kalaupun dibenarkan, maka hukum penambahan kalimat tersebut disamakan dengan hukum pendengar adzan yang bershalawat ketika mendengar nama Rasulullah saww disebutkan dalam syahadat [Tahrir Al Wasilah Bab Adzan dan Iqamah], sedangkan yang benar adalah menyebut: ‘hayya alaa khairil amal’, karena pernah diamalkan oleh Rasulullah saww, tapi kemudian dihilangkan penyebutannya oleh khalifah pertama. Hal ini terdapat dari sejumlah riwayat sunni sendiri, misalnya:


١٩٩١- أخبرنا أبو عبد الله الحافظ وأ بو سعيد بن أبي عمرو قالا ثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا يحيى بن أبي طالب ثنا عبد الوهاب بن عطاء ثنا مالك بن أنس عن نافع قال : كان بن عمر يكبر في النداء ثلاثا ويشهد ثلاثا وكان أحيانا إذا قال حي على الفلاح قال على أثرها حي على خير العمل…


“Dengan sanad yang telah sampai kepada Nafi’ yang berkata bahwa Ibn Umar… jika (adzan) mengucapkan hayya alal falah, maka setelahnya ia mengucapkan hayya ala khairil amal…”
[Sunan al-Kubra, al-Baihaqi, jilid 1, hal 792, no 1991; 1992. Muhaqqiq Kitab: Islam Manshur Abdul Hamid berkomentar: “Shahih”]


١٩٩٣ – وأخبرنا محمد بن عبد الله الحافظ أنا أبو بكر بن إسحاق ثنا بشر بن موسى ثنا موسى بن داود ثنا حاتم بن إسماعيل عن جعفر بن محمد عن أبيه أن علي بن الحسين كان يقول في أذانه : إذا قال حي على الفلاح قال حي على خير العمل ويقول هو الأذان الأول


“..Ali bin Husain berkata terkait adzan: ‘Jika telah mengucapkan hayya alal falah, ucapkanlah hayya ala khairil amal. Inilah adzan di masa awal.’” [Sunan al-Kubra, al-Baihaqi, jilid 1, hal 793, no 1993, muhaqqiq Manshur Abd al-Hamid]


Selain 2 riwayat sunni diatas, penyebutan lafal adzan: ‘hayya alaa khairil amaal’ ini juga dapat ditemukan di Sirah Halabiyah jilid 2, hal. 105; Maqaati’l Ath-Thalibin, hal 297; Adz-Dzahabi dalam Mizaan al-I’tidaal jilid 1, hal 139; Lisaan’l-Mizaan jilid 1, hal 268; dan masih banyak lagi. Jadi tidak perlu diributkan lagi.


Terkait 3 kalimat syahadat walaupun dianggap sebagai bid’ah, namun tetap diamalkan sampai sekarang, karena ini termasuk bid’ah hasanah. Lagipula walau Rasulullah saww tidak pernah menyatakan 3 kalimat syahadat, tapi beliau pernah menyatakannya bahkan lebih dari 3 kalimat seperti yang disebutkan pada hadits oleh riwayat Ubadah bin Shamit ra, ia berkata: Rasulullah saww bersabda:


مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ


“Barang siapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah swt, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga dan neraka itu benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” [HR Muslim, No. 149]


Oleh karena hadits tersebut, maka dapat dibenarkan menambahkan 1 atau sejumlah kalimat syahadat yang lain jika kontennya adalah benar. Seperti contohnya menambahkan bahwa al-Qur’an adalah kitabullah. Nah, begitupun dengan sebagian pihak syiah yang berpendapat bolehnya menambah 3 kalimat syahadat, dengan tambahan “Ali adalah Wali Allah”, karena kontennya memang benar bahwa Ali adalah wali Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saww:


إن عليا مني وأنا منه وهو ولي كل مؤمن بعدي


“Sesungguhnya Ali dariku dan aku dari Ali. Ali adalah wali/pemimpin setiap mukmin sesudahku” [Musnad Abu Dawud, jilid 3, hal 111, no 829; Musnad Abu Dawud ath-Thayalisi 1/111, no 829; Musnad Abu Ya’la 1/293, no 355, Shahih Ibnu Hibban, 15/373, no 6929, Mu’jam al-Kabir, ath-Thabrani, 18/128; Shahih Tirmidzi, jilid 5, hal 236, 296; Shahih Ibn Habban, jilid 1, hal 383; Mustadrak al-Hakim, Ma’rifah Ash-Shahabah, jilid 3, hal 110,119; Sunan al-Nasai jilid 5, hal 132, no 8474; Musnad Ahmad, jilid 4, hal 437, No 19426 (No. 3062, 3063)]


Penyebutan Ali sebagai wali Allah juga ada dalam lantunan syair imam Syafi’i:


قَالُوْا تَرَفَّضْتَ قُلْتُ : كَـــلاَّ ***مَا الرَّفْضُ دِيْنِيْ وَلاَ إِعْتِقَادِيْ


لَكِنْ تَوَلَّيْتُ غَيْرَ شَــــكِّ *** خَيْرَ إِمَامٍ وَخَيْرَ هـَـادِي


إِنْ كاَنَ حُبُّ الْوَلِيّ رّفْضاً *** فَإِنَّ رَفْضِيْ إِلَى اْلعِبَــــادِ


“Mereka berkata: ‘Engkau menjadi Syiah Rafidhah.’ Aku berkata: ‘Sekali-kali tidak! Rafidhah bukanlah agama dan keyakinanku. Akan tetapi aku berwala (meyakini sebagai wali) tanpa ragu-ragu kepada sebaik-baik imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk. Jika kecintaanku kepada Wali itu yang disebut rafdh (menolak) Maka sifat penolakanku itu aku tujukan kepada para hamba (yang telah menuduhku).” [Diwan al-Imam al-Syafi’i, hal 58]


Perhatikan syair imam Syafi’i diatas, syair tersebut ditunjukkan khusus kepada Ali bin abi Thalib as. Beliau tidak hanya menyatakan sikapnya untuk berwala atau meyakini Ali bin abi Thalib sebagai wali saja, akan tetapi lebih jauh lagi, beliau lebih mengutamakan Ali dibandingkan siapapun juga dengan menyatakan bahwa Ali adalah sebaik – baiknya imam dan sebaik – baiknya pula pemberi petunjuk kepada kebenaran. Selain itu, lantunan syair diatas juga secara tidak langsung telah membantah tuduhan dusta dari pihak anti syiah pembenci nabi muhammad dan ahlulbait as yang menggenerelisir bahwa imam Syafi’i telah memvonis semua syiah adalah sesat, sekalipun syiah yang hanya sekedar mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat nabi lainnya.


👉Ibnu Hajar berbeda sendiri dengan para ulama lainnya dalam mengartikan istilah rafidhah. Jika para ulama lainnya mengartikan rafidhah sebagai aliran syiah yang melaknat para sahabat nabi, maka ibnu Hajar yang dalam kitabnya Hady as-Sari Muqaddimah Fathil Bari, 1/460 mengartikan bahwa rafidhah artinya orang – orang yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tentu saja hal tersebut bergesekan dengan pandangan imam syafi’i pada lantunan syairnya diatas yang lebih mengutamakan Ali bin abi Thalib. Bukan hanya imam Syafi’i saja, banyak juga riwayat tentang pengutamaan Imam ali bin abithalib as:


Ibnu Abbas ra. berkata:


كانَ و اللهِ عَلَمَ الهُدَى و كهْفَ التُقَى… خيرَ مَنْ آمَنَ و اتَقَى، و أفْضَلَ مَنْ تقَمَّصَ و ارتدَى، و أبَرَّ مَنْ اتعَلَ وَ سَعَى… , هُوَ أبو السبطَيْنِ، فَهَلْ يُقارِنُهُ بَشَرٌ؟! … فَعلى مَن اتقَصَهُ لَعْنَةُ اللهِ و العبادِ إلى يومِ التنادِ


“Demi Allah, Ali adalah panji petunjuk, hidayah, gua ketaqwaan.. Dia sebaik-baik orang yang beriman dan bertaqwa, paling afdhal, utamanya orang yang bergamis dan memakai rida’, paling baktinya orang yang bersandal dan berjalan.. Dia adalah ayah bagi kedua cucu (Nabi Muhammad saww), lalu adakah yang menandinginya?! Maka atas orang yang melecehkannya kutukan Allah swtdan kutukan hamba hingga hari kiamat.” [Murûj adz-Dzahab, 3/63]


Sahabat Rasulullah saww, yakni Jabir bin Abdillah, pernyataannya lebih tajam:


حدثنا إبراهيم بن نصر العنبري ثنا يوسف بن عيسى ثنا الفضل بن موسى عن شريك عن عثمان بن أبى زرعة عن سالم بن أبى الجعد قال سئل جابر بن عبد الله عن على فقال ذاك خير البشر من شك فيه فقد كفر


“Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Nashr al-Anbari yang berkata, telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, yang berkata telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Musa, dari Syarik dari Utsman bin Abi Zur’ah, dari Salim bin Abil Ja’d, yang berkata: ‘aku bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang Ali’, maka Beliau menjawab: ‘Dia adalah manusia terbaik, siapa yang meragukannya sungguh telah kufur’.” [Ibnu Hibban, ats-Tsiqat, jilid 9, no. 16440]


Kemudian terdapat juga sejumlah kutipan dari para tokoh besar ulama sunni, seperti oleh Ibnu Hazm al-Andalusi yang juga penulis Sirah Nabawiyah abad 5 H:


و قَدْ روينَا هذا القولَ نَصًّا عَنْ بَعْضِ الصحابَةِ (رضيَ اللهُ عنهم) و عن جماعَةٍ منَ التابعينَ و الفقهاءِ…و روينا عن نَحوِ عشرين من الصحابة أنَّ أكرمَ الناسِ على الله و رسولهِ عليًّ بنُ أبي طالبٍ.


“Dan telah kami riwayatkan pendapat ini seraca tegas dari sebagian sahabat ra dan sekelompok tabi’in dan fukaha (ahli fikih)…Kami telah meriwayatkan dari kurang lebih dua puluh sahabat pendapat bahwa paling utamanya manusia di sisi Allah dan Rasul-Nya adalah Ali ibn Abi Thalib ra.” [Ibnu Hazm, al-Fishal fi al-Milal wa an-Nihal, 4/111]


Bahkan, Ibnu Hajar menyebutkan sebuah hadits dari Aisyah yang mengakui bahwa Ali lebih dicintai Nabi ketimbang Abu Bakar, ayahnya sendiri. Hadits itu diakui keshahihannya oleh Ibnu Hajar. Ibnu Hajar berkata: ‘Ahmad, Abu Daud dan an Nasa’i meriwayatkan, dan ia menshahihkannya dengan sanad dari Nu’man ibn Basyir, ia berkata, ‘Abu Bakar meminta izin masuk ke rumah Nabi Muhammad saww, lalu ia mendengar suara keras Aisyah, ia sedang mengangkat suaranya seraya berkata:


لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّ علِيًّا أَحَبُّ إليكَ مِنْ أبي


“Aku benar-benar telah tahu bahwa Ali lebih engkau cintai ketimbang ayahku.” [Ibnu Hajar Al Asqolani , Fathu al-Bâri, 14/158]


Ibn Abd al-Barr, ketika membahas biografi Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata:


وروى عن سلمان وأبى ذر والمقداد وخباب وجابر وأبى سعيد الخدرى وزيد بن الأرقم أن على بن ابى طالب رضى الله عنه أول من أسلم وفضله هؤلاء على غيره


“Dari Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Sa’id al– Khudri dan Zaid bin al-Arqam bahwa imam Ali bin Abi Thalib as orang yang pertama masuk Islam dan mereka mengutamakan ‘Ali dibanding (sahabat) yang lain.” [Ibn Abd al-Barr, al-Isti’ab fi ma’rifah al-shahabah, tahqiq: M Ali al-Bajawi, jilid 3, no 1855, hal 1090]


Ibn ‘Abd Al-Barr membahas biografi sahabat pada no. 3054 yang bernama Amir bin Watsilah dengan kuniyah Abu Thufail, ia berkata pada hal 1697 bahwa Abu Thufail seorang yang bertasyayyu (mengutamakan Ali di atas syaikhain: Abu Bakar dan Umar). Maka jika anda lebih memilih pengertian istilah rafidhah versi ibnu Hajar tersebut, artinya andapun harus mau menganggap bahwa imam Syafi’i, juga sejumlah sahabat seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Sa’id Al-Khudri, Zaid bin Al-Arqam, dan Abu Thufail adalah seorang rafidhah, berani?!


Maka artinya ada juga golongan sunni rafidhah!


Jadi, jika anda masih tetap bersikukuh bahwa menambahkan lebih dari 2 kalimat syahadat adalah salah, sedangkan saya mempunyai hujjah yang kuat dalam hal tersebut, maka adakah yang mempunyai bantahan dalil larangannya?


Apapun perbedaan nya kita semua bersaudara janganlah kita mau dipecah belah.karena itu jelas keinginan para zionis dan pembenci nabi muhammad saww dan ahlulbait as.dan meyakinkan kita bahwa kita bermusuhan.demi Allah swt.semoga postingan ini menjadi pembelajaran kita bersama bahwa janganlah mudah kita mengkafirkan orang lain apa lagi sesama umat nabi muhammad saww.

Kamis, 11 Juni 2020

KEUTAMAAN DAN AMALAN HARI JUM'AT




Malam dan siang hari Jumat memiliki keistimewaan, keagungan, dan keutamaan yang melebihi hari-hari yang lain. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda, “Malam dan siang hari Jumat adalah berjumlah dua puluh empat jam, dan di setiap jamnya, Allah akan membebaskan 600 ribu orang dari siksaan api neraka”.


Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa meninggal dunia di antara zawâl hari Kamis dan zawâl hari Jumat, maka Allah akan melindunginya dari (siksa) tekanan kubur”.


(Pada kesempatan yang lain), beliau juga pernah berkata, “Hari Jumat memiliki hak dan keutamaan yang agung. Oleh karena itu, janganlah kau sia-siakan keistimewaannya, janganlah kau bermalas-malas untuk beribadah pada hari itu, dekatkanlah dirimu kepada Allah dengan amal saleh, dan tinggalkanlah segala yang diharamkan oleh-Nya. Karena Ia akan melipat-gandakan pahala ketaatan, menghapus siksa dari setiap dosa, dan meninggikan kedudukan mukminin di dunia dan akhirat. Malam harinya memiliki keutamaan seperti siang harinya. Jikaengkau mampu, kerjakanlah shalat dan (panjatkanlah) doa pada malam itu hingga waktu Shubuh tiba. Sesungguhnya Allah – pada malam itu – akan menurunkan para malaikat ke langit pertama demi menambah kemuliaan mukminin dengan melipat-gandakan kebaikan dan menghapus dosa-dosa mereka. Allah adalah Maha Dermawan dan luas anugerah-Nya”.


Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata, “Kadangkala seorang mukmin memanjatkan sebuah doa demi sebuah hajat, akan tetapi, Allah tidak mengabulkannya hingga datang hari Jumat, dan (dengan itu) Ia ingin melipat-gandakan keutamaan hari Jumat”. Beliau melanjutkan, “Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf as memohon doa dari Nabi Ya’qûb as supaya kesalahan-kesalahan mereka diampuni, beliau menjawab, “Saufa astaughfiru lakum rabbî! (Aku akan memintakan ampun kepada Tuhanku demi kalian)”. Beliau melanjutkan, “Nabi Ya’qûb as mengundurkan (permohonan ampunnya) hingga waktu sahar malam Jumat tiba supaya hal itu terkabulkan”.


Beliau juga berkata, “Ketika malam Jumat tiba, ikan-ikan di laut akan mengangkat kepala mereka di atas permukaan air laut dan binatang-binatang buas padang pasir akan mendongakkan kepada mereka seraya menyeru Allah, “Ya Allah, jangan Kau siksa kami karena dosa-dosa manusia”.


Diriwayatkan bahwa Imam Bâqir as berkata, “Allah SWT akan memerintahkan seorang malaikat di setiap malam Jumat dari atas ‘Arsy untuk berseru dari permulaan hingga akhir malam atas nama-Nya, “Apakah ada seorang hamba mukmin yang menyeru-Ku sebelum waktu Shubuh tiba untuk (kepentingan) dunia dan akhiratnya, lalu akan Kukabulkan seruannya?; Apakah ada seorang hamba mukmin yang bertobat dari dosanya sebelum waktu Shubuh tiba, lalu akan Kuterima tobatnya?; Apakah ada seorang hamba mukmin yang telah Kusempitkan rezekinya, kemudian ia memohon kepada-Ku demi kelapangan rezekinya sebelum waktu Shubuh tiba, lalu akan Kulapangkan rezekinya?; Apakah ada seorang hamba mukmin yang sedang ditimpa penyakit, kemudian ia menyeru-Ku demi kesembuhannya sebelum waktu Shubuh tiba, lalu akan Kusembuhkan penyakitnya?; Apakah ada seorang hamba mukmin yang sedang dilanda kesedihan dan mendekam di dalam penjara, kemudian ia berdoa kepada-Ku demi kebebasannya dari jeruji penjara dan cengkraman kesedihannya sebelum waktu Shubuh tiba, lalu akan Kukabulkan doanya itu?; Apakah ada seorang hamba mukmin yang terzalimi, kemudian ia memohon kepadaku supaya ia terbebaskan dari kelaliman orang yang melaliminya sebelum waktu Shubuh tiba, lalu Aku akan membalaskan dendamnya dan mengembalikan haknya kepadanya?” Malaikat itu terus melantunkan seruannya hingga waktu Shubuh tiba”.


Diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as berkata, “Allah SWT telah memilih hari Jumat dari sekian hari-hari yang ada, menjadikan siang harinya sebagai hari raya, dan malamnya seperti siang harinya”.


Di antara sekian keutamaan yang dimiliki oleh hari Jumat adalah sebagai berikut:
Setiap hajat yang diminta kepada Allah pada hari itu pasti akan terkabulkan.
Seseorang yang telah mendapatkan siksa ketika memanjatkan doa di malan dan siang hari Jumat, maka Allah akan menghapuskan siksa tersebut (dari dirinya).
Pada malam Jumat, Allah akan menetapkan dan mengesahkan setiap ketentuan yang telah Ia taqdir-kan.


Atas dasar ini, hari Jumat adalah hari yang teristimewa.


Diriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Jauhilah perbutan dosa di malam Jumat. Karena siksaan setiap (perbuatan) dosa di malam itu akan dilipat-gandakan, sebagaimana pahala kebajikan juga akan dilipat-gandakan. Barangsiapa meninggalkan bermaksiat kepada Allah di malam Jumat, maka Ia akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu, dan barangsiapa melakukan maksiat secara terang-terangan di malam itu, maka Ia akan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosa (yang pernah dilakukannya) selama ia hidup, dan Ia akan melipat-gandakan siksaannya”.


Diriwayatkan dengan sanad mu’tabar dari Imam Ridha as bahwa Rasulullah SAWW bersabda, “Hari Jumat adalah hari yang paling agung. Allah SWT – pada hati itu – akan melipat-gandakan pahala kebajikan, menghapus setiap dosa, meninggikan setiap kedudukan, mengabulkan setiap doa, menghilangkan setiap kesulitan dan kesedihan, dan memenuhi setiap hajat sebesar apapun. (Hari Jumat adalah) hari bertambahnya segala sesuatu; Allah akan memperbanyak rahmat-Nya bagi para hamba dan memnyelamatkan manusia dari siksa api neraka. Dengan demikian, barangsiapa menyeru Allah pada hari itu dengan mengetahui hak dan kehormatan-Nya, maka Ia akan menyelamatkannya dari siksa api neraka. Barangsiapa meninggal dunia di siang atau malam hari Jumat, maka ia akan memiliki pahala para syahîd dan akan dibangkitkan pada hari Kiamat kelak dengan teramankan dari siksa Ilahi. Dan barangsiapa meremehkan kehormatan hari Jumat atau mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah, maka Ia akan membakarnya dengan api neraka kecuali jika ia bertobat”.


Diriwayatkan dengan sanad mu’tabar dari Imam Muhammad Al-Bâqir as, “Matahari tidak akan terbit di suatu hari yang lebih istimewa dari hari Jumat. Ketika ayam-ayam saling berjumnpa pada hari itu, mereka saling mengucapkan salam seraya berkata, “Hari ini adalah hari yang agung”.


Diriwayatkan dengan sanad mu’tabar dari Imam Shâdiq as, “Barangsiapa mendapatkan hari Jumat, hendaknya ia tidak menyibukkan diri kecuali dengan ibadah. Karena Allah – pada hri itu – akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya dan mencurahkan rahmat atasnya”.


Keutamaan hari Jumat sangatlah banyak, dan tidak mungkin semuanya disebutkan pada kesempatan ini.


Amalan-amalan di Malam Jumat


Amalan-amalan malam Jumat adalah sangat banyak sekali, dan pada kesempatan ini kami akan menyebutkan sebagiannya:


Pertama, banyak membaca “subhânallôhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illôhu wallôhu akbar” dan shalawat.


Dalam sebuah hadis disebutkan, “Malam Jumat berlimpah cahaya dan siang harinya terang-benderang (oleh cahaya spiritual). Perbanyaklah membaca “subhânallôhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illôhu wallôhu akbar” dan mengirim shalawat kepada Muhammad dan keluarganya”.


Dalam sebuah hadis, minimal shalawat yang harus dibaca di malam ini adalah 100 kali. Jika lebih banyak dari itu, hal itu adalah lebih baik.


Imam Shâdiq as berkata, “Membaca shalawat untuk Muhammad dan keluarganya as pada malam Jumat sama dengan seribu kebajikan, menghapus seribu kejelekan, dan mengangkat kedudukan seribi derajat”.


Disunnahkan juga mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAWW dan keluarga beliau as setelah mengerjakan shalat ‘Ashar pada hari Kamis hingga akhir hari Jumat.


Diriwayatkan dengan sanad yang sahîh bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Ketika sore hari Kamis tiba, para malaikat turun dari langit dengan membawa pena-pena emas dan buku-buku yang terbuat dari perak. Mereka tidak akan menulis (dengan pena-pena itu) di sore hari Kamis, malam, dan siang hari Jumat kecuali shalawat atas Muhammad dan keluarganya”.


Syeikh Thûsî ra berkata, “Pada hari Kamis, disunnahkan membaca salawat atas Muhammad SAWW sebanyak 1000 kali, dan yang lebih utama adalah sebagai berikut:


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ عَجِّلْ فَرَجَهُمْ وَ أَهْلِكْ عَدُوَّهُمْ مِنَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ


Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, segerakanlah faraj mereka, dan musahkanlah musuh-musuh mereka, (baik yang berasal) dari jin maupun manusia, dari makhluk-makhluk terdahulu hingga sekarang


Membaca shalawat di atas sebanyak 100 kali di sore hari Kamis hingga akhir hari Jumat memiliki keutamaan yang tak terhingga”.


Beliau juga berkata, “Di sore hari Kamis disunnahkan membaca istighfâr berikut ini:


أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ تَوْبَةَ عَبْدٍ خَاضِعٍ مِسْكِيْنٍ مُسْتَكِيْنٍ لاَ


Aku mohon ampun kepada Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Dzat Yang Maha hidup nan Tegar, dan aku bertobat kepada-Nya, tobat seorang hamba yang hina, papa nan lemah yang tidak


يَسْتَطِيْعُ لِنَفْسِهِ صَرْفًا وَ لاَ عَدْلاً وَ لاَ نَفْعًا وَ لاَ ضَرًّا وَ لاَ حَيَاةً وَ لاَ مَوْتًا وَ لاَ نُشُوْرًا وَ صَلَّى اللَّهُ


mampu menepis (kejelekan) dari dirinya, berbuat adil (untuk dirinya), (mendatangkan) keuntungan dan bahaya, kehidupan dan kematian (bagi dirinya), serta (menyelamatkan dirinya) pada hari kebangkitan, semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan kesejahteraan atas


عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عِتْرَتِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ الْأَخْيَارِ الْأَبْرَارِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا


Muhammad dan keluarganya yang suci.


Kedua, membaca surah-surah al-Qur’an berikut ini: Banî Isrâ`îl (Al-Isrâ`), Al-Kahfi, Al-Qashah, An-Naml, Asy-Syu’arâ`, Alif Lâm Mîm Sajdah, Yâsîn, Shâd, Al-Ahqâf, Al-Wâqi’ah, Hâ` Mîm Sajdah, Ad-Dukhân, Ath-Thûr, Al-Qamar, dan Al-Jumu’ah. Membaca surah-surah tersebut memiliki faedah dan pahala yang tak terhingga. Jika kesempatan tidak mengizinkan, dianjurkan untuk membaca surah Al-Wâqi’ah dan surah-surah yang telah disebutkan pada urutan sebelumnya (di atas). Hal ini dikarenakan Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca surah Banî Isrâ`îl di setiap malam Jumat, ia tidak akan meninggal dunia kecuali setelah berjumpa dengan Imam Mahdî as dan akan tergolong dari sahabatnya”.


Beliau juga berkata, “Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi di setiap malam Jumat, ia tidak akan meninggal dunia kecuali dalam keadaan syahid dan Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat bersama dengan syuhadâ`”.


Beliau berkata, “barangsiapa membaca tiga surah (yang dimulai dengan) Thâ` Sîn (surah Al-Qashash, an-Naml, dan asy-Syu’arâ—Pen.), ia akan tergolong dari para kekasih Allah, akan berada dalam lindungan-Nya, kemiskinann di dunia tidak akan pernah menghampirinya, di akhirat Allah akan memberikan surga kepadanya sehingga ia rela (baca : puas), lebih dari itu, Ia akan memberikan kemuliaan kepadanya, dan menikahkannya dengan seratus Hûrul ‘În yang berada di surga”.


Beliau berkata, “Barangsiapa membaca Ali Lâm Mîm Sajdahdi setiap malam Jumat, Allah akan memberikan kitab amalnya pada Kiamat melalui tangan kanannya, tidak menghisabnya lantaran perbuatannya, dan ia akan tergolong dari sahabat Muhammad dan keluarganya as”.


Diriwayatkan dengan sanad mu’tabar bahwa Imam Bâqir as berkata, “Barangsiapa membaca surah Shâd di malam Jumat, ia akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat yang belum pernah diberikan kecuali kepada seorang nabi atau malaikat yang dekat (dengan Allah) dan dimasukkan ke dalam surga bersama anggota keluarga yang dikehendakinya, termasuk pembantu (yang selama ia hidup) berkhidmat kepadanya meskipun ia tidak termasuk dalam anggota keluarganya dan tidak berhak mendapat syafa’at darinya”.


Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca surah Al-Ahqâf di malam atau siang hari Jumat, ketakutan dan kekhawatiran di dunia tidak akan pernah menghampirinya serta ia akan terjaga dari ketakutan pada hari Kiamat”.


Beliau juga berkata, “Barangsiapa membac surah Al-Jumu’ah di setiap malam Jumat, Allah akan mencintainya, Ia akan menjadikannya dicintai (orang lain), ia tidak akan mengalami kesusahan dan kemiskinan di dunia, malapetaka di dunia tidak akan menghampirinya, dan ia akan tergolong dari sahabat Amirul Mukminin as. Surah ini dikhususkan untuk Amirul Mukminin as”.


Dalam sebuah hadis disebutkan, “Barangsiapa membaca surah Al-Jumu’ah di setiap malam Jumat, maka surah itu akan menjadi kaffârah (penjamin)-nya hingga hari Jumat berikutnya (tiba)”. Keutamaan ini juga akan diberikan kepada orang yang membaca surah Al-Kahfi di setiap malam Jumat. Begitu juga, jika ia membacanya setelah shalat Zhuhur dan ‘Ashar pada hari Jumat.


Ketahuilah, banyak sekali shalat-shalat (sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan) di malam Jumat, di antaranya shalat Amirul Mukminin as dan shalat dua raka’at yang di setiap raka’atnya membaca surah Al-Fâtihah dan surah az-Zilzâl sebanyak 15 kali. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Barangsiapa mengerjakan shalat tersebut, Allah akan menjaganya dari siksa kubur dan kedahsyatan hari Kiamat”.


Ketiga, membaca surah Al-Jumu’ah pada raka’at pertama shalat Maghrib dan ‘Isyâ`, membaca membaca surah Al-Ikhlâsh pada raka’at kedua shalat Maghrib, dan surah Al-A’lâ pada raka’at kedua shalat ‘Isyâ`.


Keempat, meninggalkan pembacaan sya’ir. Dalam sebuah hadis sahîh Imam Shâdiq as berkata, “Dimakruhkan membaca sya’ir bagi orang yang sedang berpuasa, sedang menjalankan ihrâm, di daerah Haram, pada malam Jumat, dan di malam hari”. Perawi bertanya, “Meskipun sya’ir yang mengandung kebenaraan?” “Meskipun sya’ir yang mengandung kebenaran!”, jawab beliau.


Dalam sebuah hadis mu’tabar diriwayatkan dari Imam Shâdiq as bahwa Rasulullah SAWW bersabda, “Barangsiapa membaca sya’ir di malam atau siang hari Jumat, pada hari itu, ia tidak akan mendapatkan pahala kecuali (kelelahan membacanya)”. Dalam sebuah hadis mu’tabar yang lain, “Pada hari itu, shalatnya tidak akan dikabulkan”.


Kelima, memperbanyak doa untuk seluruh mukminin seperti yang sering dilakukan oleh Sayidah Fâthimah az-Zahrâ` as. Dalam sebuah hadis, barang siapa memintakan ampun untuk sepuluh orang saudara seimannya, ia pasti mendapatkan surga.


Keenam, membaca doa-doa yang telah dianjurkan untuk dibaca pada malam itu. Doa-doa itu tak terhingga jumlahnya, dan kami akan menyebutkan sebagiannya saja.


Dengan sanad yang sahîh diriwayatkan bahwa Imam Sâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca doa berikut ini pada sujud terakhir shalat sunnah malam di malam Jumat, setelah selesai membacanya, dosa-dosanya telah diampuni”. Jika doa ini dibaca setiap malam, maka hal itu akan lebih baik. Doa itu adalah sebagai berikut:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَ اسْمِكَ الْعَظِيْمِ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذَنْبِيَ الْعَظِيْمَ


Ya Alla, aku mohon kepada-Mu dengan Dzat-Mu Yang Mulia dan nama-Mu Yang Agung untuk melimpahkan shalawat atas Muhammad dan keluarganya serta mengampuni dosa-dosaku yang besar.


Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda, “Barangsiapa membaca doa berikut ini di malam atau siang hari Jumat sebanyak 7 kali, jika ia meninggal dunia pada malam atau siang hari itu, niscaya akan masuk surga”. Doa itu adalah sebagai berikut:


اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَ أَنَا عَبْدُكَ وَ ابْنُ أَمَتِكَ وَ فِيْ قَبْضَتِكَ وَ نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ،


Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu, putra sahaya-Mu, berada di dalam genggaman (kekuasaan)-Mu, dan ubun-ubunmu berada di dalam (genggaman) tangan-Mu,


أَمْسَيْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ بِنِعْمَتِكَ (بِعَمَلِي)


aku memasuki malam ini (dengan memegang teguh) janji-Mu semampuku, aku berlindung kepada rida-Mu dari keburukan (akibat) perilakuku, nikmat-Mu selalu tercurahkan atas diriku


وَ أَبُوْءُ بِذَنْبِيْ (بِذُنُوْبِيْ) فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ


sedangkan aku senantiasa bergelimangan dalam lumpur dosa, oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku, karena tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.


Syeikh Thûsî, Sayid Ibnu Thâwûs (pengarang kitab Iqbâl al-‘Amal), Al-Kaf’amî, dan Sayid Ibnu Bâqî berkata, “Disunnahkan membaca doa berikut ini di malam dan siang hari Jumat dan ‘Arafah”. Kami nukilkan doa tersebut dari kitab al-Mishbâh, karya Syeikh Thûsî ra sebagai berikut ini:


اَللَّهُمَّ مَنْ تَعَبَّأَ وَ تَهَيَّأَ وَ أَعَدَّ وَ اسْتَعَدَّ لِوِفَادَةٍ إِلَى مَخْلُوْقٍ رَجَاءَ رِفْدِهِ وَ طَلَبَ نَائِلِهِ وَ جَائِزَتِهِ فَإِلَيْكَ يَا


Ya Allah, ketika seseorang rela mengorbankan (waktu dan harga dirinya) serta mempersiapkan (segala sesuatu) untuk menjumpai makhluk sesamanya demi mengharapkan pemberian, anugerah, dan hadiahnya, maka (kini)


رَبِّ تَعْبِيَتِيْ وَ اسْتِعْدَادِيْ رَجَاءَ عَفْوِكَ وَ طَلَبَ نَائِلِكَ وَ جَائِزَتِكَ، فَلاَ تُخَيِّبْ دُعَائِيْ يَا مَنْ لاَ يَخِيْبُ


aku rela (memngorbankan waktu dan harga diriku untuk menjumpai)-Mu demi mengharapkan ampunan, anugerah, dan hadiah-Mu, maka janganlah Kau sia-siakan doaku, wahai Dzat yang tidak pernah menyia-nyiakan


عَلَيْهِ سَائِلٌ (السَّائِلُ‏) وَ لاَ يَنْقُصُهُ نَائِلٌ، فَإِنِّيْ لَمْ آتِكَ ثِقَةً بِعَمَلٍ صَالِحٍ عَمِلْتُهُ وَ لاَ لِوِفَادَةِ مَخْلُوْقٍ


pemintan-Nya dan (memberi) anugerah (kepadanya) tak ‘kan mengurangi (keagungan)-Nya, (ya Allah), aku tidak datang (menghadap)-Mu dengan mengandalkan amal saleh yang pernah kukerjakan, dan tidak juga karena harapan yang tertumpu pada makhluk (sesamaku);


رَجَوْتُهُ، أَتَيْتُكَ مُقِرًّا عَلَى نَفْسِيْ بِالْإِسَاءَةِ وَ الظُّلْمِ مُعْتَرِفًا بِأَنْ لاَ حُجَّةَ لِيْ وَ لاَ عُذْرَ، أَتَيْتُكَ أَرْجُوْ


aku datang kepada-Mu karena aku mengakui telah berbuat buruk dan kezaliman atas diriku, karena aku mengakui bahwa aku tidak memiliki alasan (atas perbuatan dosaku); aku datang kepada-Mu karena mengharapkan


عَظِيْمَ عَفْوِكَ الَّذِيْ عَفَوْتَ بِهِ عَنِ الْخَاطِئِيْنَ (الْخَطَّائِينَ‏)، فَلَمْ يَمْنَعْكَ طُوْلُ عُكُوْفِهِمْ عَلَى عَظِيْمِ الْجُرْمِ


besarnya ampunan-Mu yang t’lah Kau ampuni para pelaku kesalahan dengannya, maka panjangnya masa mereka berbuat dosa tidak tidak mencegah-Mu


أَنْ عُدْتَ عَلَيْهِمْ بِالرَّحْمَةِ، فَيَا مَنْ رَحْمَتُهُ وَاسِعَةٌ وَ عَفْوُهُ عَظِيْمٌ، يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ، لاَ يَرُدُّ


untuk mencurahkan rahmat atas mereka, wahai Dzat yang rahmat-Nya luas dan ampunannya besar, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, hanya lautan kesabaran-Mu yang mampu memadamkan


غَضَبَكَ حِلْمُكَ وَ لاَ يُنْجِيْ مِنْ سَخَطِكَ إِلاَّ التَّضَرُّعُ إِلَيْكَ، فَهَبْ لِيْ يَا إِلَهِيْ فَرَجًا بِالْقُدْرَةِ الَّتِيْ تُحْيِيْ


api kemurakaan-Mu, dan hanya bersimpuh di haribaan-Mu yang mampu menyelamatkan(ku), ya Ilahi, anugerahkanlah kepadaku faraj (kelapangan dalam segala hal – Penerj.) dengan kekuatan-Mu yang mampu menghidupkan


بِهَا مَيْتَ الْبِلاَدِ وَ لاَ تُهْلِكْنِيْ غَمًّا حَتَّى تَسْتَجِيْبَ لِيْ وَ تُعَرِّفَنِي الْإِجَابَةَ فِيْ دُعَائِيْ وَ أَذِقْنِيْ طَعْمَ


negeri-negeri yang mati, jangan Kau celakakan aku karena kesedihan (yang menimpaku karena tidak terkabulkannya doaku) sehingga Engkau mengabulkannya dan menunjukkan hal itu kepadaku, rasakanlah kepadaku


الْعَافِيَةِ إِلَى مُنْتَهَى أَجَلِيْ، وَ لاَ تُشْمِتْ بِيْ عَدُوِّيْ، وَ لاَ تُسَلِّطْهُ عَلَيَّ، وَ لاَ تُمَكِّنْهُ مِنْ عُنُقِيْ، اَللَّهُمَّ


kesehatan (dan keselamatan) hingga penghujung ajalku, jangan Kau bahagiakan musuhku karena (ulah)ku, dan jangan Kau jadikan ia berkuasa atas diriku. Ya Allah,


(إِلَهِيْ) إِنْ وَضَعْتَنِيْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَرْفَعُنِيْ، وَ إِنْ رَفَعْتَنِيْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَضَعُنِيْ، وَ إِنْ أَهْلَكْتَنِيْ فَمَنْ


jika Engkau menghinakanku, maka siapakah yang mampu mengangkat (martabat)ku, jika Engkau mengangkat (martabat)ku, maka siapakah yang mampu menghinakanku, dan jika Engkau mencelakakanku, maka siapakah yang berani memprotes tindakan-Mu terhadap


ذَا الَّذِيْ يَعْرِضُ لَكَ فِيْ عَبْدِكَ أَوْ يَسْأَلُكَ عَنْ أَمْرِهِ، وَ قَدْ عَلِمْتُ أَنَّهُ لَيْسَ فِيْ حُكْمِكَ ظُلْمٌ وَ لاَ فِيْ


hamba-Mu atau mempertanyakan-Mu tentang urusannya, sedangkan aku tahu bahwa tiada kezaliman dalam ketentuan-Mu dan tiada


نَقِمَتِكَ عَجَلَةٌ، وَ إِنَّمَا يَعْجَلُ مَنْ يَخَافُ الْفَوْتَ وَ إِنَّمَا يَحْتَاجُ إِلَى الظُّلْمِ الضَّعِيْفُ وَ قَدْ تَعَالَيْتَ يَا إِلَهِيْ


ketergesa-gesaan dala pembalasan-Mu; hanya orang yang takut tertinggal waktu yang tergesa-gesa dan hanya orang lemah yang merasa perlu (menggunakan tindak) kezaliman, dan Engkau, ya Ilahi, telah tersucikan


عَنْ ذَلِكَ عُلُوّا كَبِيْرًا، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ فَأَعِذْنِيْ وَ أَسْتَجِيْرُ بِكَ فَأَجِرْنِيْ وَ أَسْتَرْزِقُكَ فَارْزُقْنِيْ وَ


dari itu semua, ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, maka lindungilah aku, aku meminta jaminan keamanan kepada-Mu, maka kabulkanlah hal itu, aku mohon rezeki kepada-Mu, maka anugerahkanlah kepadaku, aku berpasrah-diri kepada-Mu, maka cukupilahaku,

أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ فَاكْفِنِيْ، وَ أَسْتَنْصِرُكَ عَلَى عَدُوِّيْ (عَدُوِّكَ) فَانْصُرْنِيْ وَ أَسْتَعِيْنُ بِكَ فَأَعِنِّيْ وَ أَسْتَغْفِرُكَ

aku mohon pertolongan kepada-Mu atas musuhku, maka tolonglah aku, aku mohon bantuan kepada-Mu, maka bantulah aku, dan aku mohon ampun kepada-Mu,

يَا إِلَهِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، آمِيْنَ آمِيْنَ آمِيْنَ‏

ya Ilahi, maka ampunilah aku, Amin, Amin, Amin.

Ketujuh, membaca doa Kumail yang akan disebutkan pada pasal berikut.

Kedelapan, membaca doa Allôhumma yâ syâhida kulli najwâ yang dianjukran juga untuk dibaca di malam hari ‘Arafah. Doa ini akan disebutkan kemudian.

Kesembilan, membaca doa berikut ini sebanyak 10 kali.

يَا دَائِمَ الْفَضْلِ عََلََى الْبَرِيَّةِ، يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالْعَطِيَّةِ، يَا صَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّةِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ

Wahai Dzat yang anugerah-Nya selalu tercurahkan atas makhluk(-Nya), wahai Dzat yang tangan-Nya selalu terbentang dengan pemberian, wahai Dzat pemilik anugerah yang agung, lipahkanlah salawat(-Mu) atas Muhammad

آلِهِ خَيْرِ الْوَرَى سَجِيَّةً، وَ اغْفِرْ لَنَا يَا ذَا الْعُلَى فِيْ هَذِهِ الْعَشِيَّةِ

dan keluarganya, makhluk terbaik perangainya, dan ampunilah kami, wahai Dzat Yang Maha Tinggi di malam ini.

Kesepuluh, makan buah delima sebagaimana hal itu sering dilakukan oleh Imam Shâdiq as di setiap malam Jumat, dan jika buah itu dimakan ketika hendak tidur, hal itu akan lebih baik. Karena diriwayatkan bahwa barangsiapa makan buah delima ketika hendak tidur, jiwanya akan terjaga hingga pagi hari. Alangkah baiknya, sebelum memakannya, kita membentangkan sapu tangan supaya butir-butir delima yang be0rjatuhan tertampung di atasnya, dan tidak mengajak orang lain dalam hal itu.

Syeikh Ja’far bin Ahmad Al-Qomi meriwayatkan dalam Al-‘Arûs-nya bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca subhâna rabbiyal ‘azhîmi wa bihamdih astaughfirullôha robbî wa atûbu ilaîh di antara shalat sunnah dan wajib Shubuh sebanyak 100 kali, niscaya Allah akan membangun sebuah rumah baginya surga”.

Syeikh Thûsî ra dan Sayid Ibnu Thâwûs serta yang lain menyebutkan doa berikut ini seraya berkata, “Disunnahkan membacanya di waktu sahar malam Jumat”.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ هَبْ لِيَ الْغَدَاةَ رِضَاكَ وَ أَسْكِنْ قَلْبِيْ خَوْفَكَ وَ اقْطَعْهُ عَمَّنْ سِوَاكَ

Ya Allah, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad dan keluarganya, anugerahkanlah ridha-Mu kepadaku di pagi ini, semayamkanlah di hatiku rasa takut kepada-Mu, putuskanlah harapannya dari selain-Mu

حَتَّى لاَ أَرْجُوَ وَ لاَ أَخَافَ إِلاَّ إِيَّاكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ هَبْ لِيْ ثَبَاتَ الْيَقِيْنِ وَ مَحْضَ

sehingga aku tidak berharap dan takut kecuali kepada-Mu, ya Allah, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad dan keluarganya, anugerahkanlah kepadaku keyakinan yang tegar, keiklasan yang murni,

الْإِخْلاَصِ وَ شَرَفَ التَّوْحِيْدِ وَ دَوَامَ الْإِسْتِقَامَةِ وَ مَعْدِنَ الصَّبْرِ وَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ وَ الْقَدَرِ، يَا

kemuliaan Tauhid, istiqâmah yang langgeng, kesabaran, dan kepasrahan atas Qadhâ` dan Qadar, wahai

قَاضِيَ حَوَائِجِ السَّائِلِيْنَ يَا مَنْ يَعْلَمُ مَا فِيْ ضَمِيْرِ الصَّامِتِيْنَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ اسْتَجِبْ

Dzat yang mampu memenuhi kebutuhan para peminta(-Nya) dan mengetahui segala yang tersimpan di hati orang-orang yang diam (tak berbicara), curahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad dan keluarganya, kabulkanlah

دُعَائِيْ وَ اغْفِرْ ذَنْبِيْ وَ أَوْسِعْ رِزْقِيْ وَ اقْضِ حَوَائِجِيْ فِيْ نَفْسِيْ وَ إِخْوَانِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَ أَهْلِيْ، إِلَهِيْ

doaku, ampunilah dosaku, lapangkanlah rezekiku, penuhilah sekuruh kebutuhanku, (baik yang berhubungan dengan) diriku, saudara-saudaraku seagama, maupun keluargaku, ya Ilahi,

طُمُوْحُ الْآمَالِ قَدْ خَابَتْ إِلاَّ لَدَيْكَ وَ مَعَاكِفُ الْهِمَمِ قَدْ تَعَطَّلَتْ إِلاَّ عَلَيْكَ وَ مَذَاهِبُ الْعُقُوْلِ قَدْ سَمَتْ

semua titik harapan telah sirna kecuali (yang berada) di haribaan-Mu, semua semangat telah luntur kecuali (yang bergantung) kepada-Mu, dan semua jalan akal telah tertutup

إِلاَّ إِلَيْكَ، فَأَنْتَ الرَّجَاءُ وَ إِلَيْكَ الْمُلْتَجَأُ يَا أَكْرَمَ مَقْصُوْدٍ وَ أَجْوَدَ مَسْؤُوْلٍ، هَرَبْتُ إِلَيْكَ بِنَفْسِيْ يَا

kecuali (yang menuju) ke hadirat-Mu, Engkau adalah satu-satunya titik harapan dan kepada-Mulah tempat pelarian, wahai Dzat termulia yang diharapkan (oleh setiap makhluk) dan Dzat terdermawan yang patut dimohon, aku lari kepada-Mu, wahai

مَلْجَأَ الْهَارِبِيْنَ بِأَثْقَالِ الذُّنُوبِ أَحْمِلُهَا عَلَى ظَهْرِيْ، لاَ أَجِدُ لِيْ إِلَيْكَ شَافِعًا سِوَى مَعْرِفَتِيْ بِأَنَّكَ أَقْرَبُ

tempat perlindungan orang-orang yang melarikan diri (dari dosa), dengan memikul beban dosa di punggungku, aku tidak menemukan penyafaat di hadapan-Mu kecuali aku tahu bahwa Engkau adalah Dzat terdekat

مَنْ رَجَاهُ الطَّالِبُوْنَ وَ أَمَّلَ مَا لَدَيْهِ الرَّاغِبُْونَ، يَا مَنْ فَتَقَ الْعُقُوْلَ بِمَعْرِفَتِهِ وَ أَطْلَقَ الْأَلْسُنَ بِحَمْدِهِ وَ

yang diharapkan oleh para pengharap dan orang-orang rindu yang mengharapkan kebaikan yang ada di sisi-Nya, wahai Dzat yang membuka akal-akal manusia dengan cahaya ma’rifah-Nya, membuka lidah-lidahnya dengan pujian kepada diri-Nya, dan

جَعَلَ مَا امْتَنَّ بِهِ عَلَى عِبَادِهِ فِيْ كِفَاءٍ لِتَأْدِيَةِ حَقِّهِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ لاَ تَجْعَلْ لِلشَّيْطَانِ عَلَى

membentangkan anugerah-Nya di hadapan hamba-hamba-Nya secara cukup supaya mereka dapar memenuhi hak-Nya, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad dan keluarganya, jangan Kau berikan jalan kepada setan untuk

عَقْلِي سَبِيْلاً وَ لاَ لِلْبَاطِلِ عَلَى عَمَلِيْ دَلِيْلاً

menembus akalku, dan jangan Kau jadikan k ebatilan sebagai penunjuk jalan perilakuku.

Ketika pagi hari Jumat tiba, bacalah doa berikut ini:

أَصْبَحْتُ فِيْ ذِمَّةِ اللَّهِ وَ ذِمَّةِ مَلاَئِكَتِهِ وَ ذِمَمِ أَنْبِيَائِهِ وَ رُسُلِهِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ وَ ذِمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ

Aku memasuki pagi ini di bawah lindungan (jaminan) Allah, para malaikat, nabi, dan rasul-Nya, serta di bawah lidungan (jaminan) Muhammad SAWW

عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ ذِمَمِ الْأَوْصِيَاءِ مِنْ آلِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ آمَنْتُ بِسِرِّ آلِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ وَ

dan para washî dari keturunannya as, aku beriman kepada apa yang tersimpan dan

عَلاَنِيَتِهِمْ وَ ظَاهِرِهِمْ وَ بَاطِنِهِمْ، وَ أَشْهَدُ أَنَّهُمْ فِيْ عِلْمِ اللَّهِ وَ طَاعَتِهِ كَمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ

yang tampak (dari) keluarga Muhammad as; lahir dan batin mereka, dan bersaksi bahwa mereka (berada dalam naungan) ilmu Allah dan taat kepada-Nya sebagaimana Muhammad SAWW.

Diriwayatkan bahwa, “Barangsiapa membaca astaughfirullôhal ladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa atûbu ilaîh pada hari Jumat sebelum melaksanakan shalat Shubuh sebanyak 3 kali, niscaya dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak air di lautan”.

Amalan-amalah di Siang Hari Jumat

Amalan-amalan di siang hari Jumat tak terhingga banyaknya. Di sini akan disebutkan sebagiannya saja:

Pertama, membaca surah Al-Jumu’ah pada raka’at pertama dan surah Al-Ikhlâsh pada raka’at kedua shalat Shubuh di hari itu.

Kedua, setelah melaksanakan shalat Shubuh sebelum berbicara satu kata pun, bacalah doa berikut ini, karena doa tersebut akan menjadi kaffârah (penjamin) dosa-dosa hingga hari Jumat yang akan datang.

اَللَّهُمَّ مَا قُلْتُ فِيْ جُمُعَتِيْ هَذِهِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ حَلَفْتُ فِيْهَا مِنْ حَلْفٍ أَوْ نَذَرْتُ فِيْهَا مِنْ نَذْرٍ فَمَشِيَّتُكَ بَيْنَ

Ya Allah, apa yang kukatakan, kusumpahkan, atau kunadzarkan pada hari Jumatku ini, kehendak-Mu berada di

يَدَيْ ذَلِكَ كُلِّهِ، فَمَا شِئْتَ مِنْهُ أَنْ يَكُونَ كَانَ وَ مَا لَمْ تَشَأْ مِنْهُ لَمْ يَكُنْ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَ تَجَاوَزْ عَنِّي،

balik semua itu; apa yang Kau kehendaki, pasti akan terjadi, dan apa yang tidak Kau kehendaki, tak ‘kan terjadi. Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku dan maafkanlah (kesalahan-kesalahan)ku.

اللَّهُمَّ مَنْ صَلَّيْتَ عَلَيْهِ فَصَلَوَاتِيْ عَلَيْهِ وَ مَنْ لَعَنْتَ فَلَعْنَتِيْ عَلَيْهِ

Ya Allah, jika Engkau mengirimkan shalawat-Mu pada seseorang, maka kukirimkan shalawatku juga untuknya, dan jika Engkau melaknat seseorang, maka kulimpahkan laknatku juga atasnya.

Minimal, doa ini dibaca satu kali dalam sebulan.

Dalam sebuah hadis disebutkan, “Barangsiapa duduk (di tempat shalatnya) setelah mengerjakan shalat Shubuh sambil membaca ta’qîb shalat Shubuh hingga matahari terbit, di dalam surga Firdaus tertinggi martabatnya akan dinaikkan sebanyak tujuh puluh derajat”.

Syeikh Thûsî ra meriwayatkan bahwa dalam ta’qîb shalat Shubuh pada hari Jumat disunnahkan membaca doa berikut ini:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ تَعَمَّدْتُ إِلَيْكَ بِحَاجَتِيْ وَ أَنْزَلْتُ إِلَيْكَ الْيَوْمَ فَقْرِيْ وَ فَاقَتِيْ وَ مَسْكَنَتِيْ، فَأَنَا لِمَغْفِرَتِكَ أَرْجَى

Ya Allah, aku datang kepada-Mu dengan membawa (segunung) hajatku, dan mengadukan kepada-Mu pada hari ini kemiskinan dan kepapaanku, aku lebih mengharapkan ampunan-Mu

مِنِّيْ لِعَمَلِيْ وَ لَمَغْفِرَتُكَ وَ رَحْمَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، فَتَوَلَّ قَضَاءَ كُلِّ حَاجَةٍ لِيْ بِقُدْرَتِكَ عَلَيْهَا وَ

daripada amalanku, dan ampunan dan rahmat-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, oleh karena itu, penuhilah segala hajatku, (karena) Engkau mampu untuk itu dan

تَيْسِيرِ (تَيَسُّرِ) ذَلِكَ عَلَيْكَ وَ لِفَقْرِيْ إِلَيْكَ، فَإِنِّيْ لَمْ أُصِبْ خَيْرًا قَطُّ إِلاَّ مِنْكَ وَ لَمْ يَصْرِفْ عَنِّيْ سُوْءًا

hal itu mudah bagi-Mu serta aku selalu membutuhkan-Mu, aku belum pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun kecuali semua itu berasal dari-Mu, tidak seorang pun pernah menyingkirkan keburukan dariku

قَطُّ أَحَدٌ سِوَاكَ وَ لَسْتُ أَرْجُوْ لِآخِرَتِيْ وَ دُنْيَايَ وَ لاَ لِيَوْمِ فَقْرِيْ يَوْمَ يُفْرِدُنِي النَّاسُ فِيْ حُفْرَتِيْ وَ

kecuali Engkau, dan aku tidak akan pernah mengharapkan selain-Mu untuk akhirat dan duniaku serta di hari kecelakaanku; suatu hari ketika manusia meninggalkanku sendirian di liang kuburku dan aku (harus) menghadap-Mu

أُفْضِيْ إِلَيْكَ بِذَنْبِيْ سِوَاكَ‏

dengan membawa beban dosaku.




Ketiga, dalam sebuah hadis disebutkan, “Barangsiapa membaca allôhumma sholli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad wa ‘ajjil farojahum setelah melaksanakan shalat Zhuhur dan Shubuh pada hari Jumat dan selain hari Jumat, maka ia tidak akan meninggal dunia sehingga menjumpai Imam Mahdi as, dan jika ia membacanya sebanyak 100 kali, niscaya Allah akan mengabulkan enam puluh hajatnya; tiga puluh di dunia dan tiga puluh di akhirat”.

Keempat, membaca surah Ar-Rahmân setelah melaksanakan shalat Shubuh, dan ketika sampai pada ayat yang berbunyi fabi`ayyi âlâ`i robbikumâ tukadzdzibân, bacalah lâ syai`a min âlâ`ika robbi ukadzdzib.

Kelima, Syeikh Thûsî ra berkata, “Setelah melaksanakan shalat Shubuh di hari Jumat disunnahkan membaca surah At-Tauhîd, salawat atas Muhammad dan keuarganya, dan istighfâr sebanyak 100 kali, serta membaca salah satu surah al-Qur’an berikut ini: surah An-Nisâ`, Hûd, Al-Kahfi, Ash-Shâffât, dan Ar-Rahmân”.

Keenam, membaca surah Al-Ahqâf dan Al-Mukminûn. Diriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca surah Al-Ahqâf pada setiap malam atau siang hari Jumat, kekhawatiran di dunia tidak menghampirinya dan ia akan terjaga dari ketakutan terdahsyat di hari Kiamat”.

Beliau juga berkata, “Barangsiapa membaca surah Al-Mukminûn di hari Jumat secara kontinyu, Allah SWT akan menutup amalnya dengan kebahagiaan dan ia akan memiliki rumah di surga Firdaus bersama para nabi dan rasul”.

Ketujuh, membaca surah Al-Kâfirûn sebelum matahari terbit sebanyak 10 kali dan berdoa )setelah itu), niscaya doa itu akan dikabulkan.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Imam Zainal ‘Âbidîn as selalu membaca ayat Kursî di pagi hari Jumat hingga waktu Zhuhur tiba, dan setelah melaksanakan shalat-shalat wajib, beliau membaca surah Al-Qadr.

Ketahuilah, membaca ayat Kursî ‘alat tanzîl[1] (sebagaimana termaktub dalam riwayat—Pen.) memiliki keutamaan yang tak terhingga sebagai hal itu disebutkan dalam hadis-hadis.

Kedelapan, melaksanakan mandi Jumat. Mandi Jumat adalah sunnah mu`akkadah. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda kepada Imam Ali as, “Wahai Ali, mandilah di setiap hari Jumat meskipun engkau harus menjual makanan sehari-harimu untuk membeli air untuk mandi dan engkau kelaparan, karena tidak ada sunnah yang lebih agung dari ini”.

Diriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkat, “Barangsiapa melaksanakan mandi pada hari Jumat dan membaca doa berikut ini, niscaya ia akan suci hingga hari Jumat mendatang”. Yakni, ia akan bersih dari dosa atau amalannya akan disertai dengan kesucian ma’nawiyah dan dikabulkan.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa dan tak bersekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, ya Allah, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad

وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَ اجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

dan keluarganya, jadikanlah aku dari orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri.

Sebisa mungkin, mandi Jumat ini janganlah ditinggalkan. Waktunya adalah dari sejak fajar menyingsing hingga waktu zawâl, dan jika mandi itu dilakukan pada waktu lebih mendekati zawâl, hal itu adalah lebih baik.

Kesembilan, menyuci kepala dengan bunga (….), karena hal ini akan mengamankan dari penyakit Lepra dan gila.

Kesepuluh, memotong kuku dan kumis. Hal itu memiliki keutamaan yang tak terhingga, memperbanyak rezeki, membersihkan dosa-dosa hingga hari Jumat mendatang, mengamankan dari penyakit gila, Lepra, dan Kusta. Ketika memotong kuku dan kumis, bacalah bismllâh wa billâh wa ‘alâ sunnati Muhammadin wa âli Muhammad.

Ketika memotong kuku, baik kuku tangan maupun kaki, mulailah dari jari kelingking tangan dan kaki kiri dan akhirilah dengan jari kelingking tangan dan kaki kanan, serta pendamlah bekas-bekas potongan kuku tersebut.

Kesebelas, memakai wewangian dan pakaian yang suci (dan bersih).

Kedua belas, mengeluarkan sedekah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa mengeluarkan sedekah di malam dan siang hari Jumat memiliki pahala seribu kali lipat dari hari lainnya.

Ketiga belas, membeli buah-buahan dan daging yang masih baru (dan segar) untuk keluarga sehingga mereka gembira dengan datangnya hari Jumat.

Keempat belas, ketika lapar, makanlah buah delima dan tujuh lembar daun (….) sebelum waktu zawâl. Diriwayatkan bahwa Imam Musa bin Ja’far as berkata, “Barangsiapa memakan satu biji buah delima pada hari Jumat dalam keadaan lapar, niscaya hatinya akan bercahaya hingga 40 hari, jika ia memakan dua biiji buah delima, hatinya akan bercahaya hingga 80 hari, dan jika ia memakan tiga biji buah delima, hatinya akan bercahaya hingga 120 hari. (Di samping itu), buah delima itu akan menjauhkan godaan setan dari dirinya; barangsiapa yang terhindarkan dari godaan setan, maka ia tidakbermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa tidak bermaksiat kepada Allah, niscaya ia akan masuk surga”.

Syeikh Thûsî ra dalam Mishbâh al-Mutahajjid-nya berkata, “Sangat banyak keutamaan yang telah dinukil dalam hadis-hadis berkenaan makan buah delima di siang dan malam hari Jumat”.

Kelima belas, tidak menyibukkan diri dengan urusan duniawi, (bahkan sebaliknya), sibukkanlah diri kita dengan belajar ilmu agama. Janganlah kita jadikan hari Jumat (sebagai hari terbaik) untuk melakukan piknik, rekreasi ke taman-taman yang indah, berteman dengan orang-orang hina yang tidak merasa memiliki tanggung-jawab, memperolokkan dan mengghibah orang lain, tertawa terbahak-bahak, membaca syair, melakukan hal-hal yang tidak perlu, dan lain-lain. Karena akibat buruk semua perilaku di atas lebih banyak dari yang kita bayangkan.

Imam Shâdiq as berkata, “Sangatlah rugi seorang muslim yang enggan menjadikan hari Jumat sebagai hari untuk mempelajari ilmu agama, dan untuk yang satu ini, ia tidak rela mengorbankan kegiatan-kegiatan lainnya”.

Rasulullah SAWW bersabda, “Ketika kalian melihat seorang yang sudah tua-bangka menceritakan sejarah Jahiliah dan masalah-masalah kufur pada hari Jumat, lemparlah ia dengan kerikil”.

Keenam belas, membaca shalawat sebanyak 1000 kali. Imam Bâqir as berkata, “Tiada ibadah yang lebih kucintai pada hari Jumat dari membaca shalawat untuk Muhammad dan keluarganya as”.

Penulis berkata, “Jika tidak kesempatan yang cukup (untuk itu), minimal kita harus membacanya sebanyak 100 kali, supaya wajah kita bercahaya pada hari Kiamat. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa barangsiapa membaca salawat, astaughfirullôha robbî wa atûbu ialaîh, dan surah At-Tauhîd sebanyak 100 kali pada hari Jumat, niscaya dosa-dosanya akan diampuni”.

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa mengirimkan shalawat untuk Muhammad dan keluarganya di antara shalat Zhuhur dan ‘Ashar sama dengan 70 kali haji.

Ketujuh belas, menziarahi Rasulullah SAWW dan para imam ma’sûm as. Cara-caranya akan disebutkan pada bab Ziarah (yang akan datang).

Kedelapan belas, berziarah ke kuburan orang-orang yang sudah meninggal dunia, (khususnya) kedua orang tua, karena hal itu memiliki keutamaan. Imam Bâqir as berkata, “Berziarahlah ke (kuburan) orang-orang yang meninggal dunia pada hari Jumat, karena mereka mengetahui siapa yang datang menziarahi mereka, dan (dengan itu) mereka akan bahagia”.

Kesembilan belas, membaca doa Nudbah. Doa ini adalah salah satu amalan yang dianjurkan untuk dibaca pada empat hari raya, dan akan disebutkan kemudian insyâ-Allah.

Kedua puluh, di samping shalat sunnah khusus hari Jumat yang berjumlah 20 raka’at; 6 raka’at pertama – menurut pendapat masyhur – dikerjakan (di pagi jari) ketika matahari mulai naik ke atas, 6 raka’at kedua dikerjakan ketika hari sudah mulai siang (sekitar pukul 10.00 pagi – Pen.), 6 raka’at ketiga dikerjakan sebelum zawâl, 2 raka’at dikerjakan setelah zawâl sebelum melaksanakan shalat wajib, atau 6 raka’at pertama dikerjakan setelah melakukan shalat Jumat atau Zhuhur sebagaimana hal itu telah disebutkan dengan rinci di dalam buku-buku fiqih dan kitab-kitab doa, terdapat shalat-shalat sunnah lainnya meskipun hal itu tidak dikhususkan untuk hari Jumat, namun mengerjakannya pada hari Jumat adalah lebih utama. Di antaranya:

a. Shalat Kâmilah

Syeikh Thûsî, Sayid Ibnu Thâwûs, Syahid, Allâmah Al-Majlisî, dan yang lain meriwayatkan dengan sanad mu’tabar dari Imam Shâdiq as bahwa beliau menukil dari nenek-moyangnya, Rasulullah SAWW bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat sebanyak 4 raka’at pada hari Jumat sebelum zawâl, lalu dalam setiap raka’at membaca surah Al-Fâtihah, An-Nâs, Al-Falaq, Al-Ikhlâsh, Al-Kâfirûn, ayat Kursî, — dalam riwayat lain –, Al-Qadr, dan ayat syahidallôhu annahû lâ ilâha illâ huwa wal malâ`ikatu wa ulul ‘ilmi qô`iman bil qisth, lâ ilâha illâ huwal ‘azîzul hakîm, innad dîna ‘indallôhil Islâm, wa makhtalafal ladzîna ûtul kitâbi illâ min ba’di mâ jâ`ahumul ‘ilmu baghyan bainahum, wa man yakfur bi âyâtillâhi fa-`innallôha sarî’ul hisâb masing-masing sebanyak 10 kali, kemudian setelah menyelesaikan empat raka’at tersebut ia membaca istighfâr, subhânallôhi wal hamdu lillâhi wa lâ ilâha illallôhu wallôhu akbar wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm dan shalawat masing-masing sebanyak 100 kali, niscaya Allah SWT akan melindunginya dari kejahatan penduduk langit dan bumi, setan, dan para raja zalim …”. Hingga akhir hadis yang berkenaan dengan keutamaan shalat ini.

b. Shalat 10 Raka’at

Hârits Al-Hamadânî meriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as berkata, “Jika engkau mampu, kerjakanlah shalat sebanyak 10 raka’at pada hari Jumat dan sempurnakanlah rukû’ dan sujûdnya. Setiap selesai mengerjakan dua raka’at, bacalah subhânallôhi wa bihamdih sebanyak 100 kali, karena shalat ini memiliki keutamaan yang tak terhingga”.

c. Shalat 2 Raka’at

Diriwayatkan dengan sanad mu’tabar bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca surah Ibrâhîm dan Al-Hijr dalam dua raka’at pada hari Jumat, niscaya ia tidak akan pernah dihinggapi oleh kekawatiran, penyakit gila, dan malapetaka”.

d. Shalat Rasulullah SAWW

Sayid Ibnu Thâwûs meriwayatkan bahwa Imam Ridâ as pernah ditanya tentang shalat Ja’far At-Thayyâr. Beliau menjawab, “Mengapa kalian lupa dengan shalat Rasulullah SAWW? Mungkin Rasulullah SAWW belum pernah melakukan shalat Ja’far tersebut, dan Ja’far juga belum pernah melaksanakan shalat beliau itu!” Perawi berkata, “Jika begitu, ajarkanlah shalat (Rasulullah SAWW) tersebut kepadaku!”

Beliau berkata, “Kerjakanlah shalat sebanyak 2 raka’at, dan di setiap raka’at, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak 1 kali dan innâ anzalnâhu (surah Al-Qadr) sebanyak 15 kali. Bacalah juga surah Al-Qadr tersebut ketika rukû’, bangun dari rukû’, sujûd pertama, bangun dari sujûd pertama, sujûd kedua, dan bangun dari sujûd kedua masing-masing sebanyak 15 kali. Setelah itu, bacalah tasyahhud dan salam. Jika engkau telah selesai melaksanakan shalat, tidak akan ada dosa yang tersisa dalam dirimu kecuali akan diampuni oleh Allah dan setiap hajat yang engkau minta, pasti akan dikabulkannya. Setelah selesai mengerjakan shalat, bacalah doa berikut ini:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّنَا وَ رَبُّ آبَائِنَا الْأَوَّلِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ إِلَهًا وَاحِدًا وَ نَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

Tiada Tuhan selalin Allah, Tuhan kami dan nenek-moyang kami yang telah berlalu, Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan kami menyerahkan diri kepada-Nya, tiada Tuhan selain Allah

لاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ وَحْدَهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ

kami tidak menyembah kecuali Dia dengan memurnikan agama hanya untuk-Nya meskipun musyrikin tidak menghendakinya, tiada Tuhan selain Allah, Ia Maha Esa, memenuhi

وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَ أَعَزَّ جُنْدَهُ وَ هَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ فَلَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ

janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan tentara-Nya, dan memporak-porandakan setiap kelompok (kafir dengan tangan-Nya) sendiri, bagin-Nya segala bentuk kerajaan dan pujian, dan Ia mampu untuk melakukan segala sesuatu.

قَدِيرٌ، اَللَّهُمَّ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ مَنْ فِيْهِنَّ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَ أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ

Ya Allah, Engkau adalah cahaya bagi lngit, bumi, dan segala yang berada di dalamnya. Maka, segala puji bagi-Mu sedangkan Engkaulah penegak langit dan bumi,

وَ مَنْ فِيْهِنَّ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَ أَنْتَ الْحَقُّ وَ وَعْدُكَ الْحَقُّ (حَقٌ) وَ قَوْلُكَ حَقٌّ وَ إِنْجَازُك حَقٌّ وَ الْجَنَّةُ حَقٌّ

serta segala yang yang berada di dalamnya, hanya bagi-Mulah segala puja, Engkau Maha Benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, penepatan janji-Mu benar, surga adalah benar,

وَ النَّارُ حَقٌّ (وَ أَنْتَ الْحَقُ)، اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَ بِكَ آمَنْتُ وَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَ بِكَ خَاصَمْتُ وَ إِلَيْكَ

dan neraka adalah benar, ya Allah, kepada-Mu aku pasrah-diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal, dengan (pertolongan)-Mu aku memerangi (musuh-musuhku), dan kepada-Mulah

حَاكَمْتُ، يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَ أَخَّرْتُ وَ أَسْرَرْتُ وَ أَعْلَنْتُ، أَنْتَ إِلَهِيْ لاَ إِلَهَ

kuserahkan pemutusan (segala sesuatu), ya rabbi, ya rabbi, ya rabbi, ampunilah (dosa-dosaku) yang telah lalu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan yang tampak, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan

إِلاّ أَنْتَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ اغْفِرْ لِيْ وَ ارْحَمْنِيْ وَ تُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

selain Engkau, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad dan keluarganya, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan terimalah tobatku, karena Engkau Maha Pengampun nan Penyayang.

Dalam kitab Mishbâh al-Mutahajjid, sebagai ganti at-tawwâbur rohîm di atas termaktub karîmur ro`ûfur rohîm ( كريم رؤوف رحيم)

Allâmah Al-Majlisî ra berkata, “Shalat ini adalah salah satu shalat yang telah masyhur (di kalangan Ahlussunnah dan Syi’ah), dan mereka telah menyebutkannya dalam buku-buku referensi hadis mereka. Sebagian orang menganggapnya sebagai shalat yang khusus dikerjakan pada hari Jumat, akan tetapi, dengan menilik hadis-hadis yang menyebutkan shalat ini, shalat tersebut dapat dikerjakan kapan saja”.

e. Shalat Amirul Mukminin as

Syeikh Thûsî dan Sayid Ibnu Thâwûs ra meriwayatkan bahwa Imam Sâdiq as berkata, “Barangsiapa di antara kalian mengerjakan shalat Amirul Mukminin as yang berjumlah 4 raka’at, niscaya ia akan terbersihkan dari dosa seperti ia baru lahir dari perut ibunya dan segala hajatnya akan dipenuhi. Pada setiap raka’at, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak 1 kali dan surah AL-Ikhlâsh sebanyak 50 kali. Setelah selesai mengerjakannya, bacalah tasbîh beliau berikut ini:

سُبْحَانَ مَنْ لاَ تَبِيْدُ مَعَالِمُهُ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ تَنْقُصُ خَزَائِنُهُ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ اضْمِحْلاَلَ لِفَخْرِهِ، سُبْحَانَ

Maha Suci Dzat yang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) tak ‘kan pernah sirna, Maha Suci Dzat yang harta simpanan-Nya tak ‘kan pernah berkurang, Maha Suci Dzat yang kebanggaan-Nya tak ‘kan pernah usang, Maha Suci

مَنْ لاَ يَنْفَدُ مَا عِنْدَهُ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ انْقِطَاعَ لِمُدَّتِهِ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ يُشَارِكُ أَحَدًا فِيْ أَمْرِهِ، سُبْحَانَ مَنْ

Dzat yang apa yang dimilikinya tak ‘kan pernah habis, Maha Suci Dzat yang masa (hidup)-Nya tak kenal akhir, Maha Suci Dzat yang tak pernah mengikutkan selain-Nya dalam segala urusan-Nya, Maha Suci Dzat yang

لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ

tiada Tuhan selain-Nya.

Lalu berdoalah dan bacalah munâjât berikut:

يَا مَنْ عَفَا عَنِ السَّيِّئَاتِ وَ لَمْ يُجَازِ بِهَا، ارْحَمْ عَبْدَكَ يَا اللَّهُ نَفْسِيْ نَفْسِيْ، أَنَا عَبْدُكَ يَا سَيِّدَاهْ، أَنَا

Wahai Dzat pemaaf segala kesalahan dan tidak menyiksa karenanya, rahmatilah hamba-Mu ini, Ya Allah, kasianilah diriku, aku adalah hamba-Mu, wahai Maulâ, aku adalah

عَبْدُكَ بَيْنَ يَدَيْكَ، أَيَا رَبَّاهْ، إِلَهِيْ بِكَيْنُونَتِكَ يَا أَمَلاَهْ، يَا رَحْمَانَاهْ، يَا غِيَاثَاهْ، عَبْدُكَ عَبْدُكَ لاَ حِيلَة لَهُ،

hamba-Mu (bersimpuh) di haribaan-Mu, ya Tuhanku, ya Ilahi, demi rahasia Dzat-Mu, wahai harapanku, wahai Dzat Yang Maha Pengasih, wahai Dzat Yang Maha Penolong, hamba-Mu ini t’lah tak berdaya,

يَا مُنْتَهَى رَغْبَتَاهْ، يَا مُجْرِيَ الدَّمِ فِيْ عُرُوْقِيْ، يَا سَيِّدَاهْ، يَا مَالِكَاهْ، أَيَا هُوَ أَيَا هُوَ، يَا رَبَّاهْ، عَبْدُكَ

wahai puncak harapannya, wahai pengalir darah di urat-uratku, wahai Maulâ, wahai Pemilik diriku, wahai Dia (Dzat Yang Agung), wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu,

عَبْدُكَ، لاَ حِيْلَةَ لِيْ وَ لاَ غِنَى بِيْ عَنْ نَفْسِيْ وَ لاَ أَسْتَطِيْعُ لَهَا ضَرًّا وَ لاَ نَفْعًا وَ لاَ أَجِدُ مَنْ أُصَانِعُهُ،

hamba-Mu, aku t’lah tak berdaya, aku tak pernah memiliki sesuatu dalam diriku, aku tidak mampu untuk mendatangkan bahaya dan menfaat baginya, dan aku tidak menemukan orang yang dapat kumintai bantuan (memberikan jalan keluar bagiku),

تَقَطَّعَتْ أَسْبَابُ الْخَدَائِعِ عَنِّيْ وَ اضْمَحَلَّ كُلُّ مَظْنُوْنٍ عَنِّيْ أَفْرَدَنِي الدَّهْرُ إِلَيْكَ، فَقُمْتُ بَيْنَ يَدَيْكَ

segala faktor telah terputus di hadapanku, segala prasangka (untuk mendapatkan harapnku) telah sirna dariku, (kini) masa telah meninggalkanku sendirian di haribaan-Mu, lalu aku berdiri di haribaan-Mu

هَذَا الْمَقَامَ، يَا إِلَهِي بِعِلْمِكَ كَانَ هَذَا كُلُّهُ فَكَيْفَ أَنْتَ صَانِعٌ بِيْ وَ لَيْتَ شِعْرِي كَيْفَ تَقُولُ لِدُعَائِيْ؟

di tempat ini, ya Ilahi, semua (pengakuanku) ini diketahui oleh imu-Mu, lalu bagaimanakah Engkau akan memperlakukanku? Oh, seandainya aku tahu jawaban-Mu terhadap doaku!

أَ تَقُوْلُ نَعَمْ أَمْ تَقُوْلُ لاَ فَإِنْ قُلْتَ لاَ فَيَا وَيْلِيْ يَا وَيْلِيْ يَا وَيْلِيْ يَا عَوْلِيْ يَا عَوْلِيْ يَا عَوْلِيْ يَا شِقْوَتِيْ

Apakah Engkau akan menjawab, “Ya!” ataukah menjawab, “Tidak!”? Jika Engkau menjawab, “Tidak!”, maka alangkah celaka, papa,

يَا شِقْوَتِي يَا شِقْوَتِي يَا ذُلِّي يَا ذُلِّي يَا ذُلِّي إِلَى مَنْ وَ مِمَّنْ أَوْ عِنْدَ مَنْ أَوْ كَيْفَ أَوْ مَا ذَا أَوْ إِلَى أَيِّ

sengsara, dan hinanya diriku! Kepada siapa, dari siapa, di sisi siapa, bagaimana, apa, atau

شَيْئٍ أَلْجَأُ وَ مَنْ أَرْجُوْ وَ مَنْ يَجُوْدُ عَلَيَّ بِفَضْلِهِ حِيْنَ تَرْفُضُنِيْ، يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ، وَ إِنْ قُلْتَ نَعَمْ،

kepada apakah aku harus berlindung dan berharap, serta siapakah yang akan berbuat baik terhadapku jikak Engkau mengusirku, wahai Dzat yang luang pengampunan-Nya. Jika Engkau menjawab, “Ya!”

كَمَا هُوَ الظَّنُّ بِكَ وَ الرَّجَاءُ لَكَ فَطُوْبَى لِيْ أَنَا السَّعِيْدُ وَ أَنَا الْمَسْعُوْدُ، فَطُوْبَى لِيْ وَ أَنَا الْمَرْحُوْمُ، يَا

– sebagaimana sangkaan dan harapanku kepada-Mu –, maka alangkah beruntungnya aku, (karena dengan itu) aku pasti bahagia dan dirahmati. Wahai

مُتَرَحِّمُ يَا مُتَرَئِّفُ يَا مُتَعَطِّفُ يَا مُتَجَبِّرُ (مُتَحَنِّنُ) يَا مُتَمَلِّكُ يَا مُقْسِطُ لاَ عَمَلَ لِي أَبْلُغُ بِهِ نَجَاحَ

Dzat Yang Maha Pemurah, Penyayang, Penuh Asih, Perkasa, Pemiliki (segala sesuatu), Adil, aku tidak pernah memiliki amalan yang dapat menyampaikanku kepada

حَاجَتِي، أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الَّذِيْ جَعَلْتَهُ فِيْ مَكْنُوْنِ غَيْبِكَ وَ اسْتَقَرَّ عِنْدَكَ فَلاَ يَخْرُجُ مِنْكَ إِلَى شَيْ‏ءٍ

hajatku. Aku mohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu yang Kau simpan di rahasia ghaib-Mu dan bersemayam di sisi-Mu; asma itu tidak akan keluar dari sisi-Mu

سِوَاكَ، أَسْأَلُكَ بِهِ وَ بِكَ وَ بِهِ فَإِنَّهُ أَجَلُّ وَ أَشْرَفُ أَسْمَائِكَ، لاَ شَيْئَ لِيْ غَيْرُ هَذَا وَ لاَ أَحَدَ أَعْوَدُ عَلَيَّ

kecuali (menuju) ke haribaan-Mu, aku mohon kepada-Mu dengannya, dengan-Mu dan dengannya, karena ia adalah asma-Mu yang paling Agung dan Mulia, aku tidak memiliki kecuali ini dan tak seorang pun yang lebih menguntungkanku

مِنْكَ، يَا كَيْنُوْنُ يَا مُكَوِّنُ يَا مَنْ عَرَّفَنِيْ نَفْسَهُ يَا مَنْ أَمَرَنِيْ بِطَاعَتِهِ يَا مَنْ نَهَانِيْ عَنْ مَعْصِيَتِهِ وَ يَا

kecuali Engkau. Wahai Dzat yang selalu ada, wahai Dzat Pengada (alam semesta), wahau Dzat yang memperkenalku dengan diri-Nya, wahai Dzat yang memerintahkanku untuk menaati-Nya, wahai Dzat yang melarangku untuk bermaksiat kepada-Nya, dan wahai

مَدْعُوُّ يَا مَسْؤُوْلُ يَا مَطْلُوْبًا إِلَيْهِ رَفَضْتُ وَصِيَّتَكَ الَّتِيْ أَوْصَيْتَنِيْ وَ لَمْ أُطِعْكَ، وَ لَوْ أَطَعْتُكَ فِيْمَا

Dzat (yang pantas untuk) diminta, aku telah menolak wasiat-Mu kepadaku dan tidak menaatinya, seandainya aku menaati

أَمَرْتَنِيْ لَكَفَيْتَنِيْ مَا قُمْتُ إِلَيْكَ فِيْهِ وَ أَنَا مَعَ مَعْصِيَتِيْ لَكَ رَاجٍ، فَلاَ تَحُلْ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ مَا رَجَوْتُ، يَا

perintah-Mu, niscaya Engkau akan mencukupkan segala permohonanku ini, dan aku dengan segala maksiatku masih bertumpu harapan kepada-Mu, maka janganlah Kau halangi antara aku dan harapanku. Wahai

مُتَرَحِّما لِيْ، أَعِذْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَ مِنْ خَلْفِيْ وَ مِنْ فَوْقِيْ وَ مِنْ تَحْتِيْ وَ مِنْ كُلِّ جِهَاتِ الْإِحَاطَةِ

Dzat Yang Maha Penyayang terhadapku, lindingilah aku dari arah depan, belakang, atas, dan bawahku, dan dari segala arah yang mengitariku.

بِيْ، اَللَّهُمَّ بِمُحَمَّدٍ سَيِّدِيْ وَ بِعَلِيٍّ وَلِيِّي وَ بِالْأَئِمَّةِ الرَّاشِدِيْنَ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ، اجْعَلْ عَلَيْنَا صَلَوَاتِكَ وَ

Ya Allah, demi Muhammad, pemimpinku, Ali, Waliku, dan demi para mashum as, limpahkanlah shalawat,

رَأْفَتَكَ وَ رَحْمَتَكَ، وَ أَوْسِعْ عَلَيْنَا مِنْ رِزْقِكَ وَ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَ جَمِيْعَ حَوَائِجِنَا، يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا

kasih-sayang, dan rahmat-Mu atas kami, lapangkanlah rezeki-Mu terhadap kami, lunaskanlah segala hutang kami, dan (penuhilah) segala hajat kami, ya Allah, ya Allah, ya

اللَّهُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيْرٌ

Allah, sesungguhnya Engkau mampu atas segala sesuatu.

Kemudian beliau melanjutkan perkataannya, “Barangsiapa melaksanakan shalat tersebut dan membaca doa itu, niscaya tidak akan dosa yang tersisa di dalam dirinya kecuali akan diampuni oleh Allah SWT”.

Penulis berkata, “Sangat banyak hadis yang menjelaskan keutamaan mengerjakan shalat ini di malam dan siang hari Jumat, dan jika setelah mengerjakan shalat tersebut membaca Allôhumma sholli ‘alân Nabiyyil ‘Arobî wa âlih, disebutkan dalam sebuah hadis bahwa dosa-dosanya yang telah berlalu dan yang akan datang akan diampuni, mendapatkan pahala mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak dua belas kali, dan Allah SWT akan melindunginya dari kelaparan dan kehausan di hari Kiamat”.

f. Shalat Sayidah Fathimah Az-Zahrâ` as

Diriwayatkan bahwa Sayidah Fathimah Az-Azhrâ` as selalu mengerjakan shalat dua raka’at (di siang hari Jumat) yang telah diajarkan malaikat Jibril kepada beliau. Pada raka’at pertama setelah membaca surah Al-Fâtihah, beliau membaca surah Al-Qadr sebanyak 100 kali dan pada rakaat kedua setelah itu, membaca surah At-Tauhîd sebanyak 100 kali. Setelah mengucapkan salam, beliau membaca doa berikut ini:

سُبْحَانَ ذِي الْعِزِّ الشَّامِخِ الْمُنِيفِ، سُبْحَانَ ذِي الْجَلاَلِ الْبَاذِخِ الْعَظِيْمِ، سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ الْفَاخِرِ

Maha Suci Dzat pemilik kemuliaan yang tinggi, Maha Suci Dzat pemilik keagungan yang agung, Maha Suci Dzat pemiliki kerajaan agung

الْقَدِيمِ، سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْبَهْجَةَ وَ الْجَمَالَ، سُبْحَانَ مَنْ تَرَدَّى بِالنُّوْرِ وَ الْوَقَارِ، سُبْحَانَ مَنْ يَرَى أَثَرَ

nan azali, Maha Suci Dzat yang berpakaian keindahan, Maha Suci Dzat yang berselimut cahaya dan kewibawaan, Maha Suci Dzat yang melihat bekas kaki

النَّمْلِ فِي الصَّفَا، سُبْحَانَ مَنْ يَرَى وَقْعَ الطَّيْرِ فِي الْهَوَاءِ، سُبْحَانَ مَنْ هُوَ هَكَذَا لاَ هَكَذَا غَيْرُهُ

semut di atas batu hitam yang keras, Maha Suci Dzat yang melihat bekas burung (terbang) di udara, Maha Suci Dzat memiliki sifat demikian, dan selain-Nya tidak memiliki sifat yang demikian.

Sayid Ibnu Thâwûs berkata, “Dalam sebuah hadis lain disebutkan bahwa setelah menegerjakan shalat tersebut, dianjurkan membaca Tasbîh Syidah Fathimah Az-Zahrâ` as yang biasanya dibaca setelah mengerjakan shalat wajib harian, dan setelah itu, membaca shalawat atas Muhammad dan keluarga beliau sebanyak 100 kali”.

Syeikh Thûsî berkata dalam Mishbâh al-Mutahajjidîn, “Shalat Sayidah Fathimah as adalah dua raka’at. Di dalam raka’at pertama, membaca surah Al-Fâtihah dan 100 kali surah Al-Qadr dan di raka’at kedua, membaca surah Al-Fâtihah dan 100 kalli surah At-Tauhîd. Setelah mengucapkan salam, membaca Tasbîh Sayidah Fathimah as, dan lalu membaca doa Subhâna dzil ‘izzisy syâmikh … hingga akhir doa seperti telah disebutkan di atas”.

Beliau melanjutkan, “Sebaiknya bagi orang yang mengerjakan shalat ini, setelah ia selesai membaca Tasbîh Sayidah Fathimah as, untuk menyingkapkan pakaian dari siku lengan dan lututnya (sehingga keduanya tidak tertutup oleh pakaian sedikit pun), lalu tempelkanlah semua anggota sujudnya ke atas tanah tanpa ada penghalang yang menghalang kemudian berdoa dan mintalah setiap hajat yang dikehendainya. Bacalah doa berikut ini dalam keadaan sujud tersebut:

يَا مَنْ لَيْسَ غَيْرَهُ رَبٌّ يُدْعَى، يَا مَنْ لَيْسَ فَوْقَهُ إِلَهٌ يُخْشَى، يَا مَنْ لَيْسَ دُونَهُ مَلِكٌ يُتَّقَى، يَا مَنْ لَيْسَ

Wahai Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya yang pantas untuk dimohon, wahai Dzat yang tiada Tuhan di atas-Nya yang pantas ditakuti, wahai Dzat yang tiada raja selain-Nya yang layak ditakuti, wahai Dzat yang tidak

لَهُ وَزِيرٌ يُؤْتَى، يَا مَنْ لَيْسَ لَهُ حَاجِبٌ يُرْشَى، يَا مَنْ لَيْسَ لَهُ بَوَّابٌ يُغْشَى، يَا مَنْ لا يَزْدَادُ عَلَى

memiliki seorang mentri pun yang layak didatangi (sebagai ganti-Nya), wahai Dzat yang tidak memiliki penghalang (baca : penjaga) yang bisa disogok, wahai Dzat yang tidak memiliki penjaga pintu yang bisa dikelabui, wahai Dzat yang banyaknya permohonan tidak akan menambah baginya

كَثْرَةِ السُّؤَالِ إِلاَّ كَرَمًا وَ جُوْدًا وَ عَلَى كَثْرَةِ الذُّنُوْبِ إِلاَّ عَفْوًا وَ صَفْحًا، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ

kecuali kedermawanan, dan banyaknya dosa kecuali pengampunan, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, dan

مُحَمَّدٍ، وَ افْعَلْ بِيْ كَذَا وَ كَذَا

lakukanlah atas diriku demikian dan demikian.

Sebagai ganti dari kata “demikain dan demikian”, sebutkanlah hajat dan permohonan Anda.

Shalat Sayidah Fathimah as yang lain

Syeikh Thûsî dan Sayid Ibnu Thâwûs ra meriwayatkan dari Shafwân bahwa Muhammad bin Ali Al-Halabi bertamu kepada Imam Shâdiq as pada hari Jumat. Ia berkata kepada beliau, “Aku mohon kepada Anda untuk mengajariku amalan yang paling utama pada hari ini”. Beliau berkata, “Aku tidak pernah tahu orang yang paling agung di sisi Rasulullah SAWW dari Fathimah as dan aku tidak tahu (pula) amalan yang paling agung dari amalan yang pernah diajarkan oleh beliau kepada Fathimah as. Beliau bersabda, “Barangsiapa memasuki pagi hari di hari Jumat, makalah mandilah, panjangkanlah langkahnya, dan kerjakanlah shalat sebanyak 4 raka’at dengan dua kali salam; pada raka’at pertama setelah membaca surah Al-Fâtihah, bacalah surah At-Tauhîd sebanyak 50 kali, pada raka’at kedua setelah membaca Al-Fâtihah, surah al-‘Âdiyât sebanyak 50 kali, pada raka’at ketiga setelah membaca Al-Fâtihah, surah Az-Zilzâl sebanyak 50 kali, dan pada raka’at keempat setelah membaca Al-Fâtihah, surah An-Nashr sebagai surah al-Qur’an terakhir yang diturunkan sebanyak 50 kali. Setelah selesai mengerjakan shalat ini, bacalah doa:

إِلَهِيْ وَ سَيِّدِيْ مَنْ تَهَيَّأَ أَوْ تَعَبَّى أَوْ أَعَدَّ أَوِ اسْتَعَدَّ لِوِفَادَةِ مَخْلُوْقٍ رَجَاءَ رِفْدِهِ وَ فَوَائِدِهِ وَ نَائِلِهِ وَ

Ilahi dan Tuanku, ketika seseorang rela mengorbankan (waktu dan harga dirinya) serta mempersiapkan (segala sesuatu) untuk menjumpai makhluk sesamanya demi mengharapkan pemberian,

فَوَاضِلِهِ وَ جَوَائِزِهِ، فَإِلَيْكَ يَا إِلَهِيْ كَانَتْ تَهْيِئَتِيْ وَ تَعْبِئَتِيْ وَ إِعْدَادِيْ وَ اسْتِعْدَادِيْ رَجَاءَ فَوَائِدِكَ وَ

anugerah, dan hadiahnya, maka (kini) aku rela (mengorbankan waktu dan harga diriku untuk menjumpai)-Mu demi mengharapkan kebaikan,

مَعْرُوْفِكَ وَ نَائِلِكَ وَ جَوَائِزِكَ، فَلاَ تُخَيِّبْنِيْ مِنْ ذَلِكَ يَا مَنْ لاَ تَخِيْبُ عَلَيْهِ مَسْأَلَةُ السَّائِلِ وَ لاَ تَنْقُصُهُ

anugerah, dan hadiah-Mu, maka janganlah Kau sia-siakan doaku, wahai Dzat yang tidak pernah sia-sia permitaan peminta-Nya dan (memberi) anugerah (kepadanya) tak ‘kan mengurangi (keagungan)-Nya,

عَطِيَّةُ نَائِلٍ، فَإِنِّي لَمْ آتِكَ بِعَمَلٍ صَالِحٍ قَدَّمْتُهُ وَ لاَ شَفَاعَةِ مَخْلُوْقٍ رَجَوْتُهُ أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ بِشَفَاعَتِهِ إِلاَّ

(ya Allah), aku tidak datang (menghadap)-Mu dengan mengandalkan amal saleh yang pernah kukerjakan, dan tidak juga karena syafa’at makhluk sesamaku yang kuharapkan untuk mendekatkan diri kepada-Mu kecuali

مُحَمَّدًا وَ أَهْلَ بَيْتِهِ صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَ عَلَيْهِمْ، أَتَيْتُكَ أَرْجُوْ عَظِيْمَ عَفْوِكَ الَّذِيْ عُدْتَ بِهِ عَلَى الْخَطَّائِيْنَ

syafa’at Muhammad dan keluarganya as; aku datang kepada-Mu karena mengharapkan besarnya ampunan-Mu yang t’lah Kau ampuni para pelaku kesalahan dengannya

عِنْدَ عُكُوْفِهِمْ عَلَى الْمَحَارِمِ،فَلَمْ يَمْنَعْكَ طُوْلُ عُكُوْفِهِمْ عَلَى الْمَحَارِمِ أَنْ جُدْتَ عَلَيْهِمْ بِالْمَغْفِرَةِ وَ أَنْتَ

ketika mereka mengerjakan hal-hal yang dilarang, maka panjangnya masa mereka berbuat dosa tidak mencegah-Mu untuk mengampuni mereka, dan Engkau adalah Tuanku

سَيِّدِيْ الْعَوَّادُ بِالنَّعْمَاءِ وَ أَنَا الْعَوَّادُ بِالْخَطَاءِ،أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ الطَّاهِرِيْنَ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذَنْبِيَ

yang terbiasa mencurahkan kenikmatan sedangkan aku telah terbiasa melakukan kesalahan. Aku mohon kepada-Mu demi Muhammad dan keluarganya yang suci untuk mengampuni dosaku yang besar,

الْعَظِيْمَ، فَإِنَّهُ لا يَغْفِرُ الْعَظِيْمَ إِلاَّ الْعَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ‏

karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni (dosaku) yang besar kecuali Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung, wahai Dzat Yang Maha Agung.

Penulis berkata, Sayid Ibnu Thâwûs dalam kitab Jamâl al-Usbû’ menyebutkan shalat setiap para imam ma’shûm as (pada hari ini) berserta doanya. Selayaknya shalat-shalat itu disebutkan di sini”. Hal itu adalah sebagai berikut:



g. Shalat Imam Hasan as

Shalat Imam Hasan as pada hari Jumat adalah 4 raka’at seperti shalat Amirul Mukminin as. Shalat beliau yang lain adalah 4 raka’at dan pada setiap raka’atnya membaca surah Al-Fâtihah sebanyak 1 kali dan surah At-Tauhîd sebanyak 25 kali.

Doa beliau (setelah mengerjakan shalat tersebut) adalah:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَ كَرَمِكَ وَ أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ وَ أَتَقَرَّبُ إِلَيْكَ

Ya Allah, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan (perantara) kedermawan dan kemurahan-Mu, aku mendekatkan diri kepada-Mu dengan (perantara) Muhammad hamba dan Rasul-Mu, dan aku mendekatkan diri kepada-Mu

بِمَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَ أَنْبِيَائِكَ وَ رُسُلِكَ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَ رَسُولِكَ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَ

dengan (perantara) para malaikat, nabi, dan rasul-Mu. Curahkanlah shalawat-Mu atas Muhammad, hamba dan Rasul-Mu dan atas keluarganya,

أَنْ تُقِيْلَنِيْ عَثْرَتِيْ وَ تَسْتُرَ عَلَيَّ ذُنُوْبِيْ وَ تَغْفِرَهَا لِيْ وَ تَقْضِيَ لِيْ حَوَائِجِيْ وَ لاَ تُعَذِّبَنِي بِقَبِيْحٍ كَانَ

maafkanlah kesalahanku, tutupi dan ampunilah dosa-dosaku, penuhilah segala hajatku, dan janganlah Kau siksa aku karena (amal-amalku) yang buruk,

مِنِّيْ فَإِنَّ عَفْوَكَ وَ جُوْدَكَ يَسَعُنِيْ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ

karena ampunan dan kedermawanan-Mu pasti meliputiku, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

h. Shalat Imam Husein as

Shalat Imam Husein as adalah 4 raka’at. Pada setiap raka’at, bacalah surah Al-fâtihah dan At-Tauhîd masing-masing sebanyak 50 kali. Ketika ruku’, bangun dari ruku’, sujud pertama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua, bacalah kedua surah di atas masing-masing 10 kali. Setelah selesai mengerjakan empat raka’at tersebut dan mengucapkan salam, bacalah doa berikut ini:

أَللَّهُمَّ أَنْتَ الَّذِي اسْتَجَبْتَ لِاَدَمَ وَ حَوَّاءَ إِذْ قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ

Ya Allah, Engkaullah yang telah mengabulkan permohonan Adam dan Hawa ketika mereka berseru, “Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami. Jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihani kami, niscaya kami

مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، وَ نَادَاكَ نُوْحٌ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَ نَجَّيْتَهُ وَ أَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيْمِ، وَ أَطْفَأْتَ نَارَ نَمْرُوْدَ

akan celaka”, Nuh telah menyeru-Mu, lalu kabulkan seruannya dan selamatkan diri dan keluarganya dari (amukan) malapetaka (topan) yang dahsyat, Engkau telah memadamkan api Namrûd

عَنْ خَلِيْلِكَ إِبْرَاهِيْمَ فَجَعَلْتَهَا عَلَيْهِ بَرْدًا وَ سَلاَمًا، وَ أَنْتَ الَّذِي اسْتَجَبْتَ لِاَيُّوْبَ إِذْ نَادَى إِنِّيْ مَسَّنِيَ

dari Ibrahim Khalîl-Mu lalu Kau jadikannya dingin dan keselamatan baginya, Engkaulah yang telah mengabulkan (doa) Ayyûb ketika ia menyeru, “Aku telah ditimpa

الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ فَكَشَفْتَ مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَ آتَيْتَهُ أَهْلَهُ وَ مِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ وَ

penyakit parah dan Engkau adalah lebih pengasih dari para pengasih”, lalu Engkau menyembuhkannya dari penyakit itu dan mengembalikan kepadanya keluarga dan yang seperti mereka bersama mereka sebagai rahmat dari sisi-Mu dan

ذِكْرَى لِأُولِي الْاَلْبَابِ، وَ أَنْتَ الَّذِي اسْتَجَبْتَ لِذِي النُّوْنِ حِيْنَ نَادَاكَ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

peringatan bagi orang-orang yang berakal, Engkaulah yang telah mengabulkan (doa) Dzunnûn (Yunus) as ketika ia menyeru-Mu di dalam kegelapan, “Tiada Tuhan selain Engkau,

سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ فَنَجَّيْتَهُ مِنَ الْغَمِّ، وَ أَنْتَ الَّذِي اسْتَجَبْتَ لِمُوْسَى وَ هَارُوْنَ دَعْوَتَهُمَا

Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim”, lalu Engkau menyelamatkannya dari kesusahannya, Engkaulah yang telah mengabulkan (doa) Musa dan Harun

حِيْنَ قُلْتَ قَدْ أُجِيْبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيْمَا وَ أَغْرَقْتَ فِرْعَوْنَ وَ قَوْمَهُ، وَ غَفَرْتَ لِدَاوُدَ ذَنْبَهُ وَ تُبْتَ عَلَيْهِ

di saat Engkau berfirman, “Doa kalian telah dikabulkan, maka beristiqâmahlah” dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, Engkau telah mengampuni dosa Dawud dan menerima taubatnya

رَحْمَةً مِنْكَ وَ ذِكْرَى، وَ فَدَيْتَ إِسْمَاعِيْلَ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ بَعْدَ مَا أَسْلَمَ وَ تَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ فَنَادَيْتَهُ بِالْفَرَجِ وَ

sebagai rahmat dan peringatan dari-Mu, Engkau telah mengorbankan demi Isma’il sembelihan yang agung setelah ia pasrah dan menyimpuhkan wajahnya (di atas sebongkah batu), lalu Engkau memanggilnya (baca : menjanjikan kepadanya) dengan kelapangan,

الرَّوْحِ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ نَادَاكَ زَكَرِيَا نِدَاءً خَفِيًّا فَقَالَ رَبِّ إِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَ اشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَ

Engkaulah yang telah diseru oleh Zakaria secara samar (dari lubuk hati); ia berkata, “Wahai Tuhanku, tulang-belulangku telah melemah dan rambutku telah memutih sedangkan

لَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا، وَ قُلْتَ يَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَ رَهَبًا وَ كَانُوْا لَنَا خَاشِعِيْنَ، وَ أَنْتَ الَّذِيْ تَسْتَجِيْبُ

aku tidak pernah merasa celaka dengan berdoa kepada-Mu” dan Engkau berfirman (berkenaan dengannya), “Mereka berdoa kepada kami dengan rendah hati dan rasa takut serta khusyû’ di (haribaan) Kami”, dan Engkaulah yang akan mengabulkan

لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لِتَزِيْدَهُمْ مِنْ فَضْلِكَ، فَلاَ تَجْعَلْنِيْ مِنْ أَهْوَنِ الدَّاعِيْنَ لَكَ وَ الرَّاغِبِيْنَ

(doa) orang-oran gyang beriman dan beramal saleh sehingga Engkau menambahkan anugerah-Mu kepada mereka. Oleh karena itu, jangan Kau jadikan aku orang yang paling hina di antara orang-orang yang berdoa kepada-Mu dan merindukan-Mu,

إِلَيْكَ، وَ اسَتَجِبْ لِيْ كَمَا اسَتَجَبْتَ لَهُمْ بِحَقِّهِمْ عَلَيْكَ، فَطَهِّرْنِيْ بِتَطْهِيْرِكَ، وَ تَقَبَّلْ صَلاَتِيْ وَ دُعَائِيْ

kabulkanlah – demi hak yang mereka miliki atas-Mu – (doa)ku sebagaimana Engkau telah mengabulkan (doa) mereka, sucikanlah diriku dengan penyucian-Mu, terimalah shalatku dan (kabulkanlah) doaku

بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ، وَ طَيِّبْ بَقِيَّةَ حَيَاتِيْ، وَ طَيِّبْ وَفَاتِيْ، وَ اخْلُفْنِيْ فِيْمَنْ أَخْلُفُ، وَ احَفَظْنِيْ يَا رَبِّ

dengan penerimaan yang terbaik, harumkanlah sisa sisa hidup dan saat wafatku, urusilah segala yang kutinggalkan, jagalah diriku – wahai Tuhanku –

بِدُعَائِيْ، وَ اجْعَلْ ذُرِّيَّتِيْ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً تَحُوْطُهَا بِحِيَاطَتِكَ بِكُلِّ مَا حُطْتَّ بِهِ ذُرِّيَّةَ أَحَدٍ مِنْ أَوْلِيَائِكَ وَ

demi doaku, jadikanlah keturunanku keturunan yang baik (dan) jagalah mereka dengan penjagaan yang telah Kau gunakan untuk menjaga keturunan salah seorang dari para kekasih-Mu dan

أَهْلِ طَاعَتِكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا مَنْ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ رَقِيْبٌ وَ لِكُلِّ دَاعٍ مِنْ خَلْقِكَ

orang-orang yang menaati-Mu, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang lebih pengasih dari para pengasih. Wahai Dzat pengawas segala sesuatu, pengabul doa setiap makhluk-Mu,

مُجِيْبٌ وَ مِنْ كُلِّ سَائِلٍ قَرِيْبٌ، أَسْأَلُكَ يَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ الْأََحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ

dan yang dekat kepada setiap peminta-(Nya), aku mohon kepada-Mu, wahai Dzat yang tiada Tuhan selain-Mu yang Maha Hidup, berdiri dengan sendiri-Nya, Esa, dan tempat tumpuan (segala hajat) yang tidak beranak dan tidak

يُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، وَ بِكُلِّ اسْمٍ رَفَعْتَ بِهِ سَمَاءَكَ وَ فَرَشْتَ بِهِ أَرْضَكَ وَ أَرْسَيْتَ بِهِ الْجِبَالَ

diperanakkan serta tiada seorang pun yang sebanding dengan-Nya, dan (aku mohon kepada-Mu) dengan setiap asma yang dengannya Kau tegakkan langit-Mu, Kau hamparkan bumi-Mu, Kau tegakkan gunung-gunung,

وَ أَجْرَيْتَ بِهِ الْمَاءَ وَ سَخَّرْتَ بِهِ السَّحَابَ وَ الشَّمْسَ وَ الْقَمَرَ وَ النُّجُوْمَ وَ الَّليْلَ وَ النَّهَارَ وَ خَلَقْتَ

Kau alirkan air, Kau tunddukkan awan, matahari, bulan, bintang-gumintang, malam, dan siang, dan Kau ciptakan

الخَلاَئِقَ كُلَّهَا، أَسْأَلُكَ بِعَظَمَةِ وَجْهِكَ الْعَظِيْمِ الَّذِيْ أَشْرَقَتْ لَهُ السَّمَوَاتُ وَ الْأََرْضُ فَأَضَاءَتْ بِهِ

seluruh makhluk, aku mohon kepada-Mu dengan keagungan Dzat-Mu yang karenanya langit dan bumi bersimbah cahaya serta kegelapan menjadi terang-benderang

الظُّلُمَاتُ إِلاَّ صَلَّيْتَ عَلَى مُحَمَّدٍ و آل مُحَمَّدٍ وَ كَفَيْتَنِيْ أَمْرَ مَعَاشِيْ وَ مَعَادِيْ وَ أَصْلَحْتَ لِيْ شَأْنِيْ

untuk melimphkan shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya, mencukupkan urusan hidup dan tempat kembaliku (kelak), membenarkan (baca : membereskan) seluruh urusanku,

كُلَّهُ وَ لَمْ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ وَ أَصْلَحْتَ أَمْرِيْ وَ أَمْرَ عِيَالِيْ وَ كَفَيْتَنِيْ هَمَّهُمْ وَ أَغْنَيْتَنِيْ وَ

tidak menyerahkanku kepada diriku sekejap mata pun, membereskan seluruh urusanku dan keluargaku, menjadikanku mampu (untuk mencukupi) keinginan mereka, dan menjadikanku dan mereka berkecukupan

إِيَّاهًمْ مِنْ كَنْزِكَ وَ خَزَائِنِكَ وَ سَعَةِ فَضْلِكَ الَّذِيْ لاَ يَنْفَدُ أَبَدًا، وَ أَثْبِتْ فِيْ قَلْبِيْ يَنَابِيْعَ الْحِكْمَةِ الَّتِيْ

dengan harta dan keluasan anugerah-Mu yang tak ‘kan pernah sirna, kokohkanlah di hatiku mata air hikmah yang bermanfaat

تَنْفَعُنِيْ بِهَا وَ تَنْفَعُ بِهَا مَنِ ارْتَضَيْتَ مِنْ عِبَادِكَ، وَ اجْعَلْ لِّيْ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ إِمَامًا كَمَا

bagiku dan bagi hamba-Mu yang Kau restui, jadikanlah bagiku di akhir zaman seorang imam dari orang-orang yang bertakwa sebagaimana

جَعَلْتَ إِبْرَاهِيْمَ الْخَلِيْلَ إِمَامًا، فَإِنَّ بِتَوْفِيْقِكَ يَفُوْزُ الْفَائِزُوْنَ وَ يَتُوْبُ التَّائِبُوْنَ وَ يَعْبُدُكَ الْعَابِدُوْنَ، وَ

Engkau telah menjadikan Ibrahim Al-Khalîl sebagai seorang imam, karena hanya dengan taufik-Mu orang-orang yang beruntung akan beruntung, orang-orang yang bertaubat akan bertaubat, para penyembah akan menyembah-Mu,

بِتَسْدِيْدِكَ يَصْلُحُ الصَّالِحُوْنَ الْمُحْسِنُوْنَ الْمُخْبِتُوْنَ الْعَابِدُوْنَ لَكَ الْخَائِفُوْنَ مِنْكَ، وَ بِإِرْشَادِكَ نَجَا

hanya dengan pengarahan-Mu orang-orang saleh pembakti, khusyû’, penyembah-Mu, dan yang takut kepada-Mu akan sampai ke tempat yang layak, dan hanya dengan petunjuk-Mu

النَّاجُوْنَ مِنْ نَارِكَ وَ أَشْفَقَ مِنْهَا الْمُشْفِقُوْنَ مِنْ خَلْقِكَ، وَ بِخَذْلاَنِكَ خَسِرَ الْمُبْطِلُوْنَ وَ هَلَكَ الظَّالِمُوْنَ

orang-orang yang selamat akan selamat dari (siksa) neraka-Mu, dan para hamba-Mu yang rindu (kepada-Mu) akan takut kepadanya, serta hanya dengan penghinaan-Mu para pendukung kebatilan akan rugi, para zalim akan celaka,

وَ غَفَلَ الْغَافِلُوْنَ، أَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا فَأَنْتَ وَلِيُّهَا وَ مَوْلاَهَا وَ أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَللَّهُمَّ بَيِّنْ لَهَا

dan para pelupa akan lupa (dari-Mu). Ya Allah, anugerahkan kepada jiwaku ketakwaan, karena Engkau adalah wali dan pembimbingnya serta Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. Ya Allah, tunjukkanlah baginya jalan

هُدَاهَا وَ أَلْهِمْهَا تَقْوَاهَا وَ بَشِّرْهَا بِرَحْمَتِكَ حِيْنَ تَتَوَفَّاهَا، وَ نَزِّلْهَا مِنَ الْجِنَانِ عُلْيَاهَا وَ طَيِّبْ وَفَاتَهَا وَ

petunjuknya, anugerahkan kepadanya ketakwaan, berikanlah kepadanya kabar gembira dengan rahmat-Mu ketika Engkau mencabut nyawanya, tempatkanlah ia di surga yang paling tinggi, harumkanlah kematian dan

مَحْيَاهَا، وَ أَكْرِمْ مُنْقَلَبَهَا وَ مَثْوَاهَا وَ مُسْتَقَرَّهَا وَ مَأْوَاهَا، فَأَنْتَ وَلِيُّهَا وَ مَوْلاَهَا

masa hidupnya, dan muliakanlah tempat kembalinya (kelak), karena Engkau adalah wali dan pembimbingnya.

i. Shalat Imam Ali Zainal Abidin as

Shalat beliau adalah 4 raka’at. Pada setiap raka’atnya, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak sekali dan surah At-Tauhîd sebanyak 100 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat adalah:

يَا مَنْ أَظْهَرَ الْجَمِيْلَ وَ سَتَرَ الْقَبِيْحَ، يَا مَنْ لَمْ يُؤَاخِذْ بِالْجَرِيْرَةِ وَ لَمْ يَهْتِكِ السِّتْرَ، يَا عَظِيْمَ الْعَفْوِ، يَا

Wahai Dzat yang menampakkan keindahan dan menutupi kejelekan, wahai Dzat yang tidak menyiksa karena dosa dan tidak menyobek (tabir para pendosa), wahai Dzat yang besar maaf-Nya, wahai

حَسَنَ التَّجَاوُزِ، يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ، يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالرَّحْمَةِ، يَا صَاحِبَ كُلِّ نَجْوَى، يَا مُنْتَهَى كُلِّ

Dzat pemaaf, wahai Dzat yang luas ampunan-Nya, wahai Dzat penebar rahmat dengan tangan-Nya, wahai pemilik setiap rintihan, wahai harapan setiap

شَكْوَى، يَا كَرِيْمَ الصَّفْحِ، يَا عَظِيْمَ الرَّجَاءِ، يَا مُبْتَدِئًا بِالنِّعَمِ قَبْلَ اسْتِحْقَاقِهَا، يَا رَبَّنَا وَ سَيِّدَنَا وَ

pengaduan, wahai Dzat pemaaf, wahai harapan teragung, wahai Dzat yang menganugerahkan nikmat sebelum hal itu berhak (dimiliki oleh para hamba-Nya), wahai Tuhan kami, Tuan kami, dan

مَوْلاَنَا، يَا غَايَةَ رَغْبَتِنَا، أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

maulâ kami, wahai harapan segala keinginan kami, aku mohon kepada-Mu untuk melimpahkan shalawat-(Mu) kepada Muhammad dan keluarganya.

j. Shalat Imam Muhammad Al-Bâqir as

Shalat beliau adalah 2 raka’at. Pada setiap raka’atnya, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak sekali dan subhânallôhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illâhu wallôhu akbar sebanyak 100 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا حَلِيْمُ ذُوْ (ذَا) أَنَاةٍ غَفُوْرٌ وَدُوْدٌ أَنْ تَتَجَاوَزَ عَنْ سَيِّئَاتِيْ وَ مَا عِنْدِيْ بِحُسْنِ مَا

Aku mohon kepada-Mu, wahai Dzat Penyabar, tidak tergesa-gesa (untuk menyiksa), Pemaaf, dan Penyayang, untuk memaafkan segala dosaku, (menggantikan) kejelekan yang ada padaku dengan kebaikan yang

عِنْدَكَ وَ أَنْ تُعْطِيَنِيْ مِنْ عَطَائِكَ مَا يَسَعُنِيْ وَ تُلْهِمَنِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَنِي الْعَمَلَ فِيْهِ بِطَاعَتِكَ وَ طَاعَةِ

Kau miliki, memberikan anugerah-Mu kepadaku sehingga aku bisa (hidup) cukup, mengilhamkan kepadaku dari anugerah itu untuk beramal sesuai dengan ketaatan kepada-Mu dan

رَسُوْلِكَ وَ أَنْ تُعْطِيَنِيْ مِنْ عَفْوِكَ مَا أَسْتَوْجِبُ بِهِ كَرَامَتَكَ، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ مَا أَنْتَ أَهْلُهُ وَ لاَ تَفْعَلْ بِيْ

Rasul-Mu, dan menganugerahkan maaf-Mu kepadaku sehingga aku dapat menggapai kemuliaan-Mu. Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku apa yang layak bagimu dan jangan Kau perlakukan aku

مَا أَنَا أَهْلُهُ فَإِنَّمَا أَنَا بِكَ وَ لَمْ أُصِبْ خَيْرًا قَطُّ إِلاَّ مِنْكَ، يَا أَبْصَرَ الْأَبْصَرِينَ، وَ يَا أَسْمَعَ السَّامِعِينَ، وَ

sesuai dengan yang pantas (dibalaskan kepadaku), karena aku hanya berpegang tegu kepada-Mu dan aku tidak pernah mendapatkan kebaikan kecuali dari-Mu. Wahai Dzat yang lebih melihat dari para pelihat, wahai Dzat yang lebih mendengar dari para pendengar,

يَا أَحْكَمَ الْحَاكِمِيْنَ، وَ يَا جَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّيْنَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ

wahai Dzat yang lebih adil dari para penguasa, wahai pelindung orang-orang yang berlindung, dan wahai Dzat yang mengabulkan doa orang-orang yang terjepit, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarga

مُحَمَّدٍ

Muhammad.

k. Shalat Imam Shâdiq as

Shalat beliau adalah 2 raka’at. Pada setiap raka’at, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak sekali dan ayat syahidallôhu annahû lâ ilâha illâ huwa wal malâ`ikatu wa ulul ‘ilmi qô`iman bil qisth, lâ ilâha illâ huwal ‘azîzul hakîm, innad dîna ‘indallôhil Islâm, wa makhtalafal ladzîna ûtul kitâbi illâ min ba’di mâ jâ`ahumul ‘ilmu baghyan bainahum, wa man yakfur bi âyâtillâhi fa-`innallôha sarî’ul hisâb sebanyak 100 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

يَا صَانِعَ كُلِّ مَصْنُوْعٍ، يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ (كَسْرٍ)، وَ يَا حَاضِرَ كُلِّ مَلَإٍ، وَ يَا شَاهِدَ كُلِّ نَجْوَى، وَ يَا

Wahai Pencipta setiap makhluk, wahai penenang (kegundahan) setiap yang patah hati, wahai Dzat yang selalu hadir di setiap khalayak, wahai penyaksi setiap rintihan, wahai

عَالِمَ كُلِّ خَفِيَّةٍ، وَ يَا شَاهِدُ (شَاهِدًا) غَيْرَ غَائِبٍ وَ يَا غَالِبُ (غَالِبًا) غَيْرَ مَغْلُوْبٍ وَ يَا قَرِيْبُ (قَرِيْبًا)

Dzat yang mengetahui setiap yang tersembunyi, wahai Dzat yangn tampak tak tersembunyi, wahai Dzat yang selalu menang tak terkalahkan, wahai Dzat yang dekat

غَيْرَ بَعِيْدٍ وَ يَا مُوْنِسَ كُلِّ وَحِيْدٍ، وَ يَا حَيُّ مُحْيِيَ الْمَوْتَى وَ مُمِيْتَ الْأَحْيَاءِ الْقَائِمُ (الْقَائِمَ) عَلَى كُلِّ

tak jauh, wahai penenang orang yang sendirian, wahai Dzat yang hidup yang menghidupkan orang-orang yang mati dan mematikan orang-orang yang hidup, yang mengawasi setiap

نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ، وَ يَا حَيًّا حِيْنَ لاَ حَيَّ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

jiwa atas setiap perilakunya, dan wahai Dzat yang Maha Hidup ketika tak ada satu makhluk pun yang hidup, tiada Tuhan selain Engkau, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya.

l. Shalat Imam Musa Al-Kâzhim as

Shalat beliau adalah 2 raka’at. Pada setiap, bacalah surah Al-Fâtihah sebanyak sekali dan surah At-Tauhîd sebanyak 12 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

إِلَهِيْ خَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لَكَ وَ ضَلَّتِ الْأَحْلاَمُ فِيْكَ وَ وَجِلَ كُلُّ شَيْئٍٍ مِنْكَ وَ هَرَبَ كُلُّ شَيْ‏ءٍ إِلَيْكَ وَ

Ilahi, semua suara khusyu’ tunduk di hadapan-Mu, semua akal bingung (memikirkan hakikat)-Mu, segala sesuatu takut kepada-Mu, segala sesuatu lari menuju-Mu,

ضَاقَتِ الْأَشْيَاءُ دُوْنَكَ وَ مَلَأَ كُلَّ شَيْئٍٍ نُوْرُكَ، فَأَنْتَ الرَّفِيْعُ فِيْ جَلاَلِكَ وَ أَنْتَ الْبَهِيُّ فِيْ جَمَالِكَ وَ

segala sesuatu selain-Mu berada dalam kesempitan, dan cahaya-Mu memenuhi segala sesuatu. Engkau Maha Tinggi dalam keagungan-Mu, Engkau Maha Indah dalam keindahan-Mu,

أَنْتَ الْعَظِيْمُ فِيْ قُدْرَتِكَ وَ أَنْتَ الَّذِيْ لاَ يَؤُُوْدُكَ شَيْئٌ،ٌ يَا مُنْزِلَ نِعْمَتِيْ يَا مُفَرِّجَ كُرْبَتِيْ وَ يَا قَاضِيَ

Engkau Maha Agung dalam kekuatan-Mu, dan Engkau adalah Dzat yang tak dapat dilelahkan oleh apa pun, wahai penurun nikmatku, wahai pemusnah kegundahanku, wahai pemenuh semua

حَاجَتِيْ، أَعْطِنِيْ مَسْأَلَتِيْ بِلاَ إِلَهَ إِلا أَنْتَ، آمَنْتُ بِكَ مُخْلِصًا لَكَ دِيْنِيْ، أَصْبَحْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَ

hajatku, kabulkanlah permintaanku demi ke-Esaan-Mu, aku berinan kepada-Mu dengan memurnikan agamaku untuk-Mu, kumasuki hari ini dengan memegang janji-Mu

وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِالنِّعْمَةِ وَ أَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لاَ يَغْفِرُهَا غَيْرُكَ، يَا مَنْ هُوَ فِيْ

semampuku, aku kembali kepada-Mu dengan nikmat dan memohon ampun kepada-Mu dari dosa-dosa yang selain-Mu tidak dapat mengampuninya. Wahai Dzat yang

عُلُوِّهِ دَانٍ وَ فِيْ دُنُوِّهِ عَالٍ وَ فِيْ إِشْرَاقِهِ مُنِيْرٌ وَ فِيْ سُلْطَانِهِ قَوِيٌّ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ

dekat dalam ketinggian (kedudukan)-Nya, yang Maha Tinggi dalam kedekatan-Nya, yang bercahaya keterang-benderang-Nya, dan Maha Kuat dalam kekuasaan-Nya, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya.

m. Shalat Imam Ridhâ as

Shalat beloiau adalah 6 raka’at. Pada setiap raka’atnya, bacalah surah Al-Fâtihah sekali dan surah Al-Insân sebanyak 10 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

يَا صَاحِبِيْ فِيْ شِدَّتِيْ، وَ يَا وَلِيِّيْ فِيْ نِعْمَتِيْ، وَ يَا إِلَهِيْ وَ إِلَهَ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِسْحَاقَ وَ

Wahai sahabatku dalam kesusahanku, wahai waliku dalam nikmatku, wahai Tuhanku dan Tuhan Ibrâhîm, Ismâ’îl, Ishâq, dan

يَعْقُوْبَ، يَا رَبَّ كهيعص وَ يس وَ الْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ، أَسْأَلُكَ يَا أَحْسَنَ مَنْ سُئِلَ وَ يَا خَيْرَ مَنْ دُعِيَ وَ

Ya’qûb, wahai Tuhan Kâf Hâ Yâ ‘Aîn Shâd dan Yâsîn, aku mogon kepada-Mu wahai Dzat terbaik yang dapat diminta, wahai Dzat terbaik yang dapat dimohon, wahai

يَا أَجْوَدَ مَنْ أَعْطَى، وَ يَا خَيْرَ مُرْتَجًى، أَسْأَلُكَ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

Dzat terdermawan yang dapat memberi, dan wahai tumpuan harapan terbaik, aku mohon kepada-Mu untuk melimpahkan shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya.

n. Shalat Imam Jawâd as

Shalat beliau adalah 2 raka’at. Pada setiap raka’at, bacalah surah Al-Fâtihah sekali dan surah At-Tauhîd sebanyak 70 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

اَللَّهُمَّ رَبَّ الْأَرْوَاحِ الْفَانِيَةِ وَ الْأَجْسَادِ الْبَالِيَةِ، أَسْأَلُكَ بِطَاعَةِ الْأَرْوَاحِ الرَّاجِعَةِ إِلَى أَجْسَادِهَا [أَحِبَّائِهَا] وَ

Ya Allah, Tuhan roh-roh yang fana (dari dunia ini) dan badan-badan yang hancur-lebur, aku mohon kepada-Mu dengan (perantara) ketaatan roh-roh yang (akan) kembali badan-badannya,

بِطَاعَةِ الْأَجْسَادِ الْمُلْتَئِمَةِ بِعُرُوْقِهَا وَ بِكَلِمَتِكَ النَّافِذَةِ بَيْنَهُمْ وَ أَخْذِكَ الْحَقَّ مِنْهُمْ وَ الْخَلاَئِقُ بَيْنَ يَدَيْكَ

dengan (perantara) ketaatan badan-badan yang akan kembali tersusun dengan urat-uratnya, dengan (perantara) firman-Mu yang berlaku atas mereka, dan dengan (perantara) hak yang akan Kau ambil dari mereka sedang para makhluk

يَنْتَظِرُوْنَ فَصْلَ قَضَائِكَ وَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَكَ وَ يَخَافُوْنَ عِقَابَكَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ اجْعَلِ

menunggu keputusan-Mu di hadapan-Mu, mengharapkan rahmat-Mu, dan takut akan siksa-Mu, limpahlanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya, jadikanlah cahaya di

النُّوْرَ فِيْ بَصَرِيْ وَ الْيَقِينَ فِيْ قَلْبِيْ وَ ذِكْرَكَ بِاللَّيْلِ وَ النَّهَارِ عَلَى لِسَانِيْ وَ عَمَلاً صَالِحًا فَارْزُقْنِيْ

mataku, keyakinan di kalbuku, berdzikir kepada-Mu siang dan malam di mulutku, dan anugerahkan amal saleh kepadaku.

o. Shalat Imam Ali Al-Hâdî as

Shalat berjumlah 2 raka’at. Pada raka’at pertama, bacalah surah Al-Fâtihah dan Yâsîn serta pada raka’at kedua, bacalah surah Al-Fâtihah dan surah Ar-Rahmân (masing-masing satu kali). Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

يَا بَارُّ يَا وَصُولُ، يَا شَاهِدَ كُلِّ غَائِبٍ، وَ يَا قَرِيْبُ غَيْرَ بَعِيْدٍ، وَ يَا غَالِبُ غَيْرَ مَغْلُوْبٍ، وَ يَا مَنْ لاَ

Wahai Dzat pelaku kebaikan, wahai Dzat pemerhati (kondisi makhluk-Nya), wahai Dzat penyaksi segala yang ghaib, wahai Dzat yang dekat tak jauh, wahai Dzat yang menang tak terkalahkan, wahai Dzat yang tak seorang pun

يَعْلَمُ كَيْفَ هُوَ إِلاَّ هُوَ، يَا مَنْ لاَ تُبْلَغُ قُدْرَتُهُ، أَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ الْمَكْنُوْنِ الْمَخْزُوْنِ الْمَكْتُوْمِ عَمَّنْ

mengetahui hakikat-Nya kecuali Dia, dan wahai Dzat yang kekuatan-Nya tak tergapai (oleh siapapun), aku mohon kepada-Mu dengan (perantara) asma-Mu yang tersimpan nan tersembunyi dari orang yang

شِئْتَ الطَّاهِرِ الْمُطَهَّرِ الْمُقَدَّسِ النُّوْرِ التَّامِّ الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الْعَظِيْمِ، نُوْرِ السَّمَاوَاتِ وَ نُوْرِ الْأَرَضِيْنَ عَالِمِ

Kau kehendaki, yang suci nan disucikan, nûr cahaya yang sempurna, yang hidup, berdiri sendiri nan agung, cahaya langit dan bumi, yang mengetahui

الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ الْكَبِيْرِ الْمُتَعَالِ الْعَظِيْمِ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

(rahasia) alam ghaib dan alam nyata, yang maha besar, tinggi nan agung, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya.

p. Shalat Imam Hasan Al-‘Askarî as

Shalat beliau adalah 4 raka’at. Pada dua raka’at pertama setelah membaca surah Al-Fâtihah, bacalah surah Az-Zilzâl sebanyak 15 kali dan pada dua raka’at terakhir setelah membaca surah Al-Fâtihah, bacalah surah At-Tauhîd sebanyak 15 kali. Doa beliau setelah mengerjakan shalat ini adalah:

أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ الْبَدِيئُ قَبْلَ كُلِّ شَيْئٍٍ وَ أَنْتَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَ لاَ إِلَهَ إِلاَ

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan (perantara kesaksianku) bahwa segala puji hanya untuk-Mu, tiada Tuhan selain Engkau yang ada sebelum segala sesuatu, Engkau Maha Hidup nan Qayyûm*, tiada Tuhan selain

أَنْتَ الَّذِي لاَ يُذِلُّكَ شَيْئٌٍ، وَ أَنْتَ كُلَّ يَوْمٍ فِي شَأْنٍ، لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ خَالِقُ مَا يُرَى وَ مَا لاَ يُرَى،

Engkau yang tak sesuatu pun mampu menghinakan-Mu, setiap hari Engkau melakukan sesuatu, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptalan yang terlihat dan yang tak terlihat,

الْعَالِمُ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ بِغَيْرِ تَعْلِيمٍ، أَسْأَلُكَ بِآلاَئِكَ وَ نَعْمَائِكَ بِأَنَّكَ اللَّهُ الرَّبُّ الْوَاحِدُ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ الرَّحْمَنُ

yang mengetahui segala sesuatu tanpa diajari; aku mohon kepada-Mu dengan (perantara) nikmat-nikmat-Mu (dan kesaksianku) bahwa Engkau adalah Allah, Tuhan Yang Esa, tiada Tuhan selian Engkau yang Maha Pengasih nan

الرَّحِيمُ، وَ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ الْوِتْرُ الْفَرْدُ الاَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُولَدْ وَ لَمْ

Penyayang; aku mohon kepada-Mu dengan (perantara kesaksianku) bahwa Engkau adalah Allah, tiada Tuhan selian Engkau yang Maha Esan nan Tunggal, tempat tumpuan (segala hajat) yang tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak

يَكُنْ لَهُ كُفُوا أَحَدٌ، وَ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْقَائِمُ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ

seorang pun yang dapat menandingi-Nya; aku mohon kepada-Mu dengan (perantara kesaksianku) bahwa Engkau adalah Allah, tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Lembut, Mengetahui, Mengawasi setiap perilaku hamba,

الرَّقِيْبُ الْحَفِيْظُ، وَ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ اللَّهُ الاَوَّلُ قَبْلَ كُلِّ شَيْئٍ وَ الاَخِرُ بَعْدَ كُلِّ شَيْئٍٍ وَ الْبَاطِنُ دُوْنَ كُلِّ

Pengawas, dan Penjaga; aku mohon kepada-Mu dengan (perantara kesaksianku) bahwa Engkau adalah Allah yang Maha Awal sebelum terwujudnya segala sesuatu, Maha Akhir setelah sirnanya segala sesuatu, tersembunyi dalam (hakikat) segala

شَيْئٍٍ الضَّارُّ النَّافِعُ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، وَ أَسْأَلُكَ بِأَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ الْبَاعِثُ

sesuatu, yang dapat mendatangkan bahaya dan manfaat, yang Maha Bijak nan Mengetahui; aku mohon kepada-Mu dengan (perantara kesaksianku) bahwa Engkau adalah Allah, tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Hidup, Qayyûm, Pembangkit (orang-orang yang mati),

الْوَارِثُ الْحَنَّانُ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَ الاَرْضِ ذُو الْجَلاَلِ وَ الاَكْرَامِ وَ ذُو الطَّوْلِ وَ ذُو الْعِزَّةِ وَ

Pewaris (semua makhluk), Penyayang, Pemberi anugerah, Pencipta langit dan bumi, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, Pemiliki segala nikmat, kemuliaan,

ذُو السُّلْطَانِ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ أَحَطْتَ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ عِلْما وَ أَحْصَيْتَ كُلَّ شَيْ‏ءٍ عَدَدا، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ

kerajaan, tiada Tuhan selain Engkau, ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, Engkau menghitung segala sesuatu, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan

آلِ مُحَمَّدٍ

keluarga Muhammad.
q. Shalat Imam Mahdî as

Shalat ini berjumlah 2 raka’at. Pada setiap raka’at, bacalah surah Al-Fâtihah dan At-Tauhîd (masng-masing sebanyak sekali). Ketika sampai pada ayat iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în (ayat ke-5 surah Al-Fâtihah), ulangilah bacaan ayat ini sebanyak 100 kali. Setelah selesai mengerjakn shalat, bacalah doa berikut ini:

أَللَّهُمَّ عَظُمَ الْبَلاَءُ وَ بَرِحَ الْخَفَاءُ وَ انْكَشَفَ الْغِطَاءُ وَ ضَاقَتِ اْلاَرْضُ بِمَا وَسِعَتِ السَّمَاءُ وَ إِلَيْكَ يَا

Ya Allah, sungguh besar malapetaka (yang menimpa kami), masih selalu samar (hujjah-Mu), tirai-tirai (penutup segala kejelekan) telah terurai, bumi telah sempit dengan segala keluasan langit, hanya Engkau

رَبِّ الْمُشْتَكَى وَ عَلَيْكَ الْمُعَوَّلُ فِي الشِّدَّةِ وَ الرَّخَاءِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ الَّذِينَ أَمَرْتَنَا

– wahai Tuhanku – tempat mangadu dan bergantung dalam kesusahan dan kesenangan. Ya Allah, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya, orang-orang (suci) yang telah Kau wajibkan kepada kami untuk

بِطَاعَتِهِمْ وَ عَجِّلِ أَللَّهُمَّ فَرَجَهُمْ بِقَائِمِهِمْ وَ أَظْهِرْ إِعْزَازَهُ. يَا مُحَمَّدٍ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ يَا مُحَمَّدٍ اكْفِيَانِي

menaati mereka, percepatlah – ya Allah – faraj mereka dengan (munculnya) Al-Qâ`im (yang berasal dari keturunan) mereka, dan tampakkanlah kemuliaannya. Wahai Muhammad wahai Ali, wahai Ali wahai Muhammad, cukupilah aku

فَإِنَّكُمَا كَافِيَايَ، يَا مُحَمَّدٍ يَا عَلِيُّ يَا عَلِيُّ يَا مُحَمَّدٍ انْصُرَانِي فَإِنَّكُمَا نَاصِرَايَ، يَا مُحَمَّدٍ يَا عَلِيُّ يَا

karena kalian mampu untuk mencukupiku, wahai Muhammad wahai Ali, wahai Ali wahai Muhammad, tolonglah aku, karena kalian mampu untuk menolongku, wahai Muhammad wahai Ali, wahai

عَلِيُّ يَا مُحَمَّدٍ احْفَظَانِي فَإِنَّكُمَا حَافِظَايَ، يَا مَوْلاَيَ يَا صَاحِبَ الزَّمَانِ يَا مَوْلاَيَ يَا صَاحِبَ الزَّمَانِ

Ali wahai Muhammad, jagalah aku karena kalian mampu untuk menjagaku, wahai Tuanku, ya Shâhibaz Zamân, wahai Tuanku, ya Shâhibaz Zamân,

يَا مَوْلاَيَ يَا صَاحِبَ الزَّمَانِ، الْغَوْثَ الْغَوْثَ الْغَوْثَ، أَدْرِكْنِي أَدْرِكْنِي أَدْرِكْنِي، الاَمَانَ الاَمَانَ الاَمَانَ

wahai Tuanku, ya Shâhibaz Zamân, bantulah, bantulah, bantulah, selamatkanlah aku, selamatkanlah aku, selamatkanlah aku, lindungilah (aku), lindungilah (aku), lindungilah (aku).

r. Shalat Ja’far as

Shalat ini adalah yang paling mujarab. Shalat ini diriwayatkan dengan sanad-sanad mu’tabar dan memiliki keutamaan yang sangat banyak. Yang pokok adalah pengmapunan dosa-dosa besar. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat ini adalah permulaan siang hari Jumat. Shalat ini berjumlah 4 raka’at dengan dua tasyahhud dan salam. Pada raka’at pertama setelah membaca surah Al-Fâtihah, bacalah surah Az-Zilzâl, pada raka’at kedua surah Al-‘Âdiyât, pada raka’at ketiga surah AN-Nashr, dan pada raka’at keempat surah At-Tauhîd. Setelah membaca setiap surah-surah di atas, bacalah subhânallôhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallôhu wallôhu akbar sebanyak 15 kali. Juga bacalah tasbîh di atas ketika rukû’, bangun dari rukû’, sujûd pertama, bangun dari sujûd, sujûd kedua, dan duduk istirahat antara dua raka’at masing-masing sebanyak 10 kali. Jumlah tasbîh yang harus dibaca pada empat raka’at tersebut adalah 300 kali.

Syeikh Al-Kulainî meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Madâ`inî bahwa Imam Shâdiq as berkata kepadanya, “Maukah kuajarkan kepadamu suatu doa yang dapat kau baca dalam shalat Ja’far?” “Iya”, jawabnya. Beliau melanjutkan, “Ketika engkau berada di sujûd terakhir raka’at keempat setelah membaca tasbîh, bacalah (doa berikut ini):

سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْعِزَّ وَ الْوَقَارَ، سُبْحَانَ مَنْ تَعَطَّفَ بِالْمَجْدِ وَ تَكَرَّمَ بِهِ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ

Maha Suci Dzat yang berpakaian kemuliaan dan kewibawaan, Maha Suci Dzat yang dengan keagungan-Nya mengasihani dan bermurah hati (kepada kami), Maha Suci Dzat yang segala tasbîh tidak layak layak

إِلاَ لَهُ، سُبْحَانَ مَنْ أَحْصَى كُلَّ شَيْ‏ءٍ عِلْمُهُ، سُبْحَانَ ذِي الْمَنِّ وَ النِّعَمِ، سُبْحَانَ ذِي الْقُدْرَةِ وَ الْكَرَمِ،

kecuali untuk-Nya, Maha Suci Dzat yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, Maha Suci Dzat pemilik anugerah dan kenikmatan, Maha Suci Dzat pemilik kekuatan dan kedermawanan.

أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِكَ وَ مُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ وَ اسْمِكَ اْلاَعْظَمِ وَ كَلِمَاتِكَ

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan (perantara) tempat-tempat kemuliaan dari ‘Arsy-Mu, puncak rahmat dari Kitab-Mu, asma-Mu yang teragung, dan kalimat-Mu

التَّامَّةِ الَّتِي تَمَّتْ صِدْقا وَ عَدْلاَ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ أَهْلِ بَيْتِهِ وَ افْعَلْ بِي كَذَا وَ كَذَا

yang sempurna dari segi kebenaran dan keadilannya, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya, dan perlakukanlah aku demikian dan demikian.

Sebagai ganti dari kata-kata “demikian dan demikian”, sebutkanlah hajat Anda.

Syeikh Thûsî dan Sayid Ibnu Thâwûs meriwayatkan dari Mufadhdhal bin Umar bahwa ia berkata, “Suatu hari aku melihat Imam Shâdiq as elah selesai mengerjakan shalat Ja’far. Lalu beliau mengangkat tangannya seraya membaca yâ robbi yâ robbi hingga nafas beliau habis, yâ robbâh yâ robbâh hingga nafas beliau habis, robbi robbi hingga nafas beliau habis, yâ Allôh yâ Allôh hingga nafas beliau habis, yâ Rohîm yâ Rohîm hingga nafas beliau habis, yâ Rohmân yâ Rohmân sebanyak 7 kali, dan yâ Arhamarrôhimîn sebanyak tujuh kali. Kemudian beliau membaca doa berikut ini:

أَللَّهُمَّ إِنِّي أَفْتَتِحُ الْقَوْلَ بِحَمْدِكَ، وَ أَنْطِقُ بِالثَّنَاءِ عَلَيْكَ، وَ أُمَجِّدُكَ وَ لاَ غَايَةَ لِمَدْحِكَ، وَ أُثْنِي عَلَيْكَ وَ

Ya Allah, kubuka perkataanku dengan memuji-Mu, aku berbicara dengan mengirimkan pujian kepada-Mu, aku mengagungkan-Mu dan tiada batas bagi pujian terhadap-Mu, aku memuji-Mu dan

مَنْ يَبْلُغُ غَايَةَ ثَنَائِكَ وَ أَمَدَ مَجْدِكَ، وَ أَنَّى لِخَلِيقَتِكَ كُنْهُ مَعْرِفَةِ مَجْدِكَ، وَ أَيَّ زَمَنٍ لَمْ تَكُنْ مَمْدُوحا

siapakah yang mampu memuji dan mengagungkan-Mu secara sempurna, bagaimana mungkin makhluk-Mu dapat mengenal keagungan-Mu, dan kapan Engkau tidak pernah dipuji

بِفَضْلِكَ مَوْصُوفا بِمَجْدِكَ عَوَّادا عَلَى الْمُذْنِبِيْنَ بِحِلْمِكَ، تَخَلَّفَ سُكَّانُ أَرْضِكَ عَنْ طَاعَتِكَ فَكُنْتَ

karena anugerah-Mu, tidak disifati dengan keagungnan-Mu, (dan) tidak memperlakukan para pendosa dengan kesabaran-Mu? Para penduduk bumi-Mu telah membangkang dari menaati-Mu, akan tetapi, Engkau masih

عَلَيْهِمْ عَطُوفا بِجُودِكَ جَوَّادٌا بِفَضْلِكَ عَوَّادا بِكَرَمِكَ، يَا لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ الْمَنَّانُ ذُو الْجَلاَلِ وَ اْلاَكْرَامِ‏

mengasihi mereka dengan kedermawanan-Mu, berbuat dermawan dengan anugerah-Mu, dan berbuat baik dengan kemurahan-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau Pemberi anugerah, pemilik keagungan dan kemuliaan.

Kemudian beliau berkata, “Wahai Mufadhdhal, ketika engkau memiliki hajat yang sangat penting, kerjakanlah shalat Ja’far dan bacalah doa ini lalu mintalah hajatmu itu kepada Allah, niscaya akan terkabulkan insya-Allah”.

Penulis berkata, “Untuk memohon hajat Syeikh Thûsî meriwayatkan dari Imam Shâdiq as bahwa beliau berkata, “Berpuasalah pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Di akhir hari Kamis (sore hari – Penerj.), bersedekakhlah kepada sepuluh orang miskin masing-masing 1 Mud makanan. Ketika hari Jumat tiba, mandilah, pergilah ke padang pasir (padang yang tak beratap – Penerj.) dan kerjakanlah shalat Ja’far. (Setelah itu), lalu singkaplah pakaian yang menutupi lututmu dan tempelkanlah di atas tanah seraya membaca:

يَا مَنْ أَظْهَرَ الْجَمِيلَ وَ سَتَرَ الْقَبِيحَ، يَا مَنْ لَمْ يُؤَاخِذْ بِالْجَرِيرَةِ وَ لَمْ يَهْتِكِ السِّتْرَ، يَا عَظِيمَ الْعَفْوِ، يَا

Wahai Dzat yang menampakkan keindahan dan menutupi keburukan, wahai Dzat yang tidak menyiksa karena dosa-dosa dan tidak menyingkap tirai (kesalahanku), wahai Dzat yang besar maaf-Nya, wahai

حَسَنَ التَّجَاوُزِ، يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ، يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالرَّحْمَةِ، يَا صَاحِبَ كُلِّ نَجْوَى وَ مُنْتَهَى كُلِّ

Dzat yang elok ampunan-Nya, wahai Dzat yang luas ampunan-Nya, wahai Dzat yang tangan-Nya terbuka penuh rahmat, wahai Pemiliki setiap rintihan dan tempat rujukan setiap

شَكْوَى، يَا مُقِيلَ الْعَثَرَاتِ، يَا كَرِيمَ الصَّفْحِ، يَا عَظِيمَ الْمَنِّ، يَا مُبْتَدِئا بِالنِّعَمِ قَبْلَ اسْتِحْقَاقِهَا

pengaduan, wahai Pemaaf setiap kesalahan, wahai Dzat Pemaaf, wahai Dzat yang besar anugerah-Nya, wahai Dzat yang terlebuh dahulu menganuferahkan nikmat sebelum hal itu berhak dimiliki,

يَا رَبَّاهْ يَا رَبَّاهْ يَا رَبَّاهْ (١٠)، يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ (١٠)، يَا سَيِّدَاهْ يَا سَيِّدَاهْ (١٠)، يَا مَوْلاَيَاهْ يَا

Ya Tuhanku ya Tuhanku ya Tuhanku (10 kali), ya Allah ya Allah ya Allah, wahai junjungaku wahai jununganku, wahai Maulâku

مَوْلاَيَاهْ (١٠)، يَا رَجَاءَاهْ (١٠)، يَا غِيَاثَاهْ (١٠)، يَا غَايَةَ رَغْبَتَاهْ (١٠)، يَا رَحْمَانُ (١٠)، يَا رَحِيمُ

wahai Maulâku, wahai Harapanku, wahai Penolongku, wahai puncak kecintaanku, wahai Penyayang, wahai Pengasih,

(١٠)، يَا مُعْطِيَ الْخَيْرَاتِ (١٠)، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ كَثِيرا طَيِّبا كَأَفْضَلِ مَا صَلَّيْتَ عَلَى

wahai penganugerah kebaikan, limpahkan shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya yang banyak dan bagus sebaik shalawat yang telah Kau limpahkan kepada

أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ (١٠)

salah seorang dari makhluk-Mu.

Lalu mintalah hajatmu”.

Penulis berkata, “Sangat banyak hadis yang menganjurkan untuk menlakukan puasa tiga hari tersebut dan mengerjakan shalat sebanyak 2 raka’at ketika mendekati zawâl pada hari Jumat untuk memohon hajat”.

Kedua puluh satu, membaca doa yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Muslim dari Imam Shâdiq as ketika zawâl. Doa itu – sebagaimana tercantum dalam Mishbâh al-Mutahajjid karya Syeikh Thûsî – adalah sebagai berikut:

لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ وَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدا وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي

Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah yang tidak memiliki anak, tidak memiliki sekutu dalam

الْمُلْكِ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَ كَبِّرْهُ تَكْبِيرا. يَا سَابِغَ النِّعَمِ، يَا دَافِعَ النِّقَمِ، يَا بَارِئَ النَّسَمِ، يَا

kerajaan(-Nya), tidak membutuhkan penolong (untuk membebaskan diri-Nya) dari kehinaan (demi menambah kemuliaan-Nya), dan agungkanlah Ia. Wahai Penebar karunia, wahai Penolak bencana, wahai Pencipta makhluk, wahai

عَلِيَّ الْهِمَمِ، يَا مُغْشِيَ الظُّلَمِ، يَا ذَا الْجُودِ وَ الْكَرَمِ، يَا كَاشِفَ الضُّرِّ وَ اْلاَلَمِ، يَا مُونِسَ الْمُسْتَوْحِشِينَ

Yang Tinggi kemauan-Nya, wahai Penutup tirai kegelapan, wahai Pemilik kedermawanan, wahai Penyingkap musibah dan kepedihan, wahai Penenang orang-orang yang terhempas

فِي الظُّلَمِ، يَا عَالِما لاَ يُعَلَّمُ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ افْعَلْ بِي مَا أَنْتَ أَهْلُهُ، يَا مَنِ اسْمُهُ

dalam kegelapan, wahai Dzat Yang Maha Mengetahui tanpa diajari, limpahkanlah shalawat-(Mu) atas Muhammad dan keluarganya, lakukanlah padaku apa yang layak bagi-Mu, wahai Yang Asma-Nya

دَوَاءٌ وَ ذِكْرُهُ شِفَاءٌ وَ طَاعَتُهُ غَنَاءٌ، ارْحَمْ مَنْ رَأْسُ مَالِهِ الرَّجَاءُ وَ سِلاَحُهُ الْبُكَاءُ، سُبْحَانَكَ لاَ إِلَهَ إِلاَ

adalah penawar, dzikir (pada-Nya) adalah kesembuhan, dan ketaatan kepada-Nya adalah kekayaan, rahmatilah orang yang modalnya hanya harapannya dan senjatanya hanya tangisan, Maha Suci Engkau, tiada Tuhan selain

أَنْتَ، يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ، يَا بَدِيعَ السَّمَاوَاتِ وَ اْلاَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلاَكْرَامِ‏

Engkau, wahai Pengasih, wahai Pemberi anugerah, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Pemiliki keagungan dan kemuliaan.

Kedua puluh dua, membaca surah Al-Jumu’ah dan Al-Munâfiqûn pada shalat Zhuhur hari Jumat dan membaca surah Al-Jumu’ah dan At-Tauhîd pada shalat Asharnya.

Syeikh Shadûq meriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Salah satu hal yang layak dilakukan oleh seorang mukmin yang mengaku Syi’ah kami adalah membaca surah Al-Jumu’ah dan sabbihisma robbikal a’lâ (surah Al-A’lâ – Penerj.) pada shalat (wajib) di malam Jumat dan membaca surah Al-Jumu’ah dan Al-Munâfiqûn pada shalat Zhuhurnya. Ketika ia melakukan hal ini, seakan-akan ia telah melaksanakan amalan Rasulullah SAWW dan pahalanya di sisi Allah adalalh surga”.

Syeikh Al-Kulainî meriwayatkan dari Al-Halabî dengan sanad yang hasan seperti shahîh bahwa ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Imam Shâdiq as, “Ketika pada hari Jumat aku melaksanakan shalat sendirian, yakni, tidak melakukan shalat Jumat dan (sebagai gantinya), saya mengerjakan shalat Zhuhur, apakah aku membaca dengan suara keras?” “Iya”, jawab beliau. Lalu beliau melanjutkan, “Bacalah surah Al-Jumu’ah dan Al-Kâfirûn pada hari Jumat”.

Kedua puluh tiga, Syeikh Thûsî dalam Mishbâh al-Mutahajjid-nya berkenaan dengan ta’qîb shalat Zhuhur pada hari Jumat meriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca surah Al-Fâtihah, An-Nâs, Al-Falaq, At-Tauhîd, Al-Kâfirûn masing-masing sebanyak 7 kali, akhir surah Barâ`ah dari ayat laqod jâ`akum rasûlun min anfusikum, akhir surah Al-Hasyr dari ayat law anzalnâ hâdzal Qur`ân hingga akhir surah, dan lima ayat surah Âlu ‘Imrân dari ayat inna fî kholqis samâwâti wal ardh hingga ayat lâ tukhliful mî’âd pada hari Jumat setelah mengucapkan salam (shalat Zhuhur), ia akan terjaga dari kejahatan musuh dan (keburukan) bencana dari hari Jumat itu hingga hari Jumat yang akan datang”.

Kedua puluh empat, Syeikh Thûsî juga meriwayatkan dari Imam Shâdiq as bahwa barangsiapa membaca:

أَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلاَتَكَ وَ صَلاَةَ مَلاَئِكَتَكَ وَ رُسُلِكَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ

Ya Allah, curahkanlah shalawat-Mu, para malaikat dan rasul-Mu atas Muhammad dan keluarganya

setelah mengerjakan shalat Zhuhur atau Shubuh (pada hari Jumat), maka tidak akan ditulis baginya dosa hingga satu tahun.

Beliau juga berkata, “Barangsiapa membaca:

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ عَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Setelah mengerjakan shalat Shubuh dan Zhuhur (pada hari Jumat), maka ia tidak akan meninggal dunia kecuali setelah ia (mengalami hidup pada masa) Imam Zaman”.

Penulsi berkata, “Jika ia membaca doa pertama tersebut sebanyak 3 kali setelah mengerjakan shalat Zhuhur pada hari Jumat, maka ia akan terjaga dari bencana hingga hari Jumat mendatang. Juga diriwayatkan bahwa barangsiapa mengirimkan shalawat atas Muhammad dan keluarganya di antara dua shalat pada hari Jumat, maka pahalanya sama dengan 70 raka’at shalat”.

Kedua puluh lima, membaca doa yâ man yarhamu man lâ tarhamuhul ‘ibâd dan allôhumma hadzâ yaumun mubârok. Kedua doa ini termaktub dalam kitab Ash-Shahîfatul Kâmilah.

Kedua puluh enam, Syeikh Thûsî dalam Mishbâhul Mutahajjid-nya berkata, “Telah diriwayatkan dari para imam ma’shûm as bahwa barangsiapa mengerjakan shalat 2 raka’at setelah shalat Zhuhur dan membaca surah At-Tauhîd setelah membaca surah Al-Fâtihah sebanyak 7 kali, lalu membaca:

أَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ الَّتِي حَشْوُهَا الْبَرَكَةُ وَ عُمَّارُهَا الْمَلاَئِكَةُ مَعَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ

Ya Allah, jadikanlah aku dari penghuni surga yang seluruh isinya adalah berkah dan penghuninya adalah malaikat bersama Nabi kami, Muhammad SAWW dan

وَ آلِهِ وَ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ‏

ayah kami, Ibrâhîm as

setelah selesai mengerjakan shalat, maka ia tidak akan tertimpa bencana dan fitnah hingga hari Jumat mendatang dan Allah SWT akan mengumpulkannya bersama Muhammad SAWW dan Ibrâhîm as”.

Allâmah Al-Majlisî berkata, “Jika selain sayid membaca doa ini, maka ia harus membaca wa abîhi (ayahnya) sebagai ganti dari kata-kata wa abînâ (ayah kami)”.

Kedua puluh tujuh, diriwayatkan bahwa waktu terbaik untuk membaca shalawat adalah setelah shalat Ashar. (Oleh karena itu), bacalah shalawat berikut ini sebanyak 100 kali:

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ عَجِّلْ فَرَجَهُمْ

Syeikh Thûsî berkata, “Disunnahkan untuk membaca shalawat berikut ini sebanyak 100”.

صَلَوَاتُ اللَّهِ وَ مَلاَئِكَتِهِ وَ أَنْبِيَائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ جَمِيعِ خَلْقِهِ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ السَّلاَمُ عَلَيْهِ وَ

Semoga shalawat Allah, para malaikat, nabi, rasul, dan seluruh makhluk-Nya terlimpahkan atas Muhammad dan keluarganya. Semoga salam, rahmat, dan berkah Allah tercurahkan atasnya dan

عَلَيْهِمْ وَ عَلَى أَرْوَاحِهِمْ وَ أَجْسَادِهِمْ وَ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ‏

atas mereka, ruh, dan badan mereka.

Dalam As-Sarâ`ir-nya, Syeikh Jalîl bin Idrîs menukil dari kitab Al-Jâmi’ karya Al-Bazanthî bahwa Abu Bashîr berkata, “Aku mendengar Imam Ja’far Shâdiq as pernah berkata, “Membaca shalawat di antara shalat Zhuhur dan Ashar memiliki pahala 70 raka’at (shalat), dan barangsiapa membaca:

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ اْلاَوْصِيَاءِ الْمَرْضِيِّينَ بِأَفْضَلِ صَلَوَاتِكَ وَ بَارِكْ عَلَيْهِمْ بِأَفْضَلِ

Ya Allah, curahkanlah shalawat-Mu yang terbaik atas Muhammad dan keluarganya, para washî yang diridhai dan limpahkanlah berkah-Mu yang terutama atas mereka,

بَرَكَاتِكَ وَ السَّلاَمُ عَلَيْهِمْ وَ عَلَى أَرْوَاحِهِمْ وَ أَجْسَادِهِمْ وَ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ‏

semoga salam, rahmat, dan berkah Allah tercurahkan atas mereka, ruh, dan badan mereka.

maka, ia akan mendapatkan pahala amalan jin dan manusia pada hari itu”.

Penulis berkata, “Shalawat-shalawat di atas terdapat dalam kitab-kitab para Masyâyikhul Hadîs dengan sanad-sanad mu’tabar dan keutamaan-keutamaan yang tak terhingga. Jika shalawat itu dibaca sebanyak 10 atau 7 kali, maka hal itu akan lebih utama. Karena diriwayatkan bahwa Imam Shâdiq as berkata, “Barangsiapa membaca shalawat itu sebanyak 10 kali setelah mengerjakan shalat Ashar pada hari Jumat dan sebelum bangun dari tempat duduknya, maka para malaikat akan mengirimkan shalawat atasnya dari hari Jumat itu hingga hari Jumat mendatang pada saat itu juga”.

Juga diriwayatkan bahwa beliau berkata, “Setelah selesai mengerjakan shalat Ashar pada hari Jumat, bacalah shalawat di atas sebanyak 7 kali”.

Dalam Al-Kâfî-nya, Syeikh Al-Kulainî meriwayatkan bahwa setelah Anda selesai mengerjakan shalat pada hari Jumat, bacalah:

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ اْلاَوْصِيَاءِ الْمَرْضِيِّينَ بِأَفْضَلِ صَلَوَاتِكَ وَ بَارِكْ عَلَيْهِمْ بِأَفْضَلِ

Ya Allah, curahkanlah shalawat-Mu yang terbaik atas Muhammad dan keluarganya, para washî yang diridhai dan limpahkanlah berkah-Mu yang terutama atas mereka,

بَرَكَاتِكَ وَ السَّلاَمُ عَلَيْهِ وَ عَلَيْهِمْ وَ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ‏

semoga salam, rahmat, dan berkah Allah tercurahkan atasnya dan atas mereka.

Sesungguhnya barangsiapa membaca shalwat tersebut setelah mengerjakan shalat Ashar, niscaya Allah akan menulis baginya 100 ribu kebaikan, menghapus dari 100 ribu kejelekan, mengabulkan 100 ribu hajatnya, dan menaikkan derajatnya sebanyak 100 ribu kali.

Syeikh Al-Kulainî juga berkata, “Diriwayatkan bahwa barangsiapa membaca shalawat tersebut sebanyak 7 kali, Allah akan menganugerahkan kepadanya kebaikan sebanyak jumlah hamba (yang ada di dunia ini), amalannya pada hari itu akan dikabulkan, dan ia akan datang pada hari kiamat dengan membawa cahaya (yang menerangi jalannya)”.

Pada bab yang membahas amalan-amalan hari ‘Arafah akan disebutkan beberapa shalawat yang barangsiapa membacanya, ia telah membahagiakan Muhammad dan keluarganya.

Kedua puluh delapan, bacalah astaughfirullôha wa atûbu ilaîh setelah mengerjakan shalat Ashar sebanyak 70 kali. Dengan demikian, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Kedua puluh sembilan, membaca surah Al-Qadr. Diriwayatkan bahwa Imam Mûsâ Al-Kâzhim as berkata, “Pada hari Jumat Allah menebarkan seribu rahmat-Nya. Ia akan memberikan kepada hambanya rahmat yang dimintanya. Barangsiapa membaca surah Al-Qadr setelah mengerjakan shalat Ashar pada hari Jumat sebanyak 100 kali, Allah SWT akan melipat-gandakan seribu rahmat tersebut dan memberikannya kepadanya”.

Ketiga puluh, membaca doa Al-‘Asyarât yang akan disebutkan pada kesempatan yang akan datang.

Ketiga puluh satu, Syeikh Thûsî berkata, “Saat-saat terakhir hari Jumat hingga matahari tenggelam adalah saat-saat dikabulkannya doa. Selayaknya kita memperbanyak doa pada saat-saat ini. Diriwayatkan bahwa saat dikabulkannya doa adalah ketika setengah matahari tenggelam dan setengahnya lagi belum tenggelam. Sayidah Fâthimah as selalu memanjatkan doa pada saat itu. Dengan demikian, disunnahkan untuk membaca doa pada saat itu, dan disunnahkan untuk membaca doa berikut ini yang telah diriwayatkan dari Rasulullah SAWW untuk saat itu”.

سُبْحَانَكَ لاَ إِلَهَ إِلاَ أَنْتَ، يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ، يَا بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَ اْلاَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلاَكْرَامِ

Maha Suci Engkau, tiada Tuhan selain Engkau, wahai Dzat yang Pengasih, wahai Dzat Pemberi anugerah, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan.

Dan bacalah juga doa As-Simât pada saat itu. Kami akan menyebutkan doa pada kesempatan yang akan datang insya-Allah.

Ketahuilah bahwa hari Jumat dari beberapa segi berhubungan dengan Imam Zamân as. Di antaranya:
Beliau lahir pada hari Jumat.
Kemunculan beliau akan terjadi pada hari Jumat, dan harapan untuk itu lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Dalam sebuah doa ziarah khusus untuk beliau pada hari Jumat disebutkan:

هَذَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ يَوْمُكَ الْمُتَوَقَّعُ فِيْهِ ظُهُوْرُكَ وَ الْفَرَجُ فِيْهِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى يَدِكَ

Ini adalah hari Jumat, harimu yang kemunculanmu diharapkan terjadi di dalamnya dan faraj bagi mukminin (akan terlaksana) berkat tanganmu

Lebih dari itu, jika hari Jumat termasuk salah satu dari empat hari raya (dalam Islam), hal itu dikarenakan hari kemunculan beliau yang akan dapat membersihkan bumi ini dari kotoran syirik, kufur, maksiat, dan dari adanya para imperialis, atheis, kâfirîn, dan munâfikîn, serta dengan memenangkan kalimat kebenaran dan meninggikan agama Islam (atas agama-agama lain), beliau akan membahagiakan hati mukminin. “Bumi terang-benderang dengan cahaya Tuhannya”.

Oleh karena itu, selayaknya pada hari ini Anda membaca Shalawat yang Agung dan doa yang diperintahkan oleh Imam Ridhâ as untuk membacanya (dengan niat dihadiahkan kepada) Imam Zamân as. Doa ini akan disebutkan pada Pasal Amalan Sirdâb, Bab Ketiga (Ziarah-ziarah).

Begitu juga, selayaknya Anda membaca doa yang didektekan oleh Syeikh Abu ‘Amr Al-‘Amrawî kepada Abu Ali bin Hammâm. Ia berpesan, hendaknya doa ini dibaca pada masa ghaibah Imam Zamân as. Karena Shalawat yang Agung dan doa ini sangat panjang dan buku ini tidak ditulis untuk memuatnya, kami tidak menyebutkannya di sini. Bagi yang berminat hendaknya merujuk kepada kitab Mishbâhul Mutahajjid dan Jamâlul Usbû’.

Pada kesempatan ini selayaknya kami sebutkan sebuah shalawat yang dinisbahkan kepada Abul Hasan Azh-Zharrâb Al-Ishfahânî. Syeikh Thûsî dan Sayid Ibnu Thâwûs juga menyebutkan shalawat ini sebagai salah satu amalan pada sore hari Jumat.

Sayid Ibnu Thâwûs berkata, “Jika Anda – karena satu dan lain hal – meninggalkan ta’qîb shalat ‘Ashar pada hari Jumat, maka jangan sampai Anda meninggalkan membaca shalawat ini. Karena shalawat ini memiliki rahasia yang telah diberitahukan oleh Allah kepada kami”. Lalu beliau menyebutkan sanadnya.

Syeikh Thûsî dalam kitab Mishbâhul Mutahajjid-nya berkata, “Shalawat ini diriwayatkan dari Imam Zamân as untuk Abul Hasan Azh-Zharrâb Al-Ishfahânî di Makkah”. Dan kami tidak menyebutkan sanadnya di sini demi mempersingkat. Shalawat itu adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الْمُنْتَجَبِ فِي الْمِيثَاقِ،

Ya Allah, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad, penghulu para rasul, penutup para nabi, hujjah Tuhan semesta alam, yang terpilih di hari perjanjian (Ilahi),

الْمُصْطَفَى فِي الظِّلاَلِ، الْمُطَهَّرِ مِنْ كُلِّ آفَةٍ، الْبَرِي‏ءِ مِنْ كُلِّ عَيْبٍ، الْمُؤَمَّلِ لِلنَّجَاةِ، الْمُرْتَجَى

yang terpilih dalam naungan (‘inâyah Ilahiah), yang tersucikan dari segala kekurangan, yang terbebaskan dari segala cela, yang diharapkan untuk (mencari) keselamatan, yang diharapkan

لِلشَّفَاعَةِ، الْمُفَوَّضِ إِلَيْهِ دِينُ اللَّهِ. أَللَّهُمَّ شَرِّفْ بُنْيَانَهُ، وَ عَظِّمْ بُرْهَانَهُ، وَ أَفْلِجْ حُجَّتَهُ، وَ ارْفَعْ

syafa’atnya, yang diserahkan kepadanya agama Allah. Ya Allah, muliakanlah dirinya, agungkanlah burhannya, tampakkanlah hujjahnya, tinggikanlah

دَرَجَتَهُ، وَ أَضِئْ نُورَهُ، وَ بَيِّضْ وَجْهَهُ، وَ أَعْطِهِ الْفَضْلَ وَ الْفَضِيلَةَ وَ الْمَنْزِلَةَ وَ الْوَسِيلَةَ وَ الدَّرَجَةَ

derajatnya, kemilaukanlah sinarnya, berserikanlah wajahnya, anugerahkanlah kepadanya keutamaan, kedudukan, tali penghubung (dengan kami), dan derajat yang

الرَّفِيعَةَ، وَ ابْعَثْهُ مَقَاما مَحْمُودا يَغْبِطُهُ بِهِ اْلاَوَّلُونَ وَ اْلاَخِرُونَ، وَ صَلِّ عَلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ

tinggi, sampaikanlah ia ke maqâm terpuji yang telah dicita-citakan oleh orang-orang terdahulu dan akhir zaman, dan limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Amirul Mukminin,

وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ قَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِينَ، وَ سَيِّدِ الْوَصِيِّينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى

pewaris para rasul, pemimpin orang-orang baik nan suci, penghulu para washî, dan hujjah Tuhan semesta alam, curahkanlah shalawat(-Mu) atas

الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى الْحُسَيْنِ بْنِ

Hasan bin Ali, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Husein bin

عَلِيٍّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ إِمَامِ

Ali, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Ali bin Husein, pemimpin

الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بْنِ عَلِيٍّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ

mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad bin Ali, pemimpin mukminin,

وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ

pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Ja’far bin Muhammad, pemimpin mukminin, pewaris

الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى مُوسَى بْنِ جَعْفَرٍ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ،

para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Musa bin Ja’far, pemimpin mukminin, pewaris para rasul,

وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى عَلِيِّ بْنِ مُوسَى إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ

dan hujjah Tuhan semesta alam, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Ali bin Musa, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah

رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بْنِ عَلِيٍّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ

Tuhan semesta alam, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Muhammad bin Ali, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan

الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدٍ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ

semesta alam, curahkanlah shalawat(-Mu) atas Ali bin Muhammad, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam,

صَلِّ عَلَى الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَ صَلِّ عَلَى

limpahkanlah shalawat(-Mu) atas Hasan bin Ali, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam, dan curahkanlah shalawat(-Mu) atas

الْخَلَفِ الْهَادِي الْمَهْدِيِّ إِمَامِ الْمُؤْمِنِينَ، وَ وَارِثِ الْمُرْسَلِينَ، وَ حُجَّةِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى

Al-Mahdi, pemimpin mukminin, pewaris para rasul, dan hujjah Tuhan semesta alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat(-Mu) atas

مُحَمَّدٍ وَ أَهْلِ بَيْتِهِ اْلاَئِمَّةِ الْهَادِينَ، الْعُلَمَاءِ الصَّادِقِينَ، اْلاَبْرَارِ الْمُتَّقِينَ، دَعَائِمِ دِينِكَ وَ أَرْكَانِ

Muhammad dan Ahlulbaitnya, para imam pemberi petunjuk, para alim yang jujur, orang-orang baik yang bertakwa, tonggak-tonggak agama-Mu, pondasi-pondasi

تَوْحِيدِكَ، وَ تَرَاجِمَةِ وَحْيِكَ وَ حُجَجِكَ عَلَى خَلْقِكَ، وَ خُلَفَائِكَ فِي أَرْضِكَ الَّذِينَ اخْتَرْتَهُمْ لِنَفْسِكَ، وَ

tauhid-Mu, penafsir wahyu-Mu, hujjah-hujjah-Mu atas para makhluk-Mu, dan para khalifah-Mu di bumi-Mu yang telah Kau pilih untuk diri-Mu,

اصْطَفَيْتَهُمْ عَلَى عِبَادِكَ، وَ ارْتَضَيْتَهُمْ لِدِينِكَ، وَ خَصَصْتَهُمْ بِمَعْرِفَتِكَ، وَ جَلَّلْتَهُمْ بِكَرَامَتِكَ، وَ غَشَّيْتَهُمْ

telah Kau utamakan atas para hamba-Mu, telah Kau ridhai untuk (mengemban) agama-Mu, telah Kau khususkan dengan ma’rifah-Mu, telah Kau agungkan dengan kemuliaan-Mu, telah Kau sirami

بِرَحْمَتِكَ، وَ رَبَّيْتَهُمْ بِنِعْمَتِكَ، وَ غَذَّيْتَهُمْ بِحِكْمَتِكَ، وَ أَلْبَسْتَهُمْ نُورَكَ، وَ رَفَعْتَهُمْ فِي مَلَكُوتِكَ، وَ حَفَفْتَهُمْ

dengan rahmat-Mu, telah Kau didik dengan nikmat-Mu, telah Kau suapi dengan hikmah-Mu, telah Kau selimuti dengan cahaya-Mu, telah Kau angkat di alam Malakût-Mu, telah Kau lindungi

بِمَلاَئِكَتِكَ، وَ شَرَّفْتَهُمْ بِنَبِيِّكَ، صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَ آلِهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَيْهِمْ صَلاَةً زَاكِيَةً

dengan para malaikat-Mu, dan telah Kau muliakan dengan Nabi-Mu, semoga shalawat-Mu tercurahkan atasnya dan keluarganya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu atas Muhammad dan mereka, shalawat yang suci,

نَامِيَةً كَثِيرَةً دَائِمَةً طَيِّبَةً، لاَ يُحِيطُ بِهَا إِلاَ أَنْتَ، وَ لاَ يَسَعُهَا إِلاَ عِلْمُكَ، وَ لاَ يُحْصِيهَا أَحَدٌ غَيْرُكَ.

bertambah, banyak, abadi nan harum yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Diri-Mu, tidak dapat digapai kecuali oleh ilmu-mu, dan tak seorang pun mampu menghitungnya kecuali Diri-Mu.

أَللَّهُمَّ وَ صَلِّ عَلَى وَلِيِّكَ الْمُحْيِي سُنَّتَكَ، الْقَائِمِ بِأَمْرِكَ، الدَّاعِي إِلَيْكَ، الدَّلِيلِ عَلَيْكَ، حُجَّتِكَ عَلَى

Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu atas wali-Mu, penghidup sunnah-Mu, pelaksana perintah-Mu, pengajak (para hamba-Mu) kepada-Mu, penunjuk jalan (menuju)-Mu, hujjah-Mu atas

خَلْقِكَ، وَ خَلِيفَتِكَ فِي أَرْضِكَ، وَ شَاهِدِكَ عَلَى عِبَادِكَ. أَللَّهُمَّ أَعِزَّ نَصْرَهُ، وَ مُدَّ فِي عُمْرِهِ، وَ زَيِّنِ

para mahkluk-Mu, khalifah-Mu di atas bumi-Mu, dan saksi-Mu atas para hamba-Mu. Ya Allah, mapankanlah pertolongan-Mu kepadanya, panjangkanlah umurnya, dan hiasilah

اْلاَرْضَ بِطُولِ بَقَائِهِ. أَللَّهُمَّ اكْفِهِ بَغْيَ الْحَاسِدِينَ، وَ أَعِذْهُ مِنْ شَرِّ الْكَائِدِينَ، وَ ازْجُرْ عَنْهُ إِرَادَةَ

bumi dengan kepanjangan wujudnya. Ya Allah, cukupkan atasnya kezaliman para penghasud, lindungilah ia dari kejahatan para pemakar, cegahlah darinya maksud (jahat)

الظَّالِمِينَ، وَ خَلِّصْهُ مِنْ أَيْدِي الْجَبَّارِينَ. أَللَّهُمَّ أَعْطِهِ فِي نَفْسِهِ وَ ذُرِّيَّتِهِ وَ شِيعَتِهِ وَ رَعِيَّتِهِ وَ خَاصَّتِهِ

para zalim, dan selamatkan ia dari cengkraman tangan (pereintahan) orang-orang yang berlagak sombong. Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya dalam diri, keturunan, pengikut, sahabat khusus,

وَ عَامَّتِهِ وَ عَدُوِّهِ وَ جَمِيعِ أَهْلِ الدُّنْيَا مَا تُقِرُّ بِهِ عَيْنَهُ وَ تَسُرُّ بِهِ نَفْسَهُ، وَ بَلِّغْهُ أَفْضَلَ مَا أَمَّلَهُ فِي

sahabat umum dan para musuhnya serta seluruh penduduk jagad raya ini, apa yang dapat menjadi faktor kebahagiaannya, dan sampaikanlah ia kepada apa yang diharapkannya di

الدُّنْيَا وَ اْلاَخِرَةِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيرٌ. أَللَّهُمَّ جَدِّدْ بِهِ مَا امْتَحَى (مُحِيَ‏) مِنْ دِينِكَ، وَ أَحْيِ بِهِ مَا

dunia dan akhirat, karena Engkau Maha Mampu atas segala sesuatu. Ya Allah, perbaruilah ajaran-ajaran agama-Mu yang telah sirna, hidupkan kembali ajaran-ajaran

بُدِّلَ مِنْ كِتَابِكَ، وَ أَظْهِرْ بِهِ مَا غُيِّرَ مِنْ حُكْمِكَ حَتَّى يَعُودَ دِينُكَ بِهِ وَ عَلَى يَدَيْهِ غَضًّا جَدِيدًا خَالِصًا

Kitab-Mu yang telah diganti, dan tampakkan kembali hukum-hukum-Mu yang telah dirubah dengan keberadaannya sehingga agama-Mu dengan keberadaannya dan perantara tangannya kembali menjadi agama yang baru nan

مُخْلِصًا لاَ شَكَّ فِيهِ وَ لاَ شُبْهَةَ مَعَهُ، وَ لاَ بَاطِلَ عِنْدَهُ وَ لاَ بِدْعَةَ لَدَيْهِ. أَللَّهُمَّ نَوِّرْ بِنُورِهِ كُلَّ ظُلْمَةٍ، وَ

murni yang tidak ada keraguan di dalamnya, tidak ada syubhah bersamanya, tidak ada kebatilan dan bid’ah di dalamnya. Ya Allah, terangkanlah setiap kegelapan dengan cahayanya,

هُدَّ بِرُكْنِهِ كُلَّ بِدْعَةٍ، وَ اهْدِمْ بِعِزِّهِ كُلَّ ضَلاَلَةٍ، وَ اقْصِمْ بِهِ كُلَّ جَبَّارٍ، وَ أَخْمِدْ بِسَيْفِهِ كُلَّ نَارٍ، وَ

runtuhkanlah setiap bangunan bid’ah dengan kekuatannya, beranguslah setiap kesesatan dengan kemuliaannya, putuskanlah nyali setiap orang zalim dengan keberadaannya, padamkanlah setiap api dengan pedangnya,

أَهْلِكْ بِعَدْلِهِ جَوْرَ كُلِّ جَائِرٍ، وَ أَجْرِ حُكْمَهُ عَلَى كُلِّ حُكْمٍ، وَ أَذِلَّ بِسُلْطَانِهِ كُلَّ سُلْطَانٍ. أَللَّهُمَّ أَذِلَّ كُلَّ

musnahkanlah kezaliman setiap orang zalim dengan keadilannya, dominasikanlah hukumnya atas setiap hukum, dan hinakanlah setiap raja dengan kerajaannya. Ya Allah, hinakanlah setiap

مَنْ نَاوَاهُ، وَ أَهْلِكْ كُلَّ مَنْ عَادَاهُ، وَ امْكُرْ بِمَنْ كَادَهُ، وَ اسْتَأْصِلْ مَنْ جَحَدَهُ حَقَّهُ، وَ اسْتَهَانَ بِأَمْرِهِ،

orang yang menentangnya, binasakanlah seetiap orang yang memusuhinya, balaslah setiap makar orang yang berusaha berbuat makar terhadapnya, musnahkanlah orang yang mengingkari haknya, meremehkan urusannya,

وَ سَعَى فِي إِطْفَاءِ نُورِهِ، وَ أَرَادَ إِخْمَادَ ذِكْرِهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَ عَلِيٍّ الْمُرْتَضَى وَ

berusaha untuk memadamkan cahayanya dan memusnahkan namanya. Ya Allah, curahkanlah shalawat-Mu atas Muhammad al-Mushthafâ, Ali al-Murtadhâ,

فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ وَ الْحَسَنِ الرِّضَا وَ الْحُسَيْنِ الْمُصَفَّى وَ جَمِيعِ اْلاَوْصِيَاءِ، مَصَابِيْحِ الدُّجَى، وَ أَعْلاَمِ

Fathimah az-Zahra`, al-Hasan ar-Ridhâ, al-Husein al-Mushaffâ dan atas semua washî, pelita-pelita kegelapan, panji-panji

الْهُدَى، وَ مَنَارِ التُّقَى، وَ الْعُرْوَةِ الْوُثْقَى، وَ الْحَبْلِ الْمَتِينِ، وَ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ، وَ صَلِّ عَلَى وَلِيِّكَ وَ

hidayah, jelmaan-jelmaan takwa, tali yang kokoh, dan jalan yang lurus, dan limpahkanlah shalawat-Mu atas wali-Mu,

وُلاَةِ عَهْدِكَ، وَ اْلاَئِمَّةِ مِنْ وُلْدِهِ، وَ مُدَّ فِي أَعْمَارِهِمْ، وَ زِدْ فِي آجَالِهِمْ، وَ بَلِّغْهُمْ أَقْصَى آمَالِهِمْ، دِينا

para khalifah-Mu, dan para imam dari anak-cucu mereka, panjangkanlah umur mereka, tambahkanlah umur mereka, dan sampaikanlah mereka kepada cita-cita mereka yang tertinggi, di dalam masalah agama,

وَ دُنْيَا وَ آخِرَةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْ‏ءٍ قَدِيرٌ

dunia dan akhirat, karena Engkau adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.





[1] ‘Allâmah Majlisî berkata, “Menurut riwayat Ali bin Ibrahim dan Al-Kulainî, ayat Kursî ‘alat tanzîl adalah sebagai berikut:

أللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ مَا بَيْنَهُمَا وَ مَا تَحْتَ الثَّرَى عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ مَنْ ذَا الَّذِيْ … هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ، وَ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


* Berdiri dengan sendirinya dan tidak membutuhkan kepada selain-Nya serta selain-Nya bergantung kepada-Nya. (Penerj.)

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...