Imam Mahdi dari Perspektif Ahlu Sunnah Wal Jamaah
penulis : Prof Dr Kamaluddin Nurdin Marjuni
Pemikiran Imam Mahdi adalah persoalan yang rumit dan sukar diuraikan jika ianya dilihat dari segi ilmu sosiologi modern. Sebab ada terdapat pelbagai tanggapan dan tafsiran yang dapat dirumuskan daripada setiap pengakuan yang dibuat oleh para ulama dan sarjana. Sehingga masalah ini menjadi masalah yang paling kontroversi di kalangan umat Islam sejak dahulu hingga kini. Bahkan dalam sejarah perjalanan dunia, terdapat individu tertentu sengaja mengeksploitasi konsep imam Mahdi ini demi kepentingan dan kemaslahatan sendiri, sehingga sikap ini akan menimbulkan masalah dan keresahan serta cabaran bagi ulama Akidah atau pengkaji dan pemerhati isu-isu Akidah Islam dari dahulu hingga sekarang.
Di samping itu persoalan Imam Mahdi adalah masalah am/universal dan melibatkan semua agama-agama di dunia, sama ada agama samawi atau konvensional. Hal ini dikarenakan Imam Mahdi itu adalah pemimpin dunia secara keseluruhan, pemimpin bagi seluruh manusia, bukan sekadar pemimpin umat Islam atau sekelompok manusia saja.
Dari perspektif Islam, pemikiran tentang imam Mahdi adalah merupakan bagian dari permasalahan agama dalam akidah Islam, Ahlu Sunnah wal Jamaah dan Syiah sepakat bahwa imam Mahdi akan muncul di akhir zaman, namun bedanya, Sunni menganggap persoalan imam Mahdi sebagai cabang permasalahan akidah “Furu’ al-Akidah al-Islamiah”, oleh karena itu –dalam lembaran buku ini- tidak heran kalau dikalangan Ahli Sunnah wal Jamaah terdapat pandangan yang menolak keras konsep imam Mahdi, sebab ianya hanya sepakat persoalan cabang dalam akidah Ahli Sunnah wal Jamaah, sehingga tidak perlu dibincangkan secara mendalam dan serius, sementara Syiah menjadikannya sebagai asas Akidah Islam “Usul Akidah Islamiah”. Maka perbincangan ini adalah asa di dalam agama dalam bab “Imamah”.
Dari sini, menurut Syiah orang yang tidak percaya dengan imam Mahdi sama halnya ingkar kepada kewujudan Rasul dan para imam-imam Syiah yang ma’sum, dalam kitab syiah “Ikmal al-Din” disebutkan sebuah hadis:
“مَنْ أَنْكَرَ الْقَائِمَ مِنْ وَلَدِيْ فَقَدْ أَنْكَرَنيِ”
“Siapa yang ingkar atas al-Qaaim –imam Mahdi- dari keturunanku, maka ia ingkar terhadap kenabianku” [1].
“مِثْلُ مَنْ أَنْكَرَ الْقَائِمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فيِ غِيْبَتِهِ مِثُلَ إِبْلِيسٍ فيِ امْتِنَاعِهِ فيِ السُّجُوْدِ لآدَم”
“Orang yang mengingkari bahwa al-Qaaim- imam Mahdi ghaib (menghilang), ia sama halnya Iblis yang menolak untuk bersujud di hadapan nabi Adam” [2].
Dari sinilah akidah “Mahdiyyah” dalam tradisi Syiah merupakan sebuah prinsip keyakinan yang wajib didedahkan, diwar-warkan dan dipertahankan bahwa di penghujung zaman nanti pasti akan muncul seorang tokoh berasal dari keturunan Ahlul-Bait yang akan menegakkan kebenaran ajaran syiah, memberantas segala bentuk kecurangan, dan mengadakan pemerataan keadilan. Ia akan memegang kekuasaan tertinggi di dunia Islam dan menjadi ikutan umat manusia. Dengan kata lain tokoh tersebut adalah “penyelamat dunia”.
Definisi Imam Mahdi
Dari sekian banyaknya tanda-tanda peristiwa besar datangnya hari akhirat atau kiamat, salah satunya adalah misteri akan datangnya Imam Mahdi, dan ianya dianggap sebagai tanda berakhirnya perjalanan alam dunia bagi umat manusia.
Kehadiran Imam Mahdi akan membuat murka raja kezaliman yang disebut Dajjal sehingga ia keluar dari persembunyiannya dan berusaha membunuh Imam Mahdi serta pengikutnya. Saat itulah Nabi Isa a.s. turun kembali ke bumi dan bersama-sama Imam Mahdi menghancurkan Dajjal dan pengikutnya.
Imam (إِمَامٌ) dalam bahasa Arab diartikan sebagai pemimpin dalam agama Islam [3]. Dikalangan Sunni, kalimat imam sinonim dengan kalimat Khalīfah (خَلِيْفَة.[4] Dalam berbagai keadaan kalimat imam juga bisa berarti pemimpin dalam ibadah shalat berjamaah, dan kalimat imam juga bisa digunakan untuk gelaran bagi para ulama, ilmuwan dan intelektual Islam yang terkenal dan hebat. Seperti imam empat mazhab Ahlu Sunnah wa al-Jamaah (اَلأَئِمَّةُ الأَرْبَعَةُ), yaitu: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Al-Mahdi (اَلْمَهْدِي), Mahdi berarti “orang yang diberi petunjuk”, dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul, Imam Mahdi sebenarnya adalah sebuah “nama gelaran” sebagaimana halnya dengan gelaran khalifah, amirul mukminin, dan sebagainya.
Gelaran-gelaran Imam Mahdi
Ahli Sunnah tidak memiliki banyak gelaran bagi imam Mahdi, berbeda dengan syiah, dalam literatur mereka ditemui banyak istilah-istilah yang dilekatkan pada diri imam Mahdi [5], seperti berikut:
Al-Qaim (اَلْقَائِمُ), bermakna “pelaksana atau penjaga hari kiamat”. Salah satu nama website Syiah Imamiah diberi nama Al-Qoim http://www.alqaem.net/.
Al-Ghaib (اَلْغَائِبُ), bermakna “imam orang yang hilang”.
Al-Hujjah (اَلْحُجَّةُ), bermakna “Dalil”.
Sohib al-Zaman (صَاحِبُ الزَّمَانِ), bermakna “pemilik zaman”.
Sohib al-Adwar (صَاحِبُ الأَدْوَارِ), bermakna “pemilik pusingan dunia”.
Baqiyatullah (بَقِيَّةُ اللهِ), bermakna “Baqi Allah”. Bahkan ada satu majalah Syiah di Lebanon dinamakan majalah “Baqiyatollah” http://www.baqiatollah.net/.
Dengan demikian Imam Mahdi dapat diartikan secara bebas bermakna “pemimpin yang telah diberi petunjuk”.
Namun secara spesifik, sesuai dengan hadis Nabi saw:
يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ
“Al-Mahdi akan keluar di akhir kehidupan umatku” (Jalaluddin al-Suyuti, Jami’ al-Ahadis, no: 26677).
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi” (Sunan Ibnu Majah, no: 4073).
إِنَّ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيَّ
“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku” (Sunan al-Tirmizi, no: 2158).
Ke semua hadis di atas bermakna seorang Imam Mahdi yang merupakan pilihan Allah swt akan diutus untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.
Dengan demikian Istilah Imam Mahdi merupakan perkataan yang berasal dari bahasa Arab dan terdiri dari dua kata yaitu “Imam” yang artinya pemimpin dan “Mahdi” yang bermakna seorang yang mendapat petunjuk. Jadi secara bebas imam mahdi dapat diartikan seorang pemimpin yang mendapat petunjuk.
Gelaran ini atau al-Mahdi, pernah ditampalkan oleh Rasulullah saw kepada empat khalifah, yaitu: Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Talib.
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ
“Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku (ajaranku) dan sunnah para khulafa al-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk”. (Al-Baihaqi, sunan al-Kubra, no: 20835)
Ibnul Atsir menjelaskan bahwa yang dimaksud al-Mahdi dalam hadis di atas adalah orang yang diberi petunjuk pada kebenaran agama. Gelaran al-Mahdi kadang menjadi nama orang bahkan sudah seringkali digunakan seperti itu. Begitu pula al- Mahdi juga bermakna orang yang dikhabarkan oleh Rasulullah saw dan akan muncul di akhir zaman. Juga al-Mahdi dapat dimaksudkan dengan Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum. Bahkan al-Mahdi juga boleh bermakna lebih luas dari itu semua, yaitu siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama” [6].
Nampaknya sebutan “al-Mahdi” memang merupakan tingkatan khusus dan istimewa di akhirat kelak, sehingga Rasulullah saw pernah mendoakan mayat Abu Salamah supaya dapat bersama disisi “insan-insan al-Mahdiyyin”, seperti dalam hadis di bawah:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى أَبِى سَلَمَةَ وَقَدْ شُقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ:(إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ). فَصَيَّحَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ :(لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ يُؤْمِنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ). ثُمَّ قَالَ :(اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِينَ، وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَفْسِحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ).
Rasulullah s.a.w masuk melihat jenazah Abi Salamah, yang matanya terbuka, lalu baginda menutupkannya. Kemudian baginda bersabda: sesungguhnya ruh apabila dicabut akan dituruti oleh mata. Maka menangislah keluarganya. Lalu baginda Nabi saw bersabda: janganlah kamu menyeru atas diri kamu melainkan yang baik baik, sesungguhnya malaikat mengaminkan apa yang kamu katakan. Kemudian baginda berdoa: Ya Allah ampunkanlah Abi Salamah, dan tinggikanlah derajatnya di kalangan orang yang mendapat petunjuk … dan ampunkanlah kami dan dia wahai Tuhan sekalian alam, lapangkanlah kuburnya dan terangkanlah dia di dalamnya (Sunan Abi Daud, no: 2711).
Tatkkala Jarir bin Abdullah bin al-Bajalli susah payah mengendalikan binatang yang dikendarainya, Rasulullah saw mendoakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadis di bawah:
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ قَالَ: مَا حَجَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي وَلَقَدْ شَكَوْتُ إِلَيْهِ أَنِّي لَا أَثْبُتُ عَلَى الْخَيْلِ فَضَرَبَ بِيَدِهِ فِي صَدْرِي فَقَالَ اللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ وَاجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا
Dari Jarir r.a berkata: “Rasulullah saw tidak pernah menghalangiku (masuk rumahnya) sejak aku memeluk Islam dan beliau selalu tersenyum saat melihatku”. Dan suatu ketika saya mengadu kepada beliau bahwasanya saya tidak bertahan di atas kuda, maka beliau memegang pundakku dan berdoa untukku: Ya Allah, tetapkanlah dia dan jadikanlah dia yang memberi petunjuk dan yang dapat petunjuk (Bukhari, no: 2797).
Bahkan di antara doa yang selalu diminta dan dipanjatkan oleh Nabi saw, berbunyi seperti berikut:
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مَهْدِيِّينَ
Ya Allah, hiasilah kami dengan iman, dan jadikanlah kami sebagai penunjuk (jalan) yang lurus yang memperoleh bimbingan dari-Mu (Musnad Ahmad, no: 18325).
Terkadang juga perkataan Imam Mahdi ditambah dengan kalimat “al-Muntadzar”, bermakna utusan yang ditunggu kedatangannya, dan perkataan ini berdasarkan hadis Rasulullah saw:
لَوْلَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ رَجُلاً مِنْ أَهْلِيْ يُوَاطِىءُ اِسْمَهُ اِسْمِيْ وَاِسْمَ أَبِيْهِ اِسْمَ أِبِيْ يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مَلِئَتْ ظُلْمًا وَجْوْرًا
”Andai dunia hanya tersisa satu hari saja, pasti Allah akan memanjangkan hari itu, sampai Dia (Allah) mengutus seorang laki-laki dariku atau dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia memenuhi bumi dengan kebijakan dan keadilan, sebagaimana ia (bumi) telah di penuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman sebelum itu”. (Abu Dawud, sahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 5180).
Bagi Syiah Imamiyah menantikan kedatangan imam Mahdi adalah merupakan satu ibadah yang terbaik (Afdal)[7]. Bahkan pahalanya sama dengan pahala orang yang mati syahid di dua peperangan Rasulullah saw yaitu: Badar dan Uhud, sebagaiaman dikatakan oleh imam Ali Zainal Abidin:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْن زَيْنَ الْعَابِدِيْن (عليه السلام) قَالَ: “مَنْ ثَبَتَ عَلَى مُوَالاَتِنَا فيِ غَيْبَةِ قَائِمِنَا أَعْطَاهُ اللهُ أَجْرَ أَلْفِ شَهِيْدٍ مِثْلُ شَهَدَاءِ بَدْرٍ وَأُحدٍ”.
Dari Ali bin Al-Husein Zainal Abidin as berkata: “Barang siapa yang tetap teguh pada imam Mahdi yang ghaib, maka Allah akan memberinya seribu pahala orang yang mati syahid, sebagaimana pahala para syuhada perang Badar dan perang Uhud” [8].
Dengan demikian, Rasullullah saw mengisyaratkan bahwa Imam Mahdi pasti akan datang di akhir zaman. Ia akan memimpin umat Islam keluar dari kegelapan dan kezaliman serta kesewenang-wenangan menuju cahaya keadilan dan kejujuran yang menerangi dunia seluruhnya. Ia akan menghantarkan manusia untuk menegakkan kepemimpinan/kekhalifahan Islam sebenar, yaitu mengikuti manhaj, sistem atau metode kepimpinan Nabi saw.
Dalam pandangan Sunni, tiada satupun kalimat ayat al-Quran yang menjelaskan ataupun menyatakan secara jelas ataupun tegas tentang masalah imam mahdi yang kita akan bincangkan dalam buku ini, jutru yang membincangkan masalah imam mahdi adalah hadis-hadis Rasulullah saw.
Adapun dalam Al Quran, jutru penjelasan tentang hidayah sangat luas dan mutlak, sesuai dengan nama asma Allah sebagai (اَلْهَادِيْ) pemberi petunjuk, al Quran hanya menjelaskan tentang perkara-perkara mengenai hakikat hidayah, cara mendapatkan hidayah, tingkatan-tingkatan hidayah, orang-orang yang layak mendapatkan hidayah dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah swt:
كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Bagaimana Allah akan memberi petunjuk hidayah kepada sesuatu kaum yang kufur ingkar sesudah mereka beriman, dan juga sesudah mereka menyaksikan bahwa Rasulullah saw itu adalah benar, dan telah datang pula kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata. Dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk hidayahNya kepada kaum yang zalim”. (Al-Imran, 86).
Firman Allah di atas menunjukkan beberapa hal:
Orang yang murtad tidak akan mendapat naungan dan petunjuk Allah. Bahkan mereka akan mendapat la’nat dari Allah, Malaikat dan semua manusia, serta tidak akan mendapat pengurangan atau keringanan siksa api neraka.
Murtad termasuk kezaliman yang amat besar dan berat balasannya yaitu neraka, sebab murtad bukan hanya meragukan kebenaran Islam, tapi juga telah mempermainkan agama. Mereka juga telah melecehkan petunjuk Rasulullah saw.
Murtad kali pertama dan kali kedua ada kemungkinan untuk diterima taubatnya. Dengan cara bersegera taubat, memperbaiki diri, meningkatkan dan mempertebal kembali keimanannya dengan disiplin melaksanakan syari’ah. Namun kalau murtad untuk ketiga kali tidak akan diterima taubatnya.
اَللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (al-Nuur: 35).
Firman Allah di atas menjelaskan tentang cahaya Allah swt yang amat terang di hadapan manusia, namun tidak semua orang dapat merasakannya dan memandangnya. Sebab bagi orang yang hatinya masih dipertuankan oleh dunia/nafsu semata, yang memandang bahwa kemuliaan hanya semata pada nilai materi yang dimiliki, rumah yang indah, cantik dan besar, mobil yang mewah dan elegan, pakaian yang mahal dan branded, tidak mungkin dapat menangkap cahaya Allah tersebut. Hanya hati yang bersih saja yang mampu mencapai ketenangan jiwa.
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (Al-Maidah: 16).
Maksud ayat ini, bahwa hidayah merupakan nur “cahaya” dalam hati, betapa bahagianya seseorang yang dapat merasakan dan meraih kenikmatan tersebut. Hidup akan terasa tenang, damai, tenteram, dan sejahtera. Semua itu adalah karunia Allah swt semata dan untuk meraih itu semua diperlukan usaha yang ikhlas mencari dan mengejarnya dalam setiap aktivitas kehidupan. Janji Allah, akan membukakan pintu-pintu hidayahnya bagi mereka yang sememangnya mengikuti keredaan Allah swt.
Tingkatan Hidayah:
Al-Fairuz Abadi menjelaskan bahwa hidayah yang diberikan Allah untuk manusia ada empat tingkatan:
Hidayah yang diberikan oleh Allah swt kepada seluruh makhluk mukallaf (jin dan manusia), seperti akal pikiran manusia, kecerdasan intelektual, dan pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat asas dan darurat. Ini sebagaimana firman Allah swt:
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
“Musa berkata: Tuhan kami yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50)
Hidayah yang dianugerahkan Allah swt kepada para Anbiya untuk dijelaskan dan disampaikan kepada manusia dan jin, sebagaimana firman Allah swt:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami.” (al-Anbiya: 73).
Hidayah berupa taufik untuk tunduk dan mengikuti kebenaran. Hidayah ini dikhaskan bagi hamba yang beriman dan menerima syariat Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt:
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
“Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (al-Taghabun: 11).
Hidayah untuk masuk ke dalam surga pada hari kiamat nanti. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah swt:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami” (al-A’raaf: 43).
Sebagai catatan dalam tingkatan hidayah, bahwa keempat tingkatan atau peringkat hidayah tersebut diraih secara bertahap. Sehingga seorang hamba Allah swt yang belum mencapai peringkat kedua tidak akan mampu naik pada pada peringkat hidayah ketiga. Demikian halnya untuk mencapai hidayah pada peringkat keempat, ianya mesti melalui peringkat sebelumnya atau yang ketiga.
Memang diakui bahwa hidayah Allah swt amat susah mencapainya, dan tidak mudah turun kepada makhluk ciptaanNya, sehingga dalam sejarah, Nabi Ibrahim as sendiri tidak dapat mengajak ayahnya untuk menerima hidayah. Nabi Nuh as tidak mampu mengarahkan anaknya ke jalan yang lurus. Nabi Luth dimusuhi oleh istrinya sendiri. Nabi Muhammad saw yang telah berusaha sekuat tenaga agar pamannya Abu Thalib mau menerima hidayah akhirnya pun harus menerima kenyataan bahwa pamannya meninggal di atas kekafiran. Sungguh di antara firman Allah swt yang harus selalu diingat oleh seorang penyeru hidayah adalah ayat berikut:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (al-Qashash: 56)
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya”. (al-Baqarah: 272)
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sungguh engkau (Muhammad) adalah pemberi petunjuk ke jalan yang lurus” (Al-Syura: 52)
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (al-An’am: 125)
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (al-Maidah: 67)
إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, Maka Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong”. (Al-Nakhl: 37)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Ibrahim: 4)
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (Al-Nakhl: 93)
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَأَنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يُرِيدُ
“dan Demikianlah Kami telah menurunkan Al Quran yang merupakan ayat-ayat yang nyata, dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki”. (Al-Hajj: 16)
Dengan demikian, hidayah itu di tangan Allah, Dia memberi hidayah pada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Lihatlah nabi Nuh, walaupun dia seorang nabi, namun dia tidak mampu memberi hidayah pada anaknya. Begitu juga dengan nabi Ibrahim, ia tidak dapat menyelamatkan Ayahnya dari kemusyrikan. Tak terkecuali nabi Muhammad saw. Dia tidak dapat memberi hidayah taufiq pada sesiapa yang ia mau, bahkan pada orang yang sangat dicintai dan mencintainya yaitu Abu Tholib.
Pada dasarnya, setiap manusia berpotensi mendapatkan Hidayah Allah swt melalui proses doa, ibadah yang kuat dan tekun serta penuh keikhlasan. Mungkin pernah terbersit dalam hati kita, mengapa kita wajib membaca lima kali dalam sehari ketika shalat:
“اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ” (Tunjukilah kami jalan yang lurus)?.
Ala kulli hal, manusia memerlukan “hidayah” petunjuk dan bimbingan Allah di setiap waktu, sebab di sebalik itu, manusia lemah dan amat sedikit ilmu dan pengetahuan. Itulah alasan tepat mengapa manusia digalakkan selalu memohon petunjuk-Nya dalam shalat, agar Allah swt mengajari dan membimbing hambaNya kepada perkara-perkara yang tidak ia tidak maklum.
Catatan Kaki :
[1] Al- Saduq, 1405H, Ikmal al-Din, 390, Muassasah Al-Nashr Al-Islami, Qum, Iran.
[2] Al- Saduq, Ikmal al-Din, 13.
[3] Al-Jurjani, Al-Ta’rifat, 53, Darul Kitab al-Arabi, Beirut-Lebanon.
[4] Di antara sinonim kalimat imam adalah: سَيِّدٌ، رَئِيْسٌ، زَعِيْمٌ، قَيِّمٌ، قُطْبٌ، مَوْلَى، مَالِكٌ
[5] Lihat kitab-kitab Syiah Imamiah: Al-Jazairi dalam kitabnya “Kamaluddin wa Itmaam Al-Ni’mat” 2/377 hingga 437. Muassasah Al-A’lami, Beirut-Lebanon, 1991. Al-Sayyid Hashim Al-Bahrani menamakan tajuk bukunya “Al-Mahajjat fima Najal fi Al-Qaaim AL-Hujjah”, Muassasah Al-Nu’man, Beirut-Lebanon, 1992. Al-Sayyid Radza Al-Din Ibni Tawus, bukunya bertajuk “Al-Malahim wa Al-Fitanu fi Dzuhur Al-Ghaaib Al-Muntadzar”, Mansyuraat AL-Ridza, 1978. Al-Sayyid Bahauddin Al-Najafi, bukunya bertajuk “Surur Ahlil Iman fi Zuhur Sohib Al-Zaman, Mansyurat Dalil Ma, Iran, 1382 H. Muhamad Muhdi Al-Musawi Al-Khalkhali, Baqiyatullah, Dar Al-Nubalaa, Beirut-Lebanon, 1994.
[6] Ibnu al-Atsir, Al-Nihayah fi Ghoribil al-Hadis wal Atsar, 5/577.
[7] Al-Saduq, Al-Khisal, hal 616, Muassasah AL-Nahr, Qum-Iran, 1362 H.
[8] Abi Hasan Al-Arbili, Kasyf Al-Ghummah fi Ma’rifat Al-Aimmah, 2/522, Dar Al-Adwaa, Beirut-Lebanon, 1985.
Bentuk Fisikal Imam Mahdi
Di antara sifat fisikal imam Mahdi adalah “أَجْلَى الْجَبْهَةِ” yaitu dahinya lebar, dan “أَقْنَى الْأَنْفِ” bermaksud hidungnya mancung, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “الْمَهْدِيُّ مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الْأَنْفِ يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ”
“Al-Mahdi dari keturunanku, dahinya lebar, hidungnya mancung. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah dipenuhi dengan kezaliman dan kekejaman sebelumnya. Dia akan berkuasa selama tujuh tahun”. (Sunan Abi Daud, no. 3736).
Ciri lain fisikal Imam Mahdi yaitu warna kulit ketimuran (Arab) dan bentuk badan kebaratan atau seperti orang putih (Bani Israel), ciri ini disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al-Sawaa’iq Al-Muharrafah”
اَلْمَهْدِي مِنْ وَلَدِي وَجْهُهُ كَالْكَوْكَبِ الدُّرِّيِ اللَّوْنِ لَوْنٌ عَرَبِيٌّ وَالِجسْمُ جِسْمٌ إِسْرَائِيْلِيٌّ يَمْلَأُ الأَرْضَ عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا يَرْضَى لِخِلاَفَتِهِ أَهْلُ السَّمَاءِ وَأَهْلُ الأَرْضِ وَالطَّيْرُ فيِ الْجَوِّ يَمْلِكُ عِشْرِيْنَ سَنَةً
Ibnu Hajar menyampaikan sebuah hadis: “Al-Mahdi dari anak keturunanku, bagai bintang kejora, warna kulitnya kearab-araban dan bentuk badannya seperti Bani Israel . Beliau akan memenuhi bumi dengan keadilan, setelah bumi dipenuhi kezaliman. Para penghuni langit dan bumi serta burung-burung di udara rela dengan kepemimpinan/kekhalifahannya. Ia berkuasa selama dua puluh tahun”(Ibnu Hajar, Al-Sawaa’iq Al-Muharrafah, 2/475).
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa imam Mahdi yang ditunggu kedatangannya adalah seorang lelaki yang bertubuh tegap dan ideal dengan hidung yang mancung dan dahi yang lebar.
Kepribadian Imam Mahdi
Imam Mahdi memiliki kepribadian yang tinggi, seperti bijaksana, berbudi luhur dan bermoral tinggi serta menawan hati umat manusia sejagat. Dia adalah pemimpin dunia yang berjiwa santun, murah hati dan dermawan, oleh karena itu kelahirannya di muka bumi ini akan dirasakan oleh semua manusia dengan hati senang, damai, tenteram. Sebab masa itu akan lenyap seketika kezaliman, kedustaan, kecurangan dan kekeliruan yang disebarkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Rasulullah saw bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَهْدِيُّ مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الْأَنْفِ يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
Dari Abi Sa’id al-Khudri, Rasulullah saw bersabada: “Al-Mahdi itu keturunanku, dahinya lebar, hidungnya mancung. Dia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kebijaksanaan, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezaliman dan kecurangan. Dia memimpin selama 7 tahun”. (Abu Daud, no: 3736).
Dalam sebuah riwayat panjang tentang asal kemunculan imam Mahdi, Abdullah Ibnu Mas’ud menceriterakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
“Tatkala kami berada di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: “Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai”, Lalu beliau menjawab: ‘Kami dari kalangan Ahlul Bait. Allah swt telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam (Panji Hitam). Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas batu es”. (Sunan Ibnu Majah no: 4072).
Dalam kepimpinan imam Mahdi, bumi menjadi subur, hewan ternak berkembang biak, dan manusia menjadi mulia, seperti diceritakan dalam riwayat Sa’id al-Khudri:
يَخْرُجُ فيِ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ وَ تُخْرِجُ الأَرْضَ نَبَاتَهَا وَ يُعْطِى الْمَالَ صَحَّاحًا وَ تُكْثِرُ الْمَاشِيَةَ وَ تُعَظِّمُ الأُمَّة
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw bersabda: “Imam Mahdi akan keluar dari generasi akhir umatku. (Di saat pemerintahannya) Allah swt menurunkan banyak hujan, dan bumi mengeluarkan banyak tumbuhan. Dia memberikan harta dengan adil, hewan ternak menjadi banyak, dan umat manusia menjadi mulia. (al-Hakim dalam kitabnya “al-Mustadrak”, no: 8673, ia mengatakan: Hadis ini sanadnya sahih, dan disepakati oleh imam al-Zahabi).
Tentunya kesejahteraan ini, akibat kejujuran dan amanah yang dibawa oleh imam Mahdi, ia berlaku adil, jujur dan ikhlas serta menegakkan keadilan tanpa melihat status dan pangkat seseorang, oleh karena itu ia bukan saja pejuang kebenaran, bahkan ia adalah seorang pejuang dan penegak keadilan di muka bumi.
Di samping itu yang tidak kalah pentingnya, ia berjiwa patriotisme yang tinggi dalam memerangi kemungkaran dan kezaliman semasa, sehingga ia menguasai seluruh kepimpinan dunia keseluruhannya. Dan efek kepimpinannya mendatangkan banyak berkah dan kenikmatan yang tiada tara dan bandingannya di dunia. Sesuai dengan janji Rasulullah saw dalam sebuah hadis:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَكُونُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلَّا فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِي نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلَا تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِيُّ أَعْطِنِي فَيَقُولُ خُذْ
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw bersabda: “Dia akan memimpin umatku selama tujuh tahun atau sembilan tahun. Pada zaman itu, umatku akan mendapat kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada ketika itu, harta melimpah-ruah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu. Maka Imam Mahdi berkata: Ambillah semua yang kamu mau”. (Sunan Ibnu Majah, no: 4073).
Yang paling utama dari sekian kepribadian imam Mahdi sebagaimana telah disebutkan di atas adalah akhlaknya sama dengan akhlak Rasulullah saw, oleh karena itu sikap, tindakan dan perbuatannya akan selalu merujuk kepada baginda Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعٌوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اِسْمَهُ اِسْمِي وَخُلْقُهُ خُلْقِيْ يَمْلَأُهَا عَدْلًا وَقِسْطًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا ”
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi saw bersabda: “Akan keluar seseorang daripada keluargaku, namanya sama dengan namaku, akhlaknya sama dengan akhlakku. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman dan penyimpangan”. (Sahih Ibnu Hibban, no: 6825).
Dengan demikian akhlak imam Mahdi merupakan jelmaan kepada akhlak baginda saw. Maka sangat beruntunglah orang yang dapat melihat akhlak baginda saw semasa hayatnya dan amat beruntung juga orang yang dapat melihat akhlak imam Mahdi semasa turunnya. Sebabnya, akhlak mereka berdua itu adalah sama agungnya, sehingga ia menjadi panutan bagi umat sejagat, ditiru dan dicontohi demi menuju keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat.
Waktu dan Masa Kepimpinan Imam Mahdi
Adapun waktu muncul dan masa kepimpinan imam Mahdi, disebutkan dalam kitab (Tuhfatul Ahwadzi) Syarh (Sunan Al-Tirmizi) bahawa: “Ketahuilah, yang sudah dikenal di kalangan seluruh pemeluk Islam sepanjang masa bahwa di akhir zaman pasti muncul seorang dari ahlul bait (keluarga Nabi saw) yang membela agama dan menebarkan keadilan, serta diikuti oleh muslimin. Ia juga menguasai kerajaan-kerajaan Islam. Ia dijuluki al-Mahdi. Juga tentang keluarnya Dajjal serta tanda-tanda kiamat sesudahnya yang terdapat dalam kitab-kitab hadis Sahih, muncul setelahnya. Dan bahwa kemunculan ‘Isa as juga setelahnya, kemudian beliau membunuh Dajjal. Atau ‘Isa turun setelahnya lalu membantunya untuk membunuh Dajjal kemudian bermakmum kepada Mahdi dalam shalatnya” [1].
Di lain tempat, imam Al-Tirmizi meriwayatkan dari Zir bin Abdillah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمَهُ اسْمِي
“Dunia tidak akan lenyap hingga seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku” (Sunan Tirmizi, no: 2230, dan beliau menilai bahwa hadis ini adalah “Hasan sahih”.
Menurut analisis Ibnu Katsir ia berpendapat bahwa munculnya imam Mahdi pada akhir zaman, dan keluarnya adalah sebelum turunnya nabi Isa bin Maryam, sebagaimana ditunjukkan oleh hadis-hadis yang berkaitan dengan hal itu”.
Dari sini, berarti munculnya imam Mahdi adalah di akhir zaman sekaligus mengawali tanda-tanda besar akan datangnya kiamat. Namun sebagian ulama sempat ragu, apakah turunnya imam Mahdi ini sebagai awal tanda yang besar atau tanda yang lain. Sebagian ulama menyatakan dengan yakin bahwa imam Mahdi sebagai tanda pertama, lalu berturut-turut datang tanda yang lain. Di antara yang menyebutkan dengan tegas yang demikian adalah Muhammad Al-Barzanji (wafat 1103 H). Beliau mengatakan dalam bukunya (al-’Isya`ah li Asyrath al-Sa’ah): “Bab Ketiga, tanda-tanda besar dan tanda-tanda yang dekat, yang setelahnya tibalah hari kiamat, dan itu juga banyak. Di antaranya al-Mahdi, dan itu yang pertama”.
Dari segi masa kepimpinan dan kekuasaan imam Mahdi dijangka kan dalam sebuah hadis yang berbunyi:
إِنَّ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيَّ يَخْرُجُ يَعِيْشُ خَمْسًا، أَوْ سَبْعًا، أَوْ تِسْعًا -زَيْدٌ الشَّاكُّ- قَالَ: قُلْنَا: وَمَا ذَاكَ؟ قَال: سِنِيْنَ.
“Sesungguhnya pada umatku ada Al-Mahdi. Ia muncul, hidup (berkuasa) lima atau tujuh atau sembilan” –Zaid (salah seorang rawi/periwayat) ragu–. Abu Sa’id mengatakan: “Apa itu?” Beliau menjawab: “Bertahun-tahun”. (Sunan al-Tirmizi, no: 2158).
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ
“Akan datang pada umatku Al-Mahdi, bila masanya pendek maka 7 tahun, kalau tidak maka 9 tahun”. (Sunan Ibnu Majah, no: 4083).
Dengan perbedaan riwayat ini, maka menurut pandangan Ibnu Katsir paling lama masa kepimpinan atau kekuasaan imam Mahdi adalah sembilan tahun, dan paling sedikitnya lima atau tujuh tahun” [2].
Riwayat yang lain menyebutkan bahwa imam Mahdi akan berkuasa selama 8 tahun, seperti riwayat Sa’id al-Khudri:
يَخْرُجُ فيِ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ وَ تُخْرِجُ الأَرْضَ نَبَاتَهَا وَ يُعْطِى الْمَالَ صَحَّاحًا وَ تُكْثِرُ الْمَاشِيَةَ وَ تُعَظِّمُ الأُمَّة، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا يَعْنِي “حِجَجًا”
Dari Abu Said al-Khudi, Rasulullah saw bersabda: “Imam Mahdi akan keluar dari generasi akhir umatku. (Di saat pemerintahannya) Allah swt menurunkan banyak hujan, dan bumi mengeluarkan banyak tumbuhan. Dia memberikan harta dengan adil, hewan ternak menjadi banyak, dan umat manusia menjadi mulia. Dia akan hidup selama tujuh atau delapan tahun. (al-Hakim dalam kitabnya “al-Mustadrak”, no: 8673, ia mengatakan: Hadis ini sanadnya sahih, dan disepakati oleh imam al-Zahabi).
Berdasarkan riwayat-riwayat di atas, maka kehadiran imam Mahdi dalam kehidupan manusia di dunia, tidak begitu lama, sebab jangka waktu kehadirannya paling cepat adalah lima tahun dan paling lama sembilan tahun.
Catatan Kaki :
[1] Kitab al-Fitan, Bab “Ma Ja`a fi Al-Mahdi”.
[2] Ibnu Kathir, al-Nihayah Fi al- Malahim wa al-Fitan, 1/18.
Tempat Kemunculan Imam Mahdi
Kemunculan imam Mahdi sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Katsir adalah akan datang dari arah timur atau al-Masyriq. Beliau berkata: “Munculnya Mahdi dari negeri-negeri timur bukan dari gua Samarra, seperti disangka oleh orang-orang bodoh dari kalangan Syiah”[1].
Ibnu Katsir mengatakan: “Dan orang-orang dari timur mendukung (al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengokohkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang memiliki kewibawaan, karena bendera Rasulullah saw berwarna hitam yang dinamai (al-Iqab)”, kemudian beliau juga menegaskan bahwa: “Maksudnya, al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh teks (nas) hadis” [2].
Ada pendapat lain tentang kemunculan imam Mahdi yang berbeda dengan pandangan Ibu Katsir, yaitu bahwa imam Mahdi akan keluar dari arah barat atau maghrib, ini pendapat Imam al Qurtubi.
Namun bagi penulis yang tepat adalah pandangan yang mengatakan bahwa tempat kemunculan imam Mahdi adalah dari arah timur yaitu bumi Allah sebelah bahagian timur (masyrik), sebagaimana riwayat yang jelas menunjukkan demikian, seperti riwayat berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ قَالَ فَقُلْتُ مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ شَيْئًا نَكْرَهُهُ فَقَالَ إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللَّهُ لَنَا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي بَلَاءً وَتَشْرِيدًا وَتَطْرِيدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُودٌ فَيَسْأَلُونَ الْخَيْرَ فَلَا يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُونَ فَيُنْصَرُونَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا فَلَا يَقْبَلُونَهُ حَتَّى يَدْفَعُوهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوهَا جَوْرًا فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: “Semasa kami berada di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba sekumpulan pemuda daripada Bani Hasyim datang. Ketika Rasulullah saw melihat mereka, kedua-dua mata baginda berlinang air mata dan rona wajah Rasulullah saw berubah. Maka aku berkata, “Kami melihat pada wajahmu rona kesedihan yang membuatkan kami gelisah”. Rasullah saw lantas bersabda:
“Sesungguhnya kami Ahlul Bait. Allah swt telah memilih akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Sehingga datang suatu kaum dari arah timur, bersama-sama mereka ada bendera berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan, namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seorang daripada keluargaku. Lalu dia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang memenuhinya dengan kezaliman. Barang siapa antara kamu menemuinya, maka datanglah kepada meraka, walaupun dengan merangkak di atas salju”.
(Sunan Ibnu Majah, no: 4072).
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلًا لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لَا أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ
Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabad: Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaan kamu. Mereka semua adalah putera khalifah, tetapi tidak ada seorang pun antara mereka yang berjaya menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera (panji) hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelum kamu. Maka jika kamu melihatnya, lakukan bai’at walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia ialah khalifah Allah”. (Sunan Ibnu Majah, no: 4074).
Diceritakan bahwa pembai’atan imam Mahdi akan dilakukan di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim), sebagaimana dalam hadis disebutkan dengan jelas:
.يُبَايَعُ لِرَجُلٍ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ، وَأَوَّلُ مَنْ يَسْتَحِلُّ هَذَا الْبَيْتَ أَهْلُهُ، فَإِذَا اسْتَحَلُّوهُ، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ هَلَكَةِ الْعَرَبِ، ثُمَّ تَجِيء الْحَبَشَةُ، فَيُخَرِّبُونَهُ خَرَابًا لاَ يُعَمَّرُ بَعْدَهُ، وَهُمُ الَّذِينَ يَسْتَحِلُّونَ كَنْزَهُ.
“Seorang laki-laki akan dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Tidak ada yang dapat menghalalkan Ka’bah kecuali penduduk di sekitarnya, maka apabila mereka telah menghalalkannya, jangan ditanya lagi akan kehancuran orang-orang Arab. Kemudian orang-orang Habasyah akan datang untuk merobohkannya hingga benar-benar roboh, dan tidak akan ada lagi yang dibangun setelah itu untuk selama-lamanya. Merekalah yang mengeluarkan perbendaharaan Ka’bah”. (Sahih Ibnu Hibban, no: 6827).
Tanda-tanda Kemunculan Imam Mahdi
Di antara tanda-tanda munculnya Imam Mahdi di akhir zaman, dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw memberikan sebuah gambaran umum tentang tanda kedatangan Imam Mahdi. Ia akan diutus ke muka bumi tatkala perselisihan, perbalahan dan pergaduhan antar-manusia yang semakin keras dan merajalela, terjadinya banyak musibah gempa. Dan kedua fenomena sosial dan fenomena alam ini telah menjadi semarak di berbagai negeri dewasa ini.
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku khabarkan berita gembira mengenai kedatangan imam Mahdi yang diutus Allah ke tengah umatku, tepatnya ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan peristiwa gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan menegakkan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman” (Musnad Ahmad, no: 10898).
Dalam hadis lain, digambarkan bahwa kedatangan Imam Mahdi akan disertai tiga peristiwa besar dan penting, sehingga akan menarik perhatian manusia ketika itu, ianya adalah:
Pertama: Perselisihan berkepanjangan sesudah kematian seorang pemimpin.
Kedua: dibai’atnya seorang lelaki (Imam Mahdi) secara paksa di depan Ka’bah.
Ketiga: terbenamnya pasukan yang ditugaskan untuk menangkap Imam Mahdi dan orang-orang yang berbai’at kepadanya. Allah benamkan seluruh pasukan itu kecuali disisakan satu atau dua orang untuk melaporkan kepada penguasa zalim yang memberikan mereka perintah untuk menangkap Imam Mahdi. Hal ini dijelaskan dalam sebuah riwayat:
يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِنَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ
“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (Sunan Abu Daud, no: 3737).
Tatkala Allah mengizinkan Imam Mahdi untuk menang dalam berbagai peperangan yang dipimpinnya, maka pada akhirnya ia akan memimpin dunia dengan pola dan garis kepemimpinan berlandaskan aqidah Tauhid, yaitu penghambaan manusia kepada Allah semata. Dan akan terbukti kemenangan-kemenangan peperangan yang akan dipimpin oleh Imam Mahdi. Sebagaimana janji Allah swt dalam hadis:
تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kalian perangai kemudian Parsi (negara Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal, dan Allah beri kalian kemenangan.” (Sahih Muslim, no: 5161).
Tujuan Kemunculan Imam Mahdi
Kehadiran imam Mahdi di tengah umat manusia di akhir zaman membawa misi untuk mengakhiri segala tindakan kezaliman, penyelewengan dan kemungkaran yang merajalela di dunia, segalanya dibersihkan dan ditegakkan dengan “Dinul Islam” yang bersumberkan dari ajaran asli Quran dan Hadis semata.
Dengan kehadiran imam Mahdi, maka tumbuhlah sikap optimis dan semangat serta harapan baharu bagi diri manusia untuk hidup sejahtera, tenteram dan bahagia, sebab di antara peranan utama kehadiran imam Mahdi adalah untuk menertibkan dan mengatur semula dunia dari kehancuran kepimpinan-kepimpinan sebelumnya, imam Mahdi akan menjadi hakim yang adil, jujur dan memurnikan jiwa insan, menabur cahaya kedamaian akibat pertikaian dan peperangan, dengan cara menghentikan perang/konflik yang berkepanjangan. Dan akhir sekali adalah membangunkan dunia dengan keadilan sosial dan merata di seluruh dunia.
يَكُوْنُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيْفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ المَدِيْنَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيْهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيَخْرُجُوْنَهُ وَهُوَ كاَرِهٌ فَيُبَايِعُوْنَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسِفَ بِهِمْ بِالبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالمَدِيْنَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أهْلِ العِرَاقِ فَيُبَايِعُوْنَهُ، ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ الشَّامِ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيُظْهِرُوْنَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةِ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيْمَةَ كَلْبٍ فَيُقَسِّمُ المَالَ وَيَعْمَلُ فِي النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُلْقِيَ الإِسْلاَمَ بِجِرَانِهِ فِي الأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِيْنَ ثُمَّ يَتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الُمسْلِمُوْنَ وَفِي رِوَايَةٍ فَيَلْبَثُ تِسْعَ سِنِيْنَ
“Akan muncul pertikaian saat kematian seorang khalifah. Kemudian seorang lelaki penduduk Madinah lari diri ke Kota Makkah. Penduduk Makkah pun mendatanginya, seraya memintanya dengan paksa untuk keluar dari rumahnya, sementara dia tidak mau. Lalu mereka membaiatnya di antara Rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim). Disiapkanlah pasukan dari Syam untuknya hingga pasukan tersebut meraih kemenangan di Baida’, tempat antara Makkah dan Madinah. Tatkala orang-orang melihatnya, dia pun didatangi oleh para tokoh Syam dan kepala suku dari Irak, dan mereka pun membaiatnya. Kemudian muncul seorang (musuh) dari Syam, yang paman-pamannya dari suku Kalb. Dia pun mengirimkan pasukan untuk menghadapi mereka, lalu Allah memenangkannya atas pasukan dari Syam tersebut, Pasukan itu adalah pasukan (yang didorong oleh ambisi) suku Kalb dan itulah kekalahan bagi orang yang tidak mendapatkan ghanîmah Kalb. Lantas Imam Mahdi membagi-bagikan harta-harta tersebut dan bekerja di tengah-tengah masyarakat berdasarkan sunnah Rasulullah saw, menyampaikan Islam ke wilayah di sekitarnya. Tidak lama kemudian, selama tujuh tahun, dia pun meninggal dunia, dan dishalatkan oleh kaum Muslim (Dalam riwayat lain dinyatakan, tidak lama kemudian, selama sembilan tahun)”. (Sunan Abi Daud, no: 3737).
Dalam sebuah hadis disebutkan adanya empat peperangan yang akan dipimpin langsung oleh Imam Mahdi. Keempat peperangan tersebut akan dimulai dengan pembebasan jazirah Arab dari dominasi para Mulkan Jabbriyyan (raja-raja yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Hadis tersebut sebagai berikut:
تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ – ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
“Kalian akan perangi jazirah Arab sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Persia sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Ruum sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Dajjal sehingga Allah menangkan kalian atasnya.” (Sahih Muslim, no: 5161).— Selesai
Catatan Kaki :
[1] Ibnu Kathir, al-Nihayah Fi al- Malahim wa al-Fitan, 1/17
[2] Ibnu Kathir, al-Nihayah Fi al- Malahim wa al-Fitan, 1/17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar