Selasa, 16 Juni 2020

Fitnah-fitnah Terhadap Syiah






BILA KAU KENALI KEBENARAN MAKA KAU AKAN TAU KEPADA SIAPA KAU HARUS BERPIHAK




Menjawab tuduhan dan fitnah dari para pembenci nabi muhammad saww dan ahlulbait as bahwa syiah jika makan tahi imam nya akan masuk syurga.



Waspada terhadap kitab-kitab syiah terjemahan telah banyak yang dipalsukan oleh para pembenci nabi dan ahlulbait as. salah satunya- perihal :



“Syiah makan tahi/kotoran imamnya dijamin masuk surga.”



Yang katanya dinukil dari kitab syiahnya sendiri adalah palsu.



Hal ini senada dengan penuturan tokoh besar ulama syiah ayatullah Sayyid as-Sistani, beliau pernah ditanya mengenai hal ini :




السؤال : 1 – قرأت من صفحة وهابية بأننا نجيز شرب بول الأئمة الأطهار وأن ذلك من موجبات الجنة ؟




الجواب : 1 – هذا كذب وافتراء نعوذ بالله منه



“Persoalan 1. Aku pernah membaca tulisan dari Wahabi bahwa kita boleh meminum kencing para Imam suci dan hal itu akan memasukkan kita ke dalam surga? Lalu beliau menjawab : 1. Hal itu dusta dan mengada-ada, kita berlindung kepada Allah swt darinya.” 

[al-Istifta’at, Sayyid as-Sistani hal 554 persoalan no 2196]



Berikut ini saya kutipkan buktinya pada 1 sumber yang sama dari kitabul anwar wilayah rasul, Bab Thaharah, halaman +440, karangan Zainal Abidin, baik dari kitab syiah yang asli maupun dari kitab syiah terjemahan yang dipalsukan. Dibawah ini pernyataan asli sebelum dirubah oleh tangan-tangan jahil :




ﺍﻟﻬﻴﺌﺔ ﻟﺪﻳﻬﺎ ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻢ ﺃﻛﻦ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺃﻱ ﺷﻲﺀ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﻨﺒﻌﺚ ﻣﻨﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﻨﻔﻂ ﻋﺪﺩ ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﻮﺏ، ﻻ ﻳﺘﻌﺮﺿﻮﻥ ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺑﺖ ﺍﻟﻨﺠﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﻣﻦ ﻧﻌﻢ ﻫﻮ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺗﻨﻘﻴﺔ ﻫﺪﺍﺱ ﻫﺪﺍﺱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ، ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﺤﻴﺚ ﺟﺴﺪﻩ ﻳﺒﻘﻰ ﺍﻟﻤﻘﺪﺳﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻄﻘﻮﺱ



“Tubuh Imam tidak memiliki bau apa – apa melainkan baunya seperti minyak misk, para imam tidak terkena najis sedikitpun dari kotorannya selain ia selalu mensucikannya secara hadas besar maupun hadas kecil, para imam selalu melakukan wudhu sehingga tubuhnya tetap suci dari hadas.“



Sedangkan dibawah ini pernyataan hasil modifikasi oleh tangan – tangan jahil dan para pembenci ahlulbait as :




ليس في بول الأئمة وغائطهم استخباث ولا نتن ولا قذارة بل هما كالمسك الأذفر، بل من شرب بولهم وغائطهم ودمهم يحرم الله عليه النار واستوجب دخول الجنة



“Kencing dan tinja para imam bukanlah sesuatu yang menjijikkan, tidak berbau busuk, tidak pula termasuk kotoran. Bahkan keduanya bagaikan misik yang sangat harum. Barangsiapa yang meminum kencing, tinja, dan darah mereka, Allah akan haramkan padanya api neraka dan wajib baginya masuk surga.”



Kitab dari mazhab syiah dipalsu kan agar dikecam,agar dituduh kafir.bidah dll....Tetapi ternyata hal seperti itu terdapat pada sejumlah hadits referensi sunni yang shahih, nah lho?



Beberapa diantaranya :




ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻮَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺗَﻨَﺨَّﻢَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻧُﺨَﺎﻣَﺔً ﺇِﻻَّ ﻭَﻗَﻌَﺖْ ﻓِﻰ ﻛَﻒِّ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﺪَﻟَﻚَ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﺟِﻠْﺪَﻩُ



Miswar dan Marwan berkata : 

‘Demi Allah Setiap Rasulullah SAW berdahak, pasti dahak beliau jatuh ke tangan salah seorang sahabat, lalu ia gosokkan ke wajah dan kulitnya.' 

[HR Bukhari, No 70 dan 2731]




‏( ﻋﻦ ﺃَﺑِﻰ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻭَﺑِﻼَﻝٍ ‏) ﺛُﻢَّ ﺩَﻋَﺎ ﺑِﻘَﺪَﺡٍ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﺎﺀٌ ﻓَﻐَﺴَﻞَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻓِﻴﻪِ ، ﻭَﻣَﺞَّ ﻓِﻴﻪِ ، ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺍﺷْﺮَﺑَﺎ ﻣِﻨْﻪُ ، ﻭَﺃَﻓْﺮِﻏَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻭُﺟُﻮﻫِﻜُﻤَﺎ ﻭَﻧُﺤُﻮﺭِﻛُﻤَﺎ ، ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮَﺍ ‏» . ﻓَﺄَﺧَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘَﺪَﺡَ ﻓَﻔَﻌَﻼَ ‏



“Rasulullah SAW menyuruh kepada Abu Musa dan Bilal untuk mengambil tempat air, lalu beliau membasuh kedua tangan dan wajahnya serta memuntahkan air kumur ke wadah tersebut dan beliau bersabda: ‘Minumlah oleh kalian, siramkan ke wajah dan leher kalian, dan berbahagialah!’ Kemudian dua sahabat itu melakukannya.” 

[HR Bukhari No. 4328; Muslim, No. 6561]




ﻭَﺍﻟْﻐَﺮَﺽ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺇِﻳﺠَﺎﺩ ﺍﻟْﺒَﺮَﻛَﺔ ﺑِﺮِﻳﻘِﻪِ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻙ ‏



al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Tujuan diatas karena ludah Rasulullah yang mengandung berkah.” 

[Ibnu Hajar, Fath al-Baari, 1/300]




ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻗَﺎﻝَ ﺩَﺧَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﻓَﻌَﺮِﻕَ ﻭَﺟَﺎﺀَﺕْ ﺃُﻣِّﻰ ﺑِﻘَﺎﺭُﻭﺭَﺓٍ ﻓَﺠَﻌَﻠَﺖْ ﺗَﺴْﻠُﺖُ ﺍﻟْﻌَﺮَﻕَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏« ﻳَﺎ ﺃُﻡَّ ﺳُﻠَﻴْﻢٍ ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺗَﺼْﻨَﻌِﻴﻦَ ‏» . ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻫَﺬَﺍ ﻋَﺮَﻗُﻚَ ﻧَﺠْﻌَﻠُﻪُ ﻓِﻰ ﻃِﻴﺒِﻨَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻃْﻴَﺐِ ﺍﻟﻄِّﻴﺐِ



“Sahabat Ummu Sulaim mengambil keringat Nabi SAW dan menaruhnya ke dalam botol sebagai minyak wangi. Setelah ditanya oleh Rasulullah SAW, Ummu Sulaim menjawab: ‘Ini adalah keringatmu. Kami jadikan minyak wangi kami. Dan keringat itu adalah minyak yang paling harum.’” 

[HR Muslim, No. 6201]




وأخرج الطبراني والبيهقي بسند صحيح عن حكيمة بنت أميمة عن أمها قالت كان للنبي {صلى الله عليه وسلم} قدح من عيدان يبول فيه ويضعه تحت سريره فقام فطلبه فلم يجده فسأل عنه فقال أين القدح قالوا شربته برة خادم أم سلمة التي قدمت معها من أرض الحبشة فقال النبي {صلى الله عليه وسلم} لقد احتظرت من النار بحظار



“Dan telah dikeluarkan Ath Thabrani dan Baihaqi dengan sanad shahih dari Hukaimah binti Umaimah dari Ibunya yang berkata Nabi SAW memiliki bejana dari pelepah kurma yang beliau gunakan untuk buang air kecil pada waktu malam hari di bawah ranjangnya, suatu hari Nabi meminta bekas itu dan tidak menemuinya lalu bertanya: ‘di manakah bejana itu?’ Dia menjawab: ‘Ia diminum oleh Barrah, pembantu Ummu Salamah yang datang bersama dengannya dari tanah Habsyah’ Maka bekata Nabi SAW: ‘Dia telah diharamkan dari api neraka’” 

[Imam as-Suyuthi, Khasa’is al-Kubra, 2/377; ath-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, 24/205, No. 527; al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, 7/67, No. 13184]




وامتص مالك بن سنان والد أبي سعيد الخدري الدم من وجنته صلى الله عليه وسلم حتى أنقاه، فقال: (مُجَّه)، فقال: والله لا أمجه، ثم أدبر يقاتل، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: (من أراد أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فلينظر إلى هذا)، فقتل شهيداً.



“Malik bin Sinan ayah Abu Said al-Khudri telah menyedot darah (yang luka) dari pipi Rasulullah SAW sampai menelannya. Nabi SAW bersabda: ‘Ludahkanlah itu’ Malik bin Sinan menjawab: ‘Demi Allah, aku tidak akan meludahkannya’, Kemudian dia berbalik dan berperang. Berkatalah Nabi SAW: ‘Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk surga, hendaklah ia melihat orang ini’, Malik bin Sinan kemudian mati syahid.” 

[Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, hal 219; Ibn Qayyim, Zadul Ma`ad, jilid 3, hal 94]



Sejumlah hadis yang saya paparkan di atas bukanlah maksud saya ingin menghina atau merendahkan mazhab sunni, tidak ada niat saya untuk berbuat demikian.ana selalu menganggap anthum/ukhti semua sebagai saudara ana sendiri.



Hanya saja hal ini sekedar pemberitahuan agar pihak anti syiah serta para pembenci rasulullah saww dan ahlulbait as itu ‘ngaca’ kalau kitab dari mazhab syiah dipalsukan, tapi ternyata hal seperti itu justru terdapat juga pada sejumlah hadis referensi sunni pegangan mereka sendiri, sehingga dengan hal ini bisa menjadi penyadaran bagi mereka untuk lebih memperhatikan, mengurus dan mempelajari mazhabnya sendiri, dari pada sibuk mengobok-ngobok aliran mazhab lain, yang ada bukannya menambah pahala, malah menambah dosa saja?dan antek antek zionis, Amerika, Israel, Wahabi dan sekutunya akan terus menghasut dan mengadu domba sesama muslim agar terpecah belah.kita adalah umat nabi muhammad saww sudah saat nya kita bersatu.



Oh ya, satu lagi jika anda pernah melihat foto atau video ritual pihak syiah yang membawa dan melumuri tubuhnya dengan sesuatu, sesuatu itu hanyalah lumpur dari tanah karbala, bukanlah tahi sang imam seperti yang diberitakan oleh media bayaran pendukung zionis.


Perlu diketahui juga bahwa istilah imam oleh pihak syiah adalah hanya dari mereka yang terdiri dari 12 imam maksum as saja, sehingga penyebutan imam khomeini dan imam Ali khamenei sebagai imam dijaman ini hanya berarti sebagai makna kiasan saja, alias bukan imam syiah yang sesungguhnya. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pengganti imam maksum as untuk sementara waktu dalam keghaiban guna mengisi kekosongan dari imam suci yang ke 12 yang akan datang suatu saat nanti, yaitu imam Muhammad al Mahdi shohibuzzaman as Dan terkait 12 imam maksum ini merekapun mempunyai hujjah dan dalilnya, bahkan diantaranya terdapat juga pada sejumlah hadits shahih sunni perihal kemunculan Imam Mahdi as.





MENJAWAB TUDUHAN KALAU SYIAH MEMPUNYAI 3 SYAHADAT



Jika anda pernah membaca syahadatnya syiah yang kalimatnya lebih dari 3, dengan tambahan isinya melaknat kepada para sahabat dan istri Rasulullah saww maka itu adalah syahadat syiah yang tidak dibenarkan dan itu adalah fitnah yang diciptakan oleh zionis dan para pembenci Nabi muhammad saww dan ahlulbait as.


Karena dalam syahadat syiah yang pernah ada hanya terdapat 3 kalimat saja, yakni dengan penambahan Ali sebagai wali Allah (wa Aliyyan waliyullah), itupun dinyatakan sebagai bid‘ah menurut jumhur. Adapun kalimat syahadat yang dijadikan rujukan oleh syiah adalah sebagaimana yang telah disetujui oleh ijma’ seluruh kaum muslim, yakni hanya terdapat 2 kalimat diawal saja. Begitupun halnya dalam penyebutan Ali sebagai wali Allah pada kumandang adzan dan iqamat syiah dinyatakan juga sebagai bid‘ah


[Kitab Wasail al-Syiah Bab 19 tentang adzan dan iqamah], tapi kalaupun dibenarkan, maka hukum penambahan kalimat tersebut disamakan dengan hukum pendengar adzan yang bershalawat ketika mendengar nama Rasulullah saww disebutkan dalam syahadat [Tahrir Al Wasilah Bab Adzan dan Iqamah], sedangkan yang benar adalah menyebut: ‘hayya alaa khairil amal’, karena pernah diamalkan oleh Rasulullah saww, tapi kemudian dihilangkan penyebutannya oleh khalifah pertama. Hal ini terdapat dari sejumlah riwayat sunni sendiri, misalnya:


١٩٩١- أخبرنا أبو عبد الله الحافظ وأ بو سعيد بن أبي عمرو قالا ثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا يحيى بن أبي طالب ثنا عبد الوهاب بن عطاء ثنا مالك بن أنس عن نافع قال : كان بن عمر يكبر في النداء ثلاثا ويشهد ثلاثا وكان أحيانا إذا قال حي على الفلاح قال على أثرها حي على خير العمل…


“Dengan sanad yang telah sampai kepada Nafi’ yang berkata bahwa Ibn Umar… jika (adzan) mengucapkan hayya alal falah, maka setelahnya ia mengucapkan hayya ala khairil amal…”
[Sunan al-Kubra, al-Baihaqi, jilid 1, hal 792, no 1991; 1992. Muhaqqiq Kitab: Islam Manshur Abdul Hamid berkomentar: “Shahih”]


١٩٩٣ – وأخبرنا محمد بن عبد الله الحافظ أنا أبو بكر بن إسحاق ثنا بشر بن موسى ثنا موسى بن داود ثنا حاتم بن إسماعيل عن جعفر بن محمد عن أبيه أن علي بن الحسين كان يقول في أذانه : إذا قال حي على الفلاح قال حي على خير العمل ويقول هو الأذان الأول


“..Ali bin Husain berkata terkait adzan: ‘Jika telah mengucapkan hayya alal falah, ucapkanlah hayya ala khairil amal. Inilah adzan di masa awal.’” [Sunan al-Kubra, al-Baihaqi, jilid 1, hal 793, no 1993, muhaqqiq Manshur Abd al-Hamid]


Selain 2 riwayat sunni diatas, penyebutan lafal adzan: ‘hayya alaa khairil amaal’ ini juga dapat ditemukan di Sirah Halabiyah jilid 2, hal. 105; Maqaati’l Ath-Thalibin, hal 297; Adz-Dzahabi dalam Mizaan al-I’tidaal jilid 1, hal 139; Lisaan’l-Mizaan jilid 1, hal 268; dan masih banyak lagi. Jadi tidak perlu diributkan lagi.


Terkait 3 kalimat syahadat walaupun dianggap sebagai bid’ah, namun tetap diamalkan sampai sekarang, karena ini termasuk bid’ah hasanah. Lagipula walau Rasulullah saww tidak pernah menyatakan 3 kalimat syahadat, tapi beliau pernah menyatakannya bahkan lebih dari 3 kalimat seperti yang disebutkan pada hadits oleh riwayat Ubadah bin Shamit ra, ia berkata: Rasulullah saww bersabda:


مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ


“Barang siapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah swt, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga dan neraka itu benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” [HR Muslim, No. 149]


Oleh karena hadits tersebut, maka dapat dibenarkan menambahkan 1 atau sejumlah kalimat syahadat yang lain jika kontennya adalah benar. Seperti contohnya menambahkan bahwa al-Qur’an adalah kitabullah. Nah, begitupun dengan sebagian pihak syiah yang berpendapat bolehnya menambah 3 kalimat syahadat, dengan tambahan “Ali adalah Wali Allah”, karena kontennya memang benar bahwa Ali adalah wali Allah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saww:


إن عليا مني وأنا منه وهو ولي كل مؤمن بعدي


“Sesungguhnya Ali dariku dan aku dari Ali. Ali adalah wali/pemimpin setiap mukmin sesudahku” [Musnad Abu Dawud, jilid 3, hal 111, no 829; Musnad Abu Dawud ath-Thayalisi 1/111, no 829; Musnad Abu Ya’la 1/293, no 355, Shahih Ibnu Hibban, 15/373, no 6929, Mu’jam al-Kabir, ath-Thabrani, 18/128; Shahih Tirmidzi, jilid 5, hal 236, 296; Shahih Ibn Habban, jilid 1, hal 383; Mustadrak al-Hakim, Ma’rifah Ash-Shahabah, jilid 3, hal 110,119; Sunan al-Nasai jilid 5, hal 132, no 8474; Musnad Ahmad, jilid 4, hal 437, No 19426 (No. 3062, 3063)]


Penyebutan Ali sebagai wali Allah juga ada dalam lantunan syair imam Syafi’i:


قَالُوْا تَرَفَّضْتَ قُلْتُ : كَـــلاَّ ***مَا الرَّفْضُ دِيْنِيْ وَلاَ إِعْتِقَادِيْ


لَكِنْ تَوَلَّيْتُ غَيْرَ شَــــكِّ *** خَيْرَ إِمَامٍ وَخَيْرَ هـَـادِي


إِنْ كاَنَ حُبُّ الْوَلِيّ رّفْضاً *** فَإِنَّ رَفْضِيْ إِلَى اْلعِبَــــادِ


“Mereka berkata: ‘Engkau menjadi Syiah Rafidhah.’ Aku berkata: ‘Sekali-kali tidak! Rafidhah bukanlah agama dan keyakinanku. Akan tetapi aku berwala (meyakini sebagai wali) tanpa ragu-ragu kepada sebaik-baik imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk. Jika kecintaanku kepada Wali itu yang disebut rafdh (menolak) Maka sifat penolakanku itu aku tujukan kepada para hamba (yang telah menuduhku).” [Diwan al-Imam al-Syafi’i, hal 58]


Perhatikan syair imam Syafi’i diatas, syair tersebut ditunjukkan khusus kepada Ali bin abi Thalib as. Beliau tidak hanya menyatakan sikapnya untuk berwala atau meyakini Ali bin abi Thalib sebagai wali saja, akan tetapi lebih jauh lagi, beliau lebih mengutamakan Ali dibandingkan siapapun juga dengan menyatakan bahwa Ali adalah sebaik – baiknya imam dan sebaik – baiknya pula pemberi petunjuk kepada kebenaran. Selain itu, lantunan syair diatas juga secara tidak langsung telah membantah tuduhan dusta dari pihak anti syiah pembenci nabi muhammad dan ahlulbait as yang menggenerelisir bahwa imam Syafi’i telah memvonis semua syiah adalah sesat, sekalipun syiah yang hanya sekedar mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat nabi lainnya.


👉Ibnu Hajar berbeda sendiri dengan para ulama lainnya dalam mengartikan istilah rafidhah. Jika para ulama lainnya mengartikan rafidhah sebagai aliran syiah yang melaknat para sahabat nabi, maka ibnu Hajar yang dalam kitabnya Hady as-Sari Muqaddimah Fathil Bari, 1/460 mengartikan bahwa rafidhah artinya orang – orang yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib diatas para sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tentu saja hal tersebut bergesekan dengan pandangan imam syafi’i pada lantunan syairnya diatas yang lebih mengutamakan Ali bin abi Thalib. Bukan hanya imam Syafi’i saja, banyak juga riwayat tentang pengutamaan Imam ali bin abithalib as:


Ibnu Abbas ra. berkata:


كانَ و اللهِ عَلَمَ الهُدَى و كهْفَ التُقَى… خيرَ مَنْ آمَنَ و اتَقَى، و أفْضَلَ مَنْ تقَمَّصَ و ارتدَى، و أبَرَّ مَنْ اتعَلَ وَ سَعَى… , هُوَ أبو السبطَيْنِ، فَهَلْ يُقارِنُهُ بَشَرٌ؟! … فَعلى مَن اتقَصَهُ لَعْنَةُ اللهِ و العبادِ إلى يومِ التنادِ


“Demi Allah, Ali adalah panji petunjuk, hidayah, gua ketaqwaan.. Dia sebaik-baik orang yang beriman dan bertaqwa, paling afdhal, utamanya orang yang bergamis dan memakai rida’, paling baktinya orang yang bersandal dan berjalan.. Dia adalah ayah bagi kedua cucu (Nabi Muhammad saww), lalu adakah yang menandinginya?! Maka atas orang yang melecehkannya kutukan Allah swtdan kutukan hamba hingga hari kiamat.” [Murûj adz-Dzahab, 3/63]


Sahabat Rasulullah saww, yakni Jabir bin Abdillah, pernyataannya lebih tajam:


حدثنا إبراهيم بن نصر العنبري ثنا يوسف بن عيسى ثنا الفضل بن موسى عن شريك عن عثمان بن أبى زرعة عن سالم بن أبى الجعد قال سئل جابر بن عبد الله عن على فقال ذاك خير البشر من شك فيه فقد كفر


“Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Nashr al-Anbari yang berkata, telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, yang berkata telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Musa, dari Syarik dari Utsman bin Abi Zur’ah, dari Salim bin Abil Ja’d, yang berkata: ‘aku bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang Ali’, maka Beliau menjawab: ‘Dia adalah manusia terbaik, siapa yang meragukannya sungguh telah kufur’.” [Ibnu Hibban, ats-Tsiqat, jilid 9, no. 16440]


Kemudian terdapat juga sejumlah kutipan dari para tokoh besar ulama sunni, seperti oleh Ibnu Hazm al-Andalusi yang juga penulis Sirah Nabawiyah abad 5 H:


و قَدْ روينَا هذا القولَ نَصًّا عَنْ بَعْضِ الصحابَةِ (رضيَ اللهُ عنهم) و عن جماعَةٍ منَ التابعينَ و الفقهاءِ…و روينا عن نَحوِ عشرين من الصحابة أنَّ أكرمَ الناسِ على الله و رسولهِ عليًّ بنُ أبي طالبٍ.


“Dan telah kami riwayatkan pendapat ini seraca tegas dari sebagian sahabat ra dan sekelompok tabi’in dan fukaha (ahli fikih)…Kami telah meriwayatkan dari kurang lebih dua puluh sahabat pendapat bahwa paling utamanya manusia di sisi Allah dan Rasul-Nya adalah Ali ibn Abi Thalib ra.” [Ibnu Hazm, al-Fishal fi al-Milal wa an-Nihal, 4/111]


Bahkan, Ibnu Hajar menyebutkan sebuah hadits dari Aisyah yang mengakui bahwa Ali lebih dicintai Nabi ketimbang Abu Bakar, ayahnya sendiri. Hadits itu diakui keshahihannya oleh Ibnu Hajar. Ibnu Hajar berkata: ‘Ahmad, Abu Daud dan an Nasa’i meriwayatkan, dan ia menshahihkannya dengan sanad dari Nu’man ibn Basyir, ia berkata, ‘Abu Bakar meminta izin masuk ke rumah Nabi Muhammad saww, lalu ia mendengar suara keras Aisyah, ia sedang mengangkat suaranya seraya berkata:


لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّ علِيًّا أَحَبُّ إليكَ مِنْ أبي


“Aku benar-benar telah tahu bahwa Ali lebih engkau cintai ketimbang ayahku.” [Ibnu Hajar Al Asqolani , Fathu al-Bâri, 14/158]


Ibn Abd al-Barr, ketika membahas biografi Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata:


وروى عن سلمان وأبى ذر والمقداد وخباب وجابر وأبى سعيد الخدرى وزيد بن الأرقم أن على بن ابى طالب رضى الله عنه أول من أسلم وفضله هؤلاء على غيره


“Dari Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Sa’id al– Khudri dan Zaid bin al-Arqam bahwa imam Ali bin Abi Thalib as orang yang pertama masuk Islam dan mereka mengutamakan ‘Ali dibanding (sahabat) yang lain.” [Ibn Abd al-Barr, al-Isti’ab fi ma’rifah al-shahabah, tahqiq: M Ali al-Bajawi, jilid 3, no 1855, hal 1090]


Ibn ‘Abd Al-Barr membahas biografi sahabat pada no. 3054 yang bernama Amir bin Watsilah dengan kuniyah Abu Thufail, ia berkata pada hal 1697 bahwa Abu Thufail seorang yang bertasyayyu (mengutamakan Ali di atas syaikhain: Abu Bakar dan Umar). Maka jika anda lebih memilih pengertian istilah rafidhah versi ibnu Hajar tersebut, artinya andapun harus mau menganggap bahwa imam Syafi’i, juga sejumlah sahabat seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Sa’id Al-Khudri, Zaid bin Al-Arqam, dan Abu Thufail adalah seorang rafidhah, berani?!


Maka artinya ada juga golongan sunni rafidhah!


Jadi, jika anda masih tetap bersikukuh bahwa menambahkan lebih dari 2 kalimat syahadat adalah salah, sedangkan saya mempunyai hujjah yang kuat dalam hal tersebut, maka adakah yang mempunyai bantahan dalil larangannya?


Apapun perbedaan nya kita semua bersaudara janganlah kita mau dipecah belah.karena itu jelas keinginan para zionis dan pembenci nabi muhammad saww dan ahlulbait as.dan meyakinkan kita bahwa kita bermusuhan.demi Allah swt.semoga postingan ini menjadi pembelajaran kita bersama bahwa janganlah mudah kita mengkafirkan orang lain apa lagi sesama umat nabi muhammad saww.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...