Bersama Imam Husein as
Bersama Imam Husein as; Muharram, Bulan Imam Husein as
Setiap bulan Muharram tiba, memori akan kebangkitan Asyura dan Imam Husein as hidup kembali dan semakin melekat di benak pecinta kebebasan.
Sekitar dua abad sebelum kedatangan Islam, para pemimpin kabilah Arab di Mekah berkumpul untuk menyatukan nama-nama bulan Arab. Pertemuan tersebut digelar di rumah Kilab bin Murrah, kekek kelima Rasulullah Saw. Arab mengharamkan perang di hari-hari tersebut dan meninggalkan permusuhan. Oleh karena itu, sejak saat itu, bulan ini dinamakan dengan larangan tersebut dan hari pertama Muharram ditetapkan sebagai awal tahun hijriah qamariah.
Dengan hijrahnya Nabi (SAW) dari Mekah ke Madinah pada tahun ketiga belas kenabian, yang terjadi pada bulan Rabiul Awwal, peristiwa bersejarah ini dan bulan ini menjadi awal dari sejarah umat Islam. Oleh karena itu, sejak tahun pertama Hijriah, peristiwa ini menjadi cikal bakal penanggalan Islam. Penyebaran Islam ke wilayah kerajaan Persia dan Romawi, dan kesimpulan dari berbagai perjanjian seperti perdamaian, upeti, upeti, dll, mendorong perhatian terhadap sejarah yang akurat.
Isu-isu ini mendorong khalifah kedua untuk mengadakan pertemuan konsultatif untuk membangun sejarah yang teratur dan akurat. Sejak masa khalifah kedua, umat Islam, atas saran Imam Ali (AS), telah menganggap migrasi Nabi (SAW) dari Mekah ke Madinah sebagai sumber sejarah dan kalender Islam, dan bulan Muharram menurut dengan ciri-ciri khusus yaitu akhir haji, bulan terakhir dianggap haram, dipilih sebagai bulan pertama tahun qamariyah. Hari ini adalah hari pertama tahun baru qamariyah dan awal Muharram.
Setiap kali bulan Muharram tiba, ingatan tentang gerakan Asyura dan pemberontakan Imam Husein as semakin hidup dan bergairah. Darah Imam Husein, yang ditumpahkan secara tidak adil di tanah pada tahun 61 H dan di bulan ketika perang dilarang, masih hangat dan setelah 14 abad masih mengalir di pembuluh darah jutaan pecinta kebebasan dan keadilan. Husein bin Ali -sebagai manusia yang saleh dan anti-penindasan- menjadi teladan gerakan para pejuang dan memori kesyahidan Husein as dan para sahabatnya menciptakan semangat yang tak terlukiskan di hati.
Dengan datangnya hari-hari kesyahidan Imam Husein as, cucu suci Rasulullah di Karbala, suasana di Iran dan banyak negara Islam tiba-tiba berubah dan aroma Muharram dapat tercium di mana-mana dan di kota-kota dan desa. Kain yang tertulis di pintu dan dinding kota, bendera warna-warni yang di atasnya terukir nama Ahlul Bait Nabi (SAW), pakaian hitam di tubuh orang melambangkan awal bulan kesedihan, bulan dari Muharram. Selamat datang Muharram...
Epik yang diciptakan Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw di tahun 61 Hijriah, sebuah epik lintas sejarah dan geografi yang menghembuskan semangat kebenaran manusia dalam diri setiap orang. Hari-hari kesyahidan Husein bin Ali mengingatkan kebangkitan kekalnya di tanah Karbala. Sebuah perang yang tak seimbang dengan Yazid, penguasa tak layak dan zalim saat itu, dan membuat muqawama Husein as menjadi pelajaran berharga bagi seluruh sejarah.
Ketika dia melihat penindasan, ketidakadilan dan korupsi dalam masyarakat Muslim saat itu, dia merasa perlu untuk bangkit untuk mereformasi urusan umat Islam. Imam Husein as di jalan ini tidak pernah menggunakan cara-cara munafik dan sejak awal gerakan secara eksplisit menyatakan bahwa dia berdiri untuk amar ma'ruf dan nahi munkar, karena dia melihat bahwa hadis Nabi sedang dilupakan. Baginya, bertindak atas kewajiban ilahi adalah yang utama, dan ini adalah logika Imam Husein di semua tahap gerakan. Faktanya, gerakan Asyura adalah sistem multifaset yang Anda lihat dari semua sisi, manifestasi indah dari Husein as muncul di dalamnya. Salah satu aspeknya adalah keberanian dan tidak takut pada penguasa yang menindas.
Sisi lain, pengorbanan diri, berada pada puncaknya. Aspek lainnya adalah kehormatan dan kebanggaan bahwa Husein as, ketika dibunuh adalah terhormat/mulia dan akan tetap terhormat. Karena kemuliaan yang hakiki adalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Isi lainnya adalah reformisme. Artinya, Husein as adalah seorang pembaharu besar yang membela tujuan sucinya sampai kematiannya. Dalam gerakan besar ini, mati syahid berarti terbunuh di jalan Tuhan dan perjuangan tanpa henti melawan tirani saat itu. Aspek terpenting yang mempengaruhi aspek lainnya adalah keyakinan kepada Tuhan dan Hari Pembalasan, yang telah menjadikan Husein as seorang pemberani, tak kenal lelah, mulia, reformis, dan syahid abadi.
Imam Husein as di kebangkitan Karbala, mengingatkan dunia akan nilai martabat dan harga diri. Dengan semboyan Haihata Min al-Dhillah (kita tidak akan pernah berada di bawah beban penghinaan), dengan tidak menyerah pada penindas dan arogan, ia menunjukkan bahwa kepribadian dan martabat manusia tidak dapat diperjualbelikan. Artinya, jika mereka memberinya seluruh dunia dan menuntut harga diri dan kebebasan sebagai ganti iman, Imam Husein as tidak akan bersedia membuat kesepakatan seperti itu. Karena dia tahu pentingnya kebajikan manusia dengan baik dan dia adalah contoh yang jelas tentang itu. Itulah mengapa kita melihat perilaku moral yang paling indah dalam kebangkitan beliau.
Di sebutkan di sejarah bahwa di tengah jalan, Imam dan para sahabatnya bertemu dengan seribu pengendara yang dipimpin oleh Hurr bin Yazid Riyahi. Hurr menghalangi jalan bagi Imam; Mereka bermaksud untuk mengepung kafilah Imam Husein as, tetapi di gurun yang panas tersebut, pasukan Hurr kehausan. Imam Husein as mengambil tindakan yang unik dan mengatakan kepada para sahabatnya: "Berilah minum orang-orang ini. " Para sahabat Imam bahkan memberi minum kuda-kuda pasukan Hurr. Imam Husein (AS) bisa saja menolak untuk memberikan air kepada pasukan musuh, tetapi kasih sayang dan cinta sang Imam, yang berasal dari akhlak dan sifat mulianya, tidak mengizinkannya untuk memperlakukan musuh sekalipun dengan cara ini. Kebiasaan orang-orang pada waktu itu adalah ketika mereka menemukan kemenangan atas musuh atau menghadapinya, api kebencian membakar di hati mereka dan mereka melanggar janji moral, tapi Imam Husein as dan pengikutnya tidak demikian karena mereka mengikuti ajaran Islam.
Karakteristik Imam Husein as sebagai seorang tokoh berpengaruh dalam sejarah adalah memimpin manusia menuju kesempurnaan dan kemajuan. Alih-alih arogansi dan membual tentang orang lain, ia mencoba untuk menciptakan sifat-sifat kepribadian yang indah di dalamnya. Imam Husein, karena dia adalah manifestasi dari rahmat Allah, mencintai orang-orang dan bangkit untuk menyelamatkan mereka dari penghinaan dan penawanan. Profesor Shahid Muthahhari menulis: "Penderitaan dan kesengsaraan musuh-musuh Nabi sangat mahal dan menyakitkan bagi Nabi sendiri. Tentu saja, musuh mereka sendiri tidak mengerti. Kemalangan musuh juga disayangi Imam Husein. Dia tidak ingin mereka bergelimang di dalam penderitaan. Dalam perjalanannya, dia diliputi oleh cinta dan persahabatan. Dia berbicara kepada oposisi di berbagai kesempatan, dan mungkin dia bisa memberi petunjuk seseorang dari kelompok kejam ini. Imam Husein berkata, "Sesungguhnya aku adalah putra Fatimah, putri Rasulullah dan Ali. Aku bersamamu dan keluargaku bersama keluargamu dan aku adalah panutanmu."
Pengalaman kekal sejarah menunjukkan bahwa sekelompok manusia mendukung kebatilan dengan mengikuti orang yang haus kekuasaan dan kelompok lain yang memiliki kesadaran dan pengetahuan, mendukung kebenaran. Kedua kelompok ini di sepanjang sejarah saling berperang baik terang-terangan atau rahasia. Sementara kekuatan batil dan keangkuhan dan despotismenya mampu berkuasa untuk beberapa waktu dan melanjutkan kejahatannya, tapi mereka tidak pernah mampu memadamkan kebenaran dan di sistem penciptaan, kebenaran adalah prinsip.
Kebenaran dan kebatilan seperti, bayangan dan cahaya. Cahaya adalah yang utama dan senantiasa tetap, bahkan ketika ada banyangan, cahaya tidak hilang, meski ia tidak terlihat untuk sementara.
Pertempuran tak seimbang antara pasukan Yazid dan sekelompok kecil pengikut Imam Husein as, contoh nyata pertempuran antara kebenaran dan kebatilan yang terus berlanjut di sepanjang sejarah dalam berbagai bentuknya. Setiap tahun, di awal bulan Muharram, pertempuran tak seimbang ini kembali memenuhi memori kita, sehingga menjadi petunjuk dan cahaya bagi pencari kebenaran.
Salam kepada Husein, salam kepada bulan Muharramnya yang menyeru seluruh dunia di setiap zaman kepada kebenaran....
Bersama Imam Husein as; Karakteristik Utama Imam Husein as (2)
Imam Husein as, mentari yang tak pernah tenggelam. Cahayanya selama berabad-abad menyinari hati-hati pecintanya dan api kecintaan berkecamuk di dalam diri mereka.
Nama dan memori Imam Husein as dan kebangkitannya, setelah berabad-abad, masih hidup dan abadi di hati orang-orang beriman. Para pecinta Husein as telah membentuk delegasi berkabung sekali lagi dan berkabung atas cinta Husein bin Ali as dengan mematuhi protokol kesehatan. Ragheb Isfahani, seorang penulis dan komentator Al-Qur'an, mengatakan dalam sebuah kalimat mistik tentang Imam Husein as: “Husein as adalah anggur murni yang dicurahkan oleh tangan kekuatan abadi ke dalam hati orang-orang beriman dan telah membuat mereka mabuk dengan cinta Huseini.”
Ya, Imam Husein as adalah matahari yang tak pernah tenggelam dan cahayanya telah menyinari hati para pecinta selama berabad-abad dan telah menyulut panasnya cinta dalam diri mereka. Dia adalah kapal dan mercusuar yang memanggil semua orang menuju keselamatan dan kebahagiaan. Nabi Suci (SAW) mengatakan: "Al-Hussein adalah mercusuar petunjuk dan bahtera keselamatan." Memang, Husein as adalah mercusuar dan kapal keselamatan. Kapal penyelamat Husein as bergerak sepanjang sejarah dan menyerukan umat manusia untuk melepaskan keputusasaan, kekosongan dan anonimitas, tidak beragama dan kecerobohan dan berpegang teguh pada wilayah Ahlul Bait as dan mempelajari cara penghambaan dari mereka untuk mencapai pantai kehormatan dan martabat. Imam Husein as berkata, “Wahai manusia! Allah menciptakan makhluk supaya mereka mengenal-Nya, ketika mereka mengenal-Nya, kemudian menyembah-Nya. Ketika mereka menyembah-Nya, maka mereka tidak lagi membutuhkan sesembahan selain-Nya.”
Dalam mengenal kepribadian Imam Husein as, apa yang menunjukkan lebih dari atribut lain dari Imam itu adalah pandangan tauhidnya yang hadir dalam semua tindakan dan kata-katanya. Husein as begitu tenggelam dalam tauhid sehingga seolah-olah dalam setiap tindakan dan ucapannya, ia mencari keridhaan Allah. Perhatian pada tauhid di semua sisi kehidupan adalah karakteristik dari semua nabi dan wali ilahi yang semakin dimanifestasikan dalam diri Imam Husein as dan melihat kehidupan Hussein, khotbah dan doanya menunjukkan bahwa tauhid telah mengkristal dalam kehidupan Imam itu lebih dari apapun.
Kata-kata Imam Husein as baik di Mekah dan Mina, dalam perjalanan ke Karbala atau selama kebangkitan Asyura, semuanya didasarkan pada tauhid mistis. Dalam pidatonya yang indah, beliau menginstruksikan kepada manusia untuk menyembah Allah sebagai berikut: “Suatu kelompok menyembah Allah karena menginginkan surga, yaitu ibadah para pedagang, dan kelompok menyembah Allah karena takut neraka, dan ini adalah ibadah budak. Dan suatu kelompok memuja Tuhan karena memang Ia layak untuk disembah, dan ini adalah penyembahan orang bebas, yang merupakan penyembahan tertinggi."
Husein as, pemimpin orang-orang bebas di dunia, adalah salah satu penyembah terbaik. Dia memiliki doa cinta dengan Tuhan yang merupakan puncak teologi dan teisme. "Doa Arafah" adalah sebuah buku di mana Imam Husein mengungkapkan perjalanan spiritualnya dengan cara yang mistis dan merupakan salah satu sumber ontologi dan kosmologi yang kaya. Dalam beberapa bagian doa mistik ini disebutkan: “Ya Allah, Engkau adalah orang yang paling dekat untuk diseru, yang paling cepat menjawab, yang paling mulia untuk memaafkan, yang paling dermawan untuk diberikan, dan yang paling mendengar untuk diminta. Wahai Yang Maha Penyayang di dunia, dan di akhirat dan yang Maha Penyayang di keduanya, Tidak ada yang diminta seperti Anda dan tidak ada keinginan selain Anda saya menyeruMu, Kamu menjawab, saya meminta Anda, Anda memberi saya dan saya merindukan Anda, Anda mengasihani saya, saya percaya Anda, Anda menyelamatkan saya dan saya berlindung pada Anda "Anda telah membuat saya cukup."
Husein adalah sosok yang dikatakan Nabi, “Tak diragukan lagi bahwa Husein adalah salah satu dari pintu surga.” Ia selalu berzikir kepada Tuhan. Al Quran menyebut berzikir dan mengingat Tuhan sebagai sumber ketenangan kalbu dan kalbu suci Husein as juga tenang dengan mengingat Tuhan dan setiap saat menambah imannya. Seperti yang dijelaskan Surah Fath ayat 4, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Bahwa Imam Husein as mengalami bencana yang paling parah pada hari Asyura; Dia melihat kesyahidan putranya yang berusia enam bulan Ali Asghar, kesyahidan putranya Ali Akbar, dan kesyahidan keluarga dan sahabatnya, tetapi dia tidak menunjukkan keraguan, kecemasan, keraguan, ketakutan, atau kepanikan karena perhatian batinnya kepada Tuhan. Hussein (AS) selalu memiliki nama Tuhan di bibirnya dan memori Tuhan di hatinya. Pada hari Asyura, ia biasa membaca dzikir "لاحول ولا قوه الا بالله " dan membacakan dzikir:" انا لله و انا الیه راجعون " untuk mengingatkan musuh yang berhati hitam bahwa semua orang kembali kepada Tuhan dan membunuh cucu Rasulullah (SAW) tidak akan ada apa-apa selain murka ilahi.
Imam Husein as berulang kali dengan penuh kasih mengundang tentara untuk menaati Allah dan wilayahnya karena dia tahu bahwa Yazid adalah seorang ateis, seorang pria yang bernafsu dan malas yang telah menyesatkan agama dan menyebarkan bid'ah dan tidak pantas menjadi khalifah umat Islam. Imam melihat bahwa keduniawian telah membutakan mata para prajurit dan memekakkan telinga mereka, dia berkata kepada mereka: "Setan telah menguasai Anda dan telah mengambil dzikir Allah dari hati dan pikiran Anda! Malu pada Anda dan tujuan Anda, kita adalah milik Tuhan dan kembalinya kita adalah kepada-Nya."
Sifat indah lainnya dari Imam Hussein (AS) adalah martabat, kebanggaan dan kebebasan. Atribut ini juga berasal dari pandangan tauhid Imam Husein (AS). Karena Imam memiliki hubungan yang mendalam dengan Pencipta alam semesta dan melihat dirinya sebagai satu-satunya hamba Tuhan, dia tidak mau melayani orang lain dan tunduk hina, dan sifat bebasnya terlihat dalam kata-kata dan perilakunya.
Kata-kata pemimpin para syuhada as adalah halaman cerah dan abadi dalam sejarah yang menunjukkan kebebasan Husein. Salah satu kata-kata terakhir Imam itu ditujukan kepada mereka yang mendorongnya untuk berjanji setia kepada Yazid, "Apakah kamu tidak melihat bahwa kebenaran tidak dijalankan dan kebatilan tidak dilarang? Sesungguhnya kembalinya orang mukmin adalah kepada Tuhan. "Jadi saya tidak melihat kematian kecuali kebahagiaan, dan hidup dengan para penindas sebagai penderitaan dan kebosanan."
Ahlul Bait as pembawa bendera kebenaran dan perilaku benar, seluruhnya adalah sosok mulia dan cinta kebebasan, tapi munculnya sifat-sifat ini terjadi di zaman Husein as, dan Imam Husein dengan indah menggambarkan cinta kebebasan dan penolakan terhadap kehinaan. Ia diberi gelar pemimpin pecinta kebebasan di dunia. Di kondisi paling sulit pun, Imam Husein as menolak menyerah kepada musuh dan untuk menjaga hidupnya, beliau tidak menunjukkan toleransi terhadap kehinaan. Epik Asyura penuh dengan kebebasan, kemuliaan, sifat ksatria dan kehormatan.
Pesan Imam Husein as muncul dari seluruh pecinta kebebasan di dunia. Saat menjawab sekelompok orang yang melarang dirinya pergi ke Karbala, Imam menjawab, “Mereka mengatakan kepadaku, jangan pergi, tapi aku tetap pergi. Mereka mengatakan, kamu akan terbunuh. Apakah mati adalah aib bagi seorang pria terhormat? Mati adalah aib ketika tujuan manusia rendah dan dia ingin dibunuh demi tuan dan presiden ..., tetapi untuk orang yang terbunuh demi meninggikan kalimat kebenaran dan di jalan kebenaran, ini bukan aib karena ia berjalan di jalan orang saleh dan hamba Tuhan yang layak. Imam juga berkata, “Mati dengan terhormat lebih mulia dari hidup penuh kehinaan.”
Bersama Imam Husein as; Imam Husein dan Pembelaan Nilai Agama (3)
Hari ini, hari ketiga bulan Muharram dan umat Syiah serta pecinta Imam Husein as siang dan malam tenggelam dalam duka.
Imam Husein pemimpin karavan cinta dan bangkit untuk menghidupkan kembali sunnah Rasulullah Saw serta melawan kejahatan. Dengan menghadiahkan darahnya dan para pengikut setianya, Imam Husein as menjaga spiritualitas dan membela nilai-nilai tinggi kemanusiaan.
Wahai manusia! Ini adalah Husein, putra Ali. Kenalilah dia. Aku bersumpah dengan jiwaku yang berada digenggaman-Nya, ia dan para pecintanya serta pencinta orang yang mencintainya berada di surga. Ini adalah bagian dari sabda Rasulullah Saw terkait penghulu para syuhada, Imam Husein as.
Dari kehidupan praktis Imam Husein as dapat dilihat bahwa ia adalah penjaga nilai-nilai ketuhanan dan penjaga tradisi kenabian dan tidak menyia-nyiakan upaya apa pun untuk memajukan tujuan mulia Islam. Memang kebangkitan Islam, wahyu nilai-nilai Islam yang terlupakan, adalah salah satu tindakan terpenting yang dilakukan Nabi selama hidupnya dengan berkahnya. Untuk alasan ini, kalimat ini menjadi sangat populer di kalangan pemikir Islam: "Nabi Muhammad (SAW) memperkenalkan Islam ke dunia umat manusia dan Husein ibn Ali as melindungi dan mendukungnya dengan segenap keberadaannya."
Debu kebodohan dan penindasan telah membayangi hukum Islam di tahun-tahun setelah kematian Nabi. Kesyahidan Hazrat Aba Abdullah Al-Hussein (AS) dan para sahabatnya yang setia menyebabkan debu ini disingkirkan dari wajah tradisi Islam yang benar dan cahaya bersinar pengetahuan ilahi bersinar sekali lagi di hati yang terabaikan. Seperti yang kita baca dalam doa ziarah kepada beliau: “Aku bersaksi bahwa kamu telah mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar.”
Pada dasarnya, dari sudut pandang budaya wahyu Ahlul Bait as, menghidupkan amar ma'ruf nahi munkar memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih penting dari nilai-nilai ketuhanan lainnya, sebagaimana Imam Ali as memandang nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar lebih tinggi dari jihad. Ia berkata, “Seluruh perbuatan baik dan jihad di jalan Allah seperti tetesan air di tengah laut bila di hadapan amar ma'ruf nahi munkar.”
Pada dasarnya, untuk mempertahankan prinsip-prinsip aliran yang benar dan samawi, para pendiri aliran sesat harus diperangi, dan seorang Muslim bebas tidak berkompromi dengan para pendiri tradisi negatif dalam mempertahankan alirannya. Imam Husein as percaya bahwa nilai-nilai Islam harus didukung dengan sekuat tenaga. Kepribadian Imam Husein as mengekspresikan semangat perlawanan dan manifestasi kebebasan. Dia memulai kampanye di Karbala dengan pola pikir seperti itu untuk memberi pelajaran kepada umat manusia tentang kebebasan dan untuk membuktikan bahwa dia tidak akan menyerah pada penindasan dalam keadaan apa pun.
Imam Hussein (AS) tidak pernah berkompromi dengan penguasa tirani dan korup dari Bani Umayyah. Dia memulai perjuangan tanpa henti dengan penguasa fanatik dan egois dan mengorbankan hidupnya dengan seluruh keberadaannya dengan cara ini. Dia selalu mengacu pada riwayat dari ayahnya yang mulia yang mengatakan: "Orang yang paling menindas adalah mereka yang menyebarkan tradisi penindasan di masyarakat dan menghancurkan tradisi yang adil."
Salah satu karakteristik terpenting dari para pemimpin samawi yang telah menuntun pada kesuksesan terbesar mereka adalah iman yang kuat, kemauan keras, dan tekad baja. Tentu saja, orang-orang yang berjalan di jalan Allah dengan iman yang teguh dan pengetahuan yang mendalam memiliki tekad yang kuat dan tidak menyerah pada masalah jalan dan rintangan yang menakutkan dari ketakutan itu untuk mencapai tujuan mulia mereka.
Imam Husein as, sebagai pemimpin kebangkitan Asyura, memiliki kemauan dan kekuatan seperti itu. Menanggapi saudaranya Muhammad Hanafiyah - yang menyarankan cara-cara bijaksana untuknya dan membujuknya untuk menjauh dari mata Mu'awiyah - dia mengungkapkan motivasi yang kuat dan kemauan yang teguh dalam perjuangan melawan penguasa tirani Bani Umayyah. Imam Husein berkan, “Saudaraku! Jika tidak ada tempat berlindung atau pusat yang aman di bumi, saya tidak akan berjanji setia kepada Yazid bin Mu'awiyah."
Dalam budaya agung Imam Husein as, penghinaan dan ketundukan kepada yang tidak adil tidak ada artinya. Ketangguhan dan keteguhan Imam Husein as dapat dilihat dalam kalimat terkenal Imam tersebut di mana wacana sejarah mengungkapkan penyebab dan motifnya dari kebangkitan Asyura, dan dengan suara lantang mengajarkan budaya muqawama dan konsisten di jalan kebenaran kepada semua orang bebas di dunia.
Imam berkata, "Ketahuilah bahwa putra najis dari yang najis (Ubaidillah bin Ziyad) telah memaksa saya untuk menerima salah satu dari dua jalan: antara kematian dan penghinaan. Tapi itu jauh! Bahwa kami menerima kehinaan, Tuhan Yang Maha Esa dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dan orang yang suci dan murni dan orang-orang yang terhormat di dunia tidak menghendaki kita memilih ketaatan kepada penjahat dari pada kematian terhormat.”
Imam Husein as adalah penjaga tradisi dan agama ilahi dan menciptakan epik Asyura untuk membela cita-cita Islam Muhammad yang murni dan melestarikan prinsip-prinsip agama. Imam as itu dinobatkan sebagai guru kebebasan dan keberanian dengan kebangkitan yang menentukan dan dengan demikian memberi kehidupan baru bagi masyarakat Islam.
Dengan darahnya, Imam Husein as memberi kemuliaan dan kehormatan kepada mazhab Syiah, dan hingga akhir kehidupannya beliau mengangkat senjata untuk agama dan memberi petunjuk masyarakat. Imam Husein as menunjukkan dengan indah keagungan pengorbanan dan pembelaan terhadap nilai-nilai murni Islam di Padang Karbala, dan mengorbankan nyawanya dan orang-orang yang dicintainya demi meninggikan Syiah dan menghidupkan Islam murni Muhammadi, serta menorehkan peristiwa besar di sejarah untuk memperbaiki umatnya dan memberi pertunjuk masyarakat Islam. Epik ini kekal dalam sejarah.
Kebangkitan Imam Husein as menyebabkan orang-orang bijak dan adil menjadi lebih sadar akan penindasan dan tidak berdiam diri. Peristiwa Asyura menyebabkan banyak orang yang entah bagaimana ikut serta dalam peristiwa Karbala mencari balasan akan darah Imam Husein as dan para sahabatnya. Ini merupakan awal dari berbagai kebangkitan berikutnya dan kebangkitan Mukhtar melawan pemerintah zalim saat itu terjadi.
Di zaman kontemporer, revolusi dan gerakan yang terinspirasi oleh gerakan Asyura terjadi di berbagai belahan dunia. Sebuah bangsa yang menerima urusan masyarakat dengan kewaspadaan dan kesadaran tidak akan pernah tertipu oleh musuh-musuh Islam dan simpatisan, dan akan memotong tangan mereka dalam mempengaruhi keyakinan dan kehidupan mereka.
Imam Husein as bangkit untuk membela legitimasi Islam melawan tirani Yazid bin Mu'awiyah, untuk menyebarkan pesan persatuan umat Islam, untuk menerapkan aturan keadilan dan melestarikan nilai-nilai Islam yang sebenarnya, sehingga bahwa sekarang setelah beberapa abad sejak terjadinya Asyura, kaum Syi'ah di dunia telah merayakan ulang tahun peristiwa besar ini.
Imam Husein as di hari Asyura melawan pasukan zalim dan bersama 72 sahabatnya gugur syahid. Beliau memberi pelajaran kepada pecinta kebebasan pelajaran pengorbanan dan keberanian dan teladan penuh membela nilai-nilai Islam.
Bersama Imam Husein as; Husein, Tokoh Kebebasan terbesar di Sejarah (4)
Kami biasanya menggunakan kata bebas dan kebebasan secara bersama, kedua kata itu sangat mirip, tetapi perbedaannya jauh lebih besar daripada kesamaannya. Dibutuhkan peluang dan persiapan untuk mencapai bebas dan kebebasan; Pertama-tama, kesempurnaan harus dapat dibayangkan oleh manusia secara alami, dan kehendak manusia harus ditentukan untuk mencapai kesempurnaan itu.
Di sisi lain, jika seseorang layak untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan, tetapi tidak begitu sempurna sekarang, pasti ada sesuatu yang menghalanginya untuk mencapai tujuan itu, maka orang tersebut harus menghadapi hambatan dan faktor pengganggu untuk mencapai tujuannya, yang harus diatasi. Kemenangan dalam konflik ini berarti bebas dari belenggu rintangan dan faktor pengganggu. Sejauh ini, bebas dan kebebasan adalah hal yang lumrah, tetapi perbedaan dimulai ketika faktor-faktor yang mengganggu merupakan hambatan bagi prinsip kehidupan atau hambatan bagi pertumbuhan spiritual. Tantangan pertama adalah perjuangan untuk bebas, tetapi perjuangan kedua adalah perjuangan untuk kebebasan.
Kebebasan, sebagai lawan dari perbudakan, adalah istilah hukum dan sosial yang berarti pembebasan dari penawanan dan pembebasan dari kesulitan hidup. Kebebasan adalah pembebasan dari tirani para penindas dan tiran dan pembukaan ke surga. Tetapi "kebebasan" adalah pembebasan manusia dari belenggu jiwa yang memalukan. Inilah pembebasan, pembebasan akal dan jiwa manusia dari penjara jiwa dan nafsu. Keterikatan manusia pada dunia, kekayaan, kedudukan, dan bahkan kasih sayang dan prasangka terhadap etnis, kebangsaan, ras, dan anak-anak menghalangi kebebasan akal dan jiwa dari keinginan-keinginan duniawi.
Kebebasan adalah semacam kebebasan batin yang merupakan langkah pertama dari tangga kesempurnaan dan awal untuk mencapai derajat kebebasan tertinggi, yaitu kebebasan jiwa. Kebebasan adalah pembebasan dari belenggu hawa nafsu, dan kebebasan dari belenggu ini adalah penghambaan penuh kepada Tuhan, Pencipta alam semesta, yang menciptakan manusia untuk kesempurnaan. Kesempurnaan umat manusia ada pada penyembahan kepada Tuhan yang tidak menginginkan apa-apa selain kebaikan bagi makhluk-Nya. Kebebasan mengangkat manusia dari temperamen binatang rendah ke ketinggian pengetahuan dan spiritualitas, dan dari bumi ke surga. Perbudakan nafsu dan keinginan duniawi adalah jenis perbudakan yang paling buruk dan paling parah. Hasrat binatang yang memperbudak jiwa manusia menimbulkan pukulan paling mematikan bagi umat manusia. Pukulannya, satu-satunya akibat buruknya adalah eksploitasi dan eksploitasi individu dan sosial terhadap manusia dan perampasan kebebasannya.
Kebebasan dan otoritas terjalin dengan keberadaan manusia dan sifat manusia diciptakan dengan kebenaran ini. Menuntut kebebasan adalah kekuatan terkuat untuk mengejar kesempurnaan dan pencapaian posisi manusia yang tinggi. Di bawah beban paksaan dan menerima penindasan adalah salah satu dosa terbesar dan menyebabkan seseorang berpaling dari rahmat kebenaran. Memperoleh dan mempertahankan kebebasan dan kebebasan adalah wajib, bahkan dengan mengorbankan nyawa seseorang.
Model orang-orang bebas di dunia adalah orang besar yang mengorbankan tidak hanya hidupnya sendiri tetapi juga hidup semua orang yang dicintainya untuk menjaga kebebasan dan kebebasan umat Islam. Dia tidak lain adalah Imam Husein as, putra Ali dan Fatimah dan cucu Nabi Suci Islam (Saw). Di sekolah Hosseini, pembebasan dari pemujaan terhadap selain Tuhan adalah puncak kebebasan spiritual manusia. Imam Husein adalah model terbaik tidak hanya bagi umat Islam tetapi untuk semua pencari kebebasan di dunia. Gandhi, pemimpin cinta kebebasan India, bangga telah membaca sejarah gerakan Karbala dan mengambil pelajaran kebebasan darinya. Dia percaya bahwa setiap bangsa yang ingin mencapai kebebasan sejati harus mengikuti teladan Husein as.
Sekolah Husein as telah menghasilkan siswa-siswa hebat sepanjang sejarah, termasuk para syuhada delapan tahun perang dunia yang dipaksakan terhadap Iran. Orang-orang besar ini, seperti tuan mereka Husein as, pergi berperang dengan tangan kosong dengan musuh yang bersenjata lengkap, tetapi tidak tunduk pada penghinaan untuk sesaat, dan rekan senegaranya tidak ragu-ragu sejenak dalam membela mereka demi membela kebebasan.
Husein as adalah hamba Tuhan yang ikhlas, teman para malaikat dan termasuk Ahlul Bait Rasulullah. Ahlul bait yang disebut Nabi bahwa barang siapa yang berpegang teguh kepada mereka maka tidak akan tersesat. Manusia besar dan bebas seperti ini saat itu dipaksa untuk berbait kepada Yazid, putra Muawiyah. Yazid yang dikenal sebagai sosok pemabuk dan suka bermain kera. Imam Husein saat menjawab seruan tersebut berulang kali mengatakan tidak akan tunduk pada perbudakan dan kehinaan, serta bersumpah kepada Tuhan tidak akan menerima kehinaan dari Yazid dan menyerah kepadanya layaknya seorang budak.
Dalam kisah Karbala, Imam Husein as selalu berusaha membangunkan orang-orang yang telah menyerah kepada Yazidi dan melayani mereka dengan beberapa dirham. Imam berulang kali menyeru orang-orang yang terabaikan untuk merdeka dan bebas dengan berbagai dalih. Dia berkata dalam sebuah pidato: "Bukankah kebesan adalah seorang pria yang meninggalkan dunia yang setengah dimakan ini kepada orang-orang di dunia?" “Tidak ada harga bagimu kecuali surga, jangan menjualnya kecuali dengan surga.” Pengingat Imam as menyebabkan beberapa orang dari tentara musuh beberapa ribu orang untuk bangun dari kelalaian dan bergabung dengan Imam, salah satunya adalah "Hurr binYazid Riyahi". Hurr adalah salah satu komandan tentara Yazid dan orang yang memaksa Imam untuk tinggal di Karbala. Namun pada akhirnya, dia menyadari kesalahannya, bertobat dan kembali kepada Imam. Dia membela kemanusiaan dan nilai-nilai kemanusiaan dengan nyawanya.
Pada hari Asyura, Imam as, setelah menyelesaikan argumennya dengan orang-orang Kufah, memutuskan untuk menentang kekuasaan Bani Umayyah yang tidak sah dan tirani, meskipun dia tahu bahwa dia akan kehilangan orang yang dicintainya dan hidupnya dengan cara ini. Namun demikian beliau lebih memilih mati terhormat ketimbang tunduk pada penjahat dan kehinaan.
Imam yang bersemangat dan pemberani ini mengundang musuh menuju kebebasan bahkan di nafas terakhirnya. Ketika dia memiliki ribuan luka dan tidak ada ruang baginya untuk berdiri di atas kakinya, musuh berdiri di antara dia dan tendanya dan bermaksud menyerang tenda. Saat itu, Imam berkata, jika kalian tidak beragama, paling tidak jadilah orang yang bebas. Yakni jika akhirat bagi kalian tak penting, dan kalian tidak beriman kepada Tuhan dan rasul-Nya, paling tidak kalian komitmen dengan tradisi leluhur kalian.
Meskipun budaya Arab memiliki banyak bintik hitam, ada tradisi di antara mereka yang menyenangkan dan lebih dekat dengan kemanusiaan, salah satunya adalah bahwa orang-orang Arab tidak menyerang milik orang yang kalah sampai akhir perang, serta tidak mengambil wanita dan anak-anak sebagai tawanan. Imam bahkan dalam nafas terakhirnya mencoba membangunkan hati nuraninya untuk sadar dan berhenti menjadi vulgar dan jelek. Diriwayatkan bahwa pada saat ini, dua tentara Yazid menyadari keburukan pekerjaan mereka dan berbalik berperang melawan musuh dan mempertahankan kesucian Imam itu, dan menghunus pedang mereka untuk membela kemanusiaan sampai mereka mati syahid.
Eksistensi suci Abu Abdillah as selalu berdiri melawan tuntutan yang tidak adil dari pemerintahan yang menindas Bani Umayyah dan tidak tunduk pada kesetiaan dengan penindasan dan dengan kebangkitan berdarahnya mengajarkan pelajaran abadi tentang kebebasan, kebajikan dan maskulinitas bagi kemanusiaan. Menghindari penghinaan adalah salah satu ciri manusia yang bebas.
Peran Imam Husein as yang tak tergantikan dalam menghidupkan kembali budaya kebebasan telah membuatnya disebut "penguasa kebebasan", karena Husein as adalah hamba Allah yang setia yang memisahkan diri dari hal-hal lain dan bergabung dengan Tuhan. Mudah-mudahan, kita juga akan mengikuti Imam besar ini dan berdiri melawan para penindas zaman kita dan tidak menyerah pada tuntutan rendah mereka bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Bersama Imam Husein as; Wawasan dan Pencerahan Husein (5)
Salah satu karakteristik utama dan pesan kebangkitan Imam Husein bin Ali as adalah wawasan dan pencerahan.
“Ya Allah! Jadikan gerakanku berdasarkan wawasan dan jalanku bertumpu pada hidyah, dan metode serta jalanku senantiasa disertai pertumbuhan dan ketinggian.” Doa Imam Husein as.
Salah satu indeks utama dan pelajaran dari kebangkitan Husein bin Ali as adalah wawasan dan pencerahan. Wawasan adalah penerangan dan cahaya khusus yang muncul dari pemikiran dan pemanfaatan wahyu serta imamah di dalam diri manusia. Orang tidak berwawasan, tidak memiliki kehidupan manusiawi; Karena pemekiran mereka berada di dalam kegelapan dan tidak melihat kebenaran. Oleh karena itu, mereka juga tidak mengenal jalan kemajuan dan kebahagiaan.
Al-Quran membandingan orang-orang yang memiliki wawasan dan yang tidak memilikinya. Surah al-An’am ayat 122 menyebutkan, “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
Kekuatan wawasan dan pemikiran kuat manusia dapat disaksikan di ucapan dan logika Imam Husein. Ia menentukan kondisi krisis masyarakat, memahami jalannya dan menempatkan dirinya serta keluarganya di badai mengerikan untuk menyelamatkan manusia.
Umat manusia selalu tunduk pada hasutan dan kejahatan setan yang mengorbankan massa dalam kegelapan rumah jagal kebodohan untuk mencapai tujuan dan keserakahan mereka dengan propaganda yang tersebar luas dan terkonsentrasi. Pada saat ini, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari hasutan kemunafikan adalah wawasan dan pencerahan. Dalam peristiwa Asyura, orang-orang yang memiliki wawasan yang benar datang kepada Imam mereka dan berdiri tegak, tetapi kelompok lain menjadi korban api ketidaktahuan mereka. Mencermati ucapan bijak Imam Hussein (as) selama kebangkitan Asyura menunjukkan kekuatan kebijaksanaan dan pengetahuan yang tinggi dari Imam itu dalam memilih jalannya; Sosok ilahi itu merasakan pedihnya kemerosotan religiusitas di masyarakat dan bangkit untuk memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk (amar makruf dan nahi munkar) dan menghidupkan kembali sirah Nabi saw dan keluarganya.
Imam Husein as berkata, “Apakah kalian tidak melihat, kebenaran diabaikan dan dan kebatilan tidak dicegah.”
Imam Husein as dengan kebijaksanaan dan pencerahannya yang lengkap menunjukkan kepada umat Islam dari segala usia apa kewajiban setiap kali kereta masyarakat Islam menyimpang dari jalan kesempurnaan dengan tangan atau kecelakaan. Apa yang harus dilakukan jika masyarakat Islam menyimpang dan penyimpangan ini mencapai titik di mana seluruh Islam dan ajaran Islam terancam? Dia menunjukkan kepada semua orang bahwa ketika pemerintah, ulama, dan penceramah agama menjadi korup dan memutarbalikkan Al-Qur'an dan fakta, mengingkari yang baik, hal buruk dianggap baik, hal munkar dianggap baik, serta hal baik dicap sebagai perbuatan buruk maka tugas mereka adalah mengembalikan masyarakat Islam ke jalur yang benar.
Imam Husein (as) bangkit untuk memenuhi kewajiban besar itu, yaitu membangun kembali sistem Islam dan melawan penyimpangan-penyimpangan besar dalam masyarakat Islam. Pada saat itu, ini hanya mungkin melalui pemberontakan, yang merupakan contoh bagus dari amar ma'ruf dan nahi munkar. Pengetahuan mendalam Imam Hussein (as) tentang jalan dan tujuan digambarkan dalam cara Imam as menghadapi kesulitan; Antara lain, disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa semakin dekat Husein bin Ali (as) dengan siang Asyura, semakin cerah wajahnya dengan kepuasan gerakan reformisnya, dan ketenangan jiwa yang percaya diri itu menjadi lebih jelas.
Imam Husein adalah lautan ilmu dan pengetahuan, dan dengan pandangannya yang mendalam senantiasa bermunajat kepada Tuhannya. Imam sebagain besar waktunya melantunkan doa ini, “Ya Allah! Jadikan gerakanku berdasarkan wawasan dan jalanku bertumpu pada hidayah, dan metode serta jalanku senantiasa disertai pertumbuhan dan ketinggian.” Di gerakan Imam Husein yang paling kentara adalah perlawanan dan penolakan terhadap manifestasi keburukan dan kebodohan.
Imam menyeru manusia untuk berwawasan dan membangkitkan kesadaran di dalam diri mereka. Wawasan merupakan keharusan dari eksistensi manusia. Sejarah menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak berwawasan, tanpa sadar telah tertipu. Di kebangkitan Imam Husein diajarkan bagaimana hidup dan mengubah pandangan kehidupan. Ia menjadikan manusia sebagai audiens kebangkitannya di mana ia menemukan posisi tingginya di penciptaan dan supaya tidak tenggelam ke dalam kehinaan. Kerena kebebasan merupakan asas keberadaan manusia.
Faktanya darah yang tertumpah di bumi telah menyirami benih-benih kebebasan dan resistensi melawan kezaliman di seluruh sejarah umat manusia. Dr. Jakfar Shahidi mengatakan, “Gerakan Ashura tampaknya tetap sia-sia hari itu, tetapi tidak satu hasil, yang memiliki banyak konsekuensi. Gerakan ini tampaknya padam oleh tragedi Yazid, tetapi tidak pernah berhenti menyala. Sekali dengan pemberontakan tulus dari Suleiman anak Surad dan kadang-kadang dengan pemerintah Mukhtar yang bangkit atas nama menuntut darah pemimpin para syuhada, pesan Imam Husein as dihidupkan kembali dan sejak itu, telah menjadi inspirasi bagi semua orang yang menderita karena tirani penguasa.”
Dalam peristiwa Karbala, tenda Imam Husein (as) adalah tempat berkumpulnya orang-orang berilmu dan religius dari semua lapisan masyarakat yang memahami tugas mereka dan situasi historis pemberontakan ini dengan benar. Wawasan dan pengetahuan yang mendalam tentang kebenaran adalah karakteristik para pencipta Karbala. Mereka tahu persis apa yang mereka inginkan, dengan cara apa, dan dengan siapa mereka bertarung. Mereka tahu bahwa jika penguasa Umayyah adalah panji-panji Islam, Islam akan lenyap, dan jika mereka tidak mengambil tindakan, para penindas dan koruptor akan mematikan cahaya kemanusiaan dan ketakwaan.
Di antara tokoh-tokoh besar Karbala, kita melihat Abbas bin Ali as, dia telah menyalakan cahaya terang selama beberapa generasi dan dari jauh, dia memanggil semua orang untuk kemanusiaan dan menjadi terhormat. Dia adalah manusia yang sangat menonjol dalam keberanian, peperangan, ibadah, kehidupan malam dan pengetahuan. Ketabahan dan perlawanan Sayidina Abbas sedemikian rupa sehingga Imam Sadiq as memuji imannya yang murni dan visinya yang tajam dan berbicara kepada Sayidina Abbas: "Saya bersaksi bahwa Anda tidak menunjukkan kelemahan untuk sesaat dan tidak kembali dari jalan Anda - tetapi kebijakan Anda didasarkan pada iman dan wawasan dalam agama."
Imam Husein as, dengan kebangkitan abadinya, menggambarkan kebenaran yang indah, dan bahwa ketika penindasan dan keburukan menguasai umat manusia dan cahaya kebaikan dan kebajikan padam, ia harus bangkit membela nilai-nilai agama, bahkan jika di jalan ini ia harus mengorbankan nyawa. Karena alasan inilah kebangkitan Imam itu menjadi epik besar dan metode serta karakternya menjadi teladan semua gerakan pencari keadilan dan reformis.
Dan begitulah epik Karbala tidak berakhir dengan kesyahidan populasi tujuh puluh atau lebih - tetapi cakupannya - meliputi kemanusiaan. Pesan Imam Husein as di zaman sekarang juga merupakan peringatan bagi seluruh umat Islam di dunia, dan bahwa jika mereka tetap diam dan acuh dalam menghadapi masalah yang dihadapi dunia Islam saat ini, maka kekuatan arogan akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menguasai mereka. Oleh karena itu, umat Islam harus menjaga persatuan dan kesatuan mereka, meningkatkan wawasan keagamaan mereka dan mempertahankan persatuan mereka, dan tidak tunduk pada tuntutan kekuatan hegemonik yang menindas.
Bersama Imam Husein as; Husein di mata Rasulullah Saw (6)
Rasulullah Saw bersabda, “Husein memiliki kedudukan yang hanya dapat diraih dengan syahadah, ia akan memberi syafaat kepada pecinta dan orang-orang yang mencitainya, dan syafaatnya akan dikabulkan, Mahdi juga dari keturunan Husein dan sungguh bahagia sahabat Husein yang akan selamat dan bahagia di Hari Kiamat.”
Kita saat ini berada di hari-hari duka Imam Husein as. Imam yang jalan dan tujuannya melewati setiap generasi, abad dan wilayah serta menyebarkan pelajaran membangun manusia dan cinta kebebasan di semua tempat. Mohammad Ali Janah, pendiri Pakistan terkait Imam Husein as mengatakan, “Tidak ada contoh keberanian yang lebih baik dari apa yang ditunjukkan Imam Husein ketika memberi pengorbanan dan menunjukkan keberaniannya; Menurut saya seluruh umat Muslim harus mengikuti syahid yang mengorbankan dirinya di Irak ini.”
Gandhi, pemimpin besar India mengatakan, “Aku mengambil pelajaran dari Husein untuk membebaskan bangsaku.”
Umat manusia sampai saat ini haus akan pelajaran Asyura; aliran yang memberi pelajaran pengorbanan, ikhlas, bertawakkal kepada Tuhan dan mencari kebenaran serta Husein sumber yang mengenyangkan seluruh pecinta kebenaran.
Ketika Husein dilahirkan ke dunia, ia menemukan dirinya dibuaian kakeknya yang penuh cinta, Rasulullah Saw. Mohammad al-Mustafa (Saw) memiliki kecintaan dan kedekatan khusus dengan cucunya, Imam Hasan dan Imam Husein as. Beliau tak segan-segan menunjukkan kecintaan besar tersebut kepada para sahabatnya.
Rasulullah membawa kedua cucunya, Imam Hasan dan Imam Husein di atas pundaknya. Ia menyayangi kedunya dengan membaca syair. Terkadang Rasul tengah berkhutbah dan ketika menyaksikan Hasan dan Husein, beliau turun dari mimbar serta dihadapan sahabatnya, ia memeluk keduanya dan menyayanginya sehingga umatnya memahami posisi kedua cucu tersayang ini.
Rasul saat menjawab pertanyaan sahabatnya yang mengatakan, Wahai Rasulullah ! Mana di antara keluargamu yang paling kamu cintai ? Rasul menjawab, Hasan dan Husein. Rasul di berbagai kesempatan mengenalkan umatnya akan posisi Ahlul Bait as, khususnya Imam Hasan dan Husein as, seakan-akan beliau berusaha melalui berbagai ucapan dan kalimatnya atau perilaku khususnya untuk menyadarkan masyarakat akan kecintaannya terhadap Hasan dan Husein, supaya beliau dapat mencegah kezaliman dan perlakuan buruk di masa yang tak jauh terhadap hak Ahlul Baitnya.
Salah satu sabda khusus Rasulullah dalam mengenalkan posisi dan kedudukan Imam Husein as adalah hadis terkenal, “Husein dariku dan aku dari Husein, Allah mencintai orang yang mencintai Husein.” Riwayat ini memiliki sanad yang kuat dan Ahlul Sunnah menyebutkan hadis ini dengan sanad sahih dan kuat di berbagai sumbernya.
Di sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah yang selesai dari undangan menyaksikan Husein bersama anak-anak dan tengah bermain. Rasul mendatangi Husein dan membentangan kedua tangannya sehingga Husein datang dan merangkulnya, tapi Husein yang tengah asyik bermain, lari ke sana dan kemari. Rasul tersenyum menyaksikan tingkah Husein. Kemudian Rasul memegang Husein dan mengelus kepalanya dan menciumnya. Rasul kemudian memandang orang-orang di sekitarnya dan berkata, “Husein dariku dan aku dari Husein. Allah mencintai orang-orang yang mencintai Husein.”
Suatu hari, Husein digendong Rasul dan beliau bermain dengan cucunya ini serta membuatnya tertawa. Aisyah berkata, Wahai Rasulullah ! Mengapa kamu sangat menyayanginya ? Rasul berkata, Bagaimana aku tidak menyayanginya, ia adalah buah hatiku dan cahaya mataku, namun umatku membantainya. Siapa saja setelah syahadah Husein menziarahinya, Allah akan memberi pahala satu haji kepadanya.
Ketika Imam Husein tiba, Rasul dengan suara keras supaya semuanya mendengar, berkata, “Selamat datang wahai hiasan langit dan bumu.” Salah satu yang hadir bernama Ubay bin Kaab dengan takjub berkata, Ya Rasulullah, apakah ada yang lain selain dirimu sebagai hiasan langit dan bumi ? Rasul berkata, Wahai Ubay bin Kaab, aku bersumpah kepada yang mengutusku, Husein lebih terkenal di langit ketimbang di bumi. Namanya di Arsy ilahi tertulis bergini اِنّ الحُسینَ مِصباحُ الهُدی و سفینةُ النّجاة (Sesungguhnya Husein adalah cahaya petunjuk dan bahtera penyelamat).
Ulama Syiah dan Sunni di berbagai kesempatan meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Ansari yang berkata, aku beberapa kali mendengar dari Rasul mengenai Husein bin Ali, dan beliau berkata, siapa saja yang ingin menyaksikan penghulu pemuda surga dan mengenalnya, maka pandanglah Husein bin Ali.
Di kitab Amali karya Sheikh Saduq juga diriwayatkan sabda Rasul yang menyebutkan sifat mulia Husein. Rasul berkata, Wahai manusia, ini Husein anak Ali, kenalilah dia. Aku bersumpah kepada yang memegang nyawaku, ia (Husein) dan orang yang mencintainya atau orang-orang yang mencitai orang yang menyayangi Husein berada di surga. Yakni Husein di Hari Kiamat akan memberi syafaat kepada pecinta dan pengikutnya serta banyak yang masuk surga melalui syafaat Husein.
Ketika Husein berusia tujuh tahun, kakek tercintanya ini meninggalkan dirinya. Namun selama tujuh tahun ini, ketika ia hidup dengan kakeknya, ucapan paling banyak yang ia dengan dari Rasul adalah mengenai berita syahadah dirinya. Rasul mengetahui bahwa syahadah Husein akan kekal, oleh karena itu Rasul menyebarkan ucapannya untuk mengenalkan Imam Husein as, metodenya dan syahadahnya.
Dengan demikian di riwayat Imam Baqir as disebutkan, “Metode Rasul adalah ketika Imam Husein mendatanginya, beliau langsung mengambilnya dan kepada Ali berkata, jagalah Husein. Kemudian Rasul mencium badan Husein dan menangis. Husein bertanya, Kakek ! Mengapa kamu menangis ? Rasul menjawab, Anakku ! Aku mencium tempat pedang di tubuhmu dan aku menangis.
Di riwayat muktabar disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah berada di rumah Ummu Salamah. Imam Husein as yang saat itu masih anak-anak, mendatangi Rasul. Ummu Salamah langsung maju kedepan dan ia menyaksikan Husein berada di dada Rasul dan Nabi tengah menangis serta memutar sesuatu di tangannya. Rasul berkata, Ummu Salamah, Jibril memberitahuku bahwa anak ini akan terbunuh dan Jibril memberiku sejumlah tanah tempat ia syahid. Dan tanah itu berada di sana, ketika berubah warna darah, maka ketahuilah Huseinku terbunuh.
Ummu Salamah berkata, Wahai Rasul, mintalah kepada Tuhan supaya musibah ini dihilangkan. Rasul berkata, Tuhan memberiku wahyu bahwa Husein memiliku kedudukan yang hanya dapat diraih melalui syahadah dan ia akan memberi syafaat kepada pecinta dan pengikutnya serta syafaatnya akan diterima. Sama seperti Mahdi dari keturunan Husein, sungguh bahagia sahabat dan pecinta Husein yang termasuk orang-orang selamat di Hari Kiamat.
Bersama Imam Husein as; Sirah Imam Husein as (7)
Kita berada di hari ketujuh di bulan Muharram. Kali ini kita akan membahas sirah dan perilaku Imam Husein as selama di Padang Karbala.
Imam Husein as manifestasi seluruh sifat baik dan dari sisi moral serta perilaku, ia adalah teladan dan manifestasi penuh Rasulullah Saw. Sirah akhlaki dan perilaku Imam menunjukkan spirit tinggi dan bimbingan Rasulullah. Karakteristik unggul beliau dan perilakunya muncul di berbagai kesepatan selama kebangkitan Asyura dan sejarah menjadi saksi kuat akan klaim ini.
Di antara karakteristik Abu Abdillah as adalah kecintaannya akan munajat dan ibadah. Ibadah kepada Tuhan memiliki dampak khusus pendidikan dan sumber kesempurnaan jiwa dan spiritual manusia. Ibadah dan irfan, membuat jiwa hamba bergabung dengan kekuatan ilahi yang tak terbatas dan kesempurnaan mutlak. Allah Swt di ayat 17 dan 18 Surah Adh-Dhariyat terkait hamba-Nya berkata, “Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”
Doa Arafah Imam Husein as contah lain dari irfan beliau, ketika beliau bermunajat kepada Tuhannya dan berkata, “Ya Tuhanku ! Apa yang dia temukan yang kehilanganmu? Dan apa yang hilang dari orang yang menemukanmu? “Sesungguhnya orang yang puas dengan orang lain selain kamu adalah orang yang merugi, dan orang yang berpaling dari kamu akan merugi.”
Pada malam Tasua, Umar bin Saad memerintahkan penyerangan. Sayidina Abbas as ditugaskan oleh Imam Husein as untuk mengambil jeda dari para penindas pada malam Asyura dan untuk menunda perang ke hari berikutnya. Abu Abdullah as mengungkapkan motivasinya untuk menunda perang kepada saudaranya Abbas: “Saudaraku Abbas! Sayangku, naiklah ke kudamu... Pergi ke mereka dan jika Anda dapat menunda perang sampai besok pagi dan menjauhkan mereka dari kita malam ini, mungkin kita bisa berdoa dan bermunajat dan meminta pengampunan dari Tuhan kita malam ini, Dia tahu betul bahwa saya senang dan membaca Al-Qur'an serta meminta pengampunan dari-Nya."
Imam Husein as sangat menyukai doa, zikir dan munajat sehingga dia ingin mengambil cuti malam dari musuh untuk bermunajat dan berdoa, sambil berdiri teguh melawan tuntutan musuh yang tidak sah.
Spirit perjuangan dan muqawama sangat kentara di perilaku dan ucapan Imam Husein as, hingga akhir kehidupannya, hingga Imam di subuh hari Asyura setelah menunaikan shalat Subuh berbicara kepada pengikutnya dan di penggalan pidatonya, Imam memperkuat semangat pasukannya. Di pidatonya ini Imam kembali menjelaskan tujuannya dan menunjukkan tekad kuatnya dalam melanjutkan perjuangan kepada sahabatnya serta merekomendasikan mereka untuk bersabar dan istiqamah. Imam Husein as berkata, Wahai pengikutku ! Allah Swt meridhai syahadah kalian dan aku di hari ini, oleh karena itu berjuanglah dan terus berjuang.
Hadis terkenal dari Imam Shadiq as menyebutkan Imam Husein sebagai pemberi petunjuk dan pencerah. Imam Shadiq as di riwayat ini mengatakan, bacalah Surah al-Fajr di shalat wajib dan sunnah kalian, karena Surah ini adalah Surah Husein bin Ali as dan siapa saja membacanya maka di hari Kiamat akan bersama Husein di surga.
Poin penting di riwayat ini adalah di antara surah al-Quran, Surah al-Fajr dikhususkan untuk Imam Husein as. Bani Umayyah ingin melupakan nilai-nilai ilahi yang dibangun atas kerja keras Rasulullah Saw, namun menginat Fajr berarti terang, Imam Husein di hari-hari kegelapan kepemimpinan despotik, dengan mengorbankan nyawanya dan keluarganya seperti ufuk terang yang bersinar dan dengan menampilkan gambaran jelas atas sendi-sendi dan hukum Islam, Imam telah memperjalas jalan kemanusiaan hingga Kiamat.
Zuhud adalah karakteristik lain dari perilaku Imam Husein as di Karbala. Di akhir pidatonya di pagi hari Asyura, dengan kata-kata yang bersumber dari kedalaman jiwa dan iman, Imam kepada pengikutnya berkata, “Wahai orang mulia ! Bersabarlah, dan ketahuilah bahwa kematian tak lebih sebuah tangga yang membuat kalian melewati penderitaan dan kesulitan serta membawa kalian ke surga yang luas dan kekal. Siapa yang tidak ingin pindah dari penjara ke istana ? Dan kematian ini bagi musuh kalian seperti pindah dari istana ke penjara serta ruang penyiksaan. Kakekku, Rasulullah Saw berkata kepadaku, “Dunia penjara orang mukmin dan surga orang kafir, dan kematian sebuah tangga yang membawa orang beriman ke surga dan orang kafir ke neraka.”
Kehormatan orang muslim terletak pada penerimaan sistem yang tepat dan sah yang dirancang oleh
Rasulullah Saw, dan sistem tersebut adalah Imamah. Oleh karena itu, pemerintahan seperti Yazid bertentangan dengan sistem yang diinginkan Tuhan dan sama artinya dengan kehinaan orang mukmin. Imam Husein as yang menjadi perwakilan sistem Imamah, mengejar kemuliaan Islam dan umat Muslim. Beliau menilai hina kekuasaan dan kepemimpinan Yazid, dan menentangnya.
Jelas, tujuan Imam Husein as adalah untuk mewujudkan kekuasaan dan kehendak Tuhan dalam masyarakat, dan dia tidak melakukan apa pun yang akan melemahkan agama ilahi. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang tersisa bagi beliau adalah berperang, atau tunduk pada penghinaan, dan menyerah kepada Yazid. Untuk alasan ini, Imam menyatakan kesyahidan di jalan Allah lebih layak daripada kesetiaan kepada Yazid, dan secara eksplisit menyatakan: "Kehinaan jauh dari kita."
Imam Husein as dalam semua masa-masa sensitif dan kritis, karena situasi dan kondisi saat ini, mengambil cara terbaik dan paling layak untuk melestarikan prinsip-prinsip Islam dan memerangi kepalsuan dan para pemimpin kemunafikan, dan hasilnya dari upaya tak kenal lelah dan penuh kebanggaan ini adalah kesyahidan yang dirindukan dan yang diridhai oleh Allah Swt. Di Surah al-Fajr ayat 27-30 Allah berfirman, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”
Di salah satu penggalan doa ziarah Asyura disebutkan,« إِنِّی سِلْمٌ لِمَنْ سَالَمَکُمْ وَ حَرْبٌ لِمَنْ حَارَبَکُمْ إِلَی یَوْمِ الْقِیَامَةِ (Aku berdamai dengan orang yang berdamai denganmu (Husein) dan berperang melawan orang yang melawanmu hingga hari Kiamat). Sejatinya mereka mereka yang melantunkan doa ini tengah belajar untuk menjaga nilai-nilai Ilahi dan hingga akhir nafas atau tetes darah terakhir, harus terus bertahan dan istiqamah sehingga mampu meraih kebahagiaan yang kekal bagi dirinya.
Bersama Imam Husein as; Motif Kebangkitan Imam Husein (8)
Imam Husein as sejatinya diundang untuk menerima kezaliman yang Nabi Muhammad diutus untuk menyingkirkannya (kezaliman) di dunia. Husein diajak untuk menguburkan nilai-nilai yang dijaga manusia terbaik, Ali, Fatimah dan Husan as serta yang ditegakkan oleh mereka dengan darah. Pastinya sosok besar seperti Imam Husein menolak ajakan seperti ini.
Siapakah sebenarnya Husein yang membuat seluruh alam tergila-gila ? Mengapa Husein bangkit melawan khalifah di zamannya? Mengapa ia tidak seperti ayah dan saudaranya memberi nasihat, musyawarah dan berdamai? Dan mengapa beliau mengorbankan orang-orang yang dicintainya di perjuangan ini?
Khalifah waktu itu adalah Yazid bin Muawiyah yang hanya memikirkan kekuasaan dan kekayaan. Ia menganggap Husein juga seperti dirinya, ingin merebut kekuasaan dan kekayaan serta menduduki istana. Tentu saja, inilah yang dia ingin orang lain anggap benar, jika tidak Yazid memahami bahwa tujuan Imam adalah menghidupkan kembali Islam dan di Islam tidak ada artinya kesultanan dan kerajaan yang diwariskan. Oleh karena itu, Yazid berusaha keras mencegah Imam mencapai tujuannya, sehingga ia tidak kehilangan sesuatu yang lebih berharga dari nyawanya.
Solusi terbaik bagi Yazid untuk meraih tujuannya adalah sebelum terlibat perang dengan Imam Husein, ia menyusun perang propaganda dengan menyesatkan kebenaran dan menyembunyikan tujuan utama Imam dari pikiran masyarakat. Ia harus meyakinkan rakyat bahwa jika Husein menjadi khalifah, hukum tidak berbeda. Husein juga mengejar kekuasaan bumi Muslimin untuk menguasai Baitul Mal. Rakyat harus mengasumsikan secara pasti bahwa Baitul Mal milik mutlak Amirul Mukminin dan tidak ada yang berhak mengintervensinya.
Yazid berhasil membuat kebohongan ini sebagai kebenaran dihadapan masyarakat, karena rakyat bodoh terhadap agamanya. Tidak ada cendikiwan dan ahli berpikir di agama, dan mereka tidak memiliki wawasan agama. Mereka tidak mengetahui bahwa Islam datang untuk mencabut peluang arogansi orang-orang seperti Yazid. Mereka tidak mengetahui Baitul Mal hak seluruh umat muslim dan harus dialokasikan untuk memajukan dan mengembangkan Islam serta perkembangan materi dan spiritual umat, bukannya digunakan untuk berfoya-foya segelintir orang.
Muslim tidak membayar khumus dan zakat jika seseorang atau orang-orang tertentu dengan mudah dan tanpa batasan melanggar semua nilai-nilai Islam, minum alkohol dan mengadakan pertemuan yang berdosa. Muslim tidak bisa dan tidak boleh menyetujui pemerintah yang berkuasa yang mengabaikan aturan Islam, melarang apa yang dihalalkan Allah, dan melarang apa yang halal bagi-Nya, secara terbuka, di bawah panji agama dan atas nama Islam.
Ini adalah kemungkaran yang sama yang mencapai puncaknya pada masa Yazid, dan Imam (as) tidak hanya mengaggap diam tidak hanya layak baginya tetapi juga layak bagi setiap orang beriman. Husein bangkit untuk mencegah kemunkaran besar ini, yang merupakan akar dari korupsi sosial dan pribadi lainnya. Dia tahu bahwa akhir dari kebangkitannya ini hanyalah kesyahidan dan pertumpahan darah dia dan keluarganya dan semua sahabatnya, tetapi ini adalah tugas agama yang harus dilakukan bahkan dengan mengorbankan nyawanya.
Imam Husein as sejatinya diundang untuk menerima kezaliman yang Nabi Muhammad diutus untuk menyingkirkannya (kezaliman) di dunia. Husein diajak untuk menguburkan nilai-nilai yang dijaga manusia terbaik, Ali, Fatimah dan Husan as serta yang ditegakkan oleh mereka dengan darah. Pastinya sosok besar seperti Imam Husein menolak ajakan seperti ini.
Ketika gubernur Madinah meminta Husein berbaiat kepada Yazid, Imam sangat marah dan langsung menolaknya. Di malam hari ia berziarah ke pusara kakeknya, Rasulullah Saw dan ketika bermunajat kepada Tuhan, ia berkata, “Ya Allah ! Ini pusara Nabi-Mu, Muhammad Saw dan aku anak dari putrinya. Kamu mengetahui apa yang menimpa diriku. Ya Allah ! Aku menyukai yang makruf dan membenci kemunkaran.” Dari perspektif Imam Husein, ketika umat Islam dipimpin oleh seorang pemimpin seperti Yazid, maka harus diucapkan salam perpisahan kepada Islam.
Di kondisi seperti ini, surat dari warga Kufah membanjiri Mekah, muslim yang mengklaim tidak akan berbaiat kepada Yazid dan siap untuk melawan kezaliman dan kemunkaran yang dibangun Yazid. Mereka menulis kepada Imam, “Kebun-kebun penuh buah dan penunggang kuda telah siap berperang, kesinilah, karena tidak ada pemimpin yang kami kenal kecuali Anda. Cepatlah para pecintamu tengah menanti kedatangan Anda.”
Meski ada kesiapan warga Kufah, Imam Husein as yang paling layak untuk memimpin umat Islam, melihatnya sebagai kewajiban agama dan syar’inya untuk membela keadilan dan pembentukan pemerintahan Islam yang sejati. Ini adalah makruf yang ingin ditegakkan Imam sebagai ganti dari kemunkaran Yazid. Apakah mungkin melarang kemunkaran dan menghapusnya dari masyarakat, dan menggantikannya dengan hal-hal makruf. Di Islam nahi munkar selalu disandingkan dengan amar makruf. Jika Husein melarang teladan pemerintahan Yazid, maka ia harus menyodorkan teladan ilahi sebagai gantinya dan melaksanakannya sehingga masyarakat muslim tidak tertinggal untuk meraih tujuan tingginya.
Sebelum berangkat Imam menulis surat wasiat dan menyerahkannya kepada saudaranya, Mohamman Hanafiyah dan menekankan, “Aku bangkit untuk memperbaiki umat kakekku, Aku ingin menegakkan amar makruf dan nahi munkar.”
Sebelum meninggalkan Mekah, Imam memberi khutbah kepada masyarakat di Mina dan menjelaskan hasil dari amar makruf nahi munkar dan berkata, “Allah Swt mewajibkan amar makruf dan nahi munkar, karena mengetahui jika kedua kewajiban ini dijalankan, seluruh perintah dari langit dan sulit akan ditegakkan. Dan ini karena amar makruf dan nahi munkar adalah seruan kepada Islam dan disertai dengan menolak kezaliman dan menentangnya, membagi baitul mal dan harga rampasan perang (Ghanimah), mengambil zakat dari tempatnya dan menggunakannya di kasus yang benar.”
Husein berangkat dari Mekah menuju Kufah dengan niat menghidupkan kembali Islam dan menegakkan slogannya. Di tengah jalan beliau bertemu dengan Farazdaq, penyair dan pecinta Ahlul Bait. Imam menjelaskan tujuannya kepada Farazdaq, “Wahai Farazdaq ! Ini adalah sekelompok orang yang menerima kepemimpinan setan, meninggalkan ketaatan kepada Tuhan dan berbuat kerusakan secara terang-terangan di muka bumi. Mereka menghancurkan hukum Tuhan, minum minuman keras, dan menguasai harta orang fakir dan miskin, dan aku lebih layak dari siapa pun untuk membantu agama Tuhan, dan ketinggian agama-Nya serta jihad di jalan-Nya, sehingga agama Tuhan meraih kemenangan.”
Husein setiap hari semakin dekat ke Kufah dan warga kota ini, dan semakin dekat Imam, warga Kufah semakin lemah di komitmennya. Mereka menjual pedang dan tombaknya dengan dinar dan dirham Yazid ketimbang menyambut dan mendukung Imam Husein. Sungguh buruk transaksi mereka ketika menjual agamanya dengan dunia, dan itu adalah dunia lain seperti Yazid.
Tentara pertama yang dikirim dari Kufah untuk menghadapi Imam Husein as adalah tentara Hur bin Yazid Riyahi. Ketika tentara Hur lelah dan kehausan, mereka tiba dihadapan kafilah Imam Husein. Imam memberi minum tentara dan kudanya serta berkata kepada mereka, “Siapa saja yang melihat pemimpin zalim yang menghalalkan apa yang diharamkan Tuhan dan menghancurkan perjanjian Tuhan, menentang sunnah Nabi dan berperilaku zalim di tengah hamba Tuhan, tapi ia tidak memeranginya secara praktis atau melalui ucapan, maka layak bagi Tuhan untuk menempatkannya di posisi pemimpin zalim, yakni neraka.”
Dengan kata-kata ini, sambil mengingatkan tugas semua bagian rakyat dalam perjuangan melawan penindasan, ia menunjukkan bahwa tidak ada halangan dalam tekadnya untuk mereformasi urusan dan memerangi para tiran dan penindas Bani Umayyah dan perjuangan ini tidak bersyarat dengan dukungan warga Kufah. Meskipun dia tahu bahwa akhir dari jalan ini baginya dan para sahabatnya hanyalah kesyahidan dan penahanan, tetapi dia tidak bisa berhenti menjalankan perintah ilahi untuk menegakkan keadilan dan syiar agama. Tujuannya adalah untuk mengabdi kepada Tuhan dan mematuhi perintah-Nya. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara memerintah dan mati syahid bagi Imam as karena keduanya adalah kewajiban ilahi dan mencapai masing-masing bagi Husein sama dengan mengabdi kepada Tuhan dan sama dengan kemenangan.
Pengingkaran janji oleh warga Kufah membuat amar makruf yang ingin ditegakkan Imam tidak terlaksana, namun suara nahi munkar beliau sampai saat ini masih tergiang di telinga dan mengajak para pecinta kebebasan di dunia untuk terus melawan kezaliman dan ketidakadilan.
Tokoh-tokoh besar seperti Sayid Jamaluddin Asadabadi, Sheikh Fadhlullah Nuri, Gandi dan Nelson Mandela adalah sosok yang mendengarkan nahi munkar Imam Husein dan bangkit melawan kezaliman di zamannya. Di antara tokoh terbesar pecinta kekebasan adalah Imam Khomeini yang memimpin Revolusi Islam di Iran dengan meneladani kebangkitan Imam Husein, serta konsisten hingga mencapai kemenangan. Beliau meyakini pengorbanan Husein yang membuat Islam tetap hidup, dan dengan memperingati duka dan menangis atas Husein, kita akan tetap menjaga nama serta ajarannya di hati kita dan kita tidak akan lelah melawan kezaliman serta kemunkaran.
Bersama Imam Husein as; Kesyahidan Al-Husain a.s.: Pilihan yang Benar dan Terbaik (9)
Anggapan itu sebenarnya tidak mempunyai dasar selain sebuah pengamatan pada pembantaian yang terjadi di padang Karbala saja dengan tanpa melihat apa yang melatarbelakangi perlawanan Imam Husain a.s. dan bagaimana kedudukan beliau sebagai seorang yang paling bertanggung jawab dalam membela kebenaran dan menjaga agama Allah Swt.
Menilai perlawanan beliau dengan hanya melihat apa yang terjadi di padang Karbala saja akan melahirkan rasa iba dan sedih saja. Kejadian tragis itu tidak akan terjadi jika beliau tidak melakukan perlawanan terhadap Yazid. Karena itu, menurut angggapan ini, seandainya beliau tidak melawan, maka beliau akan selamat dan hidup normal sebagaimana beberapa sahabat Nabi Saw yang sezaman dengan beliau sehingga pada gilirannya tragedi Karbala dan peristiwa-peristiwa yang bermunculan setelah itu hingga saat ini tidak akan pernah ada. Wallahu a’lam
Tragedi Karbala merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang terjadi sebelumnya, dan sebuah konsekuensi dari tanggung jawab seorang yang diamanati untuk menjaga agama Allah Swt dan membela kebenaran. Dua hal ini jika dipelajari dengan baik, maka anggapan di atas jelas tidak benar.
Pilihan-Pilihan
Ringkas cerita. Setelah Muawiyah mati, Yazid melalui para pembantunya mendesak Imam Husain a.s. agar berbaiat kepadanya. Jika Imam Husain a.s. menolak, maka beliau akan dibunuh. Beliau dihadapkan pada dua pilihan; berbaiat atau dibunuh.
Dengan melihat kedudukan beliau sebagai orang yang bertanggung jawab menjaga agama Allah Swt, maka untuk menentukan salah satu dari dua pilihan itu tidaklah sulit. Berbaiat kepada Yazid dipastikan bukan sebuah pilihan yang benar karena track record Yazid dan ayahnya yang dengan jelas telah menyimpang dari ajaran Islam, dan dia merupakan akhir dari upaya kelompok thulaqa’ Quraisy untuk menghilangkan agama Islam.
Jika Imam Husain a.s. berbaiat kepada Yazid, maka upaya Yazid menghapus Islam akan berjalan lancar dan tanpa sebuah hambatan. Karena itu, beliau menolak mentah-mentah untuk berbaiat. Ucapan beliau yang berbunyi, “Orang semacamku tidak akan membay’at Yazid”, menunjukkan penolakan baiat secara tegas. Dengan menolak baiat, maka beliau harus siap menghadapi pembunuhan dari Yazid. Dengan demikian, beliau memilih untuk dibunuh dari pada berbaiat, dan ini adalah pilihan beliau yang pertama.
Imam Husain a.s. paham dengan baik bahwa beliau pasti akan dibunuh oleh Yazid. Hal itu terucapkan dalam lisan beliau, “Allah menghendakiku mati syahid”. Kemudian pilihan berikutnya adalah terbunuh dengan pasrah atau terbunuh dengan melawan. Imam Husain a.s. tidak ingin terbunuh secara sukarela karena terbunuh dengan pasrah begitu saja, selain bukan watak putra Haidar (Singa Islam), tidak akan memberikan pelajaran heroisme dan harga diri yang mulia bagi umat Islam. Toh, baik pasrah ataupun melawan sama saja hasilnya yaitu terbunuh. Tentu terbunuh dengan melawan mempunyai nilai yang jauh lebih mulia ketimbang terbunuh tanpa perlawanan. Karena itu, beliau memilih untuk terbunuh dalam keadaan melawan.
Imam Husain a.s. dengan pasti memilih terbunuh dengan melawan. Karena itu, beliau melakukan upaya perlawanan terhadap Yazid dan hal itu beliau nyatakan dalam berbagai ucapannya selama di Mekah. Selama di Mekah dan saat menjelang haji, beliau menyampaikan kepada para jamaah haji yang datang dari berbagai daerah tentang kondisi umat dan bahaya yang mengancam Islam jika Yazid dibiarkan berkuasa.
Tekad dan gerakan beliau untuk melawan Yazid sampai kepada masyarakat Kufah. Mereka meminta kepada beliau untuk datang ke Kufah dan menyatakan kesiapan mereka untuk mendukung beliau. Kesiapan mereka dibuktikan dengan mengirim surat dan utusan kepada beliau. Beliau tidak cukup percaya dengan mereka hingga beliau mengutus Muslim bin Agil untuk memastikan kesiapan mereka dalam mendukung beliau untuk melawan Yazid.
Dalam perkembangan berikutnya, karena satu dan lain hal banyak dari masyarakat Kufah mundur dari dukungan mereka itu sementara Imam Husain a.s. sudah bergerak menuju Kufah.
Di tengah perjalanan antara Mekah dan Kufah, tepatnya padang Karbala, beliau dihadang oleh pasukan Umar bin Sa’ad. Umar bin Sa’ad menyampaikan pesan dari Ubaidillah bin Ziyad, wali kota Kufah dan Basrah, kepada beliau agar berbaiat kepada Yazid atau dibunuh. Beliau pun kembali menegaskan untuk menolak baiat. Dua pilihan yang sama dan sikap beliau yang sama pula. Tidak ada yang berubah.
Pada saat itu, Imam Husain a.s. tidak dalam kondisi siap perang karena beliau berencana ke Kufah. Karena itu, beliau meminta kepada Umar bin Sa’ad agar diizinkan kembali ke Medinah. Namun Umar tidak mengizinkannya. Tinggal satu pilihan bagi beliau yaitu dibunuh.
Dalam situasi seperti ini, beliaupun tetap tidak pasrah dan menyerah. Beliau dengan orang-orang yang bersama beliau sebanyak tujuh puluh dua orang melakukan perlawanan dengan gagah perkasa, dan akhirnya beliau gugur dengan terhormat. Beliau telah memilih terbunuh terhormat dari pada terbunuh tak terhormat. Beliau telah memilih sikap yang benar dan memilih cara terbunuh yang terbaik.
Salam padamu hai orang yang terbunuh dengan darah yang tersimbah dan kepala terpisah.
Bersama Imam Husein as; Asyura, Simbol Kebenaran dan Kebatilan (10)
Siang hari Asyura. Paruh kedua siang hari dan langit berwarna merah darah. Hari ini, hari kesepuluh bulan Muharram atau Asyura. 1382 tahun berlalu dari peristiwa Asyura tahun 61 H. Dunia memanas dan sakit. Ini tahun kedua pecinta Husein tidak menggelar acara duka di masjid karena menjaga protokol kesehatan. Masyarakat dihimbau untuk tidak berkumpul.
Masyarakat menggelar acara duka Husein di lapangan dan tempat terbuka. Para pecinta Husein dengan mengenakan masker mulai berduka, memukul dada dan menangis. Jalan-jalan diwarnai kain hitam dan jalan-jalan terdengar suara khutbah tentang Imam Husein dan Sayidah Zainab. Para Maddah melantunkan syair dan puisi mereka di jalan-jalan dan sambil mengendarai unta. Seakan-akan saat ini Husein menjadi korban kebodohan dan kezaliman zamannya.
Hari ini, hari Asyura. Siang hari yang panas pun tiba dan langit berwarna merah darah. Imam Husein as, cucu tercinta Rasul dan penghulu pemuda surga dikepung musuh. Untuk terakhir kalinya, Imam mengucapkan salam perpisahan dengan keluarganya. Ia mengambil anaknya yang masih bayi dan mengangkatnya sehingga hujjah terpenuhi bagi semua orang bahwa saya di jalan ini bahkan membawa anak bayiku. Tapi musuh menjawabnya dengan panah yang mengenai tenggorokan bayi kecil ini. Dengan sangat sedih Imam melemparkan darah bayinya tersebut ke langit dan memohon Allah menerima kurban ini.
Saat-saat yang sulit berlalu, namun Imam yang semakin dekat dengan kesyahidan, wajahnya semakin tenggelam dan keberadaannya penuh dengan kecintaan kepada Tuhan. Ia berperang seakan-akan Singa Allah, Ali bin Abi Thalib yang sedang berperang. Ia menunaikan shalat terakhir di bawah hujan panah dan kini para sahabatnya telah gugur. Ia sendirian di tengah medan perang. Tiba-tiba Zur’ah bin Syarik memukul mam dari sisi kiri dan mengenai pundak beliau. Imam kehilangan keseimbangan dan turun dari kudanya dengan luka yang parah. Tapi keagungannya membuat musuh tidak berani datang membunuhnya. Tidak ada yang berani memotong kepala cucu tercinta Rasulullah ini.
Selanjutnya orang yang berhati batu dan sadis mengayunkan pedangnya ke kepala Imam Husein as. Pedang tersebut mengoyak penutup kepala Imam dan mengenai kepala mulia beliau. Darah mengalir dari kepala suci ini. Namun uniknya saat itu, Imam dengan hati penuh harap dan cinta akan pertemuan dengan Allah, mulai bermunajat, “Ya Allah! Aku ridha dengan keridhaan-Mu dan aku menerima segala urusan yang Kamu tentukan.”
Umar bin Saad, komandan pasukan Yazid berteriak, “Celaka kalian ! Turunlah kalian dari kuda dan selesaikan urusan Husein !
Sinan bin Anas turun dari kudanya dan pergi ke atas kepala Imam. Kemudian ia menurunkan pedangnya ke tenggorokan Imam dan berkata, “Aku bersumpah akan memisahkan kepala dari badanmu, meski aku tahu kamu anak Rasul dan ayah serta ibumu adalah orang terbaik di muka bumi.”
Langit semakin kelam dan gelap. Kebenaran berada di ujung tombak. Husein dengan bibir kering melantunkan ayat al-Quran dan epik besar Asyura mencapai puncaknya.
Di antara semua peristiwa sejarah, peristiwa Asyura semakin terlihat setiap hari dan telah menambah umur panjang kebesaran peristiwa Asyura dan membuatnya lebih sejahtera sejauh orang-orang saat ini merasa dan menjadi milik Imam Husein as dan filosofi epik Hosseini yang mereka ambil. Sungguh, unsur apa yang ada dalam peristiwa Asyura yang menyinari kegelapan sejarah dan semakin banyak hati yang memperhatikannya setiap hari?
Dari sudut pandang para pakar, adegan menyakitkan Asyura dan tindakan keji yang dilakukan terhadap Imam dan keluarganya bukanlah hasil dari pikiran yang sehat dan terarah. Darah murni keluarga Nabi Saw yang mengalir di pasir gurun Karbala tidak seperti aliran air biasa. Darah itu adalah darah orang yang paling baik dan paling mulia yang telah berulang kali dipesankan oleh Nabi Saw. "Orang seperti itu tidak akan pernah berada di jalan yang salah dan pembunuhnya benar.”
Karakter besar ini telah menghiasi lembaran sejarah dengan kebebasan, tuntutan kebenaran dan akhlak utama yang indah. Ketika terbuka peluang untuk meraih harta benda dan kekayaan duniawi, serta Husein mampu menyelamatkan dirinya dari kematian, namun ia tidak melakukannya. Imam Husein as bangkit melawan arus kebatilan berdasarkan seruan al-Quran yang meminta manusia berjihad dengan harta dan nyawanya di jalan Tuhan. Tanpa rasa takut akan kekuatan musuh, dan berbeda dengan arus yang marak di zaman itu, Husein mengambil langkahnya sendiri. Ia menyeru masyarakat kepada penyembahan Yang Esa dan kebahagiaan serta mengingatkan masyarakat yang lalai. “Apakah kalian tidak menyaksikan kebenaran tidak dijalankan dan kebatilan tidak dicegah ?”
Peristiwa Asyura mewakili perjuangan antara benar dan salah sepanjang sejarah. Benar berarti segala sesuatu yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Artinya, subjek yang kuat dan stabil di mana kepalsuan tidak mungkin terjadi. Dalam ayat-ayat Al-Qur'an, esensi suci Tuhan adalah realitas terbesar yang tidak dapat disangkal dan dunia yang diciptakan oleh Tuhan didasarkan pada standar kebenaran. Dalam ayat 62 Surah Al-Hajj, dinyatakan: “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Oleh karena itu, dasar dari kerja alam semesta adalah aturan hukum dalam semua komponennya. Itulah sebabnya mereka mengatakan bahwa yang benar itu asli dan yang batil itu tidak stabil. Al-Qur'an mencontohkan kepalsuan seperti buih di atas air, yang bisa dihancurkan. Dalam ayat 17 Surah Ar-Ra'd, Ia mengatakan: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” Oleh karena itu, siapa saja yang mengikuti jalan kebenaran maka ia akan bahagia dan selamat, dan sebaliknya seluruh kegagalan dan kesengsaraan milik mereka yang memiliki kebatilan.
Ahlul Bait nabi di samping al-Quran seperti bendara dan simbol-simbol adalah poros kebenaran dan bertanggung jawab memberi petunjuk umat. Kapan pun kebenaran keluar dari relnya, mereka akan mengembalikannya di tempat yang semestinya dan menjahui kebatilan. Dengan demikian di badai peristiwa yang ada, hanya dengan berlindung kepada Ahlul Bait nabi kita akan selamat dan tetap berada di jalan kebenaran.
Imam Ali as di khutbanya di Nahjul Balaghah mengatakan, “Kemana kalian pergi dan menghadap arah mana? Bendera kebenaran berkibar dan indikasinya nyata. Meski cahaya petunjuk bersinar, kalian tetap tersesat, kemana kalian pergi dan mengapa kebingungan, sementara ahlul bait nabi berada di tengah kalian ? Mereka adalah pemimpin kebenaran dan bendera agama serta bahasa yang benar dan jujur. Tempatkan mereka di tempat terbaik seperti yang dianjurkan al-Quran (di hati dan kalbu yang bersih) dan datangilah sumber air mereka untuk memenuhi dahaga kalian.”
Ketika Imam Husein as mengangkat panji-panji kebenaran dan kebajikan dan semua kebajikan dan keutamaan manusia; Umayyah dan tentara Yazid yang keras hati dan haus darah menorehkan kejahatan yang menunjukkan pencemaran spiritualitas dan moralitas kelompok batil, dan menunjukkan akhir dari kesombongan dan orang kafir. Hari ini, kelompok beberapa ratus ribu orang pasukan Yazid bukan hanya bukan nama dan tanda-tanda mereka hilang, tetapi dalam sejarah, mereka dikenal karena kekejaman, kesadisan, dan kebiadaban mereka. Kini, hanya nama Husein bin Ali as dan beberapa sahabatnya yang menggugah hati, dan para pencari kebenaran menjadikan jalan dan petunjuk Husein dalam menghadapi kebatilan, sehingga mereka tidak akan tersesat di jalan yang berlika-liku ini.
Demikianlah gugurnya cucu tercinta Rasulullah Saw di hari Asyura menciptakan semangat dan epik di jiwa manusia serta menghancurkan perasaan terpenjara dan kehinaan yang menguasai masyarakat, dan memberi kehormatan kepada umat manusia. Dengan demikian, keagungan dan kebangkitan manusia dapat disaksikan di setiap tahap dari kebangkitan Husein as. Hurr bin Yazid Riyahi merupakan orang pertama yang menyadari kebenaran kebangkitan Husein dan memisahkan diri dari kelompok batil serta bergabung dengan kafilah kebenaran. Kemudian kesadaran ini terus berlanjut.
Daftar Isi:
Bersama Imam Husein as1
Bersama Imam Husein as; Muharram, Bulan Imam Husein as2
Bersama Imam Husein as; Karakteristik Utama Imam Husein as (2)8
Bersama Imam Husein as; Imam Husein dan Pembelaan Nilai Agama (3)13
Bersama Imam Husein as; Husein, Tokoh Kebebasan terbesar di Sejarah (4)18
Bersama Imam Husein as; Wawasan dan Pencerahan Husein (5)24
Bersama Imam Husein as; Husein di mata Rasulullah Saw (6)30
Bersama Imam Husein as; Sirah Imam Husein as (7)35
Bersama Imam Husein as; Motif Kebangkitan Imam Husein (8)40
Bersama Imam Husein as; Kesyahidan Al-Husain a.s.: Pilihan yang Benar dan Terbaik (9)46
Bersama Imam Husein as; Asyura, Simbol Kebenaran dan Kebatilan (10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar