Apakah hipotesis keberadaan seorang pemimpin yang ditunggu kehadirannya itu adalah sebuah hal yang logis dengan segala persoalan seputar beliau; dari usia yang tidak wajar, mandat imamah yang diklaim sejak usia belum balig, kegaiban panjang tanpa sedikitpun komentar dan solusi untuk berbagai problema dunia, dan apakah sekadar kemungkinan keberadaan, cukup untuk menjadi pembenar keimanan keberadaannya secara nyata?
Apakah keberadaan beberapa riwayat dari Nabi Muhammad saw. yang dinukil dalam kitab-kitab hadis cukup untuk memberikan keyakinan penuh akan keberadaan Imam Kedua belas, meskipun keberadaannya di luar batas kewajaran?
Sebaliknya, bagaimana kita dapat membuktikan bahwa Imam Mahdi benar-benar ada sebagai sebuah realitas sejarah dan bukan hanya asumsi yang bersumber dari kondisi psikologis untuk memberikan kemantapan hati dan optimisme karena ketertindasan sepanjang masa?
Ayatullah Sayyid Mohammad Baqir Sadr, salah seorang ulama Irak yang memiliki kepakaran dalam berbagai bidang ilmu dengan berbagai karya yang diwariskan untuk kita, di antaranya; Hadis, Tafsir, Filsafat, Ekonomi, Logika, Fikih dan Ushul Fikih, memberikan jawaban berikut atas berbagai pertanyaan di atas.
Jawaban beliau yang menyertakan tidak kurang dari 40 referensi, bisa diringkas dalam dua argumen yang beliau istilahkan dengan “argumen Islami”, yakni nas-nas keagamaan yang membuktikan keniscayaan keberadaan Imam Mahdi dan yang kedua beliau istilahkan dengan “argumen ilmiah” atau “analisa rasional” yang membuktikan bahwa Al Mahdi bukan mitos dan asumsi, tetapi fakta yang dibuktikan oleh catatan sejarah.
Argumen pertama dibangun atas beberapa hal berikut:
Gagasan Al Mahdi sebagai pemimpin yang ditunggu kehadirannya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, telah muncul dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw. dan para Imam Ahlulbait a.s dalam jumlah yang banyak, sehingga sampai pada tingkat tidak dapat diragukan. Telah dinukil sejumlah 400 hadis dari Nabi Muhammad saw. melalui jalur periwayatan saudara-saudara kita Ahlusunnah saja. Adapun dari jalur periwayatan Syiah Ahlulbait telah dinukil lebih dari 6.000 hadis dari Nabi dan para Imam Ahlulbait a.s.
Ratusan hadis dari Rasulullah saw. dan para Imam Ahlulbait yang menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah salah seorang dari pribadi mulia Ahlulbait.
Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah dari keturunan Fatimah, putri Nabi Muhammad saw.
Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah dari keturunan cucu Nabi yang bernama Al Husein.
Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah dari keturunan kesembilan dari putra Al Husein.
Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah Imam yang Kedua belas.
Narasi-narasi yang menjelaskan dan mengidentifikasi Imam Kedua belas dari para Imam Ahlulbait merupakan narasi yang sangat banyak jumlahnya dan menyebar secara luas, walaupun para Imam Ahlulbait selalu menjaga prinsip kehati-hatian untuk melindungi diri mereka dari teror dan pembunuhan para penguasa.
Jumlah narasi yang melimpah bukan satu-satunya dasar untuk menerimanya, melainkan ada kelebihan dan bukti yang membuktikan keasliannya. Hadis mulia tentang imam, khalifah, atau sultan setelah beliau (Rasulullah saw.), dan bahwa mereka berjumlah dua belas telah dinukil lebih dari 270 hadis, baik dalam referensi Syiah maupun Sunni, dengan redaksi yang hampir sama, termasuk dalam kitab-kitab hadis terkemuka (standar) Ahlusunnah, seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan Abi Dawud, Musnad Ahmad bin Hanbal dan Mustadrak Al-Sahihain.
Imam Bukhari yang hidup sezaman dengan Imam Al Jawad, Imam Al Hadi dan Al Askari memiliki makna tersendiri di saat meriwayatkan hadis 12 Imam itu. Fakta ini memberi kekuatan akan kebenaran hadis yang dinukil dari Nabi saw. sebelum tiba masa kelahiran Imam Kedua belas. Ini berarti, tidak ada ruang untuk keraguan bahwa penukilan hadis dipengaruhi oleh para pengikut Syiah 12 Imam, karena jika hadis itu palsu dan hanya dinisbatkan kepada Nabi saw., maka ia akan dinukil setelah kelahiran Imam yang Kedua belas, namun nyatanya sudah diriwayatkan oleh para perawi sebelum kelahiran Imam yang Kedua belas.
Dengan kata lain, keberadaan hadis yang disebutkan di atas, yang mendahului kelahiran Imam Kedua belas, maka kita dapat memastikan bahwa hadis ini bukan rekayasa, melainkan bukti kebenaran ilahi yang diucapkan oleh seorang Nabi, yang segala apa yang disampaikannya tidak bersumber dari hawa nafsu, namun dari wahyu (Q.S Al Najm:3)
Selain itu, hadis yang berbunyi, “Para khalifah setelahku berjumlah dua belas”, tidak bisa diterapkan secara logis dan historis, kecuali pada 12 Imam keyakinan Syiah Imamiyah.
Adapun argumentasi kedua, yaitu rasional dan ilmiah, adalah berangkat dari sebuah analisa, bahwa masa kegaiban kecil yang berlangsung selama 70 tahun merupakan sebuah masa yang panjang, yang menjadi sebuah masa transisi dari kebiasaan keberadaan Imam di tengah para Syiah dan pengikutnya ke kondisi Imam tidak lagi bersama mereka dalam semua kondisi dan mereka tidak memiliki akses untuk berinteraksi dengan Imam.
Masa transisi ini adalah penting dari dua hal. Pertama, para pengikut atau Syiah Ahlulbait tidak merasa kaget dengan kegaiban yang sekaligus, ketika mereka langsung sama sekali tidak bisa berhubungan dengan Imam, namun mereka masih memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan Imam melalui seorang wakil yang ditunjuk oleh Imam dari wakil yang pertama hingga wakil ke empat, yaitu:
Othman bin Saeed Al Omari.
Muhammad bin Othman bin Saeed Al Omari.
Abu Al-Qasim Al Hussein Bin Rooh.
Abu Al Hassan Ali Bin Muhammad Al Samri.
Kedua, keberadaan dari keempat wakil ini secara bertahap memperkuat kebenaran fakta sejarah dan realitas, bahwa pribadi Imam sebagai pihak yang memberikan perwakilan kepada mereka adalah benar-benar ada, tidak fiktif, sebab Imam dalam banyak kesempatan menyampaikan jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang dihadapi oleh para pengikutnya dengan cara tertulis dan dibubuhi tanda tangan (stempel).
Coba perhatikan dengan saksama keberadaan tulisan dan bahasa yang digunakan seseorang adalah sulit untuk dipalsukan. Setiap orang punya gaya tulisan dan bahasa yang khas. Pemalsuan dan kebohongan sulit untuk dipertahankan konsistensinya. Dalam pribahasa bahasa Arab disebutkan bahwa “pembohong itu tidak punya tali yang panjang”, artinya dengan cepat akan ketahuan kebohongannya. Apalagi perwakilan Imam Mahdi dilakukan oleh empat orang dan dalam waktu yang lama, yakni tujuh puluh tahun.
Dapatkah kita bayangkan, bahwa kebohongan dapat hidup selama tujuh puluh tahun, dan itu dipraktikkan oleh empat orang berturut-turut, mereka semua sepakat tentang itu, dan mereka terus berurusan pada pribadi Imam yang fiktif dan mereka sendiri yang merekayasa seolah-olah Imam ada dan bertemu dengan mereka? Tentu tidak ada akal sehat yang bisa menerima itu.
Ini di antara rahasia, mengapa Imam tidak langsung mengangkat para wakilnya dengan kriteria seperti pada kegaiban besar (kubra), namun mengawali dulu kegaiban dengan kegaiban kecil (shughra).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar