Minggu, 03 Januari 2021

AL YAMANI ?



AJARAN SYIAH "AL YAMANI" DALAM ARUS PUSARAN FITNAH SYIAH


Dalam pusaran fitnah sekelompok musuh dan pembencinya yang masih berkecamuk terhadap Syiah, ternyata akhir-akhir ini muncul pula gerakan sekelompok kecil pengikut Syiah yang merecoki eksistensi Syiah 12 Imam di dunia Islam, tak terkecuali di Indonesia yang kaum Syiahnya masih segelintir.


Ada sekelompok kecil pengikut Syiah yang terjebak dalam keyakinan kelompok "Anshar al Mahdi" atau Al Yamani, yang akhir-akhir ini aktif menyasar pengikut Syiah awam melalui paparan tulisan plus kajian-kajian di medsos FB, berikut penjelasan-penjelasan dari tokoh mereka "Ahmad bin Ismail al Salami" alias "Ahmad al Hasan".


Tokoh inilah yang mengaku dirinya sebagai "Mahdi Pertama" dari dua belas Mahdi(yin) sesudah wafatnya Imam Mahdi Muhammad Ibn Hasan al-Askari, Imam keduabelas Syiah Imamiyah 12 Imam, dan sekaligus sebagai "Al-Yamani al Maw’ud" di hadapan para pendukungnya di Irak.


Sedikitnya dua hal berikut yang harus dicermati menurut seorang pengamat Eko Febri :


- Pertama, argumentasi yang diberikan terlalu lemah, bahkan kadang ngawur, dipaksakan dan mengada-ada.


- Kedua, kelompok ini telah jauh menyimpang dari ajaran Ahlulbait as dan sangat membahayakan eksistensi ajaran Ahlulbait, khususnya di Indonesia yang jumlah pengikutnya masih sedikit dan banyak yang awam.


Berikut uraian singkat mengenai kedua hal di atas.


A. BEBERAPA AJARAN UTAMA DALAM KELOMPOK "AL YAMANI"



1. Meyakini bahwa imamah tidak berakhir pada Imam Keduabelas, Muhammad Ibn Hasan al-Askari as, tapi berlanjut kepada dua belas imam berikutnya.


2. Keduabelas imam berikutnya itu disebut mahdiyyin (Mahdi-Mahdi) dan Mahdi pertama adalah Ahmad bin Ismail bin Soleh bin Husain bin Salman alias Ahmad al Hasan al Yamani.


3. Ahmad al Hasan al Yamani yang lahir di Basrah tanggal 21 Maret 1968 (yang sepertinya hingga kini masih hidup akan tetapi tidak diketahui persis di mana ia tinggal, namun dapat dipastikan bukan di Irak, diduga di Abudhabi, Inggeris atau bahkan AS, karena ia melarikan diri keluar dari Irak sebelum atau mungkin sesudah pemberontakan bersenjata yang dilakukan pengikutnya pada tahun 2008). 


Dia diyakini oleh para pengikutnya sebagai (Imam) Mahdi Pertama, khalifah Imam Muhammad Ibn Hasan al-Asykari al-Mahdi afs dan sekaligus sebagai "Al Yamani al-Maw’uud".


4. Di tangannya hakimiyyah (kedaulatan) Allah ditegakkan dan ia akan menyerahkan tongkat kekuasaan kepada Imam Muhammad Ibn Hasan al-Mahdi afs.


5. Ummat Islam bahkan seluruh manusia wajib membaiatnya dan tunduk pada perintah dan ketetapannya. Yang menolak dikategorikan sebagai kafir, pembangkang dan min ahlinnar, penghuni neraka.


B. ARGUMEN KELOMPOK AL YAMANI 



Untuk membenarkan klaim-klaim di atas Ahmad al Hasan dan para pengikutnya mengajukan beberapa argumen yang pada dasarnya merujuk pada dua hal :


1. Riwayat-riwayat yang menyatakan : (a). Adanya Mahdi-Mahdi (mahdiyyin) sesudah wafatnya Imam Muhammad Ibn Hasan al-Mahdi, terutama riwayat yang dikenal dengan sebutan Riwayat Wasiat dan (b). Riwayat-riwayat tentang khuruj (keluarnya) seseorang warga Yaman (al Yamani) menjelang kemunculan (zuhur) Imam Muhammad Ibn Hasan al-Mahdi (Imam ke 12).


2. Klaim bahwa Ahmad bin Ismail  alias Ahmad al Hasan adalah Mahdi (pertama) yang dimaksud dalam Riwayat Wasiat dan sekaligus sebagai Al Yamani yang dijanjikan para Ma’shumin akan keluar di akhir zaman. Lebih daripada itu, ia juga dianggap sebagai putra “kandung” Imam Mahdi Muhammad Ibn Hasan al-Askari.


C. TINJAUAN SINGKAT ATAS ARGUMEN KELOMPOK AL YAMANI



A. Riwayat Wasiat yang dijadikan landasan utama oleh Kelompok Al Yamani ditinjau dari sisi Ilmu Hadis / Metodologi Hadis dikategorikan oleh mayoritas kalau tidak seluruh ulama Syiah 12 Imam,  sebagai hadis yang sangat dhaif dikarenakan :


a.  Sebagian perawinya majhul (tidak dikenal), misalnya Ali bin Sinan al-Mushili, Ahmad Ibn Muhammad bin al Khalil dan Ja’far bin Ahmad al Basri. Tokoh-tokoh ini tidak ada datanya dalam kitab-kitab rijal utama, seperti Rijal al-Najasyi  dan Rijal al Thusi.


b. Sanadnya terputus (munqati’}. Lihat saja, Syekh Thusi tidak menyebut dari siapa ia meriwayatkan. Ia hanya mengata kan : dari sekelompok orang, majmuah.


c. Bertentangan dengan puluhan bahkan ratusan hadis tentang imamah dua belas Imam dan al Mahdi, yang menegaskan bahwa para imam jumlahnya dua belas dan imam terakhir adalah Muhammad Ibn Hasan al- Askari.


d. Isi (matan) Riwayat Wasiat tidak konsisten, alias bertentangan satu sama lain, misalnya :


1). Dalam Riwayat Wasiat tersebut Nabi menyatakan kepada Imam Ali bahwa nama al-Mahdi adalah nama khusus Imam Ali dan tidak boleh disematkan kepada selain Imam Ali, tapi di ujung riwayat dinyatakan bahwa nama putra Imam Muhammad Ibn Hasan al Askari adalah al Mahdi. Kalau ada yang mengisykal bahwa yang dimaksud al Mahdi dalam riwayat tersebut bukan nama tapi sebutan atau gelar, perlu diingatkan kepadanya bahwa riwayat tegas mengatakan bahwa itu adalah nama, bukan gelar atau sebutan. Riwayat menyatakan: … “dan nama ketiga adalah al-Mahdi”.


2). Dinyatakan dalam riwayat tersebut bahwa putra Imam Mahdi memiliki tiga (3) nama, tapi dalam uraiannya justeru disebutkan empat (4) nama yaitu :


1. Muhammad (nama seperti namaku),
2. Abdullah,
3. Ahmad,
4. Al Mahdi.


B. Kontradiksi antara kandungan Riwayat Wasiat dengan pemaham an atau keyakinan Kelompok al Yamani. Ini aneh. Bagaimana bisa, menyandarkan pada Riwayat Wasiat tapi justeru menyalahinya?


Buktinya:
(1) Riwayat tersebut menyatakan bahwa nama al-Mahdi tidak boleh disematkan kepada selain Imam Ali. Kelompok ini justeru menyemat kan nama al Mahdi pada Ahmad bin Ismail alias Ahmad al Hasan.


(2) Dalam Riwayat Wasiat tersebut dinyatakan bahwa tongkat kepemimpinan sesudah Imam Mahdi diserahkan kepada putranya atau sebut Mahdi Pertama setelah Imam Muhammad Ibn Hasan al- Askari (Imam ke 12) meninggal dunia, tapi kenyataannya Ahmad bin Ismail alias Ahmad al-Hasan sudah mengklaim dirinya sebagai Imam dan Mahdi padahal Imam Mahdinya sendiri belum zuhur (muncul). Tidakkah itu tergolong merampas atau mengkudeta jabatan Imam Mahdi ? Betapa besar dosanya.


C. Riwayat tentang adanya Mahdiyyin (Mahdi-Mahdi) setelah Imam Mahdi, meskipun diriwayat kan oleh beberapa kitab hadis, tapi secara umum dikategorikan oleh para ulama sebagai hadis yang juga dhaif karena sebagian perawinya majhul, tidak dikenal, bukan syi’i dan ghair tsiqah, tidak dapat dipercaya, dan isinya saling bertentangan dan susah untuk digabung, misalnya :


(1). Ada riwayat yang menyatakan bahwa jumlah Mahdiyyin sebelas (11), bukan duabelas.


(2), Sekelompok orang Syiah, bukan anak atau cucu Imam


(3) Perannya hanya sebagai pembantu Imam. Bukan sebagai Imam atau Mahdi.


D. HADIS KELUARNYA AL YAMANI



Hadis tentang keluarnya seorang yang bergelar al Yamani menjelang zuhur, munculnya Imam Mahdi cukup banyak dan diterima oleh ulama Syiah sebagai salah satu tanda-tanda zuhur karena riwayatnya cukup kuat dan tidak terkait langsung dengan persoalan akidah sehingga para ulama tidak terlalu fokus dengan persoalan kualitas hadis, Beda dengan riwayat adanya mahdiyyin sesudah wafatnya Imam Mahdi as ini.


Persoalan ini menyangkut akidah sehingga perlu dipastikan posisi / status riwayatnya karena dalam masalah akidah, jika sumbernya adalah riwayat maka harus dipastikan keberasalannya dari Ma’shum, yang berarti harus mencapai tingkat tawatur atau sebut hadis mutawatir. Hadis sahih saja tidak cukup jika ia masih hadis ahad alias bukan mutawatir.


Terkait dengan hadist al Yamani di atas, Ahmad bin Ismail alias Ahmad al Hasan mengklaim bahwa dirinyalah yang dimaksud dalam hadis-hadis tersebut, sehingga ia menyebut dirinya sebagai Ahmad al Hasan al Yamani dan kelompoknya disebut Kelompok al Yamani.


Kelompok al Yamani beralasan bahwa kata al-Yamani selain diartikan sebagai warga atau orang Yaman, juga bisa digunakan untuk semua orang yang berasal dari kota Mekkah karena Mekkah berada di Tihamah dan Tihamah bagian dari Yaman. Untuk itu, kata mereka Nabi dan Ma'shumin adalah Yamani (yun) karena tempat asal mereka adalah Mekkah. Bagaimana ?


Jawab :
a. Bisa saja Nabi disebut al Yamani (jika betul ada penyebutan itu) tetapi itu bukan dalam arti nisbah ke Mekkah, bahwa Nabi berasal dari kota Mekkah, tetapi dari sisi makna awal kata yaman yang berasal dari kata yumn, yaitu keberkahan. Tetapi ketika kata al Yamani dinisbahkan kepada seseorang seperti dalam hadis tentang seseorang yang bernama al-Yamani maka yang pertama kali terbersit dalam benak adalah seseorang yang berasal dari negeri Yaman, sama seperti al Khurasani,  orang yang berasal dari negeri  Khurasan atau al Maghribi, orang yang berasal dari negeri Maghrib. Penggunaan kata nisbah al Yamani kepada makna bahasa memerlukan qorinah khusus. 


Jika tidak ada maka kembali ke makna awal yaitu orang yang berasal dari Yaman. Dalam hal hadis tentang keluarnya seorang yang bernama al-Yamani tidak ada sedikitpun qorinah yang menunjuk kepada makna bahasa tersebut. Malah sebaliknya, banyak sekali riwayat-riwayat terkait yang menyatakan bahwa ia berasal dari negeri Yaman sebagaimana anda bisa baca pada riwayat-riwayat berikut :


1). Dalam kitab al Amali karya Syekh Thusi. Beliau mengatakan :

وبهذا الاسناد عن هشام بن سالم
عن ابي عبد الله : نرجو ان يكون هذا اليماني فقال (ع): لا, اليماني يوالي عليا هذا يبرا منه.


“Dengan sanad ini dari Hisyam bin Salim dari Abi Abdillah : (Seseorang berkata kepada Imam) : Kami berharap semoga orang Yaman yang memberontak ini adalah  al Yamani. Imam berkata: “Tidak. Al Yamani adalah seorang yang berwilayah kepada Ali sedangkan ini berlepas dari Ali” (Lihat kitab al Amali karya Syekh Thusi hal 661 dan 1375).


2. Dalam teks yang cukup panjang, menjelaskan tabda-tanda kemuncul an Imam Mahdi al- Qaim, Imam Muhammad al Baqir menyebutkan di akhir penjelasannya bahwa :

وان علامات خروجه: خروج السفياني من الشام, وخروج اليماني (من اليمن), و صيحة من السماء, في رمضان, ومناد ينادي من السماء باسمه واسم ابيه


“Dan sesungguhnya tanda-tanda munculnya Imam Mahdi adalah: keluarnya al-Sufyani dari negeri Syam, keluarnya al Yamani dari negeri Yaman, suara keras dari langit dan seruan seorang penyeru dari langit dengan namanya dan nama ayahnya” (Lihat Kitab Kamaluddin karya Syekh Shoduq hal 306).

3.
القائم منا منصور بالرعب . . . . . . . . . وخروج السفيامي من الشام واليمانى من اليمن


“Al Qoim dari kami tertolong dengan rasa takut….dan keluarnya Sufyani dari negeri Syam, Yamani dari negeri Yaman…. (Lihat kitab Kamaluddin oleh Syekh Shaduq hal 306).


Dari tiga riwayat di atas jelas betul bahwa al Yamani yang panjinya adalah panji kebenaran adalah seorang yang berasal dari negeri Yaman dari bergerak dari Yaman.


Sedanglan Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan orang Irak, berasal dari Basrah marga al-Hambusyi. Dengan demikian pemaknaan kata al Yamani sebagai bukan orang Yaman oleh Kelompok al Yamani jelas sebuah kekeliruan berat dan sebagai pemaksaan.


Sama sekali tiak ada isyarat sedikit pun dalam riwayat-riwayat tentang al Yamani bahwa beliau adalah putra Imam Mahdi Muhammad Ibn Hasan al Askari (Imam ke 12). 


Yang ada justeru isyarat bahwa al Yamani adalah keturunan Zaid Ibn Ali Ibn Husain sebagaimana diriwayatkan dari Imam Ja'far al Shadiq :


قلت: فله علامات قبل ذك ؟ فقال (ع) : نعم علامات شتى قلت: مثل ماذا؟ قال: خروج راية من المشرق وراية من المغرب وفنتة تظل اهل الزوراء  وخروج رجل من ولد عمي زيد باليمن وانتهاب ستار البيت


" . . . . . . . . Aku katakan: Apakah ada tanda-tandanya sebelum itu? Imam berkata : "Iya, ada. Ada berbagai tanda: keluarnya bendera dari Timur, Bendera dari Barat, fitnah yang menerpa warga Zaura', keluarnya seorang dari keturunan  Pamanku Zaid di negeri Yaman dan diambilnya dengan paksa tirai Ka’bah (Lihat  kitab Falah al Sail: h 170 ).

E. KLAIM-KLAIM AHMAD AL HASAN



Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan telah mengklaim bahwa dia adalah :


1. Mahdi Pertama, putra Imam Muhammad Ibn Hasan al Askari (Imam ke 12).


2. Khalifah al Mahdi.


3. Al Yamani yang dijanjikan.


Benarkah klaim-klaim di atas? Seperti yang kita lihat dari analisis di atas, dengan terang benderang dan pasti tanpa ragu sedikitpun, diketahui bahwa klaim-klaim di atas mengada-ada, iftira’, ngaku-ngaku, penuh kebohongan, sesat dan menyimpang dari ajaran Ahlulbait.


Bagaimana bisa mempercayai klaim-klaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan di atas karena :


1. Sifat-sifat yang digambarkan Ma’shumin tentang al Yamani atau yang sepantasnya dimiliki oleh seorang khalifah Imam Mahdi atau pemangku jabatan Imam Mahdi selepas wafatnya tidak sesuai  sama sekali dengan yang ada dan yang digambarkan tentang Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan.


Setidaknya, seorang dengan posisi sebagaimana diklaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan punya ilmu yang mumpuni, berakhlak luhur, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dan sebagainya. 


Tapi kenyataannya, sifat-sifat tersebut tidak ada sama sekali pada diri Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan. Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan ternyata : 


(a). Bukan seorang yang mengerti ilmu agama. Dia hanya sempat mukim di Hauzah Najaf tidak lebih dari dua tahun. Itupun bukan belajar tapi tidak jelas apa yang dilakukannya. Dia mengklaim bahwa dia belajar sendiri. 


(b) Tidak ada satu pengakuan pun dari keluarganya atau teman-teman dekatnya  yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang luar biasa. Biasa-biasa saja , tidak ada yang menonjol darinya, ya seperti orang orang kebanyakan.


2. Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan jelas-jelas telah berbohong dengan mengaku sebagai sayyid, keturunan Nabi saw. Tidak ada sedikitpun bau-bau sayyid padanya karena ia berasal dari keluarga al-Hanbusyi qabilah al Busuwailim, suku, asyirah al Salami. 


Suku yang besar dan dihormati di wilayah sekitar Basrah. Orang Basrah tahu bahwa keluarga al-Hanbusyi bukan dari kalangan sayyid, keturunan Nabi.  Karena itu seluruh suku, asyirah al salami menyatakaan baraah melepaskan diri dari Ahmad Ismail.


3. Dan lebih daripada itu semua, Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan telah berani-berani mengaku sebagai “putra” Imam Mahdi Muhammad Ibn Hasan al Askari (Imam ke 12) dengan menasabkan dirinya sebagai cucu garis kelima Imam Mahdi. Ia menyebut dirinya sebagai putra Ismail, putra Soleh, putra Husain, putra salman, putra Muhammad Ibn Hasan al Askari .  Itu artinya, semua keturunan dari jalur ibunya Salman (kakek kelima Ahmad al Hasan) adalah anak cucu Imam Mahdi, dan kebetulan jumlahnya banyak. Tapi anehnya tidak seorang pun dari mereka yang tahu dan atau setidaknya merasa bahwa mereka adalah anak cucu Imam Mahdi. Karena itu tidak heran jika asyirah al Salami menyatakan baraah dari Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan.


4. Klaim lain yang dilakukan Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan bahwa ia ma’shum, terhindar dari melaku kan kesalahan dan kekhilafan, termasuk lupa. Suatu klaim yang terlalu berani karena klaim ini paling mudah dipatahkan. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan olehnya maka dengan sendirinya klaimnya batal. 


Itu yang terjadi pada orang-orang yang mengenalnya. Mereka tahu persis Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan banyak melakukan kesalahan. Al faqir pun telah membuktikannya langsung, yaitu melalui pesan-pesannya yang ia sampaikan secara verbal dalam Bahasa Arab. Terdapat kesalahan-kesalahan gramatika, nahw, dalam pesan-pesannya yang al faqir dengar. Selain itu kualitas bahasa Arabnya rendah, sesuatu yang tidak boleh terjadi pada seorang yang mengaku ma’shum.


F. KESALAHAN BERPIKIR



Klaim-klaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan pada dasarnya menyangkut dua hal : 
(1). Masuk dalam kategori akidah, seperti klaim sebagai Mahdi dan ma’shum, dan 
(2). Perlu pembuktian langsung dan secara pasti, bukan sekedar menduga-duga apalagi abu-abu.


Mari kita telaah dua hal ini :


(1). Dalam masalah aqidah, seorang Muslim, lebih-lebih pengikut mazhab ahlulbait, harus meyakini sesuatu secara pasti dan qat’iy berdasarkan pada argumen-argumen yang pasti dan qat’iy pula. Ada dua hal yang bisa menimbul kan kepastian/keqotiyyan. 


Pertama, dasar-dasar aqli/rasional yang terang benderang, dan kedua, dasar-dasar naqli/teks wahyu, baik Quran maupun hadis yang qatiyyul wurud, pasti keberasalannya dan qat’iy al-dilalah, pasti maksudnya. Di luar hal ini tidak ada keharusan meyakininya meskipun tidak betentangan dengan prinsip-prinsip agama/mazhab. Jika bertentangan tentu harus ditolak.
Mari kita lihat adakah dalil qat’iy yang diajukan Kelompok al yamani atas klaim-klaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan? 


Jawabannya pasti tidak ada karena dalil/argumen utama yang dijadikan sandaran paling kuat yaitu Riwayat Wasiat ternyata hanya hadis ahad, lemah/dhaif  dan tidak menunjukkan makna sebagaimana dikalim Kelompok al Yamani. Klaim bahwa riwayat tersebut mutawatir ditolak ulama karena memang tidak memenuhi standar kemutawatiran sebuah hadis.


Kedua, terkait pembuktian akan kebenaran klaim-klaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan, terbukti tidak ada satu pun bukti kuat, atau bahkan bukti lemah sekalipun yang dapat diajukan Kelompok al Yamani. Malah sebaliknya, terbukti dengan pasti bahwa klaim-klaim Ahmad Ismail alias Ahmad al Hasan bohong dan palsu. Untuk mengelabui orang awam kelompok al Yamani kerap menawarkan pembuktian melalui mimpi atau istikharah.


Astagfirullah, jika kebenaran keyakinan agama disandarkan melalui mimpi dan atau istikharah maka akan hancurlah agama ini dan tidak akan tidak ada lagi kebenaran yang hakiki, karena melalui mimpi dan istikharah yang bathil pun bisa menjadi hak. Bagaimana tidak, jika seseorang bermimpi bahwa misalnya Yazid bin Muawiyah adalah orang soleh dan Imam Husain adalah orang sesat maka ia akan meyakini itu.  Atau orang beristikharah ingin melihat apakah Firaun benar-benar Tuhan atau manusia biasa, bisa saja yang keluar hasilnya Tuhan. Nauzubillah. Afala ta’qilun ?


G. SEBUAH NASIHAT



Mengikuti firman Allah yang menyeru kita agar watawashaw bilhaqq maka dengan ini al-faqir menghimbau kawan-kawan yang sudah terjebak dalam keyakinan al Yamaniyah agar :


1. Telaah kembali keyakinan anda, apakah memang benar sesuai ajaran Ahlulbait?


2. Perhatikan argumentasi pihak-pihak yang menolak keyakinan al Yamani, seperti yang saya kemukakan di atas,  lalu bandingkan dengan argumen-argumen Kelomok al Yamani, mana yang lebih baik dan lebih benar?


3. Jauhkan dari sifat ‘inad, keras kepala dan menghukumi salah, argumentasi lawan sebelum menelaahnya,


4. Jauhkan dari sikap takabbur, merasa lebih hebat dari orang lain dengan mengecap orang yang mendebat anda sebagai gelas sudah penuh, masih berproses, belum dapat hidayah dan sebagainya.


5. Berpikirlah jernih untuk melihat semua persoalan ini karena kejernihan berpikir akan menghasilkan pikiran yang benar. Oleh karena itu jangan memutuskan sesuatu berdasar pada hal-hal yang tidak pasti, ragu, tidak jelas, ikut-ikutan apalagi karena rasa takut dapat azab dan sebagainya.


6. Baranilah mengambil keputusan yang benar sebagaimana sebelumnya anda  berani mengambil keputusan untuk bergabung dalam barisan Ahlulbait.


Semoga bermanfaat.


Sumber : Dari tulisan Eko Febri dan Khasanah Madrasah Ahlulbait.


--------------------------------------------------------------------------------



Al-YAMANI ?



Pertama, perlu diketahui bahwa Mekah dari Touhama, dan Touhama dari Yaman. Jadi Muhammad (as) dan (Keluarga Suci Nabi (as)) semuanya adalah "Yamanis" (mereka dari Yaman); Muhammad (as) adalah "Yamani", Ali (as) adalah "Yamani", Imam Al Mahdi (as) adalah "Yamani", dua belas Mahdi adalah "Yamani", dan Mahdi Pertama juga "Yamani".



Dan itulah yang diketahui oleh para ahli hukum pertama (Semoga rahmat Tuhan atas mereka) 


“Sekarang telah menggantikan mereka generasi berikutnya yang telah merusak ibadah dan mengikuti nafsu. Tapi mereka akan menemui penipuan." 


Maryam (59). Juga Al-Majlissi (semoga rahmat Tuhan atasnya) dalam kitab Bihar Al-Anwar, menyebut ucapan keturunan Muhammad (saw) sebagai " kebijaksanaan Yamani " (Bihar Al-Anwar volume 1 hal. 


1). Hal itu juga dilaporkan oleh utusan Allah (saw), saat dia menamai Abd Al-Mutalib (as) rumah suci Yamani Ka'aba. Bihar Al-Anwar. Volume. 22,51,75.



Mengenai Ciri-ciri yang mendefinisikan kepribadian Al Yamani, diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baqir (as) 


“ Tidak ada panji yang lebih baik dari panji Yamani, itu adalah panji iman dan dedikasi, karena dia memanggil pemilikmu, jadi jika Yamani keluar, menjual senjata kepada orang-orang atau Muslim mana pun menjadi dilarang, dan jika Yamani muncul, berdirilah di hadapannya, karena panji-panji dia adalah panji iman, dan dilarang bagi setiap Muslim untuk berpaling dari dia, dan siapa yang pernah berpaling darinya, maka dia dari orang-orang neraka, karena dia memanggil kebenaran dan ke jalan yang benar ). 


Al-Ghaybah - Mohammad Ibn Ibrahim A 'Noâmani hal. 264.


Yang berikut


Pertama : ”, dan dilarang bagi setiap Muslim untuk berpaling darinya, dan siapa pun yang berpaling darinya, maka dia dari orang-orang neraka”…: dan ini berarti bahwa Al Yamani memiliki deretan Dewa Seignior, karena tidak ada karakter yang bisa menjadi (hujjah) penerus dari Allah di hadapan manusia sampai pada titik bahwa jika mereka berpaling darinya mereka akan masuk neraka, bahkan jika mereka berdoa, puasa. kecuali mereka adalah penerus Allah di bumi dan mereka adalah nabi , utusan, imam dan Mahdi.


Kedua : “karena dia memanggil kebenaran dan ke jalan yang benar”: Dan panggilan ke Kebenaran dan Jalan yang Benar berarti bahwa orang ini tidak pernah salah membuat kesalahan di mana hal itu akan melibatkan orang dalam perbuatan yang salah dan dia tidak menyingkirkan orang dari apa yang benar. 


Oleh karena itu orang ini adalah infalibel dan infalibilitasnya dinyatakan dan tertulis. Dan dari pengertian itu, keterbatasan karakter ini dalam karakteristiknya membuatnya berguna bagi kami untuk menentukan karakter Yamani. Selain itu, jika seseorang membuat asumsi sendiri tentang makna narasi ini “karena dia memanggil kebenaran dan ke jalan yang benar”, maka perkataan para imam (as) tidak berguna karena tidak akan ada batasan atau batasan terhadap karakter Yamani, dan semoga Allah melarang orang mengatakan hal seperti itu tentang imam suci kita (as).



Hasil dari apa yang telah dibahas di atas diekspos (pada bagian pertama dan kedua) adalah bahwa Al Yamani adalah salah satu penerus Allah di bumi dan suksesi di bumi telah ditulis (dinyatakan) dalam teks ketuhanan. Dan itu juga telah dibuktikan dengan banyak riwayat dan banyak teks bukti yang tak terbantahkan bahwa penerus nabi Muhammad (saw) adalah 12 imam (as) dan setelah mereka ada 12 Mahdi dan bahwa tidak ada penerus yang sempurna dari Allah di bumi ini. tapi mereka. 


Dan melalui mereka adalah pemenuhan rahmat, kesempurnaan agama dan bahwa pesan-pesan surgawi dimeteraikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

50 Pelajaran Akhlak Untuk Kehidupan

ilustrasi hiasan : akhlak-akhlak terpuji ada pada para nabi dan imam ma'sum, bila berkuasa mereka tidak menindas, memaafkan...